Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PERTEMUAN 4

RESEPTOR DAN EFEKTOR

Nama : Rahma Diani Apriliana Putri

NIM : 2224180045

Kelas : 5A

Mata Kuliah : Fisiologi Hewan

1. Jelaskan macam-macam reseptor dan efektor pada hewan!


Jawaban :
Berdasarkan jenis energi yang ditransduksikan, reseptor sensoris dibedakan menjadi
5 macam yaitu kemoreseptor, mekanoreseptor, termoreseptor, elektroreseptor,
magnetoreseptor, dan reseptor rasa sakit.
1) Mekanoreseptor : Mekanoreseptor merasakan deformasi fisik yang
disebabkan oleh rangsangan seperti tekanan, regangan, gerakan, dan suara serta
semua bentuk energi mekanis. Pembengkokan atau peregangan membran
plasma sebuah sel mekanoreseptor meningkatkan permeabilitas terhadap ion
natrium maupun ion kalium, yang menyebabkan depolarisasi (potensial
reseptor). Indera peraba pada mamalia bergantung pada mechanoreceptors yang
merupakan dendrit neuron sensorik
2) Kemoreseptor : pada umumnya kemoreseptor mengirimkan informasi tentang
konsentrasi zat terlarut total suatu larutan. Kemoreseptor spesifik merespons
masing-masing jenis molekul. Ketika molekul stimulus berikatan dengan
kemoreseptor, kemoreseptor menjadi lebih atau kurang permeabel terhadap ion.
Osmoreseptor pada otak mamalia, misalnya, adalah reseptor umum yang
mendeteksi perubahan konsentrasi zat terlarut total dalam darah dan
merangsang rasa haus ketika osmolaritas meningkat. Kemudian pada antena
ngengat ulat sutera jantan memiliki kemoreseptor spesifik yang sangat sensitif.
3) Termoreseptor : Termoreseptor, yang merespons panas atau dingin,
membantu mengatur suhu tubuh dengan memberi sinyal suhu permukaan dan
bagian dalam tubuh.
4) Elektromagnetik reseptor : Reseptor elektromagnetik mendeteksi energi
elektromagnetik seperti cahaya, listrik, dan magnet. Fotoreseptor adalah
reseptor elektromagnetik yang mendeteksi cahaya. Fotoreseptor dapat
mendeteksi radiasi yang kita kenal sebagai cahaya tampak, sering kali
diorganisasikan menjadi mata. Ular mempunyai reseptor infra merah yang
sangat sensitif dalam mendeteksi panas tubuh mangsa yang berada di
lingkungan yang lebih dingin. Hampir semua hewan dapat mendeteksi cahaya.
Bahkan hewan yang tidak memiliki struktur fotoreseptor khusus, contohnya
amoeba, ternyata juga dapat mendeteksi cahaya. Lalu ada magnetoreseptor,
beberapa jenis hewan memiliki kemampuan untuk orientasi terhadap medan
magnet bumi. Kemampuan ini semacam ini bermanfaat dalam navigasi, yang
memungkinkan hewan mengenali sumbu utara-selatan. Contoh hewan yang
memiliki kemampuan ini ialah lebah madu, yang menggunakan medan
magnetik bumi untuk berkomunikasi. Banyak mamalia tampaknya
menggunakan garis medan magnet bumi untuk mengorientasikan dirinya saat
bermigrasi.
5) Reseptor rasa sakit : Reseptor rasa sakit pada manusia merupakan kelompok
dendrit telanjang pada epidermis kulit yang disebut nosiseptor (nociceptor).
Rasa sakit merupakan salah satu sensasi yang paling penting karena stimulus
diterjemahkan menjadi reaksi negatif, seperti penarikan diri dari bahaya.
Mereka merespons panas berlebih, tekanan, atau bahan kimia yang dilepaskan
dari jaringan yang rusak atau meradang.

Efektor ialah alat penghisap tanggapan biologis. Berikut ini adalah berbagai macam
penerimaan rangsang dan reseptornya pada hewan.

1) Tanggapan berupa Pergerakan Intrasel : Sitoskeleton merupakan rangka sel


yang berfungsi mempertahankan bentuk sel dan melaksanakan pergerakan sel
maupun pergerakan organel di dalam sel. Sebagian besar dari sel hewan (hampir
semua) melakukan pergerakan sel, salah satunya adalah sel saraf. Pada sel saraf
terjadi pergerakan neurotransmitter yang disintesis dalam badan sel kemudian
dibawa ke ujung akson yang selanjutnya memicu terjadinya transmisi sinaptik.
Pergerakan pada Amoeba juga tergantung pada adanya aliran sitoplasmik seperti
yang terjadi pada sel saraf.
2) Tanggapan berupa Pergerakan Otot : Aktin dan miosin juga berperan dalam
pergerakan otot. Gerakan otot sendiri merupakan hasil dari adanya gaya tarik-
menarik antara aktin dan miosin. 
3) Tanggapan berupa Pergerakan Ameboid : Pada hewan multiseluler, gerakan
ameboid dilakukan oleh sel darah putih yang meninggalkan aliran darah dan
masuk ke dalam jaringan yang rusak. Pada hewan bersel satu (Amoeba), gerak
ameboid terjadi dengan membentuk kaki semu (pseudopodia). Ketika amoeba
mendapat rangsang (misalnya rangsang makanan), plasma gel (fase gel) di
sebelah membran yang berdekatan dengan rangsang akan berubah menjadi
plasma sol (masuk ke fase sol). Adanya perubahan di satu sisi tersebut
menyebabkan timbul tekanan positif, sehingga aliran plasma sol akan bergerak
dari daerah bertekanan positif menuju ke daerah bertekanan negatif, akhirnya,
terbentuk pseudopodia yang dapat membuat amoeba bergerak. 
4) Tanggapan berupa Pelepasan Arus Listrik : Pelepasan arus listrik oleh efektor
hanya terjadi pada beberapa jenis ikan. Arus listrik tersebut dihasilkan oleh organ
elektrik, seperti yang terdapat pada Electrophorus electricus, belut listrik yang
berhabitat di sungai Nil. Arus listrik yang dikeluarkannya merupakan sebagai
benteng pertahanan yang ia ciptakan ketika merasa terancam, arus listrik yang
dikeluarkan dapat mencapai 750 volt, yang mampu membunuh hewan lain yang
besarnya hampir setara dengan tubuh manusia.
5) Tanggapan Perubahan Warna : Fungsi perubahan warna pada hewan antara
lain untuk menyamar, komunikasi kawin, dan pertahanan diri. Zat yang berperan
yaitu Kromatofor (sel yang mengandung pigmen).

Macam-macam reseptor berdasarkan letaknya, yaitu

 Eksoreseptor >> didekat permukaan tubuh dan berfungsi peneruskan perubahan yang
berasal dari lingkungan luar
 Enteroreseptor >> didalam tubuh yang berfungsi meneruskan perubahan didalam tubuh
2. Jelaskan bagaimana reseptor dan efektor pada hewan!
Jawaban :
 Reseptor
Pada umumnya, reseptor bekerja secara khusus. Artinya, reseptor tertentu
hanya akan menerima rangsang jenis tertentu. Jadi dalam satu individu hewan,
dapat ditemukan berbagai macam reseptor. Dalam sistem saraf, reseptor biasanya
berhubungan dengan saraf sensorik, reseptor bertugas sebagai transduser
(pengubah energi), yaitu mengubah energi dari suatu bentuk tertentu menjadi
bentuk energi yang lain. Pada saat sampai di reseptor, semua energi dalam bentuk
apapun akan segera diubah menjadi energi listrik, yang selanjutnya akan
membawa kepada perubahan elektrokimia sehingga timbul potensial aksi.
Proses timbulnya sensasi dimulai dari reseptor sensoris. Respons yang
diberikan reseptor sensoris merupakan balasan untuk adanya stimulus,
rangsangan yang mampu mengaktivasi reseptor sensori tertentu. Sebuah reseptor
sensoris hanya menanggapi dengan lemah atau tidak sama sekali menanggapi
stimulus lain yang tidak sesuai dengannya. Karakteristik dari reseptor sensoris ini
disebut sebagai selectivity. Selain itu, reseptor sensoris memproduksi dua macam
potensial membran dalam menanggapi sebuah stimulus, yaitu potensial generator
dan potensial aksi.
 Efektor
Efektor berhubungan erat dengan saraf motorik. Efektor merupakan alat
penghasil tanggapanTanggapan yang dihasilkan oleh efektor sangat bervariasi,
mulai dari tanggapan yang dapat dilihat secara jelas menggunakan mata
(misalnya gerak tubuh yang dihasilkan oleh jaringan otot dengan kemampuan
kontraksinya) sampai tanggapan yang tidak terlihat mata (misalnya sekresi
hormon oleh organ endokrin dan perubaha beberapa aspek metabolisme akibat
adanya hormon).
Contohnya pada beberapa jenis hewan mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan tanggapan berupa perubahan warna kulit, misalnya cumi-cumi,
gurita, bunglon, katak, dan ular. Perubahan warna dapat terjadi karena hewan
mempunyai kromatofor pada kulitnya. Kromatofor adalah sel yang mengandung
pigmen. Di bawah kendali endokrin, kramatofor dapat mengubah penyebaran
pigmen pada sel pigmen (terkumpul atau tersebar) dalam ukuran menit atau detik.
Mekanisme perubahan warna yang terjadi pada setiap spesies hewan tidak
sama. Pada cumi-cumi dan gurita, kromatofor terkait oleh sel otot sehingga
aktivitas kontraksi-relaksasi otot akan mengubah penyebaran pigmen. Jika otot
berkontraksi, kromatofor pada cumi-cumi dan oktopus meluas dan pigmen
tersebar. Akibatnya, kulit tampak lebih gelap. Sebaliknya, pada saat otot
berelaksasi, kromatofor mengerut dan pigmen didalamnya terkumpul sehingga
kulit tampak berwarna lebih terang. Jadi, perubahan warna kulit pada cumi-cumi
dan oktopus tergantung pada aktivitas otot, sedangkan kontraksi otot
dikendalikan oleh saraf. Cara kerja kromatofor tersebut berbeda dengan cara
kerja kromotofor amfibi. Pada amfibi, kromotofor bekerja dengan penyebaran
dan pengumpulan pigmen secara sederhana, atau kadang-kadang dikendalikan
oleh hormon (bukan oleh saraf).

Anda mungkin juga menyukai