Anda di halaman 1dari 100

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MEDIA SOSIAL


DENGAN SIKAP REMAJA DALAM SEKS BEBAS
PADA SISWA KELAS II DI SMAK
St. GABRIEL MAUMERE

OLEH
ADELHEID RISWANTI HERMINSIH

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2012

INTISARI
Hubungan Pengetahuan Tentang Media Sosial Dengan Sikap Remaja Dalam Seks
Bebas Pada Siswa Kelas II Di SMAK St. Gabriel Maumere
Pengetahuan yang dimiliki remaja dalam menggunakan media sosial seharusnya
menjadi senjata untuk remaja yang berwawasan IT luas dalam menghadapi tantangan dan
era globalisasi, namun hal tersebut malah menjadi wabah yang membawa mereka masuk
ke dalam dunia seks bebas. Hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa siswa SMAK
St. Gabriel diperoleh data bahwa sekolah pun sering melakukan razia terhadap siswa
yang membawa HP ke sekolah dan ditemukan banyak siswa yang tersita HP nya karena
menyimpan video dan gambar porno, untuk di kelas II 75 orang. Dari siswa lain
diperoleh data bahwa banyak siswa yang putus sekolah akibat menghamili dan dihamili
secara keseluruhan dari kelas I sampai kelas III adalah laki-laki: 8 orang dan
perempuan 10 orang.
Tujuan dalam penelitian adalah mengetahui hubungan pengetahuan tentang media
sosial dengan sikap remaja dalam seks bebas pada siswa kelas II di SMAK St. Gabriel
Maumere.
Metode penelitian menggunakan desain penelitian Analitik Kuantitatif. Teknik
pengambilan sampel menggunakan systematic sampling, populasi sebanyak 182 siswa,
sampel sebanyak 91 siswa, pengambilan data menggunakan kuesioner, dan uji statistic
yang digunakan uji Chi-Square.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah pengetahuan tentang media sosial, baik 66
(72,5%) reponden, cukup 23 (25,3%) responden, kurang 2 (2,2%) responden. Sikap
remaja dalam seks bebas, positif 27 (29,7%) responden, negatif 64 (70,3%) responden.
Kesimpulannya adalah Hubungan Pengetahuan Tentang Media Sosial Dengan
Sikap Remaja Dalam Seks Bebas Pada Siswa Kelas II di SMAK St.Gabriel Maumere
berdasarkan hasil penelitian diketahui ada hubungan dengan hasil (0,004) maka <
sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang media sosial
dengan sikap remaja dalam seks bebas.
Selain pengaruh media sosial seks bebas juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti
lingkungan dan peran orang tua, maka perlu ditingkatkan peran orang tua dalam mendidik
dan mengontrol pergaulan anak agar tidak masuk ke dalam dunia seks bebas.
Kata Kunci: Pengetahuan, Media Sosial, Sikap Remaja, Seks Bebas.

ABSTRACT
Knowledge About Social Media Corelations With Attitude Youth Students In Free
Sex In Class II In SMAK St.Gabriel Maumere
The knowledge of adolescents in the use of social media should be a weapon for
teenagers broad-minded in the face of the challenges of IT and globalization, but it is
actually a plague that brought them into the world of free sex. Results of interviews
conducted on several students SMAK St. Gabriel data showed that the school would often
conduct raids against students who took HP to the school and found a lot of students who
confiscated her mobile because storing pornographic videos and images, for class II 75
people. Data obtained from other students that a lot of students who drop out of school
due to impregnate and impregnated as a whole from class I to class III is men: 8 men
and 10 women.
The goal in the study was to determine the relationship of knowledge about social
media with adolescent attitude in free sex in class II at SMAK St.Gabriel Maumere.
Use research methods Quantitative Analytical study design. Sampling technique
using systematic sampling is to determine the sample using multiples of 2 from 182
populations, so that the sample of 91 respondents found.
The results obtained are knowledgeable about social media , either 66 (72.5%)
respondents, just 23 (25.3%) respondents, less than 2 (2.2%) respondents . Free sex teen
attitudes in a positive, 27 (29.7%) respondents, negative 64 (70.3%) respondents.
The conclusion is Knowledge About Social Media Relationships With Attitude Youth In
Free Sex In Second Grade Students at St. SMAK. Gabriel Maumere based on survey
results revealed no correlation with the results of (0.004) then < therefore concluded
that there is a relationship between knowledge of social media with the attitude of
teenagers in casual sex.
Keywords : Knowledge, Social Media, Youth Attitudes, Free Sex.

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Karya Ilmiah dengan judul Hubungan Pengetahuan Tentang Media
Sosial Dengan Sikap Remaja Dalam Seks Bebas Pada Siswa Kelas II di SMAK
St. Gabriel Maumere ini dapat penulis selesaikan dengan baik.
Di dalam penyusunan Karya Ilmiah ini, penulis mendapat banyak bimbingan
dan dorongan baik moral maupun material, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. Amandus Embo. M. Ed, selaku Rektor Universitas Nusa Nipa.
2. Benediktus Toki, SKM. M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan.
3. Drs. Anton Tonce selaku Kepala Sekolah SMAK St. Gabriel Maumere beserta
seluruh guru dan pegawai khususnya ibu Heny dan Ibu Laura selaku guru BP
serta Siswa/ Siswi Kelas II di SMAK St. Gabriel Maumere selaku responden
atas kerja sama, pengertian dan bantuannya selama penulis melakukan
penelitian
4. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Khususnya Program
Studi D-III Keperwatan yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis
menjalankan studi.
5. Keluarga tercinta, Bapak, Mama, kakak, adik serta teman teman
terimakasih atas kelimpahan dan kasih sayang serta pengorbanannya dalam
menyukseskan Karya Ilmiah ini.
Terimakasih juga kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, atas segala bantuannya sehingga Karya Ilmiah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis memohon maaf dan mengharapkan adanya saran dan
kritik yang membangun.

Maumere, November 2013

Penulis

DAFTAR ISI
Intisari.............................................................................................................

Abstract..........................................................................................................

vi

Kata Pengantar...............................................................................................

vii

Daftar Isi.........................................................................................................

ix

Daftar Tabel....................................................................................................

xii

Daftar Bagan...................................................................................................

xiii

Daftar Lampiran.............................................................................................

xiv

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................

A. Latar Belakang

............................................1

B. Rumusan Masalah

............................................5

C. Tujuan Penelitian

............................................6

1. Tujuan Umum

............................................6

2. Tujuan Khusus

............................................6

D. Manfaat Penelitian

............................................6

1. Teoritis

............................................6

2. Praktis

............................................6

E. E. Keaslian Penelitian

............................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................


A. Konsep Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan

............................................10
............................................10

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan .................


3. Tingkat Pengetahuan
B. Konsep Media Sosial

10

10

............................................12
............................................13

1. Definisi Media Sosial

............................................13

2. Klasifikasi Media Sosial

............................................14

3. Ciri-Ciri Media Sosial

............................................15

4. Peran Dan Fungsi Media Sosial ............................................16


5. Dampak Positif Dan Negtif Media Sosial..............................

18

6. Pemanfaatan Media Sosial Di Bidang Kesehatan..................

21

7. Pemanfaatan Media Sosial Dalam Pendidikan.......................

21

C. Konsep Sikap

............................................22

1. Definisi

............................................22

2. Sikap Sosial Dan Individual

............................................23

3. Ciri-Ciri Sikap

............................................24

4. Pembentukan Dan Perubahan Sikap.......................................


D. Konsep Remaja

............................................27

1. Definisi

............................................27

2. Tahap Perkembangan Remaja

............................................28

3. Karakteristik Pertumbuhan Dan Perkembangan Remaja.......


4. Cirikhas Remaja

............................................33

E. Konsep Seks Bebas

............................................36

1. Definisi

............................................36

2. Faktor Penyebab Seks Bebas

............................................38

3. Dampak Negatif Seks Bebas

............................................40

4. Dampak Negatif Lainnya

............................................41

5. Pencegahan Seks Bebas Di Kalangan Remaja.......................


F. Kerangka Konseptual

............................................43

G. Hipotesis

............................................43

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................


A. Jenis dan Desain Penelitian

............................................44

B. Populasi

............................................44

C. Sampel

............................................44

1. Sampling

............................................45

2. Kriteria Inklusi

............................................45

3. Besar Sampel

............................................46

D. Variabel Penelitian

............................................46

E. Definisi Operasional

............................................46

F. Instrumen Penelitian Dan Uji Instrument....................................


G. Tempat dan Waktu Penelitian

25

30

42

44

47

............................................48

H. Pengumpulan, Pengolahan Dan Analisa Data.............................


1. Pengumpulan Data

............................................48

2. Pengolahan Data

............................................49

48

3. Analisa Data

............................................50

I. Etika Penelitian

............................................51

1. Informed Consent

............................................52

2. Anonymity

............................................52

3. Confidentially

............................................52

J. Kerangka Operasional

............................................52

K. Keterbatasan Penelitian

............................................53

BAB IV HASIL PENELITIAN......................................................................


A. Data Umum

............................................54

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................


2. Karakteristik Responden
B. Data Khusus

54
54

............................................55
............................................57

1. Analisis Univariat

............................................57

2. Analisis bivariat

............................................58

BAB V PEMBAHASAN..............................................................................

60

A. Pengetahuan Tentang Media Sosial ............................................60


B. Sikap Remaja Dalam Seks Bebas ............................................61
C. Hubungan Pengetahuan Tentang Media Sosial Dengan
Sikap Remaja Dalam Seks Bebas ............................................64
BAB VI PENUTUP........................................................................................
A. Simpulan

............................................67

B. Saran

............................................67

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

67

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan Tentang Media
Sosial Dengan Sikap Remaja Dalam Seks Bebas Pada Siswa
Kelas II di SMAK St.Gabriel Maumere..............................................
47
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen.............................................................................
48
Table 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Siswa Kelas II di SMAK St.Gabriel Maumere.......................... 55
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Siswa
Kelas II di SMAK St.Gabriel Maumere............................................. 56
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Tentang Media Sosial pada siswa Kelas II di
SMAK St.Gabriel Maumere............................................................. 57
Tabel 4.4. Distribusi Sikap Remaja Dalam Seks Bebas Pada
Siswa Kelas II di SMAK St.Gabriel Maumere................................... 57
Tabel 4.5. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Tentang Media Sosial
Dengan Sikap Remaja Dalam Seks Bebas Pada Siswa Kelas II
di SMAK St.Gabriel Maumere........................................................... 58
Tabel 4.6. Hasil Uji Korelasi Chi-Square Hubungan Pengetahuan Tentang
Media Sosial Dengan Sikap Remaja Dalam Seks Bebas Pada
Siswa Kelas II di SMAK St.Gabriel Maumere................................... 59

DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan Tentang Media
Sosial Dengan Sikap Remaja Dalam Seks Bebas Pada Siswa
Kelas II di SMAK St. Gabriel Maumere........................................... 43
Bagan 3.1. Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan Tentang
Media Sosial Dengan Sikap Remaja Dalam Seks Bebas
Pada Siswa Kelas II di SMAK St. Gabriel Maumere........................ 47

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Izin Penelitian (KESBANGPOL)

Lampiran 2

Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 3

Jadwal Kegiatan

Lampiran 4

Rincian Biaya

Lampiran 5

Lembar Permintaan Menjadi Responden

Lampiran 6

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 7

Lembar Kuesioner

Lampiran 8

Master Tabel

Lampiran 9

Hasil Olah Data

Lampiran 10 Lembar Konsultasi Proposal

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan
berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal
untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Sayangnya banyak diantara mereka
yang tidak sadar bahwa beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan
justru dapat menjerumuskan, oleh karena itu tidak sedikit remaja yang jatuh ke
dalam perbuatan negatif, salah satunya adalah seks bebas atau seks pranikah
(Prasetyo, 2012).
Remaja merupakan masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang
jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial dan budaya. Secara
sosial budaya dan agama remaja dianggap belum berhak atas informasi dan
edukasi yang bersifat vulgar (Prasetyo, 2012). Seks memiliki arti yang luas,
namun definisi seks dapat dikelompokan menurut beberapa dimensi,
diantarnya dimensi biologis, dimensi faal, dimensi psikologis, dimensi medis,
dan dimensi sosial.
Dimensi

sosial

adalah

seksualitas

berkaitan

dengan

hubungan

interpersonal (hubungan antar sesama manusia). Seks bebas merupakan


pengaruh budaya yang datang dari barat dan kemudian diadopsi oleh
masyarakat Indonesia tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Faktor yang

mendukung penyebab terjadinya seks bebas adalah lingkungan pergaulan yang


buruk, kurangnya perhatian dari orang tua dan salah satunya adalah
penyalahgunaan media sosial (Prasetyo, 2012).
Pada dasarnya, media sosial adalah alat yang digunakan untuk
mempermudah orang diseluruh dunia berbagi pengetahuan, berinteraksi
dengan orang-orang yang berbeda ditempat lain di seluruh dunia, dan sebagai
sarana untuk mempermudah seorang atau perusahaan untuk mempromosikan
dan memperkenalkan produknya ke seluruh dunia. Namun faktanya, media
sosialpun seperti koin yang memiliki dua sisi, selain memiliki manfaat yang
positif, media sosial juga ternyata membawa dampak negatif bagi dunia
terutama pada remaja yang dapat dilihat dari banyaknya kasus yang terjadi
akibat penggunaan media sosial yang salah (Prasetyo, 2012).
Pengetahuan yang dimiliki remaja dalam menggunakan media sosial
seharusnya menjadi senjata untuk remaja yang berwawasan IT luas dalam
menghadapi tantangan dan era globalisasi, namun hal tersebut tidak disadari
oleh banyak remaja dan pengetahuan tersebut malah menjadi wabah yang
membawa mereka masuk ke dalam dunia seks bebas. Penyalahgunaan media
sosial juga sangat terlihat jelas terjadi pada remaja di kota Maumere, dimana
banyak remaja yang mengunjungi warnet-warnet bukan hanya mencari tugas
dan hal positif lainnya namun untuk mengakses gambar-gambar dan film
porno. Hal ini juga dapat dilihat dengan banyaknya HP yang disita oleh pihak
sekolah karena menyimpan gambar dan film porno saat melakukan razia.

BKKBN (Badan Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional) mencatat


hasil survei pada tahun 2010 menunjukan 51% remaja di Jabotabek telah
melakukan seks pranikah. Hasil survei dibeberapa wilayah lain di Indonesia,
seks pranikah juga dilakukan oleh beberapa remaja, misalnya saja di
Surabaya, tercatat 54%, di Bandung 47% dan 52% di Medan. Psikolog dan
juga penyuluh di BKKBN, Ratih Ibrahim meyakini bahwa seks informasi
yang semakin terbuka dan tekanan dari lingkungan menjadi penyebab remaja
melakukan seks pranikah. Berdasarkan hasil survey pada tahun 2012
Indonesia menempati urutan ke 4 dalam jumlah populasi pengguna facebook
di seluruh dunia. Total pengguna facebook di Indonesia berkisar 50.489.360
pengguna (Prasetyo, 2012).
Berdasarkan data yang didapat melalui hasil wawancara bersama guru
kesiswaan di SMAK St. Gabriel Maumere pada bulan September tahun 2013,
Jumlah siswa untuk kelas II adalah 182 orang yang terdiri dari tiga jurusan.
SMAK St. Gabriel Maumere juga memiliki Lab. Komputer disertai dengan
jaringan internet, dan siswa dapat menggunakan fasilitas internet tersebut pada
saat pelajaran komputer saja, dan melalui wawancara yang dilakukan pada
beberapa siswa SMAK St. Gabriel diperoleh data bahwa sekolah pun sering
melakukan razia terhadap siswa yang membawa HP ke sekolah dan ditemukan
banyak siswa yang tersita HP nya karena menyimpan video dan gambar porno,
untuk di kelas II 75 orang. Dari siswa lain diperoleh data bahwa banyak
siswa yang putus sekolah akibat menghamili dan dihamili secara keseluruhan

dari kelas I sampai kelas III adalah laki-laki: 8 orang dan perempuan 10
orang.
Media sosial juga diyakini merupakan salah satu agen penyebar konten
porno yang menyebabkan remaja melakukan hubungan seks bebas. Pesatnya
pengguna media sosial juga ternyata menimbulkan permasalahan baru
terutama di Indonesia. Terjadi peningkatan jumlah kasus seks bebas
dikalangan remaja, banyaknya remaja yang merelakan keperawanannya
kepada orang yang baru saja dikenalnya melalui media sosial, meningkatnya
kekerasan seksual terhadap remaja dan meningkatnya jumlah remaja sekolah
yang tidak perawan dalam beberapa tahun terakhir.
Mudahnya berinteraksi melalui media sosial dan banyaknya media sosial
yang disusupi konten porno, serta kurangnya pengawasan baik dari orang tua
maupun lingkungan disinyalir meningkatkan perilaku hubungan seks bebas
dikalangan remaja. Masalah ini sangatlah berbenturan dengan budaya kita
yang menjadi sandaran norma dan aturan dalam interaksi manusia. Dalam
pergaulan remajapun demikian, karena remaja merupakan bagian terbesar
yang terkena imbasnya.
Upaya yang harus dilakukan oleh orang tua adalah harus lebih selektif
dalam mendidik dan memfasilitasi anak dengan barang-barang elektronik, dan
lebih memberikan pendidikan secara religi kepada anak agar tidak mudah
goyah dalam pergaulan. Dari pihak sekolahpun sebaiknya fasilitas seperti
internet hanya dapat dilakukan bila siswa mengakses hal-hal yang positif guna

mendukung karirnya sedangkan untuk mengakses hal-hal yang lebih ke arah


negatif sebaiknya diblokir.
Dari fenomena diatas maka peneliti tertarik mengambil judul Hubungan
Pengetahuan Tentang Media Sosial Dengan Sikap Remaja Dalam Seks Bebas
Pada Siswa Kelas II di SMAK St. Gabriel Maumere.
B. Rumusan Masalah
Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan
berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal
untuk mengisi kehidupan mereka dan berbagai norma lain diabaikan karena
anggapan bahwa urusannya adalah urusannya sendiri bukan orang lain. Secara
etimologis, kata-seks berasal dari kata sexus yang berarti jenis kelamin, sexus
ini berasal dari kata secare yang berarti memisahkan, memotong, atau
mengelompokan manusia dalam dua jenis kelamin, yaitu pria dan wanita
dengan seluruh chirikhas, dengan sifat-sifat kepriaan dan kewanitaan
berdasarkan faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis spiritual dalam
seluruh proses dan tingkatan perkembangan menuju kepada kedewasaan.
Pada dasarnya, sosial media adalah alat yang digunakan untuk
mempermudah orang diseluruh dunia untuk berbagi pengetahuan, berinteraksi
dengan orang-orang yang berbeda ditempat lain diseluruh dunia, dan sebagai
sarana untuk mempermudah seorang atau perusahaan untuk mempromosikan
dan memperkenalkan produknya keseluruh dunia. Namun faktanya, media
sosialpun seperti koin yang memiliki dua sisi. Selain memiliki manfaat yang
positif bagi dunia media sosial juga membawa dampak negatif bagi dunia.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah


Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Tentang Media Sosial Dengan Sikap
Remaja Dalam Seks Bebas Pada Siswa Kelas II di SMAK St. Gabriel
Maumere?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang media sosial dengan
sikap remaja dalam seks bebas pada siswa kelas II di SMAK St. Gabriel
Maumere.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan tentang media sosial pada remaja.
b. Mengidentifikasi sikap remaja dalam seks bebas.
c. Menganalisa hubungan pengetahuan tentang media sosial dengan sikap
remaja dalam seks bebas.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Dapat menambah khasanah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
2. Praktis
a. Bagi Responden
Dapat memberikan pengetahuan tentang pengaruh buruk dalam
penggunaan media sosial yang mungkin dapat merubah pemikiran
maupun perilaku seksual terhadap dirinya sendiri.

b. Bagi SMAK St. Gabriel Maumere


Dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi
sekolah mengenai pengaruh pengetahuan media sosial dengan sikap
remaja dalam seks bebas sehingga sekolah dapat lebih memperhatikan
penggunaan media sosial oleh para siswa dan pergaulan para siswa.
c. Bagi Pembaca
Menambah wawasan pembaca mengenai sistem reproduksi
khususnya hubungan pengetahuan tentang media sosial dengan sikap
remaja dalam seks bebas.
d. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan pengalaman belajar dan pengetahuan bagi
peneliti terutama tentang sikap remaja dalam seks bebas.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh:
1. Prasetyo (2011), dengan judul Media Sosial Dan Pengaruhnya Terhadap
Hubungan Seks Bebas Di Kalangan Remaja, penelitian ini menggunakan
desain deskriptif. Jumlah populasi 32 responden dan jumlah sampel yang
diambil dengan teknik purposive sampling sebanyak 30 responden.
Pengumpulan

data

dilakukan

pada

tanggal

13-20

Juli

dengan

menggunakan teknik observasi dan alat ukurnya berupa check list. Setelah
data terkumpul kemudian dilakukan analisis data secara kualitatif dengan
menggunakan tabulasi frekuensi. Setelah data terkumpul kemudian

dilakukan analisis data secara kualitatif dengan menggunakan tabulasi


frekuensi. Dari penelitian didapatkan bahwa media sosial sangat
berpengaruh pada hubungan seks bebas pada kalangan remaja.
2. Sari (2008), dengan judul Pengaruh Tingkat Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Dan Lingkungan Pergaulan Terhadap Sikap Remaja Tentang
Seks Bebas di SMKN 6 Yogyakarta. Penelitian ini bersifat deskriptif
kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel pada
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas I, II, III SMK Negeri 6 Yogyakarta
yang berjumlah 212 siswa. Teknik pengambilan sampel stratified random
sampling. Alat yang digunakan kuesioner. Uji statistik menggunakan
rumus Kendal Tau regresi berganda. Dari hasil penelitian ini menunjukan
bahwa pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan kesehatan
reproduksi terhadap sikap remaja tentang seks bebas. Dengan nilai
signifikasi (p) 0,000, ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan
pergaulan terhadap sikap remaja tentang seks bebas dengan nilai
signifikasi (p) 0,000, dan ada pengaruh yang signifikan antara tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan terhadap
sikap remaja tentang seks bebas. Hasil uji statistik regresi linier berganda
diketahui nilai F 71,245 dengan signifikasi (p) 0,000. Sehingga penelitian
ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat
pendidikan kesehatan reproduksi terhadap sikap remaja tentang seks
bebas, ada pengaruh antara lingkungan pergaulan terhadap sikap remaja
tentang seks bebas dan ada pengaruh yang signifikan antara tingkat

pendidikan kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan terhadap sikap


remaja tentang seks bebas di SMKN 6 Yogyakarta.
3. Swariawan (2009), dengan judul Pengetahuan Remaja Tentang Seks dan
Sikap Remaja Terhadap Seks Bebas Di SMA. Metode penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
rancangan cross sectional study yaitu menelaah hubungan antara dua
variabel pada suatu situasi atau sekelompok objek dengan menggunakan
uji statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan= 0,05. Hasil dari
penelitian ini didapatkan data pengetahuan remaja tentang seks cukup
baik, sikap remaja terhadap seks bebas baik dan ada hubungan antara
pengetahuan remaja tentang seks dengan sikap remaja terhadap seks bebas
(P=0,033) (OR=3,583). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada
hubungan pengetahuan remaja tentang seks dengan sikap remaja terhadap
seks bebas di SMA Negeri 5 Makasar.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah judul, lokasi, desain penelitian,
populasi, dan sampel.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan
1. Definisi pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2008). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Faktor internal
1) Umur
Semakin cukup umur, semakin tinggi tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
Dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya dari orang lebih cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini


sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.
2) Intelegensia
Intelegensia diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
belajar berpikir kritis guna menyesuaikan diri secara mental dalam
situasi baru. Intelegensia bagi seseorang merupakan modal untuk
berpikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga
ia dapat menguasai lingkungan.
3) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang baik, oleh sebab itu
pengalaman

pribadimu

dapat

digunakan

sebagai

upaya

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan mengulangi


kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi pada masa lalu.
b. Faktor eksternal
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi penerimaan
informasi. Pendidikan formal memberikan pengetahuan dan
keterampilannya

diperlukan

intelektual sesorang.

2) Media massa dan informasi

untuk

mengembangkan

daya

Informasi akan memberi pengaruh pada pengetahuan


seseorang, semakin banyak informasi yang diperoleh maka akan
bertambah pula pengalaman.
3) Lingkungan
Keluarga merupakan lingkungan terdekat kita dan di mana
individu pertama kali mendapat pengetahuan.
4) Adat Istiadat
Adat istiadat yang terlalu mengikat akan menghambat tingkat
pengetahuan seseorang.
3. Tingkat pengetahuan
a. Tahu (Know)
Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (Chompherension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut. Tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus
dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.


d. Sintesis (Synthesis)

Sintesis

menunjukan

suatu

kemampuan

seseorang

untuk

merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari


komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
e. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat dalam suatu

masalah atau objek yang

diketahui.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi

berkaitan

dengan

kemampuan

seseorang

untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu


(Notoatmodjo, 2008).
B. Konsep Media Sosial
1. Definisi
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa
dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring
sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan
bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh
dunia (Yandita, 2012).
Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang
mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis
web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Andrea Kaplan dan
Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok

aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar idealogi dan teknologi
Web dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content
(Wikipedia, 2012).
2. Klasifikasi Media Sosial
Media sosial teknologi mengambil barbagai bentuk termasuk majalah, forum
internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki, podcast, foto atau gambar,
video, peringkat dan bookmark sosial. Enam jenis media sosial menurut (Kaplan
& Haenlein, 2010 dalam Wikipedia, 2012).
a. Proyek Kolaborasi
Website mengijinkan usernya untuk dapat mengubah, menambah,
ataupun meremove konten-konten yang ada di website ini. Contohnya:
Wikipedia.
b. Blog Dan Microblog
User lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu di blog ini
seperti curhat ataupun mengkritik kebijakan pemerintah, contohnya:
twitter.
c. Konten
Para user dari pengguna website ini saling meng-share kontenkonten media, baik seperti video, ebook, gambar dan lain-lain.
Contohnya: youtube.

d. Situs Jejaring Sosial

Aplikasi yang mengizinkan user untuk dapat terhubung dengan


cara membuat informasi pribadi sehingga dapat terhubung dengan
orang lain. Informasi pribadi itu bisa seperti foto-foto, contoh:
facebook.
e. Virtual Game World
Dunia virtual dimana mengreplikasikan lingkungan 3D, dimana
user bisa muncul dalam bentuk-bentuk avatar-avatar yang diinginkan
serta berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata,
contohnya: game online.
f. Virtual Social World
Dunia virtual dimana penggunanya merasa hidup di dunia virtual,
sama seperti Virtual Game World, berinteraksi dengan yang lain,
namun Virtual Social World lebih bebas dan lebih ke arah kehidupan,
contohnya: second life.
3. Ciri-Ciri Media Sosial
Wikipedia (2012), menyatakan ciri-ciri media sosial sebagai berikut:
a. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa
ke banyak orang, contohnya: pesan melalui SMS ataupun internet.
b. Pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper
c. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat dibanding media
lainnya dan penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.

4. Peran Dan Fungsi Media Sosial

Menurut Yandita (2012), media sosial memiliki kelebihan-kelebihan


dibanding media konvensional, antara lain:
a. Kesederhanaan
Dalam

sebuah

produksi

media

konvensional

dibutuhkan

keterampilan tingkat tinggi dan keterampilan marketing yang unggul,


sedangkan media sosial sangat mudah digunakan, bahkan untuk orang
tanpa dasar IT (Information Tekhnology) pun dapat mengaksesnya,
dibutuhkan hanyalah komputer dan koneksi internet.
b. Membangun hubungan
Media sosial menawarkan kesepakatan tidak tertandingi untuk
berinteraksi dengan pelanggan dan membangun hubungan. Perusahaan
mendapatkan sebuah feedback langsung, ide, pengujian dan mengelola
layanan pelanggan dengan cepat. Tidak dengan media tradisional yang
tidak dapat melakukan hal tersebut, media tradisional hanya
melakukan komunikasi satu arah.
c. Jangkauan Global
Media tradisional dapat menjangkau secara global tetapi tentu
saja dengan biaya sangat mahal dan memakan waktu. Melalui media
sosial, bisnis dapat mengomunikasikan informasi dalam sekejap,
terlepas dari lokasi geografis. Media sosial juga memungkinkan untuk
menyesuaikan konten anda untuk setiap segmen pasar dan memberikan
kesempatan bisnis untuk mengirimkan pesan ke banyak pengguna.
d. Terukur

Dengan sistem tracking yang mudah, pengiriman pesan dapat


terukur, sehingga perusahaan langsung dapat mengetahui efektifitas
promosi. Berbeda dengan media konvensional yang membutuhkan
waktu yang lama.
e. Fungsi Media Sosial
Ketika kita hendak mendefinisikan media sosial sebagai sistem
komunikasi maka kita harus mendefinisikan fungsi-fungsi terkait
dengan sistem komunikasi, yaitu:
1) Administrasi
Pengorganisasian profil karyawan perusahaan dalam jaringan
sosial yang relevan dan relatif dimana posisi pasar anda sekarang.
Pembentukan pelatihan kebijakan media sosial, dan pendidikan
untuk semua karyawan pada pengguna media sosial. Pembentukan
sebuah blog organisasi dan integrasi konten dalam masyarakat
yang relevan.
2) Mendengarkan Dan Belajar
Pembuatan sistem pamantauan adalah untuk mengetahui
permintaan pasar.
3) Berfikir Dan Perencanaan
Dengan melihat tahap satu dan dua, bagaimana anda akan
tetap di depan pasar dan bagaimana anda berkomunikasi ke pasar.
Teknologi sosial mampu meningkatkan efisiensi operasional
hubungan pasar.

4) Pengukuran
Menetapkan langkah-langkah efektif sangat penting untuk
mengukur apakah metode yang digunakan, isi yang dibuat dan alat
yang digunakan efektif dalam meningkatkan posisi dan hubungan
pasar anda.
5. Dampak Positif Dan Negatif Media Sosial
Menurut Yandita (2012), dampak positif dan negatif media sosial antara lain:
a. Dampak Positif Media Sosial
1) Sebagai Media Penyebaran Informasi
Informasi yang up to date sangat mudah menyebar melalui
situs jejaring sosial, hanya dalam tempo beberapa menit setelah
kejadian kita bisa menikmati informasi tersebut. Ini sangatlah
bermanfaat bagi kita sebagai manusia yang hidup di era digital
seperti sekarang ini.
2) Sebagai Sarana Untuk Mengembangkan Keterampilan Dan Sosial
Mengasah keterampilan teknis dan sosial merupakan
kebutuhan yang wajib dipenuhi agar bisa bertahan hidup dan
berada dalam neraca persaingan di era moderen seperti sekarang
ini. Hal ini sangatlah penting, tidak ada batasan usia, semua orang
butuh untuk berkembang.
3) Memperluas Jaringan Pertemanan
Jejaring sosial dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan
siapa saja, bahkan dengan orang yang belum kita kenal sekalipun

dari berbagai penjuru dunia. Kelebihan ini bisa kita manfaatkan


untuk menambah wawasan, bertukar pikiran, saling mengenal
budaya dan ciri khas daerah masing-masing, dan lain-lain.
Jejaring sosial juga dapat mengasah kemampuan berbahasa
seseorang, misalnya belajar bahasa Inggris dengan memanfaatkan
fasilitas call atau video call yang disediakan di situs jejaring sosial.
Berbagai situs jejaring sosial sangat menyedot perhatian publik.
Sebagian

besar

menghabiskan

waktu

berjam-jam

untuk

mengunjungi situs tersebut, oleh karena itu diperlukan cara untuk


mengatasi kecanduan jaringan sosial ini seperti dengan membatasi
waktu penggunaan internet, terutama situs jaringan sosial. Kita
juga perlu belajar menggunakan jaringan internet secara bijak
sehingga kita tidak menjadi orang yang mencandu akan jejaring
sosial. Sebaliknya para pengguna situs jejaring sosial ini tidak
harus berhenti total untuk tidak menikmati situs tersebut, namun
lebih bijak kalau secara perlahan untuk menguranginya yaitu
dengan mengurangi jam bermain facebook, twitter, dan lain-lain.
b. Dampak Negatif Media Sosial
1) Kecanduan situs jejaring sosial seperti facebook atau my space juga
bisa membahayakan kesehatan karena memicu orang untuk
mengisolasikan diri. Mengisolasi diri dapat mengubah cara kerja
gen, membingungkan respons kekebalan, level hormon, fungsi urat
nadi, dan merusak performa mental.

2) Seorang yang menghabiskan waktunya di depan komputer akan


jarang berolahraga sehingga kecanduan aktivitas ini dapat
menimbulkan kondisi fisik yang lemah bahkan obesitas.
3) Kerusakan fisik juga sangat mungkin terjadi, bila menggunakan
mouse dan memencet keypad ponsel selama berjam-jam setiap
hari, seorang dapat mengalami cedera tekanan yang berulangulang. Penyakit punggung juga merupakan hal yang umum terjadi,
pada orang-orang yang menghabiskan banyak waktu duduk di
depan meja komputer.
4) Media elektronik seperti komputer, laptop atau handphone (ponsel)
juga menghancurkan secara perlahan-lahan kemampuan anak-anak
dan kalangan dewasa muda untuk mempelajari kemampuan sosial
dan membaca bahasa tubuh, maksudnya adalah seorang akan
mengalami pengurangan interaksi dengan sesama mereka dalam
jumlah menit perharinya menyebabkan, jumlah orang yang tidak
dapat diajar berdiskusi mengenai masalah penting, menjadi
semakin meningkat setiap harinya.
5) Kejahatan dunia maya (cybel crime). Seiring berkembangnya
teknologi, berkembang pula kejahatan. Di dunia internet, kejahatan
dikenal dengan nama cybel crime. Kejahatan dunia maya sangatlah
beragam, diantaranya: carding, hacking, cracking, phising dan
spamming.
6) Waktu terbuang dengan sia-sia.

6. Pemanfaatan Media Sosial Di Bidang Kesehatan


Media sosial memang tidak dapat digunakan sebagai pengganti metode
tradisional dari pengobatan atau perawatan kesehatan, tetapi dapat digunakan
untuk meningatkan kesadaran dan menciptakan komunitas global yang
berpengetahuan luas dan mampu menyerap informasi yang terus berkembang
(Yandita, 2012).
Peningkatan pengetahuan dan tanggung jawab masyarakat sebagai
konsumen kesehatan serta penyedia layanan kesehatan, dan kemampuan dokter
untuk menyebarkan peningkatan kesadaran masyarakat dengan biaya terjangkau
pasti memiliki dampak yang mendalam dan positif

untuk jangka panjang,

terutama jika metode komunikasi online disektor kesehatan dilakukan secara


menyeluruh (Yandita, 2012).
7. Pemanfaatan Media Sosial Dalam Pendidikan
Menurut Yandita (2012), beberapa kalangan dari dunia pendidikan mulai
giat melakukan kegiatan belajar mengajar, dengan media sosial sebagai salah satu
medianya. Hal demikian merupakan teroboson yang penting dan menarik. Serta
dapat membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan. Berikut
adalah beberapa contoh sekolah atau kelas dapat memanfaatkan media sosial:
a. Menyebarkan informasi yang berkaitan dengan sekolah atau kelas
melalui twitter atau facebook.
b. Guru-guru dapat membagikan bahan pelajaran dan tugas melalui blog.
Murid-murid juga dapat menuliskan tugas-tugas mereka di blog.

c. Meningkatkan kebanggaan pada sekolah atau kelas dengan membuat


facebook page, sehingga dapat berbagi berbagai hal seperti foto-foto
kegiatan, informasi tentang sekolah atau kelas, bahkan dapat juga
menjual merchandise sekolah atau kelas secara online.
d. Sekolah juga dapat memanfaatkan blog maupun facebook untuk
mempromosikan diri.
e. Sekolah dapat berhubungan dengan orang tua siswa melalui media
sosial, sehingga orang tua selalu mendapatkan informasi terkini.
f. Alumni sekolah dapat selalu terhubung dan kemudian berkembang,
dan lain sebagainya.
C. Konsep Sikap Atau Attitude
1. Definisi
Pengertian sikap atau attitude dapat diterjemahkan dengan sikap terhadap
obyek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi
sikap tersebut disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap
obyek itu. Jadi, sikap atau attitude bisa diterjemahkan dengan tepat sebagai sikap
dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal, suatu obyek (Gerungan, 2010).

2. Sikap Atau Attitude Sosial Dan Individual


Manusia tidak dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan
tertentu, tetapi attitude-attitude tersebut dibentuk sepanjang perkembanganya.
Peranan attitude dalam kehidupan manusia berperanan besar, sebab apabila sudah
dibentuk pada diri manusia, maka attitude-attitude itu akan turut menentukan

tingkah lakunya terhadap obyek-obyek attitude-nya. Adanya attitude-attitude


menyebabkan bahwa manusia akan bertindak secara khas terhadap obyekobyeknya.
a. Sikap/Attitude Sosial
Attitude sosial pernah dirumuskan sebagai berikut: suatu attitude
sosial dinyatakan dengan cara-cara kegiatan yang sama dan berulangulang terhadap obyek sosial. Attitude sosial menyebabkan terjadinya
cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu
objek sosial, dan biasanya attitude sosial dinyatakan tidak hanya oleh
seseorang, tetapi juga oleh sekelompok atau seluruh masyarakat.
Attitude sosial menyebabkan terjadinya tingkah laku yang khas dan
berulang-ulang terhadap obyek sosial, dan karenanya maka attitude
sosial turut merupakan suatu faktor penggerak dalam pribadi individu
untuk bertingkah laku secara tertentu sehingga attitude sosial
mempunyai sifat-sifat dinamis yaitu merupakan salah satu penggerak
internal didalam pribadi orang yang mendorongnya berbuat sesuatu
dengan cara tertentu.

b. Sikap/Attitude Individual
Attitude individual terdiri atas kesukaan dan ketidaksukaan
pribadi atas obyek seperti orang binatang dan hal-hal tertentu.
Attitude individual berbeda dengan attitude sosial, yaitu:
1) Attitude individual dimiliki oleh seorang demi seorang saja.

2) Attitude individual berkenaan dengan obyek-obyek yang bukan


merupakan obyek perhatian sosial.
3. Ciri-Ciri Attitude/ Sikap
Menurut Gerungan (2010), ciri-ciri attitude/sikap adalah sebagai berikut:
a. Attitude tidak dibawah orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau
dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan
dengan obyeknya.
b. Attitude dapat berubah-ubah, karena itu attitude, dapat dipelajari
orang atau sebaliknya, attitude-attitude dapat dipelajari sehingga
attitude-attitude dapat berubah pada seseorang bila terdapat keadaankeadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya
attitude pada orang itu.
c. Attitude tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi
tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, attitude, dipelajari,
atau berubah senantiasa berkaitan dengan suatu obyek tertentu yang
dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Obyek attitude dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi attitude tidak
berkaitan dengan satu obyek saja tetapi juga berkaitan dengan
sederetan obyek yang serupa.
e. Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat
inilah yang membedakan attitude dari kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

4. Pembentukan Dan Perubahan Attitude


Pembentukan

attitude

tidak

terjadi

dengan

sendirinya,

tetapi

pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkaitan


dengan obyek tertentu. Interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar
kelompok dapat mengubah attitude atau membentuk attitude yang baru. Faktorfaktor lain yang turut memegang peranan adalah faktor-faktor internal dan faktor
eksternal (Gerungan, 2010).
a. Faktor-Faktor Internal
Pengamatan dan penangkapan manusia senantiasa melibatkan
suatu proses pilihan diantara seluruh rangsangan kita; suatu pilihan
diantara berbagai rangsangan yang kemudian kita perhatikan dan
tafsirkan dengan lebih mendalam. Pilihan tersebut berhubungan erat
dengan attitude-attitude yang bekerja di dalam diri kita pada waktu itu
dan mengarahkan minat perhatian kita terhadap obyek-obyek tertentu
diantara keseluruhan obyek yang mungkin kita perhatikan pada waktu
itu. Selektivitas dalam pengamatan senantiasa berlangsung karena
individu manusia tidak dapat memperhatikan semua rangsangan yang
datang dari lingkungannya dengan taraf perhatian yang sama.
b. Faktor-Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal dalam pembentukan dan perubahan
attitude adalah:
1) Dalam interaksi kelompok, dimana terdapat hubungan timbal-balik
yang langsung antara manusia.

Perubahan attitude dapat berlangsung dalam interaksi


kelompok, tetapi dalam hal itu harus dibedakan pula dua macam
interaksi kelompok, yaitu:
a) Perubahan attitude karena shifting of reference-groups.
Interaksi lebih lama dan lebih mendalam karena
berlangsung dalam lingkungan kehidupan didalam satu
kelompok saja. Namun jika harus meninggalkan kelompok
keluarganya untuk belajar atau alasan tertentu, maka dengan
alasan tersebut terdapat dua kemungkinan ia bertahan pada
norma dan attitude-attitude kehidupan kelompok keluarga
(reference-group-nya) atau melepaskan norma dan attitudeattitude reference-group-nya dan menyesuaikan dirinya dengan
attitude-attitude dari membership-group-nya sehingga dengan
demikian menyetujui norma dan attitude yang baru itu, dan
dengan demikian reference-group-nya bukan lagi kelompok
keluarga melainkan kelompok balajarnya.
b) Perubahan attitude di dalam situasi kontak sosial antar
kelompok.
Perubahan attitude dalam situasi kontak antara dua
kelompok berbeda dengan situasi dimana individu dilibatkan
secara aktif untuk turut serta dalam interaksi intensif dan cukup
lama. Interaksi tidak diadakan secara berkesinambungan serta
dalam waktu yang cukup panjang.

D. Konsep Remaja
1. Definisi
a. Batasan usia remaja menurut WHO (2006) adalah 12 sampai 24 tahun
(Prasetyo, 2012).
b. Usia remaja adalah usia yang cukup krusial dalam perkembangan
manusia. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan
masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak dalam bentuk badan ataupun cara berfikir
atau bertindak, tetapi mereka bukan pula orang dewasa yang telah
matang. Dalam beberapa litelatur, usia remaja adalah anak yang
mancapai usia 10-20 tahun (Prasetyo, 2012).
c. Undang-undang No.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak,
menguraikan bahwa remaja adalah seseorang yang belum mencapai
usia 21 tahun dan belum menikah. Perkembangan masa remaja bisa
ditandai dengan tiga jenis perubahan yang ada pada dirinya baik secara
fisik, kognitif, dan psikososial. Apabila pada usia remaja seseorang
sudah menikah maka ia tergolong dalam dewasa dan tidak remaja lagi.
Sebaliknya jika usia sudah bukan remaja lagi tetapi masih tergantung
pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukan ke dalam kelompok
remaja (Prasetyo, 2012).
d. Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama dimana
individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa, biasanya antara usia 12-30 tahun. Istilah adolensens biasanya

menunjukan maturasi psikologi individu, ketika pubertas menunjukan


titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi (Potter dan Perry, 2005).
2. Tahap Perkembangan Remaja
Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja sampai dengan
fase remaja akhir, pada fase-fase ini terdapat beragam ciri khas pada masingmasing fase (Wirajuniarta, 2012 dalam Mutiarach, 2012).
a. Fase Praremaja
Periode transisi antara masa kanak-kanak dan adolesens sering
dikenal sebagai praremaja oleh profesional dalam ilmu perilaku (Potter
dan Perry, 2005). Menurut Hall seorang sarjana psikologis Amerika
Serikat, masa muda (youth or preadolescence) adalah masa
perkembangan manusia yang terjadi pada umur 8 sampai 12 tahun.
Fase praremaja ini ditandai dengan kebutuhan menjalin
hubungan dengan teman sejenis, kebutuhan akan sahabat yang akan
dipercaya, bekerja sama dalam melaksanakan tugas, dan memecahkan
masalah kehidupan, dan kebutuhan dalam membangun hubungan
dengan teman sebaya yang memiliki persamaan, kerja sama, tindakan
timbal balik, sehingga tidak kesepian (Sunaryo, 2004 dalam
Mutiarach, 2012). Tugas perkembangan terpenting dalam fase
praremaja yaitu, belajar melakukan hubungan dengan teman sebaya
dengan cara berkompetisi, berkompromi dan bekerjasama.
b. Fase Remaja Awal (Early Adolescence)

Fase remaja awal merupakan fase lanjutan dari praremaja. Pada


fase ini ketertarikan kepada lawan jenis mulai nampak. Sehingga,
remaja mencapai suatu pola untuk memasukan suatu dorongan
genitalnya. (Santrock, 2002 dalam Mutiarach, 2012), mengemukakan
bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan
orang tua meningkat melampaui tingkat masa kanak-kanak.
Hal terpenting pada fase ini menurut (Sunaryo, 2004 dalam
Mutiarach, 2012), antara lain:
1) Tantangan utama adalah mengembangkan aktifitas heteroseksual.
2) Terjadi perubahan fisiologis.
3) Terdapat pemisahan antara hubungan erotik yang sasarannya
adalah lawan jenis dan keintiman dengan jenis kelamin yang sama.
4) Jika erotik dan keintiman tidak dipisahkan, maka akan terjadi
hubungan homoseksual.
5) Timbul banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual,
keamanan dan keakraban.
6) Tugas perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dengan
melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda.
c. Fase Remaja Akhir
Fase remaja akhir merupakan fase dengan ciri khas aktifitas
seksual yang sudah terpolakan. Hal ini didapatkan melalui pendidikan
hingga terbentuk pola hubungan antar pribadi yang sungguh-sungguh

matang. Fase ini merupakan inisiasi kearah hak, kewajiban, kepuasan,


tanggung jawab kehidupan sebagai masyarakat dan warga Negara.
(Sunaryo, 2004 dalam Mutiarach, 2012), mengatakan bahwa
tugas perkembangan fase remaja akhir adalah economic ally,
intellectually, dan emotionally self sufficient.
3. Karakteristik Pertumbuhan Dan Perkembangan Remaja
a. Perkembangan biologis
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa
pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan
sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi
semakin lebih panjang dan tinggi) selanjutnya, mulai berfungsi alatalat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah
pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh
(Sarwono, 2006 dalam Mutiarach, 2012).

b. Perubahan Fisik dan Maturasi Seksual


Menurut Potter dan Perry (2005), perubahan fisik terjadi dengan
cepat pada adolesens. Maturasi seksual terjadi seiring perkembangan
karakteristik seksual primer dan sekunder. Karakteristik primer berupa
perubahan fisik dan hormonal yang penting untuk reproduksi, dan

karateristik sekunder secara eksternal berbeda pada laki-laki dan


perempuan. 4 fokus utama perubahan fisik adalah:
1) Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot, dan visera.
2) Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebar pinggul.
3) Perubahan distribusi otot dan lemak.
4) Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder.
Variasi yang luas terjadi dalam waktu perubahan fisik berkaitan
dengan pubertas, dan pada anak perempuan perubahan fisik cenderung
mulai lebih awal dari pada anak laki-laki (Potter dan Perry, 2005).
c. Efek Perubahan Fisik Pada Interaksi Sebaya
Adolesens sensitif terhadap perubahan fisik yang membuat
mereka berbeda dengan sebayanya. Umumnya mereka tertarik pada
pola normal pertumbuhan dan kurva pertumbuhan personalnya.
Jumlah gangguan makanan pada puncaknya adalah pada
adolensens wanita dan pengetahuan kemajuan pertumbuhan mungkin
adalah suatu cara untuk menghentikan aktifitas penurunan berat badan
secara radikal. Jika seorang adolensens menyimpang dari pola
biasanya secara radikal, pengkajian lebih lanjut perlu dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebabnya.
Berat badan yang sangat besar yang merupakan akibat dari
masukan kalori yang berlebihan atau tidak adekuat merupakan hal
umum selama masa adolensens (Potter dan Perry, 2005).
d. Perkembangan Kognitif

Perubahan

yang

terjadi

dalam

pemikiran

dan

peluasan

lingkungan andolesens mengakibatkan pada aktifitas formal, tingkat


teringgi perkembangan intelektual, menurut Piaget secara lebih nyata
pemikiran operasional formal bersifat lebih abstrak, idealistis, dan
logis.
Remaja berfikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak,
misalnya dapat menyelesaikan masalah aljabar abstrak. Remaja juga
lebih idealistic dalam berfikir seperti karakteristik ideal dari diri
sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai
berfikir

seperti

ilmuwan,

menyusun

berbagai

rencana

untuk

memecahkan masalah dan secara sistematis menuju cara pemecahan


yang terpikirkan (Potter dan Perry, 2005).
e. Perkembangan Sosial
Potter dan Perry (2005), mengatakan bahwa perubahan emosi
selama pubertas dan masa remaja sama dramatisnya seperti perubahan
fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya tanggung
jawab dan asimilasi penghargaan masyarakat.
(Santrock, 2003 dalam Mutiarach, 2012), mengungkapkan bahwa
pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan
individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian,
dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah
orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sifat
asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran

gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional


dalam perkembangan remaja.
Kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka
secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya
kematangan dan kompetensi sosial mereka. Pencarian identitas diri
merupakan tugas utama dalam perkembangan psikososial adolesens
(Santrock, 2003 dalam Mutiarach, 2012).
Remaja harus membentuk hubungan sebaya yang dekat atau
tetap terisolasi secara sosial (Potter dan Perry, 2005). Pencarian
identitas diri ini meliputi identitas seksual, identitas kelompok,
identitas keluarga, identitas pekerjaan, identitas kesehatan dan identitas
moral.
4. Cirikhas Remaja
a. Hubungan Dengan Teman Sebaya
Menurut (Santrock, 2003 dalam Mutiarach, 2012), teman sebaya
(peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat
kedewasaan yang sama. Anak-anak den remaja mulai belajar mengenai
pola hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi
dengan teman sebaya.
Secara emosional, mereka menjalin hubungan yang lebih dekat
dengan kelompoknya dibandingkan dengan keluarganya. Kriris
identitas ini membuat remaja mengalami rasa malu, takut, dan gelisah
yang menimbulkan gangguan fungsi di rumah dan di sekolah (Potter

dan Perry, 2010). Ada beberapa strategi yang tepat untuk mencari
teman menurut (Santrock, 2003 dalam Mutiarach 2012), yaitu:
a. Menciptakan interaksi sosial yang baik mulai dari menanyakan
nama, usia, dan aktivitas favorit.
b. Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.
c. Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau
bekerja sama.
d. Menghargai diri sendiri dan orang lain.
e. Menyediakan dukungan sosial seperti memberi pertolongan,
nasihat, duduk berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan
menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian.
b. Hubungan Dengan Orang Tua Penuh Konflik
Hubungan dengan orang tua penuh dengan konflik ketika
memasuki masa remaja awal. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif
yang meliputi peningkatan idealisme dan penalaran logis, perubahan
sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan
kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar
oleh pihak orang tua dan remaja (Potter dan Perry, 2005).
c. Keingintahuan Tentang Seks Yang Tinggi
Seksualitas mengalami perubahan sejalan dengan individu yang
terus tumbuh dan berkembang (Potter dan Perry, 2005). Setiap tahap
perkembangan memberikan perubahan pada fungsi dan peran seksual

dalam hubungan. Masa remaja merupakan masa dimana individu


mengalami orientasi seksual primer mereka lebih banyak dari pada
masa perkembangan manusia lainnya. Remaja menghadapi banyak
keputusan dan memerlukan informasi yang akurat mengenai topiktopik seperti perubahan tubuh, aktivitas seksual, respons emosi
terhadap hubungan intim seksual, PMS, kontrasepsi, dan kehamilan.
Informasi faktual ini dapat datang dari rumah, sekolah, buku
ataupun teman sebaya. Bahkan informasi seperti inipun, remaja
mungkin tidak menginteraksikan pengetahuan ini ke dalam gaya
hidupnya. Mereka mempunyai orientasi saat ini dan rasa tidak rentan.
Karakteristik ini dapat menyebabkan mereka percaya bahwa kehamilan
atau penyakit tidak akan terjadi pada mereka, dan karenanya tindak
kewaspadaan tidak diperlukan. Penyuluhan kesehatan harus diberikan
dalam konteks perkembangan ini (Potter dan Perry, 2005).
d. Mudah stress
Stress adalah segala situasi dimana tuntunan non-spesifik
mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan
tindakan. Stress dapat menyebabkan perasaan negatif. Umumnya,
seorang dapat mengadaptasi stress jangka panjang maupun jangka
pendek sampai stress tersebut berlalu, namun jika adaptasi itu gagal
dilakukan, stress dapat memicu berbagai penyakit (Selye, 1976 dalam
Potter dan Perry, 2005)

Remaja juga sangat rentan dengan stress, sebab dimasa ini


seseorang akan memiliki keinginan serta kegiatan yang sangat banyak,
namun apabila keinginan dan kegiatan itu tidak berjalan atau tidak
terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja cenderung menjadikan hal
tersebut sebagai beban pikiran mereka sehingga remaja mudah
mengalami stress. Untuk mengobati itu, remaja menghibur diri atau
meminimalisir stress mereka dengan berkumpul atau bersenang-senang
dengan teman sebaya (Potter dan Perrry, 2005).
E. Konsep Seks Bebas
1. Definisi
Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan
pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunnia prostitusi. Seks bebas bukan
hanya dilakukan oleh kaum remaja bahkan yang telah berumah tangga juga sering
melakukannya dengan orang yang bukan pasangannya. Seks bebas merupakan
tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk
tingkah laku. Faktor-faktor yang menyebabkan seks bebas karena adanya
pertentangan dari lawan jenis, adanya tekanan dari keluarga dan teman (Apig,
2012). Seks memang memiliki definisi yang luas. Namun, jika kita berbicara
mengenai seks secara keseluruhan, maka yang dimaksudkan adalah pendidikan
mengenai jenis kelamin. Definisi seks dapat dikelompokan menurut beberapa
dimensi, diantaranya:
a. Dimensi Biologis

Berkaitan

dengan

alat

reproduksi,

didalamnya

termasuk

pengetahuan mengenai hormon-hormon, menstruasi, masa subur,


gairah seks, bagaimana menjaga kesehatan dan gangguan seperti
penyakit menular seksual, dan bagaimana memfungsikannya secara
optimal (secara biologis).
b. Dimensi Faal
Mencakup pengetahuan mengenai proses pembuahan, bagaimana
ovum bertemu dengan sperma dan membentuk zigot dan seterusnya.
c. Dimensi Psikologis
Seksualitas berkaitan dengan bagaimana kita menjalankan fungsi
kita sebagai makhluk seksual dan identitas peran jenis, pria dipandang
lebih agresif dari pada wanita.
d. Dimensi Medis
Adalah pengetahuan mengenai penyakit dalam berhubungan seks
seperti terjadinya impotensi, nyeri keputihan dan sebagainya.
e. Dimensi Sosial
Seksualitas berkaitan dengan hubungan interpersonal (hubungan
antar sesama manusia). Seringkali hambatan interaksi ditimbulkan oleh
kesenjangan peran jenis antara laki-laki dan perempuan. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor budaya dan idola asuh yang lebih
memprioritaskan posisi laki-laki (Mutiarach, 2012).
2. Faktor Penyebab Seks Bebas
Menurut Mutiarach (2012), faktor penyebab seks bebas antara lain:

a. Akibat Atau Pengaruh Mengonsumsi Berbagai Tontonan.


Tontonan berkolerasi secara positif dan signifikan dalam
membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan sinetron,
baik film yang ditonton di layar kaca maupun film yang di tonton di
layar lebar serta tampilan-tampilan porno yang banyak dijajak di
media sosial. Faktor lingkungan, baik lingkungan keluraga maupun
lingkungan pergaulannya.
b. Tekanan Yang Datang Dari Teman Pergaulannya.
Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat
juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan
hubungan seks, bagi remaja tersebut tekanan dari teman-temannya
dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat dari pacarnya sendiri.
c. Tekanan Dari Pacar.
Karena kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai, seorang
harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa
memikirkan resiko yang akan dihadapinya. Dalam hal ini yang
berperan bukan nafsu seksual saja, namun juga merupakan sikap
memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan
suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya
orang dewasa.
d. Rasa penasaran
Pada masa remaja keingintahuannya begitu besar terhadap seks,
apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa terasa nikmat,

ditambah lagi adanya informasi yang tidak terbatas maksudnya, maka


rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh
lagi melakukan berbagai macam percobaan.
e. Pelampiasan diri
Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya: karena
terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat
sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka
dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari
pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan bebas.
f. Peran Orang Tua
Orang tua dalam hal ini sangat berperan penting, dalam
mencegah seks bebas, namun jika peranan tersebut tidak dapat
dilaksanakan dengan baik oleh orang tua maka anak atau remaja dapat
terjerumus ke dalam dunia seks bebas. Kurangnya panutan yang
diberikan orang tua kepada anak akibat selalu sibuk dengan
pekerjaannya, kurangnya komunikasi yang baik antara orang tua dan
anak, orang tua tidakdapat menjadi teman dan penghibur bagi anak.

3. Dampak Negatif Seks Bebas


Menurut Mutiarach (2012), dampak negatif seks bebas antara lain:
a. Kesehatan

Sangat banyak sekali dampak negatif yang diakibatkan oleh seks


bebas apalagi bersangkutan dengan kesehatan. Beberapa penyakit yang
diakibatkan seks bebas:
1) Sifilis Atau Raja Singa
Gejala-gejala

pada

lelaki:

bintil-bintil

berair

disertai

timbulnya luka yang terasa nyeri disekitar kelamin. Pada stadium


lanjut akan nampak seperti koreng berwarna merah (luka terbuka).
Kadang-kadang disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu.
Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah
hubungan seksual.
Setelah 2-3 tahun penyakit ini tidak menunjukan gejala
apapun, tetapi setelah 5-10 tahun penyakit ini akan menyerang
susunan saraf otak, pembuluh darah, dan jantung. Gejala-gejala
pada perempuan sama seperti pada lelaki.
2) HIV/ AIDS
Gejala-gejala pada lelaki: walaupun virus sudah ada dalam
darah, tidak tampak gejala sama sekali. Pada penderita yang sudah
menunjukan gejala AIDS nampak gejala yang sangat kompleks,
yang sulit dibedakan dengan penderita kanker stadium lanjut.
Gejala-gejala pada perempuan sama seperti pada lelaki.
3) Herpes Kelamin
Gejala-gejala pada lelaki: badan lemas, nyeri sendi pada
daerah terinfeksi, demam. Tampak kelainan kulit yang berbenjol-

benjol, bulat atau lonjong kecil. Kadang ada rasa seperti terbakar
atau gatal pada kelamin, diikuti timbulnya bintik-bintik berisi air di
atas kulit dengan warna kemerahan.
Gejala pada serangan pertama umumnya lebih berat
disbandingkan ketika kambuh. Sebelum lecet biasanya diawali
keluhan: pegal-pegal otot disertai demam, pembengkakan kelenjar
lipatan paha, nyeri, kadang gatal serta kemerahan. Gejala pada
perempuan: sama seperti pada lelaki. Pada perempuan biasanya
timbul disekitar kelamin, dinding liang vagina dan kadang-kadang
disekitar anus.
4) Psikologis
Menciptakan kenangan buruk (trauma) berkepanjangan dan
bisa saja mengakibatkan depresi. Merasa bersalah sehingga
membenci diri sendiri dan membenci orang yang terlibat. Menjadi
stress akibat takut akan hukuman dari Tuhan, merasa malu oleh
keluarga dan masyarakat.
4. Dampak Negatif Lainnya.
a. Kehamilan yang tidak dikehendaki.
b. Menggugurkan kandungan (aborsi) dan pembunuhan bayi.
c. Timbul rasa ketagihan di luar kontrol.
5. Pencegahan Seks Bebas Di Kalangan Remaja
Dalam menangani masalah seks bebas ada beberapa solusi agar tidak
terjerumus ke dalam masalah ini, antara lain: pendidikan seks (Sex Education).

Hal ini dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi, fisilogi seks manusia,
bahaya penyakit kelamin. Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh
seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi dan tujuan seks, sehingga ia dapat
menyalurkan secara baik, benar dan legal. Remaja harus lebih waspada dengan
hubungan yang dijalin mengarah pada seks. Ada beberapa tahapan-tahapan
hubungan mengarah ke seks bebas, yaitu:
a. Pegangan tangan
b. Ciuman di pipi dan kening
c. Ciuman bibir (kiss franc)
d. Pelukan
e. Petting (mulai berani melepas pakaian bagian atas)
f. Meraba ke bagian-bagian yang sensitif (mulai berani buka-bukaan)
g. Melakukan hubungan seks
Orang tua dalam hal ini sangat berperan penting, poin-poin peranan orang
tua dalam mencegah seks bebas:
a. Sebagai panutan (suri tauladan).
b. Sebagai perawat dan pelindung.
c. Sebagai pendidik dan sumber informasi.
d. Sebagai pengarah dan pembatas.
e. Sebagai teman dan penghibur.
f. Sebagai pendorong.

Hal tersebut dapat menjadikan anak lebih dekat dengan orang tuanya
sehingga anak tidak akan sampai terjerumus kepada hal-hal yang negatif termasuk
seks bebas (Mutiarach, 2012).
F. Kerangka Konseptual
Pengetahuan Tentang
Media Sosial
Sikap Remaja Dalam
Seks Bebas

Peran Orang Tua


Lingkungan
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti

Bagan 2.1. Kerangka Konsep Pengetahuan Tentang Media Sosial Dengan Sikap
Remaja Dalam Seks Bebas Pada Siswa Kelas II Di SMAK St.
Gabriel Maumere.

G. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian (Nursalam, 2008).
Ha: Ada hubungan antara pengetahuan tentang media sosial dengan sikap remaja
dalam seks bebas pada siswa kelas II di SMAK St. Gabriel Maumere.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi dengan
pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang menekankan waktu
pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali
pada satu saat. Penelitian korelasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
hubungan antara variabel yang diteliti (Nursalam, 2008).
B. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Populasi
dirumuskan sebagai populasi finite (terbatas) dan infinite (tidak terbatas).
Populasi terbatas artinya diketahui jumlahnya, sedangkan populasi tidak
terbatas tidak diketahui jumlahnya (Wasis, 2008). Populasi total dalam
penelitian ini adalah siswa kelas II di SMAK St. Gabriel Maumere sebanyak
182 orang.
C. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil dengan cara
tertentu, dimana pengukuran dilakukan. Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas II di SMAK St. Gabriel Maumere (Sugiyono, 2009 dikutip dari
Nasir dkk, 2011).

1. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat


mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini menggunakan
probability sampling yang menggunakan metode systematic sampling. Systematic
Sampling merupakan proses sampling yang didasarkan atas interval tertentu. Cara
ini

dilakukan

apabila

ukuran

populasinya

sangat

besar

hingga

tidak

memungkinkan dilakukan pemilihan sampel dengan cara pengundian (Nasir dkk,


2011).
2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ini harus menjadi
pedoman saat menentukan kriteria inklusi (Nursalam, 2008).
Yang menjadi Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Siswa/siswi kelas II yang tercatat dalam dalam register kesiswaan
bulan Juli tahun 2013.
b. Siswa/siswi kelas II yang bersedia menjadi responden.

3. Besar Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang diambil dengan menggunakan rumus


(Nursalam,

keterangan :

k=

2008).

: kelipatan interval sampling


(sampling rasio).

n
2=

: jumlah sampel

: jumlah populasi

182

n
182
n=
2
n = 91
Jadi jumlah sampel adalah 91 orang dengan kelipatan 2 yang terdiri
dari jurusan IPA1: 9 orang, IPA2: 9 orang, Bahasa1: 14 orang, Bahasa2: 14
orang, IPS1: 15 orang, IPS2: 16 orang, dan IPS3: 14 orang.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau kerakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain) (Nursalam, 2008).
Variabel independen/bebas: pengetahuan tentang media sosial.
Variabel dependen/terikat: sikap remaja dalam seks bebas.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik (variabel)
yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2008).
Tabel 3.1. Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan Tentang Media Sosial
Dengan Sikap Remaja Dalam Seks Bebas Pada Siswa Kelas II Di SMAK
St. Gabriel Maumere.

Alat

Skala

Ukur
4
K

Data
5
O

d Mengetahui dampak

menggunakan layanan-

positif dan negatif

layanan tersebut untuk

media sosial

Variabel
1
Variabel

Definisi
2
Segala sesuatu yang

Independen:

diketahui siswa dalam

Pengetahuan

menggunakan media

Tentang

sosial seperti face

Media Sosial

book, twitter, yotube,


dan lain-lain mulai dari
membuka sampai

Parameter
3
a Mengetahui Pengertian
media sosial
b Mengetahui jenis-jenis
media sosial
c Mengetahui peran dan
fungsi media sosial

Skor/ Kategori
6
Ya : 1
Tidak : 0
Baik: 75-100%
Cukup:56-74%
Kurang: <55%

memenuhi kebutuhan
penggunanya itu
Variabel

sendiri
Sikap adalah pemikiran

Mengetahui sikap

Tidak setuju: 0

Dependen:

seseorang atau

remaja dalam seks

Setuju : 1

Sikap

pandangan dari

bebas

Remaja

seseorang yang dapat

Positif : 50

Dalam Seks

memperngaruhi remaja

Negatif : <50

Bebas

dalam melakukan

hubungan dengan

remaja lainnya secara


mendalam sampai
menjurus ke hubungan
seks tanpa ada ikatan
pernikahan.

F. Instrumen Penelitian Dan Uji Instrumen


1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan 27
pertanyaan. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang
berisikan pertanyaan-pertanyaan tertutup, dengan kata lain kuesioner tertutup

adalah kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang sudah disediakan jawaban
oleh peneliti.
Tabel.3.2. Kisi-Kisi Instrumen
No

Indikator

Jumlah Soal

No Soal

1.

Mengetahui
pengertian media
sosial

1 dan 2

2.

Mengetahui jenisjenis media sosial

3.

Mengetahui peran
dan fungsi media
sosial

4, 5, 6, dan 7

4.

Mengetahui
dampak negatif dari
media sosial

8, 9, 10, dan 11

5.

Mengetahui sikap
remaja dalam seks
bebas

12

16 sampai 27

G. Tempat Dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMAK St. Gabriel Maumere.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan September tahun 2013.
H. Pengumpulan, Pengelolahan Dan Analisa Data
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengambilan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam 2008). Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapatkan izin


dari Ketua Prodi Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas
Nusa Nipa Maumere dengan No: 667/01.01.NN/FK/2013 yang kemudian
mendapat izin Kepala Dinas PPO Kabupaten Sikka. Peneliti mendapatkan izin
pengumpulan data dari Kepala Sekolah SMAK St. Gabriel Maumere dan
penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu,
kemudian dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya.
2. Pengolahan Data
Supaya data dapat memberi informasi yang berguna maka harus diolah
terlebih dahulu sebelum disajikan.
Langkah-Langkah Dalam Pengolahan Data:
a. Coding
Yaitu melakukan konversi data ke dalam angka-angka sehingga
memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya. Pemberian kode
untuk setiap kelompok pertanyaan dalam format kuisioner yang
dilakukan peneliti yaitu dengan skor untuk setiap jawaban kuisioner.
b. Editing
Yaitu kegiatan dengan pengecekan isian formulir atau kuisioner
yang telah diisi oleh responden berkaitan dengan kemungkinan adanya
kesalahan dan melihat kelengkapan, kejelasan, dan konsistensi
jawaban.

c. Klasifikasi

Setelah data diedit, data kemudian dikelompokan sesuai dengan


kategori yang sudah ditentukan. Biasanya dikelompokan sesuai dengan
masalah, tujuan dan hipotesis.
d. Tabulating
Selanjutnya data yang sudah diklasifikasikan dimasukan ke
dalam tabel untuk menghitung jumlah atau frekuensi data atau nilai
presentasenya.
3. Analisis Data
Data yang telah diisi responden dikumpulkan kemudian dikoreksi, apakah
jawaban telah diisi semua. Bila telah terisi semua selanjutnya dilakukan
pengolahan data melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan ase, hasil dari setiap variabel
ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara
variabel independen yaitu penggunaan media sosial dengan praktek
seks bebas pada remaja variabel dependen. Dalam analisis ini uji
statistik yang digunakan adalah uji Chi Square (x2) dengan batas
kemaknaan (alpha) =0,05 apabila p < maka hasilnya terdapat
hubungan yang bermakna, dan apabila p > maka hasilnya tidak
terdapat hubungan yang bermakna, untuk uji pearson chi-square
sebagai berikut:

x =

(fofe)
fe
Keterangan :
X2 = nilai Chi Square.
Fo = frekuensi yang diobservasi.
Fe = frekuensi yang diharapkan.
Derajat kemaknaan 95% dan tingkat signifikan ( :0,05).

I. Etika Penelitian
Pada

penelitian

ini

peneliti

perlu

mendapatkan

adanya

suatu

rekomendasi dari institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan ijin
pada institusi tempat penelitian yang dalam hal ini adalah pihak sekolah
SMAK St. Gabriel Maumere. Setelah mendapat persetujuan, maka peneliti
baru dapat melakukan penelitian menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Informed Consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan ini diberikan pada subyek yang akan diteliti, tujuannya
adalah subyek mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang diteliti
selama

pengumpulan

data.

Jika

subyek

bersedia

diteliti

maka

harus

menandatangani lembaran persetujuan. Jika menolak maka peneliti tidak


memaksa dan tetap menghormati hak-hak subyek.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan


mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh
subyek. Lembar tersebut hanya diberi kode yang diketahui oleh peneliti saja.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok
data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

J. Kerangka Operasional/ Kerangka Kerja

Populasi
Semua siswa kelas II SMAK St. Gabriel Maumere = 182 orang

Probability
sampling dengan
pendekatan
Systematic Sampling

Sampel berjumlah 91 orang

Variabel Dependen

Variabel Independen

Sikap Remaja Dalam


Seks Bebas

Pengetahuan tentang
Media Sosial

Kuesioner
Pengumpulan data dan
analisa data

Pengolahan data dengan uji Statistic Chi


Square

Hasil akhir dan penarikan kesimpulan


Bagan 3.1 Kerangka Operasional Penelitian Hubungan Pengetahuan Tentang Media
Sosial Dengan Sikap Remaja Dalam Seks Bebas Pada Siswa Kelas II Di
SMAK St. Gabriel Maumere.

K. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini tidak menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

2. Penelitian awalnya saya lakukan di SMKN I Maumere namun dalam


perjalanan pihak sekolah keberatan dengan alasan jika hasil penelitian
menunjukan adanya hubungan maka hal tersebut dapat mempengaruhi
kredibilitas sekolah sehingga penelitian tersebut tidak jadi dilakukan di
SMKN I Maumere. Setelah itu peneliti mencoba mendekati sekolah lain,
yaitu SMAK St.Gabriel Maumere untuk pengambilan data awal dan
penelitian. Akhirnya kepala sekolah SMAK St.Gabriel Maumere
mengizinkan peneliti untuk melanjutkan penelitian.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Data Umum
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMAK St.Gabriel Maumere merupakan salah satu sekolah swasta yang
berada di bawah naungan Yayasan Bina Sari yang didirikan pada tanggal 14
September 1962 dengan status terakreditasi A. SMAK St.Gabriel Maumere
terletak di Kelurahan Beru, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka. SMAK
St.Gabriel Maumere dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan seorang wakil
kepala sekolah serta dibantu oleh 18 orang guru PNS, 23 orang guru non PNS, 1
orang guru tidak tetap dan mereka mempunyai tugas tambahan sebagai guru piket,
serta 1 orang satpam.
Jumlah keseluruhan siswa sebanyak 683 orang yang terdiri dari 24 kelas
yaitu kelas 1 sebanyak 8 kelas, kelas 2 sebanyak 7 kelas, kelas 3 sebanyak 9 kelas.
Batas wilayah timur SMAK St. Gabriel Maumere berbatasan dengan Jalan Dua
Toru, batas wilayah barat SMAK St. Gabriel berbatasan dengan Kantor Pegadaian
Maumere, batas wilayah utara SMAK St. Gabriel Maumere berbatasan dengan
Gereja St. Thomas Morus Maumere, batas wilayah selatan SMAK St. Gabriel
Maumere berbatasan dengan SMK St. Gabriel Maumere. Secara fisik bangunan
SMAK St. Gabriel Maumere adalah permanen dan dari aspek ruang belajar dan
sarana penunjang kegiatan belajar mengajar termasuk dalam kategori sangat
memadai.
Sarana pendidikan SMAK St. Gabriel Maumere memiliki 24 ruangan kelas,
4 ruangan laboratorium yaitu laboratorium bahasa, laboratorium komputer,
laboratorium fisika dan laboratorium biologi/ kimia. Ruang kepala sekolah

dilengkapi dengan lemari, data-data sekolah, meja dan sofa. Ruangan bendahara
dilengkapi dengan 1 buah lemari, 1 unit komputer dan 1 buah printer. Ruangan
tata usaha dilengkapi dengan 4 buah komputer, 1 buah printer, 8 buah lemari. 1
ruangan tamu/ lobi. 1 ruangan perpustakaan, kantin, lapangan olahraga, 4 ruangan
KM/WC guru, 7 ruangan KM/ WC siswa putra dan putri. Remaja SMAK St.
Gabriel memiliki kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan yang menambah
pengetahuan dan wawasan dibidang pendidikan, seni dan olahraga yang terdiri
dari bola kaki, volley, kempo dan drumband.
2. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Table 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Siswa Kelas II Di SMAK St. Gabriel Maumere
No
1
2

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan

F
45
46
91

%
49.5
50.5
100.0

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari 91 responden yang


berjenis kelamin perempuan lebih banyak di banding laki-laki.
Perempuan berjumlah 46 orang (50,5%), sedangkan laki-laki
berjumlah 45 orang (49,5%).
b. Karakteristik Responden Menurut Umur
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Siswa
Kelas II Di SMAK St. Gabriel Maumere
No
1
2
3
4
5

Kelompok Umur
15 thn
16 thn
17 thn
18 thn
19 thn

f
1
41
34
13
2

%
1,1
45,1
37,4
14,3
2,2

91

100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari 91 responden paling


banyak yang berusia 16 tahun berjumlah 41 (45,1%) responden, yang
berusia 17 tahun 34 (37,4%) responden, yang berusia 18 tahun 13
(14,3%) responden, yang berusia 19 tahun 2 (2,2%) responden dan
yang berusia 15 tahun paling sedikit yaitu 1 (1,1%) responden.

B. Data Khusus
1. Analisis Univariat
Analisa data univariat dilakukan untuk menghitung distribusi frekuensi
subjek penelitian.
a. Pengetahuan Tentang Media Sosial
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Tentang Media Sosial pada siswa Kelas II Di St. Gabriel
Maumere
No
1
2

Pengetahuan
Baik
Cukup

f
66
23

%
72,5
25,3

Kurang

2
91

2,2
100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa distribusi jawaban


responden akan pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan siswa
seputar media sosial, ada 66 (72,5%) responden memiliki pengetahuan
baik, 23 (25,3%) responden memiliki pengetahuan cukup, dan 2
(2,2%) responden memiliki pengetahuan kurang tentang media sosial.
b. Sikap Remaja Dalam Seks Bebas
Tabel 4.4. Distribusi Sikap Remaja Dalam Seks Bebas Pada
Siswa Kelas II Di SMAK St. Gabriel Maumere.
No
1
2

Sikap
Positif
Negatif

f
27
64
91

%
29,7
70,3
100,0

Berdasarkan

tabel 4.4. diketahui bahwa distribusi jawaban responden akan pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan sikap remaja dalam seks bebas ada 27
(29,7%) responden yang memiliki sikap positif dalam seks bebas dan 64 (70,3%)
responden yang memiliki sikap negatif dalam seks bebas.
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara pengetahuan
remaja tentang media sosial dengan sikap remaja dalam seks bebas pada siswa
kelas II di SMAK St. Gabriel Maumere.
a. Tabel 4.5. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Tentang Media Sosial
Dengan Sikap Remaja Dalam Seks Bebas Pada Siswa Kelas II
Di SMAK St. Gabriel Maumere
Sikap
Pengetahuan
Baik
Cukup

Positif
f
26
1

%
39,4
4,3

Negatif
f
%
40
60,6
22
95,7

f
66
23

%
100
100

Kurang

0,0

100

100

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa jumlah responden yang


memiliki pengetahuan baik tentang media sosial, sikap positif dalam seks
bebas sebanyak 26 (39,4%) responden dan yang memiliki pengetahuan
baik tentang media sosial, sikap negatif dalam seks bebas sebanyak 40
(60,6%) responden. Jumlah responden yang memiliki pengetahuan cukup
tentang media sosial, sikap positif dalam seks bebas sebanyak 1 (4,3%)
responden dan yang memiliki pengetahuan cukup tentang media sosial,
sikap negatif dalam seks bebas sebanyak 22 (95,7%) responden,
sedangkan jumlah responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang
media sosial, sikap positif dalam seks bebas sebanyak 0 (0,0%) responden
dan responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang media sosial,
sikap negatif dalam seks bebas sebanyak 2 (100%) responden.
b. Tabel 4.6. Hasil Uji Korelasi Chi-Square Hubungan Pengetahuan
Tentang Media Sosial Dengan Sikap Remaja Dalam Seks
Bebas Pada Siswa Kelas II Di SMAK St. Gabriel Maumere

Pearson chi-square
Likelihood ratio
Linear-by-linear association
N of valid

Value

Df

10,902
13,934
10,134
91

2
2
1

Asymp.sig.(2sided)
0,004
0,001
0,001

Symmetric Measures
Value
Nominal by

Nominal Contingency
Coefficient
N of Valid Cases

.327
91

Approx. Sig.
.004

Dari hasil uji korelasi chi Square di dapatkan koefisien sebesar 0,327
dan disimpulkan bahwa hubungan antara pengetahuan tentang media
sosial dengan sikap remaja dalam seks bebas adalah tidak erat. Dari output
didapatkan nilai sebesar 0,004. Karena nilai <0,05 maka H 0 ditolak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang
media sosial dengan sikap remaja dalam seks bebas pada siswa kelas II di
SMAK St. Gabriel Maumere.

BAB V
PEMBAHASAN
A. Pengetahuan Tentang Media Sosial
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 1425
September 2013 dengan responden berjumlah 91 orang di SMAK St. Gabriel
Maumere dan analisa data mengenai pengetahuan tentang media sosial dapat
dilihat bahwa ada 66 (72,5%) responden memiliki pengetahuan baik, 23
(25,3%) responden memiliki pengetahuan cukup dan 2 (2,2%) responden
memiliki pengetahuan kurang.
Menurut Notoatmodjo (2003), Pengetahuan (knowledge) merupakan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu faktor internal (umur, intelegensia, dan
pengalaman), faktor eksternal (pendidikan, media massa dan informasi,
lingkungan dan adat istiadat).
Menurut peneliti siswa memiliki pengetahuan baik tentang media sosial
karena siswa banyak memiliki alat komunikasi yang menyediakan layanan
media sosial tersebut sehingga siswa akan berlatih dalam menggunakan media
sosial yang ada dengan cara yang mudah dan murah, kebanyakan media sosial
dikenal remaja melalui HP yang semakin modern dengan layanan fasilitas
media sosial yang lengkap sehingga remaja dapat mengenal dan memahami
media sosial dengan baik.
Adapun yang harus dilakukan untuk mencegah dan menjauhkan remaja
dari hal buruk penggunaan media sosial adalah peran orang tua di rumah dan
guru di sekolah harus lebih ditingkatkan lagi dalam membimbing dan lebih
perhatian dengan anak terlebih meningkatan pengawasan dalam penggunaan
media sosial pada anak sebab anak lebih suka mencari tahu hal-hal baru
sendiri dan salah satu cara adalah menggunakan media-media sosial yang ada,
namun media
sosial lebih banyak menyediakan pendidikan dengan lebih terbuka tanpa
memperdulikan usia pemakai dan dampak dari layanan tersebut, sehingga
remaja dapat tahu dan paham mengenai bagaimana memanfaatkan fasilitas

yang disediakan oleh orang tua maupun pihak sekolah secara benar dan tidak
merugikan diri sendiri dan orang lain.
B. Sikap Remaja Dalam Seks Bebas
Dari hasil penelitian dan analisa data mengenai sikap remaja dalam seks
bebas dapat dilihat bahwa ada 64 (70,3%) responden bersikap negatif dalam
seks bebas dan merupakan hasil terbanyak dari 91 responden.
Teori menurut Gerungan (2010), pengertian sikap atau attitude dapat
diterjemahkan dengan sikap terhadap obyek tertentu yang dapat merupakan
sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap obyek itu. Pembentukan
attitude tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi pembentukannya senantiasa
berlangsung dalam interaksi manusia dan berkaitan dengan obyek tertentu.
Interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompok dapat mengubah
attitude atau membentuk attitude yang baru. Faktor-faktor lain yang turut
memegang peranan adalah faktor internal, merupakan pengamatan dan
penangkapan manusia senantiasa melibatkan suatuu proses pilihan diantara
seluruh rangsangan kita; suatu pilihan diantara berbagai rangsangan yang
kemudian kita perhatikan dan tafsirkan dengan lebih mendalam dan faktorfaktor eksternal seperti perubahan interaksi kelompok, dimana terdapat
hubungan timbal-balik yang langsung antara manusia.
Interaksi kelompok dibedakan atas dua macam, yaitu perubahan attitude
karena shifting of reference-groups merupakan interaksi yang lebih lama dan
lebih mendalam karena berlangsung dalam lingkungan kehidupan di dalam

satu kelompok saja seperti keluarga, namun jika harus meninggalkan


kelompok keluarganya untuk belajar atau alas an tertentu maka ada
kemungkinan bahwa attitude seseorang dapat berubah mengikuti kelompok
baru yaitu kelompok di tempat belajarnya, dan perubahan attitude di dalam
situasi situasi kontak antar kelompok merupakan perubahan attitude dalam
situasi kontak antara dua kelompok berbeda dengan situasi dimana individu
dilibatkan secara aktif untuk turut serta dalam interaksi intensif dan cukup
lama, interaksi juga tidak diadakan secara berkesinambungan serta dalam
waktu yang cukup panjang (Gerungan, 2010).
Menurut peneliti sikap remaja lebih banyak negatif dalam seks bebas
seharusnya tidak terjadi, karena di usia yang masih sangat muda seharusnya
remaja dapat menjadi sesuatu yang lebih berguna dan bermanfaat, serta dapat
lebih meningkatkan telenta-talenta yang ada pada dirinya, bukan terjerumus ke
dalam seks bebas. Sikap remaja yang banyak terjerumus ke dalam seks bebas
selain diakibatkan oleh penyalahgunaan media sosial ada juga akhibat lain
seperti pengaruh lingkungan, peran orang tua serta pergaulan. Banyak siswa
juga berasal dari desa yang jauh dengan sekolah tempat siswa mengemban
pendidikan yang menyebabkan siswa harus tinggal sendiri di kos-kosan atau
di rumah keluarga. Kurangnya pengawasan oleh orang tua, pengaruh dari
lingkungan tempat tinggal (kos-kosan), serta pergaulan yang bebas tanpa ada
yang mengontrol menyebabkan siswa lebih banyak menjalani hidup sesuai
dengan apa yang dipikirkan sendiri dan apa yang dianggap benar mengikuti
situasi atau sikap dari lingkungan tempat tinggalnya.

Maka dari itu hal yang harus dilakukan untuk membantu remaja keluar
dari seks bebas, adalah orang tua seharusnya lebih memperhatikan anak agar
dapat memfasilitasi anak dengan kegiatan-kegiatan yang menjadi keahliannya
dan disukai anak, agar anak tidak menjadi jenuh karena di kekang dan
akhirnya malah mencari kesenangan-kesenangan yang tidak dapat dikontrol
oleh orang tua. Untuk pihak sekolah harus lebih banyak mengadakan
program-program ekstra untuk siswa yang menarik sehingga siswa dapat lebih
mengembangkan diri dengan baik dan benar serta dapat dikontrol oleh orang
tua dan guru sendiri.

C. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Remaja Dalam Seks Bebas


Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data tentang hubungan
pengetahuan tentang media sosial dengan sikap remaja dalam seks bebas dapat
dilihat bahwa 40 (44,0%) responden yang memiliki pengetahuan tentang
media sosial baik dan bersikap negatif dalam seks bebas, merupakan hasil
terbanyak dari 91 responden dan dari hasil uji korelasi Chi-Square didapatkan
koefisien sebesar 0,327 dan disimpulkan hubungan antara pengetahuan
dengan media sosial dengan sikap remaja dalam seks bebas adalah tidak erat,
namun dari hasil output didapatkan nilai sebesar 0,004. Karena nilai <
(0,05) maka H0 ditolak.
Menurut Prasetyo (2012), usia remaja adalah usia yang cukup krusial
dalam perkembangan manusia. Dalam masa ini anak mengalami masa

pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan


psikisnya. Adapun beberapa cirikhas dari remaja yaitu berhubungan dengan
teman sebaya, hubungan dengan orang tua penuh konflik, keingintahuan
tentang seks yang tinggi, dan mudah stress (Santrock, 2003 dalam Mutirackh,
2012). Faktor penyebab seks bebas antara lain: akibat atau pengaruh
mengonsumsi

berbagai

tontonan,

tekanan

yang

datang

dari

teman

pergaulannya, tekanan dari pacar, rasa penasaran, pelampiasan diri, dan peran
orang tua (Mutiarackh, 2012).
Menurut peneliti pengetahuan yang baik tentang media sosial seharusnya
menjadi nilai positif untuk para remaja dalam meningkatkan mutu diri dan
menjadi remaja yang berprestasi, namun malah sebaliknya siswa yang
memiliki pengetahuan baik tentang media sosial malah terjerumus ke dalam
dunia seks bebas. Siswa yang masuk dalam golongan kaum remaja
mempunyai rasa penasaran yang sangat tinggi terhadap masalah seks,
ditambah pengaruh pergaulan di zaman yang semakin maju remaja banyak
mendapat tekanan-tekanan dari teman-teman pergaulannya untuk mencoba
hal-hal baru, dan kurangnya peran orang tua dalam mengawasi dan mendidik
anak maka remaja akan mencari tahu sendiri, Sehingga siswa yang punya
pengetahuan baik tentang media sosial dan dapat mengaplikasikannya akan
menggunakan media sosial tersebut untuk memperoleh pendidikan tentang
seks yang salah, dimana pendidikan yang diperoleh bersifat vulgar dan salah
sehingga hal tersebut malah menjadi wabah bagi remaja itu sendiri. Walaupun
pendidikan agama sudah dilakukan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan

melalui sekolah, namun hal tersebut tidak dapat merubah sikap siswa/ siswi
karena sikap remaja juga dipengaruhi oleh lingkungan dan peran orang tua.
Kemajuan yang ada di zaman sekarang tidak dapat dihindari oleh kita
semua, maka kita harus mencari jalan lain untuk mengimbangi perubahan
zaman yang sedang terjadi. Seharusnya remaja lebih mendapat perhatian dari
orang tua, cara mendidik orang tua harus bisa di rubah dari cara lama yang
selalu menggunakan kekerasan, orang tua harus bisa menjadi teman namun
disegani oleh anak bukan menjadai orang tua yang ditakuti oleh anaknya,
pendidikan agama dan aplikasinya harus lebih ditingkatkan dalam keluarga
dan lingkungan, berilah kebebasan dan kepercayaan kepada anak untuk
memilih kegiatan dan mengikuti kegiatan yang digemarinya serta berikan
pendidikan mengenai seks pada anak dengan cara yang benar dan lebih santai
sehingga anak lebih mudah menerima dan memahaminya dengan benar. Orang
tua tidak boleh merasa tabu untuk membicarakan seks kepada anak, karena hal
tersebut akan memicu anak untuk mencari tahu sendiri karena rasa
penasarannya dan dapat menjerumuskannya ke dalam seks bebas.

BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan tentang
media sosial dengan sikap remaja dalam seks bebas pada siswa kelas II
SMAK St.Gabriel Maumere dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengetahuan remaja tentang media sosial adalah baik. Hal ini dibuktikan
dengan sebanyak 66 (72,5%) responden dari 91 responden yang masuk
dalam kategori baik.

2. Sikap remaja dalam seks bebas adalah remaja lebih banyak bersikap
negatif dalam seks bebas, hal ini dibuktikan dengan sebanyak 64 (70,3%)
responden dari 91 responden yang masuk dalam kategori negatif.
3. Adanya hubungan antara pengetahuan tentang media sosial dengan sikap
remaja dalam seks bebas, hal ini dibuktikan dengan hasil analisis yang
diperoleh = 0,004 dan < .
B. Saran
1. Bagi Siswa SMAK St.Gabriel Maumere
Siswa/ siswi harus bisa berpartisipasi dalam menjalankan program-program
ekstra di sekolah dan mampu mengembangkannya untuk menjadi siswa yang
berbakat dan terhindar dari seks bebas.

2. Bagi Pihak SMAK St.Gabriel Maumere


Pihak sekolah harus bisa mengembangkan kegiatan ekstra yang ada
sehingga siswa dapat lebih tertarik dengan kegaitan-kegaitan tersebut yang dapat
menjauhkan siswa dari pergaulan bebas dan terjerumus ke dalam seks bebas.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyarankan untuk meneliti tentang faktor-faktor lain yang belum
diteliti seperti faktor peran orang tua dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Apig.

2012.
Makalah
Seks
Bebas.
Internet.
Tersedia
dalam:
http://apig.wordpress.com/makalah-seks-bebas/. Diakses 15 Juni 2013.

Gerungan. 2010. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.


Nasir dkk. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: PT
Nuha Medika.
Mutiarach, D. 2012. Makalah Pertumbuhan Dan Perkembangan Remaja. Internet.
Tersedia
dalam:
http://dianmutiarach.wordpress.com/2012/12/12/
makalah-pertumbuhan-dan-perkembangan-remaja/, diakses 15 Juni 2013.
Notoatmodjo. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: PT Rineka
Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Of Nursing. Jakarta: PT Salemba Medika.
Prasetyo, A. 2012. Media Sosial Dan Pengaruhnya Terhadap Hubungan Seks
Bebas Di Kalangan Remaja. Internet. Tersedia dalam:
http://sahabatprasetyonisty.blogspot.com/2012/12/media-sosial-danpengaruhnya-terhadap.html, diakses 15 Juni 2013.
Swariawan. P. 2009. Pengetahuan Remaja Tentang Seks Dan Sikap Remaja
Terhadap Seks Bebas Di SMA. Internet. Tersdia dalam:
http://swrskripsi.blogspot.com/2013/02/pengetahuan-remaja-tentangseks-dan.html, diakses 15 Juni 2013.
Tim CSG. 2012. Aturan Terbaru EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Yogyakarta:
PT Cakrawala.
Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. 2012. Media Sosial Dan
Swasta. http://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial, diakses 15 Juni 2013.
Yandita, A. 2012. Pengertian Media Sosial, Manfaat Dan Penyalahgunaannya.
http://ari2494yandita.blogspot.com/2012/10/pengertian-manfaatpenyalahgunaan-media-sosial.html, diakses 15 Juni 2013.

Lampiran 3
JADWAL KEGIATAN

Waktu Penelitian

N
o
1
2
3
4

Maret

Jenis Kegiatan

Persiapan Penelitian

Penelitian

Olah Data dan


konsultasi skripsi

10

Mei
4

Juni
4

Juli
4

Agustus
3

Konsultasi Judul dan


Acc Judul
Pengambilan Data
Awal
Penyusunan dan
Konsultasi Proposal
Persiapan &
Seminar Proposal

April

Sidang Hasil
Penelitian
Pengumpulan
Skripsi

Lampiran 4
RINCIAN BIAYA PENELITIAN

September
4

Oktober
4

November
4

Pengambilan Data

Rp. 300.000

Pengetikan/ Perbaikan

Rp. 450.000

Biaya Ujian

Rp. 1.000.000

Seminar

Rp. 600.000

Transportasi

Rp. 400.000

Kertas A4 2 Rim

Rp. 80.000

Total

Rp. 2.830.000

Lampiran 5

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Siswa/ Siswi Kelas II Calon Responden
di SMAK St.Gabriel Maumere
Saya Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas
Nusa Nipa Maumere, semester IX, Nama: Euphrasia Martha, akan melakukan
penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Tentang Media Sosial Dengan
Sikap Remaja Dalam Seks Bebas Pada Siswa Kelas II di SMAK St.Gabriel
Maumere.
Untuk itu saya harap kesediaan siswa/ siswi untuk menjadi responden dalam
penelitian ini. Selanjutnya saya minta kesediaan siswa/ siswi untuk mengisi
kuesioner dengan sejujurnya dan apa adanya. Jawaban serta identitas siswa/
siswi akan dijamin kerahasiaannya.
Demikian permohonan saya, atas kesediaan dan bantuan serta kerja sama dari
siswa/ siswi saya ucapkan terima kasih.

Maumere, September 2013


Hormat saya

Euphrasia Martha
NIM : 011 090 042

Lampiran 6
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul

: Hubungan Pengetahuan Tentang Media Sosial Dengan Sikap


Remaja Dalam Seks Bebas Pada Siswa Kelas II di SMAK
St.Gabriel Maumere

Penyusun

: Euphrasia Martha

Pembimbing 1 : Agustina Sisilia W.D. Wida, S.Kep.,Ns


Pembimbing 2 : Maria Fransiska Ronalia, S. Kep., Ns
Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam penelitian ini sebagai
responden dengan mengisi kuesioner yang telah diberikan peneliti, sebelumnya
telah dijelaskan kepada saya tentang maksud tujuan penelitian ini dan saya
mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan data dan informasi yang saya berikan
bila pertanyaan yang diajukan menimbulkan ketidaknyamanan bagi saya. Peneliti
akan menghentikan pengumpulan data ini dan saya berhak untuk mengundurkan
diri .
Demikian secara sadar dan sukarela tidak ada unsur paksaan dari manapun,
saya berperan serta dalam penelitian ini dan bersedia menandatangani lembar
persetujuan ini.

Maumere, September 2013

Responden

Lampiran 7

DAFTAR PERTANYAAN/ KUESIONER


HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL
DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS PADA SISWA
KELAS II dI SMAK St.GABRIEL MAUMERE

Nomor Responden : ....................... (Diisi oleh peneliti)


Petunjuk Pengisian :
1.

Bacalah pertanyaan dengan cermat dan teliti sebelum mengisinya.

2.

Chek list () pada salah satu jawaban yang menurut Anda benar.
3.

Bila Anda ingin memperbaiki jawaban yang salah, berilah tanda silang ( X)
pada jawaban yang salah tersebut dan chek list () jawaban yang menurut
Anda benar.

4.

Tiap pertanyaan hanya diisi dengan satu jawaban.

5.

Kode Jawaban:
S
Setuju

TS
Tidak Setuju

A. Data Umum
1.

Umur
: ...............

2.

Jenis Kelamin

B. Data Khusus
1. Pengetahuan Tentang Media Sosial

Jawaban
No

Pernyataan

Media sosial merupakan media online, dengan para penggunanya


bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi
meliputi blog, jejarring sosial dan lain-lain

Blog, Twitter, Face Book, Wiki, Forum, Dunia Virtual, Jejaring


Sosial, merupakan jenis-jenis media sosial

Twitter dapat digunakan untuk mencurahkan perasaan seseorang


ataupun untuk mengkritik kebijakan pemerintah

Media sosial merupakan media yang sangat mudah penggunaannya


bahkan untuk orang tanpa dasar ITpun dapat mengaksesnya, yang
dibutuhkan hanyalah computer dan koneksi internet

Yotube dapat digunakan untuk menyebarkan konten-konten media


baik seperti video, ebook, gambar dan lain-lain

Media sosial merupakan sarana yang dapat membantu manusia


dalam segala bidang baik, kesehatan, sosial, ekonomi, budaya,
pendidikan dan lain-lain

Media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan informasi,


sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan dan sosial,
memperluas jaringan pertemanan

Media sosial seperti Face Book atau My Spale dapat menimbulkan


kecanduan situs jejaringan sosial yang dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari

Menurunnya prestasi belajar juga disebabkan karena timbul


kecanduan siswa dalam menggunakan media sosial

10

Kecanduan penggunaan media sosial bisa mengganggu kesehatan


seperti sakit pinggang karena kebanyakan duduk berjam-jam depan
computer

11

Media sosial dapat menjangkau global dengan biaya yang murah


dan terjangkau

12

Media sosial jug dapat memberikan pengaruh buruk jika


disalahgunakan seperti mencari video porno yang bisa
menjerumuskan kita ke dalam seks bebas.

Ya

Tidak

13

Media sosial dapat membantu seseorang dari kalangan apapun


untuk mengekspresikan diri.

14

Melalui media sosial kita dapat membuka majalah favorit dan


menemukan hal-hal terbaru di setiap hai

15

Melalui media sosial kita dapat mempromosikan suatu barang yang


ingin di jual, memalui pasar internet

2. Sikap Remaja Dalam Seks Bebas


Jawaban
No

Pernyataan
S

Seks bebas merupakan hubungan seksual yang dilakukan di luar ikatan


pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi

Terjadinya seks bebas disebabkan oleh beberapa hal salah satunya


adalah melalui tontonan film dan gambar porno

Dalam berpacaran, ciuman, pelukan, petting (membuka pakaian bagian


atas) tidak harus dilakukan

Ciuman, pelukan, petting bukan merupakan uangkapan kasih sayang

Seks tidak bisa dianggap sebagai suatu trend di kalangan remaja

Saat menonton film porno menimbulkan rasa penasaran dan mau


melakukan hubungan seks

Dalam berpacaran perlu berpegangan tangan dan ciuman di pipi atau


kening

Dalam berpacaran tidak perlu berpelukan

Dalam berpacaran tidak perlu ciuman di bibir

10

Dalam berpacaran tidak perlu membuka pakaian dan meraba-raba


daerah sensitive

11

Dalam berpacaran tidak perlu malakukan hubungan intim

12

Media sosial digunakan bukan untuk mencari hal-hal yang baik saja
tapi juga digunakan untuk mencari hal-hal negatif seperti gambar dan

TS

film-film porno
Lampiran 8
MASTER TABEL
No

JK

umur

PENGETAHUAN TENTANG MEDIA SOSIAL

total

10

11

12

13

14

15

16

11

17

11

16

10

17

11

16

11

16

11

16

12

17

17

11

10

16

11

19

12

12

17

12

13

16

15

14

18

12

15

18

14

16

18

13

17

17

14

18

17

15

19

16

14

20

16

14

21

16

12

22

18

13

23

16

11

24

16

12

25

17

14

26

16

14

27

17

12

28

18

13

73.
33
73.
33
66.
67
73.
33
73.
33
73.
33
80.
00
60.
00
73.
33
60.
00
80.
00
80.
00
100.
00
80.
00
93.
33
86.
67
93.
33
100.
00
93.
33
93.
33
80.
00
86.
67
73.
33
80.
00
93.
33
93.
33
80.
00
86.
67

kategori

cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
baik
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
baik
cukup
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
cukup
baik
baik
baik
baik
baik

29

17

11

30

17

10

31

17

11

32

16

12

33

16

13

34

17

11

35

16

13

36

16

11

37

18

10

38

17

15

39

16

13

40

16

12

41

15

10

42

16

11

43

17

12

44

17

10

45

16

11

46

17

14

47

16

12

48

16

12

49

18

14

50

16

15

51

17

14

52

16

14

53

17

12

54

16

10

55

17

13

56

17

12

57

16

15

58

16

15

59

16

14

60

16

11

61

16

10

73.
33
66.
67
73.
33
80.
00
86.
67
73.
33
86.
67
73.
33
66.
67
100.
00
86.
67
80.
00
66.
67
73.
33
80.
00
66.
67
73.
33
93.
33
80.
00
80.
00
93.
33
100.
00
93.
33
93.
33
80.
00
66.
67
86.
67
80.
00
100.
00
100.
00
93.
33
73.
33
66.
67

baik

cukup
baik
baik
baik
baik
baik
baik
cukup
baik
baik
baik
cukup
baik
baik
cukup
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
cukup
baik
baik
baik
baik
baik
baik
cukup

62

16

15

63

18

10

64

18

12

65

17

13

66

16

15

67

17

11

68

16

15

69

17

11

70

18

71

18

11

72

16

13

73

16

14

74

16

13

75

17

12

76

16

15

77

17

11

78

18

11

79

17

15

80

18

13

81

17

15

82

18

11

83

19

11

84

17

15

85

17

15

86

16

11

87

17

10

88

17

10

89

16

90

17

10

91

17

100.
00

66.67
80.
00
86.
67
100.
00
73.
33
100.
00
73.
33
60.
00
73.
33
86.
67
93.
33
86.
67
80.
00
100.
00
73.
33
73.
33
100.
00
86.
67
100.
00
73.
33
73.
33
100.
00
100.
00
73.
33
66.
67
66.
67
53.
33
66.
67
53.
33

baik

cukup
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
cukup
cukup
kurang
cukup
kurang

No

JK

TOTAL

SIKAP REMAJA DALAM SEKS BEBAS

UMUR
1

10

11

12

KATEGO
RI

16

41.67

neg

17

33.33

neg

16

41.67

neg

17

33.33

neg

16

33.33

neg

16

41.67

neg

16

58.33

postif

17

33.33

neg

17

41.67

neg

10

16

41.67

neg

11

19

33.33

neg

12

17

41.67

neg

13

16

75.00

positif

14

18

41.67

neg

15

18

66.67

postif

16

18

50.00

postif

17

17

50.00

positif

18

17

75.00

postif

19

16

58.33

positif

20

16

58.33

postif

21

16

11

91.67

postif

22

18

75.00

postif

23

16

41.67

neg

24

16

66.67

postif

25

17

41.67

neg

26

16

10

83.33

postif

27

17

41.67

neg

28

18

75.00

postif

29

17

10

83.33

postif

30

17

33.33

neg

31

17

50.00

postif

32

16

33.33

neg

33

16

41.67

neg

34

17

25.00

neg

35

16

8.33

neg

36

16

33.33

neg

37

18

33.33

neg

38

17

33.33

neg

39

16

41.67

neg

40

16

33.33

Neg

41

15

25.00

Neg

42

16

41.67

Neg

43

17

33.33

Neg

44

17

33.33

Neg

45

16

41.67

Neg

46

17

33.33

Neg

47

16

33.33

Neg

48

16

41.67

Neg

49

18

41.67

Neg

50

16

41.67

Neg

51

17

41.67

Neg

52

16

50.00

Positif

53

17

66.67

Positif

54

16

50.00

Positif

55

17

58.33

Postif

56

17

10

83.33

Postif

57

16

25.00

Neg

58

16

33.33

Neg

59

16

41.67

Neg

60

16

33.33

Neg

61

16

33.33

Neg

62

16

50.00

Postif

63

18

41.67

Neg

64

18

25.00

Neg

65

17

16.67

Neg

66

16

41.67

Neg

67

17

41.67

Neg

68

16

33.33

Neg

69

17

75.00

Postif

70

18

41.67

Neg

71

18

8.33

Neg

72

16

16.67

Neg

73

16

33.33

Neg

74

16

50.00

Positif

75

17

75.00

Postif

76

16

33.33

Neg

77

17

16.67

Neg

78

18

25.00

Neg

79

17

41.67

Neg

80

18

66.67

Postif

81

17

75.00

Postif

82

18

50.00

Postif

83

19

25.00

Neg

84

17

33.33

Neg

85

17

33.33

Neg

86

16

33.33

Neg

87

17

33.33

Neg

88

17

16.67

Neg

89

16

16.67

Neg

90

17

41.67

Neg

91

17

41.67

Neg

Lampiran 9
HASIL OLAH DATA
Frequencies
Statistics
Jenis kelamin
N

Valid

Usia

91

91

Missing
Frequency Table

Jenis kelamin
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

laki-laki

45

49.5

49.5

49.5

perempuan

46

50.5

50.5

100.0

Total

91

100.0

100.0

Usia
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent Cumulative Percent

15 thn

1.1

1.1

1.1

16 thn

41

45.1

45.1

46.2

17 thn

34

37.4

37.4

83.5

18 thn

13

14.3

14.3

97.8

19 thn

2.2

2.2

100.0

91

100.0

100.0

Total
Frequencies

Statistics
Pengetahuan
N

Valid
Missing

Frequency Table

Sikap

91

91

Pengetahuan
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

baik

66

72.5

72.5

72.5

cukup

23

25.3

25.3

97.8

kurang

2.2

2.2

100.0

91

100.0

100.0

Total

Sikap
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

positif

27

29.7

29.7

29.7

negatif

64

70.3

70.3

100.0

91

100.0

100.0

Total
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid
N
Jenis kelamin *
Pengetahuan
Jenis kelamin * Sikap
Usia * Pengetahuan
Usia * Sikap

Missing

Percent

Total

Percent

Percent

91

100.0%

.0%

91

100.0%

91
91
91

100.0%
100.0%
100.0%

0
0
0

.0%
.0%
.0%

91
91
91

100.0%
100.0%
100.0%

Jenis kelamin * Pengetahuan Crosstabulation


Pengetahuan
baik
Jenis kelamin

laki-laki

Count
% of Total

perempuan

Count
% of Total

Total

Count
% of Total

cukup

Total
kurang

32

11

45

35.2%

12.1%

2.2%

49.5%

34

12

46

37.4%

13.2%

.0%

50.5%

66

23

91

72.5%

25.3%

2.2%

100.0%

Jenis kelamin * Sikap Crosstabulation


Sikap
positif
Jenis kelamin

laki-laki

Count
% of Total

perempuan

Count
% of Total

Total

Count
% of Total

negatif

Total

36

45

9.9%

39.6%

49.5%

18

28

46

19.8%

30.8%

50.5%

27

64

91

29.7%

70.3%

100.0%

Usia * Pengetahuan Crosstabulation


Pengetahuan
Baik
Usia

15 thn

Count
% of Total

16 thn

Count
% of Total

17 thn

Count
% of Total

18 thn

Count
% of Total

19 thn

Count
% of Total

kurang

Total

.0%

1.1%

.0%

1.1%

32

41

35.2%

8.8%

1.1%

45.1%

23

10

34

25.3%

11.0%

1.1%

37.4%

10

13

11.0%

3.3%

.0%

14.3%

1.1%

1.1%

.0%

2.2%

66

23

91

72.5%

25.3%

2.2%

100.0%

Count
% of Total

Total

cukup

Usia * Sikap Crosstabulation


Sikap
positif
Usia

15 thn

Count
% of Total

16 thn

Count
% of Total

17 thn

Count
% of Total

18 thn

Count
% of Total

19 thn

Count
% of Total

Total

Count
% of Total

negatif

Total

.0%

1.1%

1.1%

12

29

41

13.2%

31.9%

45.1%

10

24

34

11.0%

26.4%

37.4%

13

5.5%

8.8%

14.3%

.0%

2.2%

2.2%

27

64

91

29.7%

70.3%

100.0%

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Pengetahuan * Sikap

Missing

Percent
91

Total

Percent

100.0%

.0%

Percent
91

100.0%

Pengetahuan * Sikap Crosstabulation


Sikap
positif
Pengetahuan

Baik

Count
% of Total

Cukup

40

66

28.6%

44.0%

72.5%

22

23

1.1%

24.2%

25.3%

.0%

2.2%

2.2%

27

64

91

29.7%

70.3%

100.0%

Kurang Count
% of Total
Total

Count
% of Total

Total

26

Count
% of Total

Negative

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

df

Asymp. Sig. (2-sided)

10.902
13.934

2
2

.004
.001

10.134

.001

91

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .59.
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal Contingency
Coefficient

.327

Approx. Sig.
.004

Case Processing Summary


Cases
Valid
N
Pengetahuan * Sikap

Missing

Percent
91

Total

Percent

100.0%

.0%

Percent
91

100.0%

Pengetahuan * Sikap Crosstabulation


Sikap
positif
Pengetahuan

Baik

Count
% of Total

Cukup

40

66

28.6%

44.0%

72.5%

22

23

1.1%

24.2%

25.3%

.0%

2.2%

2.2%

27

64

91

29.7%

70.3%

100.0%

Kurang Count
% of Total
Total

Count
% of Total

Total

26

Count
% of Total

Negative

Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
N of Valid Cases

df

Asymp. Sig. (2-sided)

10.902
13.934

2
2

.004
.001

10.134

.001

91
91

Anda mungkin juga menyukai