Kebulatan Teguh Iman 1407113499
Kebulatan Teguh Iman 1407113499
Kebulatan Teguh Iman 1407113499
Nama
: Teguh Iman
NIM
: 1407113499
Kelompok : 9 (Sembilan)
LABORATORIUM PENGUKURAN
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2015
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR NOTASI..................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum..............................................................................................1
1.3 Manfaat Praktikum............................................................................................1
BAB II TEORI DASAR
2.1 Pengertian.........................................................................................................3
2.1.1 Pengukuran.................................................................................................3
2.1.2 Kebulatan...................................................................................................3
2.1.3 Pengukuran Kebulatan...............................................................................4
2.2 Persyaratan Pengukuran Kebulatan..................................................................7
2.3 Alat Ukur Kebulatan.......................................................................................10
2.4 Dial Indikator..................................................................................................11
2.5 Prinsip Kerja Dial Indikator............................................................................11
6.1 Kesimpulan.....................................................................................................42
6.2 Saran...............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR G
Gambar 2.1 Simbol Kebulatan.................................................................................4
Gambar 2.2 Kesalahan Pengukuran Mikrometer.....................................................7
Gambar 2.3 Pengukuran Kebulatan dengan V-Block...............................................8
Gambar 2.4 Kebulatan Senter..................................................................................9
Gambar 2.5 Spindle................................................................................................11
Gambar 2.6 Bagian-Bagian Dial Indikator............................................................12
Gambar 2.7 Prinsip Pengubah Mekanik Jam Ukur................................................14
Gambar 2.8 Least Squares Circe............................................................................14
Gambar 2.9 Minimum Circumscribed Circel.........................................................15
Gambar 2.10 Maximum Inscribed Circle...............................................................15
Gambar 2.11 Minimum Zone Circle.......................................................................16
YGambar 3.1 Dial Indicator...................................................................................18
DAFTAR TABE
Gambar 4.1 Grafik Kebulatan Rata-Rata Pengamat A..........................................20
Gambar 4.2 Grafik Kebulatan Rata-Rata Pengamat B..........................................21
YTabel 5.1 Hasil Perhitungan Pengamat A............................................................26
DAFTAR NOTASI
Ave
= Rata-rata ( m )
= Radius ( m )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Jam ukur atau dial indicator adalah alat ukur pembanding yang digunakan
dalam industry permesinan dibagian produksi dan kamar ukur. Prinsip kerjanya
secara mekanik dimana gerak linier sensor menjadi gerak putaran jarum jam
penunjuk.
Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang ditunjukan untuk
memeriksa kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain untuk mengetahui apakah
suatu benda benar-benar bulat atau tidak, jika dilihat secara teliti dengan
menggunakan alat ukur. Komponen dengan kebulatan ideal amat sulit dibuat,
dengan demikian kita harus mentolerir ketidakbulatan dalam batas-batas titik
sesuai dengan tujuan dan fungsi dari komponen itu. Kebulatan mempunyai
peranan penting dalam hal:
a. Membagi beban sama rata
b. Menentukan umur komponen
c. Menentukan kondisi suaian
d. Menentukan ketelitian putaran
e. Memperlancar pelumasan.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kebulatan, yaitu :
1. Memahami prinsip dasar proses pengukuran kebulatan
2. Mampu melakukan proses pengukuran kebulatan
3. Mampu menaganalisis hasil pengukuran kebulatan
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum kebulatan, yaitu :
1. Praktikan dapat menggunakan alat ukur kebulatan dengan baik dan
benar
4. BAB II
5. TEORI DASAR
6.
2.1 Pengertian
7.
2.1.1 Pengukuran
8.
Pengukuran dalam arti umum adalah membandingkan suatu
dapat merupakan salah satu atau gabungan besaran- besaran dasar. Dalam sistem
satuan SI, dikenal ada tujuh besaran dasar. Setiap besaran, mempunyai satuan
standar dengan simbol dan notasi yang digunakan.
11. 2.1.2 Kebulatan
12.
Kebulatan di definisikan sebagai jumlah dari deviasi bentuk
lingkaran
14.
dengan memutar benda ukur sejauh 360 dan sensor menyentuh permukaan benda
ukur yang diukur kebulatannya. Pengukuran dilakukan untuk menemukan
penyimpangan kebulatan benda ukur terhadap lingkaran sempurna.
23.
Dalam mesin-mesin atau peralatan teknis, banyak sekali ditemukan
komponen-komponen yang mempunyai penampang bulat, baik berupa poros,
bantalan, roda gigi dengan dimensi kecil sepertihalnya pada jam tangan sampai
dengan komponen yang berdimensi besar. Komponen dengan kebulatan ideal
amat sulit dibuat, dengan demikian kita harus mentolerir adanya ketidakbulatan
dalam batas-batas titik sesuai dengan tujuan atau fungsi dari komponen itu :
24.
Ketidakbulatan akan terjadi sewaktu komponen dibuat, dan
penyebabnya antara lain adalah :
a) Keausan dan ketidak beresan bantalan poros utama mesin bubut atau
mesin gerinda.
b) Lenturan pada benda kerja maupun pada mesin perkakas akibat gaya
pemotong yang cukup besar.
c) Bila komponen dibuat dengan cara memegang diantara dua senter,
suatu kesalahan posisi senter menjadikan komponen tidak bulat.
d) Tekanan alat pemegang atau pencekam (3 atau 5 jaw-chuck) pada
komponen berdinding tipis bisa menjadi sumber ketidakbulatan ,
setelah pencekam dibuka
komponen)
e) Adanya getaran (chatter) akibat kesalan pemilihan kondisi pemotongan.
f) Ketidakbulatan yang berasal dari ketidakbulatan cetakan sewaktu
komponen dibuat dengan cara ekstrusi atau penarikan (drawing)
g)Dalam produksi massal , proses gerinda tanpa senter (centerless
grinding) akan selalu menghasilkan poros dengan penampang tidak
bulat apabila penampang bahannya memang telah mempunyai
ketidakbulatan yang mencolok , dan proses penyebaran panas yang tak
merata saat komponen diproses (misalnya dengan proses gerinda
dalam ; internal grinding) akan menyebabkan ring yang digerinda bisa
memiliki ketidakbulatan silinder dalamnya.
25.
26.
27.
Kebulatan mempunyai peranan penting dalam hal :
a) Membagi beban sama rata
b) Menentukan umur komponen
selain
penyebab
dan
cara
memberikan
hasil
yang
memuaskan
dapat
kita
terima
untuk
32.
33.
35.
36.
disebut sebagai diameter luar efektif dan diameter dalam efektif. Karena
menentukan diameter minimum bagi caliber ring yang dapat dimasukkan pada
poros yang tidak bulat atau diameter maksimum dari caliber poros yang
dimasukkan pada lubang yang tidak bulat . Perbedaan harga kedua diameter
tersebut dapat dijadikan ukuran mengenai kebulatan atau ketidakbulatan.
38.
Caliber ring dengan jam ukur dapat digunakan untuk memeriksa
kebulatan. Dengan memutar poros (benda ukur) goyangan pada jarum jam ukur
menunjukkan suatu ciri ketidak bulatan . Namun, pengukuran dengan memakai
caliber seperti ini mempunyai kelemahan. Pertama , perlu pembuatan caliber teliti
40.
41.
44.
45.
47.
48.
Keterangan :
a) Kebulatan senter
b)Sudut senter
c) Posisi senter
d)Kondisi permukaan senter
e) Lenturan pada benda ukur
49.
dapat diputar diantara dua senter, sementara itu sensor jam ukur akan
merasakan perubahan permukaan benda ukur. Cara pengukuran seperti ini
hanya bisa dilaksanakan bila benda ukur mempunyai lubang senter dan
selain itu ketelitian putaran sangat dipengaruhi oleh posisi senter, bentuk
dan ketidak bulatan senternya sendiri.
50.
Kebulatan hanya bisa di ukur dengan cara tertentu yang
menuntut persyaratan sebagai berikut :
a) Harus ada sumbu putar dan dianggap sebagai sumbu referensi (ingat
kelemahan pengukuran dengan mikrometer).
b) Lokasi sumbu putar harus tetap dan tidak dipengaruhi oleh profil
kebulatan benda ukur (ingat kelemahan metoda v-block).
c) Pengukuran harus bebas dari sumber-sumber yang dapat menyebabkan
ketidak telitian (putaran harus teliti, ingat kesalahan yang mungkin
timbul pada metoda senter).
d) Hasil pengukuran di perlhatkan dalam bentuk grafik polar (lingkaran)
guna menentukan harga parameter kebulatan.
51.
10
11
54.
55.
56.
57.
12
62.
63.
64.
65.
Alat ukur ini terdiri dari sensor, pengubah batang gigi, roda
gigi, dan pegas serta bagian penunjuk berupa jarum dan skala. Pada bagian
penunjuk yang berupa jam untuk membaca skala hasil pengukuran
dibutuhkan posisi mata yang tegak lurus jarum jam skala. Untuk
menghindari kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran. Kesalahan
sering disebut dengan paralak.
66.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rancangan
kinematik ini adalah:
a) Suatu gerakan translasi sensor se-panjang satu pits batang gigi (rack;
misalnya 0.25 mm) akan memutar roda gigi pasangannya (pinion)
sebesar 1/zp putaran (zp; jumlah gigi pinion ,misalnya 10). Putaran
pinion diteruskan menjadi putaran jarum penunjuk melalui pasangan
roda gigi ini sebesar Z2/Z1 (misalnya 50/10),dan satu putaran penuh
jarum penunjuk dinyatakan dengan
P . Zp
Kecermatan = Z 2 /Z 1. n
0.25 .10
50 /10.100
= 0,005 mm
b) Gigi suatu roda gigi (atau batang gigi) tak mungkin dibuat dengan profil
involute ideal. Oleh sebab itu, tebal gigi umumnya dirancang dengan
13
toleransi minus yang berarti tebal gigi dibuat sedikit lebih kecil
daripada ketebalan gigi nominal. Bila pasangan roda gigi ini dirakit
dengan jarak senter nominal, pasangan gigi akan meneruskan putaran
dengan hanya salah satu sisi giginya yang saling berimpit (sisi gigi
lainnya tak saling bersinggungan, jadi ada celah di antaranya untuk
menjaga jangan sampai pasangan roda gigi macet gara-gara ada
kesalahan profil yang berharga positif). Bila putaran diubah arahnya,
sementara roda gigi pemutar dan yang diputar tetap fungsinya, roda gigi
pemutar akan berbalik lebih dahulu untuk sepanjang celah gigi sebelum
berfungsi penuh memutar roda gigi yang diputar. Kejadian ini
dinamakan sebagai keterlambatan gerak balik (back-lash). Back-lash
yang tedadi pada pasangan roda gigi pemutar jarum penunjuk akan
mengganggu pembacaan skala karena posisi jarum penunjuk yang
berubah-ubah jika sensor sedikit berubah (bergetar). Untuk mengurangi
efek back-lash digunakan back-lash compensator yaitu roda gigi
pemutar untuk arah putaran kebalikan dengan arah putaran roda gigi
pemutar utama: Roda gigi pemutar utama berfungsi saat sensor
bergerak naik dengan daya dorong yang berasal dari sensor. Roda gigi
pemutar arah kebalikan berfungsi saat sensor bergerak turun dengan
daya dorong pegas spiral (energi disimpan oleh pegas spiral saat sensor
bergerak naik).
c) Tekanan ringan yang diberikan sensor pada permukaan benda ukur
(tekanan pengukuran) berasal dan pegas penekan pada batang gigi.
69.
70. Gambar 2.7 Prinsip Pengubah Mekanik Jam Ukur (Rochim, 2006)
14
ukur sejauh 360 dan sensor menyentuh permukaan benda ukur yang
diukur
kebulatannya.
Pengukuran
dilakukan
untuk
menemukan
umum digunakan. Luas daerah yang tertutup oleh profil sama dengarn luas
daerah yang berada pada luar. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.8
berikut ini.
74.
15
77.
82.
83.
2.8.4
disebut
dengan
MZC
atau
Minimum
Zone
16
87.
17
18
1. Dial indicator
2.
3.
5. V-block
6.
7.
8.
9. Meja Rata
19
10.
13.
17.
18.
15.
19. BAB IV
DATA PENGAMATAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
1
11
9
-2
-1
3
5
7
5
5
11
8
2
6
-4
-2
0
-3
-3
-4
-2
-8
9
-4
-3
20
Average
3,5
3,5
3,5
-1
-2
0
0,5
2,5
-1,5
7
3,5
2,5
21
21
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
-8
-7
11
-14
2
-6
-7
-1
-4
-12
-22
18
2
-28
-24
-22
-15
-31
3
-2
27
-1
3
4
0
Average
-18
-15,5
-5,5
-14,5
-14,5
-1,5
-4,5
13
-2,5
-4,5
9
9
BAB V
ANALISA DATA
22
23
Koordinat (x3,y3)
x3 = r3 x cos
= 3,5 m x cos 300
= 3,03 m
y3 = r3 x sin 3
= 3,5 m x sin 300
= 1,75 m
d. Titik 4
Ave=
( A 1+ A 2 ) (2 m +0 m )
=
=1 m
2
2
Koordinat (x4,y4)
x4 = r4 x cos 4
= -1 m x cos 00
= -1 m
y4 = r4 x sin 4
= -1 m x sin 00
= 0 m
e. Titik 5
Ave=
( A 1+ A 2 ) (1 m +(3 m))
=
=2 m
2
2
Koordinat (x5,y5)
x5 = r5 x cos 5
= -2 m x cos 3300
= -1,73 m
y5 = r5 x sin 5
= -2 m x sin 3300
= 1 m
f. Titik 6
Ave=
( A 1+ A 2 ) ( 3 m+(3 m) )
=
=0 m
2
2
Koordinat (x6,y6)
x6 = r6 x cos 6
= 0 m x cos 3000
= 0 m
y6 = r6 x sin 6
24
= 0 m x sin 3000
= 0 m
g. Titik 7
Ave=
( A 1+ A 2 ) ( 5 m+(4 m) )
=
=0,5 m
2
2
Koordinat (x7,y7)
x7 = r7 x cos 7
= 0,5 m x cos 2700
= 0 m
y7 = r7 x sin 7
= 0,5 m x sin 2700
= -0,5m
h. Titik 8
( A 1+ A 2 ) ( 7 m+(2 m) )
Ave=
=
=2,5 m
2
2
Koordinat (x8,y8)
x8 = r8 x cos 8
= 2,5 m x cos 2400
= -1,25 m
y8 = r8 x sin 8
= 2,5 m x sin 2400
= -2,16m
i.
Titik 9
( A 1+ A 2 ) ( 5 m+(8 m ) )
Ave=
=
=1,5 m
2
2
Koordinat (x9,y9)
x9 = r9 x cos 9
= -1,5 m x cos 2100
= 1,29 m
y9 = r9 x sin 9
= -1,5 m x sin 2100
= 0,75m
j. Titik 10
Ave=
( A 1+ A 2 ) ( 5 m+ 9 m )
=
=7 m
2
2
25
Koordinat (x10,y10)
x10 = r10 x cos 10
= 7 m x cos 1800
= -7 m
y10 = r10 x sin 10
= 7 m x sin 1800
= 0 m
k. Titik 11
Ave=
( A 1+ A 2 ) ( 11 m+(4 m) )
=
=3,5 m
2
2
Koordinat (x11,y11)
x11 = r11 x cos 11
= 3,5 m x cos 1500
= -3,03 m
y11 = r11 x sin 11
= 3,5 m x sin 1500
= 1,75 m
l. Titik 12
Ave=
( A 1+ A 2 ) ( 8 m+(3 m) )
=
=2,5 m
2
2
Koordinat (x12,y12)
x12 = r12 x cos 12
= 2,5 m x cos 1200
= -1,25 m
y12 = r12 x sin 12
= 2,5 m x sin 1200
= 2,16 m
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Pengamat A
No
1
2
3
4
5
6
7
Hasil Perhitungan
Average (m)
3,5
3,5
3,5
-1
-2
0
0,5
Titik x (m)
0
1,75
3,03
-1
-1,73
0
0
Titik y (m)
3,5
3,03
1,75
0
1
0
-0,5
26
8
9
10
11
12
-1,5
7
3,5
2,5
2,5
22
-1,25
1,29
-7
-3,03
-1,25
-9,19
-2,16
0,25
0
1,75
2,16
10,78
2 x x 2 x (9,19 m )
=
=1,63 m
n
12
b=
2 x y ( 2 x 10,78 m )
=
=1,79 m
n
12
R=
r = 22 m =1,83 m
n
12
a.
1=3,5 m1,83 m
1=0,12 m
b.
2 =3,5 m1,83 m
2=0,93 m
c.
3 =3,5 m1,83 m
3=1,15 m
d.
4=1 m1,83 m
(5.1)
27
4=1,2 m
e.
5=2 m1,83 m
5=1,53 m
f.
=0 m1,83 m
6=0,53 m
g.
7 =0,5 m1,83 m
7=0,46 m
h.
8 =2,5 m1,83 m
8=1,4 m
i.
9 1,5 m1,83 m
9=3 84 m
j.
10=7 m1,83 m
10=3,54 m
k.
11 =3,5 m1,83 m
11=0,63 m
l.
12=2,5 m 1,83 m
12=1,69 m
28
a (m)
b (m)
-1,63
1,79
r (m)
3,5
3,5
3,5
-1
-2
0
0,5
2,5
-1,5
7
3,5
2,5
i (m)
-0,12
0,93
1,15
-1,2
1,53
0,53
0,46
1,4
-3,84
3,54
-0,63
-1,69
29
5.1.2 Pengamat B
a. Titik 1
28 m
8 m+()
( A 1+ A 2 )
Ave=
=
2
Koordinat (x1,y1)
x1 = r1 x cos 1
= -18 m x cos 750
= -4,65 m
y1 = r1 x sin 1
= -18 m x sin 750
= 17,38 m
b. Titik 2
Ave=
( A 1+ A 2 ) (7 m+(24 m))
=
=15,5 m
2
2
Koordinat (x2,y2)
x2 = r2 x cos 2
= -15,5 m x cos 450
30
= -10,96 m
y2 = r2 x sin 2
= -10,96 m x sin 450
= -13,42 m
c. Titik 3
Ave=
( A 1+ A 2 ) ( 11 m+(22 m) )
=
=5,5 m
2
2
Koordinat (x3,y3)
x3 = r3 x cos
= -5,5 m x cos150
= -5,31 m
y3 = r3 x sin 3
= -5,5 m x sin 150
= -1,42 m
d. Titik 4
( A 1+ A 2 ) (14 m+(15 m) )
Ave=
=
=14,5 m
2
2
Koordinat (x4,y4)
x4 = r4 x cos 4
= -14,5 m x cos 3450
= -14 m
y4 = r4 x sin 4
= 3,75 m x sin 3450
= 0 m
e. Titik 5
Ave=
( A 1+ A 2 ) ( 2 m+(31 m) )
=
=14,5 m
2
2
Koordinat (x5,y5)
x5 = r5 x cos 5
= -14,5 m x cos 3150
= -10,25 m
y5 = r5 x sin 5
= -14,5 m x sin 3150
= 10,25 m
31
f. Titik 6
Ave=
( A 1+ A 2 ) (6 m+3 m )
=
=1,5 m
2
2
Koordinat (x6,y6)
x6 = r6 x cos 6
= -1,5 m x cos 2850
= -0,38 m
y6 = r6 x sin 6
= -1,5 m x sin 2850
= 1,44 m
g. Titik 7
Ave=
( A 1+ A 2 ) (7 m+(2 m) )
=
=4,5 m
2
2
Koordinat (x7,y7)
x7 = r7 x cos 7
= -4,5 m x cos 2550
= 1,16 m
y7 = r7 x sin 7
= -4,5 m x sin 2550
= 4,34m
h. Titik 8
Ave=
( A 1+ A 2 ) (1 m +27 m )
=
=13 m
2
2
Koordinat (x8,y8)
x8 = r8 x cos 8
= 13 m x cos 2250
= -9,19 m
y8 = r8 x sin 8
= 13 m x sin 2250
= -9,19 m
i. Titik 9
Ave=
( A 1+ A 2 ) (4 m+(1 m) )
=
=2,5 m
2
2
Koordinat (x9,y9)
x9 = r9 x cos 9
= -2,5 m x cos 1950
32
= 2,41 m
y9 = r9 x sin 9
= -2,5 m x sin 1950
= 0,64m
j. Titik 10
Ave=
( A 1+ A 2 ) (12 m+3 m )
=
=4,5 m
2
2
Koordinat (x10,y10)
x10 = r10 x cos 10
= -4,5 m x cos 1650
= 4,34 m
y10 = r10 x sin 10
= -4,5 m x sin 1650
= -1,16 m
k. Titik 11
Ave=
( A 1+ A 2 ) (22 m+4 m )
=
=9 m
2
2
Koordinat (x11,y11)
x11 = r11 x cos 11
= -9 m x cos 1350
= 6,36 m
y11 = r11 x sin 11
= -9 m x sin 1350
= -6,36 m
l. Titik 12
Ave=
( A 1+ A 2 ) ( 18 m+ 0 m )
=
=9 m
2
2
Koordinat (x12,y12)
x12 = r12 x cos 12
= 9 m x cos 1050
= -2,32 m
y12 = r12 x sin 12
= 9 m x sin 1050
= 8,69 m
33
Titik x (m)
-4,65
-10,96
-5,31
-14
-10,25
-0,38
1,16
-9,19
2,41
4,34
6,36
-2,32
-42,79
Titik y (m)
17,38
-10,96
-1,42
3,75
10,25
1,44
4,34
-9,19
0,64
-1,16
-6,36
8,69
17,4
b=
2 x y 2 x ( 17,4 m )
=
=2,9 m
n
12
R=
r = 68 m =5,7 m
n
12
a.
1=18 m+5,7 m
1=13,26 m
b.
2=15,5 m+5,7 m
34
2=6,81 m
c.
3=5,5 m+5,7 m
3=6,32 m
d.
4=14,5 m +5,7 m
4=1,17 m
e.
5=14,5 m +5,7 m
5=1,71 m
f.
6=1,5 m +5,7 m
6=8,84 m
g.
7 =4,5 m+5,7 m
7=2,16 m
h.
8=13 m+5,7 m
8=15,71 m
i.
9=2,5 m +5,7 m
9=2,93 m
j.
=4,5 m+ 5,7 m
10=6,43 m
35
k.
=9 m+5,7 m
11=10,39 m
l.
12=9 m+5,7 m
1 2=10,06 m
a (m)
b (m)
-7,13
2,9
r (m)
-18
-15,5
-5,5
-14,5
-14,5
-1,5
-4,5
13
-2,5
-4,5
-9
9
i (m)
-13,26
-6,81
6,32
-1,17
-1,71
8,84
2,16
15,71
-2,93
-6,43
-10,39
10,06
36
37
gambar
diatas
maka
diketahui
bahwa
untuk
mengetahui
a (m)
-1,63
b (m)
1,79
r (m)
3,5
3,5
3,5
i (m)
-0,12
0,93
1,15
38
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
-1
-2
0
0,5
2,5
-1,5
7
3,5
2,5
-1,2
1,53
0,53
0,46
1,4
-3,84
3,54
-0,63
-1,69
Pada tabel dijelaskan bahwa titik pusat LSC adalah titik koordinat dari
(a,b) yaitu (-1,63;1,79) dari titik nol profil kebulatan. Sehingga ketika dibuat
sebuah lingkaran kuadrat terkecil (MLA) yang memiliki radius 1,83 m dapat
dilihat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dari selisih antara jarak radius
profil kebulatan dengan radius yang dimiliki MLA (R) (Lingkaran kuning
digambar).
Penyimpangan-penyimpangan tersebut dijelaskan pada tabel 5.5 yaitu
dikolom i (m). Akan tetapi dari kolom tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengukuran kebulatan yang dilakukan oleh pengamat A dengan arah pemeriksaan
searah dan sebalik arah jarum jam masih terbilang kecil karena penyimpangan
terbesar yang terjadi hanya 3,54 m (merupakan tonjolan), dan -3,84 m
(merupakan lembah atau lekukan).
Penyimpangan tersebut dapat disebabkan karena permukaan benda ukur
yang kurang rata ataupun terdapatnya kotoran-kotoran dipermukaan benda ukur
tersebut. Sehingga dapat dipastikan dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
benda ukur berbentuk silindris tersebut masih bisa dikatakan balok.
Berbeda dengan pengamat A, pengamat B memperoleh data yang jauh
berbeda dari pengamat A. Hal ini karena metode yang digunakan berbeda, yaitu
posisi dial indikator berada ditengah nomor penanda. Berikut merupakan grafik
dari hasil pengolahan data dari pengamat B dengan metode Least Squares Circle
(LSC).
39
a (m)
b (m)
-7,13
2,9
r (m)
-18
-15,5
-5,5
-14,5
-14,5
-1,5
-4,5
13
-2,5
-4,5
-9
9
i (m)
-13,26
-6,81
6,32
-1,17
-1,71
8,84
2,16
15,71
-2,93
-6,43
-10,39
10,06
40
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penyimpangan yang terjadi sangat
besar yaitu mencapai 15,71 m (tonjolan) dan -13,26 m (lekukan).
Penyimpangan tersebut sudah lebih menjauhi R yang hanya 5,7. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kondisi dari daerah yang berada diantara dua titik ini memiliki
bentuk yang tidak bulat, atau dapat juga disebabkan karena kesalaahn pengukuran
seperti posisi sensor (terlalu tertekan atau malah tidak menyentuh).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah didapat, dapat disimpulkan beberapa hal
yaitu sebagai berikut :
1. Berdasarkan data yang telah didapat, dapat dilihat bahwa benda ukur
tersebut tidak bulat sempurna karena ada perbedaan simpangan disetiap
titik dengan nilai yang cukup tinggi.
2. Pengukuran kebulatan dengan menggunakan dial indikator dimana
benda ukur harus diputar oleh praktikan secara manual tidak bisa
menghasilkan nilai yang tepat karena peluang terjadinya human error
sanagt besar sehingga bisa mengakibatkan pergeseran titik referensi.
3. Terjadinya perbedaan pengukuran pertama kali dan kedua kali oleh
pengukur yang sama maupun oleh pengukur yang berbeda disebabkan
pergeserannya titik referensi pada benda ukur terhadap dial indikator.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari praktikum pengukuran
kebulatan ini, yaitu:
1. Setiap melakukan pengukuran hendanya praktikan menguasai teori
mengenai alat ukur dial indikator dan proses mengukur kebulatan.
2. Pada saat melakukan pengukuran hendaknya alat ukur yang hendak
digunakan dikalibrasi terlebih dahulu.
3. Kecermatan operator atau pengamat alat ukur sangat menentukan hasil
pembacaan alat ukur yang digunakan.
42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN