Anda di halaman 1dari 2

Teori ini dicetuskan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels (1834).

Aliran ini tidak sependapat


dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan makanan). Menurut Marxist
tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi
tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga berpendapat
bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan
demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk. Saya setuju dengan teori Marxist yang
menyebutkan bahwa kesempatan kerja berkurang ketika jumlah penduduk semakin bertambah.
Hal itu merupakan sesuatu yang alamiah dan benar adanya. Namun kelemahan teori ini, teori ini
hanya berlaku pada negara-negara berpaham kapitalis yang memang menganut sistem ekonomi
kapitalis. Namun, untuk negara-negara yang menganut aliran selain itu, misalnya non blok,
masalah seperti itu masih bisa diatasi, diantaranya dengan berusaha untuk menciptakan lapangan
kerja baru yang berbasis masyarakat, sehingga kesenjangan antara golongan kaya dengan
golongan ekonomi lemah tidak terlalu jauh.
Selain itu, kelompok ini percaya bahwa tidak ada kaitan antara pertumbuhan penduduk dan
pembangunan ekonomi. Mereka berpendapat bahwa semua masalah yang berhubungan dengan
kurangnya pembangunan ekonomi, seperti kemiskinan, kelaparan, dan masalah sosial lainnya,
bukan karena pertumbuhan penduduk, tetapi semata-mata sebagai hasil dari ketidakbenaran dari
institusi sosial maupun ekonomi di daerah yang bersangkutan. Untuk hal yang satu ini, saya
memiliki dua pandangan yang berlainan. Pertama, saya setuju dengan pendapatnya yang
menyatakan bahwa masalah pertumbuhan dan pembangunan ekonomi lebih banyak disebabkan
oleh koordinasi dan pengelolaan yang buruk antar instansi pemerintah. Saya percaya, setiap
negara itu memiliki potensi sumber daya alam yang jika dimanfaatkan dan diolah dengan
sungguh-sungguh akan mampu menyejahterakan seluruh penduduknya. Namun, perlu diingat,
bahwa, untuk hidup itu tidak hanya memerlukan sandang dan pangan, perlu papan juga, alias
tempat tinggal dan ruang yang cukup untuk menampung semua penduduk yang ada di negara
tersebut. Ruang juga menjadi aspek yang penting untuk tetap menjadikan kualitas masyarakat
sebanding dengan kuantitas yang dimiliki. Memang masalah tersebut bisa dijawab dengan
kemajuan teknologi yang pesat seperti saat ini. Namun, tidak semua negara mampu memiliki dan
memanfaatkan teknologi yang ada karena terhalang masalah biaya yang masih cukup mahal.
Jadi, seandainya pertumbuhan penduduk tersebut bisa ditekan dengan cara-cara yang manusiawi,
apa salahnya untuk dilakukan.
Lebih lanjut, Menurut Marx, pemerintah di negara kapitalis akan mempertahankan pertumbuhan
penduduk agar upah tetap rendah. Tetapi di dalam pemerintahan sosialis, hal tersebut tidak akan
terjadi. Jadi, dalam hal ini letak persoalannya adalah apakah suatu negara itu kapitalis atau
sosialis.
Tetapi pengalaman di Kuba setelah revolusi menunjukkan bahwa justru yang terjadi adalah apa
yang diungkapkan oleh Malthus. Pada saat itu tingkat kematian kasar melonjak tinggi, usia
kawin cenderung turun dan pelarangan terhadao keluarga berencana. Jelas hal-hal tersebut
merupakan Malthusian response

Menyangkut solusi yang ditawarkan oleh Marx, dia berpendapat bahwa sistem kapitalis harus
diubah menjadi sistem sosialis. Implikasinya seperti alat-alat produksi dikuasai buruh, serta gaji
buruh tidak dipotong. Solusi tersebut menurut saya kurang tepat. Memang pada saat itu kaum
buruh menjadi kaum yang tertindas, namun memberikan alat produksi kepada buruh adalah
tindakan yang belum bisa dijadikan solusi. Sebagian besar buruh belum memiliki pengetahuan
dan ilmu yang cukup untuk mengelola itu semua. Selain itu, biaya perawatan dan pembiayaan
alat-alat produksi juga lumayan mahal. Jika itu semua diserahkan kepada buruh, dikhawatirkan
itu akan menambah beban ekonomi mereka karena sebagian penghasilan digunakan untuk
membiayai perawatan alat-alat produksi. Lalu, mengenai gaji buruh yang tidak dipotong. Saya
sependapat mengenai hal itu, bagaimanapun mendapatkan gaji yang layak adalah hak setiap
buruh. Namun, jika kondisi perusahaan sedang tidak baik untuk menggaji itu semua, peran
pemerintah sangatlah besar di sini. Pemerintah bisa menalangi sementara gaji buruh hingga
perusahaan mampu untuk membayarnya.

Anda mungkin juga menyukai