Pembuatan Kolam Tampungan - PU PDF
Pembuatan Kolam Tampungan - PU PDF
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi ................................................................................................................................... i
BAB I
DESKRIPSI
1.1.
BAB II
BAB III
Maksud .........................................................................................1
1.1.2
Tujuan ...........................................................................................1
1.2.
1.3.
Pengertian .................................................................................................1
1.4.
Secara Umum...............................................................................3
1.4.2
1.4.3
KETENTUAN-KETENTUAN
2.1.
Umum ........................................................................................................5
2.2.
Teknis ........................................................................................................5
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
Survey .......................................................................................................9
3.2.
Penyelidikan. .............................................................................................9
BAB IV
BAB V
BAB VI
BAB VII
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
6.2.
6.3.
6.4.
6.5.
LAIN-LAIN
7.1
Laporan ...................................................................................................30
7.2
ii
BAB I
DESKRIPSI
1.1
1.1.1 Maksud
Tata cara pembuatan kolam retensi dan polder ini dimaksudkan sebagai
pegangan untuk bahan acuan kepada para penyelenggara PLP dalam
perencanaan dan pembangunan kolam retensi dan polder sebagai bagian dari
penyelenggaraan sistem drainase di daerah.
1.1.2 Tujuan
Tujuan tata cara pembuatan kolam retensi dan polder ini adalah tersedianya
Tata Cara Pembuatan Kolam Retensi dan Polder yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam perencanaan dan penyelenggaraan prasarana sarana
drainase perkotaan di daerah.
1.2
Ruang Lingkup
Tata cara umum pembuatan ini mencakup :
1) Ketentuan ketentuan
2) Survei dan Penyelidikan
3) Perencanaan Teknik Perhitungan Kolam Retensi dan Polder.
4) Pelaksanaan Kontruksi
5) Operasi dan Pemeliharaan
1.3
Pengertian
Pengertian tentang drainase kota pada dasarnya telah diatur dalam SK menteri
PU 239 tahun 1987. Menurut SK tersebut, yang dimaksud drainase kota adalah:
Jaringan pembuangan air yang berfungsi mengeringkan bagian-bagian wilayah
administrasi kota dan daerah urban dari genangan air, baik dari hujan lokal
maupun luapan sungai yang melintas di dalam kota.
Untuk memahami drainase secara menyeluruh, berikut ini diperlihatkan
beberapa pengertian pokok tentang drainase :
1
11) Waktu pengaliran permukaan adalah waktu yang diperlukan oleh titik air
hujan yang jatuh ke permukaan tanah dan mengalir ke titik saluran drainase
yang diamati.
12) Waktu drainase adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang
mengalir dari satu titik ke titik lain dalam saluran drainase yang diamati.
13) Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang
jatuh pada permukaan tanah mengalir sampai di suatu titik di saluran
drainase yang terpanjang.
14) Zona adalah sub sistem pelayanan satu aliran saluran drainase.
15) Kolam Retensi adalah kolam/waduk penampungan air hujan dalam jangka
waktu tertentu. Fungsinya untuk memotong puncak banjir yang terjadi
dalam badan air/sungai.
16) Sistem Polder adalah sistem penanganan drainase perkotaan dengan cara
mengisolasi daerah yang dilayani dari pengaruh limpasan air hujan / air laut
dengan penanggulangan / prasarana lain (jalan, jalan kereta api), dan
sistem drainasenya dengan pemompaan.
17) SOP adalah Standar Operasi Prosedur
1.4
areal industri dan komersial. Sistem ini melayani areal kurang dari 10 ha.
Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat,
pengembang atau instansi lainnya.
b) Sistem drainase utama :
Yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah saluran drainase
primer, sekunder, tersier beserta bangunan kelengkapannya yang melayani
kepentingan sebagian besar warga masyarakat. Pengelolaan sistem
drainase utama merupakan tanggung jawab pemerintah kota.
c) Pengendalian banjir (Flood Control) :
Adalah sungai yang melintasi wilayah kota yang berfungsi mengendalikan
air sungai, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan
manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Pengelolaan/pengendalian
banjir merupakan tugas dan tanggung jawab dinas pengairan (Sumber
Daya Air).
BAB II
KETENTUAN - KETENTUAN
2.1
Umum
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
-
Pembuatan
Kolam
Retensi
dan
Sistem
Polder
disusun
dengan
2.2
Teknis
Data
sistem
drainase
yang
ada
yaitu
daerah
genangan/banjir,
10 - 100
100 - 500
> 500
Kota Metropolitan
2 thn
2 - 5 thn
5 - 10 thn
10 - 25 thn
Kota Besar
2 thn
2 - 5 thn
2 - 5 thn
5 - 20 thn
2 thn
2 - 5 thn
2 - 5 thn
5 - 10 thn
2) Debit banjir
a. Debit banjir rencana dihitung dengan metode Rasional yang telah
dimodifikasi (lihat pada lampiran A.6)
b. Koefisien limpasan (run off) ditentukan berdasarkan tata guna lahan
daerah tangkapan.
c. Waktu konsentrasi adalah jumlah waktu pengaliran di permukaan dan
waktu drainase.
d. Koefisien penyimpangan dihitung dari perbandingan waktu konsentrasi
dan waktu drainase.
1,5
1,5
1,2
Fguling
1,5
BAB III
SURVEI DAN PENYELIDIKAN TANAH
3.1
Survey
1) Gunakan peta Topografi skala 1 : 5000 s/d 1 : 50.000 untuk
mengidentifikasikan Daerah Aliran Polder / Kolam retensi.
2) Hitung luas masing-masing DAS / daerah tangkapan air.
3) Petakan rencana sistem retensi/polder dengan pengukuran geodetik.
Dibuat garis kontur ketinggian lahan dengan interval setiap ketinggian 0.25
s/d 0.50 m.
3.2
Penyelidikan Tanah
1) Rencanakan dimana instalasi pompa akan ditempatkan beserta konstruksi
outlet dan konstruksi bangunan yang terkait dengan instalasi pompa yaitu
pada lokasi yang paling dekat dengan badan air.
2) Lakukan investigasi Geologi terutama Soil Mekanik untuk Perencanaan
pondasi Bangunan Air.
3) Paramater soil mekanik yang digunakan mengikuti standar teknik PU Bina
Marga.
BAB IV
PERENCANAAN TEKNIK PERHITUNGAN KOLAM RETENSI & POLDER
4.1
2)
Pastikan bahwa elevasi muka air di muara saluran lebih tinggi dari elevasi
muka tanah di daerah genangan;
3)
4)
5)
6)
Muka air di kolam retensi / kolam polder direncanakan dari dasar muka
tanah terendah di daerah perencanaan dan ditarik dengan lamanya
tertentu sesuai dengan kemiringan lahan.
7)
Kelengkapan Sistem:
- Kolam retensi
- Pintu inlet
- Bangunan pelimpah samping
- Pintu outlet
- Jalan akses menuju kolam retensi
- Ambang rendah di depan pintu outlet
- Saringan sampah
- Kolam Penangkap Sedimen
Kesesuaian tipe:
- Dipakai apabila tersedia lahan kolam retensi
- Kapasitas bisa optimal apabila lahan tersedia
- Tidak mengganggu sistem aliran yang ada
11
Kelengkapan Sistem:
- Kolam retensi
- Tanggul keliling
- Pintu outlet
- Bendung
- Saringan sampah
- Kolam penangkap sedimen
Kesesuaian tipe:
- Dipakai apabila lahan sulit didapat
- Kapasitas kolam retensi terbatas
- Mengganggu aliran yang ada dihulu
- Pelaksanaan lebih sulit
- Pemeliharaan lebih mahal
12
Kelengkapan Sistem:
- Saluran Yang Lebar dan Dalam
- Cek Dam/ Bendung Setempat
Kesesuaian tipe:
- Mengoptimalkan saluran drainase yang ada karena lahan tidak
tersedia
- Kapasitasnya terbatas
- Mengganggu aliran yang ada
- Pelaksanaan lebih sulit
13
8)
Kelengkapan Sistem:
- Kolam Retensi
- Stasion Pompa
- Pintu Inlet
- Saluran Inlet
- Pintu Pembagi
- Pintu Outlet
- Saluran Outlet
- Tangggul Keliling
- Saringan sampah
- Kolam penangkap sedimen
Kesesuaian tipe:
- Dipakai apabila tersedia lahan kolam retensi
- Kapasitas bisa optimal apabila lahan tersedia
14
polder
dengan
pompa
dan
kolam
di
dalam
badan
saluran/sungai
Kelengkapan Sistem:
- Kolam retensi
- Stasion Pompa
- Saluran Inlet
- Pintu Outlet
- Saluran Outlet
- Tangggul Keliling
- Saringan sampah
- Kolam penangkap sedimen
Kesesuaian tipe:
- Dipakai apabila lahan sulit didapat
- Kapasitas kolam retensi terbatas
- Mengganggu aliran yang ada dihulu
15
Gambar 7 Sistem polder dengan pompa dan kolam tipe storage memanjang
Kelengkapan Sistem:
- Storage Memanjang
- Stasion Pompa
- Pintu Outlet
- Tangggul Keliling
- Saringan sampah
- Kolam penangkap sedimen
Kesesuaian tipe:
- Mengoptimalkan saluran drainase yang ada karena lahan tidak
tersedia
- Kapasitasnya terbatas
- Mengganggu aliran yang ada
- Pelaksanaan lebih sulit
16
4.2
2)
Hitung tinggi curah hujan harian rata-rata dari butir 1) diatas dengan
metode Aritmatik atau Thiesen atau Isohyt, apabila tidak ada peta stasion
curah hujan dianjurkan menggunakan metode Aritmatik;
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Sistem Polder dipilih apabila daerah yang akan dikeringkan, relatif lebih
rendah dari muka air tinggi sungai / badan air penerima atau muka air laut
pasang
9)
10) Hitung debit banjir rencana dengan metode rasional praktis dengan
koefisien pengaliran dari butir 4) atau dari butir 5), dan intensitas curah
hujan dari butir 7);
11) Hitung debit banjir rencana dengan menggunakan unit hidrograph untuk
daerah perkotaan;
12) Hitung debit banjir rencana dengan metode Rasional Modifikasi.
17
4.3
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Dari ketiga perhitungan debit banjir rencana tersebut pilih yang terbesar.
Apabila kapasitas eksisting lebih besar dari debit banjir rencana yang
terbesar, maka saluran eksisting tidak perlu direhabilitasi.
4.4
Buat unit hidrograph daerah perkotaan, kemudian jumlahkan masingmasing ordinatnya. Sehingga diperoleh debit rencana maksimum dengan
gambar hidrographnya;
2)
Hitung volume komulatif air yang masuk ke dalam kolam retensi dari
hidrograph;
3)
4)
5)
Ukur ordinat yang terletak antara garis volume komulatif pompa dengan
garis singgung volume komulatif air yang masuk ke dalam kolam retensi
seperti pada butir 4) di atas, menunjukkan volume air yang tertinggal di
dalam kolam retensi;
18
6)
7)
8)
Hitung kebutuhan head pompa dari elevasi muka air minimum di kolam
retensi ke muka air maksimum banjir di sungai atau muka air pasang
tertinggi di laut.
9)
Pilih tipe pompa sesuai dengan kebutuhan yang ada. Tipe-tipe pompa
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a) Pompa Archemedian Screw.
Pompa archemedian screw digunakan untuk kondisi elevasi muka air
yang dipompa relatif aman tidak sesuai untuk elevasi muka air yang
perubahannya relatif besar.
ELEVASI. MAKS
PENGELUARAN
MOTOR
ELEV. PEMASUKAN
Pompa ini tidak terganggu dengan adanya tumbuhan air dan sampah,
oleh sebab itu pompa ini mampu beroperasi tanpa dijaga dalam
jangka waktu yang lama.
b) Pompa Rotodynamic.
Pompa rotodynamic dipilih sesuai dengan keperluan perencanaan.
Pompa ini terdiri atas :
19
20
dengan
karakteristik
tengah-tengah
21
antara
Pompa
BAB V
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
5.1
PEKERJAAN PERSIAPAN
1) Buat rencana kerja dan jadwal pelaksanaan.
2) Persiapkan bahan material dan tenaga kerja.
3) Sediakan atau buat direksi keet, gudang dan bengkel kontraktor.
4) Gunakan titik benchmark yang ada di lapangan sebagai titik referensi untuk
ketinggian dan koordinat.
5) Lakukan pengukuran outzet untuk mendapatkan tata letak bangunan sistem
polder.
6) Lakukan penyelidikan tanah di tempat yang akan memikul konstruksi dan
bangunan pelengkap.
7) Buat akses sementara berupa jalan kerja untuk memudahkan mobilisasi
pengangkutan bahan, alat dan pekerja ke lokasi pekerjaan.
8) Buatkan pagar pengaman dari kayu atau bahan lainnya.
5.2
5.3
Bersihkan permukaan lokasi tanggul dari rumput-rumput dan pohonpohon serta akar-akarnya.
Kupas atau gali permukaan pondasi hingga mencapai lapisan tanah asli
yang baik.
Gali tanah sampai elevasi dasar pondasi tanggul yang direncanakan jika
keadaan konstruksi tanah untuk dudukan pondasi kurang baik maka
dilakukan dulu perbaikan tanah dengan membuat cerucuk bambu,
dolken atau pancang dari beton bertulangan.
Buat lantai kerja untuk tanggul yang dibuat dari beton bertulang jika
memakai pasangan batu kali hamparkan urugan pasir kemudian
dipadatkan.
4) Urug kembali dengan tanah yang baik lobang galian yang tidak terpakai
oleh kontruksi pasangan dan dipadatkan.
5) Rapikan kontruksi tanggul sampai selesai semuanya.
23
5.4
5.5
5.6
5.7
25
BAB VI
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
6.1
PENGOPERASIAN POMPA
1) Hidupkan mesin diesel sesuai SOP atau petunjuk kerja yang berlaku atau
kontakkan handle sakelar utama apabila menggunakan PLN.
2) Pastikan tegangan, frekuensi, arus listrik sesuaikan dengan ketentuan atau
SOP.
3) Geser sakelar utama pada posisi ON.
4) Hidupkan pompa apabila elevasi muka air di dalam kolam retensi melebihi
elevasi normal sesuai dengan ketentuan di dalam SOP.
5) Lakukan kegiatan seperti butir 3), sesuai dengan kecepatan naiknya elevasi
muka air di dalam kolam retensi dengan kapasitas pompa menurut
ketentuan di dalam SOP.
6) Atur aliran air dari saluran yang masuk ke dalam kolam retensi dengan
pintu air terutama pada musim kering. Apabila pengaturan air masuk ke
dalam kolam retensi dengan pintu air, supaya air limbah dari saluran tidak
masuk ke dalam kolam retensi.
7) Matikan pompa apabila elevasi muka air di dalam kolam retensi sudah
mencapai elevasi normal sesuai dengan ketentuan di dalam SOP.
6.2
petugas
operasional
pompa
harus
tetap
siaga
menjaga
6.3
Pada saat banjir telah surut maka air di kolam retensi dikeluarkan
melalui pintu outlet sampai mencapai muka air minimum, hal ini
dimaksudkan untuk menerima banjir berikutnya/yang akan datang.
Pada saat banjir di sungai telah surut, maka air di kolam retensi
dikeluarkan melalui pintu outlet sampai mencapai muka air minimum,
keadaan ini untuk menerima banjir berikutnya/yang akan datang.
Di musim kemarau pintu air inlet ditutup, sesekali dibuka hanya untuk
memasukkan air ke kolam retensi, agar muka air di kolam retensi dalam
keadaan normal.
6.4
28
6.5
29
BAB VII
LAIN-LAIN
7.1
Laporan
Laporan mengenai pembuatan kolam retensi dan polder dijelaskan sebagai
berikut :
1) Setiap aspek perencanaan baik yang menyangkut bangunan baru maupun
bangunan lama agar dilaporkan dan dikonsultasikan kepada instansi yang
berwenang dan bertanggung jawab atas pembuatan kolam retensi dan
polder;
2) Laporan perlu dibuat secara berkala oleh perencana, dan dilaporkan kepada
instansi yang berwenang dan bertanggung jawab atas pembuatan kolam
retensi dan polder.
7.2
30
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN HIDROLOGI DAN HIDROLIKA
KAPASITAS KOLAM RETENSI DAN POMPA
A.1
KONDISI PERENCANAAN
Wilayah perencanaan berada di daerah perumahan di Jakarta. Wilayah ini
mengalami banjir dan genangan setiap tahunnya. Penyebabnya adalah elevasi muka
air banjir di sungai lebih tinggi dari elevasi tanah di daerah perumahan.
Permasalahan ini diselesaikan dengan merencanakan sistem polder.
Data perencanaan yang digunakan sebagai berikut :
Luas catchment area (A)
= 500 Ha
= 5400 m
Data curah hujan harian maksimum selama 20 tahun (1986 s/d 2005)
Total Inflow Total out flow = Storage penampungan pada waktu (t)
Bentuk hidrograf aliran masuk (inflow) yang digunakan sesuai bagi penggunaan
rumus modifikasi Rational.
untuk kolam retensi dan polder beserta contoh perhitungannya yang disesuaikan
dengan kondisi perencanaan.
A.2
dinyatakan dalam mm/ hari, untuk stasion curah hujan yang terdekat dengan lokasi
sistem drainase, jumlah data curah hujan paling sedikit dalam jangka waktu 10 tahun
berturut-berturut.
Stasion hujan kadang tidak mempunyai data yang lengkap, jika ditemui data
yang kurang, perlu dilengkapi dengan melakukan pengisian data terhadap stasion
yang tidak lengkap atau kosong, dengan beberapa metode antara lain :
Bila perbedaan hujan tahunan normal di stasion yang mau dilengkapi tidak
lebih dari 10 %, untuk mengisi kekurangan data dapat mengisinya dengan
harga rata-rata hujan dari stasion=stasion disekitarnya.
r=
1 R rA R rB R rC
+
+
n R A
RB
RC
Dimana : n
rA, rB, rC
RA, RB, RC
Berikut adalah tabel data curah hujan harian maksimum selama 20 tahun
(1986 s/d 2005) yang diperoleh di Stasion A (St. A). Diasumsikan Stasion A sebagai
stasion curah hujan yang terdekat dengan lokasi perencanaan sistem drainase.
Tabel 1 Data curah hujan harian maksimum (CHHmax) St. A
Tahun
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
A.3
CHHmax)
(mm/hari)
152
80
92
130
70
26
92
79
79
23
71
112
150
129
67
92
58
90
74
87
kala ulang tertentu, kala ulang rencana untuk saluran mengikuti standar yang berlaku
seperti tabel berikut :
Tabel 2 Kala ulang berdasarkan tipologi kota & luas daerah pengaliran
Tipologi Kota
Kota Metropolitan
Kota Besar
Kota Sedang / Kecil
< 10
2 thn
2 thn
2 thn
Catcment Area ( Ha )
10 - 100
100 - 500
2 - 5 thn
5 - 10 thn
2 - 5 thn
2 - 5 thn
2 - 5 thn
2 - 5 thn
> 500
10 - 25 thn
5 - 20 thn
5 - 10 thn
Contoh Perhitungan 1 :
Tentukan kala ulang rencana untuk saluran di daerah Jakarta dengan luas catchment area
seluas 500 Ha.
Penyelesaian :
Dari tabel 2 di atas untuk daerah Jakarta dengan luas catchment area seluas 500 Ha
didapatkan kala ulang rencana 10 tahunan.
A.4
R=
Sx
( R R)
=
n 1
K=
dimana :
Yt Yn
Sn
K
Yt =
faktor frekuensi
Reduced Variable (lihat tabel 3 hubungan antara waktu ulang T
dengan Yt)
Yn =
Sn =
Ri =
Curah hujan
Jumlah data
4. Menentukan curah hujan rencana dengan waktu ulang yang dipilih, dengan
rumus :
Rt = R + K .S x
4
Yt
0.3665
1.4999
2.2502
3.1985
3.9019
4.6001
Yn
0.4592
0.4996
0.5053
0.5070
0.5100
0.5128
0.5157
0.5181
0.5202
0.5220
0.5236
0.5252
0.5268
0.5283
0.5296
0.5309
0.5320
0.5332
0.5343
0.5353
0.5362
0.5371
0.5380
0.5388
0.5396
0.5402
0.5410
0.5418
0.5424
0.5430
Sn
0.9496
0.9676
0.9933
0.9971
1.0095
1.0206
1.0316
1.0411
1.0493
1.0565
1.0628
1.0696
1.0754
1.0811
1.0864
1.0915
1.1961
1.1004
1.1047
1.1086
1.1124
1.1159
1.1193
1.1226
1.1255
1.1285
1.1313
1.1339
1.1363
1.1388
n
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
Yn
0.5436
0.5442
0.5448
0.5453
0.5458
0.5463
0.5468
0.5473
0.5477
0.5481
0.5485
0.5489
0.5493
0.5497
0.5501
0.5504
Sn
1.1413
1.1436
1.1458
1.1480
1.1499
1.1519
1.1538
1.1557
1.1574
1.1590
1.1607
1.1623
1.1638
1.1658
1.1667
1.1681
Contoh Perhitungan 2 :
Dengan menggunakan data curah hujan maksimum selama 20 tahun yang terdapat pada
tabel 1, analisa frekuensi hujan dengan menggunakan metode Gumbel.
Penyelesaian :
1) Merangking data curah hujan harian maksimum yang didapat dari tabel 1
Tabel 5 Merangking data curah hujan harian maksimum
No Urut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
CHHMax (Ri)
152
150
130
129
112
92
92
92
90
87
80
79
74
73
71
70
No Urut
17
18
19
20
CHHMax (Ri)
67
58
26
23
X 1 100 1100
=
= 4,8%
X total + 1 20 + 1
X total 20
CHHMax (Ri)
152
150
130
129
112
92
92
92
90
87
80
79
74
73
71
70
67
58
26
23
1,747
P (%)
4.8
9.5
14.3
19.0
23.8
28.6
33.3
38.1
42.9
47.6
52.4
57.1
61.9
66.7
71.4
76.2
81.0
85.7
90.5
95.2
1,000.0
(R R )
Sr =
n 1
22,595
= 34,48
20 1
Ri - Rrata
64.7
62.7
42.7
41.7
24.7
4.7
4.7
4.7
2.7
-0.3
-7.3
-8.3
-13.4
-14.4
-16.4
-17.4
-20.4
-29.4
-61.4
-64.4
0.000
(Ri-Rrata)2
4,179.6
3,925.0
1,819.0
1,734.7
607.6
21.6
21.6
21.6
7.0
0.1
54.0
69.7
178.2
205.9
267.3
301.0
414.1
861.4
3,763.8
4,140.9
22,595
Yn = 0,524
N = 20 ,
Sn = 1,063
Kt =
Rt
Yt Yn 0,367 0,524
=
= 0,148
1,063
Sn
= Rr + (K t S x )
10) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor 8) dan 9) untuk data berikutnya
didapatkan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 7 Menentukan Hujan Rencana Kala Ulang Metode Gumbel
Kala ulang
(Tahun)
2
5
10
25
50
100
Yt
Kt
0.367
1.500
2.250
3.199
3.902
4.600
0,148
0,919
1,625
2,517
3,179
3,836
Rt
(mm)
82
119
143
174
197
220
LogR
n
(LogR
LogR
n 1
Cs =
n. LogRi log R
(n 1)(n 2)S x 3
LogRt = LogR + K .S x
Dimana :
Cs = Koefisien penyimpangan
Sx = standar deviasi
K
1.001
99
80
50
20
10
3.0
2.8
2.6
2.4
2.2
2.0
1.8
1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
0.667
0.714
0.769
0.832
0.905
0.990
1.087
1.197
1.318
1.449
1.588
1.733
1.880
2.029
2.178
2.326
2.472
2.615
2.755
2.891
3.022
3.149
0.636
0.666
0.696
0.725
0.752
0.777
0.799
0.817
0.832
0.844
0.852
0.856
0.857
0.855
0.850
0.842
0.830
0.816
0.800
0.780
0.758
0.732
0.396
0.384
0.368
0.351
0.330
0.307
0.282
0.254
0.225
0.195
0.164
0.132
0.099
0.066
0.033
0
0.033
0.066
0.099
0.132
0.164
0.195
0.420
0.460
0.499
0.537
0.574
0.609
0.643
0.675
0.705
0.732
0.758
0.780
0.800
0.816
0.830
0.842
0.850
0.855
0.857
0.856
0.852
0.844
1.180
1.210
1.238
1.262
1.284
1.302
1.318
1.329
1.337
1.340
1.340
1.336
1.328
1.317
1.301
1.282
1.258
1.231
1.200
1.166
1.128
1.086
2.278
2.275
2.267
2.256
2.240
2.219
2.193
2.163
2.128
2.087
2.043
1.993
1.939
1.880
1.818
1.751
1.680
1.606
1.528
1.448
1.366
1.282
3.152
3.114
3.071
3.023
2.970
2.912
2.848
2.780
2.706
2.626
2.542
2.453
2.359
2.261
2.159
2.054
1.945
1.834
1.720
1.606
1.492
1.379
4.051
3.973
3.889
3.800
3.705
3.605
3.499
3.388
3.271
3.149
3.022
2.891
2.755
2.615
2.472
2.326
2.178
2.029
1.880
1.733
1.588
1.449
1.2500
10
25
50
100
Persen Peluang
Interval Ulang,tahun
Faktor
Kekerapan
(K)
1.4
1.6
1.8
2.0
2.2
2.4
2.6
2.8
3.0
1.001
1.2500
99
80
50
20
3.271
3.388
3.499
3.605
3.705
3.800
3.889
3.973
4.051
0.705
0.675
0.643
0.609
0.574
0.537
0.499
0.460
0.420
0.225
0.254
0.282
0.307
0.330
0.351
0.368
0.384
0.396
0.832
0.817
0.799
0.777
0.752
0.725
0.696
0.666
0.636
10
25
50
100
10
1.041
0.994
0.945
0.895
0.844
0.795
0.747
0.702
0.660
1.198
1.116
1.035
0.959
0.888
0.823
0.764
0.712
0.666
1.270
1.166
1.069
0.980
0.900
0.830
0.768
0.714
0.666
1.318
1.197
1.087
0.990
0.905
0.832
0.769
0.714
0.667
Persen Peluang
Contoh Perhitungan 3 :
Dengan menggunakan data curah hujan harian maksimum selama 20 tahun yang diperoleh di
tabel 1, analisa frekuensi hujan dengan menggunakan metode Log Pearson Type III.
Penyelesaian :
1) Merangking data curah hujan harian maksimum yang didapat dari tabel 1.
Tabel 9 Merangking data curah hujan harian maksimum
No Urut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Total
CHHMax (Ri)
152
150
130
129
112
92
92
92
90
87
80
79
74
73
71
70
67
58
26
23
1,747
10
log R =
4)
5)
6)
LogR = 38 = 1,90
n
20
(LogR
(LogR
) = (0,281)
log R ) = (0,281)
log R
= 0,079
= 0,022
7) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor 2) s/d 6) untuk data berikutnya
didapatkan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 10 Perhitungan metode Log Pearson III
152
150
130
129
112
92
92
92
90
87
80
79
74
73
71
70
67
58
26
23
1,747
2.182
2.176
2.114
2.111
2.049
1.964
1.964
1.964
1.954
1.940
1.903
1.898
1.869
1.863
1.851
1.845
1.826
1.763
1.415
1.362
38.0
0.281
0.275
0.213
0.210
0.149
0.063
0.063
0.063
0.054
0.039
0.002
(0.003)
(0.031)
(0.037)
(0.049)
(0.056)
(0.075)
(0.137)
(0.486)
(0.539)
0.000000
0.079
0.076
0.046
0.044
0.022
0.004
0.004
0.004
0.003
0.002
0.000
0.000
0.001
0.001
0.002
0.003
0.006
0.019
0.236
0.290
0.841552
(LogR LogR )
Sx =
n 1
0,84155
= 0,211
20 1
11
) (LogR
2
log R
0.022
0.021
0.010
0.009
0.003
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
-0.003
-0.115
-0.157
-0.208079
Cs =
n. LogRi log R
(n 1)(n 2)S x
20 ( 0,208)
19 18 (0,21)
= 1,305
0,195 +
(1,305) (1,2)
(0,225 0,195) = 0,211
(1,4) (1,2)
LogR t = LogR + K .S x
= 101,945 = 88mm
12) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor 3) s/d 11) didapatkan hasilnya
sebagai berikut:
Tabel 11 Menentukan Hujan Rencana Kala Ulang Metode Log Pearson III
Kala ulang
(Tahun)
2
5
10
25
50
100
log R
Log Rt
1.90
1.90
1.90
1.90
1.90
1.90
0.211
0.838
1.062
1.238
1.322
1.380
1,945
2,077
2,124
2,161
2,179
2,191
Rt
(mm)
88
119
133
145
151
155
A.4.3 Resume Hujan Rata-rata Metode Log Pearson III dan Metode Gumbel
Dengan cara yang sama dihitung pula data dari beberapa stasion lainnya,
diupayakan yang berdekatan dengan daerah studi, setidaknya mempunyai sifat
hujan yang sama. Hasil hitungan rata-rata dari beberapa stasion lainnya seperti tabel
berikut. Menghitung hujan rata-rata, dilakukan dengan rata-rata arimatik.
Tabel 12 Resume Hujan Rata-rata Metode Log Pearson III dan Metode Gumbel
Stasion
Metode Analisa
Hujan
5 Thn
10 Thn
25 Thn
50 Thn
100 Thn
88
119
133
145
151
155
Gumbel
82
119
143
174
197
220
St. A
12
Stasion
Metode Analisa
Hujan
5 Thn
10 Thn
25 Thn
50 Thn
100 Thn
97
150
194
259
316
381
Gumbel
104
179
228
291
337
383
99
158
205
260
320
395
Gumbel
110
180
235
300
345
418
97
151
190
238
278
325
St. B
St. C
Rata-rata (mm/hari)
A.5
rumus
Mononobe
sebagai berikut :
R 24
It = t
24 t
It
Contoh Perhitungan 4 :
Dengan menggunakan hasil rata-rata dari metode Log Pearson III dan metode Gumbel (lihat
tabel 12), analisa intensitas hujan dengan berbagai kala ulang.
Penyelesaian :
1) Dengan interval 2 tahun diperoleh hujan rencana untuk berbagai kala ulang sebesar 97 mm/hari
(lihat tabel 12). Maka untuk waktu t = 10 menit didapatkan intensitas hujan sebesar :
R 24
It = t
24 t
97 24
It =
24 10 60
= 111mm / jam
13
2) Sehingga secara tabelaris dengan mengikuti langkah nomor 1) untuk waktu berikutnya didapatkan
hasilnya sebagai berikut:
Tabel 13 Analisa Intensitas Hujan (mm/jam)
t
(Menit)
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
130
150
170
190
210
230
250
97
It 2 Thn
111
70
53
44
38
34
30
28
26
24
22
20
18
17
16
15
14
13
151
It 5 Thn
173
109
83
69
59
52
47
43
40
37
35
31
28
26
24
23
21
20
190
It 10 Thn
217
137
105
86
74
66
59
54
50
47
44
39
36
33
31
29
27
25
238
It 25 Thn
272
172
131
108
93
83
74
68
63
59
55
49
45
41
38
36
34
32
14
278
It 50 Thn
318
200
153
126
109
96
87
80
74
69
64
58
52
48
45
42
39
37
325
It 100 Thn
372
234
179
148
127
113
102
93
86
80
75
67
61
56
52
49
46
44
A.6
Qt = 0,278C.I . A
dimana : Qt = Debit banjir (m3/det)
C
= Koefisien pengaliran
Keterangan
Koefisien C
Perumputan
Tanah gemuk 2 7 %
Daerah kota lama
Daerah pinggran
Single family
Terpisah penuh
Tertutup/rapat
Apartemen
Ringan
Berat
0,18 0,22
0,75 0,95
0,50 0,70
0,3 0,5
0,4 0,6
0,6 0,7
0,5 0,7
0,5 0,8
0,6 0,9
Busines
Perumahan
Industri
Qt = 0,278C.Cs .I .A
Cs =
2t c
2t c + t d
tc = to + td
15
td =
L
V
dimana :
Cs
Koefisien Penyimpangan
tc
to
td
05%
5 10 %
10 30 %
05%
5 10 %
10 30 %
05%
5 10 %
10 30 %
Loam berpasir
0,10
0,25
0,30
0,10
0,15
0,20
0,30
0,40
0,50
Lempung
siltloam
0,30
0,35
0,50
0,30
0,35
0,40
0,50
0,60
0,70
Lempung
padat
0,40
0,50
0,60
0,40
0,55
0,60
0,60
0,70
0,80
Perumputan
Business
Perumahan
Industri
Keterangan
Tanah pasir, datar 2%
Tanah pasir, rata-rata 2 7%
Tanah pasir, curam 7%
Tanah gemuk, datar 2%
Tanah gemuk, rata-rata 2 7%
Tanah gemuk, curam 7%
Daerah kota lama
Daerah pinggiran
Daerah single family
multi units, terpisah-pisah
multi units, tertutup
suburban, daerah perumahan apartemen
Daerah ringan
Daerah berat
Pertamanan, kuburan
Tempat bermain
Halaman kereta api
Daerah yang tidak
dikerjakan
Harga C
0,05 0,10
0,10 0,15
0,15 0,20
0,13 0,17
0,18 0,22
0,25 0,35
0,75 0,95
0,50 0,70
0,30 0,50
0,40 0,60
0,60 0,75
0,25 0,40
0,10 0,25
0,20 0,35
0,20 0,40
0,10 0,30
16
Keterangan
Beraspal
Beton
Batu
Jalan
Untuk berjalan dan naik
kuda
Atap
Harga C
0,70 0,95
0,80 0,95
0,70 0,85
0,75 0,85
0,75 0,95
Secara matematis harga Q pada modifikasi ini akan lebih kecil dari pada Q
sebelum dimodifikasi. Dari gambar berikut dapat dilihat :
Qp
Waktu (menit)
Bahwa
Q p = 0,278C..I . A
Setelah dimodifikasi maka bentuk curve diatas akan menjadi sebagai berikut:
17
L
t = 0,0195
S
0 , 77
dimana :
t
panjang sungai/saluran dari hulu sampai titik yang diambil debitnya (m)
Contoh Perhitungan 5 :
Analisa debit banjir
= 500 Ha = 5 km
= 0,73
= 10 menit
= 70 menit
= 5400 m
= 1,5 m/det
Penyelesaian :
1) Waktu pengaliran sepanjang saluran :
td =
L
5400
=
= 60menit
60V 60 1,5
2) Waktu konsentrasi :
t c = t o + t d = 10 + 60 = 70menit
3) Koefisien penyimpangan :
Cs =
2 tc
2 70
=
= 0,7
2 t c + t d (2 70 ) + 60
18
4) Intensitas hujan:
R 24
It = t
24 t
190 24
It =
24 70 60
= 59mm / jam
Qin = 0,278C C s I A
= 0,278 0,73 0,70 59 5
= 42 m 3 / det
Contoh Perhitungan 6 :
Gunakan data yang diperoleh dari Contoh Perhitungan 5 untuk menghitung volume kolam
retensi dan kapasitas pompa.
PENYELESAIAN :
1) Data yang digunakan :
Waktu pengaliran sepanjang saluran (td)
= 60 menit
= 70 menit
= 190 mm/hari
= 59 mm/jam
= 42 m3/det
2) Dari data diatas diperoleh hidrograf aliran masuk seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
50
3
Qin = 42m /det
30
20
t (menit)
to
td
tc
tc + td
19
240
220
200
180
160
140
120
100
80
60
40
10
20
Q (m3/det)
40
3) Hitung kumulatif volume aliran masuknya dari grafik hidrograph diatas, hasilnya seperti terlihat pada
tabel berikut :
Tabel 17 Kumulatif aliran masuk Qin dimensi tc
Kumulatif
Waktu
(menit)
Aliran
Masuk
(m3/det)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210
220
230
240
250
260
0.00
6.00
12.00
18.00
24.00
30.00
36.00
42.00
38.77
35.54
32.31
29.08
25.85
22.62
19.38
16.15
12.92
9.69
6.46
3.23
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Rata-rata
Aliran Masuk
(m3/det)
3.00
9.00
15.00
21.00
27.00
33.00
39.00
40.38
37.15
33.92
30.69
27.46
24.23
21.00
17.77
14.54
11.31
8.08
4.85
1.62
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
At
Volume
(m3)
Kumulatif
Volume 1
(m3)
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
3600
10800
18000
25200
32400
39600
46800
48462
44585
40708
36831
32954
29077
25200
21323
17446
13569
9692
5815
1938
0
0
0
0
0
0
3600
14400
32400
57600
90000
129600
176400
224862
269446
310154
346985
379938
409015
434215
455538
472985
486554
496246
502062
504000
504000
504000
504000
504000
504000
504000
4) Perhitungan Kapasitas Inflow, kritis dengan mencoba (trial & error) model hidrograf kondisi kolam
retensi kritis tc > t
Dicoba : kala ulang 10 tahunan dengan tc = 100 menit i = 47 mm/jam (lihat tabel intensitas hujan)
Cs =
Qin '
2t c
2 100
=
= 0.76
2t c + t d (2 100 ) + 60
= 0.278C.C s .i. A
= 0.278 0.73 0.76 47 5
= 36 m 3 / det
20
5) Untuk hidrograf aliran masuknya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Aliran
Masuk
(m3/det)
0.00
6.00
12.00
18.00
24.00
30.00
36.00
36.00
36.00
36.00
36.00
33.75
31.50
29.25
27.00
24.75
22.50
20.25
18.00
15.75
13.50
11.25
9.00
Rata-rata
Aliran Masuk
(m3/det)
3.00
9.00
15.00
21.00
27.00
33.00
36.00
36.00
36.00
36.00
34.88
32.63
30.38
28.13
25.88
23.63
21.38
19.13
16.88
14.63
12.38
10.13
21
At
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
1200
Volume
(m3)
Kumulatif
Volume 2
(m3)
3600
10800
18000
25200
32400
39600
43200
43200
43200
43200
41850
39150
36450
33750
31050
28350
25650
22950
20250
17550
14850
12150
3600
14400
32400
57600
90000
129600
172800
216000
259200
302400
344250
383400
419850
453600
484650
513000
538650
561600
581850
599400
614250
626400
Kumulatif
Waktu
(menit)
230
240
250
260
Aliran
Masuk
(m3/det)
6.75
4.50
2.25
0.00
Rata-rata
Aliran Masuk
(m3/det)
7.88
5.63
3.38
1.13
At
Volume
3
(m )
1200
1200
1200
1200
9450
6750
4050
1350
Kumulatif
Volume 2
(m3)
635850
642600
646650
648000
Kumulatif
Volume 2
(m3)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210
220
230
Volume
Kumulatif
Pompa
Volume
Kolam
Retensi
0
3600
14400
32400
57600
90000
129600
172800
216000
259200
302400
344250
383400
419850
453600
484650
513000
538650
561600
581850
599400
614250
626400
635850
5 m3/det
0
3000
6000
9000
12000
15000
18000
21000
24000
27000
30000
33000
36000
39000
42000
45000
48000
51000
54000
57000
60000
63000
66000
69000
10 m3/det
0
6000
12000
18000
24000
30000
36000
42000
48000
54000
60000
66000
72000
78000
84000
90000
96000
102000
108000
114000
120000
126000
132000
138000
5 m3/det
0
600
8400
23400
45600
75000
111600
151800
192000
232200
272400
311250
347400
380850
411600
439650
465000
487650
507600
524850
539400
551250
560400
566850
10 m3/det
0
-2400
2400
14400
33600
60000
93600
130800
168000
205200
242400
278250
311400
341850
369600
394650
417000
436650
453600
467850
479400
488250
494400
497850
240
642600
72000
144000
570600
498600
250
646650
75000
150000
571650
496650
260
648000
78000
156000
570000
492000
22
8) Hasil Kumulatif dari tabel 16, 17 dan 18 kemudian di plot. Dari gambar tersebut terlihat tidak terjadi
aliran kritis pada daerah studi, aliran tersebut lebih besar dari perencanaan berdasarkan waktu
konsentrasi.
23
A.7
h
m
b
Ae = (b + m.h)h
P = b + 2h 1 + m 2
R=
Ae
P
Dimana :
B
Ae
Ae = b.h
R=
Ae
P
P = b + 2h
24
= dalamnya air ( m )
Ae
A.7.2 Penampang basah berdasarkan debit air (Q) dan kecepatan (V)
Dimensi saluran diperhitungkan dengan rumus Manning sebagai berikut :
Q = V .A
1
(R )2 / 3 (i )1 / 2
n
V =
Dimana :
Lapisan beton
0,017 0,029
0,020 0,025
0,025 0,045
25
Kemiringan Talud
(m = H/V)
Batu
0,25
1 - 2
1,5 - 2,5
Pasir lanauan
2 - 5
Gambut kenyal
1 - 2
Gambut lunak
3 - 4
1 - 1,5
h < 0,40 m
0,25 - 0,5
H > 0,75 m
0,50 - 1,0
Q < 5 m /det
10 m3/det > Q > 5 m3/det
Q > 10 m3/det
F (m)
Polder (m)
0,20 0,30
0,30 0,50
0,70 1,00
0,75 1,00
1,00 1,25
1,25 1,50
26
i=
t1 t 2
x 100 %
L
Keterangan :
t1
t2
Tipe Saluran
Baik
sekali
Baik
Sedang
Jelek
SALURAN BUATAN
1
0.017
0.02
0.023
0.025
0.023
0.028
0.03
0.04
0.02
0.03
0.033
0.035
0.035
0.04
0.045
0.045
0.025
0.03
0.035
0.04
4
5
0.028
0.03
0.033
0.035
0.02
0.025
0.028
0.03
SALURAN ALAM
8
0.025
0.028
0.03
0.033
0.03
0.033
0.035
0.04
10
0.033
0.035
0.04
0.045
27
No
Tipe Saluran
Baik
sekali
Baik
Sedang
Jelek
11
0.04
0.045
0.05
0.055
12
0.035
0.04
0.045
0.05
13
0.045
0.05
0.055
0.06
14
0.05
0.06
0.07
0.08
15
banyak tumbuh-tumbuhan
0.075
0.1
0.125
0.15
0.025
0.03
0.033
0.035
17
0.017
0.02
0.025
0.03
18
saluran beton
0.014
0.016
0.019
0.021
19
0.01
0.011
0.012
0.013
20
0.013
0.014
0.014
0.015
21
0.015
0.016
0.016
0.018
Contoh Perhitungan 7 :
Analisa dimensi saluran trapesium dengan menggunakan data perencanaan sebagai berikut :
=5m
= 1,9 m
= 1,5
= 0,0025
= 0,020
Penyelesaian :
1) Luas penampang basah saluran :
Ae = (b + m.h)h
P = b + 2h 1 + m 2
= 5 + 2(1,9) 1 + (1,5)
= 11,9m
3) Jari-jari hidrolis :
Ae
P
14,92
=
11,9
= 1,26m
R=
4) Kecepatan aliran :
1
(R )2 / 3 (i )1 / 2
n
1
(1, 26 )2 / 3 (0 , 0025
=
0 , 020
= 2 , 91 m / det
V =
)1 / 2
Qout = V . A
= 2,91 14,92
= 43,47 m 3 / det
6) Check :
Rem =
Qin
Qout
42
43,47
= 0,97
=
(OK )
29