Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai
DRAINASE

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat petunjuk,


bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak terkait
yang telah mendukung baik moral, ide, dan material dalam menyusun makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu
penulis sangat menghargai segala bentuk kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam mendukung pelaksanaanya.

MAKALAH DRAINASE 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Drainase pemukiman .............................................................................. 4


B. Drainase jalan raya ................................................................................. 6
C. Drainase pertanian/ lahan ....................................................................... 9
D. Banjir Karena salah Konstruksi Drainase .............................................. 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 18
B. Saran ....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH DRAINASE 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Drainase yang berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau
mengalirkan air drainase, merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan
air limbah dari daerah pemukiman, industri, pertanian, badan jalan dan
permukaan perkerasan lainnya, serta berupa penyaluran kelebihan air pada
umumnya, baik berupa air hujan, air limbah maupun air kotor lainnya yang
keluar dari kawasan yang bersangkutan baik di atas maupun di bawah
permukaan tanah ke badan air atau ke bangunan resapan buatan.
Siklus keberadaan air di suatu lokasi dimana manusia bermukim, pada
masa tertentu akan mengalami keadaan berlebih, sehingga dapat mengganggu
kehidupan manusia. Selain itu semakin kompleksnya kegiatan manusia dapat
menghasilkan limbah berupa air buangan yang dapat mengganggu
kelangsungan hidupnya, dan dengan adanya keinginan untuk meningkatkan
kenyamanan dan kesejahteraan hidup maka manusia mulai berusaha untuk
mengatur lingkungannya dengan cara melindungi daerah pemukimannya dari
air berlebih dan air buangan.
B. Rumusan Masalah
A. Drainase Pemukiman
B. Drainase Jalan Raya
C. Drainase Pertanian/ Lahan
D. Banjir Karena Salah Konstruksi Drainase
C. Tujuan
Untuk menjelaskan masalah – masalah yang terdapat pada rumusan
masalah pada makalah ini

MAKALAH DRAINASE 3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DRAINASE PEMUKIMAN

Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem


drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase pemukiman atau
yang disebut juga drainase perkotaan. Berikut definisi drainase perkotaan :

 Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian


pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan
sosial-budaya yang ada di kawasan kota.

 Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari


wilayah perkotaan yang meliputi :

 Permukiman.
 Kawasan industri dan perdagangan.
 Kampus dan sekolah.
 Rumah sakit dan fasilitas umum.
 Lapangan olahraga.
 Lapangan parkir.
 Instalasi militer, listrik, telekomunikasi.
 Pelabuhan udara.

MAKALAH DRAINASE 4
a. Standar Dan Sistem Penyediaan Drainase Kota
Sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari empat macam, yaitu :
1. Sistem Drainase Utama
Sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian
besar warga masyarakat kota.
2. Sistem Drainase Lokal
Sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian
kecil warga masyarakat kota.
3. Sistem Drainase Terpisah
Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan
terpisah untuk air permukaan atau air limpasan.
4. Sistem Gabungan
Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan
yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.
b. Sistem Jaringan Drainase
Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu :

 Sistem Drainase Mayor : yaitu sistem saluran/badan air yang


menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan
(Catchment Area).Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut
juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau
drainase

 Sistem Drainase Minor : yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap


drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan
hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro
adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di
sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain
sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu
besar.

MAKALAH DRAINASE 5
B. DRAINASE JALAN RAYA
Jalan merupakan infrastruktur transportasi yang sangat penting bagi
manusia. Melalui jalan, manusia dapat berpindah maupun memindahkan
barang, baik dengan berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan bermotor
atau tanpa motor. Jalan menghubungkan suatu komunitas masyarakat di suatu
wilayah dengan wilayah lain. Seiring dengan berkembangnya kebutuhan
manusia, sistem jalan baik di perkotaan, di suatu kawasan, maupun antar kota
dan provinsi berkembang pesat dari segi jumlah ruas jalan, panjang, maupun
teknologi konstruksinya. Dalam perencanaan jalan raya, perlindungan jalan
dari air permukaan dan air tanah sangat penting. Maka dari itu paper ini akan
membahas secara singkat hubungan konstruksi jalan dengan sistem drainase
(sistem pengaliran air hujan).
Sistem drainase permukaan berfungsi untuk mengalirkan air hujan secepat
mungkin keluar dari permukaan jalan dan selanjutnya dialirkan lewat saluran
samping menuju saluran pembuangan akhir, mencegah aliran air dari daerah
pengaliran di sekitar jalan masuk ke perkerasan jalan, dan mencegah
kerusakan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran air. Beberapa prinsip umum
sistem drainase permukaan adalah kemiringan melintang perkerasan dan bahu
jalan, selokan samping, gorong-gorong, dan saluran penangkap. Pada
tahap perencanaan harus dipikirkan bahwa sistem drainase permukaan yang
akan dibuat tersebut harus efektif dan efisien, ekonomis dan aman, dan cukup
mudah dalam pemeliharaannya. Di bawah ini diperlihatkan tabel kemiringan
melintang normal beberapa jenis perkerasan jalan.

MAKALAH DRAINASE 6
MAKALAH DRAINASE 7
Dalam merancang saluran samping jalan harus diperhatikan pengaruh
material untuk saluran tersebut dengan kecepatan rencana aliran
yang ditentukan oleh sifat hidrolis penampang saluran (kemiringan
saluran). Dalam merancang saluran samping pada suatu jalan harus sesuai
dengan kriteria dalam merancang suatuinfrastruktur keairan dari segi
analisis hidrologi dan hidrolika.

Dalam mengalirkan air dari suatu sisi jalan ke sisi yang lain diperlukan
gorong-gorong. Desain gorong-gorong harus memperhatikan faktor hidrolis
dan struktural agar dapat mengalirkan air dengan baik dan memiliki daya
dukung terhadap beban lalu lintas dan timbunan tanah. Hal yang perlu
diperhatikan dalam merancang gorong-gorong pada suatu jalan adalah tipe,
komposisi, dan penempatan gorong-gorong yang sesuai dengan Petunjuk
Desain Drainase Permukaan Jalan yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan
Jalan Kota (Dirjen Bina Marga).

Gambar 3 komponen system darinase permukaan jalan

Drainase bawah permukaan jalan berfungsi utk mencegah masuknya air


dalam struktur jalan dan mengeluarkan air dari struktur jalan. Dalam
merekayasa atau merancang sistem drainase di bawah permukaan jalan (sub-
surface drainage) harus didasarkan pada fungsinya tersebut. Pengaruh air yg

MAKALAH DRAINASE 8
terperangkap didalam struktur perkerasan jalan antara lain, menurunkan
kekuatan material butiran lepas dan tanah

C. DRAINASI PERTANIAN/ LAHAN


Sistem drainasi pertanian adalah sistem yang digunakan untuk membuang
air yang tidak digunakan dalam areal persawahan. Berbeda dengan sistem
drainasi perkotaan yang umumnya kita ketahui, sistem drainasi perkotaan
bertujuan untuk membuang seluruh air yang dibuang tanpa menyisakan
sedikitpun karena masalah akan timbul ketika pada daerah perkotaan masih
ada air yang tersisa. Tetapi, pada sistem drainasi pertanian masih disisakan
sedikit air untuk kebutuhan tanaman pertanian yang ada. Sehingga tidak
seluruh kelebihan air dibuang pada sistem drainasi pertanian.
Drainasi pada lahan pertanian umumnya membuang kelebihan air seperti
kelebihan air karena hujan dan kelebihan air irigasi. Umumnya juga sistem
drainasi pertanian menggunakan single purpose dimana saluran dari
pembuangan hanya digunakan untuk 1 tujuan saja yaitu membuang kelebihan
air pada lahan tanpa adanya pembuangan limbah pada saluran tersebut.
Penambahan dan pengurangan air pada lahan pertanian menggunakan
sebuah sistem kesetimbangan yaitu,
 Bangunan Pembuang
Agar pembuangan air dapat berjalan dengan baik, maka diperlukanlah
bangunan yang dapat menunjang pembuangan air tersebut. Umumnya
bangunan pembuang atau bangunan drainasi berupa saluran pembuang
yang berada di tanah dengan elevasi lebih rendah daripada saluran irigasi.
Jenis jaringan Saluran pembuang ada 2 yaitu:
a. Jaringan saluran pembuang tersier
Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu perak tersier
menampung air langsung dari sawah dan membuang air tersebut ke
dalam saluran pembuang tersier.
Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak – petak
tersier yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan

MAKALAH DRAINASE 9
menampung air, baik dari pembuang kuarter aupun dari sawah –
sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang sekunder.
b. Jaringan saluran pembuang utama
Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan
pembuang tersier dan membuang air tersebut ke pembuang primer atau
langsung ke jaringan pembuang alamiah dan ke luar daerah irigasi.
Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran pembuang
sekunder ke luar daerah irigasi. Pembuang primer sering berupa
saluran pembuang alamiah yang mengalirkan kelebihan air tersebut ke
sungai, anak sungai atau ke laut.

Kebutuhan Pembuang untuk Tanaman Padi


Biasanya tanaman padi tumbuh dalam keadaan “tergenang” dan
dengan demikian, dapat saja bertahan dengan sedikit kelebihan air. Untuk
varietas unggul, tinggi air 10 cm dianggap cukup dengan tinggi muka air
antara 5 sampai 15 cm dapat diizinkan. Kedalaman air yang lebih dari 15
cm harus dihindari, karena air yang lebih dalam untuk jangka waktu yang
lama akan mengurang hasil panen varietas lokal unggul dan khususnya
varietas biasa (tradisional) kurang sensitif demikian, tinggi air yang
melebihi 20 cm tetap harus di hindari.
Besar kecilnya penurunan hasil panen oleh air berlebihan bergantung pada:
 Dalamnya lapisan air yang berlebihan
 Berapa lama genangan yang berlebihan itu berlangsung
 Tahapan pertumbuhan tanaman
 Varietas padi
Kelebihan air di dalam petak tersier bisa disebabkan oleh:
 Hujan lebat
 Melimpahnya air irigasi atau buangan yang berlebihan dari jaringan
primer atau sekunder ke daerah itu
 Rembesan atau limpahan kelebihan air irigasi di dalam petak tersier

MAKALAH DRAINASE 10
Untuk perhitungan modulus pembuangan, komponennya dapat diambil sebagai
berikut :
a. Dataran rendah
 Pemberian air irigasi I sama dengan nol jika irigasi di hentikan.
 Pemberian air irigasi I sama dengan evapotranspirasi ET jika irigasi
diteruskan
 Tampungan tambahan disawah pada 150 mm lapisan air maksimum,
tampungan tambahan ∆S pada akhir hari – hari berturutan n diambil
maksimum 50 mm
 Perkolasi P sama dengan nol.
b. Daerah terjal
 ·Pemberian air irigasi I sama dengan nol jika irigasi di hentikan.
 Pemberian air irigasi I sama dengan evapotranspirasi ET jika irigasi
diteruskan
 Tampungan tambahan disawah pada 150 mm lapisan air maksimum,
tampungan tambahan ∆S pada akhir hari – hari berturutan n diambil
maksimum 50 mm
 Perkolasi P sama dengan 3 mm/hari
Kebutuhan Pembuang untuk Sawah Non Padi
Untuk pembuang sawah yang ditanami selain padi, ada beberapa daerah
yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
 Daerah – daerah aliran sungai yang berhutan
 Daerah – daerah dengan tanaman – tanaman ladang (daerah – daerah terjal)
 Daerah – daerah permukiman
Dalam merencanakan saluran – saluran pembuang untuk daerah – daerah
dimana padi tidak di tanam, ada dua macam debit yang perlu di pertimbangkan,
yaitu:
 Debit puncak maksimum dalam jangka waktu pendek dan
 Debit rencana yang dipakai untuk perencanaan saluran

MAKALAH DRAINASE 11
Debit Pembuang
Debit rencana akan dipakai untuk merencanakan kapasitas saluran pembuang dan
tinggi muka air. Debit pembuang terdiri dari air buangan dari :
 Sawah
 Tempat - tempat lain di luar sawah.
Perhitungan debit pembuang / drainase dapat dihitung dengan tata cara
perhitungan debit dalam SNI. Salah satu cara yang sering dipakai adalah dengan
cara rasional metode atau cara ini merupakan metode lama yang masih digunakan
untuk memperkirakan debit aliran daerah luasan kecil umumnya kurang dari 500
Ha.

D. BANJIR KARENA SALAH KONSTRUKSI DRAINASE


Banjir dalam kasus ini adalah disebabkan oleh kesalahan system dan
konstruksi drainase. Pembuatan saluran drainase yang salah dan tidak teratur
akan memperbesar peluang banjir.
Saluran drainse dikatakan bermasalah ketika tidak mampu mengakomodir
debit ketika banjir. Banyak factor yang menyebabkan konstruksi drainase
tidak memenuhi criteria aman. Pertumbuhan kota dan perkembangan industry
menimbulkan dampak yang cukup besar pada siklus hidrologi sehingga
berpengaruh besar terhadap system drainasi. Sebagai contoh ada
perkembangan beberapa kawasan hunian yang disinyalir sebagai penyebab
banjir dan genangan di lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena

MAKALAH DRAINASE 12
perkembangan urbanisasi, menyebabkan perubahan tata guna lahan,
sedangkan siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan. Oleh
karena itu setiap perkembangan kota atau wilayah harus diikuti dengan
perbaikan system drainase, tidak cukup hanya pada lokasi yang
dikembangkan, melainkan harus meliputi daerah sekitarnya juga.
Jaringan drainase perkotaan meliputi seluruh alur air, baik alur alam
maupun alur buatan yang hulunya terletak di kota dan bermuara di sungai
yang melewati kota tersebut
Analisis hidrologi diperlukan untuk perencanan drainase maupun jembatan
yang melintas ungai atau saluran. Perencanaan fasilitas transportasi bukan
satu-satunya kegiatan yang harus mempertimbangkan kelancaran air akibat
hujan. Setiap kegiatan yang melibatkan lahan sebagai objek, seperti perumhan,
perkantoran, dan industri harus mempertimbangkan aliran air hujan.
Pengembangan lahan biasanya diikuti penambahan lapisan kedap air yang
berakibat pada peningkatan laju dan volume aliran permukaan.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka dipandang perlu untuk
melakukan suatu perencanaan normalisasi sungai yang berdasarkan pada
prinsip partisipatif dengan kesepakatan dari pihak yang terkait sehingga
pengendalian daya rusak air yang terjadi dapat dilaksanakan bersama.
Untuk mengatur permasalahan infrastruktur tersebut, diperlukan system
drainase yang berwawasan lingkungan, dengan prinsip dasar mengendalikan
kelebihan air permukaan sehingga dapat dialirkan secara terkendali dan lebih
banyak memiliki kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini
dimaksudkan agar konservasi air tanah dapat berlangsung dengan baik dan
dimensi struktur bangunan sarana drainase dapat lebih efisien. Untuk dapat
memadukan berbagai tingkat kepentingan, maka perlu diupayakan adanya
koordinasi antara instansi atau lembaga yang terkait dengan masyarakat.

MAKALAH DRAINASE 13
1. Kesalahan akibat kerusakan lingkungan
Perubahan tata guna lahan yang mengarah pada industrialisasi dan
penambahan pemukiman dengan system beton.Di sisi lain lahan hijau sebagai
lahan penampungan air tanah semakin berkurang. Ini tentunya akan
mengurangi debit resapan. Sehingga debit limpasan akan semakin besar. Dan
apabila tidak dibarengi perbaikan saluran drainasi tentunya perbuhan tata guna
lahan ini bisa menjadi penyebab besar banjir.

2. Kesalahan system drainase


Drainase yang baik adalah drainase yang membentuk system dimana
terdapat hirarki fungsi drainase. Sehingga saluran drainase akan terbagi
menjadi system tersier, system sekunder, system primer. Dengan pembagian
saluran ini tentunya akan berpengaruh pada dimensi saluran yang mana dari
pemukiman ke arah hilir dimensinya akan membesar.
Drainase bisa jadi salah ketika kumpulan saluran tersier berkumpul pada
saluran yang dimensinya hampir sama dengan saluran tersier. Sehingga sangat
berpotensi tidak dapat menampung aliran.
3. Kesalahan Perancangan
Dalam perancangan drainase suatu kota, diperlukan banyak pertimbangan
dan kajian yang mendalam. Secara singkat hal hal yang perlu diperhatikan
dalam perancangan adalah :
Debit rencana, dalam menentukan debit rencana memerlukan kajian yang
panjang meliputi aspek hidrologi, tata ruang, luas wilayah. Kesalahan
menentukan debit rencana sangat fatal karena kita tidak dapat memperkirakan
debit banjir.
Kesalahan yang mungkin terjadi :
1. Kesalahan penggunaan informasi Intensitas Hujan. Penggunaan data hujan
yang lama atau bukan yang terbaru akan menyebabkan kesalahan data,
terlebih saat ini cuaca dan musim sudah berubah.
2. Ketidak tahuan perubahan tataguna lahan baik yang di hulu maupun di hilir,
perubahan tataguna lahan seperti pemukiman contohnya akan mengakibatkan

MAKALAH DRAINASE 14
perubahan infiltrasi. Ketika suatu lahan dipenuhi oleh bangunan maka , maka
air limpasan akan semakin besar dikarenakan semakin minimnya ruang
infiltrasi. Ini sangat penting dalam hitungan dalam menentukan koefisien
limpasan. Kesalahan menentukan koefisien limpasan cukup fatal juga dalam
perencanaan drainase.
3. Tidak jelasnya luas lahan rencana drainase, dalam hal ini perlu dikaji
catchment area yang akan masuk pada saluran drainasi. Semakin luas lahan
layanan drainasi makan debit di bagian hilir akan semakin besar. Sehingga
diperlukan perencanaan yang cermat.
4. Kesalahan informasi sebaran hujan.
5. Dalam menentukan debit rencana nilainya kurang atau sama dengan debit
limpasan.
Menentukan dimensi saluran, dalam hal ini diperlukan perencanaan dimensi
atau ukuran yang tepat agar debit banjir dapat tertampung.
Kesalahan yang mungkin terjadi :
1. Kesalahan menetukan kecepatan rencana, Bila terlalu cepat dapat
menggerus dan merusak bangunan drainasi. Demikian juga terlalu lambat
akan menyebabkan sedimentasi dan pendanggkalan, ini sangat berbahaya
karena nantinya tinggi air bisa saja melebihi freeboard.
2. Kecepatan rencana ketika tidak hujan (aliran kecil) dengan ketinggian
berenang minimal 10 cm di bawah 0.6 m/detik. Ini berpotensi terjadinya
penumpukan sampah dan lumpur. Dan berbahaya karena dapat
menyumbat saluran.
3. Slope rencana yang salah, dimana dilapangan ternyata kemiringannya
terlalu landai, ini sangat berpengaruh pada kecepatan aliran sebenarnya di
lapangan. Kemiringan yang landai dapat membuat kecepatan aliran
menjadi rendah.
Kesalahan kebijakan pemerintah mengenai konsep drainase.
Banjir akan selalu berpeluang terjadi dikarenakan konsep drainase yang
diterapkan pemerintah masih konvensional. Saat ini dimana laju perubahan
tata guna lahan yang semakin pesat diperlukan upaya ekologis untuk

MAKALAH DRAINASE 15
menanggulangi laju limpasan yang sangat besar. Saat ini ditengah krisis air
ketika musim kemarau, diperlukan upaya agar konsep membuang air secepat-
cepatnya diganti dengan konsep tampungan air sementara dan juga lahan-
lahan penyerapan air.

Kesalahan konstruksi, kesalahan ini bisa terjadi ketika saluran drainasi dalam
pengerjaannya tidak sesuai dengan perencanaan. Karena kesalahan pengerjaan
bisa saja menyebabkan daya tampung debit yang kecil. Atau dalam kasus lain
umur saluran drainasi yang pendek dimana saluran rentan kerusakan, dengan
kerusakan saluran tentunya berimbas pada layanan aliran. Kemungkinan ini
terjadi akibat kenakalan kontaktor.

MAKALAH DRAINASE 16
Kesalahan akibat kurangnya perawatan dan penjagaan sungai
Di perkotaan kasus pemukiman liar marak terjadi dimana-mana tak terkecuali
di bantaran sungai. Proses urbanisasi pemukiman liar ini menyebabkan
peningkatan aktifitas di pinggir sungai, dan lambat laun pemukiman semakin
menjorok ke sungai dan yang terjadi adalah penyempitan penampang aliran
sungai. Saat debit banjir datang keadaan ini berpeluang menyebabkan luapan
banjir.

Upaya-upaya penanngulangan banjir pada saluran drainasi


1. Memperbaiki kebijakan tata guna lahan baik di daerah hulu maupun hilir.
2. Menjaga kelestarian sungai dari sampah-sampah dan pendangkalan.
3. Membuat tanggul-tanggul yang tinggi dan aman di pinggir sungai.
4. Sosialiasi biopori dan konsep bio retention oleh pemerintah agar debit
limpasan berkurang karena infiltrasi.
5. Mengkaji ulang data curah hujan, kemiringan saluran dan debit rencana.
6. Ketika banjir telah terjadi upaya yang bisa dilakukan adalah memperbesar
dimensi saluran yang mana rawan terjadi banjir.
7. Memodifikasi system drainasi mulai dari saluran tersier, sekunder dan primer.
8. Menjaga kualitas material pembuatan saluran drainase.
9. Normalisasi(pelurusan) sungai di daerah hilir untuk mempercepat
pembuangan air ke laut.
10. Menjaga kondisi meander sungai di daerah bagian tengah, agar limpasan yang
terjadi dapat tertahan lebih lama sebelum masuk daerah hilir (debit puncak
semakin lama dan debitnya lebih kecil)
11. Pembuatan bangunan air waduk pada suatu aliran sungai.
12. Membangun tendon-tandon air pada saluran primer.
13. Penertiban pedagang kaki lima agar tidak merusak saluran dengan cara
menutup. Yang mana hal ini sulit untuk mendeteksi sumbatan-sumbatan
saluran.
14. Membangun system banjir kanal di daerah hilir , dan system polder di daerah
pesisir.

MAKALAH DRAINASE 17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Drainase yang berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau
mengalirkan air drainase, merupakan suatu sistem pembuangan air bersih
dan air limbah dari daerah pemukiman, industri, pertanian, badan jalan dan
permukaan perkerasan lainnya, serta berupa penyaluran kelebihan air pada
umumnya, baik berupa air hujan, air limbah maupun air kotor lainnya yang
keluar dari kawasan yang bersangkutan baik di atas maupun di bawah
permukaan tanah ke badan air atau ke bangunan resapan buatan.
Siklus keberadaan air di suatu lokasi dimana manusia bermukim, pada
masa tertentu akan mengalami keadaan berlebih, sehingga dapat
mengganggu kehidupan manusia.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan terkait drainase yaitu perlu adanya
pembenahan drainase terkait berbagai masalah yang telah terjadi saat ini.
Seperti perencanaan saluran drainase terpisah antara saluran air buangan
dengan saluran air hujan sehingga mengurangi daya tampung drainase agar
bisa mengatasi terjadinya banjir.

MAKALAH DRAINASE 18
DAFTAR PUSTAKA

“pemahaman umum drainase” http://azwaruddin.blogspot.com/2008/05/pemahaman-


umum-drainase.html (diakses tanggal 22 Desember 2013)

“pekerjaan drainase perkotaan” http://drainasekompilasi.wordpress.com/ (diakses


tanggal 22 Desember 2013)

“perencanaan drainase lapangan terbang”


http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2007-
artantinfi-9591&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985 (diakses tanggal 22
Desember 2013)

“drainase jalan raya” http://www.scribd.com/doc/129670094/Drainase-Jalan-


Raya#download (diakses tanggal 22 Desember 2013)

MAKALAH DRAINASE 19

Anda mungkin juga menyukai