Anda di halaman 1dari 8

SISTEM ALARM DAN SHUTDOWN

Pada setiap instalasi sistem pengendalian hampir selalu terdapat perlengkapan


yang disebut sistem alarm dan shutdown. Tujuan utamanya adalah untuk keselamatan dan
melindungi peralatan pada instalasi sistem pengendalian tersebut, yaitu dengan
memberikan peringatan yang berupa alarm dan sistem shutdown bekerja untuk
mematikan instalasi tersebut dalam kondisi aman apabila terjadi suatu kondisi yang tidak
dikehendakinya, yaitu berupa kondisi tidak normal.
Pada sistem pengendalian, pada dasarnya kita tidak mengharapkan sistem alarm
dan shutdown tersebut bekerja yaitu dengan cara mengatur proses yang berjalan pada
batas-batas pengendaliannya, atau disebut daerah operasional. Dan sistem alarm dan
shutdown biasanya di-set diatas batas-batas pengendalian tersebut, atau disebut daerah
alarm dan shutdown.
I.1. Sifat-Sifat Umum Sistem Alarm dan Shutdown
Pada perancangan sistem alarm dan shutdown maka biasanya mematuhi beberapa
sifat-sifat umumnya, yaitu:
a. Sistem alarm dan shutdown dibuat cukup sederhana sehingga mudah untuk
dimengerti oleh operator. Bila sistem terlalu rumit untuk dimengerti operator akan
bingung dan mungkin akan sering melakukan bypass terhadap sistem.
b. Sistem dibuat agar kalibrasi dan pengujian dapat dilakukan tanpa mengganggu
produksi.
c. Dokumentasi harus dibuat dengan jelas dan mudah dimengerti baik oleh operator
maupun teknisi maintenance.
d. Sistem alarm dan shutdown dibuat terpisah dengan sistem kontrol.
e. Alarm yang digunakan untuk memberikan peringatan kepada operator dibuat
sehingga operator mempunyai waktu untuk melakukan perbaikan sebelum terjadi
shutdown dan plant juga aman.
f. Sistem alarm dan shutdown yang dibuat sehingga menghasilkan sistem yang fail-safe.
g. Bila dilakukan bypass, maka bypass ini harus dapat direset/ dikembalikan lagi dan
diberikan alarm/ tanda bahwa bypass sedang dilakukan.

336292349.doc

h. Bila diperlukan (yaitu untuk sistem-sistem yang kritis) dapat digunakan sumber daya
lebih dari satu (redundant)
I.2. Daerah Operasional
Daerah operasional atau daerah pengendalian merupakan daerah normal pada
proses yang dikendalikannya, dan ini dipertahankan dengan sistem pengendalian
otomatis. Sistem pengendalian otomatis yang digunakan biasanya berupa pengendalian
umpan balik (feedback control), yaitu sistem pengendalian yang bekerja berdasarkan
error yang ada. Artinya apabila terdapat error yang semakin besar, maka perbaikan
pengendaliannya lebih besar. Dan tujuan perbaikan pengendalian ini supaya proses yang
dikendalikannya tetap berada pada daerah operasionalnya, sehingga sistem alarm dan
shutdown tidak bekerja.
Pada industri migas varibel proses yang sering dikendalikan adalah aliran
(flow), tekanan (pressure), tinggi permukaan (level), dan temperatur (temperature).
Sebagai contoh pengendalian ini, dapat dilihat pada Gb.I-1, yaitu berupa pengendalian
level. Pada pengendalian ini, terdapat elemen-elemen: transmitter, controller, control
valve, dan proses. Transmitter digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai
besarnya level yang ada pada saat sekarang. Informasi yang dikeluarkan dari transmitter
akan dikirimkan ke controller. Informasi tersebut merupakan signal standard (elektronik
atau pneumatic) yang dapat dimengerti oleh controller tersebut. Pada controller yang
dilakukan adalah membadingkan antara harga setting, Set Value (SV) yang ada pada
controller dengan besarnya Process Variable (PV) Process Variable). Perbedaan antara
variabel proses dengan set point disebut sebagai error, oleh karena itu error dapat
dituliskan sebagai:
Error (e) = Set point (SV) Variabel proses (PV)

atau

= Variabel proses (PV) Set point (SV)

336292349.doc

Controller

Transmitter
Ke Pabrik

Control Valve

Gb. I-1. Sistem Pengendalian Level


Berdasarkan besarnya error ini akan menentukan arah perubahan dari control
valve (menambah atau mengurangi pembukaan) dan seberapa besar koreksi yang
diperlukan pada control valve. Koreksi yang diberikan ke control valve akan
mempengaruhi proses, dan pengaruh proses ini dapat dideteksi dengan menggunakan
transmitter yang akan sebagai input dari kontroller tersebut, demikian seterusnya
sehingga proses tersebut berulang. Dari sini kita melihat bahwa proses tersebut berulang
melakukan koreksi setiap terdapat error, dari sini kita juga melihat bahwa proses tersebut
merupakan pengendalian umpan balik (feedback control). Dan untuk lebih jelasnya
mengenai pengendalian umpan balik ini dapat dilihat pada Gb.I-2, yaitu diagram kotak
pengendalian umpan balik (feedback control). Didalam diagram kotak sistem
pengendalian otomatis terdapat elemen proses, elemen pengukuran, (sensing element dan
transmitter), elemen kontroller (control unit), dan final control element (control valve)

336292349.doc

Load

Error

Set Point

Control Unit

Control Valve

Proses

Controlled
Variable

Controller

Transmitter

Sensing Element

Process Variable

Gb.I-2. Diagram Kotak Sistem Pengendalian Otomatis


I.3. Daerah Alarm dan Shutdown
Sistem alarm dan shutdown merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama
lainnya. Dan kedua-duanya digunakan untuk menyatakan kondisi yang abnormal dari
suatu proses dan diaktifkan oleh jenis peralatan yang sama.
Daerah alarm dan shutdown merupakan daerah dimana proses harus segera
diamankan, karena apabila tidak segera diamankan akan dapat membahayakan
keselamatan dan dapat merusak instalasi dari proses yang berjalan tersebut. Dan pada
keadaan tersebut sering disebut pada keadaan tidak normal.
Apabila terjadi keadaan tidak normal dari proses yang berjalan, maka sistem
alarm yang pertama kali bekerja, yaitu untuk memberikan peringatan kepada kita bahwa
kondisi proses pada keadaan tidak normal dan akan segera terjadi shutdown apabila tidak
segera diambil tindakan koreksi untuk mengembalikan proses ke keadaan normalnya.
Jadi terjadinya shutdown merupakan situasi dimana kondisi alarm terjadi dan koreksi
tidak sempat dilakukannya.
Dan dalam aplikasi dilapangan untuk sistem alarm dan shutdown sangat
bervariasi, dan ini sangat bergantung pada engineer dan peralatan yang digunakan untuk
merancang sistem alarm dan shutdown tersebut. Pada bagian berikut diberikan beberapa
contoh rancangan sistem alarm dan shutdown yang disebabkan level terlalu rendah atau
tinggi.

336292349.doc

Pada Gb. I-3. ditampilkan contoh sistem shutdown yang tidak menggunakan
sistem alarm. Pada sistem ini apabila terjadi keadaan tidak normal, maka tidak

LSH

Rangkaian
Shutdown

Shutdown

LSL

Gb.I-3. Sistem Shutdown tanpa Memberikan Alarm


ada sistem alarm yang akan memberikan alarm terlebih dahulu, jadi pada saat terjadi
keadaan tidak normal akan langsung terjadi shutdown. Pada perancangannya sistem ini
akan lebih sederhana karena tidak ada sistem alarmnya, tetapi mempunyai resiko yaitu
apabila terjadi keadaan tidak normal proses akan langsung shutdown dan ini mungkin
akan menanggung kerugian produksi yang cukup besar. Walaupun demikian sistem
tersebut juga sering digunakan yaitu pada sistem-sistem yang kritis, seperti signal dari
flame detector.
Pada Gb.I-4. ditampilkan contoh rancangan sistem alarm dan shutdown yang
dilakukan dengan menggunakan timer. Pada sistem ini mempunyai peralatan yang
terpasang di plant seperti pada Gb.I-3, tetapi pada sistem alarm dan shutdown pada pada
Gb.I-4 memodifikasi rancangan pada rangkaian sistem alarm dan shutdown sehingga
terdapat sistem alarmnya. Pada sistem ini apabila terdapat kondisi tidak normal, yang
disebabkan oleh level naik diatas LSH atau dibawah LSL, maka akan membunyaikan
alarm dan bersamaan dengan itu juga menjalankan timer. Apabila pada periode waktu
tertentu (setting timer) kita tidak dapat mengembalikan proses pada keadaan normalnya,
maka timer tersebut akan mengaktifkan signal untuk men-shutdown-kan plant yang
berjalan tersebut.

336292349.doc

LSH

Rangkaian
Alarm &
Shutdown

Alarm
Shutdown

(Timer)
LSL

Gb.I-4. Sistem Alarm dan Shutdown dengan Menggunakan Timer


Pada sistem di Gb.I-4 ini apabila terjadi level yang tidak normal, maka kita masih diberi
kesempatan waktu untuk dapat mengembalikan ke kondisi normalnya, tetapi apabila
dalam waktu tertentu itu kita tidak dapat memanfaatkannya, maka akan megakibatkan
shutdown. Dan pada sistem ini perancang harus memperhitungkan dengan sungguhsungguh setting timer yang optimum supaya proses akan berjalan dengan baik. Hal ini
karena apabila setting timer terlalu lama, maka apabila level dibawah LSL dan dalam
waktu sesuai setting timer kita tidak dapat memperbaikinya, maka dapat terjadi sistem
shutdown bekerja setelah level pada vessel telah habis total dan ini biasanya tidak
dikehendaki pada suatu plant.
Pada Gb.I-5. menampilkan gambar sistem alarm dan shutdown yang
menggunakan level switch dan transmitter. Pada rancangan ini transmitter yang
mengeluarkan signal analog akan dimanfaatkan sebagai signal alarm, jadi signal pada
transmitter ini diletakkan batas PL (Process variable Low) yang akan digunakan untuk
memberikan alarm apabila level telah mencapai dibawah harga PL-nya dan juga
diletakkan batas PH (Process variable High) yang akan digunakan untuk memberikan
alarm apabila level telah mencapai diatas harga PH-nya. Sedangkan level switch, yaitu
LSHH (Level Switch High-High) dan LSLL (Level Switch Low-Low) digunakan untuk
memberikan signal untuk men-shutdown-kan proses yang berjalan. Dan shutdown terjadi
apabila level vessel diatas LSHH atau dibawah LSLL. Dengan sistem alarm dan
shutdown pada Gb.I-5.ini maka akan dapat memfungsikan transmitter menjadi dua
kegunaan, yaitu untuk melakukan pengendalian level pada saat keadaan normal tetapi

336292349.doc

signal tersebut juga digunakan untuk memberikan alarm apabila level telah mencapai
batas atas atau batas bawahnya.

LSHH

Rangkaian
Alarm &
Shutdown

Alarm
Shutdown

LT
LSLL

Gb.I-5. Sistem Alarm dan Shutdown dengan Level Switch dan Transmitter
Sistem alarm pada sistem ini keakuratannya sangat bergantung kepada signal dari
transmitter, jadi apabila transmitter tersebut tidak terkalibrasi dengan baik maka signal
alarm pada saat signal dibawah PL atau diatas PH tidak akan akurat. Walaupun demikian
pada sistem ini cukup baik karena telah terpasang level switch yang akan digunakan
untuk melakukan shutdown proses yang berjalan karena level vessel telah melebihi
LSHH atau level kurang dari LSLL.
Pada Gb.I-6. menampilkan gambar sistem alarm dan shutdown untuk level vessel
yang menggunakan empat buah level switch, yaitu LSH (Level Switch High), LSHH
(Level Switch High-High), LSL (Level Switch Low), dan LSLL (Level Siwtch LowLow). Pada sistem ini sangat sering dijumpai pada aplikasi di real process, hal ini karena
pada sistem ini sangat bagus untuk melakukan sistem alarm dan shutdown, karena sistem
ini dapat dibangun secara terpisah dengan sistem pengendalian proses. Dan juga sistem
ini mempunyai batas yang nyata (karena peralatan level switch terpasang), sehingga
kapan terjadinya alarm dan shutdown untuk level vessel tersebut hanya bergantung pada
level switch-nya.

336292349.doc

LSHH
LSH

Rangkaian
Alarm &
Shutdown

Alarm
Shutdown

LSL
LSLL

Gb.I-6. Sistem Alarm dan Shutdown dengan LSH, LSHH, LSL, dan LSLL

336292349.doc

Anda mungkin juga menyukai