DURASI : 12 JP
PENYUSUN : 1. M. MAWARDI
2. ERWIN
Gambar 1 Final control elemen pada diagram blok pengendalian proses ............................... 1
Gambar 2 Control valve linier dan rotary ................................................................................. 2
Gambar 3 Control valve body assembly ................................................................................. 3
Gambar 4 Popular single-ported globe-style valve body ......................................................... 3
Gambar 5 Flange angle-style dan bar-stock control valve body .............................................. 4
Gambar 6 High pressure globe-style control valve body ......................................................... 4
Gambar 7 Balanced-plug and high capacity cage-style control valve body ............................. 4
Gambar 8 Reverse-acting double-ported globe-style valve body ............................................ 5
Gambar 9 Three way valve with balanced valve plug ............................................................. 6
Gambar 10 Typical butterfly control valve ............................................................................... 6
Gambar 11 Valve plug cage dan kurva karakteristik inherent flow .......................................... 7
Gambar 12 Profil tekanan high & low recovery pada vena contracta ...................................... 9
Gambar 13 Kerusakan valve akibat efek flashing ................................................................. 10
Gambar 14 Kurva aliran dari karakteristik flashing ................................................................ 10
Gambar 15 Kerusakan valve akibat efek kavitasi .................................................................. 11
Gambar 16 Kurva aliran dari karakteristik kavitasi ................................................................ 11
Gambar 17 Direct acting dan reverse acting actuator ........................................................... 12
Gambar 18 Control valve dengan double-acting piston actuator ........................................... 13
Gambar 19 Control valve dengan double-acting Electrohydraulic actuator ........................... 14
Gambar 20 Bagian bagian electric valve actuator ................................................................. 15
Gambar 21 Contoh electric actuator ..................................................................................... 15
Gambar 22 Rack dan pinion aktuator.................................................................................... 16
Gambar 23 Manual actuator ................................................................................................. 17
Gambar 24 Fungsi relay dalam pengendalian jarak jauh ...................................................... 23
1. PENDAHULUAN
Didalam sistem pengendalian proses pada industri, salah satu elemen sistem kontrol yang
sangat penting adalah final control element. Salah satu jenis final control element yang
paling banyak digunakan pada industri pada sebuah pembangkit listrik adalah Control
Valve. Pentingnya menggunakan ukuran control valve yang benar menjadi sebuah
keharusan dalam desain suatu sistem kontrol agar tujuan pengendalian proses dapat
terpenuhi dengan baik.
Ukuran control valve yang terlalu kecil tidak akan bisa berfungsi dengan baik, dan
harus diganti dengan yang lebih besar. Ukuran yang terlampau besar akan menyedot
biaya awal lebih besar serta biaya pemeliharaan yang cukup besar. Dilihat dari segi
operasinya valve yang over size akan memberikan fungsi control yang tidak baik dan
dapat menyebabkan ketidak-stabilan system/prosesoperasi pembangkit. Suatu controller
yang mahal, sensitive dan akurat akan menjadi tidak berarti apabila control valve tidak
2. CONTROL VALVE
Berbagai macam bentuk body control valve telah dikembangkan berberapa tahun
yang lalu, namun secara garis besar valve dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok berdasarkan kepada cara penutupan, yaitu gerak linear dan gerak rotasi.
Berikut disampaikan ilustrasi beberapa body control valve yang populer
penggunaannya saat ini.
a. Globe Valve
1. Single-Port Valve Body
Kelebihan dari valve tipe ini adalah memiliki rangeability yang tinggi, kebocoran
sangat kecil (tight shutoff), tersedia plug yang dapat dibalik (reversible) dan
sering digunakan dalam ukuran di bawah 2 inch. Sedangkan kelemahannya
control valve ini didesain unbalanced sehingga membutuhkan aktuator yang
relatif lebih besar. Paling banyak digunakan ukuran 1 ~ 4 inch.
b. Rotary Valve
1. Butterfly Valve Bodies
Kelebihan valve ini kapasitas besar, hemat terutama pada ukuran yang besar,
memiliki karakteristik high pressure recovery, low pressure drop melalui valve, baik
untuk service slurry, membutuhkan space minimum untuk instalasi dan tersedia
dalam ukuran besar hingga 200 inch.
Valve plug adalah bagian yang bergerak dari control valve yang mengatur aliran
melalui control valve tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan karakteristik aliran (flow
characteristic) dari valve plug adalah hubungan antara persentase laju aliran (flow
rate) yang melalui control valve dengan presentase pergerakan valve plug pada drop
tekanan yang konstan.Dikenalada tigamacam karakteristik aliran dari valve plug, yaitu:
Linear Flow
Equal-percentage Flow
Quick-opening Flow
Secara definisi koefisien valve sizing (Cv) adalah jumlah gallon air (H2O) per menit pada
temperature 60 F yang mengalir melalui suatu valve pada posisi terbuka penuh
dengan pressure drop sebesar 1 psi.Sebagai contoh, suatu control valve yang
mempunyai koefisien aliran atau koefisien valve sizing (Cv) maksimum sebesar 20,
artinya control valve tersebut mempunyai suatu effective port area dalam posisi
terbuka penuh sedemikian hingga bisa melewatkan 20 gpm air dengan pressure drop
sebesar 1 psi.ANSI/ISA standard S75.01 diselaraskan dengan IEC standard 534-2-1&
534-2-2. IEC mempublikasikan 534-2, section 1 untuk fluida incompressible dan section 2
untuk fluida compressible. Harga ini digunakan untuk menentukan drop tekanan yang
diperbolehkan untuk tujuan sizing agar diperoleh efek offset minimal dari flashing dan
kavitasi pada control valve.
Adanya hambatan (restriction) yang diberikan oleh control valve terhadapaliran liquid
maka pada bagian hilir (downstream) menyebabkan pemampatan aliran. Pada daerah
yang pemampatannya paling besar akan terjadi penurunan tekanan yang paling
rendah dan kenaikan kecepatan aliran yang paling besar. Titik-titik pada daerah ini
disebut vena contracta.Untuk mempertahankan kestabilan aliran liquid yang melalui
control valve, maka pada vena contracta harus memiliki kecepatan yang paling besar
karena luas penampangnya terkecil.
Gambar 12 Profil tekanan high & low recovery pada vena contracta
Sebagai akibat dari hukum kekekalan energi, penambahan kecepatan (energi kinetik)
pada vena contracta akan mengakibatkan penurunan tekanan (energi
potensial).Selanjutnya setelah lepas dari vena contracta, aliran liquid akan akan
berekspansi ke dalam daerah yang lebih besar. Kecepatan akan mengecil kembali
dan tekanan akan membesar. Akan tetapi dalam kenyataannya tekanan pada hilir
(downstream) tidak akan pernah mencapai harga yang sama dengan tekanan pada
hulu (upstream) dari control valve. Akibatnya akan selalu timbul perbedaan tekanan
antara hulu dan hilir. High recovery valve dan low recovery valve yang disebabkan oleh
hambatan valve tersebut diperlihatkan pada gambar 4.11.
Flashing ini dapat menyebabkan kerusakan erosi pada valve trim part, yang
terjadi akibat kecepatan tinggi dari fluida dekat dengan seat line dari valve
plug dan seat ring
Aktuator (actuator)adalah bagian dari control valve yang menjadi penggerak untuk
mengatur pergerakan batang katup valve (valve steam), yang dihubungkan dengan plug
untuk mengatur aliran melalui control valve tersebut.
Dikenalada enam jenis actuators, yaitu :
a. Spring and Diaphragm Actuators
Jenis ini adalah disain actuator yang paling tua dan masih merupakan jenis
paling banyak digunakan.Disain sistem ini adalah fail-safe yaitu jika ada
kegagalan pada supply udara (air supply), maka pegas akan bergerak
sehingga valve akan terbuka atau tertutup tergantung keadaan yang telah
dipilih.Aktuator pegas dan diaphragm dapat dibuat agar berfungsi sebagai direct
acting (yaitu dengan meningkatkan tekanan udara maka diaphragm akan
tertekan ke bawah sehingga actuator stem semakin panjang) atau reverse
acting (yaitu dengan meningkatkan tekanan udara maka diaphragm akan
tertekan ke atas sehingga actuator stem semakin pendek).
d. Electric Actuators
Kelebihan electric actuator adalah tidak memerlukan supply udara instrumen.
Kelemahannya, response time-nya lambat, lebih mahal dibandingkan dengan
pneumatik actuator dan lebih sulit dipelihara pada area hazardous.
a. Positioner
Salah satu fungsi dari valve positioner adalah agar batang plug (plug stem)yang
digerakkan oleh actuator diaphragm dapat bergerak secara linear. Juga sebagai
penguat daya (power applifier) untuk memberikan response yang cepat dari
pergerakan plug stem. Namun kadang-kadang pemakaian positioner ini dapat
membuat keadaan control loop menjadi tidak stabil atau control loop akan stabil
apabila tanpa menggunakan positioner.
Ketidakstabilan di atas terjadi karena pada umumnya penggunaan positioner secara
menyeluruh akan menambah konstanta waktu dari control loop tersebut, dimana hal
ini akan memberikan kesulitan dalam pencapaian kondisi stabil dari
pengontrolan. Pemakaian positioner akan berhasil dengan baik apabila kombinasinya
dengan control valve tersebut akan memberikan respose time lebih cepat dari
prosesnya itu sendiri. Aplikasi secara umum yang harus menggunakan valve
positioner antara lain sebagai berikut bilamana :
Aplikasi split range control, yang memerlukan valve stoke yang penuh dari
beberapa range sinyal kontrol (3 15 psig sinyal output untuk 3 - 9 psig
sinyal input dari positioner)
Pneumatic Positioner
b. Handwheel
d. Solenoid Valve
Sebuah alat yang mengubah dari energi listrik menjadi energi mekanik berupa
gerakan piston diantara kumparan listrik. Pergerakan piston dapat digunakan
sebagai penekan tombol.
Relay adalah peralatan yang dioperasikan secara elektrik yang secara mekanik akan
men-switch sirkuit elektrik.Relay adalah bagian yang penting dalam sistem kontrol, karena
kegunaannya dalam kendali jarak jauh, dan mengendalikan listrik tegangan tinggi dengan
menggunakan listrik tegangan rendah.
Ketika tegangan mengalir ke dalam elektromagnet pada sistem kontrol relay, maka
magnet akan menarik lengan logam pada arah magnet, dengan demikian kontak
terjadi.Relay bisa memiliki jenis NO atau NC ataupun dua-duanya.
Stepper Motor mengkonversikan pulsa elektrik yang diberikan padanya menjadi gerakan
diskrit rotor yang disebut step.Satu putaran motor membutuhkan 360 pulsa.Microstep
motor membutuhkan ribuan step untuk satu revolusi.Stepper motor terdiri dari stator
elektromagnet dan rotor magnet permanen.Arah dari putaran stepper motor juga dapat
ditentukan.Jumlah langkah per revolusi ditentukan dari jumlah pasangan kutub pada rotor
dan stator.
c. Hybrid Motors. Tipe ini menggabungkan kedua tipe di atas. Tipe ini banyak
sekali digunakan di industri. Rotor terdiri dari dua keping kutub dengan tiga
gigi diatasnya. Diantara kutub terletak magnet permanen yang bermagnet
sepanjang aksis dari rotor, dan membuat membuat satu ujung
merupakankutub utara dan ujung lainnya kutub selatan. Gigi, terpasang pada
kutub utara ataupun selatan. Stator terdiri dari empat gigi yang memutar
sepanjang rotor. Kumparan dililitkan pada gigi stator dan terhubung bersama
secara pasangan.
DC Brushless Motor adalah motor yang tidak memiliki "brush" ataupun mekanisme
komutasi.Brushless DC Motor dipergunakan dalam servo dan sistem robotik.Motor ini
memiliki tingkat efisiensi tinggi, panjang umur, suara kecil, dan mengkonsumsi energi
Hydraulic servo valve adalah sebuah servo dengan perangkat berupa flapper nozzle atau
jet pipe yang digunakan untuk mengatur posisi servo.