Anda di halaman 1dari 92

INSPECTION, TROUBLESHOOTING

AND CORRECTION
FOR
ELECTRIC MACHINERY’S

Siswanto
IMC (Industrial Maintenance Center)
Elecric Machinery’s professional development course, consultant and firld services
Komp. Surya Mandala Blok L2 / 20
Jl. Raya Pekayon – Pd. Gede. Jaka Mulya Bekasi 17146
Phone / Fax: (021) 827 0353
E_Mail: industri_cent@yahoo.com
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

7 Inspection

Karena kerusakan Isolasi winding biasanya disebabkan oleh :


¾ Thermal Stresses
¾ Mechanical Stresses
¾ Environmental Stresses
Maka dalam inspeksi pada mesin listrik harus ditekankan pada hal-hal tersebut
diatas.

Thermal Stresses :
Overheating yang terjadi pada winding dan berlangsung lama, menyebabkan
stress pada winding & isolasi kawat menjadi rapuh, dan lama kelamaan isolasi
akan retak. Jika gejala ini disertai dengan timbulnya PD (Partial discharge),
penomena ini hanya dijumpai pada motor / generator yang mempunyai tegangan
diatas 4000 volt ac, maka proses penuaan isolasi akan semakin cepat.

Mechanical Stresses:
Winding yang tidak divarnish dengan baik, connection point, blocking coil, adalah
merupakan titik paling lemah terhadap pengaruh luar, seperti:
™ mechanical vibration
™ magnetic vibration

Environmental Stresses:
Kontaminasi : udara lembab, debu, karbon, minyak atau bahan kimia lain, yang
terkumpul dipermukaan isolasi, adalah merupakan partikel konduktive yang dapat
menghantar listrik.
Karena adanya beda potensial antara winding dengan ground, maka partikekel
tsb, akan berfyngsi sebagai media hantaran untuk menghantar arus listrik dari
winding ke ground, karena sifat kotoran yang demikian maka pada tempat2
penumpukan kotoran akan terbentuk jalur hantaran listrik (“electrical
tracking”).

Inspection pada mesin listrik dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

™ Off line inspection


™ On line Inspection

Page(s): 2 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

7.1. Measurements Inspection

Off line Inspection adalah cara inspeksi mesin listrik yang normal dilakukan,
Parameter pengukuran antara lain adalah:

™ Insulation Resistance Test


™ PI (Polarization Index) test
™ DC Resistance Test
™ Surge Comparison Test
™ Dissipation power factor Test
™ Ring flux test
™ Visual Inspection

Pengukuran winding yang dijelaskan dibawah ini berlaku untuk inspeksi winding
baik “stator , rotor, maupun exciter” pada semua mesin listik kecuali rotor sq.
motor

7. 1. 1 Insulation Resistance Test

Insulation Resistance biasa disebut sebagai test Megger


Pengukuran Insulation resistance menurut Standard IEEE dan NEMA – MG 1,
PART: 20

TEGANGAN KERJA MESIN YANG DIUKUR TEGANGAN TEST


Mesin dengan tegangan kerja : 240 – 2400 Volt 500 Volt DC
Mesin dengan Tegangan kerja : 3000 – 4800 Volt 2500 Volt DC
Mesin dengan Tegangan kerja : 5200 – 13800 Volt 2500 atau 5000 Volt DC
Semua mesin DC 500 Volt DC
Semua winding rotor dengan rated tegangan > 100 Volt 500 , max. 1000 Volt DC

Nilai minimum Tahanan Isolasi adalah: (Un + 1) MΩ

7.1.2. PI (Polarization Index)


PI adalah salah cara yang digunakan untuk mengetahui quality winding akibat
pengaruh lingkungan, seperti penyerapan air, pengotoran debu, dll
PI adalah merupakan perbandingan pengukuran Arus Bocor pada pengukuran
dalam 10 menit terhadap 1 menit, atau pengukuran 1 menit di bagi ½ menit.

Standarisasi: pengukuran PI yang di sarankan berdasarkan standard IEEE


transaction No. 43

Page(s): 3 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Pengukuran 10 menit di bagi dengan pengukuran 1 menit

Lower than 1.0 = Dangerous


1.0 to 1.4 = Poor
1.5 to 1.9 = Questionable
2.0 to 2.9 = Fair
3.0 to 4.0 = Good
Over than 4.0 = Excellent

Pengukuran 1 menit di bagi dengan pengukuran ½ menit

Kurang dari 1.1 = Poor


1.1 to 1.24 = questionable
1.25 to 1.3 = Fair
1.4 to 1.5 = Good
>1.5 = Excellent

Jika PI kurang dari 2.0 pada pengukuran 10 menit atau PI < 1.25 pada
pengukuran 1 : ½ menit, menunjukkan bahwa isolasi winding terlalu banyak
menyerap uap air atau terdapat penumpukan kotoran konduktive.

PI s/d 1.5 pada pengukuran 10:1 menit atau 1.1 pada pengukuran 1:1/2 menit,
dapat dikategorikan aman jika:

RIS > ( 1000 + 1 MΩ)

Drying Process
260

240

220

10 minutes
PI = 2.5 or more
Insul.Resist. in M Ohm

200

180

160

140

120

100

80

60

40 1 minute
20

0
5

20

30

35

40

45

50

55

60

70

80

90

10 Minutes Drying Time


1 minute

Page(s): 4 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Cara Pengukuran PI.

Ukur R Isolasi pada 1 menit, catat hasilnya kemudian lepas muatannya


(groundkan lead cable) yang diukur, lalu ukur R isolasi pada 10 menit.
Ukur lead cable phase terhadap ground, semua lead cable phase (UVW – xyz) di
hubung singkat.

7. 1. 3 DC Resistance Test

Pengukuran Rdc diterapkan untuk semua winding, baik stator maupun rotor. Besar
penyimpangan (deviasi) antar phase yang masih di izinkan adalah sebesar ± 2%, pengukuran
R winding harus mungkin harus dikoreksi terhadap suhu “ta” yaitu pada 0oC.

Rekalkulasi Rdc dapat menggunakan formula sbb:

( ta x k ) Rb : resistance yang dikoreksi pada ta = 0oC


Rb = Rt x Ohm Rt : resistance yang diukur pada t ruang
( tt x k ) ta : koreksi temperature pada 0oC
tt : temperature winding pada saat diukur
k cu : 234.5 untuk “pure copper”
k al : 225 untuk Aluminium
Ref : IEEE Std: 115 – 1988

7.1. 4 Surge Comparison Test

Dengan menggunakan “surge tester” semua sistim isolasi winding dapat di test,
seperti:

Ground wall
Turn to turn
phase to phase
coil to coil
Short circuit, open
Open connection, wrong turn, dll

Jika 2 buah coil ditest dalam waktu yang bersamaan dan jika kedua coil tersebut
memiliki impedansi yang sama, maka resultan gelombang yang dibangkitkan
harus identik, dengan kata lain “surge test” adalah membandingkan 2 buah coil
secara magnetic . Jika coil yang ditest terdapat gangguan seperti, “shorted
winding, misingturn, dll” maka surge comparison tester akan memperlihatkan dua
buah bentuk gelombang yang berbeda, karena pada kedua coil tersebut mendapat
induksi tegangan yang berbeda.

Page(s): 5 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Surge Comparison Wave Form

Good Short turn to turn

Short Coil to Coil Short Phase to phase

Open Coil Reverse Coil Conn

Partial Ground Total Grounded

Page(s): 6 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

7.1.5. Dissipation Power Factor

Sistim isolasi mesin listrik secara alamiah akan mengalami penurunan sesuai
dengan usianya, namun demikian percepatan penurunannya sangat dipengaruhi
oleh berbagai factor, a.l: gesekan, thermal stresses, mechanical stresses, kantong
udara didalam isolasi, kwalitas lapisan semi conductive pada isolasi, dll.

Salah satu kriteria yang paling penting untuk mengetahui kwalitas dalam sistim
isolasi mesin listrik adalah hubungan sebab akibat dari factor disipasi power factor
dengan tegangan kerja. Dissipation power factor di test pada tegangan 0.2 Un s/d
1.0 Un dengan interval tegangan sebesar 0.2 Un .

untuk setiap increment 0,2 Un

Tan δ at 0.2 = max. 4 %


Tan δ per interval 0.2 Un = max. 5 %
∆ Tan δ per kV = max. 5%

Kenaikan “power factor” menunjukkan adanya kenaikan jumlah kantong2 udara


(voids) yang ada di dalam isolasi dan atau menunjukkan adanya kenaikan
tahanan pada lapisan semiconductor, kenaikan tahanan tersebut dapat
disebabkan oleh:

Loose contacts ke dinding slot


Adanya kerusakan semiconductor

Dissipation Power Factor


12
∆ Tan δ

10
Tan δ

Tan δ

0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


U / Un

Page(s): 7 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Power factor in the void winding


Coil with many voids

Power Factor

Coil with few voids

25% 50% 100%

Line to Ground Voltage Test

Kenaikan hasil pengukuran Tan ∆ menunjukan adanya kenaikan kantong udara,


penyerapan uap air, aktivitas partial discharge, dll.

Kantong2 udara yang terbentuk didalam lapisan isolasi akan menjadi tempat
penimbunan uap air dan merupakan tempat terbentuknya “PD” , aktivitas PD akan
mengikis permukaan isolasi, lama-kelamaan isolasi akan menjadi terbuka. Jika
ditemukan hasil uji Tan ∆ sudah tinggi, sebaikanya cepat2 dilakukan perbaikan
isolasi winding.

C Tan δ Test Instrument


TETTEX ,12 KV

Page(s): 8 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

HV Coil test

Type test
No.of
Type Test Test Parameter
Coil
Minimum Breakdown at:
High potential Test Slot Insulation to Breakdown 1
VT = [2 ( 2Un + 1 )] [kV]
Must Pass:
High Potential Test End Windings 1
VT = 2 UN [kV]

Routine Test and Check


No.of
Routine test or Check Test Parameter
Coil
Insulation of Conductor Laminations
Test between all strands at:
(Strand to Strand Test) 100%
VT = 250 V a.c. for 3 seconds
Impulse Test at:
Turn to turn test VT = (4 UN + 5) / 2 [V peak] for 5 pulse 100%

Must between :
Surface Resistivity of Corona Supression Layer 100%
1.0 – 20 kΩ / Square

Slot section Dimensions and Uniformity of Measure slot section dimensions,


100%
shape verify shape in replica stator fixture

VT = a.c. Test Voltage [kV], Un = Voltage rating mchine

Page(s): 9 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

7.1.6 Ring Flux Test

Test ini lazim digunakan untuk melakukan evaluasi secara keseluruhan isolasi dari
laminasi core-iron mesin listrik.

Cara pengujiannya adalah dengan meng-induksikan flux ke dalam core, rapat flux
yang terjadi pada saat test akan terbentuk seperti pada saat mesin beroperasi.
Flux dihasilkan oleh kabel yang dililitkan disekeliling core yang diberi tegangan
dengan besar tegangan tertentu tergantung dari power supply yg tersedia dan
atau dimensi core.

Pengujian flux, sebagai parameternya suhu harus mencapai pada titik


“equilibrium”, biasanya dilakukan selama 30 – 60 menit, tetapi jika dalam waktu
tsb suhu menunjukkan / mengindikasikan terus naik, maka waktu pengujian harus
terus dilakukan sehingga didapat titik “equilibrium”.

Suhu core maximum yang masih diizinkan sesuai dengan standard yang ada (VDE
0530, lihat tabel dibawah) .
Perbedaan suhu sebesar 10 oC s/d 15 oC atau lebih antara laminasi yang
berdekatan menunjukkan adanya Hot-Spot.

Variable
AC Power
Supply 1 ph

Page(s): 10 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

PART OF MACHINE A E B F H
A.C. Winding of turbine type generator with rated
60 70 80 100 125
output of 5000 kVA or more
A.C. Winding of salient pole and induction
machine with rated out put of 5000 kVA or more, 60 70 80 100 125
or having core length of 1 M or more
If by way of an exception the embedded
temperature detector method be used on
60 70 80 100 125
machines under 5000 kVA, the limit of
temperature rise given in this item shall apply
A.C. Winding of machine with rated output
smaller than in item 1. Field winding of a.c. and
d.c. machine with d.c. excitation exception 60 75 80 100 125
machine in items 3 and 4. Winding of armature
of a.c. and d.c. machine with commutator
Field winding of cylindrical rotor with d.c.
65 80 90 110 125
excitation
Multi layer field winding of low resistance and
60 75 80 100 125
compensating winding
Single layer winding with exposed bare surfaces 65 80 90 110 125
Permanently short-circuited insulated windings 60 75 80 100 125
Permanently short-circuited uninsolation
windings
Iron core and other parts not in contact with the
windings
Iron core and other parts in contact with
60 75 80 100 125
the windings 4)
Commutator and Slipring, open or enclosed 5) 60 70 80 80 80
Journal bearing and rolling bearings 50 50 50 50 50
Rolling bearings using special grease 60 60 60 60 60

Page(s): 11 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

1). A correction is necessary for a.c. winding for rated voltage above 11 kV
2). The temperature rise of parts of machines rated at 5 MVA and above or having
core length of 1 M or more, which are insulated with class F or class H materials,
shall not exceed the limit of temperature rise for class B materials
3). Where the thermometer method is used, the limit of the temperature rise is
that given for the resistance methd less 10 deg.C in the case of classes A, E. B. 15
deg.C with class F and 20 deg.C with class H materials
4). The limit of temperature rise is detrmined by the class of the insulating
material of the embedded winding
5). If no marked thermal interaction between the commutator, or the sliprings,
and the winding connected thereto is to expected, the limit of temperature rise
applicable to these parts are those assigned to their respective insulation classes
6). In the case of commutator and slipring the limit of temperature rise may be
exceeded by 10 degC with class F, and by 20 deg.C class H materials.

Ref: VDE 0530

Temperature Rise

Batas kenaikan suhu tertinggi yang masih diizinkan pada titik terpanas dari mesin,
menurut standard VDE 0530
Tabel. 1

Insulation Max Temp. Limit Temp.


Class in oC Rise in oC
Y 90 50
A 105 65
E 120 80
B 130 90
F 155 110
H 180 135

Cara pengukuran

1. Metode “Embedded temperature detector” : metode ini hendaknya


dipakai, kecuali untuk mesin dengan kapasitas lebih atau sama dengan 5000
KVA, atau mesin dengan panjang core lebih dari 1 Meter. Jika stator winding
berupa winding single layer (satu coil menempati satu slot), maka
pengukurannya harus menggunakan metode resistance.

Page(s): 12 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

2. Metode “Thermometer”: bulb thermometer atau non embedded


temperature detector, hendaknya di pakai jika tidak tersedia embedded
temperature detector atau resistance.
Penggunaan metode Thermometer diizinkan jika:

a) Pengukuran dengan metode resistance akan menyebabkan komplikasi


pengukuran pada sistim komutasi dan kompensasi winding yang
memiliki tahanan sangat rendah
b) Winding yang akan diukur berupa “winding single-layer”

Mengapa Core Inspection menjadi Sangat Penting ?


Core lamination adalah baian yang sering mengalami kerusakan yang disebabkan
oleh faktor luar. antara lain:
gesekan dengan rotor
overheating

Jika kerusakan inter lamination tidak diperbaiki, pada saat mesin dioperasikan
pada area tsb akan menjadi panas, panas yang berlebihan akan membahayakan
sistim isolasi winding.

Cara perbaikan core: pisahkan permukaan yang short sehingga satu lamination
dng yang lain tidak saling menempel, kemudian semprotkan varnish pada bagian
tsb, jika kerusakan terjadi pada bagian dasar slot, bersihkan dengan cara
grinding, pergunakan mata gerinda ulir.

T = (E x 105) / (4.44 x f x Qt)


Qt = BC x Ace Le : Effective L core
Bc = 8 x 104 Ace : Effective area of space duct
Ace = Le He Lm : Magnetic Length of core
Le = .93 [L – (n x wd)] Qt : Total Flux
DM = ID + 2S + He Bc : Flux Density
Lm = π x Dm Wb : Bore weight
Wl = 1.6 watt / lb He : Slot height
Wb = Ace x LM x 0.2764 ID : Inner diameter of core
AT = 12 x LM AT : Amper turn
IM = AT / T IM : magnetizing current
Iw =( we x wb )/ 50 Iw : Web current
n : no of space duct
Dia. cable = 500 x Im (circ.mills) wd : Width of space duct
1 Mill = 1/ 1000 inch S : Width of slot

√500 x Im
= 1000 x 25.4 mm

Page(s): 13 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Pengukuran Kenaikan temperature dapat menggunakan electronic thermometer,


agar semua titik pengukuran dapat di deteksi dengan teliti dalam waktu yang
bersamaan sebaiknya menggunakan thermal paper:

Project Reference

Recondition of Stator Core Lamination for 7.5 MVA, 13.8 kV, 12 Poles Slaient Pole
Generator, PRJ: PT. BRANTA MULIA CITEUREUP, BOGOR

Main Problems:
Broken Rotor shaft D ≈ 60 cm, Damaged of Core Lamination at the Stator surface

Before recondition:
Ring Flux Test result:
T = 125 0C for 1.5 minutes

After recondition:
Ring Flux Test result:
T = 80 0C for 45 minutes

Page(s): 14 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

7.1.7 Hi-Pot

Reference to VDE 0530 part 1.

Rule:
Hi-pot test hendaknya diaplikasikan antara winding dengan ground mesin,
dan winding yang tidak di test harus di ground kan
Hi-pot test dilakukan untuk new winding
Hi-pot test hendaknya dilakukan dengan tegangan a.c dengan gelombang
sinus dengan frequency antara 40 s/d 60 cycle per second
Besar tegangan uji dimulai dengan tegangan tidak lebih dari ½ dari full
voltage test, Waktu yang diperlukan untuk menaikan tegangan dari
tegangan awal s/d tegangan full +/- 10 detik
Mesin polyphase dengan rated lebih dari 1 kVA, jika dimungkinkan setiap
phase winding hendaknya di test terhadap ground
Jika dimungkinkan “Acceptance” test tidak dianjurkan untuk diulang, jika
dikehendaki maka pengulangan test untuk test kedua dan seterusnya
tegangan test hanya 80% dari tegangan test penuh.
Hi-pot test untuk mesin yang diperbaiki.
• Mesin yang di rewinding total di test seperti mesin baru dengan
tegangan uji 100%
• Rewinding partial di test dengan tegangan uji sebesar 80% dari
tegangan test penuh
• Sebelum dilakukan test hendaknya semua part dicuci dan di keringkan
dengan baik
• Untuk mesin yang di overhaul, Hi-pot test dapat dilakukan jika ada
persetujuan antara pihak user dengan workshop

Besar tegangan uji mesin yang di overhaul menurut VDE 0530

UT = 500 V test applied for UN < 100 V


UT = 1.5 U, with minimum 1000 V, for UN ≥ 100 V
UT = test voltage
UN = Voltage rated of machine

Hi-pot test dilakukan selama 60 second dan selama dilakukan test tidak boleh
terjadi flash-over atau break down.

Page(s): 15 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

HI POT ref. VDE 0530


No Machine or machine part Test Voltage
Rotating machines of rated output less than 1
1 KW or 1 KVA or with rated voltage < 100 500 V ± 2U
volts
Rotating machine of rated output less then 2U + 1000 V
2
10 000 KW or 10 000 KVA Min. 1500 V
3 Rotating machines of rated output of 10000 KW or 10000 kVA or more:
U ≤ 2000 V 2U + 1000 V
2000 V < U ≤ 6000 V 2.5 U
6000 V < U ≤ 17000 V 2 U + 3000 V
Subject to special
U > 17 000 V
agreement
Separately-excited field winding of d.c 2U + 1000V, min. 1500 V
4
machine U = max. field voltage
5 Field winding of synchronous generator, motor. condenser
10U. Min. 1500V
Not intended for self starting
Max. 3500 V
10U. Min. 1500V
Intended for self starting
Max. 3500 V
1000 V +2U starting
Self starting with resistance
voltage

Hi Pot ref. NEMA


INDUCTION MOTOR

Ref. NEMA MG-1 PART 20: Large Induction Motor


Ref. NEMA MG-1 PART 12 : AC Small and Medium Motor
™ Voltage rating from : 115 V to 13200 Volt, 60 Hz
™ HP Rating from : ½ HP to 100 000 HP
™ Speed from : 225 RPM to 3600 RPM

NEMA 20.48.2
Test Voltage – Primary Winding
Test voltage harus dilaksanakan dengan menggunakan tegangan AC (alternating
current)
UT = (2 Un + 1000 ) Volt
Un : rated voltage of machine

Jika digunakan test voltage DC, maka nilai tegangan test


VDC = 1.7 x Test voltage AC

Page(s): 16 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

NEMA 20.48.3
Test Voltage – Secondary Winding of Wound Rotor
Test voltage harus dilaksanakan dengan menggunakan tegangan AC (alternating
current)
UT = (2 Un + 1000 ) Volt
Un: maximum voltage pada terminal antar slipring rotor, saat open circuit dengan
tegangan penuh pada sisi primernya.

GENERATOR

NEMA MG1 Part 16Î Synchronous Generator General Purpose

™ Voltage rating from : 208 V to 4160 Volt , 60 Hz


™ KVA Rating from : 9.25 kVA to 500 kVA
™ Speed from : 900 RPM to 3600 RPM

Test Voltage Armature Winding.


UT = 2 UN + 1000 V, Un = rated voltage

Field Winding Gen. with Slip Rings


UT = 10 Uex, Uex = excitation voltage
Min = 1500 V

Assembled Brushless Gen. Field & Exciter


Uex ≦ 350 Vdc . UT = 10 Uex,. UT min = 1500 V
Uex > 350 Vdc . UT = 2800 V + 2Uex

Rotor Exciter
UT = 1000 V + 2Uex

Komponen (Diode, thyristor, dll) yang terpasang pada brushless exciter dan field
winding selama test harus dishort dan tidak di ground kan.

NEMA MG1 Part 21 Î Synchronous Motors

™ Voltage rating from : 460 V to 13200 Volt, 60 Hz


™ HP Rating from : 20HP to 100 000 HP
™ Speed from : 80 RPM to 3600 RPM

Test Voltage Armature Winding.


UT = 2 UN + 1000 V,
Un = rated voltage

Page(s): 17 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Field Winding Motor with Slip Rings

1. Motor distart dng. Cara circuit field winding


UT = 10 Uex, Uex = excitation voltage
Min = 2500 V, Max = 5000 V

2. Motor di start dng. Resistor


UT = 2 x (IR drop resistor), Min = 2500 V

Assembled Brushless Motor Field & Exciter


Uex ≦ 350 Vdc . UT = 10 Uex,. UT min = 1500 V
Uex > 350 Vdc . UT = 2800 V + 2Uex

Rotor Exciter
UT = 1000 V + 2Uex

Komponen (Diode, thyristor, dll) yang terpasang pada brushless exciter dan field
winding selama test harus dishort dan tidak di ground kan.

NEMA MG1 Part 22 Î Large Machine Synchronous Generator

™ Voltage rating from : 208 V to 13800 Volt, 60 Hz


™ KVA Rating from : 1.25 to 75 000 KVA
™ Speed from : 138 RPM to 3600 RPM

Test Voltage Armature Winding.


UT = 2 UN + 1000 V, Un = rated voltage

Field Winding Gen. with Slip Rings


Uex ≦ 500 Vdc . UT = 10 Uex,. UT min = 1500 V
Uex > 500 Vdc . UT = 4000 V + 2Uex

Assembled Brushless Gen. Field & Exciter


Uex ≦ 350 Vdc . UT = 10 Uex,. UT min = 1500 V
Uex > 350 Vdc . UT = 2800 V + 2Uex

Rotor Exciter
UT = 1000 V + 2Uex

Komponen (Diode, thyristor, dll) yang terpasang pada brushless exciter dan field
winding selama test harus dishort dan tidak di ground kan.

Page(s): 18 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Rule:
¾ Test voltage AC 50 atau 60 Hz,
¾ Jika menggunakan DC voltage, VDC = 1.7 x VAC
¾ Winding yang sedang di test harus dalam kondisi “completely assembled”, test
voltage harus dilaksanakan jika:
™ Winding machine dalam kondisi baik
™ Insulation resistance harus memenuhi standarisasi IEEE Std. 43
™ Winding dalam kondisi kering tidak lembab
¾ Test voltage dilaksanakan selama 1 menit kontinyu, untuk menghindari
tekanan yang berlebihan pada insulation akibat test voltage, maka
pengulangan HI-POT test tidak diizinkan.
¾ Jika mesin segera di assembling dengan equipment lain setelah manufacture,
Pengulangan Test voltage hanya diizinkan sebesar 85% x Original Test
¾ Jika mesin akan di test ulang setelah di instalasi, Test voltage hanya diizinkan
sebesar 75% x Original Test
¾ Selama dilakukan test tidak boleh terjaddi “flash over, breakdown”
¾ Test winding dilakukan antara phase – ground, dan circuit yang sedang tidak
di uji harus di short dan tidak digroundkan, missal: surge capacitor, arrester,
CT’s, dll yang terhubung dengan terminal machine harus di lepas dari
koneksinya.

7.1.8. Short Circuit Field Turn Test

Tujuan dilakukan test ini adalah untuk mendeteksi jika terdapat gangguan winding
field (rotor AC Generator teutama dari jenis “salient-pole”) yang disebabkan
oleh adanya short circuit turn, kesalahan jumlah turn, karena short circuit turn
pada rotor tidak hanya terjadi pada saat rotor “standstiil” tetapi juga dapat terjadi
jika rotor tersebut diputar dan pada kondisi ini biasanya rotor winding jika diukur
dengan Rdc akan menunjukan baik. Test ini adalah salah satu cara yang dapat
dilakukan disamping pengukuran “surge – test”.
Kondisi ini disebut sebagai “flying short circuit winding”.

Metode yang biasa digunakan untuk salient pole type rotor, adalah:

a. Voltage Drop Direct Current

Test ini dilakukan dengan memberikan tegangan dc konstan pada winding rotor,
jatuh tegangan diukur pada setiap pole winding rotor atau pada sepasang pole
rotor, dan jatuh tegangan diukur dengan voltmeter.

Jika terjadi penyimpangan sebesar +/- 2% dari rata-rata pole winding yang
diukur, maka kemungkinan disebabkan oleh: short circuit antar turn atau
kemungkinan jumlah turn untuk masing-masing pole tidak sama.

Page(s): 19 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

b. Voltage Drop Alternating Current

Test ini lebih sensitif dibandingkan dengan test dengan “constant direct current”
diatas, caranya sama seperti pada test point (a), hanya tegangan nya
menggunakan tegangan a.c. Winding yang mengalami gangguan (short-circuit)
akan secara subtansial lebih kecil dari pada winding yang sehat.

Tegangan pole winding yang berdekatan dengan pole winding yang short akan
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tegangan di pole winding yang sehat
lainnya, ini disebabkan karena flux yang pada pole yang berdekatan dengan
gangguan akan terbebani oleh winding yang rusak tersebut.

Jatuh tegangan pada pole winding yang mengalami gangguan akan berkisar
antara [(m-1)/m] x tegangan dari winding yang sehat , dimana “m” adalah
jumlah pole winding.
Test ini digunakan terutama untuk mendeteksi adanya gangguan “flying short
circuit”

V
M easured
the drop voltage
at pole pair

diff. +/- 2% indicate trouble w inding

1 2 3 4 5 6 7 8

M ain R otor W inding


V
Var. a.c.
Pow er supply
(+)

(-)
R ectifier

U sed d.c and a.c


pow er supply

Voltage drop test & schema

7.1.9. Voltage drop test untuk rotor dc


Î lihat Bab 8. Trouble shooting untuk motor DC

Voltage drop adalah salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi gangguan
pada winding rotor dc, caranya agak sedikit berbeda dengan drop test pada
generator tetapi prinsipnya sama, yaotu membandingkan tahanan dari setiap coil
rotor, diukur di setiap segment commutator.

Page(s): 20 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Cara pengukuran.

Sediakan power supply dc yang dapat diatur tegangannya


Sediakan mili-volt meter dan amper meter
Catat jumlah segment commutator,
Suntikkan tegangan dengan tegangan yang dapat diatur, perhatikan arus
power supply dan jaga arusnya agar tidak merusak permukaan commutator.
Perhatikan polaritas dari masing-masing segment commutator, karena
koneksi winding ke commutator bersifat tertutup, polaritas antar segment
akan memiliki arah yang berlawanan dan memilki formasi teratur. (+,+, ,-,-,
atau +,+ ,+, -,- ,-, dst… tergantung dari coil pitch pada segment.
Penyimpangan jatuh tegangan antar segment sebesar +/- 2%, dapat
disimpulkan adanya gangguan winding, (kemungkinan disebabkan oleh:
o Short antar segment
o Short antar turn
o Poor connection antara winding dengan raiser commutator

Berikut adalah ilustrasi cara pengukuran voltage drop.

Ukur jatuh tegangan dari antar


segment yang berdekatan dan
catat pengukuran dari semua
m segment. Perbedaan maximum
antar segment +/- 2%,

DC Constant Voltage

Page(s): 21 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

7.1.11. Zero Adjustment (brush rocker adjustment)


Î lihat BAB 8 Trouble shooting untuk Motor DC

Kasus yang paling sering timbul dalam mesin dc adalah sparking yang terjadi
pada permukaan carbon brush dan commutator.
Sparking dapat ditimbulkan oleh banyak sebab, a.l:
Unbalance winding
Short winding
Uneven air gap
Shifting magnetic center
Mis carbon grade
Shifting direct axis
Dll

Unbalance winding dan short winding (turn to turn, turn to ground dll) dapat diuji
dengan metode diatas (surge test, dc resistance, Megger, dc drop test dll).
Uneven airgap dapat diukur dengan menggunakan “filler-gauge” dan magnetic
center dapat di cek dan mengukur pada saat bearing sheld dipasang pada satu sisi
dan dapat dikoreksi dengan memperbaiki “depth bearing shield”. Dan varbon
grade dapat dikembalikan pada grade aslinya.

Shifting direct axis, hanya bisa dilakukan penyetelan ulang dudukan sudut carbon
brush terhadap titik pusat magnetic stator, yaitu dengan menggunakan alat
“brush – rocker” , jika alat ini tidak tersedia maka dapat dilakukan pnyetelan
dengan mengukur jatuh tegangan antar kutub “U – S” dengan memberikan catu
tegangan dc pada field winding kemudian ukur beda potensial pada kutub U – S.

Beda potensial antar keduanya harus mendekati “nol” volt, yatitu dengan
mengatur posisi brush holder, berikut adalah ilustrasi pengukuran Zero
Adjustment.

Series
A1
F1
Field

shunt

F2 A2

mV
DC Power supply Voltage drop
6 -12 Volt close to "0" Volt

Page(s): 22 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

7.1.12 Rotating diode / Thyristor

Diode / thyrestor digunakan sebagai alat penyearah dari keluaran exciter rotor
untuk mensuplay main field generator.
Kadang-kadang jika generator terlalu lama tidak dioperasikan (mungkin sedang
ada perbaikan atau overhaul), generator sangat sulit start-up karena residual
magnet menjadi sangat lemah.

Cara mengatasinya adalah dengan jalan injeksi sesaat pada field exciter stator,
jika external supply dilepas kemudian tegangannya menghilang kemungkinan
disebabkan oleh putusnya fuse yang dipasang seri dengan jalur power supply di
AVR atau mungkin disebabkan oleh kerusakan rectifier.

Pengukuran diode.

Pergunakan AVO meter atau digital multimeter, ukur:


♦ tahanan maju diode dengan AVO, diode harus memiliki tahanan maju berkisar
antara 500 – 2000 Ohm
♦ ukur tahanan mundur (reverse), diode harus mempunyai tahanan minimum 15
kΩ

Pengukuran thyristor

Disconnect salah satu sisi theristor dan ukur dengan menggunakan AVO meter,
seting AVO pada posisi Ohm meter.

A ♦ Ukur tahanan maju


theristor, tahanan harus
kurang dari 30 KΩ
Anode
♦ Ukur tahanan mundur
theristor, tahanan harus
Thyristor

lebih dari 30 KΩ
Connect theristor seperti pada
gambar, dan perhatikan
Gate polaritasnya jangan sampai
Cathode
12-Ohm
tertukar, arus yang mengalir
pada ampermeter berkisar
antara “mVolt s/d 1 Ampere”

Fig: Pengujian Thiristor

Page(s): 23 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

7.2 Visual Inspection

7.2.1 Stator
Pemeriksaan secara visual sangat diperlukan terutama pada mesin berkapasitas
besar harus dilakukan lebih teliti.

™ Pemeriksaan frame:
Periksa apakah terjadi perubahan warna yang extreme pada cat frame, perubahan
extreme menunjukkan adanya overheating yang dapat disebabkan oleh:
overloading
aliran pendinginan yang tidak baik

™ Pemeriksaan pada Stator core:


Periksa apakah pada cooling duct terdapat kotoran / partikel metal oxida (tampak
seperti tepung berwarna kemerahan), jika terdapat kotoran yang demikian maka
hal ini menunjukkan adanya kerusakan core dan wedges, penumpukan kotoran ini
biasanya berada pada bagian yang berdekatan dengan cooling duct, periksa
dengan permanen magnet apakah kotoran tsb, mengandung metal atau tidak.

Jika partikel metal yg terjadi cukup banyak, maka pemeriksaan core hrs dilakukan
lebih teliti, karena core adalah bagian yang paling tinggi mendapat tekanan
mekanis selama mesin beroperasi (elongation, vibration) yg besarnya 2 x freq.

Jika partikel tsb, berasal dari wedges, berarti ada wedges yang kendor atau
terangakat dari slot sehingga terjadi gesekan dengan rotor, fenomena ini
menandakan adanya “loose winding”.

Seluruh komponen listrik pada mesin listrik baik motor, generator, transformer,
akan selalu mengalami , vibrasi, perubahan suhu, mechanical stress terus
menerus yang disebabkan oleh terbentuknya medan listrik didalam core dan gaya
mekanis, tekanan akan menjadi sangat besar jika jika terjadi:

perubahan beban yang besar dan mendadak, seperti hilang beban yang
mendadak
short circuit, dll

Page(s): 24 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Loose Wedges
Partial discharge
phenomena’s on
Generator bus bar

Visual inspection on Turbo Generator 45 MVA 13.8 kV (upper left fig. loose wedge
and upper right partial discharge phenomena’s on generatr bus bar termination Î
found light white powder n the bus surface).

Komponen pada mesin listrik yang peka terhadap mechanical stress

Compression Bolts: periksa jika terdapat grease, debu, minyak, dll, yang
disebabkan oleh gesekan dari dua komponen mesin yang diakibatkan oleh
adnya vibrasi, periksa kekencangan bolts

Surge Ring Support: periksa jika ada keretakan dan kekencangan tali
pengikatnya

Finger Plate: periksa jika ada keretakan dan pembengkokan

Winding Connection: periksa jika keretakan dan pengelupasan isolasi

Termination: periksa jika ada keretakan, kontaminasi, jamur / korosi dan


kekencangan cable lug

Space Heater: periksa Rdc dan connection ke termination

Page(s): 25 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Check connection dan


pengikatnya, thd
kelelahan material

Check Surge rung dan


pengikatnya, thd kelelahan
material

™ Coil dan Support


Hampir semua mesin listrik mengalami pengotoran pada coilnya, kontaminasi
dapat disebabkan oleh degradasi ioslasi akibat dari arus yang tinggi pada
permukaan isolasi coil, pengotoran ini akan menimbulkan “Electric Tracking”
sehingga akan menurunkan daya tahan isolasi. Pengotoran ini dapat dibersihkan
dengan cleaning , bahan yang digunakan hrs dipilih dari bahan yang tidak
merusak.
Normalnya pada sisi end winding dan antara end winding dengan connection
dipasang separator yang berfungsi untuk memisahkan antar winding dan untuk
menjaga jarak antar winding agar tidak berubah, selama mesin dioperasikan
winding akan saling bergesekan satu sama lain sebanyak 2x Frequency kerja
mesin. Pada saat start, atau pelepasan beban yang tiba-tiba atau adanya external
short circuit (pd generator) akan menimbulkan gaya mekanis yang besar pada
end – winding

Check blocking coil,


pengikat, end winding
support thd, kelelahan
material, keretakan dll

Page(s): 26 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

™ Wedges Inspection

Wedges adalah salah satu subject yang penting untuk di inspeksi, karena wedges
adalah salah satu elemen untuk menjaga agar COIL WINDING TIDAK BERGERAK
didalam Slot .
Dengan demikian kerusakan Lapisan Anti Corona (pada mesin tegangan tinggi)
atau lapisan kertas Isolasi (LV/MV) yang disebabkan oleh pengikisan karena
pergesekan dengan dinding slot dapat dihindari.
Namun demikian systim Varnishing untuk Non Partial Discharge winding juga
sangat berperan.

Periksa wedges terhadap kondisi sbb:


Wedges Tight
Wedges Looseness
Wedges Hollow

Ketukkan hammer kecil pada salah satu ujung Wedges, dan dengarkan / rasakan
pada ujung yang lain jika ada pergerakan atau terdengar suara seperti ada ruang
didalamnya, maka menunjukkan bahwa wedges tersebut kendor atau berongga
(hollow). Kondisi yang paling rawan mendapat tekanan mekanis adalah wedges
yang terletak pada bagian ujung winidng.

Adanya rongga didasar wedges menunjukkan adanya pergerakan pergerakan Coil


didalam slot kearah radial. Jika ditemukan hoolow wedges segera perbaiki dengan
cara melapiasi dengan epoxy atau RTV.

™ Winding Slot Filler

Indikasi lain jika terjadi pergerakan coil kearah radial didalam Slot adalah
keluarnya winding slot filler, penomena ini tidak akan dijumpai pada winding yang
sistim varnishingnya menggunakan VPI.
Umumnya filler yang keluar dimasukkan kembali kedalam slot (jika mungkin) atau
dipotong diujung slot kemudian di epoxy atau resin.

Jika ditemui gajala yang demikian, coil harus diperiksa dengan lebih teliti,
kemungkinan hal ini menunjukkan bahwa coil tidak duduk dengan kencang
didalam slot (bergerak kearah radial), tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa
ini disebabkan oleh adanya kontraksi coil akibat adanya thermal stress didalam
coil.

Page(s): 27 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

™ Bottom Coil
Yang sering dilupakan untuk diinspeksi adalah posisi coil paling bawah, coil harus
dicek apakah posisi coil masih tetap pada posisinya, coil harus menempel dengan
baik didasar slot periksa coil bagian bawah dengan menggunakan cermin.

Jika coil tidak duduk dengan baik didasar slot, menunjukkan bahwa coil sudah
longgar, perbaiki dengan menggunakan epoxy.

7.2.2 Rotor
Berdasarkan bentuk winding rotor, mesin listrik berputar dapat berupa wound
rotor atau squirrel cage .
Wound Rotor terdapat pada:
Generator
Motor Induksi Slipring
Motor / Generator DC

Inspeksi dengan pengukuran untuk rotor dapat dilakukan seperti pada stator a.l:
Insulation Resistance (Ris)
Polarization Index (PI)
Surge comparison
ac / dc Injection untuk rotor generator
grawler (Magnetic induction) untuk squirrel cage rotor

7.2.2.1 Pemeriksaan Visual Rotor (Generator & Slipring)

™ Winding Rotor

Periksa winding rotor jika terdapat:


Kotoran yang berupa tepung tembaga., ini menunjukkan adanya
excitasi dc yang berlebihan atau adanya short turn to turn atau turn to
ground
Kotoran bubuk metal lain, yang mungkin disebabkan oleh rusaknya
retaining ring (pada turbo generator), connection,

Pada slipring rotor periksa winding dan wedges seperti pada stator, juga periksa
isolator dan permukaan slipring apakah ada keretakan, penumpukan kototoran
pada isolatornya.
Pada rotor dc, periksa winding dan slot seperti pada Stator ac, dan juga periksa
kotoran pada segment commutator, bending winding, dan permukaan
commutator, periksa apakah terdapat penumpukan kotoran pada isolator
commutator, periksa kondisi connection pada raiser.

Page(s): 28 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

™ Retaining Ring

Retaining ring merupakan komponen kritis yang selalu mengalami tekanan


mekanis sehingga bagian ini sering rusak. Retaining ring dapat diperiksa dengan:
Retaining ring dapat diperiksa dengan:

Eddy current, die penetrant


Acoustics, hardness test

™ Rotor Fan

Periksa apakah terdapat pergeseran posisi antara dudukan fan-blade


dengan srink-fit, jika terdapat pergesekan menunjukan adanya
overheating dan tekanan gaya mekanis yang berlebihan, dan periksa
apakah ada keretakan.
Periksa apakah kondisi lock-nut masih bagus
Periksa bila ada keretakan pada arah axial

™ Journal Bearing

Periksa journal bearing baik dimensi maupun kondisi pisik apakah ada
bekas-bekas gesekan (scratching)
Periksa secara pisik pada bearing, jika sleeve bearing periksa kondisi
babbit, oil baffle labyrinth, ukur clearance oil seal dan bearing clearance
Periksa jika terdapat kotoran (debu, partikel metal, dll) pad permukaan
babbit
Periksa tahanan Isolasi pada bearing insulation dan grounding brushes
jika ada.

™ Bearing

Sleeve bearing memerlukan pelumasan oli secara kontinyu, oleh karenanya


pelumasan oli tidak boleh terputus atau terganggu walaupun sesaat, gangguan
supply oli pelumas akan merusak lapisan oli film dan bearing.
Tidak seperti pada ball atau roll bearing ,pada sleeve bearing tidak terdapat
moving part kecuali oil ring, oleh karenanya antara rotating shaft dengan sleeve
bearing harus selalu dilapisi oleh film oil. Permukaan bearing dibuat lebih lunak
dari rotating shaft biasanya terbuat dari “soft cast material” yang kemudian
dikenal dengan “babbit”.

Prinsip dasar cara pelumasan pada shaft adalah,. Diantara shaft dikalungkan 2
buah oil ring yang diameter jauh lebih besar dari shaft, putaran shaft akan
membangkitakan riak didalam resevoir oli yang akan menyebabkan oil ring

Page(s): 29 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

berputar dan perputaran oil ring akan menyebabkan permukaan oil didalam
reservoir akan naik dan melumasi shaft.

Oli yang diputar oleh oil ring kemudian akan dilewatkan kedalam oil pressure relief
groove, sepanjang jumlah oli yang dialirkan dan yang dipompakan ke shaft cukup
maka tidak akan timbul masalah.
Tetapi jika oli yang dipompakan oleh oil-ring tidak cukup maka akan timbul
masalah dan bearing akan rusak.

Check kondisi bearing journal dan rotor run out

Shaft runout, menurut NEMA-MG-1-1987 PART: 4

Diameter shaft = 0.1875 to 1.625” Î Max. 0.002” (0.051 mm)


Diameter shaft = 1.625 to 16.50” Î Max. 0.003” (0.076 mm)

Bearing insulation & Clearance

Bearing Insulation

Magnetic circuit yang terjadi pada rotor winding akan menyebabkan terbentuknya
eddy current yang mengalir melalui ujung – ujung shaft rotor, eddy current
tersebut akan menyebabkan terjadinya aliran arus yang melalui ujung shaft yang
satu, bearing, bearing support, frame, kemudian keujung shaft yang satunya dan
kembali ke ujung shaft yang satunya.

Aliran arus ini akan menyebabkan panas pada bearing dan sistim lubrikasinya,
untuk mencegah timbulnya eddy current , untuk menghindari kerusakan pada
rotating part (bearing, blade pada turbine, dll) akibat tegangan induksi, maka
tegangan tsb harus dieliminir dengan baik, yaitu dengan menambahkan sistim
isolasi pada bearing housing (bearing support) dilapisi dengan bahan isolasi,
terutama pada bearing yang menggunakan sleeve bearing dan juga pada mesin
listrik untuk tegangan tinggi.

Bahan Isolasi bearing harus tahan dari: tekanan mekanis, air, minyak, biasanya
dibuat dari bahan fiberglass, polyester, epoxy.

Bearing insulation harus selalu dicheck terhadap kebocoran isolasi yang


disebablan oleh:

Keretakan
Kontaminasi dari oli, debu, karbon, dll

Page(s): 30 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Setiap inspeksi rutin hendaknya bearing insulation juga diukur, dengan


menggunakan megger 500 Vdc, tidak ada kepastian standarisasi tentang hal ini,
tetapi GE mensyaratkan nilai minimum bearing insulation adalah 100,000 Ohm
atau 100 KΩ, pada 500 Vdc megger.

Sleeve Bearing Clearance


Total Bearing Clearance, In

r
ea
W
um
ear
xim

W
m
diu
Ma

Me

ear
W
w
Lo

Journal Diameter, In

Page(s): 31 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

™ Field Pole dan V-Block

V- Block digunakan sebagai penahan rotor winding pada generator dari gaya
centrifugal pada saat rotor diputar, V-Block kadang-kadang dibuat dari bahan
Isolasi pejal, atau Aluminium kemudian pada bagian alasnya di beri bantalan
isolasi.
Setelah mesin dioperasikan cukup lama kadang-kadang V-Block dapat retak atau
patah atau terlepas akibat tekanan mekanis.
Setiap melakukan inspeksi rotor, kondisi semua baut, dan isolator harus dilihat
apakah ada perubahan, kendur atau bergeser dari posisinya.

Check kekencangan V-Blok, keretakan dan


kelelahan material

™ Field Winding

Permasalahan utama winding rotor pada “Salient pole generator” adalah pada
bagian tersebut selalu mendapat tekanan gaya centrifugal yang besar dan
berjalan terus menerus selama mesin dioperasikan.

Gaya centrifugal yang disertai dengan vibrasi akibat adanya aliran arus yang
tinggi pada winding menyebabkan timbulnya gesekan antar turn winding, dan
winding dengan core.

Page(s): 32 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Selama melakukan inspeksi visual, hendaknya diperiksa secara teliti apakah


terdapat deformasi coil, pergeseran antar layer, insulation cracking, ikatan
winding apakah ada yang terlepas atau kendor, dll. Termasuk didalamnya sistim
koneksi ke rotating diode atau collector ring dan periksa kekencangan baut
koneksinya.

Pada rotor Slipring, kondisi semua wedges, bending dan connection cable ke
slipring (collector ring) hendaknya di periksa secara teliti.

™ Collector ring

Akibat pemakain sikat arang (carbon brush), maka pada permukaan collector ring
adalah merupakan subject yang akan mendapat tekanan mekanis dan thermal
stress yang tinggi dan berjalan secara terus menerus.

Hal-hal berikut ini akan sangat mempengaruhi kondisi collector ring, a.l:
Kontaminasi dari debu, karbon, minyak atau partikel kimia dan metal.
Current density
Sistim pendinginan pada collector ring
Penggantian brush yang tidak sesuai dengan Grade
Tekanan spring brush yang tidak sesuai dengan aslinya
Dudukan brush yang tidak benar
Sistim koneksi rotor yang tidak baik

Sistim komutasi yang buruk akan menimbulkan gelombang harmonics pada


winding, gelombang ini akan mempercepat terkikisnya collector ring dan brushes.
Vibrasi pada mesin juga mempercepat terkikisnya brushes dan collector ring

Kondisi lainyang dapat mempercepat ausnya collector ring dan brushes.


Carbon brush misalignment
Pergeseran Magnetic Center

Pada umumnya collector ring di polishing ulang agar permukaannya kembali rata
dan tetap bulat, pada saat re-polishing agar diperhatikan “minimum thickness” ,
ketebalan minimum collector ring tergantung pada jenis metal yang dipakai,
putaran mesin dan diameter collector ring

Defleksi maximum collector ring tergantung dari putaran mesin.

Putaran mesin s/d 3600 RPM = 1 s/d 2 mills, untuk putaran yang lebih
rendah defleksinya lebih besar, tetapi nilai yang direkomendasikan = 2
mills

Page(s): 33 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

™ Brush spring

Jika terdapat perubahan warna yang menyolok, menunjukkan adanya


overheating, tekanan pada brush spring normalnya 1.75 s/d 2.25 psi per luasan
brush, actual pressure hendaknya mengacu pada rekomendasi pabrik

7.2.2.2 Pemeriksaan Visual Rotor DC Rotor


Pada rotor motor DC, commutator adalah suatu subject yang selalu mengalami
thermal stress yang tinggi dan kontaminasi (debu, karbon, minyak atau partikel
kimia dan partikel metal.
Visual inspection dan insulation resistance harus dilakukan pada setiap inspeksi.
Untuk mengetahui balance winding selain dilakukan pengukuran dengan dc
Resistance dan Surge test sebaiknya dilakukan “voltage-drop test “. Lihat Bab
sebelumnya dan Bab 8. Trouble shooting tentang motor DC

Motor dc sangat peka terhadap perubahan commutation yang disebabkan oleh:


¾ Perubahan posisi center axis
¾ Unbalance resistance
¾ Kontaminasi pada segment slot commutator, karena pengotoran pada sisi
ini dapat menyebabkan short antar segment commutator dan segment thd,
ground.
¾ Carbon brushes grade

Perhatikan permukaan commutator, warna kebiru-biruan pada permukaan


commutator disebabkan oleh overheating yang mungkin ditimbulkan oleh,:
- unbalance winding
- winding short
- short inter segment commutator
- brush grade terlampau besar (keras)
- dll
sedang permukaan commutator yang banyak terdapat carbon (sisa carbon)
mungkin disebabkan oleh grade carbon yang terlampau rendah, dll
Periksa alur segment (segment slot), slot segment terlampau dangkal dan
kemiringan slot sudah berkurang, lakukan perbaikan alur kedalamana minimum
+/- 2 mm (tergantung dimensi commutator) dengan kemiringan slot 450.

7.2.2.3 Rotor squirrel cage

Rotor sq dapat di inspeksi secara visual dengan melakukan cek connection pada
bar rotor terhadap end ring, perisa welding jika terdapat keretakan atau bahkan
putus, secara visual dapat dicek dengan menggunakan:
- cek color
- cek dengan x-ray
- cek dengan ultra sonic

Page(s): 34 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

- cek dengan “grawler” yaitu dengan menginduksikan magnetik ke rotor


bar, silahkan lihat ilustrasi berikut:

Tempatkan plat tipis dan ringan diatas setiap bar rotor , pada saat graler diberikan
power supply ac, jika bar rotor dalam kondisi baik (tidak putus) plat akan
menempel (vibrasi) pada permukaan rotor , jika plat tidak bergetar mungkin bar
rotor sudah putus, dan perhatiakn kemampuan dari grawler , jika rotor nya
terlampau besar mungkin grawler tidak mampu menginduksi kan medan listrik
pada rotor, jika kasunya demikian tempatkan plat tersebut dibawah celah grawler
terhadap rotor.

Power supply
Ac 1 phase

Untuk selanjutnya silahkan lihat pada BAB 8. Trouble shooting tentang rotor
squirrel cage motor

Geawler.

Core iron
Rotor Sq,
yang di test

Winding

To Power supply 1 phase

Page(s): 35 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

8 Vibration

Salah satu penyebab yang paling dominan merusak winding insulation adalah
“vibrasi”.Vibrasi dapat ditimbulkan oleh banyak hal, a.l:
™ Electric
™ Mechanic

8.1. Prinsip Vibrasi


Dinisi:
Vibrasi adalah pergerakan dari mesin atau part mesin berputar yang keluar dari
titik netralnya.

Karakteristik Vibrasi
Gangguan mesin yang disebabkan oleh masalah vibrasi dapat ditentukan dan di
analisa dengan metode karakteristik vibrasi :
♦ Frequency
♦ Displacement
♦ Velocity
♦ Acceleration
♦ Phase
♦ Spike energy

8.1.1 Frequency, yaitu:


Lamanya waktu tempuh untuk mencapai 1 cycle “yaitu pergerakan naik sampai
titik matiatas kemudian turun sampai titik mati bawah seperti pada pergerakan
“spring + beban” disebut sebagai 1 periode.
1 frequency = 1/periode
Periode frequency sering digunakan sebagai dasar acuan untuk analisa vibrasi.
Frequency vibrasi biasanya di ekpresikan dengan jumlah cycle yang terjadi pada 1
menit, dari sini diperoleh satuan frequency vibrasi yaitu CPM = circle per minute.
Apabila akan dibuat dalam satuan Hertz (Hz) maka:
1 CPm = Hertz x 60 Î karena 1 Hz = 1 getaran per detik.
8.1.2 Displacement, yaitu:
Total jarak yang ditempuh dari benda yang bergetar dari satu titik max ke titik
minimum disebut sebagai “peak-to peak displacement”

Peak to peak vibration displacement biasanya ditunjukan dengan satuan mils.


1 mil = 0.001”, dan 1” = 25.4 mm.
Jadi 1 mils = 0.001 x 25.4 mm = 0.0254 mm

Page(s): 36 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Contoh Analogi:
Pergerakan bolak-balik dari sebuah per (“spring”) yang digantung dan diberi
sebuah beban, pada saat beban tidak dikenai gaya maka beban berhenti pada
suatu tempat tertentu Î posisi tersebut disebut sebagai posisi netral benda +
spring.
Apabila benda diberi gaya dengan tarikan tertentu lalu dilepas maka benda akan
bergerak naik turun dengan melewati titik netral, sampai batas tertentu..

AMPLITU

TIME

Fig. 8.1. Displacement

8.1.3 Velocity, yaitu:


Dapat dianalogikan sebagai pada pergerakan Spring , dan pergerakan tersebut
memiliki kecepatan gerak, yaitu kecepatan bergerak dari titik mati atas menuju
titik mati bawah, kecepatan terbesar terjadi pada saat beban melewati titik netral.
Kecepatan tertinggi dari vibrasi ini yang diukur oleh instrument vibration analyzer.
Satuan dari vibrasi velocity dinyatakan dengan mm/sec atau inches / sec.

8.1.4 Acceleration
Acceleration mempunyai korelasi terhadap besaran gaya yang timbul, acceleration
maximum terjadi pada saat velocity mencapai minimum . Vibrasi yang terjadi
pada frequency tinggi ( 60.000 CPM atau lebih) acceleration adalah merupakan
indicator terbaik untuk melakukan pengukuran vibrasi.

8.1.5 Spike Energy

Pergerakan seperti yang telah diterangkan sebelumnya, akselerasi max yang


terjadi adalah pada saat beban bergerak dari titik mati atas atau bawah menuju
titik netral, dan akselerasi yang terendah terjadi pada saat beban melewati titik
netral.
Vibrasi akselerasi biasanya dinyatakan dengan “g’s”peak, “g” adalah gravitasi
bumi yaitu sebesar 9.80665 m/sec atau 980,665 mm/sec.

Spike Energy adalah vibrasi yang sangat abstrak dan tidak ada sangkut pautnya
dengan berat benda dari sumber vibrasi.
Spike Energy terjadi sangat singkat, frequency yang terjadi seperti pulsa, spike
energy biasanya ditimbulkan oleh:
♦ Permukaan didalam element roll bearing atau gear

Page(s): 37 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

♦ Kontak antar metal yang berputar


♦ Tekanan tinggi pada steam atau kebocoran dengan tekanan tinggi
♦ Turbulance di dalam benda cair
Spike Energy digunakan untuk dasar analisa kerusakan pada bearing atau gear.

Fig.8.2. Spike Energy

Pada mesin berputar yang dapat menimbulkan vibrasi , a.l:

♦ Unbalance pada bagian-bagian yang berputar


♦ Misalignment pada coupling dan bearing
♦ Bent shaft
♦ Keausan pada gear
♦ Kerusakan belt atau rantai penggerak
♦ Aerodynamic
♦ Looseness
♦ Resonansi
♦ Electromagnetic force
♦ Dll

8.2 Prinsip Unbalance


Amplitudo tertinggi vibrasi selalu terjadi didaerah dimana terdapat sumber
vibrasi.

8.2.1 Difinisi Unbalance

Unbalance secara umum didifinisikan sebagai:


“distribusi berat dari benda berputar yang tidak merata terhadap centerline –nya”,
dengan kata lain bahwa shaft axis dan central principal axis rotor tidak simetris.

Yang disebut dengan central principal axis: adalah garis pendistribution berat
rotor
Pada koreksi balancing yang baik : apabila antara central principal axis dan shaft
axis terletak pada 1 sumbu.dan apabila kedua axis tersebut tidak terletak dalam
satu sumbu maka akan timbul unbalance.

Page(s): 38 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Sumbu putar terletak pada titik tengah shaft, dan titik berat rotor terletak di tengah rotor
Center of mass
Center of rotation

Fig.8.3 . Rotor Balance


Original Center of New Center of mass
mass
Center of
Rotation

Fig.8.4 . Rotor unbalane

8.2.2 Type unbalance

Type unbalance dapat diklasifikasikan sesuai dengan letak central principal axis
dengan axis shaft.
♦ Static unbalance
♦ Couple unbalance
♦ Quasi-static unbalance
♦ Dynamic unbalance

8.2.2.1 Static unbalance

Static unbalance adalah kondisi dimana central principal axis terletak sejajar
dengan shaft axis, static unbalance disebut juga sebagai kinetic unbalance.
Static unbalance dapat diidentifikasi dengan menempatkan suatu benda kerja
secara paralel dengan shaft dan gravitasi bumi tidak menyebabkan berputarnya
rotor kebawah

Page(s): 39 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Fig. 8.5. Static unbalance

Mass Distribution
Axis

Rotational Axis

8.2.2.2 Couple unbalance

Couple unbalance adalah kondisi dimana central principal axis berpotongan


dengan shaft axis pada center gravity rotor.
Couple unbalance tidak dapat diidentifikasi seperti pada static unbalance, couple
unbalance akan tampak pada saat rotor diputar dan akan menunjukan beda phase
1800 antara kedua ujung rotornya.

Fig. 8.6. Couple unbalance

Rotaional Axis

Mass Distribution
Axis

Central principal Axis

8.2.2.3 Quasi-Static unbalance

Hanya sedikit rotor yang betul-betul memiliki kasus unbalance seperti disebut
diatas (static dan couple), normalnya rotor memiliki unbalance gabungan dari
static dan couple, gabungan tersebut disebut dengan Quasi-Static unbalance.
Central principal axis berpotongan dengan shaft axis tetapi tidak pada center
gravity rotor.
Quasi-Static unbalance akan terlihat pada saat rotor diputar dan diidentifikasikan
dengan amplitudo vibrasi dengan beda phase yang tetap, amplitudo vibrasi akan
tampak sangat signifikan antara ujung rotor yang satu dengan yang lainnya
dengan beda phase mendekati 1800.

Page(s): 40 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

8.2.2.4 Dynamic unbalance

Hampir semua kasus vibrasi dari benda berputar yang disebabkan oleh unbalance
memilki karakteristik Dynamic unbalance.
Dynamic unbalance didifinisikan sebagai central principal axisnya tidak
berpotongan dengan shaft axis dan hampir mendekati paralel.
Dynamic unbalance mempunyai beda phase yang hampir sama dan atau
mempunyai beda phase yang mendekati 1800.

Fig. 8.7 . Dynamic unbalance

Mass
Distribution Axis

Rotaional Axis

8.2.2.5 Overhung unbalance

Overhung unbalance terjadi jika rotor ditopang pada ujung shaftnya. Pada kondisi
normal vibrasi axial pada bearing sebelah atas akan berbeda phase dengan
bearing yang terletak dibawahnya. Gaya yang ditimbulkan oleh unbalance akan
menyebabkan bearing bergerak didalam rumahnya.
Seperti terlihat pada ilustrasi dibawah ini, pada saat rotor mendorong bearing
no.1 kearah atas, maka bearing yang no.2 akan terdorong kebalikannya, dengan
demikian kedua bearing akan memiliki beda phase sebesar 180 derajat.

Fig. 8.8. Overhung unbalance

Bearing 1

Bearing 2

Page(s): 41 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

8.2.2.6 Rotor Rigid dan Rotor Flexible.


Difinisi
Natural Frequency: Semua komponen termasuk didalamnya rotor, bearing,
shaft, frame dll, mempunyai “natural frequency”, Natural frequency adalah
frequency yang dibangkitkan oleh setiap material.

Resonance: adalah gabungan dari dua atau lebih dari frequency natural ,
ditimbulkan oleh pengaruh gaya dari luar dengan frequency yang sama besar

Rotor dapat diklasifikasikan sebagai rotor rigid atau flexible tergantung pada
karekteristik dan hubungan nya dengan putaran rotor dengan natural
frequencynya.
Kondisi dimana natural frequency dari part berputar equivalen dengan putarannya
dan jika kondisi tersebut menimbulkan vibrasi , maka kondisi ini disebut sebagai
“resonance”.
Putaran yang menimbulkan kondisi “resonance” disebut sebagai “critical speed”
Critical speed dapat diidentifikasi pada saat benda diputar, mulai pada putaran
tertentu akan terjadi vibrasi dengan amplitudo dengan tendensi naik, dan pada
putaran tertentu amplitudonya mencapai max, kemudian bila putaran mesin
dinaikan amplitudo vibrasinya akan menurun dan menuju steady.
Kondisi dimana diperoleh amplitudo vibrasi max, disebut “critical speed”.

Critical speed dapat dibedakan atas:


1. Rigid rotor
2. Flexible rotor

Rigid Rotor
Rigid rotor adalah kondisi dimana timbul nya resonansi (critical speed)
pertama pada benda berputar yang dapat menimbulkan vibrasi pada benda
tersebut.
Flexible rotor
Adalah kondisi dimana dijumpai timbulnya resonsnsi (critical) kedua yang
menimbulkan vibrasi pada benda tersebut.

Untuk menghindari kerusakan pada rotating parts , biasanya benda diputar antara
30% diatas rigid rotor dan 30% dibawah flexible rotor.
Semua mesin berputar tidak boleh diputar pada area rigid dan flexible rotor.

Rigid
2 Flexible
OPRT

1 2
Fig: 8.8 Critical speed

Page(s): 42 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Figure Flexible Rotor akibat critical speed

Fig. 8.9 Ilustrasi Critical speed

First Critical Speed Second Critical Speed Third Critical Speed

8.3 Analisa Vibrasi


8.3.1. Vibration Unit

Vibrasi dapat diukur dalam :

unit displacement (peak to peak dengan satuan mils atau mm)


unit velocity (zero to peak dalam satuan inches per second atau mm / sec)
unit acceleration (g’s)
acceleration digunakan untuk mengukur dengan frequency tinggi,
displacement untuk low frequency, dan velocity untuk seluruh frequency

Fig. 8. 10. Vibration Charackteristic Fig. 8.11. Arah pengukuran

Page(s): 43 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Arah pengukuran

Pengukuran vibrasi hendaknya dilakukan pada 3 planes (vertical, horizontal, dan


axial) pada kedua sisi rumah bearing (bearing housing) lihat fig. 8.10.

8.3.2 Vibrasi yang disebabkan oleh “Mechanical Unbalance”

Benda berputar yang tidak balance selalu menimbulkan vibrasi, vibrasi yang
disebabkan oleh unbalance dari benda berputar dapat diketahui pada saat
melakukan pengukuran dengan Vibration Analyzer.

Ciri-ciri dari vibrasi yang disebabkan oleh “unbalance”

1. Vibrasi dengan frequency = 1 CPM


2. Amplitudonya berbanding langsung dengan berat unbalance
3. Amplitudo vibrasi yang terjadi terbesar pada posisi “radial” yaitu Horizontal
atau vertical untuk shaft horizontal
4. Terjadi pergeseran phase sebesar 900 pada saat probe pick-up digeser 900

Penyebab terjadinya mechanical unbalance.

Banyak hal yang dapat menimbulkan terjadinya unbalance pada rotor.

1. Terdapat celah atau lubang pada material yang disebabkan pada proses
casting.
2. Eccentricity: terdapat eccentricity pada rotor dan shaft dimana centerline
rotor tidak satu titik dengan centerline shaft.
3. Adanya penambahan Keys dan perubahan Keyways.
Sayangnya tidak ada standarisasi yang mengatur dalam penggunaan key,
ada sebagian pabrik yang memakai key secara penuh, ada yang hanya
separuh, dan bahkan ada yang tidak memakai key sama sekali.
Terjadinya perubahan dimensi pada key dapat mengakibatkan timbulnya
vibrasi.

4. Distortion.
Banyak hal yang dapat menimbulkan distorsi pada shaft dan rotor, salah
satunya adalah karena overheating atau terjadinya over forced

5. Clearance.
Akumulasi tolerance clearance dari dua benda yang di-assembling akan
menimbulkan vibrasi, misalnya: Diameter dalam dari pulley lebih besar dari
outer diameter shaft, dan jika digunakan key shaft atau set screw sebagai
alat pengunci, clearance pada pulley pada saat diputar dapat
mengakibatkan bergesernya titik berat terhadap centerline shaft.

Page(s): 44 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

6. Karat dan keausan.


Banyak mesin yang dioperasikan pada lingkungan yang dapat menimbulkan
korosi dengan tingkat keasaman yang tinggi, vibrasi dapat timbul karena
proses korosi dan ke-ausan yang tidak merata.

7. Polusi
Penyerapan terhadap kontaminasi debu dan kotoran lain yang tidak sama
dan merata dapat pula menimbulkan vibrasi.

Fig.8.12. Penyebab unbalance yang Potensial

Machini

Bent

Key way yang tidak terpasang sesuai dengan standardnya akan menyebabkan
unbalance pada saat rotor diputar. Level vibrasi yang disebabkan oleh unbalance
akan naik sebanding dengan kenaikan putaran.

Page(s): 45 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

8.3.2.1 Vibrasi yang disebabkan oleh Misalignment

Misalignment yang terjadi pada dua shaft dan bearing selalu menimbulkan vibrasi.
Type misalignment antara lain:
Misalignment angular ,misalignment offset dan mislaignment kombinasi antara
angular dan offset
Kondisi yang dapat ditimbulkan oleh misalignment dapat diketahui berdasarkan:
1. Vibration frequency adalah 1 x RPM, 2 x RPM, 3 x RPM
2. Besar amplitudonya = besar misalignment
3. Amplitudo vibrasi pada sisi AXIAL dan Radialnya tinggi
4. Phase yang terjadi tidak stabil

Bahkan misalignment yang disebabkan oleh flexible coupling dapat menimbulkan


vibrasi radial dan axial.
Jika ditemui vibrasi AXIAL sebesar ± 1.5 x Vibrasi Radial maka kita dapat
berasumsi bahwa penyebab dari vibrasi adalah bent shaft.

Berikut adalah gambaran vibrasi yang disebabkan oleh misalignment.


Misalignment yang disebabkan oleh angular misalignment: indikasinya adalah
frequency vibrasi AXIAL nya equivalent dengan RPM shaft.
Misalignment yang disebabkan oleh offset misalignment: frequency vibrasi radial
akan sebesar 2 x RPM shaft.

Vibration yang disebabkan oleh misalignment tidak hanya ditimbulkan oleh


misalignment antar shaft tetapi juga dapat ditimbulakn oleh misalignment bearing
dangan shaft, hal tersebut terjadi bile pemsangan bearing pada shaft tidak betul
(miring).

8.3.2.2 Vibrasi yang disebabkan oleh Eccentricity

Eccentricity dapat pula menimbulkan vibrasi, eccentricity disini yang dimaksud


bukan eccentricity dari “run-out”, tetapi adalah “centre-line dari shaft tidak satu
titik dengan rotornya”.
Eccentricity pada shaft dan rotor biasanya diatasi dengan Dynamic balancing,
tetapi bila terjadi eccentricity antara dua pully ytang digerakkan dengan V-belt,
maka hal tersebut tidak dapat dikoreksi dengan Dynamic balancing.
Vibrasi yang disebabkan oleh eccentricity terjadi pada frequency 1 x RPM.

8.3.2.3 Vibrasi yang disebabkan oleh Mechanical Looseness

Mechanical looseness menimbulkan vibrasi dengan frequency 2 x RPM dan


kelipatan dari putaran shaft.

Page(s): 46 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Vibrasi tersebut mungkin ditimbulkan karena adanya baut-baut mounting yang


kendor, bearing clearance yang terlampau besar, atau terjadi keretakan pada
structure atau pondasi.
Vibrasi yang ditimbulkan oleh mechanical looseness biasanya lebih kecil dibanding
dengan vibrasi yang disebabkan oleh unbalance atau misalignment.

8.3.2.4 Vibrasi yang disebabkan oleh V-Belt

V-Belt type paling populer digunakan sebagai power transmission sebab memliki
kapasitas penyerapan thd vibrasi paling tinggi dan paling ekonomis.
Walaupun demikian V-belt masih dapat menimbulkan vibrasi.
Vibrasi yang ditimbulkan oleh V-belt dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Reaksi belt terhadap gaya dari equipment lain


b. Vibrasi yang betul-betul berasal dari V-belt

Karena pergerakan V-belt di atas Pulley dapat dengan mudah dilihat dan paling
mudah diganti, maka bila penyebabnya adalah V-belt maka v-belt dapat segera
diganti .
Tetapi apabila penyebab vibrasi bukan berasal dari V-belt itu sendiri maka tidak
akan mungkin menghilangkan vibrasi dengan jalan mengganti V-belt.

Terjadinya unbalance, eccentricity pulley, misalignment dan mechanical looseness


dapat menyebabkan seolah-olah sumber vibrasi berasal dari V-belt.
Satu-satunya kunci pemecahan agar kita tidak tertipu dengan tampilan yang semu
apakah V-belt penyebab terjadinya vibrasi atau sumber lain, maka metode yang
paling tepat digunakan adalah dengan analisa vibrasi dan cari frequency
vibrasinya.
Intstrument yang paling baik digunakan adalah yang menggunakan Strobe light,
karena dengan instrument ini kita dapat melihat kondisi belt seolah-olah tidak
berputar sama sekali, pada saat stasioner tersebut catat frequency yang terjadi.

Untuk multi belt penting untuk diperhatikan bahwa, semua belt harus memiliki
tarikan yang sama besar, jika salah satu dari belt mempunyai tarikan yang
berbeda maka belt tersebut akan menyebabkan timbulnya vibrasi.

Cara menentukan frequency belt adalah:

Belt RPM = (3.14 x Dia.pulley x RPM Pulley) / Panjang belt.


Penyebab vibrasi pada belt:
♦ Crack belt
♦ Hard spot
♦ Soft spot
♦ Lumps on the belt face

Page(s): 47 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

♦ Broken
♦ Slippage
♦ Improper belt tension
♦ Overload
♦ Etc.

8.3.2.5 Vibrasi yang disebabkan oleh Gear

Vibrasi yang ditimbulkan oleh gear adalah vibrasi yang paling mudah ditentukan,
sebab pada umumnya vibrasi gear timbul pada frequency jumlah gigi gear x RPM.

8.3.2.6 Vibrasi yang disebabkan oleh Aerodynamic dan gaya Hydroulic

Mesin yang digerakkan atau untuk menggerak udara, air, oli dan gas akan selalu
timbul masalah vibrasi yang disebabkan oleh aerodynamic.
Vibrasi ini dapat diidentifikasi dengan mengukur frequency vibrasi, frequency yang
akan terjadi akan sama dengan perkalian dari jumlah blade dengan RPM shaft
Jika vibrasi aerodynamic atau hydroulic nya besar dan tidak disebabkan oleh
frequency resonansi maka mungkin disebabkan oleh design mesin yang jelek,
atau disebabkan oleh piping atau ductingnya terjadi turbulance.

Recirculation pada pompa pada saat pompa beroperasi dengan kapasitas rendah
atau pada tekanan tinggi, dan pada saat terjadi aliran balik dari discharge ke
impeller maka menimbulkan vibrasi dan noise.

8.3.3 Electrical Vibration

Vibrasi yang disebabkan oleh gangguan electrical disebabkan oleh tidak


balancenya medan listrik yang terjadi pada stator dan atau rotor.

Penyebab vibrasi karena gangguan electrical a.l:

♦ Rotor tidak berputar dengan sempurna


♦ Eccentric armature journal
♦ Rotor dan Stator misaligned, air gap yang ada tidak sama rata
♦ Eliptical diameteer stator
♦ Adanya short antar belitan

Sepintas vibrasi karena gangguan electrical sama dengan unbalance, dengan


frequency 1 x RPM, tetapi vibrasi electrical dapat dideteksi dengan cara
mematikan power suplai, jika pada saat power suplai dimatikan dan vibrasi secara
langsung hilang maka vibrasi disebabkan oleh gangguan electrical.

Page(s): 48 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

8.3.3.1 Electrical unbalance.

Power supply pada mesin listrik berputar akan menghasilkan gaya electromagnetic
antara stator dan rotor, gaya tsb akan mencapai maximum pada saat magnetizing
current pada stator mencapai maximum. Pada setiap cycle tegangan akan
menghasilkan “2 peak” gelombang gaya electromagnetic, dan akan menghasilkan
vibrasi sebesar 2 x frequency power supply .
Gaya electromagnetic yang dibangkitakan didalam stator sangat tergantung dari
perubahan beban mesin itu sendiri

Fig. 8. 13. Electrical unbalance

8.3.3.2 Efek “Eliptical Stator” yang ditimbulkan oleh Fundamental


Flux

Seperti terlihat pada gambar berikut motor dengan 2 pole , akan menimbulkan
gaya electromechanical yang berbentuk elliptical pada stator, pada motor yang
mepunyai pole 4, jarak antar titik elliptical hanya sebesar 450 mekanik atau ½
dari motor 2 pole, dengan demikian motor 4 pole akan menghasilkan vibrasi
dengan frequency yang lebih rendah.

Fig. 8.14 Eleptical stator field

Page(s): 49 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

8.3.3.3 Non-symmetrical Air gap

Vibrasi pada level 2 x line frequency akan naik secara signifikan jika terdapat
unsymmetrical air gap antara stator dan rotor.
Pada kondisi tsb, gaya electro-mechanic terbesar akan terjadi pada sisi yang
memiliki air gap terkecil, dengan demikian gaya electromagnetic akan didorong
pada sisi yang memiliki air gap terkecil.

Besarnya gaya electromagnetic yang terjadi adalah:

F = B 2 / lg Î F : Gaya electromagnetic
B : Flux density didalam air gap
lg : length of air gap

Fig. 8. 15 Uneven air gap

8.3.3.4 Eccentric rotor

Eccentric rotor adalah jika rotor core (Out side rotor core) tidak segaris dengan
journal bearing, akan menghasilkan unsymmetric air gap, dalam kondisi ini gaya
electromagnetic akan menjadi tidak balance dan gaya electromagnetic terbesar
akan terjadi pada air gap yang terkecil.
Unbalance yang terjadi akan berputar pada rotational frequency, dan akan
menimbulkan vibrasi pada 1 x line frequency. Flux yang akan menimbulkan gaya
electromagnetic adalah merupakan flux fundamental yang akan berputar
disekeliing stator pada synchronous speed.

Fig. 8.16 Eccentric rotor

Page(s): 50 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Unbalance tertinggi terjadi pada bagian yang memiliki air gap terkecil ,
berpotongan dengan flux stator yang tertinggi maka akan menghasilkan gaya
maximum, gaya tersebut akan berkurang sejalan dengan makin lebarnya air gap.
Frequency unbalance dalam CPM akan sebanding dengan besarnya slip
putaran (rpm) motor x jumlah pole.

Contoh:
Motor dengan putaran synchron = 1500 RPM pada freq 50 Hz, dengan jumlah pole
= 4, dan putaran nominal rotor 1475 RPM, maka besarnya slip = 1500 Rpm –
1475 Rpm = 25 RPM, maka akan menghasilkan modulasi frequency sebesar : 4 x
25 = 100 RPM

8.3.3.5 Broken Rotor Bar

Jika rotor bar putus atau terbukanya connection bar dengan end ring pada motor
induksi SQ type, maka pada rotor bar tsb tidak akan dialiri arus listrik.
Pada kondisi demikian maka pada rotor bar tsb, tidak akan terbentuk medan
magnit, sehingga akan menimbulkan perbedaan medan magnit antar rotor bar
yang sehat dng yag rusak, karena terdapat beda medan magnit maka pada rotor
bar akan timbul “unbalance electromagnitic”.

Frequency unbalance yang timbul akan sebanding dengan frequency slip x jumlah
pole. Dan akan menimbulkan bising yang tinggi pada mesin.

Fig. 8. 17 Broken rotor bar

Page(s): 51 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

8.4. Vibration Chart table

FREQUENCY AMPLITUDE
CAUSE PHASE ANGLE POWER CUT COMMENTS
OF VIBRATION RESPONSE
2 x can dominate
Misalignment: Primarily 2 x Some 1 during coast-down.
Phase angle can be Drops slowly with
Bearing x Radial High at DE Steady. 2 x is more prevalent
erratic. speed.
and Axial with higher
misalignment
Primarily 1 x Some 2 Parallel causes radial
Misalignment: x Drive 180o out Level drops slowly forces and angular
Steady
Coupling Radial High at DE Phase with NDE. with speed. causes axial.
and Axial Load dependent
1/4x, 1/3x, 1/2x or10- Erratic Full rubs tend to be 10
Rub – Disappears
20x can be seen depending to20x higher Bearing
- Seal/or Erratic suddenly at some
Primarily 2 x Some 1 upon misalignment can give
bearing lower speed.
x. Radial. severity. rub symptoms
1/4x, 1/3x, 1/2x, & 1x
Rotor with slip freq side Erratic High Severe pounding
bands. Radial
Looseness: Bearing seat looseness
2 x, 3 x may be seen Disappear at Some
Bearing (non- Steady. Fluctuates Looseness at bearing
Radial lower speed
rotating) split.
Can exist relative to
type of looseness Droop with speed
Rotor 1-10x with 1, 2, & 3 End plate loose
General core loose Erratic, high Can disappear
Core(rotating) predominant Radial Core ID loose
gives erratic suddenly
symptom.
Pedestals (non-rotating) 1-10x with 2 & 3 predominant Radial & Axial
1&3x Drops with speed.
External Fans Radial & Axial – N/A Fluctuates. Can disappear
OE(fan end) suddenly
NDE & DE in
Rotor has unbalance -
Unbalance 1x rotor speed. phase. Couple
Steady Level drops slowly can be due to thermal
Rotor Radial gives out of phase
problems
condition
1X Radial high at
Couple DE
Unbalance of NDE (fan end). 1X
180o out of phase Steady Level drops slowly.
External Fan Axial with high at fan
with EO
end.
Coupling 1 x Radial & higher Unbalance due to
Steady Level drops slowly
Unbalance on drive end coupling or key
DE runout should give
Bent Shaft 2 x Primarily EO 180o out of higher 2x axial at that
Steady Level drops slowly
Extension 1 x may be seen Axial phase with DE. end. Normal runout on
core - 1-2 mil.
Difference between
Eccentric Air Immediately drops max. and air gap
Strong 120 Hz Radial N/A Steady
Gap min. divided by ave. should
be less than 10%.
Eccentricity limit 1-2
1x Primarily Modulates in
Soft Foot mil.
Some 60 & 120 Hz Unsteady amplitude Immediately drops
Eccentric rotor Slip beat changes with
Radial with slip
speed/load

Page(s): 52 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Frame & bearing Look for relative motion


Loose stator 120 Hz.
brackets in phase Steady Immediately drops of core with respect to
core Axial & radial
at120 Hz housing
Changes
with Heat related.
1x Primary
temperature. Examine rotor stack
Some 120 Hz may be Some drop but high
Rotor bow Time or load for uneven stack
seen Unsteady level would come
(Thermal Bow) related. tightness or looseness.
May have Modulators down with speed
Varies at Shorted Rotor Iron
on 1X & 2X vib Radial
Freq. slip x Check bar looseness
poles

Sparking in the air gap
may be seen.
STRONG Long term variation in
BEAT stator slot frequencies
1x and modulates at
POSSIBLE can be indicator of bar
slip x # poles
Dependent upon - Varies @ problems.
Broken rotor May have high stator
where broken bars Freq Slip x Immediately drops Broken bars cause
bars slot frequencies
are located poles holes in magnetic field
On slower speed
- Amplitude Large current
Motors
increased fluctuations.
with load Current analysis shows
slip frequency side
bands.
1. 1 x vibration will Stator slot freq. will
1 x Possible balance be steady immediately
effect with thermal 2. Stator slot freq. disappear. Excessive looseness
sensitivity Radial will modulate Imbalance effect can cause balance
Loose bars. Steady
Stator slot freq. plus causing a can suddenly problems in high speed
sidebands@ (# fluctuation in phase disappear at some motors
Poles*Slip) angle on overall lower speed.
vibration
Steady and
Interphase 60 & 120 Hz Immediately
N/A possible
fault Radial disappears.
beat.
Steady and
60 Hz & 120 Hz Immediately
Ground fault N/A possible
slot freq. - Radial disappears.
beat.
Steady 120
Unbalanced 120 Hz Hz & Immediately
N/A
Line Voltages Radial Possible disappears.
beat.
Electrical (RPM x # of Rotor Due to modulation
Immediately Increases with
Noise slots)/60 +/-120, 240, overall vibration will Steady
disappears increasing load.
Vibration etc. - Radial fluctuate
1 x RPM or other
Foundation may need
System forcing frequency Varies with load and
Varies Disappears rapidly. stiffening- may involve
Resonance One plane – usually Speed
other factors
Horizontal
Caused by casing or
foundation distortion
Strain 1 x RPM Steady
from attached structure
(piping).

Poorly shaped May disappear at


2x Rotational Usual Erratic May Steady May act like a rub.
Journal lower speed

Page(s): 53 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Oil Film
Approx.
Instability (Oil Unstable Steady
(.43-.48)*rotational
Whirl)
Anti-Friction Various Frequencies
Bearing dependent on bearing Unstable Steady. Four basic frequencies
Problems design
Resonant At forcing Frequency
N/A Steady Drops rapidly May be adjacent parts
Parts or Multiples
Magnification of 120 Hz
120 Hz.
Disappears electrical
Top Cover Fit Radial N/A Steady.
immediately. Top cover rests on
basic core support..

Vibrasi untuk mesin berputar secara umum berdasarkan standard NEMA MG 1-20.53.

C.6.5.1. Induction motor


Ref: NEMA, MG1. Part 20, (1-20.53 and 54) For Induction Motor 100 – 100 000 Hp dengan
putaran 225 to 3600 RPM

C.6.5.2. Synchronous Generator


Ref: NEMA MG1, Part 22, (1-22.54) for Synchronous Generator 1.25 kVA to 75 000 kVA,
Speed : 138 to 3600 Rpm, Voltage: 208 V to 13800 Volt.

C.6.5.3. DC Motor
Ref: NEMA, MG1. Part 23, (1-23.52), Part 24, (1-24.50) for DC Motor 125 – 8000 HP, with
speed 50 to 900 RPM

Page(s): 54 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Maximum amplitude
Synchronous Speed. Rpm
Inches peak to peak
3000 and above 0.001
1500 - 2999 0.002
1000 - 1499 0.0025
999 and below 0.003

Page(s): 55 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

9 Trouble shooting & Correction

9.1 Generator
Beberapa langkah untuk mengatasi persoalan yang terjadi pada a.c. generator
pada saat di running.

9.1.1 Jika Tegangan generator tidak keluar setelah generator di putar


pada nominal speed.

Lakukan langkah berikut:


•Ukur residual voltage generator di terminal UVW, pada saat generator diputar
pada putaran nominalnya, tegangan remanansi setidak-tidaknya akan berkisar
antara 12 s/d 30% dari tegangan nominal. Jika tegangan nominal generator 380
V, maka residual voltage berkisar : 50 s/d 120 volt,

jika residual voltage terlalu rendah, matikan generator lalu check:

• Cek polaritas terminal keluaran Exciter stator


• Cek kabel ke AVR (J1K1 atau F+,F-), apakah terbalik
• Cek 3 phase rectifier exciter

Jika semua bagus, maka lakukan langkah berikut:


Gunakan battery 9 volt, (perhatikan kabel (+) dan (-) dari batery hubungkan
kutub (+) batery pada terminal exciter (J1), dan kutub (-) pada terminal exciter
(J2), dan tahan beberapa detik. Jika dengan cara tersebut tegangan generator
dapat keluar s/d nominalnya, maka penyebab tegangan generator tidak build-up
adalah karena residual voltage terlampau rendah.

Jika generator build-up, dan battery dilepas kemudian tegangan menghilang


kembali, kemungkinan ada gangguan pada winding generator atau pada AVR.

Jika diasumsikan AVR ada kerusakan, maka lakukan langkah berikut:


• Disconnect kabel control sensing U,V,W, J1K1 pada AVR dari terminal stator
dan exciter
• Sediakan variable voltage rectifier 1 phase, yg tegangannya dapat diataur
dari 0 volt s/d kl. 100 vdc
• lakukan langkah seperti menggunakan battery 9 volt
• putar generator pada nominal speed
• Atur tegangan keluaran rectifier, jika dengan cara ini generator dapat
mengeluarkan tegangan dengan stabil, pertahankan tegangan rectifier pada
posisi ini, dan tahan kira-kira 15 menit.

Page(s): 56 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

• Jika keluaran generator tetap stabil, maka dapat disimpulkan bahawa


AVRnya rusak, jika tidak berarti ada gangguan winding
• Periksa winding dengan cara seperti pada Bab Inspection.

9.1.2 Tegangan keluaran generator rendah, setelah generator diputar


pada putaran nominalnya

Jika ditemui kasus seperti ini, yaitu tegengan generator keluar tetapi terlampau
rendah dan tidak dapat mencapai tegangan nominal walaupun sudah dinaikkan
dengan memutar rheostat, kemungkinan disebabkan oleh:
• Ada kesalahan wiring dari trafo sensing (Uh-Vh) ke AVR, sebaiknya wiring
dari exciter, trafo sensing dan main sensing U,V,W ke AVR di cek ulang
• Kemungkinan pada terminasi nya sudah karatan
• Adanya beban yang berlebihan
• Atau adanya kerusakan pada rotating rectifiernya,

Lakukan pemeriksaan seperti pada rectifier.


Spesial pada kasus ini, jika tegangan keluaran generator terlampau tinggi pada
putaran nominal dan tidak dapat diatur dengan menggunakan rheostat, maka
kemungkinan gangguan disebabkan oleh:

• Rheostat rusak, maka cek rheostat dengan cara:


disconnect rheostat dari sistim wiring nya, lalu pergunakan Ohm meter, ukur
titik tengan rheostat dengan salah satu ujungnya, lalu putar rheostat kekiri
habis dan kekanan habis, ohm meter harus menunujukan harga variable dari
0 Ω – 500 atau 250 Ω.

• Jika rheostat bagus, kemungkinan sistim regulator pada AVR rusak.


Pada umumnya tegangan generator dapa diset pada +10% dan -10%, jika
pada external reostatnya dipasang dengan menggunakan rheostat 500 Ω,
tetapi jika dipasang 250 Ω, tegangan keluarannya hanya dapat diatur s/d +/-
5 % dari tegangan nominalnya.

9.1.3. Tegangan keluaran hunting

Jika tegangan keluaran generator hunting , pada putaran nominal, kemungkinan


“voltage stability” setting pada AVR berubah, maka lakukan setting ulang pada
variable resistor yang digunakan untuk setting tsb, biasanya pada blok AVR diberi
tanda dengan tulisan “stability”, putar “r” tersebut kekanan atau kekiri sampai
didapat tegangan stabil.
Jika dengan cara itu tegangan masih tetap hunting, maka kemungkinan ada
kerusakan pada AVR.

Page(s): 57 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

9.1.4. Tegangan keluaran drop pada saat dibebani

Jika pada kondisi tanpa beban dan putaran nominal, tegangan generator baik atau
stabil, kemudian pada saat dibebani tegangan generator drop, kemungkinan
disebabkan oleh:
• Putaran engine atau turbine turun
• Adanya kerusakan pada rotating rectifier, lakukan pemeriksaan rectifier
• Kemungkinan magnetic centerline antara rotor dan stator ada pergeseran,
cek air gap dan posisi ujung core stator terhadap rotor
• Ada kerusakan pada winding rotor, cek winding seperti pada BAB Inspection

9.1.5. Tegangan keluaran hilang setelah build-up

Jika tegangan keluaran generator menghilang setelah build-up, lakukan


pemeriksaan seperti yang dilakukan pada kasus gangguan nomer (1), tegangan
generator tidak keluar.

9.1.6. Daya reactive (kVAR) tidak merata pada saat parallel

Jika beban reactive (kVAR) dari generator tidak terbagi sesuai dengan porsinya
dari masing-masing generator, pada saat generator dikerjakan parallel,
kemungkinan disebabkan oleh:
• Polaritas ( k – l ) dari static drop CT ke AVR terbalik
• Terminal ( k – l ) dari CT yang ada di AVR tertutup (closed), atau masih
dijumper.
• Ada kerusakan pada winding CT

9.1.7. Temperature naik

Pengukuran suhu pada generator biasanya menggunakan ETD / PTC (embedded


thermo detector atau positive thermo detector), yang dikuatkan dengan
menggunakan tranducer.

Mungkin disebabkan oleh:


• suhu ruang yang tinggi melebihi suhu yang direkomendasikan
• gril inlet dan outlet generator kotor, sehingga aliran udara menjadi
terhambat
• ada overload, unequal airgap, short circuit windin reversed field coil,
unbalance load, over speed, dll

9.1.8. Vibrasi
Lihat analisa vibrasi

Page(s): 58 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

9.1.9. Vibrasi pada saat field current on

Kemungkinan penyebabnya adalah adanya kerusakan winding field atau stator


atau pergeseran center line magnetic

9.1.10. Noise

Noise dapat disebabkan oleh:


• noise terjadi pada bearing, mungkin desebabkan oleh kwalitas pelumasan
yang jelek atau kondisi bearing yang memang sudah jelek
• center line couple, atau key shaft yang sudah tidak fit (longgar)
• unbalance rotor
• ada kerusakan laminasi pada core stator
• ada pergesekan centerline antara rotor dengan statator
• airgap yang tidak simetris
• ada short circuit pada field

9.1.11. Tahanan Isolasi Rendah

Lingkungan yang memilki tingkat kontaminasi tinggi baik berupa kontaminasi


karbon, debu, maupun minyak dan udara lembab adalah merupakan faktor yang
sangat dominan merusak winding mesin listrik
Jika dijumpai kasus penurunan tahanan isolasi dan tidak tersedia cukup baking
oven yang memadai, maka langkah-langkah ini dapat digunakan untuk
mengatasinya,a.l:

• Pemanasan winding dengan heater.


• Dry –out dengan circulating current
• Beban Simulasi

Pemanasan winding dengan heater


Jika kondisi lapangan memungkinkan untuk melakukan pemanasan winding
dengan heater maka langkah berikut bisa dilaksanakan (lingkungan yang memiliki
bahaya ledakan tinggi biasanya pemanasan dengan cara ini tidak diizinkan).
Pasang extra heater dengan jumlah dan daya sesuai kebutuhan didalam frame
generator, usahakan lokasi pemasangan heater ditempat yang jauh dari
komponen sensitive, seperti: AVR, rotating rectifier dan usahakan agar heater
tidak menyentuh permukaan winding dan pemasangan heater ditempatkan secara
merata (disekeliling winding).
Nyalakan heater beberapa Jam (antara 6 – 8 jam), sambil dimonitor tahanan
isolasi dari winding setiap jam. Monitor suhu pemanasan jangan sampai suhunya
melebihi kemampuan kelas isolasinya.

Page(s): 59 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Jika nilai Ris dan PI telah memenuhi (terutama untuk mesin bertegangan > 1000
volt. Pemansan dapat dihentikan, nilai tahanan isolasi dan PI lihat BAB
sebelumnya (inspeksi)

dry –out dengan circulating current


Cara pemanasan seperti ini sangat popular, karena sangat effisien dan biasanya
hasilnya sangat memuaskan, ada 2 (dua) cara untuk melakukan dry out
circulating current, a.l:

Ada 1 (dua) cara yang dapat digunakan untuk Dry-out current circulation
generator, yaitu:

• dc current circulating
Prinsip dari pemanasan ini adalah dengan melewatkan arus d.c kedalam winding
stator dengan menggunakan “variable extra power supply” yang mempunyai
tegangan rendah tetapi mempunyai kapasitas arus besar.
Cara dry-out untuk stator dengan 6 kabel keluaran, titik neutral dihubungkan
diterminal (lihat gambar dibawah):
• Disconnect semua control kabel ke AVR
• Hubungkan power cable stator secara seri, seperti pada gambar berikut
• Atur tegangan external power supply, amati arus yang mengalir pada
winding agar tidak melebihi arus nominal generator
• Putar rotor generator secara periodic agar tidak terjadi pemanasan lokal
pada rotor
• Amati suhu winding, dan suhu dijaga agar tidak melampaui nilai kelas
winding, lihat klasifikasi thermal winding
• Lakukan pengeringan dengan sistim ini sampai didapat resistansi isolasi
dicapai, kurang lebih akan memakan waktu 2 – 4 jam
• Dry out pada generator yang memiliki kabel keluaran 6 buah (titik netral
dihubungkan di terminal)
Connect kabel seperti pada gambar dibawah.

A C V a ria b le
P o w e r s u p p ly

R e c tifie r

Fig. 9.1. Dry out dengan ac/dc


circulating pada Gen. 6 kabel
out going
A m p e re m e te r

G e n e ra to r
S ta to r w in d in g

Page(s): 60 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Jika kabel keluaran hanya 4 buah (titik netral di koneksi didalam), semua kabel
keluaran stator (phase U, V, W) kecuali titik netral, dihubungkan parallel, lihat gambar.
Lakukan prosedur seperti diatas (pada generator 6 kabel keluaran).

A C V a r ia b le
P o w e r s u p p ly

Fig. 9.2 Dry out ac/dc R e c tifie r

circulating pada Gen. 4 buah


kabel out going A m p e r e m e te r

• ac current circulating G e n e r a to r
S ta to r w in d in g

Prinsip dari pemanasan ini adalah dengan melewatkan arus a.c kedalam winding
stator dengan menggunakan “variable extra power supply” yang mempunyai
tegangan rendah tetapi mempunyai kapasitas arus besar. Cara dan prosedur
pemanasan seperti pada dc current circulating.
Jika pada ac current circulating akan digunakan maka rotor harus dikeluarkan dari
stator, agar pada saat stator diinjek dengan arus a.c rotor tidak berputar.

3. Beban Simulasi
Seperti pada langkah diatas, disconnect semua kabel control AVR dari stator dan
exciter, lihat gambar selanjutnya.

Lakukan langkah berikut:


• short kabel keluaran generator (phase U, V, W) dengan menggunakan bus
bar atau kabel pada terminal generator
• gunakan short circuit bar sesuai dengan kapasitas arus nominal generator
• gunakan “external variable rectifier” seperti pada poin 2 diatas.
• hubungkan kutub (-) power supply dengan terminal J1 atau (F+) pada
exciter stator, dan kutub (-) dengan J2 atau (F-) pada exciter stator.
• pasang clamp ampere meter pada shorting bar (U, V, W) pada posisi a.c
• putar generator pada nominal speed
• atur tegangan external rectifier power supply, sampai didapat arus yang
mengalir pada winding generator mencapai nilai nominalnya
• tahan posisi external power supply, sampai +/- 2 s/d 4 jam
• turunkan external power supply sampai tidak ada excitasi dan matikan
generator
• ukur R isolasi.

Kelemahan dari metode ini adalah: harus melakukan start – stop pengerak
generator, akan fleksible dilakukan jika penggeraknya menggunakan diesel, tetapi

Page(s): 61 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

akan mengalami kesulitan dan agak mustahil dilakukan jika penggeraknya dengan
turbine yang berkapasitas besar, karena akan menjadi sulit untuk start stop
turbine.
Jika dengan metode tersebut diatas (poin 1 – 3) tidak berhasil atau R isolasi tidak
ada perbaikan, hal itu menunjukkan adanya kerusakan winding.
Set point potentiom eter

Clamp Am p M eter
setting to a.c
Amp
U V W N E
AVR
R3
U /F

R4 s
U Voltage
t CT

V R1

Stability Stator
W S1

Exc. Rotor
R7 G1
Static k
Droop

Varistor
Diode
R6 L R otor

J1 UH1 G2

J2 U H2
K1
Aux Exc. Stator
K1 W H1 winding
J1
K2 W H2
Disconnect
this wiring

Disconnect
G1: M ain Stator / Main Rotor
Var. a.c.
Power supply G2: Exciter Stator / Exc. Rotor

(+)

Fig: 9.3. Simulasi beban


(-)
Rectifier

Untuk dry – out dengan beban simulasi, hubungkan semua kabel seperti pada
gambar diatas.

9.2 Motor
9.2.1 Squirrel cage motor

Î Lihat BAB 7.2.2.3


Mendeteksi kondisi bar rotor pada SQ-motor:
Tempatkan rotor diatas “grawler” lalu grawler di switch-on, tempatkan metal yang
cukup ringan dan tipis diatas setiap slot rotor sq-motor. Jika:

Plat menempel / vibrasi pada permukaan core diatas slot rotor maka, kondisi bar
rotor baik, tetapi sebaliknya jika plat tidak bergetar / tidak menempel maka
kondisi bar mungkin rusak, kerusakan pada bar rotor dapat berupa:

• kemungkinan retak atau putus ditengah


• putus pada sisi end ring

Page(s): 62 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Berikut adalah beberapa analisa kerusakan pada stator winding.

Fig. 9.4 Single pahsing Y connection


Dua phase winding terbakar total dan
satu phase yang tersisa terlihat baik, ini
disebabkan oleh kenaikan arus yang
signifikan pada kedua phase tersebut.
Kenaikan arus dapat disebabkan oleh:
™ Short antar kedua phase
™ Short antar coil yang berbeda
phase didalam 1 slot

Fig. 9.5. Single phasing ∆ connection

Satu phase terbakar total disebabkan


oleh kenaikan arus pada salah satu
phase. Kenaikan arus disebabkan
oleh:
™ Short phase to ground
™ Short coil dalam satu phase

Fig. 9.6. Short phase to phase

Winding terbakar pada coil yang


berdekatan dari coil yang berbeda
phase, umumnya disebabkan oleh:
™ Turunnya mutu isolasi karena
umur
™ Kontaminasi
™ Vibrasi pada coil

Fig. 9.7. Short turn to turn

Winding terbakar pada turn coil,


pada umumnya disebabkan oleh:

™ Buruknya isolasi antar turn


™ Turunnya mutu isolasi lapisan
isolasi kawat

Page(s): 63 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Fig. 9.8. Partially shorted coil

Winding yang terbakar nampak seperti


pada gejala short satu phase, hanya saja
pada gangguan ini coil yang mengalami
kerusakan terjadi pada 1 coil yang
memiliki phase yang sama, umumnya
disebabkan oleh:
™ Winding yang tidak duduk dengan
baik di dalam slot (longgar)
™ Putusnya sekring 1 phase

Fig. 9.9. Earth fault at slot edge

Pada umunya bagian yang terbakar


terletak pada bagian ujung slot,
disebabkan oleh :
Lemahnya kertas isolasi dan
longgarnya winding didalam slot,
sehingga menyebabkan kegagalan
isolasi akibat gesekan antara winding
dengan dinding slot

Fig. 9.10. Earth fault in slot

Pada umunya bagian yang terbakar


terletak didalam slot, disebabkan
oleh :
Turunnya mutu kertas isolasi
biasanya disebabkan oleh pengaruh
luar (masuknya benda asing, seperti:
Debu, minyak, grease, dll)

Fig. 9.11. Connection short circuit

Type gangguan biasanya terletak di


sisi connection, umumnya
disebabkan oleh:
™ Poor welding connection
™ Pooer insulation at end winding
™ Vibration (movement)

Page(s): 64 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Fig. 9. 12 Asymmetry damage


Kerusakannya mirip akibat gangguan
short circuit 1 phase, umumnya
disebabkan oleh:
™ Unbalance voltage supply
™ Single phase load
™ High resistance yang
dikoneksikan kerangkaian
power supply

Fig. 9.13 Overload damage

Winding terbakar total umumnya


disebabkan oleh:
™ Overload
™ Poor operation technique
™ Inadequate overload protection

Fig. 9.14 Locked Rotor damaged

Kerusakannya mirip dengan


overload, umumnya disebabkan
oleh:
™ Overheating yang timbul karena
kerusakan shorting ring,
sehingga menyebabkan gagal
start
™ Kegagalan alat start
™ Too high setting Overload relay

9.2.2 DC. Motor

Î lihat BAB 7.2.2.2 dan 7.1.10, 7.1.11

Masalah yang paling sering ditemui dalam mesin dc adalah : sparking yang timbul
di antara carbon brush dengan commutator.

Page(s): 65 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

9.2.2.1 Sparking
Banyak hal yang dapat menimbulkan sparking. a.l:
• unbalance winding
• unsymmetrical air gap
• poor contact on the carbon brush surface
• un match carbon grade
• carbon mis alignment
• mis pressure carbon spring
• commutator oval
• wrong direct axis field to armature

Berikut adalah cara mengatasi beberapa kasus untuk menghilangkan sparking

Unbalance winding:
Check winding armature, field winding, interpole dan series winding dengan
menggunakan metode seperti yang sudah diterangkan sebelumnya, lihat
inspection.

Asymmetrical air-gap :
Check air gap dengan menggunakan filler gauge, gangguan ini sering terjadi pada
mesin yang menggunakan single bearing

Asymmetrical magnetic center :


Check magnetic centre core stator thd. Rotor, jika terdapat selisih magnetic center
mungkin disebabkan dudukan bearing yang berubah, panjang core stator – rotor
harus sama dan end core rotor harus tepat berada pada end core rotor.

Poor contact carbon brush to commutator :


Kasus ini sering terjadi jika ada penggantian carbon brush dan permukaan carbon
tidak di bentuk sesuai dengan lingkaran commutator

Wrong carbon grade :


Kasus ini sering terjadi jika ada penggantian carbon brush, merek dan type carbon
yang digunakan tidak sama dengan asli.
Grade yang terlalu tinggi akan menyebabkan over heating pada commutator dan
grade yang terlalu rendah akan banyak menghasilkan sisa carbon pada
commutator

Carbon brush mis alignment :


Kesalahan sudut kemiringan brush akan menyebabkan pergeseran direct axis,
dapat mengakibatkan timbulnya beda potensial antar carbon

Wrong pressure carbon spring :


Efek atas kesalahan presure ini akan menyerupai kesalahan grade carbon brush.
Jika terdapat perubahan warna yang menyolok, menunjukkan adanya

Page(s): 66 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

overheating, tekanan pada brush spring normalnya 1.75 s/d 2.25 psi per luasan
brush, actual pressure hendaknya mengacu pada rekomendasi pabrik

Commutator oval :
Akan menimbulkan tekanan pada carbon ke commuatator tidak sama dan
akibatnya contact carbon akan menjadi tidak sempurna, untuk mengatasinya
sebaiknya setiap overhaul atau secara reguler commutator di machining ulang dan
di skim
Defleksi maximum collector ring / commmutator tergantung dari putaran
mesin.
Putaran mesin s/d 3600 RPM = 1 s/d 2 mills, untuk putaran yang lebih
rendah defleksinya lebih besar, tetapi nilai yang direkomendasikan = 2
mills

Direct axis bergeser :


Jika direct axis antara field winding dan armature tidak dalam satu sumbu, maka
akan timbul beda potensial antar pole winding, ini akan menyebabkan percikan
bunga api di carbon brush yang diakibatkan oleh flux density di permukaan pole
field ( kutub U-S) tidak identik.

Î lihat BAB 7.1.10 dan 7.1.11

Pada umumnya commutator selalu dipolish ulang agar lingkaran


commutator tetap bulat dan slot segment commutator di skim ulang.
Lihat rewinding rotor pada BAB selanjutnya

Page(s): 67 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

9.2.2.2 Carbon Brush Face Analysis

Fig: 9.16 Dense, shinig Slight porous sliding face Fig.9.17 Good Comm

Contoh operasi mesin dc yang baik, Permukaan “carbon brush” nampak licin dan
mengkilat, kondisi permukaan commutator silahkan lihat fig: 9.17

Fig:9.19 Hairlinining
and grove

Disebabkan oleh:
- Low current
density of carbon
brush (incorrect
grade)
- Atmospheric
contamination
(dust, oil, grease)
- Wrong brush
pressure

Fig: 9.20 Broken Edges

Disebabkan oleh:
- Commutator oval
- Fault armature
winding
- Segment short
circuit

Page(s): 68 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Fig: 9.21 Trailing Edges


Disebabkan oleh:
- Poor commutation
- Shifting neautral Axis
- Fault Interpole Winding
- Short inter segment
- Incorrect spring
pressure

Fig: 9.22 Copper Nest


Disebabkan oleh:
- Excessive friction
- Incorrect brush
pressure
- Fault Interpole Winding
- Incorrect grade
- Softened bar

Fig: 9.23 Eroded brush face

Permukaan Carbon brush tampak


terkikis tidak merata dan
permukaannya kasar, disebabkan
oleh:
- Overload
- Poor brush contact
- Low spring pressure

Fig: 9.24 Double facing

Disebabkan oleh:
- Posisi brush tidak stabil akibat
rumah brush (brush holder)
longgar.

Page(s): 69 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Fig: 9.25 Starry Commutator

Disebabkan oleh:
- Current density yang tidak stabil
akibat dari brush spring yang terlalu
lemah

- Grade yang tidak cocok

Fig: 9.26 Even slot bar marking

Disebabkan oleh:
- Fault winding
- Wrong carbon grade

9.2.2.3 Spring Pressure

Application Spring Pressure


Pounds /
On Commutator brushes Grams/cm2
Inch2
1. Industruial DC Motors and generators:
- Surface speed below 25 M / s 220 - 300 3.0 – 4.0
- Surface speed ≥ 25 m/s 300 – 440 4.0 – 6.0
2. Fractional Horse Power 300 – 500 4.0 – 7.0
3. Traction Motors 430 – 720 6.0 – 10.0
4. AC Commutator motor 200 – 250 2.75 – 3.5
5. Slip ring brushes
- Induction wound rotor motor 180 – 250 2.5 – 3.5
- Alternator excitation rings 220 – 250 3.0 – 3.5
- Power generation (high speed) 160 – 200 2.25 – 2.75

Page(s): 70 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

9.3 Unbalance Correction


Seperti apa yang telah diterangkan sebelumnya pada BAB 8 Vibration, bahwa
vibrasi dapat disebabkan oleh factor mechanic dan electric.
Vibrasi hanya dapat dikoreksi dengan metode yang sesuai dengan sumber /
penyebabnya, misalnya: vibrasi yang disebabkan oleh factor electric tidak dapat
dilakukan dengan perbaikan mechanic seperti, perbaikan alignment, dynamic
balancing dll, demikian sebaliknya.

Unbalance secara umum didifiniskan sebagai:


Distribusi berat dari suatu benda berputar yang tidak merata terhadap “CENTER
LINE” atau dengan kata lain:Bahwa “SHAFT AXIS DAN CENTRAL PRINCIPAL
AXIS ROTOR” tidak simetris

Salah satu penyebab yang paling banyak dijumpai dilapangan dari sumber vibrasi
selain mis-alignment adalah, “unbalance rotor” .

Ciri-ciri unbalance yang disebabkan oleh unbalance rotor, adalah:

™ Vibrasi timbul pada frequency 1 x CPM


™ Arah vibrasi radial
™ Phase / sudut vibrasi pada sisi NDE dan DE searah (sephase)
™ Amplutodo vibrasi stabil
™ Jika power dimatikan maka vibrasi akan mengilang secara perlahan
Kasus unbalance rotor dapat ditimbulkan pula oleh pemanasan lebih pada benda
putar yang pemanasannya tidak merata.

Cara koreksi yang disebabkan oleh “unbalance rotor” adalah dengan cara
melakukan “dynamic balancing”.
Secara teoritis balancing harus dapat mengembalikan “central principal axis (axis
titik berat benda berputar) terletak satu sumbu dengan sumbu putar, tetapi dalam
kenyataannya yang disebabkan oleh batas ketelitian mesin, penempatan counter
weight dan letak titik berat benda yang tidak diketahui menyebabkan koreksi yang
dilakukan dengan dynamic balancing tidak dapat membuat principal axis benar-
benar dalam satu sumbu dengan sumbu putarnya.

Walaupun demikian koreksi dengan menggunakan dynamic balancing dapat


“meminimize” unbalance yang terjadi.

Standarisasi yang digunakan untuk melakukan dynamic balancing adalah:


1. ISO 1940
2. API 616 atau 611

Page(s): 71 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Jika suatu benda berputar (rotor) ditambahkan benda pada permukaan rotor
dengan berat (“x – gram”) dan diletakkan pada jarak (“R – mm”) dari sumbu
putarnya, maka pada saat rotor tersebut diputar, benda yang ditempatkan pada
rotor itu akan menimbulkan gaya centrifugal sebesar:

F = 0.01 X W X R X (RPM/1000)2
F = Kg, W = Unbalance weight in gram
R = radius in mm,

Residual Unbalance yang masih diizinkan pada benda berputar sangat tergantung
pada:
Berat benda berputar (Kg)
Actual speed (RPM)
Diameter (mm)

Jika koreksi unbalance menggunakan standard ISO 1940, maka residual


unbalance per plane (journal) ditentukan dengan formula sbb:

Ub ×W
ReU =
2R
ReU = Final unbalance in grams
Ub = Residual unbalance in gr-mm/kg
R = Jari-jari benda berputar dalam mm
W = Berat rotor dalam kg

Jika koreksi unbalance menggunakan standard API 616 atau 611, maka residual
unbalance per plane (journal) ditentukan dengan formula sbb:

U max =(4 x W )/ N

U max : Residual unbalance max (once-inches or gram – mm)


W : Journal Static Weight Load (Lb or Kg)
N : Max Continuous Speed (RPM)

Jika berat statik aktual tidak diketahui disetiap journal maka, berat rotor
keseluruhan dibagi 2 plane dengan sama besar.

Page(s): 72 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

9.3.1 Balance Quality ISO 1940

Balance Quality Menurut Standard ISO 1940


™ G100
Crankshaft fast diesel engine (piston velocity > 9 m/s) 6 or more cylinders
™ G40 Car wheels, crankshaft (car / truck / locomotive)
™ G 16
Propelller shaft, garden shaft, parts crushing machine, parts agricultural
machine, individual component of engine (gasline or diesel) for car, truck,
locomotive
™ G 6.3
Normal Electrical Armature (small, medium large electric armature), marine
main turbine gear, centrifuge drum, paper machinery rolls, print rolls, fan,
flywheel, pump impeller
™ G 2.5
Gas and steam turbine, incl. marine main turbine, rigid turbo generator
rotor, turbo compressor, machine tool drive, medium and large electric
armature with special requirement, turbo drive pump.
™ G 1.0
Precision Balancing Î Tape recorder and phonograph, grinding machine,
small electric armature with special requirment
™ G 0.4
High Precision Balancing Î Spindle, disk, armature of precision grinder,
Gyroscope

Perhitungan residual unbalance yang masih diizinkan pada setiap plane (journal)
benda berputar dengan menggunakan Standard ISO. 1940

Contoh:
Berat rotor = 100 Kg
Diameter rotor = 500 mm
Putaran actual rotor = 1500 RPM
Berapa residual unbalance yg diizinkan

Jika rotor dikategorikan sebagai mesin dengan grade 6.3 ISO 1940, Ub
berdasarkan ISO 1940 untuk putaran 1500 RPM, adalah = 31.5 gr-mm / kg
(lihat grafik).

31 .5( gr − mm / kg ) × 100 kg
ReU = = 6.3 gr
500 mm
Residual unbalance yang masih di izinkan pada setiap plane (journal), untuk rotor
dengan berat 100 kg, diameter 500 mm, dan putaran 1500 RPM, sesuai dengan
standard ISO 1940. grade 6.3, adalah: 6.3 gram

Page(s): 73 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Maximum permissible residual unbalance ISO 1940 / 1 - 1986

9.3.2 Balance Quality API 616

Ruang lingkup Standard API 616,


Digunakan untuk “refinery services gas turbine”, salah satunya adalah untuk
verifikasi dan analisa vibrasi dan balancing.

9.3.2.1 Aplikasi balancing dengan standard API 616

™ Shaft
™ Piringan (disk)
™ Drums
™ Komponen “blade” yang terpasang pada shaft
™ Rotor

Jika sebuah shaft akan dilakukan dynamic balancing secara individu, dan jika shaft
tersebut menggunakan “single key way” maka key shaft harus dipasang penuh
sesuai ukuran lubang key shaft (tidak boleh menonjol dan tidak boleh kurang).

Page(s): 74 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Dan jika shaft memliki lebih dari 1 key shaft dan posisinya tidak berlawanan 180 0
maka seluruh key shaft harus dipasang dengan sempurna, lihat illustrasi
pemasangan key shaft berikut.

Fig. 9.27 Illustrasi Key shaft

9.3.2.2 Prosedure

¾ Rotating part harus dibalancing pada multi plane


¾ Maximum residual unbalance per plane harus dikalkulasi dengan persamaan
seperti yang telah disebutkan sebelumnya (lihat bab. 9.3)
¾ Jika mesin balancing telah menunjukkan residual unbalance sesuai dengan
toleransinya, maka residual unbalance pada rotor harus dicek sebelum rotor
diturunkan dari mesin balancing
¾ Residual unbalance cek harus dilakukan pada setiap plane dengan
menggunakan “trial weight” seberat 1 atau 2 kali residual unbalance yang
diizinkan
¾ Residual unbalance cek harus dilakukan pada 6 atau 12 posisi dari setiap
plane dengan radius sama besar dengan “correction plane”

Contoh:

Berat rotor = 100 Kg


Diameter rotor = 500 mm
Putaran actual rotor = 1500 RPM
Berapa residual unbalance yg diizinkan menurut standard API 616

Di asumsikan balancing speed = 600 RPM


Maximum speed rotor (actual speed) = 1500 RPM

Umax = Maximum Allowable Residual Unbalance


Umax = 4xW/N
= 4 x 100 / 1500
= 0.26 gram - mm

Jika “correction weight” akan ditempatkan pada 200 mm dari sumbu

R = 200 mm

Page(s): 75 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Trial unbalance ( 2 x Umax )


= 2 x 0.26 gr-mm
= 0.52 gr - mm

Trial unbalance weight = Trial unbalance / R


= 0.52 gr-mm / 200 mm
= 0.0026 gram

Test Data
Position Amplitudo Phase angle
1 10 250
2 20 270
3 15 330
4 8 15
5 5 120
6 12 215

Graphic Analysis

Step 1 Buat plot dari data test pada polar chart yang sudah
disediakan, buat skala terbesar dan terkecil dari hasil test dihitung
rata2 dari pengurangan amplitude terbesar dng terkecil.
Amplitudo terbesar = 18
Amplitudo terkecil =5
Amplitudo rata-rata = (18-5)/2 = 6.5
Buat sketsa data test kedalam lingkaran plot sesuai dengan besar
amplitude dan sudutnya.

Step 2 Sket lingkaran (lingkaran dibuat sebulat mungkin) pada polar chart,
dimulai dari “amplitude terbesar” menuju 5 titik amplitude yang lain.

Step 3 Ukur diameter lingkaran kedalam satuan skala yang diperoleh dari
sket lingkaran pada step 2 (tarik garis lurus kearah horizontal, dari
amplitude terbesar melalui titik pusat lingkaran plot menuju garis
lingkaran yang arahnya berlawanan dng. Titik amplitude terbesar)Î
lihat sket

Step 4 Catat trial unbalance dari data diatas


Step 5 Trial unbalance pada step 4 kalikan 2
Step 6 Hasil pada step 5 di bagi hasil step 3

Page(s): 76 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Fig. 9.28 API 616 Polar Chart

Skala polar
chart

40
20
30
10 23 unit skala

Amplitudo
terbesar = 20
pada 250o

Step 3 : Circle diameter = 23 unit skala


Step 4 : Trial unbalance (2xUmax) = 0.52 gr - mm
Step 5 : Trial unbalance x 2 = 1.4 gr – mm
Step 6 : Hasil 5 di bagi hasil step 3 = 0.061 Scale factor

Actual residual unbalance dihitung, dari hasil step 1 x hasil step 6

Actual residual = 6.5 x 0.061 = 0.397 gram

Page(s): 77 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

9.3.2.3 Applikasi dynamic balancing

Koreksi balancing dengan standard ISO 1940 G. 2.5 dan 6.3


Fig.9.29 Balancing Application

Roll Impeller

Rotor Compressor Electric Rotor

Koreksi balancing dengan standard API 616

Rotor Turbine Multi stage pump

Page(s): 78 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

9.4 Winding Correction

9.4.1 Rewinding Mesin LV / MV

9.4.1.1 Rewinding Stator


Langkah 1. persiapan rewinding LV

• Check connection winding dan gambar connection


• Hitung jumlah group winding
• Ukur dimensi over hang pada sisi DS / NDS dan panjang winding pada core
stator
• Hitung pitch coil
• Potong winding pada sisi end connection
• Hitung jumlah turn per coil
• Ukur dimensi (diameter) kawat yang digunakan jika kawat yang digunakan
dari jenis “round wire”, dan ukur P x L jika kawat yang digunakan kawat
persegi
• Cabut semua coil lama
• Timbang berat coil lama untuk memperhitungkan jumlah kawat yang akan di
pakai

Fig. 9.30 LV Winding


preparation

Pada mesin MV dan HV normalnya menggunakan coil dengan kawat persegi


(rectangular wire), ketepatan dimensi coil sangat (tebal, lebar, tinggi dan panjang
coil) diperlukan agar coil dengan mudah dimasukkan ke dalam slot dan dapat
duduk dengan pas dan kencang (tidak longgar).
Informasi yang sangat diperlukan dalam pembuatan coil untuk mesin MV dan HV
adalah:
• Connection winding
• Winding turn
• Pitch coil
• Slot dimension (W, H, D)
• Overhang dimension
• Wedges dimension
Untuk selanjutnya silahkan lihat Annex 1: “Stator Coil Data Sheet”

Page(s): 79 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Langkah 2, Cleaning core

• Bersihkan core dari bekas isolasi hingga bersih


• Test core dengan “ring flux test”
• Jika ditemukan adanya kenaikan suhu pada saat di test dengan ring flux,
perbaiki core hingga tidak ada kenaikan suhu yang ektrim, standarisasi suhu
core lihat di BAB inspection (Standard VDE 0530, lihat hal 12)
• Cuci core dengan steam water jet hingga semua kotoran bersih
• Masukkan core ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 1000 C
• Keluarkan core dari oven dan lapisi core dengan “insulation painting” dengan
cara spraying

Fig. 9.31 Core inspection

Langkah 3. Persiapan Rewinding

• Buat lapisan isolasi kertas untuk slot, intermediate slot, fiiler, overhang dan
wedges
• buat coil winding sesuai dengan data sebelumnya, yaitu: dimensi kawat,
jumlah turn per group, jumlah group
• masukkan semua kertas isolasi untuk dasar slot
• masukkan semua coil winding dan intermediat isolasi, filler dan wedges
• test coil sebelum di koneksi antar coilnya, test pada phase ini meliputi:
9 test isolasi
9 test Rdc
9 test surge

Fig: 9. 32 Re-Winding

Page(s): 80 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Langkah 4, Connection:

• Gabungkan semua coil yang akan dijoint dan ikat dengan kawat email
dengan baik, rapikan ujung-ujung coil
• Koneksi coil dengan menggunakan silver welding
• Jika welding connection sudah selesai, test hasil connection seperti test
sebelumnya, termasuk test polarity
• Rapikan end connection welding dan bungkus dengan insulation tape a.l.
kapton, mica tape, dan glass tape
• Rapikan end winding connection dan ikat dengan menggunakan bending rope
pada overhang winding dan tambahkan blocking coil jika diperlukan, lakukan
juga pada sisi DS
• Sekali lagi test Insulation resistance

Langkah 5. Varnishing
Sistim ini sangat menentukan life time dari mesin disamping penggunaan material
isolasi nya, untuk varnish pergunakan varnish sesuai dengan thermal class dari
mesin, normalnya 1 tingkat lebih tinggi dari sistim thermal class dari mesin
Metode yang digunakan untuk varnishing ada 2 macam, yaitu:
1. Metode double dipping (dua kali celup)
2. Metode Vacuum Pressure Impregnation (VPI)

Varnishing double dipping


1. Masukkan winding kedalam oven dan set oven s/d 1000C selama 2 jam.
2. Keluarkan winding dari oven diamkan sejenak +/- 10 menit.
3. Masukkan ke dalam tangki varnish dengan posisi vertikal, celup winding
hingga semua winding terbenam didalam varnish.
4. Biarkan beberapa saat sampai semua gelembung udara yang timbul dari
celah-celah winding hilang sama sekali.
5. Angkat winding dari tangki dan biarkan agar varnish menetes hingga
tetesannya tidak banyak
6. Masukkan kembali winding ke dalam oven, set suhu oven pada 1500C (jika
winding memilki thermal class F) diamkan selama 4 jam.
7. Keluarkan winding dan diamkan sejenak diluar oven dan kembali lakukan
varnishing seperti langkah sebelumnya (langkah 2-7)
8. Kelurkan dari oven dan lapisi winding dengan Insulation painting dengan cara
spraying
9. Bersihkan semua kotoran varnish yang menempel pada bagian-bagian yang
tidak perlu, misal: pada frame, pada permukaan slot
10. Setelah winding dingin, lakukan test ulang seperti test sebelumnya dan test
Hi-Pot, (standarisasi test Hi-Pot lihat BAB 7.1.7)
11. Stator winding siap untuk assembling

Page(s): 81 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Fig.9.33. Double dipping varnish

Dip - Varnish Specification.


Brand : Schenectady
Type : ISONEL 885
Composition : Modified polyester
Thinner : Xylol
Viscosity @ 250C : 250-375
Thermal class : H (1800C)
Dielectric strength : Dry 4700 V
Volt / 25 micron Wet 4118 V
Curing cycle : 1 - 4 hours
@105-1650C
Bond Strength : at 250C, 22.2 Kg
at 1500, 4.9 Kg

Varnishing dengan metode VPI

1. Lakukan pre heating seperti pada langkah awal pada double dipping
2. Persipkan VPI tank
3. Masukkan Stator winding pada VPI tank, pompa VPI sampai tekanan +/- (-1
s/d -2 atm)
4. Biarkan kira-kira selama 20 menit
5. Angkat stator winding dari VPI dan panaskan dalam oven, set temperature
pada 1500C selam 8 jam
6. Kelurkan dari oven dan smprotkan lapisan insulation painting, setelah dingin
lakuakn test seperti pada double dipping, stator siap di assembling

VPI - Varnish Specification.


Brand : Schenectady
Type : ISONEL 772MA
Composition : unsaturated
polyester
Thinner :N/A
Viscosity @ 250C : 50 – 70
Thermal class : H (1800C)
Dielectric strength : Dry 3190 V
Volt / 25 micron Wet 1930 V
Curing cycle : ¼ - ¾ hours
@105-1750C

Fig.9.34 VPI

Page(s): 82 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Langkah 6. Perbaikan Rotor dan perlengkapan motor sebelum di


Assembling

Jika rotor dari stator yang sedang diperbaiki adalah merupakan wound rotor,
sebaiknya rotor juga dilakukan perbaikan isolasi / “revarnishing” dan cleaning.
Revarnishing pada wound rotor dilakukan seperti pada stator, cukup dengan
double dipping varnishing, lakukan prosedure varnishing seperti sebelumnya

Resizing journal bearing


Jika hasil inspection menunjukkan adanya toleransi minus dari standarisasi yang
ada pada journal bearing (berlaku untuk semua tipe rotor), sebelum rotor di
assembling, sebaiknya journal diperbaiki agar bering dengan fit terpasang pada
journal.

Cara perbaikan journal dapat dilakukan dengan beberapa cara:


1. Metal spray (untuk bearing dengan type non sleeve)
2. Metal Powder coating
3. Cold welding dan roll welding untuk bearing type sleeve

Metode metal spray:


1. Under cut bagian yang akan di spray dibentuk seperti ulir dengan kedalaman
kira-kira 1-2 mm
2. Panaskan bagian yang akan diperbaiki dengan accythelin cara memutarnya
diatas mesin bubut agar panas yang terjadi dapat merata
3. Lapisi bagian yang berdekatan dengan bagian yang dipanasi dengan bahan
anti panas, agar panasnya tidak menjalar pada bagian tsb
4. Putar rotor dengan putaran konstan, lalu semprotkan metal cair (umumnya
menggunakan Molibdenium 60) pada bagian yang akan diperbaiki
5. Dinginkan rotor dengan tetap memutarnya
6. Machining dan Polish bagian yang diperbaiki hingga dicapai dimensi yang
dikehendaki

Fig. 9.35. Metal Spray on bearing journal

Page(s): 83 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Resizing bearing housing


Jika bearing housing sudah out-tolerance, sebaiknya bearing housing di perbaiki
sebelum housing diassembling, agar bearing tidak bergerak didalam housing.
Metode yang paling umum dipakai adalah dengan cara re-bushing,

Dynamic balancing
Idealnya jika pendistribusian berat di dalam komponen benda yang berputar
didistribusikan secara merata, maka kasus unbalance rotor tidak ada, tetapi dalam
kenyataan lapangan tidak lah demikian karena disebabkan oleh banyak faktor, a.l:
1. Mutu casting pada metal
2. Penambahan baut di banyak tempat dengan berat dan sudut yang tidak
sama dan merata
3. Penambahan varnish dan benda lain pada rotor
4. dll

Seperti apa yang telah diterangkan pada balancing concept (lihat pada BAB
sebelumnya tentang Vibration), semua benda berputar termasuk kompenen yang
menempel padanya harus di balancing.

Langkah 7. Assembly
Dalam melakukan assembly stator dan rotor berikut komponennya gunakan
peralatan yang sesuai. Pada saat memasukkan rotor ke dalam stator lakukan
dengan hati-hati agar rotor tidak menyentuh permukaan core / winding stator.
Dan perhatikan ujung magnetic core rotor agar duduk tepat dengan ujung
core stator

Posisi end core rotor tegak lurus thd


end core stator
Fig.9.36 Assembly Stator-Rotor

Pemasangan non sleeve bearing, pergunakan peralatan yang baik agar pada
waktu pemansan bearing, panas yang timbul dapat menyebar secara merata
diseluruh permukaan bearing, karena bearing adalah komponen yang sangat peka
terhadap thermal stress.
Pada waktu memasukkan bearing ke shaft jangan sekali-kali di pukul dengan
benda keras karena akan merusak bearing.

Page(s): 84 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Fig.9.37. Pemasangan Bearing dengan bearing heater

Langkah 9. Running Test


Prosedur terakir adalah running test, jika memungkinkan dilakukan lakukan test
running berbeban, pada test ini dapat digunakan untuk melihat performance
motor sesuai aslinya.

Fig.9.38 Running Test

9.4.1.2 Rewinding Wound Rotor

Wound rotor mesin listrik a.l


- Rotor Motor Slipring
- Rotor Generator (AC / DC)
- Rotor Motor DC

Untuk proses proquirement dan manufacture silahkan lihat “Data sheet rotor
winding annex. 2”

Page(s): 85 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Prosedur Rewinding Wound Rotor

Prosedure rewinding sama dengan rewinding stator LV/MV, Berikut adalah langkah
–langkah rewinding Rotor Motor Slipring atau Motor DC:

1. Buka bending rotor


2. Lepas connection ke slipring
3. Lepas connection winding dan data connection
4. Cabut semua wedges, dan lepas winding dari slot, data winding seperti pada
prosedure sebelumnya.
5. Laukan prosedure selanjutnya sampai pada proses winding.
6. Ikat winding dengan baik dan pasang wedges
7. Lakukan koneksi winding dengan welding atau solder,
- Jika winding slipring menggunakan “round wire” koneksi winding bisa
menggunakan solder atau acetylene-silver welding
- Jika winding dc rotor menggunakan “round wire” koneksi winding ke
commutator dapat menggunakan solder-timah, perhatikan posisi rotor
diletakkan mendatar dengan posisi commutator lebih rendah dari sisi DS
- Jika winding pada rotor (slipring / dc), koneksi harus menggunakan silver
welding atau Spot welding
8. Lakukan preheating untuk proses re-bending (preheating dilakukan k.l 1 jam
pada suhu 75oC, kemudian bending pada kedua sisi end winding.
9. Lanjutkan dengan prosedure varnish dan oven
10. Finishing rotor dengan ISONNEL 300
11. Machining slipring dan commutator (khusus untuk slipring dan dc rotor)
12. Skimming commutator slot dengan kedalaman 2-6 mm (tergantung dimensi
commutator) dengan sudut slot 45o
13. Assembly semua rotational part pada rotor untuk dibalancing

Fig.9.39 Rewinding Slipring motor, Cylindrical pole rotor generator dan DC Rotor

Page(s): 86 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Fig. 9.40. Re bending rotor winding

Skimming Commutator

Rewinding Salient Pole Rotor Generator

1. Fixed type rotor core


Connection pada rotor generator selalu dihubungkan seri, langkah – langkah
untuk rewinding rotor:

Langkah 1. Melepas winding lama

1. Potong semua koneksi


2. Lepas semua V-Block
3. Lepas winding dari rotor core
4. Data jumlah layer dan hitung jumlah turn dari setiap-layer winding
5. Catat dimensi kawat yang digunakan, pada umumnya winding rotor
menggunakan kawat persegi

Page(s): 87 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Langkah 2. Cleaning core

1. Bersihkan core dari sisa – sisa winding insulation dan varnish


2. Cuci core hingga bersih
3. Masukkan oven dan setting suhu oven pada 1000C set waktunya untuk 1 jam
4. Keluarkan core rotor dari oven lalu lapisi core dengan insulation painting

Langkah 3, Persiapan rewinding

1. Buat lapisan isolasi kertas untuk dasar core winding


2. Tempatkan rotor pada meja winding dan pasang kawat winding pada roll
3. Tahan kawat winding dengan tekanan tertentu sesuai dengan dimensi kawat
dan kecepatan putaran meja winding
4. Rewind rotor sesuai dengan data rotor aslinya, ikat semua kawat winding di
setiap layer winding dengan bending rope
5. Test winding (Ris dan Rdc)
6. Lakukan untuk pole berikutnya

Langkah-4. Test winding sebelum varnishing

1. Test Rdc
2. Test Insulation Resistance
3. Test Surge
4. Test impedance
a. dc voltage drop test
b. ac voltage drop test

Prosedure test lihat Bab sebelumnya

Langkah 5. Varnishing
Untuk selanjutnya varnishing, oven dan assembly lihat prosedure sebelumnya

Fig. 9.41 Fixed core Salient Pole rotor Generator

Page(s): 88 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

2. Rewinding rotor generator salient pole type bolted atau T-head

Seperti pada fixed type rotor, lepas semua koneksi rotor, v-block dan data semua
winding rotor, untuk mempermudah rewinding rotor core type ini dapat dilepas
dari rotor yoke. Lakukan semua pendataan winding setelah rotor core dilepas dari
rotor yoke.

Bersihkan semua kotoran yang menempel pada rotor core hingga bersih,
kemudian masukkan oven dan setting oven seperti prosedure sebelumnya dan
lapisi core dengan insulation painting.
Buat lapisan kertas isolasi seperti pada fixed type core untuk dasar core dan
gunakan material sesuai dengan thermal class nya, jangan sekali-kali
menggunakan material yang memilki thermal class dibawah thermal class mesin.
Persiapkan kawat winding dan pole rotor pada mesin rewiniding, gunakan tekanan
kawat sesuai dengan dimensi kawat dan kecepatan putaran mesin winding.

Fig.9.42 Persiapan rewinding rotor bolted type core rotor

Tempatkan rotor pole dimeja rewinding dan ikat dengan baut kuat-kuat dan
tempatkan kawat winding dengan jarak yang cukup untuk movement orang,
clamp kawat dengan alat jepit yang dapat dimonitor tekanannya, jaga tekanan
kawat agar stabil disemua putaran mesin winding, pada contoh kasus ini besar
tekanan k/l 10 -15 kg.

Fig.9.43 Proses Rewinding rotor

Page(s): 89 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Langkah selanjutnya adalah, assembling ke rotor yoke, testing, varnishing dan


balancing.

Rotor pole di assembling ke rotor yoke,


perhatikan moment baut rotor, jika tidak
ada data mengenai moment dari
manufacture, per gunakan data moment
pada saat melepas sebelum rewinding

Setelah proses varnish dan oven selesai


sebagai langkah terakir dari proses
varnishing, lapisi winding dengan
insulation painting.

Testing hendaknya dilakukan disetiap


progress pekerjaan rewinding agar jika
ditemukan masalah dapat diketahui secara
dini dan perbaikannya akan jauh lebih
mudah dan murah, prosedure test lihat Bab
sebelumnya.

Fig.9.44 Rewinding process

Insulation Painting Specification.

Brand : Schenectady Dielectric strength : Dry 1000 V


Type : ISONEL 300 red Volt / 25 micron Wet 350 V
Composition : Modified polyester Curing cycle : 1 - 8 hours air dry
Thinner : Xylol Bond Strength :-
Viscosity @ 250C : 135 - 145
Thermal class : - Oil proof finishing enamel good adhesion to
insulating and metalic suitable for finising
Class H machine

Page(s): 90 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

Langkah terakhir sebelum rotor di Assembling, baik untuk rotor DC, AC motor
maupun Generator adalah dynamic balancing, (lihat pada bab sebelumnya untuk
“dynamic balancing correction”).

9.4.2 Rewinding HV Stator (Voltage ≥ 4000 Volt

Coil HV agak sedikit berbeda dengan MV/LV coil, pada semua mesin HV pada
umumnya dilapisi dengan anti partial discharge insulation, yang berfungsi sebagai
discharge jika terjadi over voltage dan pelepasan elektron yang terjadi pada
winding coil ke ground. Fenomena partial discharge hanya terjadi pada mesin
yang memilki tegangan ≥ 4000 V.

Fig.9.45. HV Coil
Winding

Kriteria HV Coil test silahkan lihat BAB 7

Prosedure rewinding tidak jauh berbeda dengan LV atau MV winding, kecuali pada
sistim varnishing, pada coil HV tidak dibenarkan untuk divarnish, karena varnish
akan melapisi / menutupi lapisan partial discharge coil, dan akan mengakibatkan
lapisan tersebut tidak akan bekerja.

Laksanakan prosedure rewinding pada LV/MV dari langkah 1 s/d langkah 4, yaitu:
1. Data winding
2. Remove winding lama
3. Cleaning
4. Persiapan rewinding dan testing
5. Assembly
6. dll

Data yang diperlukan pada HV coil atau type coil lain baik MV/LV yang terbuat dari
square wire proses manufacture dan proquirement (lihat Annex 1. Stator Data
Sheet)

1. Core dimension (Length, Inner diameter)


2. No of slot
3. Slot Dimension (W, H)
4. Slot direction skewing (R/H) or none
5. Winding connection data

Page(s): 91 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction

6. Coil wire dimension (W x D)


7. No of turn
8. No of group
9. No coil per group
10. Coil pitch
11. Overhang dimension (DS/NDS)

Fig.9.46 core preparation

Core stator untuk HV machine, tidak boleh dilapisi insulation painting kecuali
hanya pada permukaan core saja.

Untuk mengukur skewing pada slot gunakan mistar diletakkan diatas slot
kemudian ditarik garis lurus pada satu slot, kemudian ukur skewing slot, kearah
kanan / kiri, (besar skewing biasanya = 1 slot)

Pada saat memasukkan winding coil ke slot stator, agar di lakukan dengan hati-
hati agar partial discharge insulation tape tidak terkelupas atau lecet.

Connection:
Untuk connection winding yang menggunakan coil dari jenis “rectangular wire”
(baik untuk LV maupun HV winding) gunakan spot welding dengan perak sebagai
media welding. Langkah selanjutnya lakukan seperti pada rewinding prosedure
pada LV dan HV, tanpa varnishing process.

Fig. 9.47 Welding connection

Page(s): 92 of 92

Doc. Issued by Siswanto


Dtd. Doc issue Oct 2003
Revised No. 0
Revised date -

Anda mungkin juga menyukai