AND CORRECTION
FOR
ELECTRIC MACHINERY’S
Siswanto
IMC (Industrial Maintenance Center)
Elecric Machinery’s professional development course, consultant and firld services
Komp. Surya Mandala Blok L2 / 20
Jl. Raya Pekayon – Pd. Gede. Jaka Mulya Bekasi 17146
Phone / Fax: (021) 827 0353
E_Mail: industri_cent@yahoo.com
Electric rotating machinery’s maintenance part: 2
Inspection, Troubleshooting and Correction
7 Inspection
Thermal Stresses :
Overheating yang terjadi pada winding dan berlangsung lama, menyebabkan
stress pada winding & isolasi kawat menjadi rapuh, dan lama kelamaan isolasi
akan retak. Jika gejala ini disertai dengan timbulnya PD (Partial discharge),
penomena ini hanya dijumpai pada motor / generator yang mempunyai tegangan
diatas 4000 volt ac, maka proses penuaan isolasi akan semakin cepat.
Mechanical Stresses:
Winding yang tidak divarnish dengan baik, connection point, blocking coil, adalah
merupakan titik paling lemah terhadap pengaruh luar, seperti:
mechanical vibration
magnetic vibration
Environmental Stresses:
Kontaminasi : udara lembab, debu, karbon, minyak atau bahan kimia lain, yang
terkumpul dipermukaan isolasi, adalah merupakan partikel konduktive yang dapat
menghantar listrik.
Karena adanya beda potensial antara winding dengan ground, maka partikekel
tsb, akan berfyngsi sebagai media hantaran untuk menghantar arus listrik dari
winding ke ground, karena sifat kotoran yang demikian maka pada tempat2
penumpukan kotoran akan terbentuk jalur hantaran listrik (“electrical
tracking”).
Page(s): 2 of 92
Off line Inspection adalah cara inspeksi mesin listrik yang normal dilakukan,
Parameter pengukuran antara lain adalah:
Pengukuran winding yang dijelaskan dibawah ini berlaku untuk inspeksi winding
baik “stator , rotor, maupun exciter” pada semua mesin listik kecuali rotor sq.
motor
Page(s): 3 of 92
Jika PI kurang dari 2.0 pada pengukuran 10 menit atau PI < 1.25 pada
pengukuran 1 : ½ menit, menunjukkan bahwa isolasi winding terlalu banyak
menyerap uap air atau terdapat penumpukan kotoran konduktive.
PI s/d 1.5 pada pengukuran 10:1 menit atau 1.1 pada pengukuran 1:1/2 menit,
dapat dikategorikan aman jika:
Drying Process
260
240
220
10 minutes
PI = 2.5 or more
Insul.Resist. in M Ohm
200
180
160
140
120
100
80
60
40 1 minute
20
0
5
20
30
35
40
45
50
55
60
70
80
90
Page(s): 4 of 92
7. 1. 3 DC Resistance Test
Pengukuran Rdc diterapkan untuk semua winding, baik stator maupun rotor. Besar
penyimpangan (deviasi) antar phase yang masih di izinkan adalah sebesar ± 2%, pengukuran
R winding harus mungkin harus dikoreksi terhadap suhu “ta” yaitu pada 0oC.
Dengan menggunakan “surge tester” semua sistim isolasi winding dapat di test,
seperti:
Ground wall
Turn to turn
phase to phase
coil to coil
Short circuit, open
Open connection, wrong turn, dll
Jika 2 buah coil ditest dalam waktu yang bersamaan dan jika kedua coil tersebut
memiliki impedansi yang sama, maka resultan gelombang yang dibangkitkan
harus identik, dengan kata lain “surge test” adalah membandingkan 2 buah coil
secara magnetic . Jika coil yang ditest terdapat gangguan seperti, “shorted
winding, misingturn, dll” maka surge comparison tester akan memperlihatkan dua
buah bentuk gelombang yang berbeda, karena pada kedua coil tersebut mendapat
induksi tegangan yang berbeda.
Page(s): 5 of 92
Page(s): 6 of 92
Sistim isolasi mesin listrik secara alamiah akan mengalami penurunan sesuai
dengan usianya, namun demikian percepatan penurunannya sangat dipengaruhi
oleh berbagai factor, a.l: gesekan, thermal stresses, mechanical stresses, kantong
udara didalam isolasi, kwalitas lapisan semi conductive pada isolasi, dll.
Salah satu kriteria yang paling penting untuk mengetahui kwalitas dalam sistim
isolasi mesin listrik adalah hubungan sebab akibat dari factor disipasi power factor
dengan tegangan kerja. Dissipation power factor di test pada tegangan 0.2 Un s/d
1.0 Un dengan interval tegangan sebesar 0.2 Un .
10
Tan δ
Tan δ
Page(s): 7 of 92
Power Factor
Kantong2 udara yang terbentuk didalam lapisan isolasi akan menjadi tempat
penimbunan uap air dan merupakan tempat terbentuknya “PD” , aktivitas PD akan
mengikis permukaan isolasi, lama-kelamaan isolasi akan menjadi terbuka. Jika
ditemukan hasil uji Tan ∆ sudah tinggi, sebaikanya cepat2 dilakukan perbaikan
isolasi winding.
Page(s): 8 of 92
HV Coil test
Type test
No.of
Type Test Test Parameter
Coil
Minimum Breakdown at:
High potential Test Slot Insulation to Breakdown 1
VT = [2 ( 2Un + 1 )] [kV]
Must Pass:
High Potential Test End Windings 1
VT = 2 UN [kV]
Must between :
Surface Resistivity of Corona Supression Layer 100%
1.0 – 20 kΩ / Square
Page(s): 9 of 92
Test ini lazim digunakan untuk melakukan evaluasi secara keseluruhan isolasi dari
laminasi core-iron mesin listrik.
Cara pengujiannya adalah dengan meng-induksikan flux ke dalam core, rapat flux
yang terjadi pada saat test akan terbentuk seperti pada saat mesin beroperasi.
Flux dihasilkan oleh kabel yang dililitkan disekeliling core yang diberi tegangan
dengan besar tegangan tertentu tergantung dari power supply yg tersedia dan
atau dimensi core.
Suhu core maximum yang masih diizinkan sesuai dengan standard yang ada (VDE
0530, lihat tabel dibawah) .
Perbedaan suhu sebesar 10 oC s/d 15 oC atau lebih antara laminasi yang
berdekatan menunjukkan adanya Hot-Spot.
Variable
AC Power
Supply 1 ph
Page(s): 10 of 92
PART OF MACHINE A E B F H
A.C. Winding of turbine type generator with rated
60 70 80 100 125
output of 5000 kVA or more
A.C. Winding of salient pole and induction
machine with rated out put of 5000 kVA or more, 60 70 80 100 125
or having core length of 1 M or more
If by way of an exception the embedded
temperature detector method be used on
60 70 80 100 125
machines under 5000 kVA, the limit of
temperature rise given in this item shall apply
A.C. Winding of machine with rated output
smaller than in item 1. Field winding of a.c. and
d.c. machine with d.c. excitation exception 60 75 80 100 125
machine in items 3 and 4. Winding of armature
of a.c. and d.c. machine with commutator
Field winding of cylindrical rotor with d.c.
65 80 90 110 125
excitation
Multi layer field winding of low resistance and
60 75 80 100 125
compensating winding
Single layer winding with exposed bare surfaces 65 80 90 110 125
Permanently short-circuited insulated windings 60 75 80 100 125
Permanently short-circuited uninsolation
windings
Iron core and other parts not in contact with the
windings
Iron core and other parts in contact with
60 75 80 100 125
the windings 4)
Commutator and Slipring, open or enclosed 5) 60 70 80 80 80
Journal bearing and rolling bearings 50 50 50 50 50
Rolling bearings using special grease 60 60 60 60 60
Page(s): 11 of 92
1). A correction is necessary for a.c. winding for rated voltage above 11 kV
2). The temperature rise of parts of machines rated at 5 MVA and above or having
core length of 1 M or more, which are insulated with class F or class H materials,
shall not exceed the limit of temperature rise for class B materials
3). Where the thermometer method is used, the limit of the temperature rise is
that given for the resistance methd less 10 deg.C in the case of classes A, E. B. 15
deg.C with class F and 20 deg.C with class H materials
4). The limit of temperature rise is detrmined by the class of the insulating
material of the embedded winding
5). If no marked thermal interaction between the commutator, or the sliprings,
and the winding connected thereto is to expected, the limit of temperature rise
applicable to these parts are those assigned to their respective insulation classes
6). In the case of commutator and slipring the limit of temperature rise may be
exceeded by 10 degC with class F, and by 20 deg.C class H materials.
Temperature Rise
Batas kenaikan suhu tertinggi yang masih diizinkan pada titik terpanas dari mesin,
menurut standard VDE 0530
Tabel. 1
Cara pengukuran
Page(s): 12 of 92
Jika kerusakan inter lamination tidak diperbaiki, pada saat mesin dioperasikan
pada area tsb akan menjadi panas, panas yang berlebihan akan membahayakan
sistim isolasi winding.
Cara perbaikan core: pisahkan permukaan yang short sehingga satu lamination
dng yang lain tidak saling menempel, kemudian semprotkan varnish pada bagian
tsb, jika kerusakan terjadi pada bagian dasar slot, bersihkan dengan cara
grinding, pergunakan mata gerinda ulir.
√500 x Im
= 1000 x 25.4 mm
Page(s): 13 of 92
Project Reference
Recondition of Stator Core Lamination for 7.5 MVA, 13.8 kV, 12 Poles Slaient Pole
Generator, PRJ: PT. BRANTA MULIA CITEUREUP, BOGOR
Main Problems:
Broken Rotor shaft D ≈ 60 cm, Damaged of Core Lamination at the Stator surface
Before recondition:
Ring Flux Test result:
T = 125 0C for 1.5 minutes
After recondition:
Ring Flux Test result:
T = 80 0C for 45 minutes
Page(s): 14 of 92
7.1.7 Hi-Pot
Rule:
Hi-pot test hendaknya diaplikasikan antara winding dengan ground mesin,
dan winding yang tidak di test harus di ground kan
Hi-pot test dilakukan untuk new winding
Hi-pot test hendaknya dilakukan dengan tegangan a.c dengan gelombang
sinus dengan frequency antara 40 s/d 60 cycle per second
Besar tegangan uji dimulai dengan tegangan tidak lebih dari ½ dari full
voltage test, Waktu yang diperlukan untuk menaikan tegangan dari
tegangan awal s/d tegangan full +/- 10 detik
Mesin polyphase dengan rated lebih dari 1 kVA, jika dimungkinkan setiap
phase winding hendaknya di test terhadap ground
Jika dimungkinkan “Acceptance” test tidak dianjurkan untuk diulang, jika
dikehendaki maka pengulangan test untuk test kedua dan seterusnya
tegangan test hanya 80% dari tegangan test penuh.
Hi-pot test untuk mesin yang diperbaiki.
• Mesin yang di rewinding total di test seperti mesin baru dengan
tegangan uji 100%
• Rewinding partial di test dengan tegangan uji sebesar 80% dari
tegangan test penuh
• Sebelum dilakukan test hendaknya semua part dicuci dan di keringkan
dengan baik
• Untuk mesin yang di overhaul, Hi-pot test dapat dilakukan jika ada
persetujuan antara pihak user dengan workshop
Hi-pot test dilakukan selama 60 second dan selama dilakukan test tidak boleh
terjadi flash-over atau break down.
Page(s): 15 of 92
NEMA 20.48.2
Test Voltage – Primary Winding
Test voltage harus dilaksanakan dengan menggunakan tegangan AC (alternating
current)
UT = (2 Un + 1000 ) Volt
Un : rated voltage of machine
Page(s): 16 of 92
NEMA 20.48.3
Test Voltage – Secondary Winding of Wound Rotor
Test voltage harus dilaksanakan dengan menggunakan tegangan AC (alternating
current)
UT = (2 Un + 1000 ) Volt
Un: maximum voltage pada terminal antar slipring rotor, saat open circuit dengan
tegangan penuh pada sisi primernya.
GENERATOR
Rotor Exciter
UT = 1000 V + 2Uex
Komponen (Diode, thyristor, dll) yang terpasang pada brushless exciter dan field
winding selama test harus dishort dan tidak di ground kan.
Page(s): 17 of 92
Rotor Exciter
UT = 1000 V + 2Uex
Komponen (Diode, thyristor, dll) yang terpasang pada brushless exciter dan field
winding selama test harus dishort dan tidak di ground kan.
Rotor Exciter
UT = 1000 V + 2Uex
Komponen (Diode, thyristor, dll) yang terpasang pada brushless exciter dan field
winding selama test harus dishort dan tidak di ground kan.
Page(s): 18 of 92
Rule:
¾ Test voltage AC 50 atau 60 Hz,
¾ Jika menggunakan DC voltage, VDC = 1.7 x VAC
¾ Winding yang sedang di test harus dalam kondisi “completely assembled”, test
voltage harus dilaksanakan jika:
Winding machine dalam kondisi baik
Insulation resistance harus memenuhi standarisasi IEEE Std. 43
Winding dalam kondisi kering tidak lembab
¾ Test voltage dilaksanakan selama 1 menit kontinyu, untuk menghindari
tekanan yang berlebihan pada insulation akibat test voltage, maka
pengulangan HI-POT test tidak diizinkan.
¾ Jika mesin segera di assembling dengan equipment lain setelah manufacture,
Pengulangan Test voltage hanya diizinkan sebesar 85% x Original Test
¾ Jika mesin akan di test ulang setelah di instalasi, Test voltage hanya diizinkan
sebesar 75% x Original Test
¾ Selama dilakukan test tidak boleh terjaddi “flash over, breakdown”
¾ Test winding dilakukan antara phase – ground, dan circuit yang sedang tidak
di uji harus di short dan tidak digroundkan, missal: surge capacitor, arrester,
CT’s, dll yang terhubung dengan terminal machine harus di lepas dari
koneksinya.
Tujuan dilakukan test ini adalah untuk mendeteksi jika terdapat gangguan winding
field (rotor AC Generator teutama dari jenis “salient-pole”) yang disebabkan
oleh adanya short circuit turn, kesalahan jumlah turn, karena short circuit turn
pada rotor tidak hanya terjadi pada saat rotor “standstiil” tetapi juga dapat terjadi
jika rotor tersebut diputar dan pada kondisi ini biasanya rotor winding jika diukur
dengan Rdc akan menunjukan baik. Test ini adalah salah satu cara yang dapat
dilakukan disamping pengukuran “surge – test”.
Kondisi ini disebut sebagai “flying short circuit winding”.
Metode yang biasa digunakan untuk salient pole type rotor, adalah:
Test ini dilakukan dengan memberikan tegangan dc konstan pada winding rotor,
jatuh tegangan diukur pada setiap pole winding rotor atau pada sepasang pole
rotor, dan jatuh tegangan diukur dengan voltmeter.
Jika terjadi penyimpangan sebesar +/- 2% dari rata-rata pole winding yang
diukur, maka kemungkinan disebabkan oleh: short circuit antar turn atau
kemungkinan jumlah turn untuk masing-masing pole tidak sama.
Page(s): 19 of 92
Test ini lebih sensitif dibandingkan dengan test dengan “constant direct current”
diatas, caranya sama seperti pada test point (a), hanya tegangan nya
menggunakan tegangan a.c. Winding yang mengalami gangguan (short-circuit)
akan secara subtansial lebih kecil dari pada winding yang sehat.
Tegangan pole winding yang berdekatan dengan pole winding yang short akan
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tegangan di pole winding yang sehat
lainnya, ini disebabkan karena flux yang pada pole yang berdekatan dengan
gangguan akan terbebani oleh winding yang rusak tersebut.
Jatuh tegangan pada pole winding yang mengalami gangguan akan berkisar
antara [(m-1)/m] x tegangan dari winding yang sehat , dimana “m” adalah
jumlah pole winding.
Test ini digunakan terutama untuk mendeteksi adanya gangguan “flying short
circuit”
V
M easured
the drop voltage
at pole pair
1 2 3 4 5 6 7 8
(-)
R ectifier
Voltage drop adalah salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi gangguan
pada winding rotor dc, caranya agak sedikit berbeda dengan drop test pada
generator tetapi prinsipnya sama, yaotu membandingkan tahanan dari setiap coil
rotor, diukur di setiap segment commutator.
Page(s): 20 of 92
Cara pengukuran.
DC Constant Voltage
Page(s): 21 of 92
Kasus yang paling sering timbul dalam mesin dc adalah sparking yang terjadi
pada permukaan carbon brush dan commutator.
Sparking dapat ditimbulkan oleh banyak sebab, a.l:
Unbalance winding
Short winding
Uneven air gap
Shifting magnetic center
Mis carbon grade
Shifting direct axis
Dll
Unbalance winding dan short winding (turn to turn, turn to ground dll) dapat diuji
dengan metode diatas (surge test, dc resistance, Megger, dc drop test dll).
Uneven airgap dapat diukur dengan menggunakan “filler-gauge” dan magnetic
center dapat di cek dan mengukur pada saat bearing sheld dipasang pada satu sisi
dan dapat dikoreksi dengan memperbaiki “depth bearing shield”. Dan varbon
grade dapat dikembalikan pada grade aslinya.
Shifting direct axis, hanya bisa dilakukan penyetelan ulang dudukan sudut carbon
brush terhadap titik pusat magnetic stator, yaitu dengan menggunakan alat
“brush – rocker” , jika alat ini tidak tersedia maka dapat dilakukan pnyetelan
dengan mengukur jatuh tegangan antar kutub “U – S” dengan memberikan catu
tegangan dc pada field winding kemudian ukur beda potensial pada kutub U – S.
Beda potensial antar keduanya harus mendekati “nol” volt, yatitu dengan
mengatur posisi brush holder, berikut adalah ilustrasi pengukuran Zero
Adjustment.
Series
A1
F1
Field
shunt
F2 A2
mV
DC Power supply Voltage drop
6 -12 Volt close to "0" Volt
Page(s): 22 of 92
Diode / thyrestor digunakan sebagai alat penyearah dari keluaran exciter rotor
untuk mensuplay main field generator.
Kadang-kadang jika generator terlalu lama tidak dioperasikan (mungkin sedang
ada perbaikan atau overhaul), generator sangat sulit start-up karena residual
magnet menjadi sangat lemah.
Cara mengatasinya adalah dengan jalan injeksi sesaat pada field exciter stator,
jika external supply dilepas kemudian tegangannya menghilang kemungkinan
disebabkan oleh putusnya fuse yang dipasang seri dengan jalur power supply di
AVR atau mungkin disebabkan oleh kerusakan rectifier.
Pengukuran diode.
Pengukuran thyristor
Disconnect salah satu sisi theristor dan ukur dengan menggunakan AVO meter,
seting AVO pada posisi Ohm meter.
lebih dari 30 KΩ
Connect theristor seperti pada
gambar, dan perhatikan
Gate polaritasnya jangan sampai
Cathode
12-Ohm
tertukar, arus yang mengalir
pada ampermeter berkisar
antara “mVolt s/d 1 Ampere”
Page(s): 23 of 92
7.2.1 Stator
Pemeriksaan secara visual sangat diperlukan terutama pada mesin berkapasitas
besar harus dilakukan lebih teliti.
Pemeriksaan frame:
Periksa apakah terjadi perubahan warna yang extreme pada cat frame, perubahan
extreme menunjukkan adanya overheating yang dapat disebabkan oleh:
overloading
aliran pendinginan yang tidak baik
Jika partikel metal yg terjadi cukup banyak, maka pemeriksaan core hrs dilakukan
lebih teliti, karena core adalah bagian yang paling tinggi mendapat tekanan
mekanis selama mesin beroperasi (elongation, vibration) yg besarnya 2 x freq.
Jika partikel tsb, berasal dari wedges, berarti ada wedges yang kendor atau
terangakat dari slot sehingga terjadi gesekan dengan rotor, fenomena ini
menandakan adanya “loose winding”.
Seluruh komponen listrik pada mesin listrik baik motor, generator, transformer,
akan selalu mengalami , vibrasi, perubahan suhu, mechanical stress terus
menerus yang disebabkan oleh terbentuknya medan listrik didalam core dan gaya
mekanis, tekanan akan menjadi sangat besar jika jika terjadi:
perubahan beban yang besar dan mendadak, seperti hilang beban yang
mendadak
short circuit, dll
Page(s): 24 of 92
Loose Wedges
Partial discharge
phenomena’s on
Generator bus bar
Visual inspection on Turbo Generator 45 MVA 13.8 kV (upper left fig. loose wedge
and upper right partial discharge phenomena’s on generatr bus bar termination Î
found light white powder n the bus surface).
Compression Bolts: periksa jika terdapat grease, debu, minyak, dll, yang
disebabkan oleh gesekan dari dua komponen mesin yang diakibatkan oleh
adnya vibrasi, periksa kekencangan bolts
Surge Ring Support: periksa jika ada keretakan dan kekencangan tali
pengikatnya
Page(s): 25 of 92
Page(s): 26 of 92
Wedges Inspection
Wedges adalah salah satu subject yang penting untuk di inspeksi, karena wedges
adalah salah satu elemen untuk menjaga agar COIL WINDING TIDAK BERGERAK
didalam Slot .
Dengan demikian kerusakan Lapisan Anti Corona (pada mesin tegangan tinggi)
atau lapisan kertas Isolasi (LV/MV) yang disebabkan oleh pengikisan karena
pergesekan dengan dinding slot dapat dihindari.
Namun demikian systim Varnishing untuk Non Partial Discharge winding juga
sangat berperan.
Ketukkan hammer kecil pada salah satu ujung Wedges, dan dengarkan / rasakan
pada ujung yang lain jika ada pergerakan atau terdengar suara seperti ada ruang
didalamnya, maka menunjukkan bahwa wedges tersebut kendor atau berongga
(hollow). Kondisi yang paling rawan mendapat tekanan mekanis adalah wedges
yang terletak pada bagian ujung winidng.
Indikasi lain jika terjadi pergerakan coil kearah radial didalam Slot adalah
keluarnya winding slot filler, penomena ini tidak akan dijumpai pada winding yang
sistim varnishingnya menggunakan VPI.
Umumnya filler yang keluar dimasukkan kembali kedalam slot (jika mungkin) atau
dipotong diujung slot kemudian di epoxy atau resin.
Jika ditemui gajala yang demikian, coil harus diperiksa dengan lebih teliti,
kemungkinan hal ini menunjukkan bahwa coil tidak duduk dengan kencang
didalam slot (bergerak kearah radial), tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa
ini disebabkan oleh adanya kontraksi coil akibat adanya thermal stress didalam
coil.
Page(s): 27 of 92
Bottom Coil
Yang sering dilupakan untuk diinspeksi adalah posisi coil paling bawah, coil harus
dicek apakah posisi coil masih tetap pada posisinya, coil harus menempel dengan
baik didasar slot periksa coil bagian bawah dengan menggunakan cermin.
Jika coil tidak duduk dengan baik didasar slot, menunjukkan bahwa coil sudah
longgar, perbaiki dengan menggunakan epoxy.
7.2.2 Rotor
Berdasarkan bentuk winding rotor, mesin listrik berputar dapat berupa wound
rotor atau squirrel cage .
Wound Rotor terdapat pada:
Generator
Motor Induksi Slipring
Motor / Generator DC
Inspeksi dengan pengukuran untuk rotor dapat dilakukan seperti pada stator a.l:
Insulation Resistance (Ris)
Polarization Index (PI)
Surge comparison
ac / dc Injection untuk rotor generator
grawler (Magnetic induction) untuk squirrel cage rotor
Winding Rotor
Pada slipring rotor periksa winding dan wedges seperti pada stator, juga periksa
isolator dan permukaan slipring apakah ada keretakan, penumpukan kototoran
pada isolatornya.
Pada rotor dc, periksa winding dan slot seperti pada Stator ac, dan juga periksa
kotoran pada segment commutator, bending winding, dan permukaan
commutator, periksa apakah terdapat penumpukan kotoran pada isolator
commutator, periksa kondisi connection pada raiser.
Page(s): 28 of 92
Retaining Ring
Rotor Fan
Journal Bearing
Periksa journal bearing baik dimensi maupun kondisi pisik apakah ada
bekas-bekas gesekan (scratching)
Periksa secara pisik pada bearing, jika sleeve bearing periksa kondisi
babbit, oil baffle labyrinth, ukur clearance oil seal dan bearing clearance
Periksa jika terdapat kotoran (debu, partikel metal, dll) pad permukaan
babbit
Periksa tahanan Isolasi pada bearing insulation dan grounding brushes
jika ada.
Bearing
Prinsip dasar cara pelumasan pada shaft adalah,. Diantara shaft dikalungkan 2
buah oil ring yang diameter jauh lebih besar dari shaft, putaran shaft akan
membangkitakan riak didalam resevoir oli yang akan menyebabkan oil ring
Page(s): 29 of 92
berputar dan perputaran oil ring akan menyebabkan permukaan oil didalam
reservoir akan naik dan melumasi shaft.
Oli yang diputar oleh oil ring kemudian akan dilewatkan kedalam oil pressure relief
groove, sepanjang jumlah oli yang dialirkan dan yang dipompakan ke shaft cukup
maka tidak akan timbul masalah.
Tetapi jika oli yang dipompakan oleh oil-ring tidak cukup maka akan timbul
masalah dan bearing akan rusak.
Bearing Insulation
Magnetic circuit yang terjadi pada rotor winding akan menyebabkan terbentuknya
eddy current yang mengalir melalui ujung – ujung shaft rotor, eddy current
tersebut akan menyebabkan terjadinya aliran arus yang melalui ujung shaft yang
satu, bearing, bearing support, frame, kemudian keujung shaft yang satunya dan
kembali ke ujung shaft yang satunya.
Aliran arus ini akan menyebabkan panas pada bearing dan sistim lubrikasinya,
untuk mencegah timbulnya eddy current , untuk menghindari kerusakan pada
rotating part (bearing, blade pada turbine, dll) akibat tegangan induksi, maka
tegangan tsb harus dieliminir dengan baik, yaitu dengan menambahkan sistim
isolasi pada bearing housing (bearing support) dilapisi dengan bahan isolasi,
terutama pada bearing yang menggunakan sleeve bearing dan juga pada mesin
listrik untuk tegangan tinggi.
Bahan Isolasi bearing harus tahan dari: tekanan mekanis, air, minyak, biasanya
dibuat dari bahan fiberglass, polyester, epoxy.
Keretakan
Kontaminasi dari oli, debu, karbon, dll
Page(s): 30 of 92
r
ea
W
um
ear
xim
W
m
diu
Ma
Me
ear
W
w
Lo
Journal Diameter, In
Page(s): 31 of 92
V- Block digunakan sebagai penahan rotor winding pada generator dari gaya
centrifugal pada saat rotor diputar, V-Block kadang-kadang dibuat dari bahan
Isolasi pejal, atau Aluminium kemudian pada bagian alasnya di beri bantalan
isolasi.
Setelah mesin dioperasikan cukup lama kadang-kadang V-Block dapat retak atau
patah atau terlepas akibat tekanan mekanis.
Setiap melakukan inspeksi rotor, kondisi semua baut, dan isolator harus dilihat
apakah ada perubahan, kendur atau bergeser dari posisinya.
Field Winding
Permasalahan utama winding rotor pada “Salient pole generator” adalah pada
bagian tersebut selalu mendapat tekanan gaya centrifugal yang besar dan
berjalan terus menerus selama mesin dioperasikan.
Gaya centrifugal yang disertai dengan vibrasi akibat adanya aliran arus yang
tinggi pada winding menyebabkan timbulnya gesekan antar turn winding, dan
winding dengan core.
Page(s): 32 of 92
Pada rotor Slipring, kondisi semua wedges, bending dan connection cable ke
slipring (collector ring) hendaknya di periksa secara teliti.
Collector ring
Akibat pemakain sikat arang (carbon brush), maka pada permukaan collector ring
adalah merupakan subject yang akan mendapat tekanan mekanis dan thermal
stress yang tinggi dan berjalan secara terus menerus.
Hal-hal berikut ini akan sangat mempengaruhi kondisi collector ring, a.l:
Kontaminasi dari debu, karbon, minyak atau partikel kimia dan metal.
Current density
Sistim pendinginan pada collector ring
Penggantian brush yang tidak sesuai dengan Grade
Tekanan spring brush yang tidak sesuai dengan aslinya
Dudukan brush yang tidak benar
Sistim koneksi rotor yang tidak baik
Pada umumnya collector ring di polishing ulang agar permukaannya kembali rata
dan tetap bulat, pada saat re-polishing agar diperhatikan “minimum thickness” ,
ketebalan minimum collector ring tergantung pada jenis metal yang dipakai,
putaran mesin dan diameter collector ring
Putaran mesin s/d 3600 RPM = 1 s/d 2 mills, untuk putaran yang lebih
rendah defleksinya lebih besar, tetapi nilai yang direkomendasikan = 2
mills
Page(s): 33 of 92
Brush spring
Rotor sq dapat di inspeksi secara visual dengan melakukan cek connection pada
bar rotor terhadap end ring, perisa welding jika terdapat keretakan atau bahkan
putus, secara visual dapat dicek dengan menggunakan:
- cek color
- cek dengan x-ray
- cek dengan ultra sonic
Page(s): 34 of 92
Tempatkan plat tipis dan ringan diatas setiap bar rotor , pada saat graler diberikan
power supply ac, jika bar rotor dalam kondisi baik (tidak putus) plat akan
menempel (vibrasi) pada permukaan rotor , jika plat tidak bergetar mungkin bar
rotor sudah putus, dan perhatiakn kemampuan dari grawler , jika rotor nya
terlampau besar mungkin grawler tidak mampu menginduksi kan medan listrik
pada rotor, jika kasunya demikian tempatkan plat tersebut dibawah celah grawler
terhadap rotor.
Power supply
Ac 1 phase
Untuk selanjutnya silahkan lihat pada BAB 8. Trouble shooting tentang rotor
squirrel cage motor
Geawler.
Core iron
Rotor Sq,
yang di test
Winding
Page(s): 35 of 92
8 Vibration
Salah satu penyebab yang paling dominan merusak winding insulation adalah
“vibrasi”.Vibrasi dapat ditimbulkan oleh banyak hal, a.l:
Electric
Mechanic
Karakteristik Vibrasi
Gangguan mesin yang disebabkan oleh masalah vibrasi dapat ditentukan dan di
analisa dengan metode karakteristik vibrasi :
♦ Frequency
♦ Displacement
♦ Velocity
♦ Acceleration
♦ Phase
♦ Spike energy
Page(s): 36 of 92
Contoh Analogi:
Pergerakan bolak-balik dari sebuah per (“spring”) yang digantung dan diberi
sebuah beban, pada saat beban tidak dikenai gaya maka beban berhenti pada
suatu tempat tertentu Î posisi tersebut disebut sebagai posisi netral benda +
spring.
Apabila benda diberi gaya dengan tarikan tertentu lalu dilepas maka benda akan
bergerak naik turun dengan melewati titik netral, sampai batas tertentu..
AMPLITU
TIME
8.1.4 Acceleration
Acceleration mempunyai korelasi terhadap besaran gaya yang timbul, acceleration
maximum terjadi pada saat velocity mencapai minimum . Vibrasi yang terjadi
pada frequency tinggi ( 60.000 CPM atau lebih) acceleration adalah merupakan
indicator terbaik untuk melakukan pengukuran vibrasi.
Spike Energy adalah vibrasi yang sangat abstrak dan tidak ada sangkut pautnya
dengan berat benda dari sumber vibrasi.
Spike Energy terjadi sangat singkat, frequency yang terjadi seperti pulsa, spike
energy biasanya ditimbulkan oleh:
♦ Permukaan didalam element roll bearing atau gear
Page(s): 37 of 92
Yang disebut dengan central principal axis: adalah garis pendistribution berat
rotor
Pada koreksi balancing yang baik : apabila antara central principal axis dan shaft
axis terletak pada 1 sumbu.dan apabila kedua axis tersebut tidak terletak dalam
satu sumbu maka akan timbul unbalance.
Page(s): 38 of 92
Sumbu putar terletak pada titik tengah shaft, dan titik berat rotor terletak di tengah rotor
Center of mass
Center of rotation
Type unbalance dapat diklasifikasikan sesuai dengan letak central principal axis
dengan axis shaft.
♦ Static unbalance
♦ Couple unbalance
♦ Quasi-static unbalance
♦ Dynamic unbalance
Static unbalance adalah kondisi dimana central principal axis terletak sejajar
dengan shaft axis, static unbalance disebut juga sebagai kinetic unbalance.
Static unbalance dapat diidentifikasi dengan menempatkan suatu benda kerja
secara paralel dengan shaft dan gravitasi bumi tidak menyebabkan berputarnya
rotor kebawah
Page(s): 39 of 92
Mass Distribution
Axis
Rotational Axis
Rotaional Axis
Mass Distribution
Axis
Hanya sedikit rotor yang betul-betul memiliki kasus unbalance seperti disebut
diatas (static dan couple), normalnya rotor memiliki unbalance gabungan dari
static dan couple, gabungan tersebut disebut dengan Quasi-Static unbalance.
Central principal axis berpotongan dengan shaft axis tetapi tidak pada center
gravity rotor.
Quasi-Static unbalance akan terlihat pada saat rotor diputar dan diidentifikasikan
dengan amplitudo vibrasi dengan beda phase yang tetap, amplitudo vibrasi akan
tampak sangat signifikan antara ujung rotor yang satu dengan yang lainnya
dengan beda phase mendekati 1800.
Page(s): 40 of 92
Hampir semua kasus vibrasi dari benda berputar yang disebabkan oleh unbalance
memilki karakteristik Dynamic unbalance.
Dynamic unbalance didifinisikan sebagai central principal axisnya tidak
berpotongan dengan shaft axis dan hampir mendekati paralel.
Dynamic unbalance mempunyai beda phase yang hampir sama dan atau
mempunyai beda phase yang mendekati 1800.
Mass
Distribution Axis
Rotaional Axis
Overhung unbalance terjadi jika rotor ditopang pada ujung shaftnya. Pada kondisi
normal vibrasi axial pada bearing sebelah atas akan berbeda phase dengan
bearing yang terletak dibawahnya. Gaya yang ditimbulkan oleh unbalance akan
menyebabkan bearing bergerak didalam rumahnya.
Seperti terlihat pada ilustrasi dibawah ini, pada saat rotor mendorong bearing
no.1 kearah atas, maka bearing yang no.2 akan terdorong kebalikannya, dengan
demikian kedua bearing akan memiliki beda phase sebesar 180 derajat.
Bearing 1
Bearing 2
Page(s): 41 of 92
Resonance: adalah gabungan dari dua atau lebih dari frequency natural ,
ditimbulkan oleh pengaruh gaya dari luar dengan frequency yang sama besar
Rotor dapat diklasifikasikan sebagai rotor rigid atau flexible tergantung pada
karekteristik dan hubungan nya dengan putaran rotor dengan natural
frequencynya.
Kondisi dimana natural frequency dari part berputar equivalen dengan putarannya
dan jika kondisi tersebut menimbulkan vibrasi , maka kondisi ini disebut sebagai
“resonance”.
Putaran yang menimbulkan kondisi “resonance” disebut sebagai “critical speed”
Critical speed dapat diidentifikasi pada saat benda diputar, mulai pada putaran
tertentu akan terjadi vibrasi dengan amplitudo dengan tendensi naik, dan pada
putaran tertentu amplitudonya mencapai max, kemudian bila putaran mesin
dinaikan amplitudo vibrasinya akan menurun dan menuju steady.
Kondisi dimana diperoleh amplitudo vibrasi max, disebut “critical speed”.
Rigid Rotor
Rigid rotor adalah kondisi dimana timbul nya resonansi (critical speed)
pertama pada benda berputar yang dapat menimbulkan vibrasi pada benda
tersebut.
Flexible rotor
Adalah kondisi dimana dijumpai timbulnya resonsnsi (critical) kedua yang
menimbulkan vibrasi pada benda tersebut.
Untuk menghindari kerusakan pada rotating parts , biasanya benda diputar antara
30% diatas rigid rotor dan 30% dibawah flexible rotor.
Semua mesin berputar tidak boleh diputar pada area rigid dan flexible rotor.
Rigid
2 Flexible
OPRT
1 2
Fig: 8.8 Critical speed
Page(s): 42 of 92
Page(s): 43 of 92
Arah pengukuran
Benda berputar yang tidak balance selalu menimbulkan vibrasi, vibrasi yang
disebabkan oleh unbalance dari benda berputar dapat diketahui pada saat
melakukan pengukuran dengan Vibration Analyzer.
1. Terdapat celah atau lubang pada material yang disebabkan pada proses
casting.
2. Eccentricity: terdapat eccentricity pada rotor dan shaft dimana centerline
rotor tidak satu titik dengan centerline shaft.
3. Adanya penambahan Keys dan perubahan Keyways.
Sayangnya tidak ada standarisasi yang mengatur dalam penggunaan key,
ada sebagian pabrik yang memakai key secara penuh, ada yang hanya
separuh, dan bahkan ada yang tidak memakai key sama sekali.
Terjadinya perubahan dimensi pada key dapat mengakibatkan timbulnya
vibrasi.
4. Distortion.
Banyak hal yang dapat menimbulkan distorsi pada shaft dan rotor, salah
satunya adalah karena overheating atau terjadinya over forced
5. Clearance.
Akumulasi tolerance clearance dari dua benda yang di-assembling akan
menimbulkan vibrasi, misalnya: Diameter dalam dari pulley lebih besar dari
outer diameter shaft, dan jika digunakan key shaft atau set screw sebagai
alat pengunci, clearance pada pulley pada saat diputar dapat
mengakibatkan bergesernya titik berat terhadap centerline shaft.
Page(s): 44 of 92
7. Polusi
Penyerapan terhadap kontaminasi debu dan kotoran lain yang tidak sama
dan merata dapat pula menimbulkan vibrasi.
Machini
Bent
Key way yang tidak terpasang sesuai dengan standardnya akan menyebabkan
unbalance pada saat rotor diputar. Level vibrasi yang disebabkan oleh unbalance
akan naik sebanding dengan kenaikan putaran.
Page(s): 45 of 92
Misalignment yang terjadi pada dua shaft dan bearing selalu menimbulkan vibrasi.
Type misalignment antara lain:
Misalignment angular ,misalignment offset dan mislaignment kombinasi antara
angular dan offset
Kondisi yang dapat ditimbulkan oleh misalignment dapat diketahui berdasarkan:
1. Vibration frequency adalah 1 x RPM, 2 x RPM, 3 x RPM
2. Besar amplitudonya = besar misalignment
3. Amplitudo vibrasi pada sisi AXIAL dan Radialnya tinggi
4. Phase yang terjadi tidak stabil
Page(s): 46 of 92
V-Belt type paling populer digunakan sebagai power transmission sebab memliki
kapasitas penyerapan thd vibrasi paling tinggi dan paling ekonomis.
Walaupun demikian V-belt masih dapat menimbulkan vibrasi.
Vibrasi yang ditimbulkan oleh V-belt dapat diklasifikasikan menjadi:
Karena pergerakan V-belt di atas Pulley dapat dengan mudah dilihat dan paling
mudah diganti, maka bila penyebabnya adalah V-belt maka v-belt dapat segera
diganti .
Tetapi apabila penyebab vibrasi bukan berasal dari V-belt itu sendiri maka tidak
akan mungkin menghilangkan vibrasi dengan jalan mengganti V-belt.
Untuk multi belt penting untuk diperhatikan bahwa, semua belt harus memiliki
tarikan yang sama besar, jika salah satu dari belt mempunyai tarikan yang
berbeda maka belt tersebut akan menyebabkan timbulnya vibrasi.
Page(s): 47 of 92
♦ Broken
♦ Slippage
♦ Improper belt tension
♦ Overload
♦ Etc.
Vibrasi yang ditimbulkan oleh gear adalah vibrasi yang paling mudah ditentukan,
sebab pada umumnya vibrasi gear timbul pada frequency jumlah gigi gear x RPM.
Mesin yang digerakkan atau untuk menggerak udara, air, oli dan gas akan selalu
timbul masalah vibrasi yang disebabkan oleh aerodynamic.
Vibrasi ini dapat diidentifikasi dengan mengukur frequency vibrasi, frequency yang
akan terjadi akan sama dengan perkalian dari jumlah blade dengan RPM shaft
Jika vibrasi aerodynamic atau hydroulic nya besar dan tidak disebabkan oleh
frequency resonansi maka mungkin disebabkan oleh design mesin yang jelek,
atau disebabkan oleh piping atau ductingnya terjadi turbulance.
Recirculation pada pompa pada saat pompa beroperasi dengan kapasitas rendah
atau pada tekanan tinggi, dan pada saat terjadi aliran balik dari discharge ke
impeller maka menimbulkan vibrasi dan noise.
Page(s): 48 of 92
Power supply pada mesin listrik berputar akan menghasilkan gaya electromagnetic
antara stator dan rotor, gaya tsb akan mencapai maximum pada saat magnetizing
current pada stator mencapai maximum. Pada setiap cycle tegangan akan
menghasilkan “2 peak” gelombang gaya electromagnetic, dan akan menghasilkan
vibrasi sebesar 2 x frequency power supply .
Gaya electromagnetic yang dibangkitakan didalam stator sangat tergantung dari
perubahan beban mesin itu sendiri
Seperti terlihat pada gambar berikut motor dengan 2 pole , akan menimbulkan
gaya electromechanical yang berbentuk elliptical pada stator, pada motor yang
mepunyai pole 4, jarak antar titik elliptical hanya sebesar 450 mekanik atau ½
dari motor 2 pole, dengan demikian motor 4 pole akan menghasilkan vibrasi
dengan frequency yang lebih rendah.
Page(s): 49 of 92
Vibrasi pada level 2 x line frequency akan naik secara signifikan jika terdapat
unsymmetrical air gap antara stator dan rotor.
Pada kondisi tsb, gaya electro-mechanic terbesar akan terjadi pada sisi yang
memiliki air gap terkecil, dengan demikian gaya electromagnetic akan didorong
pada sisi yang memiliki air gap terkecil.
F = B 2 / lg Î F : Gaya electromagnetic
B : Flux density didalam air gap
lg : length of air gap
Eccentric rotor adalah jika rotor core (Out side rotor core) tidak segaris dengan
journal bearing, akan menghasilkan unsymmetric air gap, dalam kondisi ini gaya
electromagnetic akan menjadi tidak balance dan gaya electromagnetic terbesar
akan terjadi pada air gap yang terkecil.
Unbalance yang terjadi akan berputar pada rotational frequency, dan akan
menimbulkan vibrasi pada 1 x line frequency. Flux yang akan menimbulkan gaya
electromagnetic adalah merupakan flux fundamental yang akan berputar
disekeliing stator pada synchronous speed.
Page(s): 50 of 92
Unbalance tertinggi terjadi pada bagian yang memiliki air gap terkecil ,
berpotongan dengan flux stator yang tertinggi maka akan menghasilkan gaya
maximum, gaya tersebut akan berkurang sejalan dengan makin lebarnya air gap.
Frequency unbalance dalam CPM akan sebanding dengan besarnya slip
putaran (rpm) motor x jumlah pole.
Contoh:
Motor dengan putaran synchron = 1500 RPM pada freq 50 Hz, dengan jumlah pole
= 4, dan putaran nominal rotor 1475 RPM, maka besarnya slip = 1500 Rpm –
1475 Rpm = 25 RPM, maka akan menghasilkan modulasi frequency sebesar : 4 x
25 = 100 RPM
Jika rotor bar putus atau terbukanya connection bar dengan end ring pada motor
induksi SQ type, maka pada rotor bar tsb tidak akan dialiri arus listrik.
Pada kondisi demikian maka pada rotor bar tsb, tidak akan terbentuk medan
magnit, sehingga akan menimbulkan perbedaan medan magnit antar rotor bar
yang sehat dng yag rusak, karena terdapat beda medan magnit maka pada rotor
bar akan timbul “unbalance electromagnitic”.
Frequency unbalance yang timbul akan sebanding dengan frequency slip x jumlah
pole. Dan akan menimbulkan bising yang tinggi pada mesin.
Page(s): 51 of 92
FREQUENCY AMPLITUDE
CAUSE PHASE ANGLE POWER CUT COMMENTS
OF VIBRATION RESPONSE
2 x can dominate
Misalignment: Primarily 2 x Some 1 during coast-down.
Phase angle can be Drops slowly with
Bearing x Radial High at DE Steady. 2 x is more prevalent
erratic. speed.
and Axial with higher
misalignment
Primarily 1 x Some 2 Parallel causes radial
Misalignment: x Drive 180o out Level drops slowly forces and angular
Steady
Coupling Radial High at DE Phase with NDE. with speed. causes axial.
and Axial Load dependent
1/4x, 1/3x, 1/2x or10- Erratic Full rubs tend to be 10
Rub – Disappears
20x can be seen depending to20x higher Bearing
- Seal/or Erratic suddenly at some
Primarily 2 x Some 1 upon misalignment can give
bearing lower speed.
x. Radial. severity. rub symptoms
1/4x, 1/3x, 1/2x, & 1x
Rotor with slip freq side Erratic High Severe pounding
bands. Radial
Looseness: Bearing seat looseness
2 x, 3 x may be seen Disappear at Some
Bearing (non- Steady. Fluctuates Looseness at bearing
Radial lower speed
rotating) split.
Can exist relative to
type of looseness Droop with speed
Rotor 1-10x with 1, 2, & 3 End plate loose
General core loose Erratic, high Can disappear
Core(rotating) predominant Radial Core ID loose
gives erratic suddenly
symptom.
Pedestals (non-rotating) 1-10x with 2 & 3 predominant Radial & Axial
1&3x Drops with speed.
External Fans Radial & Axial – N/A Fluctuates. Can disappear
OE(fan end) suddenly
NDE & DE in
Rotor has unbalance -
Unbalance 1x rotor speed. phase. Couple
Steady Level drops slowly can be due to thermal
Rotor Radial gives out of phase
problems
condition
1X Radial high at
Couple DE
Unbalance of NDE (fan end). 1X
180o out of phase Steady Level drops slowly.
External Fan Axial with high at fan
with EO
end.
Coupling 1 x Radial & higher Unbalance due to
Steady Level drops slowly
Unbalance on drive end coupling or key
DE runout should give
Bent Shaft 2 x Primarily EO 180o out of higher 2x axial at that
Steady Level drops slowly
Extension 1 x may be seen Axial phase with DE. end. Normal runout on
core - 1-2 mil.
Difference between
Eccentric Air Immediately drops max. and air gap
Strong 120 Hz Radial N/A Steady
Gap min. divided by ave. should
be less than 10%.
Eccentricity limit 1-2
1x Primarily Modulates in
Soft Foot mil.
Some 60 & 120 Hz Unsteady amplitude Immediately drops
Eccentric rotor Slip beat changes with
Radial with slip
speed/load
Page(s): 52 of 92
Page(s): 53 of 92
Oil Film
Approx.
Instability (Oil Unstable Steady
(.43-.48)*rotational
Whirl)
Anti-Friction Various Frequencies
Bearing dependent on bearing Unstable Steady. Four basic frequencies
Problems design
Resonant At forcing Frequency
N/A Steady Drops rapidly May be adjacent parts
Parts or Multiples
Magnification of 120 Hz
120 Hz.
Disappears electrical
Top Cover Fit Radial N/A Steady.
immediately. Top cover rests on
basic core support..
Vibrasi untuk mesin berputar secara umum berdasarkan standard NEMA MG 1-20.53.
C.6.5.3. DC Motor
Ref: NEMA, MG1. Part 23, (1-23.52), Part 24, (1-24.50) for DC Motor 125 – 8000 HP, with
speed 50 to 900 RPM
Page(s): 54 of 92
Maximum amplitude
Synchronous Speed. Rpm
Inches peak to peak
3000 and above 0.001
1500 - 2999 0.002
1000 - 1499 0.0025
999 and below 0.003
Page(s): 55 of 92
9.1 Generator
Beberapa langkah untuk mengatasi persoalan yang terjadi pada a.c. generator
pada saat di running.
Page(s): 56 of 92
Jika ditemui kasus seperti ini, yaitu tegengan generator keluar tetapi terlampau
rendah dan tidak dapat mencapai tegangan nominal walaupun sudah dinaikkan
dengan memutar rheostat, kemungkinan disebabkan oleh:
• Ada kesalahan wiring dari trafo sensing (Uh-Vh) ke AVR, sebaiknya wiring
dari exciter, trafo sensing dan main sensing U,V,W ke AVR di cek ulang
• Kemungkinan pada terminasi nya sudah karatan
• Adanya beban yang berlebihan
• Atau adanya kerusakan pada rotating rectifiernya,
Page(s): 57 of 92
Jika pada kondisi tanpa beban dan putaran nominal, tegangan generator baik atau
stabil, kemudian pada saat dibebani tegangan generator drop, kemungkinan
disebabkan oleh:
• Putaran engine atau turbine turun
• Adanya kerusakan pada rotating rectifier, lakukan pemeriksaan rectifier
• Kemungkinan magnetic centerline antara rotor dan stator ada pergeseran,
cek air gap dan posisi ujung core stator terhadap rotor
• Ada kerusakan pada winding rotor, cek winding seperti pada BAB Inspection
Jika beban reactive (kVAR) dari generator tidak terbagi sesuai dengan porsinya
dari masing-masing generator, pada saat generator dikerjakan parallel,
kemungkinan disebabkan oleh:
• Polaritas ( k – l ) dari static drop CT ke AVR terbalik
• Terminal ( k – l ) dari CT yang ada di AVR tertutup (closed), atau masih
dijumper.
• Ada kerusakan pada winding CT
9.1.8. Vibrasi
Lihat analisa vibrasi
Page(s): 58 of 92
9.1.10. Noise
Page(s): 59 of 92
Jika nilai Ris dan PI telah memenuhi (terutama untuk mesin bertegangan > 1000
volt. Pemansan dapat dihentikan, nilai tahanan isolasi dan PI lihat BAB
sebelumnya (inspeksi)
Ada 1 (dua) cara yang dapat digunakan untuk Dry-out current circulation
generator, yaitu:
• dc current circulating
Prinsip dari pemanasan ini adalah dengan melewatkan arus d.c kedalam winding
stator dengan menggunakan “variable extra power supply” yang mempunyai
tegangan rendah tetapi mempunyai kapasitas arus besar.
Cara dry-out untuk stator dengan 6 kabel keluaran, titik neutral dihubungkan
diterminal (lihat gambar dibawah):
• Disconnect semua control kabel ke AVR
• Hubungkan power cable stator secara seri, seperti pada gambar berikut
• Atur tegangan external power supply, amati arus yang mengalir pada
winding agar tidak melebihi arus nominal generator
• Putar rotor generator secara periodic agar tidak terjadi pemanasan lokal
pada rotor
• Amati suhu winding, dan suhu dijaga agar tidak melampaui nilai kelas
winding, lihat klasifikasi thermal winding
• Lakukan pengeringan dengan sistim ini sampai didapat resistansi isolasi
dicapai, kurang lebih akan memakan waktu 2 – 4 jam
• Dry out pada generator yang memiliki kabel keluaran 6 buah (titik netral
dihubungkan di terminal)
Connect kabel seperti pada gambar dibawah.
A C V a ria b le
P o w e r s u p p ly
R e c tifie r
G e n e ra to r
S ta to r w in d in g
Page(s): 60 of 92
Jika kabel keluaran hanya 4 buah (titik netral di koneksi didalam), semua kabel
keluaran stator (phase U, V, W) kecuali titik netral, dihubungkan parallel, lihat gambar.
Lakukan prosedur seperti diatas (pada generator 6 kabel keluaran).
A C V a r ia b le
P o w e r s u p p ly
• ac current circulating G e n e r a to r
S ta to r w in d in g
Prinsip dari pemanasan ini adalah dengan melewatkan arus a.c kedalam winding
stator dengan menggunakan “variable extra power supply” yang mempunyai
tegangan rendah tetapi mempunyai kapasitas arus besar. Cara dan prosedur
pemanasan seperti pada dc current circulating.
Jika pada ac current circulating akan digunakan maka rotor harus dikeluarkan dari
stator, agar pada saat stator diinjek dengan arus a.c rotor tidak berputar.
3. Beban Simulasi
Seperti pada langkah diatas, disconnect semua kabel control AVR dari stator dan
exciter, lihat gambar selanjutnya.
Kelemahan dari metode ini adalah: harus melakukan start – stop pengerak
generator, akan fleksible dilakukan jika penggeraknya menggunakan diesel, tetapi
Page(s): 61 of 92
akan mengalami kesulitan dan agak mustahil dilakukan jika penggeraknya dengan
turbine yang berkapasitas besar, karena akan menjadi sulit untuk start stop
turbine.
Jika dengan metode tersebut diatas (poin 1 – 3) tidak berhasil atau R isolasi tidak
ada perbaikan, hal itu menunjukkan adanya kerusakan winding.
Set point potentiom eter
Clamp Am p M eter
setting to a.c
Amp
U V W N E
AVR
R3
U /F
R4 s
U Voltage
t CT
V R1
Stability Stator
W S1
Exc. Rotor
R7 G1
Static k
Droop
Varistor
Diode
R6 L R otor
J1 UH1 G2
J2 U H2
K1
Aux Exc. Stator
K1 W H1 winding
J1
K2 W H2
Disconnect
this wiring
Disconnect
G1: M ain Stator / Main Rotor
Var. a.c.
Power supply G2: Exciter Stator / Exc. Rotor
(+)
Untuk dry – out dengan beban simulasi, hubungkan semua kabel seperti pada
gambar diatas.
9.2 Motor
9.2.1 Squirrel cage motor
Plat menempel / vibrasi pada permukaan core diatas slot rotor maka, kondisi bar
rotor baik, tetapi sebaliknya jika plat tidak bergetar / tidak menempel maka
kondisi bar mungkin rusak, kerusakan pada bar rotor dapat berupa:
Page(s): 62 of 92
Page(s): 63 of 92
Page(s): 64 of 92
Masalah yang paling sering ditemui dalam mesin dc adalah : sparking yang timbul
di antara carbon brush dengan commutator.
Page(s): 65 of 92
9.2.2.1 Sparking
Banyak hal yang dapat menimbulkan sparking. a.l:
• unbalance winding
• unsymmetrical air gap
• poor contact on the carbon brush surface
• un match carbon grade
• carbon mis alignment
• mis pressure carbon spring
• commutator oval
• wrong direct axis field to armature
Unbalance winding:
Check winding armature, field winding, interpole dan series winding dengan
menggunakan metode seperti yang sudah diterangkan sebelumnya, lihat
inspection.
Asymmetrical air-gap :
Check air gap dengan menggunakan filler gauge, gangguan ini sering terjadi pada
mesin yang menggunakan single bearing
Page(s): 66 of 92
overheating, tekanan pada brush spring normalnya 1.75 s/d 2.25 psi per luasan
brush, actual pressure hendaknya mengacu pada rekomendasi pabrik
Commutator oval :
Akan menimbulkan tekanan pada carbon ke commuatator tidak sama dan
akibatnya contact carbon akan menjadi tidak sempurna, untuk mengatasinya
sebaiknya setiap overhaul atau secara reguler commutator di machining ulang dan
di skim
Defleksi maximum collector ring / commmutator tergantung dari putaran
mesin.
Putaran mesin s/d 3600 RPM = 1 s/d 2 mills, untuk putaran yang lebih
rendah defleksinya lebih besar, tetapi nilai yang direkomendasikan = 2
mills
Page(s): 67 of 92
Fig: 9.16 Dense, shinig Slight porous sliding face Fig.9.17 Good Comm
Contoh operasi mesin dc yang baik, Permukaan “carbon brush” nampak licin dan
mengkilat, kondisi permukaan commutator silahkan lihat fig: 9.17
Fig:9.19 Hairlinining
and grove
Disebabkan oleh:
- Low current
density of carbon
brush (incorrect
grade)
- Atmospheric
contamination
(dust, oil, grease)
- Wrong brush
pressure
Disebabkan oleh:
- Commutator oval
- Fault armature
winding
- Segment short
circuit
Page(s): 68 of 92
Disebabkan oleh:
- Posisi brush tidak stabil akibat
rumah brush (brush holder)
longgar.
Page(s): 69 of 92
Disebabkan oleh:
- Current density yang tidak stabil
akibat dari brush spring yang terlalu
lemah
Disebabkan oleh:
- Fault winding
- Wrong carbon grade
Page(s): 70 of 92
Salah satu penyebab yang paling banyak dijumpai dilapangan dari sumber vibrasi
selain mis-alignment adalah, “unbalance rotor” .
Cara koreksi yang disebabkan oleh “unbalance rotor” adalah dengan cara
melakukan “dynamic balancing”.
Secara teoritis balancing harus dapat mengembalikan “central principal axis (axis
titik berat benda berputar) terletak satu sumbu dengan sumbu putar, tetapi dalam
kenyataannya yang disebabkan oleh batas ketelitian mesin, penempatan counter
weight dan letak titik berat benda yang tidak diketahui menyebabkan koreksi yang
dilakukan dengan dynamic balancing tidak dapat membuat principal axis benar-
benar dalam satu sumbu dengan sumbu putarnya.
Page(s): 71 of 92
Jika suatu benda berputar (rotor) ditambahkan benda pada permukaan rotor
dengan berat (“x – gram”) dan diletakkan pada jarak (“R – mm”) dari sumbu
putarnya, maka pada saat rotor tersebut diputar, benda yang ditempatkan pada
rotor itu akan menimbulkan gaya centrifugal sebesar:
F = 0.01 X W X R X (RPM/1000)2
F = Kg, W = Unbalance weight in gram
R = radius in mm,
Residual Unbalance yang masih diizinkan pada benda berputar sangat tergantung
pada:
Berat benda berputar (Kg)
Actual speed (RPM)
Diameter (mm)
Ub ×W
ReU =
2R
ReU = Final unbalance in grams
Ub = Residual unbalance in gr-mm/kg
R = Jari-jari benda berputar dalam mm
W = Berat rotor dalam kg
Jika koreksi unbalance menggunakan standard API 616 atau 611, maka residual
unbalance per plane (journal) ditentukan dengan formula sbb:
U max =(4 x W )/ N
Jika berat statik aktual tidak diketahui disetiap journal maka, berat rotor
keseluruhan dibagi 2 plane dengan sama besar.
Page(s): 72 of 92
Perhitungan residual unbalance yang masih diizinkan pada setiap plane (journal)
benda berputar dengan menggunakan Standard ISO. 1940
Contoh:
Berat rotor = 100 Kg
Diameter rotor = 500 mm
Putaran actual rotor = 1500 RPM
Berapa residual unbalance yg diizinkan
Jika rotor dikategorikan sebagai mesin dengan grade 6.3 ISO 1940, Ub
berdasarkan ISO 1940 untuk putaran 1500 RPM, adalah = 31.5 gr-mm / kg
(lihat grafik).
31 .5( gr − mm / kg ) × 100 kg
ReU = = 6.3 gr
500 mm
Residual unbalance yang masih di izinkan pada setiap plane (journal), untuk rotor
dengan berat 100 kg, diameter 500 mm, dan putaran 1500 RPM, sesuai dengan
standard ISO 1940. grade 6.3, adalah: 6.3 gram
Page(s): 73 of 92
Shaft
Piringan (disk)
Drums
Komponen “blade” yang terpasang pada shaft
Rotor
Jika sebuah shaft akan dilakukan dynamic balancing secara individu, dan jika shaft
tersebut menggunakan “single key way” maka key shaft harus dipasang penuh
sesuai ukuran lubang key shaft (tidak boleh menonjol dan tidak boleh kurang).
Page(s): 74 of 92
Dan jika shaft memliki lebih dari 1 key shaft dan posisinya tidak berlawanan 180 0
maka seluruh key shaft harus dipasang dengan sempurna, lihat illustrasi
pemasangan key shaft berikut.
9.3.2.2 Prosedure
Contoh:
R = 200 mm
Page(s): 75 of 92
Test Data
Position Amplitudo Phase angle
1 10 250
2 20 270
3 15 330
4 8 15
5 5 120
6 12 215
Graphic Analysis
Step 1 Buat plot dari data test pada polar chart yang sudah
disediakan, buat skala terbesar dan terkecil dari hasil test dihitung
rata2 dari pengurangan amplitude terbesar dng terkecil.
Amplitudo terbesar = 18
Amplitudo terkecil =5
Amplitudo rata-rata = (18-5)/2 = 6.5
Buat sketsa data test kedalam lingkaran plot sesuai dengan besar
amplitude dan sudutnya.
Step 2 Sket lingkaran (lingkaran dibuat sebulat mungkin) pada polar chart,
dimulai dari “amplitude terbesar” menuju 5 titik amplitude yang lain.
Step 3 Ukur diameter lingkaran kedalam satuan skala yang diperoleh dari
sket lingkaran pada step 2 (tarik garis lurus kearah horizontal, dari
amplitude terbesar melalui titik pusat lingkaran plot menuju garis
lingkaran yang arahnya berlawanan dng. Titik amplitude terbesar)Î
lihat sket
Page(s): 76 of 92
Skala polar
chart
40
20
30
10 23 unit skala
Amplitudo
terbesar = 20
pada 250o
Page(s): 77 of 92
Roll Impeller
Page(s): 78 of 92
Page(s): 79 of 92
• Buat lapisan isolasi kertas untuk slot, intermediate slot, fiiler, overhang dan
wedges
• buat coil winding sesuai dengan data sebelumnya, yaitu: dimensi kawat,
jumlah turn per group, jumlah group
• masukkan semua kertas isolasi untuk dasar slot
• masukkan semua coil winding dan intermediat isolasi, filler dan wedges
• test coil sebelum di koneksi antar coilnya, test pada phase ini meliputi:
9 test isolasi
9 test Rdc
9 test surge
Fig: 9. 32 Re-Winding
Page(s): 80 of 92
Langkah 4, Connection:
• Gabungkan semua coil yang akan dijoint dan ikat dengan kawat email
dengan baik, rapikan ujung-ujung coil
• Koneksi coil dengan menggunakan silver welding
• Jika welding connection sudah selesai, test hasil connection seperti test
sebelumnya, termasuk test polarity
• Rapikan end connection welding dan bungkus dengan insulation tape a.l.
kapton, mica tape, dan glass tape
• Rapikan end winding connection dan ikat dengan menggunakan bending rope
pada overhang winding dan tambahkan blocking coil jika diperlukan, lakukan
juga pada sisi DS
• Sekali lagi test Insulation resistance
Langkah 5. Varnishing
Sistim ini sangat menentukan life time dari mesin disamping penggunaan material
isolasi nya, untuk varnish pergunakan varnish sesuai dengan thermal class dari
mesin, normalnya 1 tingkat lebih tinggi dari sistim thermal class dari mesin
Metode yang digunakan untuk varnishing ada 2 macam, yaitu:
1. Metode double dipping (dua kali celup)
2. Metode Vacuum Pressure Impregnation (VPI)
Page(s): 81 of 92
1. Lakukan pre heating seperti pada langkah awal pada double dipping
2. Persipkan VPI tank
3. Masukkan Stator winding pada VPI tank, pompa VPI sampai tekanan +/- (-1
s/d -2 atm)
4. Biarkan kira-kira selama 20 menit
5. Angkat stator winding dari VPI dan panaskan dalam oven, set temperature
pada 1500C selam 8 jam
6. Kelurkan dari oven dan smprotkan lapisan insulation painting, setelah dingin
lakuakn test seperti pada double dipping, stator siap di assembling
Fig.9.34 VPI
Page(s): 82 of 92
Jika rotor dari stator yang sedang diperbaiki adalah merupakan wound rotor,
sebaiknya rotor juga dilakukan perbaikan isolasi / “revarnishing” dan cleaning.
Revarnishing pada wound rotor dilakukan seperti pada stator, cukup dengan
double dipping varnishing, lakukan prosedure varnishing seperti sebelumnya
Page(s): 83 of 92
Dynamic balancing
Idealnya jika pendistribusian berat di dalam komponen benda yang berputar
didistribusikan secara merata, maka kasus unbalance rotor tidak ada, tetapi dalam
kenyataan lapangan tidak lah demikian karena disebabkan oleh banyak faktor, a.l:
1. Mutu casting pada metal
2. Penambahan baut di banyak tempat dengan berat dan sudut yang tidak
sama dan merata
3. Penambahan varnish dan benda lain pada rotor
4. dll
Seperti apa yang telah diterangkan pada balancing concept (lihat pada BAB
sebelumnya tentang Vibration), semua benda berputar termasuk kompenen yang
menempel padanya harus di balancing.
Langkah 7. Assembly
Dalam melakukan assembly stator dan rotor berikut komponennya gunakan
peralatan yang sesuai. Pada saat memasukkan rotor ke dalam stator lakukan
dengan hati-hati agar rotor tidak menyentuh permukaan core / winding stator.
Dan perhatikan ujung magnetic core rotor agar duduk tepat dengan ujung
core stator
Pemasangan non sleeve bearing, pergunakan peralatan yang baik agar pada
waktu pemansan bearing, panas yang timbul dapat menyebar secara merata
diseluruh permukaan bearing, karena bearing adalah komponen yang sangat peka
terhadap thermal stress.
Pada waktu memasukkan bearing ke shaft jangan sekali-kali di pukul dengan
benda keras karena akan merusak bearing.
Page(s): 84 of 92
Untuk proses proquirement dan manufacture silahkan lihat “Data sheet rotor
winding annex. 2”
Page(s): 85 of 92
Prosedure rewinding sama dengan rewinding stator LV/MV, Berikut adalah langkah
–langkah rewinding Rotor Motor Slipring atau Motor DC:
Fig.9.39 Rewinding Slipring motor, Cylindrical pole rotor generator dan DC Rotor
Page(s): 86 of 92
Skimming Commutator
Page(s): 87 of 92
1. Test Rdc
2. Test Insulation Resistance
3. Test Surge
4. Test impedance
a. dc voltage drop test
b. ac voltage drop test
Langkah 5. Varnishing
Untuk selanjutnya varnishing, oven dan assembly lihat prosedure sebelumnya
Page(s): 88 of 92
Seperti pada fixed type rotor, lepas semua koneksi rotor, v-block dan data semua
winding rotor, untuk mempermudah rewinding rotor core type ini dapat dilepas
dari rotor yoke. Lakukan semua pendataan winding setelah rotor core dilepas dari
rotor yoke.
Bersihkan semua kotoran yang menempel pada rotor core hingga bersih,
kemudian masukkan oven dan setting oven seperti prosedure sebelumnya dan
lapisi core dengan insulation painting.
Buat lapisan kertas isolasi seperti pada fixed type core untuk dasar core dan
gunakan material sesuai dengan thermal class nya, jangan sekali-kali
menggunakan material yang memilki thermal class dibawah thermal class mesin.
Persiapkan kawat winding dan pole rotor pada mesin rewiniding, gunakan tekanan
kawat sesuai dengan dimensi kawat dan kecepatan putaran mesin winding.
Tempatkan rotor pole dimeja rewinding dan ikat dengan baut kuat-kuat dan
tempatkan kawat winding dengan jarak yang cukup untuk movement orang,
clamp kawat dengan alat jepit yang dapat dimonitor tekanannya, jaga tekanan
kawat agar stabil disemua putaran mesin winding, pada contoh kasus ini besar
tekanan k/l 10 -15 kg.
Page(s): 89 of 92
Page(s): 90 of 92
Langkah terakhir sebelum rotor di Assembling, baik untuk rotor DC, AC motor
maupun Generator adalah dynamic balancing, (lihat pada bab sebelumnya untuk
“dynamic balancing correction”).
Coil HV agak sedikit berbeda dengan MV/LV coil, pada semua mesin HV pada
umumnya dilapisi dengan anti partial discharge insulation, yang berfungsi sebagai
discharge jika terjadi over voltage dan pelepasan elektron yang terjadi pada
winding coil ke ground. Fenomena partial discharge hanya terjadi pada mesin
yang memilki tegangan ≥ 4000 V.
Fig.9.45. HV Coil
Winding
Prosedure rewinding tidak jauh berbeda dengan LV atau MV winding, kecuali pada
sistim varnishing, pada coil HV tidak dibenarkan untuk divarnish, karena varnish
akan melapisi / menutupi lapisan partial discharge coil, dan akan mengakibatkan
lapisan tersebut tidak akan bekerja.
Laksanakan prosedure rewinding pada LV/MV dari langkah 1 s/d langkah 4, yaitu:
1. Data winding
2. Remove winding lama
3. Cleaning
4. Persiapan rewinding dan testing
5. Assembly
6. dll
Data yang diperlukan pada HV coil atau type coil lain baik MV/LV yang terbuat dari
square wire proses manufacture dan proquirement (lihat Annex 1. Stator Data
Sheet)
Page(s): 91 of 92
Core stator untuk HV machine, tidak boleh dilapisi insulation painting kecuali
hanya pada permukaan core saja.
Untuk mengukur skewing pada slot gunakan mistar diletakkan diatas slot
kemudian ditarik garis lurus pada satu slot, kemudian ukur skewing slot, kearah
kanan / kiri, (besar skewing biasanya = 1 slot)
Pada saat memasukkan winding coil ke slot stator, agar di lakukan dengan hati-
hati agar partial discharge insulation tape tidak terkelupas atau lecet.
Connection:
Untuk connection winding yang menggunakan coil dari jenis “rectangular wire”
(baik untuk LV maupun HV winding) gunakan spot welding dengan perak sebagai
media welding. Langkah selanjutnya lakukan seperti pada rewinding prosedure
pada LV dan HV, tanpa varnishing process.
Page(s): 92 of 92