Anda di halaman 1dari 21

RANGKUMAN MATERI

SKL: Memahami pernyataan dalam matematika dan ingkarannya, menentukan nilai


kebenaran pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor, serta menggunakan prinsip
logika matematika dalam pemecahan masalah.
LOGIKA MATEMATIKA
1. PERNYATAAN DAN INGKARANNYA
Pernyataan adalah kalimat yang memiliki nilai kebenaran (benar saja atau salah saja,
tidak sekaligus keduanya).
Ingkaran suatu pernyataan (negasi) adalah suatu pernyataan baru yang didapat dari
pernyataan semula yang bernilai benar jika pernyataan semula salah atau bernilai salah
jika pernyataan semula benar ( negasi dari

p ).

adalah

2. PERNYATAAN MAJEMUK
Pernyataan majemuk adalah pernyataan yang diperoleh dari penggabungan dua
pernyataan tunggak atau lebih, menggunakan kata hubung sebagai berikut:
: dan
: atau

: jika maka

: jika dan hanya jika


Jika p dan q masing-masing suatu pernyataan, maka table kebenaran dari kalimat
majemuknya adalah sebagai berikut
p

pq

pq

p
B
B
S
B
B
B
B
S
S
S
B
S
S
B
B
S
B
B
S
S
B
S
S
B
NEGASI/INGKARAN DARI PERNYATAAN MAJEMUK

(
p) p

(p q) (
p

(p q) (
p

(p

q) (p

Konvers

:q

Invers

q p
SIFAT-SIFAT
komutatif
pqqp
pqqp
asosiatif
p(qr) (pq)r
p(qr) (pq)r

B
S
S
B

q)
q)
catatan: p

q) (q

pq

p)

q dapat dibuat

p
p

Kontraposisi
:
q
Dari hal di atas terdapat identitas

q)

(p
q) (p
KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI
Dari suatu implikasi p

q
p

p
q

distributive
p(qr) (pq)(pr)
p(qr) (pq)(pr)
3. PERNYATAAN BERKUANTOR

Kuantor universal:

dibaca setiap atau semua

Kuantor eksistensial: dibaca ada atau terdapat (paling sedikit satu)


Ingkaran pernyataan berkuantor
pernyataan
ingkaran

x, p(x)

x, q(x)

x,
p(x)
x,

q(x)
4. PENARIKAN KESIMPULAN
Dari beberapa pernyataan (premis) dapat dibuat sebuah kesimpulan (konklusi) berupa
pernyataan lain. Penarikan kesimpulan dianggap sah jika dan hanya jika konjungsi dari
premis-premisnya berimplikasi dengan konklusi bernilai benar.
Beberapa penarikan kesimpulan yang sah adalah sbb:
Modus ponens

Premis 1 : p q
Premis 2 : p
Konklusi : q
Modus tollens

Premis 1 : p q
Premis 2 :
Konklusi :
Prinsip Silogisme

Premis 1 : p
Premis 2 : q
Konklusi : p

q
p

SKL: Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan aturan pangkat, akar dan logaritma,
fungsi aljabar sederhana, fungsi kuadrat, fungsi eksponen dan grafiknya, fungsi komposisi
dan fungsi invers, system persamaan linear, persamaan dan pertidaksamaan kuadrat,
persamaan lingkaran dan persamaan garis singgungnya, suku banyak, algoritma sisa dan
teorema pembagian, program linear, matriks dan determinan, vector, transformasi
geometrid an komposisinya, barisan dan deret, serta mampu menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
A. BENTUK PANGKAT DAN AKAR
1. SIFAT

R dan a 0, serta m, n

Misalkan a, b
m

R, berlaku

m+ n

a a =a

am :a n=a mn

(am )n=amn

(a b)n =an b n

a n an
= n ,b0
b
b

()

a =1, a

1
an = n , a 0
a

a n = am

2. OPERASI ALJABAR PADA BENTUK AKAR

R dan a

Misalkan a, b

m a+ n a=(m+ n) a

m an a=(mn) a

a b= a b

a = a
b b

m a n b=mn a b

a a=a

0, b

0 serta m, n

R berlaku

Merasionalkan penyebut pecahan bentuk akar

a
a
b a b
= =
b b b b

a = a b = ab
b b b b

c
c
a b c ( a b )
=

= 2
a b a b a b
a b

c
c
a b c ( a b )
=

=
ab
a b a b a b

Bentuk akar di dalam akar

a 2 b= p q

dengan a = p+q, b = pq, dan a, b, p, q

3. PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN


Persamaan eksponen

Jika

a>0, a 1 , dan

a f ( x)=a p maka

Jika

a>0, a 1 , dan

a f ( x)=a g (x)

Jika

h(x )f (x)=h(x) g(x) , maka penyelesaiannya adalah

1.
2.
3.
4.

f (x)= p

maka

f (x)=g( x)

f(x) = g(x)
h(x) = 1
h(x) = -1 dengan f(x) dan g(x) ganjil atau f(x) dan g(x) genap
h(x) = 0, dengan f(x) > 0 dan g(x) > 0

Untuk bentuk

A ( a f ( x) ) + B ( af (x) ) +C=0

dengan

a>0

dan

a1

penyelesaiannya

ditentukan dengan mengubah persamaan tersebut menjadi persamaan kuadrat


Pertidaksamaan eksponen

Jika

a>0

, maka

a f ( x) a g( x)

f (x) g( x )
3

0<a <1,

Jika

Untuk

A (a

bentuk

a f ( x) a g( x)

maka

f ( x) g( x )

f ( x) 2

) + B ( af (x) ) +C=0

penyelesaiannya

ditentukan

dengan

mengubah persamaan tersebut menjadi persamaan kuadrat


4. DEFINISI FUNGSI EKSPONEN

f : x ax

f (x)= y =a x

atau

a>0

dengan

dan

a 1 , dan

xR

Df ={ x|< x <+ , x R }
Rf ={ y| y >0, y R }
Sifat-sifat grafik fungsi eksponen
x

Grafik fungsi eksponen f(x)= a

untuk 0<a<1 merupakan fungsi turun


Grafik memotong sumbu Y di titik (0, 1)
Grafik selalu di atas sumbu X dan sumbu X merupakan asimtot datar.

untuk a>1, merupakan fungsi naik, tetapi

B. LOGARITMA
1. PENGERTIAN

log y=x

a =y

dengan

a>0

dan

a1

2. SIFAT-SIFAT

log a=1

log a x =x
a

log y

log ( xy )=a log x +alog y

log

( xy )= log x log y

log x =n . log x
p

log x
1
=x
log a
log a

log x = p

=y

log x . x log y =a log y


m

log x =alog x m

am

log x =

1 a
log x
m

3. PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LOGARITMA


Persamaan logaritma

Jika

p>0

dan

log f (x)=a log p

log f (x)=a log g( x)

maka

maka

f ( x)=g( x)

f (x)= p
dengan

dengan

f ( x)>0

f ( x ) >0, g ( x ) >0

Bentuk

{alog f (x)} + B {alog f ( x)}+C=0

. bentuk ini dapat diselesaikan dengan

mengubah persamaan tersebut ke dalam bentuk persamaan kuadrat


Pertidaksamaan logaritma

Untuk

a>1

log f ( x) a log g( x ) , maka

Jika

Dengan syarat

dan

g( x)> 0

0<a <1

Untuk
a

log f ( x) a log g( x ) , maka

Jika

Dengan syarat

f ( x)>0

f ( x) g( x )

f ( x)>0

dan

f ( x) g( x )

g( x)> 0
2

Untuk pertidaksamaan bentuk

{alog f (x) } + B {alog f ( x)}+C

. bentuk ini dapat

diselesaikan dengan mengubah persamaan tersebut ke dalam bentuk persamaan


kuadrat
4. FUNGSI LOGARITMA
a

f : x log x

f (x)= y =alog x

atau

dengan

a>0

dan

a1

Df ={ x| 0, x R }
Rf ={ y|< y <+ , y R }
Sifat-sifat grafik fungsi logaritma

Untuk
Jika

x 2> x 1 maka alog x 2> a log x 1 , atau sebaliknya maka fungsi naik

Untuk
Jika

a>1

0<a <1
a

x 2> x 1 maka log x 2< log x 1 , atau sebaliknya maka fungsi turun

Grafik selalu disebelah kanan sumbu Y dan sumbu Y disebut asimtot tegak
Grafik memotong sumbu X di titik (1, 0)

C. PERSAMAAN, PERTIDAKSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT


1. PERSAMAAN KUADRAT
Bentuk umum persamaan kuadrat
ax2 + bx + c = 0, dengan a, b, c

R dan a 0

diskriminan persamaan kuadrat


Jika D>0, maka persamaan kuadrat memiliki dua akar real yang berbeda
Jika D=0, maka persamaan kuadrat memiliki dua akar real sama
Jika D<0, maka persamaan kuadrat tidak memiliki akar real
Menyelesaikan persamaan kuadrat
Faktorisasi
Bentuk x2+ bx + c = 0, difaktorkan menjadi (x+x 1)(x+x2)=0, dengan x1+x2=b dan
x1x2=c
Melengkapkan bentuk kuadrat sempurna
Persamaan ax2 + bx + c = 0 diubah menjadi bentuk (x+p) 2=q, dengan q 0

Menggunakan rumus kuadrat

b b24 ac
x 1.2=
2a
Rumus jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat
Misalkan x1 dan x2 akar-akar dari ax2 + bx + c = 0, berlaku

x 1+ x 2=

x 1 . x2 =

b
a

c
a
5

D
x 1x 2=
a

Menyusun persamaan kuadrat dari akar-akarnya


Jika x1 dan x2 akar-akar suatu persamaan kuadrat, maka persamaan kuadrat itu adalah:
(x-x1)(x-x2)=0
x2-(x1+x2)x+x1.x2=0
jika x1 dan x2 akar-akar suatu persamaan kuadrat, maka persamaan kuadrat baru yang
akar-akarnya mempunyai hubungan dengan akar-akar lainnya
Akar-akar baru
Persamaan kuadrat baru
x1+m dan x2+m
a(x-m)2+b(x-m)+c=0
x1-m dan x2-m
a(x+m)2+b(x+m)+c=0
mx1 dan mx2
x
x 2
a m
+b m +c=0

( )

( )

m
x1
x1
m

dan

m
x2

dan

x2
m

m
x

( )

a ( mx )

+b

( mx )

+c=0

+b ( mx ) +c=0

2. PERTIDAKSAMAAN KUADRAT
Menyelesaikan pertidaksamaan kuadrat
Langkah 1:
Menentukan akar-akar (titik kritis) dengan cara-cara seperti menyelesaikan persamaan
kuadrat.
Langkah 2:
Menentukan tanda-tanda di tiap-tiap segmen di sebelah akar-akar dengan
metode titik uji
Jika x1<x2 dan (x-x1)(x-x2)<0, maka x1<x<x2
Jika x1<x2 dan (x-x1)(x-x2)>0, maka x<x1 atau x>x2
3. FUNGSI KUADRAT
Menggambar grafik fungsi kuadrat
Tentukan titik potong dengan sumbu Y ( x=0)
Jika D>0, tentukan titik potong dengan sumbu X (y=0)

Tentukan sumbu simetri,

Tentukan titik balik kurva

x=

b
2a

( b2 a , D
4a )

Kedudukan parabola terhadap sumbu X


a>0 dan D>0
a>0 dan D=0
4

20

10

0
-4

-2

-2

0
-4

-2

0
0

a<0 dan D>0


0
-4
0
-2

0
-2

4 -4

-2

a<0 dan D=0

-4

a>0 dan D<0

-2

-2

a<0 dan D<0

0
4 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3
-5

-4

-10

-6

-15

Menentukan persamaan fungsi kuadrat


Jika diketahui titik balik (xp, yp) maka persamaannya y=a(x-xp)2+yp
Jika diketahui titik potong dengan sumbu X, (x1, 0) dan (x2, 0) maka
persamaannya adalah y=a(x-x1)(x-x2)
Jika diketahui tiga titik yang dilalui oleh kurva substitusikan ke persamaan
y=ax2+bx+c
D. PERSAMAAN LINGKARAN DAN PERSAMAAN GARIS SINGGUNG
1. PERSAMAAN LINGKARAN
Persamaan lingkaran berpusat di O(0, 0) dan berjari-jari r adalah x 2+y2=r2
Persamaan lingkaran berpusat di (a, b) dan berjari-jari r adalah (x-a) 2+(y-b)2=r2
Bentuk umum persamaan lingkaran x2+y2+Ax+By+C=0 dengan pusat (-A,
-B) dan jari-jari r=

1 2 1 2
A + B C
4
4

2. KEDUDUKAN GARIS TERHADAP LINGKARAN


Garis memotong lingkaran di dua titik jika D>0
Garis menyinggung lingkaran jika D=0
Garis di luar tidak memotong lingkaran jika D<0
3. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN
Persamaan garis singgung di titik (x 1, y1) pada lingkaran x2+y2=r2 adalah
x1x+y1y=r2
Persamaan garis singgung di titik (x1, y1) pada lingkaran (x-a)2+(y-b)2=r2 adalah
(x1-a)(x-a)+(y1-b)(y-b)=r2
Persamaan garis singgung di titik (x 1, y1) pada lingkaran x2+y2+Ax+By+C=0
adalah x1x+y1y+A(x+x1)+B(y+y1)+C=0
Persamaan garis singgung lingkaran (x-a) 2+(y-b)2=r2 dengan gradient m adalah
y-b=m(x-a) r

1+ m2

E. KOMPOSISI FUNGSI DAN FUNGSI INVERS


1. KOMPOSISI FUNGSI
Komposisi fungsi adalah pemetaan dua fungsi (atau lebih) secara berurutan
(g o f)(x) = komposisi fungsi f dilanjutkan dengan fungsi g
(f o g)(x) = komposisi fungsi g dilanjutkan dengan fungsi f
Sifat komposisi fungsi
(g o f)

(f o g)

(f o I) = (I o f) = f, dengan I adalah identitas


(f o g) o h = f o (g o h)
2. FUNGSI INVERS
f-1 adalah fungsi invers dari f
fungsi f-1 mempunyai fungsi invers jika fungsi f merupakan korespondensi satu-satu
3. SIFAT FUNGSI INVERS
f o f-1 = f-1o f = I
(g o f)-1 = f-1 o g-1

fog=h

gof=h

g = h o f-1

f ( x )=

ax +b
cx +d

g = f-1o h

maka

f 1 ( x )=

dx +b
cxa

F. SUKU BANYAK
1. TEOREMA SISA
Jika suku banyak f(x) dibagi (x k), maka sisanya adalah f(k)
7

Jika suku banyak f(x) dibagi (ax + b), maka sisanya adalah f

b
)
a

Jika suku banyak f(x) dibagi (x-a)(x-b), maka sisanya adalah px+q dengan
f(a)=pa+q dan f(b)=pb+q
2. TEOREMA FAKTOR
(x k) merupakan factor dari suku banyak f(x) jika dan hanya jika f(k)=0
3. MENENTUKAN AKAR-AKAR SUATU SUKU BANYAK
Misalkan f(x)=anxn+an-1xn-1+an-2xn-2++a1x+a0. p merupakan factor a0 dan q
merupakan factor an. Akar-akar yang mungkin pastilah anggota himpunan {

p
q }

Jika diketahui suatu akar x=k, sederhanakan suku banyak f(x). misalkan f(x)=(xk).h(x), teruskan mencari akar dari h(x) dan begitu seterusnya sampai selesai.
4. AKAR-AKAR PERSAMAAN SUKU BANYAK
a. Jika f(x)=ax3+bx2+cx+d, maka
x1+x2+x3=-b/a
x1x2+x1x3+x2x3=c/a
x1x2x3=-d/a
b. Jika f(x)=ax4+bx3+cx2+dx+e, maka
x1+x2+x3+x4=-b/a
x1x2+x1x3+x1x4+x2x3+x2x4+x3x4=c/a
x1x2x3+x1x2x4+x2x3x4+x1x3x4=-d/a
x1x2x3x4=e/a
G. SISTEM PERSAMAAN LINEAR
1. System persamaan linear dua variable (SPLDV)
Bentuk umum SPLDV adalah
a1x+b1y=c1
a2x+b2y=c2
Menentukan penyelesaian SPLDV dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
metode grafik, metode substitusi, metode eliminasi, dan metode eliminasi-substitusi
2. System persamaan linear tiga variable
Bentuk umum SPLTV adalah
a1x+b1y+c1z=d1
a2x+b2y+c2z=d2
a3x+b3y+c3z=d3
Menentukan penyelesaian SPLTV dapat menggunkanakan metode substitusi dan
eliminasi
3. System persamaan linear dan kuadrat dua variable
Bentuk umum SPLKDV adalah
y=ax+b
y=px2+qx+r
Tiga kemungkinan menyelesaikan SPLKDV
Memiliki dua penyelesaian (x1, y1) dan (x2, y2) jika saling berpotongan
Memiliki penyelesaian tunggal (x1, y1) jika garis menyinggung kurva
Tidak memiliki penyelesaian, jika tidak saling berpotongan
4. System persamaan kuadrat dan kuadrat dua variable
y=ax2+bx+c
y=px2+qx+r
Kemungkinan penyelsaian system persamaan kuadrat dan kuadrat dua variable sama
dengan kemungkinan penyelesaian SPLKDV
H. PROGRAM LINEAR
1. Pengertian program linear
Program linear adalah suatu metode atau cara yang dapat digunakan sebagai solusi
masalah optimalisasi, yaitu memaksimumkan atau meminimumkan suatu bentuk
fungsi obyektif atau fungsi sasaran dengan kendala-kendala berupa system
pertidaksamaan linear
2. Pertidaksamaan linear dua variable
8

Menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan linear dua variable


Gambar garis ax+by=c
Ambil sembarang titik (x1, y1) yang terletak diluar garis ax+by=c
Substitusikan titik tersebut kedalam pertidaksamaan
Apabila pertidaksamaan benar, maka daerah yang memuat titik (x 1, y1) adalah
himpunan penyelesaiannya. Jika pertidaksamaan salah, maka daerah lain yang
tidak memuat titik (x1, y1) adalah himpunan penyelesaian.
3. Nilai optimum
Metode uji titik pojok
Nilai optimum dari bentuk (ax + by) cukup dihitung pada titik-titik pojok daerah
himpunan penyelesaian
Metode garis selidik
Garis-garis selidik berbentuk ax + by = k
I. MATRIKS
Matriks adalah susunan bilangan berbentuk persegipanjang yang diatur dalam baris dan
kolom
Missal,

( )

Matriks

A= a b
c d

Matriks

B= e f
g h

( )
( )

A= A t= a c
b d

Transpose matriks

( )( )(

A B= a b e f = a e b f
c d
g h
c g d h

kA=k a b = ka kb
c d
kc kd

AB= a b e f = ae+ bg af +bh


c d g h
ce +dg cf + dh

( )(

( )( ) (

Determinan matrik A = det A = IAI = ad bc


Matriks A disebut matriks singular jika det A = 0

Invers matriks A =

A1=

( )

A A1= A1 A=I = 1 0
0 1

1
d b
adbc c a

, I adalah matriks identitas

Missal X adalah matriks


Jika AX = B, maka X = A-1B
Jika XA = B, maka X = BA-1

J. VEKTOR
Vector adalah besaran yang mempunyai panjang dan arah

Jika suatu titik A(a1, a2, a3) dalam ruang dan O titik pangkal, maka

vector

posisi

dari

titik

dan

dapat

ditulis

OA=a

()

a1

OA=a= a2
a3

adalah

atau

OA=a=a 1 i +a2 j+a 3 k

Vector dapat dijumlahkan dengan aturan jajargenjang atau segitiga

OA +
AB=
OB
9


AB=OBOA

AB=b a

( )

b1a1

AB = b2a2
b3a3

|
AB|= ( b 1a1 ) + ( b 2a 2) + ( b3a3 )
2

() ()
( )

a1
a = a2
a3

Jika

1.

dan

b1
b= b
2
b3

maka

a1 +b 1

a + b= a2 +b 2
a3 +b 3

2. Untuk m = bilangan real

()( )

a1
ma1
m a=m a2 = ma2
a3
ma3

OA=a=a 1 i +a2 j+a 3 k ,

Jika

OB=b =b1 i + b2 j+ b3 k

dan P terletak pada AB dengan

perbandingan AP : PB = m : n atau m PB = n AP maka

()

a1
a = a2
a3

Jika

dan

()

b1
b= b
2
b3

n a +m b

OP=p=
m+ n

maka

a . b=a1 b1+ a2 b2 +a3 b3


a . b=|a||b|cos ( a , b )
Atau

cos ( a , b )=

a1 b1 +a 2 b 2+ a3 b3

2
1

+ a22+ a32 b12 +b 22 +b 32

Menentukan panjang proyeksi dan vector proyeksi

Jika

a . b
|b|

(proyeksi scalar)

a . b
b
2
|b|

(proyeksi vector)

|c|=
c =

adalah proyeksi vector

pada vector

b
, maka

K. TRANSFORMASI GEOMETRI
1. Matriks yang bersesuaian dengan transformasi
Transformasi
Matriks
Refleksi terhadap sumbu X
1 0

(0 1)
10

Refleksi terhadap sumbu Y

(10 01)

Refleksi terhadap garis y = x

(01 10)

Rfleksi terhadap garis y = -x

(10 10 )

Refleksi terhadap titik asal O(0,0)


sebesar

(10 10 )

Rotasi terhadap pusat O(0,0)


sebesar
Rotasi terhadap pusat P(a,b)
sebesar

(cos
sin

(cos
sin

sin
cos

)( ) ( )

sin xa + a
cos yb b

Dilatasi [O, k]

(k0 0k )

Dilatasi [P(a,b), k]

+ a
(k0 0k )( xa
y b ) (b )

2. Komposisi transformasi
Komposisi translasi berurutan
T2 o T1 (x,y) = T1 o T2 (x,y) = (T1 + T2)(x,y)
Komposisi refleksi berurutan
a. Terhadap dua sumbu yang sejajar sumbu Y
m1=refleksi terhadap garis x=k1
m2=refleksi terhadap garis x=k2
P(x,y)
P(x,y)

m 2 m1

m1 m2

P(2(k2-k1)+x, y)
P(2(k1-k2)+x, y)

b. Terhadap dua sumbu yang sejajar sumbu X


m1=refleksi terhadap garis y=k1
m2=refleksi terhadap garis y=k2
P(x,y)
P(x,y)

m 2 m1

m1 m2

P(x, 2(k2-k1)+y)
P(x, 2(k1-k2)+y)

c. Terhadap dua sumbu yang saling tegak lurus


Komposisi dua refleksi yang berurutan terhadap dua sumbu yang saling
tegak lurus ekuivalen dengan rotasi terhadap perpotongan dua sumbu
tersebut sebesar
m1=refleksi terhadap garis y=k1
m2=refleksi terhadap garis x=k2
sumbu y=k1 dan x=k2 berpotongan di (k2, k1)
P(x,y)

R[ ( k 2 , k 1 ) , ]

P(2k2-x, 2k1-y)

d. Terhadap dua sumbu yang saling berpotongan


Komposisi dua refleksi yang berurutan terhadap dua sumbu berpotongan
ekuivalen dengan rotasi yang
Berpusat pada titik potong kedua sumbu
Bersudut dua kali sudut antara dua sumbu
Arahnya dari sumbu pertama ke sumbu kedua
11

Komposisi dua rotasi sepusat yang berurutan


Komposisi dua rotasi yang berurutan terhadap pusat yang sama ekuivalen dengan
rotasi yang
Pusatnya sama
Bersudut dua kali sudut antara dua sumbu
Arahnya dari sumbu pertama ke sumbu kedua

L. BARISAN DAN DERET


1. Barisan dan deret aritmetika
Barisan aritmetika
Bentuk umum a, a+b, a+2b, a+3b, , a+(n-1)b
Un=a+(n-1)b dan b=Un-Un-1
Suku tengah Uk=(U1+U2k-1) dengan (2k-1) adalah banyaknya suku
Sisipan antara dua bilangan: missal di antara dua bilangan x dan y disisipkan k
bilangan sehingga membentuk barisan aritmetika, maka beda barisan tersebut adalah

b=

y x
k +1

dengan: x, y = dua bilangan awal sebelum disisipkan ; k=jumlah bilangan

yang disisipkan
Deret aritmetika
Jumlah n suku pertama deret aritmetika

n
S n= (2 a+ ( n1 ) b)
2

2. Barisan dan deret geometri


Barisan geometri

r=

a, ar, ar2, ar3, , arn-1 sehingga Un= arn-1 dan


suku tengah

U k = U 1. . U 2 k1

sisipan antara dua bilangan

Un
U n1

dengan (2k-1) adalah banyaknya suku

r=

k+1

y
x

dengan: x, y = dua bilangan awal sebelum disisipkan; k=jumlah bilangan yang akan
disisipkan
Deret geometri
Jumlah n suku pertama deret geometri
n

a(1r )
S n=
1r

untuk r < 1

a( r 1)
S n=
r 1

atau

untuk r > 1

Jumlah deret geometri tak hingga

S =

a
1r

untuk -1 < r < 1 dan r

SKL: Memahami sifat atau geometri dalam menentukan kedudukan titik, garis, dan bidang,
jarak dan sudut
DIMENSI TIGA
1. Proyeksi
Proyeksi titik A pada garis adalah titik kaki garis yang ditarik tegak lurus dari A pada

A
A

Proyeksi A ke bidang adalah titik tembus garis yang ditarik dari A tegak lurus bidang

A
12


A
Proyeksi garis pada adalah ruas garis AB pada bidang . Jika A dan B masingmasing proyeksi titik A dan B yang terletak pada garis ke bidang
B

A
A
B

2. Jarak
Jarak antara titik dengan sebuah bidang adalah panjang proyektor titik ke bidang
tersebut
Jarak antara dua garis sejajar adalah ruas garis yang tegak lurus pada dua garis
tersebut
Jarak antara garis dan bidang sejajar adalah ruas garis yang tegak lurus
terhadap garis dan bidang tersebut
Jarak antara dua bidang adalah panjang ruas garis yang tegak lurus terhadap
dua bidang tersebut
3. Sudut
Sudut antara garis dan bidang adalah sudut antara garis tersebut dengan
proyeksinya ke bidang
Sudut antara dua bidang dan adalah sudut yang dibentuk oleh garis pada
dan garis m pada , dan m masing-masing tegak lurus pada garis potong (,)
dititik P
SKL: memahami konsep perbandingan fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri,
melakukan manipulasi aljabar untuk menyusun bukti serta mampu menggunakannya
dalam pemecahan masalah
TRIGONOMETRI
1. Perbandingan trigonometri dalam segitiga siku-siku
Perandingan trigonometri bergantung pada besar sudut, bukan bergantung pada
panjang sisi. Sehingga perbandingan trigonometri merupakan fungsi dari (besar
sudut)
A

b
c
B
a
C
Sin = a/b cosec = b/a
Cos = c/b sec = b/c
Tan = a/c cot = c/a
2. Perbandingan trigonometri sudut istimewa
0
30
45
60
90
Sin
0

2 3
1
Cos
1
3 2

0
Tan
0
3
1
3
3. Persamaan trigonometri
Sin x = sin x1= + k.360 atau x2=(180-)+k.360
Cos x = cos
x = + k.360
Tan x = tan
x = + k.180
k bilangan bulat
4. Identitas trigonometri
sin + cos = 1
1 + tan = sec
1 + cot = cosec
5. Aturan sinus dan kosinus
A
13

B
a
C
Untuk sembarang segitiga dengan panjang sisi a, b, c di hadapan sudut A, B, dan C
berlaku
Aturan sinus

a
b
c
=
=
sin A sin B sinC

Aturan kosinus
a = b + c 2 bc cos A
b = a + c 2 ac cos B
c = a + b 2 ab cos C
Luas segitiga
L = bc sin A
L = ab sin C
L = ac sin B
6. Rumus jumlah dan selisih dua sudut
Sin (a b) = sin a cos b cos a sin b

Cos (a b) = cos a cos b

Tan ( a b) =

sin a sin b

tan a tan b
1 tana . tanb

7. Rumus sudut rangkap


Sin 2 = 2 sin cos
Cos 2
= cos - sin
= 2 cos 1
= 1 2 sin

Tan 2 =

2 tan
1tan2

8. Rumus perkalian, penjumlahan dan pengurangan sinus, kosinus, dan tangent

2 cos a cos b=cos ( a+b ) +cos (ab)

2 sin a sin b=cos ( a+ b )cos( ab)

2 sin a cos b=sin ( a+b )+ sin ( ab )

2 cos a sin b=sin ( a+b )sin( ab)

cos a+ cos b=2 cos

cos acos b=2 sin

sin a+sin b=2 sin

sin asin b=2 cos

( a+b2 ) cos( ab
2 )
( a+b2 )sin ( ab
2 )

( a+b2 ) cos( ab
2 )
( a+b2 )sin ( ab
2 )

SKL: memahami konsep limit, turunan dan integral dari fungsi aljabar dan fungsi trigonometri,
serta mampu menerapkannya dalam pemecahan masalah
A. LIMIT
1. Limit fungsi aljabar

14

lim f ( x )

Limit fungsi berbentuk

x 0

lim f ( x )=f (a)


x a

lim

x a

Jika

f ( x ) f (a)
=
g(x ) g( a)
f (x) 0
=
g(x ) 0

lim
x a

maka ubah f(x) dan g(x) dengan metode faktorisasi

Limit fungsi di tak hingga

lim

1
=0
xn

lim

k
=0
xn

lim k x n=
lim

am x m+ am1 x m1+ am2 x m2 ++ a1 x +a 0 a m


=
an
a n x n +an1 x n1 +a n2 x n2+ +a 1 x +a0
m

m1

untuk setiap m = n

m2

a x + a x + a x ++ a1 x +a 0
lim m n m1 n1 m2 n2
=0
x a x +a
+a n2 x + +a 1 x +a0
n
n1 x

untuk setiap n>m

am x m+ am1 x m1+ am2 x m2 ++ a1 x +a 0


=
a n x n +an1 x n1 +a n2 x n2+ +a 1 x +a0

untuk setiap n<m

lim

Teorema limit

lim k=k
x a

, dengan k = konstanta

lim x=a
x a

lim k . f ( x)=k . lim f (x)


x a

x a

lim [ f (x ) g( x)]=lim f ( x ) lim g( x)


x a

x a

x a

lim [f ( x ) . g( x)]=lim f ( x ) . lim g(x )


x a

lim

x a

x a

x a

lim f (x)
f ( x ) x a
=
g(x ) lim g ( x)
x a

lim ( f ( x ) )n= lim f ( x ) n

x a

x a

2. Limit fungsi trigonometri

lim

x
=1
sin x

lim

x
=1
tan x

lim

sin x
=1
x

x 0

x 0

x 0

15

lim

tan x
=1
x

lim

sin ax a
=
bx
b

lim

tanax a
=
bx
b

lim

sin ax a
=
tanbx b

x 0

x 0

x 0

x 0

Teorema Lhospital jika

lim
x a

f (x) 0
f (x)
f ' (x )
= , maka lim
=lim
g(x ) 0
x a g(x )
x a g' ( x)

B. TURUNAN
1. Turunan fungsi aljabar dan trigonometri
Rumus turunan
F(x)
F(x)
xn
n xn-1
axn
an xn-1
Sin x
Cos x
Cos x
- Sin x
k
0
2. Operasi aljabar fungsi turunan

y=f ( x) g (x) , maka y =f (x) g (x)

y=c . f (x ),maka y =c . f ( x), c konstanta

y=f ( x). g ( x), maka y =f ( x). g ( x)+ f ( x) . g (x )

y=

'
'
f (x)
f ( x ) . g ( x )f ( x ) . g ( x)
'
, maka y =
2
g(x)
( g (x) )

jika y=f ( u ) dan u=f ( x ) , maka

dy dy du
= .
dx du dx

n1

jika f ( x )=( U ( x) ) , maka f ' ( x )=n ( U ( x ) )

y=sin ( ax +b ) , maka y ' =a cos (ax +b)

y=cos ( ax+ b ) , maka y ' =a sin( ax+ b)

(aturan rantai)

.U ' ( x )

3. Persamaan garis singgung


Persamaan garis singgung pada kurva y = f(x) melalui titik (a, f(a)) adalah y f(a) =
f(a)(x-a)
4. Fungsi naik dan fungsi turun
Jika f(x) = 0 untuk setiap x (a,b), maka f konstan pada interval (a,b)
Jika Jika f(x) > 0 untuk setiap x (a,b), maka f naik pada interval (a,b)
Jika Jika f(x) < 0 untuk setiap x (a,b), maka f turun pada interval (a,b)
Jika Jika f(x) 0 untuk setiap x (a,b), maka f tidak turun pada interval (a,b)
Jika Jika f(x) 0 untuk setiap x (a,b), maka f tidak naik pada interval (a,b)
5. Nilai stasioner
Titik dengan x = a yang memenuhi persamaan f(x) = 0 disebut titik stasioner
Titik maksimum
x<a
x=a
x>a
f(x)
Naik
Turun
f(x)
+
0
f(x)
-

16

Titik minimum
x<a
f(x)
Turun
f(x)
f(x)
Titik belok
x<a
f(x)
Naik
f(x)
f(x)
Turun
f(x)

x=a
0
+

x=a

x>a
Naik
+

x>a
Naik

0
Turun
0

6. Pemakaian turunan kedua


Jika f(x1) kontinu pada setiap x yang real, maka x1 merupakan titik stasioner dari f(x)
Jika f(x1)>0, maka (x1, f(x1)) adalah titik balik minimum
Jika f(x1)=0, maka (x1, f(x1)) adalah titik belok
Jika f(x1)<0, maka (x1, f(x1)) adalah titik balik maksimum
C. INTEGRAL
1. Integral tak tentu
Integral merupakan operasi invers dari turunan.
Jika F(x) = f(x) dan f kontinu, maka: f(x) dx = F(x) + C C konstanta
k dx = kx + C

k
n+1

k xn dx =

xn+1 + C , dengan n -1

[f(x) + g(x)] dx = f(x) dx + g(x) dx


[f(x) - g(x)] dx = f(x) dx - g(x) dx
Jika n = -1 maka x-1dx = ln x + C
2. Integral tentu
Teorema dasar kalkulus
b

f ( x)dx=[ F ( x)]a =F ( b )F ( a)
a

dengan F(x) = f(x)


sifat-sifat integral tentu
b

f ( x)dx= f ( x)dx
a

f ( x)dx=0
a

f ( x)dx= f ( x)dx + f (x) dx ,dengan a< c <b


a

b
c

kf (x) dx=k f (x) dx , k konstanta


a

[f ( x ) g ( x ) ]dx= f (x) dx g(x )dx


a

3. Penggunaan integral
Luas daerah
b

Luas:

f ( x) dx
a

y=f(x)
17

Luas:

f (x )dx
a

y=f(x)
b

Luas:

( f ( x 1 )f (x 2) ) dx
a

y=f(x 1)
y=f(x 2)
a

Volume benda putar:


Volume benda putar yang terjadi jika daerah antara kurva y=f(x), garis x=a,
garis x=b, dan sumbu X diputar mengelilingi sumbu X adalah
b

( f (x )) dx
a

y=f(x

x=a

x=b

Volume benda putar:


Volume benda putar yang terjadi jika daerah antara kurva x=f(y), garis y=a,
garis y=b, dan sumbu Y diputar mengelilingi sumbu Y adalah
b

( f ( y ) ) dx
a

y=b
x=f(y)
y=a
4. Integral fungsi trigonometri
cos x dx = sin x + C
sin x dx = - cos x + C
sec2x dx = tan x + C
cosec2x dx = - cotan x + C
sec x tan x dx = sec x + C
cosec x cotan x dx = - cosec x + C

cos (ax+b) dx =

1
a

sin (ax+b) dx =

1
a

sin (ax+b) + C
cos (ax+b) + C

5. Pengintegralan dengan substitusi


18

Substitusi aljabar
f(g(x)) g(x) dx = f(g(x)) + C atau f(u) du = f(u) + C
6. Integral parsial
u dv = uv - v du

SKL: mengolah, menyajikan dan menafsirkan data, mampu memahami kaidah pencacahan,
permutasi, kombinasi dan peluang kejadian serta mampu menerapkannya dalam
pemecahan masalah
A. STATISTIKA
1. Ukuran pemusatan data
Rataan (mean)
Rataan adalah rata-rata nilai data
n

Rataan data tunggal

x =

1
x
n i=1 i
n

xi f i

Rataan data berkelompok

x = i=1n

fi
i=1

Modus
Modus adalah nilai yang paling sering muncul
Modus =

b+

d1
k
d 1+ d 2

dengan
b = tepi bawah kelas modus
d1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya
d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya
k = lebar kelas
Median
Median adalah nilai tengah data setelah diurutkan
Median =

b+

nf k
k
fm

Dengan
b = tepi bawah kelas median
n = ukuran data
fk = frekuensi kumulatif sebelum kelas median
fm = frekuensi kelas median
k = lebar kelas
2. Ukuran letak
Kuartil
Membagi data menjadi empat bagian sama banyak setelah data diurutkan.
Kuartil bawah (Q1), Kuartil tengah/median (Q2), Kuartil atas (Q3)
Q1 =

b+

nf k
k
fq

Dengan
b = tepi bawah kelas kuartil pertama
fk = frekuensi kumulatif sebelum kelas kuartil pertama
fq = frekuensi kelas kuartil pertama
n = ukuran data
k = lebar kelas
3. Ukuran penyebaran data
19

Jangkauan
Nilai yang diperoleh jika nilai data terbesar dikurangi nilai data terkecil. Semakin besar
jangkauan maka penyebaran data semakin tinggi.
Jangkauan antar kuartil (hamparan) : H = Q3 Q1
Jangkauan semi antar-kuartil (simpangan kuartil) : Qd = ( Q3 Q1)
Simpangan (deviasi) rata-rata
Ukuran penyebaran data yang mencerminkan penyebaran tiap nilai datum terhadap
nilai rataannya.
n

SR=

Simpangan rata-rata untuk data tunggal:

1
| x x|
n i=1 i
n

f i|x ix|

Simpangan rata-rata untuk data berkelompok:

SR= i=1

fi
i=1

Ragam dan simpangan baku


Menjelaskan penyebaran data di sekitar rataan, karena rataan adalah nilai yang
mewakili data dan menjadi focus utama
Ragam dan simpangan baku populasi
n

Ragam

: S2 =

Simpangan baku

:S=

1
x ix )2

(
n i=1

1
2
( x i x )

n i=1

Ragam dan simpangan baku sampel


n

1
( x x ) 2
n1 i=1 i

Ragam

:S =

Simpangan baku

:S=

1
2
( x i x )

n1 i=1

B. PELUANG
1. Permutasi dan kombinasi
Permutasi
Permutasi dari sekumpulan objek adalah banyaknya susunan terurut yang berbeda
dari objek-objek tersebut
Permutasi n objek dari n objek yang berbeda: P(n,n) = n!

n!
(nk )!

Permutasi k objek dari n objek yang berbeda: P(n,k) =

Permutasi n objek dari n objek dengan beberapa objek sama


P(n, n1, n2, , nk) =

n!
n1 ! . n2 ! nk !

dengan n1 + n2 + + nk = n

Permutasi siklis: P(n, siklis) = (n 1)!


Kombinasi
Kombinasis dari sekumpulan objek adalah banyaknya susunan tak terurut dari objekobjek tersebut
Kombinasi n objek dari n objek yang berbeda C(n, n) = 1

Kombinasi k objek dari n objek yang berbeda C(n, k) =

n!
( nk ) ! k !

2. Peluang suatu kejadian


Ruang sampel (S): himpunan semua hasil yang mungkin dari percobaan
Kejadian (E): himpunan bagian dari ruang sampel
20

Peluang kejadian: P(E) =

n(E)
n( S) , 0 P(E) 1

Frekuensi harapan: banyaknya kemunculan yang diharapkan dalam suatu


percobaan Fn = N P(E)
N = banyaknya percobaan yang dilakukan
3. Kejadian majemuk
Komplemen suatu kejadian
Komplemen kejadian E atau Ec adalah kejadian dimana kejadian E tidak terjadi
c

P(E ) =

n(E ) n(SE)
=
=1P(E)
n(S)
n(S )

Dua kejadian yang saling lepas


Jika irisan dua kejadian merupakan himpunan kosong, sehingga P(E 1E2) = 0
P(E1 E2) = P(E1) + P(E2)

Dua kejadian saling bebas


Bila kejadian yang satu tidak mempengaruhi kejadian yang lain
P(E1 E2) = P(E1)

P(E2)

Peluang kejadian bersyarat


Peluang A terjadi jika diketahui B terjadi

P ( A|B )=

P (A B)
P( A B)
atau P ( B| A )=
P( B)
P( A)

21

Anda mungkin juga menyukai