Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

BEKAS SECTIO SESAREA

Disusun Oleh :
Nia Nurhayati Zakiah

2012730067

Pembimbing :
dr. Eko H Sutanto, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan Rahmat-Nya
pula saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus ini. Adapun penulisan Laporan Kasus ini
berjudul Bekas Seksio Sesarea yang merupakan bagian dari tugas Kepaniteraan Klinik di
Bagian Obstetri dan Ginekologi di RSUD Tipe B Cianjur.
Ucapan terima kasih saya kepada: dr. Eko H Sutanto, SpOG selaku pembimbing
yang telah memberikan arahan hingga terselesaikan penulisan Laporan Kasus ini, dan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Laporan Kasus ini.
Saya menyadari Laporan Kasus ini masih banyak kekurangan, untuk itu saya mohon
kritik maupun saran yang bersifat membangun. Sebagai penutup semoga kiranya Laporan
Kasus ini dapat bermanfaat bagi kita khususnya dan kepada dunia kesehatan pada umumnya.
Wasalammualaikum Wr. Wb

Cianjur, November 2016

BAB 1
LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. PS
Umur
: 20 tahun
Alamat
: Rancagoong
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Nama Suami
: Tn. A
Umur
: 23 tahun
Pekerjaan Suami
: Karyawan
Alamat
: Rancagoong
MRS
: 17 Oktober 2016, 21.25 WIB

II.

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan dengan autoanamnesis

Keluhan Utama:
Pasien datang ke RS karena usia kandungannya sudah mencapai 9 bulan dengan
riwayat bekas operasi seksio sesarea 1 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke RSUD Cianjur merasa hamil 9 bulan, datang karena sudah
memasuki bulan taksiran kelahian, gerakan janin (+), keluar darah (-), air-air (-),
mules (-) sudah dilakukan pemeriksaan USG (+) oleh dr. Yasa dan taksiran pelahiran
19 Oktober 2016.

Riwayat Penyakit Dahulu/Operasi:


Riwayat penyakit hipertensi, DM dan asma disangkal.
SC 1 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Keluarga:


Menurut OS di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan seperti OS.
Riwayat penyakit hipertensi, DM dan asma disangkal
Riwayat Menstruasi:

Umur menarche: 12 tahun

Siklus haid: 28 hari/bulan


Lamanya haid: 7 hari
HPHT : 12 Januari 2016
Taksiran persalinan : 19 Oktober 2016
-

NO.

Riwayat Perkawinan:

Riwayat perkawinan: Sudah kawin

Kawin: 1 kali

Lama perkawinan : 2 tahun

Riwayat KB:

Metode KB yang terakhir: Spiral namun dibuka

Komplikasi: Perdarahan (-)

Riwayat Alergi :

Riwayat alergi makanan disangkal

Riwayat alergi obat disangkal.

Riwayat kehamilan persalinan dan nifas:


Riwayat Kehamilan : G2P1A0
Tgl.

Tempat

Umur Jenis

Penolong

Tahun

partus

hamil

persalinan

persalinan

Penyulit

Anak

Keadaa

kel/BB

nan

partus

anak
skrg

1.

2015

2.

Hamil

Rumah

9bln

SC

Dokter

sakit

III.

Gagal

1500

Hidup

induksi

ini
Riwayat Hamil ini : suntik TT1 dan TT2 lengkap
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran umum
- Kesadaran: Composmentis
3

- Tekanan Darah: 100/70 mmHg


- Nadi: 88 x/mnt
-Respirasi: 20 x/mnt
- Suhu: 36,6C
- BB/TB: 66kg/150cm
STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephal
Kulit: ikterus (-)
Mata :
Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)

Hidung : Deviasi septum nasi (-/-) ,secret tidak ada (-/-).

Mulut : Sianosis (-), mukosa bibir lembab (+)

Telinga : deformitas (-/-)

Thorax :

Paru-paru:
Inspeksi : Pergerakan pengembangan dinding dada simetris
Palpasi
: Nyeri tekan -/-, krepitasi -/Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi: Vesikuler, Ronkhi -/-, wheezing

Jantung:
Auskultasi: BJ 1 & BJ 2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Lihat status obstetri

Ekstremitas

Atas : hangat, RCT < 2 detik, udem -/-

Bawah : hangat, RCT < 2 detik, udem -/-

STATUS OBSTETRI:
1. Pemeriksaan luar/abdomen :
Inspeksi:
- Bentuk abdomen cembung, linea alba (+), striae gravidarum (-), luka

bekas operasi (+)


Palpasi:
- Palpasi TFU : 27cm
4

Leopold 1 : Bokong
Leopold 2 : Teraba bagian keras memanjang di sebelah kanan (punggung

kanan), teraba bagian kecil-kecil di sebelah kiri


Leopold 3 : Teraba bagian besar, bulat, keras (kepala)
Leopold 4 : kepala belum memasuki pintu atas panggul (konvergen)

Auskultasi
DJJ : 145 kali/menit, regular

Inspeksi vagina:
-

Vulva & vagina tidak ada kelainan

Inspeksi dengan spekulum:


-

Tidak dilakukan

2. Pemeriksaan dalam:
IV.

Vulva vagina : tidak ada kelainan


Portio kuncup tebal lunak
Perdarahan (-)
Nyeri goyang serviks (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal
17/10/2016
21.34

Pemeriksaan
Hemoglobin

Nilai
12,4

Rujukan
12-16 g/dL

Hematokrit

37,9

37-47 %

Eritrosit

4,13

4,2-5,4 10 6/l

Leukosit

12,4

4,8-10,8 10 3/l

201

150-45010 3/l

18/10/2016

Trombosit
Glukosa Darah

07.36 Post OP SC

Gula darah sewaktu 81


Fungsi Hati

74-106 mg%
15-37 U/L
14-59 U/L

SGOT

17

SGPT

16

10-50mg%
05-1,0 mg%

Ureum

14,2

Kreatinin

0,5

135-148 mEq/L
3,50-5,30 mEq/L

Fungsi ginjal

Elektrolit
Natrium (Na)
Kalium (K)
Calcium ion
Imunoserologi
HbsAg

1,15-1,29 mmol/L
132,3

Non reactive

3,15
1,11
Non reactive

18/10/2016

Hematologi

13.25

Hemoglobin

13,3

12-16 g/dL

Hematokrit

41,7

37-47 %

Eritrosit

4,48

4,2-5,4 10 6/l

Leukosit

14,1

4,8-10,8 10 3/l

Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW-SD
PDW
MPV
Differential
Limfosit %
Monosit %
Neutrofil %
Eosinofil %
Basofil %
Absolut
Limfosit
Monosit
Neutrofil
Eosinofil
Basofil

183

150-45010 3/l
80-94 fL
27-31 pg
33-37 %
37-54 fL
9-14 fL
8-12 fL

93,0
29,7
31,9
54,8
16,3
9
13,2
0,9
85,0
0,8
0,1

26-36 %
4-8 %
40-70 %
1-3 %
< 1%
1,00-1,43 10^3/uL
0,16-1,0 10^3/uL
1,8-7,6 10^3/uL
0,02-0,50 10^3/uL
0,00-0,10 10^3/uL

1,85
0,13
11,95
0,11
0,02
18/10/2016

Hematologi

17.20

Hemoglobin

12,1

12-16 g/dL

Hematokrit

36,8

37-47 %
6

Eritrosit

4,00

4,2-5,4 10 6/l

Leukosit

13,5

4,8-10,8 10 3/l

Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW-SD
PDW
MPV
Differential
Limfosit %
Monosit %
Neutrofil %
Eosinofil %
Basofil %
Absolut
Limfosit
Monosit
Neutrofil
Eosinofil
Basofil

177

150-450 10 3/l
80-94 fL
27-31 pg
33-37 %
37-54 fL
9-14 fL
8-12 fL

92,0
30,3
32,9
54,3
16,4
9,4
12,6
2,0
84,8
0,5
0,1

26-36 %
4-8 %
40-70 %
1-3 %
< 1%
1,00-1,43 10^3/uL
0,16-1,0 10^3/uL
1,8-7,6 10^3/uL
0,02-0,50 10^3/uL
0,00-0,10 10^3/Ul

1,70
0,28
11,45
0,06
0,02
V.

RESUME
Pasien G2P1A0 datang ke RSUD Cianjur merasa hamil 9 bulan, datang karena
sudah memasuki bulan taksiran kelahian, gerakan janin dirasakan ibu, keluar darah
(-), air-air (-), mules (-) sudah dilakukan pemeriksaan USG (+) oleh dr. Yasa dan
taksiran pelahiran 19 Oktober 2016. Ibu tidak memiliki riwayat hipertensi.
Pemeriksaan luar: TFU = 27 cm, leopold I: bokong, Leopold II: punggung
kanan, Leopold III: kepala, Leopold IV: konvergen, BJA : 145 kali/menit, reguler.
Pemeriksaan Lab tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan dalam : Vulva vagina : tidak
ada kelainan, portio kuncup, tebal lunak

VI.

DIAGNOSA KERJA
G2P1A0 gravida aterm dengan Bekas Seksio Sesarea

VII.
-

TERAPI YANG SUDAH DIBERIKAN


Inform consent
Infus RL
7

VIII.

Observasi KU, TTV, DJJ,


EKG (+), cek darah lengkap
Cefotaxim
Kolaborasi dengan residen
Rencana SC besok
LAPORAN OPERASI

Diagnosis pre- operatif : G2P1A0 gravida aterm, bekas seksio sesarea


Nama Operasi : SC
- anestesi spinal, dilakukan antiseptik di daerah abdomen dengan betadin
solution,tutup dengan kain steril.
Dilakukan insisi pfanensteil, uterus di insisi SBR,
Bayi dilahirkan dengan cara meluksir kepala
bayi : BB: 3000 gram
- Plasenta dilahirkan dg cara PTT
- SBR dijahit 2 lapis jelujur 2 kali
- Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan arah
- Fascia dijahit dengan PGA no 1 IU intramural, kontraksi baik
- Perdarahan selama operasi + 400cc
KU post Op stabil
Th: IUFD RL dex 20 tpm
Inj cefotaxime 2x1
Metronidazole 2x1 drip
Kaltropen supp 3x1
Awasi perdarahan
-

IX.

Diagnosis post- operatif: P2A0 partus maturus dengan seksio sesarea a/i bekas

seksio sesarea
FOLLOW UP

Tanggal
17/10/2016

S
Gerakan janin

O
-TD:

A
G2P1A0

(+), air-air (-),

100/70mmHg

aterm dan

Mules (-)

-N: 80x/mnt

BSC

P
Rencana SC

-P: 22x/mnt
- KU: Baik
18/10/2016

Nyeri (+)

- Suhu: 36,4
-TD:

- G2P1A0

SC jam 12.00 ke

120/90mmHg

aterm dan

ruangan jam 12.50

-N: 80x/mnt

BSC

-Cefotaxim 2x1

-P: 26x/mnt

-Metronidazole

- KU: Baik

2x500mg

- Suhu: 36,6

-Kaltrofen supp
8

19/10/2016

20/10/2016

-keluhan (-)

Keluhan (-)

-TD:

P2A0 Post OP

-Cefotaxim 2x1

90/70mmHg

SC 1 a/i BSC

-Metronidazole

-N: 72x/mnt

2x500mg

-P: 18x/mnt

-Kaltrofen supp

- KU: Baik

- Aff DC

- Suhu: 36,5
-TD : 100/70

P2A0 Post OP

- Cefotaxim 2x1

mmHg

SC 2 a/i BSC

- Metronidazole

-N: 84x/mnt

2x500mg

-P: 26x/mnt

-Kaltrofen supp

- KU: Baik
21/10/2016

Keluhan (-)

- Suhu: 36,4
TD : 100/80
mmHg
-N: 88x/mnt
-P: 16x/mnt

P2A0 Post OP SC 3 a/i BSC


-

Cefadroxil 2 x 1
As. Mefenamat 3
x 500mg
Fe 1x1
BLPL

- KU: Baik
- Suhu: 36,4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Seksio Sesarea


2.1.1 Definisi
Seksio sesarea merupakan salah satu tindakan operasi yang tertua dan terpenting
dalam bidang obstetri. Operasi ini bertujuan mengeluarkan janin melalui suatu jalan yang
dibuat pada dinding perut dan uterus.1 Seksio sesaria merupakan suatu persalinan buatan,
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. 2,3 Luka sayat di perut
dapat transversal (Pfannenstiel) maupun vertikal (mediana); sedangkan di uterus dapat
transversal (SC Transperitonealis Profunda) maupun insisi vertikal (SC klasik/corporal).4
Leveno, dkk (2003) menyatakan bahwa definisi ini tidak mencakup pengeluaran janin dari
rongga abdomen pada kasus ruptur uterus atau pada kasus kehamilan abdomen.3
2.1.2 Jenis
a. Seksio sesaria klasik: pembedahan secara sanger2,4
b. Seksio sesaria secara transperitonial profunda (supracervicalis = lower segmen
caesarian section)2,4
c. Seksio sesaria diikuti dengan histerektomi (caesarian histerektomy = sectio
hysterectomy)2
d. Seksio sesaria ekstra peritoneal2
e. Seksio sesaria vagina2
2.1.3 Indikasi
I. Indikasi Ibu
a. Riwayat sesar
b. Panggul sempit absolut
c. Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
d. Stenosis serviks atau vagina
e. Plasenta previa
f. Disproproposi kepala panggul
10

g. Ruptur uteri membakat2,3


II. Indikasi Janin
a. Distosia persalinan
b. Presentasi bokong
c. Kelainan letak
d. Gawat janin2,3
2.1.4 Kontraindikasi
Pada umumnya seksio sesaria tidak dilakukan pada:
a. Janin mati
b. Syok, anemia berat, sebelum diatasi
c. Kelainan kongenital berat (monster)
2.1.5 Prosedur
I. Teknik Seksio Sesaria Klasik (Corporal)
a. Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan operasi dipersempit
dengan kain suci hama
b. Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simfisis sepanjang 12 cm
sampai di bawah umbilikus lapis demi lapis sehingga kavum peritoneal terbuka.
c. Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi
d. Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen atas rahim, kemudian diperlebar
secara sagital dengan gunting
e. Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan. Janin dilahirkan dengan
meluksir kepala dan mendorong fundus uteri. Setelah janin lahir seluruhnya, tali pusat
dijepit dan dipotong di antara kedua penjepit.
f.

Plasenta dilahirkan secara manual. Disuntikkan 10 unit oksitosin ke dalam rahim


secara intramural.

g. Luka insisi segmen atas rahim dijahit kembali.


Lapisan I : Endometrium bersama miometrium dijahit secara jelujur

dengan

benang cat gut, khromik


Lapisan II : Hanya miometrium saja dijahit secara simpul (berhubung otot
segmen atas rahim sangat tebal) dengan cat gut khromik.
Lapisan III: Perimetrium saja dijahit secara simpul dengan benang cat gut biasa.
h. Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa dieksplorasi.
11

i. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding perut
dijahit.2,3

Sumber: Ilmu bedah kebidanan, 2002


Gambar 1. Seksio sesaria secara klasik
Teknik seksio sesaria klasik (corporal) ini diindikasikan bila:
a. Bila terjadi kesukaran dalam memisahkan kandung kencing untuk mencapai
segmen bawah rahim, misalnya karena adanya perlekatan-perlekatan akibat
pembedahan akibat seksio sesaria yang lalu, atau adanya tumor-tumor di daerah
segmen bawah rahim.
b. Janin besar dalam letak lintang.
c. Plasenta previa dengan insersi plasenta di dinding depan segmen bawah rahim. 2,3
d. Seksio sesaria yang diikuti dengan sterilisasi
e. Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi robekan di
segmen bawah rahim dan perdarahan.
f. Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul.
g. Grande multipara yang diikuti dengan histerektomi.6
Keuntungan dari teknik ini, antara lain:
a.

Mudah dilakukan karena lapangan operasi relatif luas

b.

Mengeluarkan janin lebih cepat

c.

Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik

d.

Sayatan bisa diperpanjang proksimal ataupun distal6


Kerugiannya, yaitu:

a. Kesembuhan luka operasi cukup sulit


b. Kemungkinan terjadinya ruptura uteri kehamilan berikutnya lebih besar.
12

c. Kemungkinan terjadinya perlekatan pada dinding abdomen lebih besar.6


II. Teknik Seksio Sesaria Transperitoneal Profunda
a. Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan operasi dipersempit
dengan kain suci hama.
b. Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simfisis sampai di bawah
umbulikus lapis demi lapis sehingga kavum peritoneal terbuka.
c. Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi.
d. Dibuat bladder flap, yaitu dengan menggunting peritoneum kandung kencing (plika
vesikouterina) di depan segmen bawah rahim secara melintang. Plika vesikouterina
ini disisihkan secara tumpul ke arah samping dan bawah, dan kandung kencing yang
telah disisihkan ke arah bawah dan samping dilindungi dengan spekulum kandung
kencing.
e. Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm di bawah irisan plika vesikouterina tadi
secara tajam dengan pisau bedah 2 cm, kemudian diperlebar melintang secara
tumpul dengan kedua jari telunjuk operator. Arah insisi pada segmen bawah rahim
dapat melintang (transversal) sesuai cara Kerr, atau membujur (sagital) sesuai cara
Kronig.
f. Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan, janin dilahirkan dengan
meluksir kepalanya. Badan janin dilahirkan dengan mengai kedua ketiaknya. Tali
pusat dijepit dan dipotong, plasenta dilahirkan secara manual. Ke dalam otot rahim
intamural disuntikkan 10 unit oksitosin. Luka dinding rahim dijahit.
Lapisan I : dijahit jelujur, pada endometrium dan miometrium
Lapisan II : dijahit jelujur hanya pada miometrium saja.
Lapisan III: dijahit jelujur pada plika vesikouterina.
g. Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa dieksplorasi.
h. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding perut
dijahit.2,3
Teknik ini diindikasikan untuk:
a. Indikasi ibu

Pada primigravida dengan kelainan letak

Primi para tua yang disertai kelainan letak, disproporsi sefalopelvik (disproporsi
janin/ panggul)

Sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk


13

Terdapat kesempitan panggul

Plasenta previa terutama pada primigravida

Solusio plasenta

Komplikasi kehamilan, yaitu preeklampsia sampai eklampsia

Setelah operasi plastik vagina

Gangguan perjalanan persalinan karena kista, mioma uteri, karsinoma serviks, ruptur
uteri.

Kehamilan disertai penyakit, seperti penyakit jantung, dan diabetes melitus.

b. Indikasi janin

Gawat janin

Malpresentasi dan malposisi kedudukan janin

Prolaps tali pusat dengan pembukaan kecil

Kegagalan persalinan vakum atau forsep ekstraksi


Keunggulan teknik ini, antara lain:

a.

Segmen bawah rahim lebih tenang

b.

Kesembuhan lebih baik

c.

Tidak banyak menimbulkan perlengketan

Kerugiannya, yaitu:
a. Terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin
b. Terdapat perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan

14

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.

Sumber: Ilmu bedah kebidanan, 2002


z. Gambar 2. Seksio sesaria transperitoneal profunda

aa.
ab. III. Teknik Seksio-Histerektomi
a. Setelah janin dan plasenta dilahirkan dari rongga rahim, dilakukan hemostasis pada
insisi dinding rahim, cukup dengan jahitan jelujur atau simpul
b. Untuk memudahkan histerektomi, rahim boleh dikeluarkan dari rongga pelvis.
c. Mula-mula ligamentum profundum dijepit dengan cunam kocher dan cunam oschner
kemudian dipotong sedekqat mungkin dengan rahim, dan jaringan yang sudah
dipotong diligasi dengan benang catgut khromik no.0. Bladder flap yang telah dibuat
pada waktu seksio sesaria transpertoneal profunda dibebaskan lebih jauh ke bawah
dan lateral. Pada ligamentum latum belakang dibuat lubang dengan telunjuk tangan
15

kiri di bawah adneksadari arah belakang. Dengan cara ini ureter akan terhindar dari
kemungkinan terpotong.
d. Melalui lubang pada ligamentum latum ini, tuba falopii, ligamentum uteroovarica,
dan pembuluh darah dalam jaringan tersebut dijepit dengan 2 cunam oshner lengkung
dan di sisi rahim dengan cunam Kocher. Jaringan di antaranya kemudian digunting
dengan gunting Mayo. Jaringan yang terpotong diikat dengan jahitan transfiks untuk
hemostasis dengan catgut no. 0.
e. Jaringan ligamentum latum yang sebagian adalah avaskular dipotong secara tajam ke
arah serviks. Setelah pemotongan ligamentum latum sampai di daerah serviks,
kandung kencing disisihkan jauh ke bawah dan samping.
f. Pada ligamentum kardinale dan jaringan paraservical dilakukan penjepitan dengan
cunam Oshner lengkung secara ganda, dan pada tempat yang sama di sisi rahim
dijepit dengan cunam Kocher lurus. Kemusian jaringan di antaranya digunting dengan
gunting mayo. Tindakan ini dilakukan pada beberapa tahap sehingga ligamentum
kardinale terpotong seluruhnya. Punctum ligamentum kardinale dijahit transfiks
secara ganda dengan benang catgut khromik no. 0
g. Demikian juga ligamentum sakrouterina kiri dan kanan dipotong dengan cara yang
sama dan diligasi secara transfiks dengan benang catgut khromik no. 0
h. Setelah mencapai di atas dinding vagina serviks, pada sisi dcepan serbiks dibuat irisan
sagital dengan pisau, kemudian melaui insisi tersebut dinding vagina dijepit dengan
cunam Oshner melingkari serviks dan dinding vagina dipotong tahap demi tahap.
Pemotongan dinding vagina dapat dilakukan dengan gunting atau pisau. Rahim
akhirnya dapat diangkat.
i. Puntung vagina dijepit beberapa cunam Kocher untuk hemostasis. Mula-mula
puntung kedua ligamentum kardinane dijahitkan pada ujung kiri dan kanan puntung
vagina, sehingga terjadi hemostasis pada kedua ujung puntung vagina. Puntung
vagina dijahit secara jelujur untuk hemostasis dengan catgut khromik. Puntung
adneksa yang telah dipotong dapat dijahitkan digantungkan pada puntung vagina,
asalkan

tidak

terlalu

kencang. Akhirnya

puntung

vagina

ditutup

dengan

retroperitonealisasi dengan menutupkan bladder flap pada sisi belakang puntung


vagina.
j. Setelah kulit perut dibersihkan dari sisa darah, luka perut ditutup lapis demi lapis. 2,3
ac.
ad.
16

ae.
af.
ag.
ah.
ai.
aj.
ak.
al.
am.
an.
ao.
ap.
aq.
ar.
as.
at.
au.
av.
aw.
ax.
ay.
az.
ba.
bb.
bc.
bd.
be.
bf.
bg.
bh.

Sumber: Ilmu bedah kebidanan, 2002

bi. Gambar 3. Seksio-histerektomi


bj.
bk. 2.1.6 Komplikasi
bl.

Komplikasi yang terjadi setelah tindakan seksio sesarea sebagai berikut:


17

bm.a. Infeksi Puerperal (nifas)


bn.

Infeksi puerperal terbagi 3 tingkatan, yaitu:

a. Ringan: kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja


b. Sedang: kenaikan suhu tubuh lebih tinggi, disertai dehidrasi dan sedikit
bo.

kembung.

c. Berat: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada
partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban
yang telah pecah terlalu lama. 4
bp. b. Perdarahan
bq.

Perdarahan dapat disebabkan karena banyaknya pembuluh darah yang terputus

dan terbuka, atonia uteri, dan perdarahan pada placental bed. Perdarahan dapat
mengakibatkan terbentuknya bekuan-bekuan darah pada pembuluh darah balik di kaki dan
rongga panggul.4
br.
bs. c. Luka Kandung Kemih
bt.

Tindakan seksio sesarea, apabila dilakukan dengan tidak hati-hati dapat

mengakibatkan luka pada organ lain seperti kandung kemih, yang dapat menyebabkan
infeksi.4
bu.
2.2.

Persalinan Pervaginam dengan Bekas Seksio Sesarea

2.2.1. Definisi
bv.

Persalinan pervaginam dengan bekas seksio sesarea atau Vaginal Birth After

Cesarean-section (VBAC) adalah proses melahirkan normal setelah pernah melakukan seksio
sesarea.1
bw.
2.2.2. Diagnosis
bx.

VBAC dapat didiagnosis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu

dengan adanya parut luka di perut.5


by.
2.2.3. Indikasi
bz.

American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) pada tahun

1999 dan 2004 memberikan rekomendasi untuk menyeleksi pasien yang direncanakan untuk

18

persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea. Menurut Cunningham FG (2001) kriteria
seleksinya adalah berikut :
a. Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim.
b. Secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik
c. Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus
d. Tersedianya tenaga yang mampu untuk melaksanakan monitoring, persalinan dan
seksio sesarea emergensi.
e. Sarana dan personil anastesi siap untuk menangani seksio sesarea darurat1,3,5
ca. Menurut Cunningham FG (2001) kriteria yang masih kontroversi adalah :
a. Parut uterus yang tidak diketahui
b. Parut uterus pada segmen bawah rahim vertikal
c. Kehamilan kembar
d. Letak sungsang
e. Kehamilan lewat waktu
f. Taksiran berat janin lebih dari 4000 gram1,5
cb.

Sementara berdasarkan POGI (Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi

Indonesia), dilakukan persalinan pervaginam jika: 4


a. Imbang feto pelvik baik
b. Perjalanan persalinan normal
cc.
cd.

Untuk memprediksi keberhasilan penanganan persalinan pervaginal bekas

seksio sesarea, beberapa peneliti telah membuat sistem skoring. Adapun skoring yang
ditentukan untuk memprediksi persalinan pada wanita dengan bekas seksio sesarea adalah
sebagai berikut:1,5
ce.
cf. Tabel 1 . Skor VBAC menurut Flamm dan Geiger (1997)
cg.
N

ch. Karakteristik

ci.
Sk

cj.
1
ck.
2
cl.

cs. Usia < 40 tahun


ct. Riwayat persalinan pervaginal
cu. - sebelum dan sesudah seksio sesarea
cv. - persalinan pervaginal sesudah seksio sesarea
cw. - persalinan pervaginal sebelum seksio sesarea
cx. - tidak ada
cy. Alasan lain seksio sesarea terdahulu
cz. Pendataran dan penipisan serviks saat tiba di Rumah Sakit dalam

de.
2
df.

cm.

dg.
4
dh.
2
19

cn.
co.
cp.
3
cq.
4
cr.
5

keadaan Inpartu:
da. - >75 %
db. - 25 75 %
dc. - < 25 %
dd. Dilatasi serviks > 4 cm

di.
1
dj.
0
dk.
1
dl.
dm.
dn.
2
do.
1
dp.
0
dq.
1

dr. Interpretasi:
ds. Skor
du. 0-2
dv. 3
dw.4
dx. 5
dy. 6
dz. 7
ea. 8-10
ei. Total

dt. Angka
Keberhasilan
eb. 42-49%
ec. 59-60%
ed. 64-67%
ee. 77-79%
ef. 88-89%
eg. 93%
eh. 95-99%
ej. 74-75%

ek.
el. Tabel 2. Skor VBAC menurut Weinstein Factor
em.

No.

1. Bishop Score 4
2. Riwayat persalinan pervaginal sebelum seksio sesarea
3. Indikasi seksio sesarea yang lalu
Malpresentasi,Preeklampsi/Eklampsi, Kembar
HAP, PRM, Persalinan Prematur
Fetal Distres, CPD, Prolapsus tali pusat
Makrosemia, IUGR

en. T
i
d
a
k
ep. 0
eq. 0
er.
es. 0
et. 0
eu. 0
ev. 0

eo.
Y

ew.
4
ex.
2
ey.
ez.
6
fa.
5
fb.
4
fc.
20

fd.
2.2.4. Kontraindikasi
fe.

Kontra indikasi mutlak melakukan VBAC adalah :

a. Bekas seksio sesarea klasik


b. Bekas seksio sesarea dengan insisi T
c. Bekas ruptur uteri
d. Bekas komplikasi operasi seksio sesarea dengan laserasi serviks yang luas
e. Bekas sayatan uterus lainnya di fundus uteri contohnya miomektomi
f. Disproporsi sefalopelvik yang jelas.
g. Pasien menolak persalinan pervaginal
h. Panggul sempit
i. Ada komplikasi medis dan obstetrik yang merupakan kontra indikasi persalinan
pervaginal1,5
ff.

Berdasarkan POGI, seksio primer dilakukan jika: 4

a. Plasenta previa
b. Vasa previa
c. CPD/FPD
d. Panggul patologik
e. Presentasi abnormal
f. Kelainan letak
g. Posterm dengan skor pelvik rendah
h. 2 kali seksio
i. Penyembuhan luka operasi yang lalu buruk
j. Operasi yang lalu kolporal/klasik
2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi VBAC
fg. a. Teknik operasi sebelumnya
fh.

Pasien bekas seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim transversal

merupakan salah satu syarat dalam melakukan VBAC, dimana pasien dengan tipe insisi ini
mempunyai resiko ruptur yang lebih rendah dari pada tipe insisi lainnya. Bekas seksio sesaria

21

klasik, insisi T pada uterus dan komplikasi yang terjadi pada seksio sesarea yang lalu
misalnya laserasi serviks yang luas merupakan kontraindikasi melakukan VBAC.1
fi.
fj. b. Jumlah seksio sesarea sebelumnya
fk.

VBAC tidak dilakukan pada pasien dengan insisi korporal sebelumnya

maupun pada kasus yang pernah seksio sesarea dua kali berurutan atau lebih, sebab pada
kasus tersebut diatas seksio sesarea elektif adalah lebih baik dibandingkan persalinan
pervaginal.1
fl.
fm. c. Penyembuhan luka pada seksio sesarea sebelumnya
fn.

Insisi uterus dengan potongan vertikal yang dikenal dengan seksio sesarea

klasik dilakukan pada otot uterus. Luka pada uterus dengan cara ini mungkin tidak dapat
pulih seperti semula dan dapat terbuka lagi sepanjang kehamilan atau persalinan berikutnya.1
fo.

d. Indikasi operasi pada seksio sesarea yang lalu


fp. Tabel 3. Hubungan indikasi seksio sesarea lalu dengan keberhasilan
fq.

penanganan VBAC

fr. Indikasi seksio yang lalu


ft. Letak sungsang
fv. Fetal distress
fx. Solusio plasenta
fz. Plasenta previa
gb. Gagal induksi
gd. Disfungsi persalinan
gf.
gg.
gh.
gi.
gj.
gk. e. Usia Maternal
gl.

fs. Keberhasilan VBAC (%)


fu. 80.5
fw. 80.7
fy. 100
ga. 100
gc. 79.6
ge. 63.4

Dari penelitian didapatkan wanita yang berumur lebih dari 35 tahun

mempunyai angka seksio sesarea yang lebih tinggi.1


gm.
gn. f. Usia kehamilan saat seksio sesarea sebelumnya
go.

Pada usia kehamilan <37 minggu dan belum inpartu misalnya pada plasenta

previa dimana segmen bawah rahim belum terbentuk sempurna kemungkinan insisi uterus
tidak pada segmen bawah rahim dan dapat mengenai bagian korpus uteri yang mana
keadaannya sama dengan insisi pada seksio sesarea klasik.1
22

gp.
gq. g. Riwayat persalinan pervaginal
gr.

Pasien dengan bekas seksio sesarea yang pernah menjalani persalinan

pervaginal memiliki angka keberhasilan persalinan pervaginal yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien tanpa persalinan pervaginal.1
gs.
gt. h. Keadaan serviks pada saat partus
gu.

Penipisan serviks serta dilatasi serviks memperbesar keberhasilan VBAC.

Induksi persalinan dengan misoprostol akan meningkatkan resiko ruptur uteri pada maternal
dengan bekas seksio sesarea.1
gv.
gw.

2.6 Komplikasi
gx.
Menurut Landon komplikasi terhadap maternal, antara lain:
a. Ruptur uteri,
gy.

Tanda-tanda ruptur uteri adalah sebagai berikut :

Nyeri akut abdomen

Sensasi popping (seperti akan pecah)

Teraba bagian-bagian janin diluar uterus pada pemeriksaan Leopold

Deselerasi dan bradikardi pada denyut jantung bayi

Presenting parutnya tinggi pada pemeriksaan pervaginal

Perdarahan pervaginal

b. Gangguan sistem tromboembolik,


c. Endometritis,
d. Kematian maternal dan gangguan-gangguan lain.1
gz.

23

ha.

BAGAN PENATALAKSANAAN PERSALINAN


hb.

BEKAS SEKSIO SESAREA


hc.

hd.
he.

PERSALINAN
BEKAS
SEKSIO SESAREA

hf.
hg.

Tipe
Seksio Sesarea

hh.
hi.

Segmen
Bawah Rahim

hj.
hk.
hl.

Korporal

Letak dan
Presentasi

hm.
hn.
Verteks

ho.

Non Verteks

hp.
Kriteria
(+)

hq.
hr.

Kontra
Indikasi (+)

hs.

Partus
Percobaan

ht.
hu.

Maju

Gagal

hv.
hw.

Ekstraksi Vakum /
Ekstraksi Forceps

PARTUS VAGINAM

hx.
hy.
hz.
ia.

ib.

SEKSIO
SESAREA

Sumber : Saifuddin AB. Kehamilan dan Persalinan dengan Parut Uterus. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta : 2000 ; 322.
ic.
id.

24

ie. BAB 3
if. PEMBAHASAN
ig.
1. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini?
2. Bagaimana jenis persalinan untuk kasus ini?
3. Kontraindikasi apa yang mendukung dilakukannya persalinan perabdominal?
4. Bagaimana penatalaksanaan kasus ini?
ih.
ii.
ij.
ik.
il.
im.
in.
io.
ip.
iq.
ir.
is.
it.
iu.
iv.
iw.
ix.
iy.
iz.
ja.
jb.

25

jc. BAB 4
jd. ANALISIS KASUS
je.
1. Bagaimana cara mendiagnosis kasus ini?
jf.

Dari anamnesis pasien G2P1A0 datang ke RSUD Cianjur merasa

hamil 9 bulan, datang karena sudah memasuki bulan taksiran kelahian, gerakan janin
dirasakan ibu, keluar darah (-), air-air (-), mules (-) sudah dilakukan pemeriksaan
USG (+) oleh dr. Yasa dan taksiran pelahiran 19 Oktober 2016. Ibu tidak memiliki
riwayat hipertensi.
jg.
Pemeriksaan luar menunjukkan parut bekas seksio sesarea masih utuh dan tidak
ada nyeri tekan abdomen. Tinggi fundus uteri 27 cm, denyut jantung janin 145x/mnt
reguler, letak janin memanjang, punggung kanan, terbawah kepala, taksiran pelahiran
19 Oktober 2016. Pemeriksaan dalam menunjukkan portio kuncup, tebal lunak,
ketuban (+), bagian terbawah kepala.
jh.
Dari anamnesis dan pemeriksaan obstetrik di atas dapat disimpulkan bahwa
diagnosis pada kasus ini adalah G 2P1A0 aterm gravida 39 minggu dengan bekas SC
1x.
ji.
2. Bagaimana jenis persalinan untuk kasus ini?
jj.

skoring yang ditentukan untuk memprediksi persalinan pada wanita dengan

bekas seksio sesarea adalah sebagai berikut:1,5


jk.
jl. Tabel 1 . Skor VBAC menurut Flamm dan Geiger (1997)
jm.
N

jn. Karakteristik

jo.
Sk

jp.
1
jq.
2
jr.

jy. Usia < 40 tahun


jz. Riwayat persalinan pervaginal
ka. - sebelum dan sesudah seksio sesarea
kb. - persalinan pervaginal sesudah seksio sesarea
kc. - persalinan pervaginal sebelum seksio sesarea
kd. - tidak ada
ke. Alasan lain seksio sesarea terdahulu
kf. Pendataran dan penipisan serviks saat tiba di Rumah Sakit dalam
keadaan Inpartu:
kg. - >75 %
kh. - 25 75 %
ki. - < 25 %

kk.
2
kl.

js.
jt.
ju.

km.
4
kn.
2
ko.
1
kp.
0
26

jv.
3
jw.
4
jx.
5

kj. Dilatasi serviks > 4 cm

kq.
1
kr.
ks.
kt.
2
ku.
1
kv.
0
kw.
1

kx. Interpretasi:
ky. Skor
la. 0-2
lb. 3
lc. 4
ld. 5
le. 6
lf. 7
lg. 8-10
lo. Total

kz. Angka
Keberhasilan
lh. 42-49%
li. 59-60%
lj. 64-67%
lk. 77-79%
ll. 88-89%
lm. 93%
ln. 95-99%
lp. 74-75%

lq.
lr. Menurut Cunningham FG (2001) kriteria seleksinya agar dapat dilakukan persalinan
pervaginam adalah berikut :
a. Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim.
b. Secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik
c. Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus
d. Tersedianya tenaga yang mampu untuk melaksanakan monitoring, persalinan dan
seksio sesarea emergensi.
e. Sarana dan personil anastesi siap untuk menangani seksio sesarea darurat1,3,5
ls.
lt. Berdasarkan Tabel Skor VBAC menurut Flamm dan Geiger (1997)

Usia < 40 tahun (skor 2)


Riwayat persalinan pervaginal tidak ada (skor 0)
Alasan lain seksio sesarea terdahulu (skor 1)
Pendataran dan penipisan serviks saat tiba di Rumah Sakit dalam keadaan
Inpartu <25 % (skor 0)
lu. Total skor 3 59-60% sehingga lebih baik dilakukan persalinan dengan operasi
seksio sesarea
27

lv.
3. Kontraindikasi apa yang mendukung dilakukannya persalinan perabdominal?
lw. Kontra indikasi mutlak melakukan VBAC adalah :

Bekas seksio sesarea klasik

Bekas seksio sesarea dengan insisi T

Bekas ruptur uteri

Bekas komplikasi operasi seksio sesarea dengan laserasi serviks yang luas

Bekas sayatan uterus lainnya di fundus uteri contohnya miomektomi

Disproporsi sefalopelvik yang jelas.

Pasien menolak persalinan pervaginal

Panggul sempit

Ada komplikasi medis dan obstetrik yang merupakan kontra indikasi persalinan
pervaginal1,5

lx. Berdasarkan POGI, seksio primer dilakukan jika: 4

Plasenta previa

Vasa previa

CPD/FPD

Panggul patologik

Presentasi abnormal

Kelainan letak

Posterm dengan skor pelvik rendah

2 kali seksio

Penyembuhan luka operasi yang lalu buruk

Operasi yang lalu kolporal/klasik

ly. Pada pasien ini dilakukan SC karena pada persalinan anak pertama serta ibu menolak
untuk lahir pervaginam.

28

4. Bagaimana penatalaksanaan kasus ini?


lz.
ma.

BAGAN PENATALAKSANAAN PERSALINAN


mb.

BEKAS SEKSIO SESAREA


mc.

md.
me.

PERSALINAN
BEKAS
SEKSIO SESAREA

mf.
mg.

Tipe
Seksio Sesarea

mh.
mi.

Segmen
Bawah Rahim

mj.
mk.
ml.

Korporal

Letak dan
Presentasi

mm.
mn.
Verteks

mo.

Non Verteks

mp.
mq.
mr.

Kriteria
(+)

Kontra
Indikasi (+)

ms.

Partus
Percobaan

mt.
mu.

Maju
mv.

Gagal

mw.
mx.
Ekstraksi
my. Vakum /
Ekstraksi
mz. Forceps
na.
nb.
PARTUS
SEKSIO
nc.VAGINAM
SESAREA
nd.
ne.
nf. Pada bagan tatalaksana pasien memiliki kontraindikasi seperti riwayat persalinan
bekas sesar karna indikasi CPD, maka lebih baik dilakukannya seksio sesarea pada
kehamilan kedua ini.
ng.

29

nh. BAB 5
ni. DAFTAR PUSTAKA
nj.
1. Anonim. Persalinan pervaginam dengan bekas seksio sesarea [serial online] 2010 Didapat
dari: http://library.usu.ac.id/download/pdf.
2. Angsar MD dan Listya S. Seksio sesarea. Dalam: Hanifah W, Abdul BS, dan Trijatmo R,
penyunting. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: EGC; 2000. h. 133-43.
3. Leveno KJ,dkk. Sesar. Dalam: Leveno KJ, Gary C, Norman FG, James MA, Steven LB,
Brian MC, dkk, penyunting. Obstetri Williams panduan ringkas. Jakarta: EGC;2003. h.
247-58.
4. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Bekas seksio sesarea. Dalam: Standar
pelayanan medik obstetri dan ginekologi. Jakarta: POGI; 2006. h. 47-48.
5. Porter TF dan James RS. Cesarean Delivery. Dalam: Danforths obstetric and gynecology,
chapter 24. Isilo; 2007.
6. Anonim.

Vaginal

Birth

after

Cesarean-section

[serial

online]

2009

Didapatdari:http://www.scribd.com/doc/15127665/faktor_predisposisi_seksio_sesarea.
7. Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams
Obstetrics.22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, 509-536.
nk. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Malpresentation. In: Obstetrics normal and
problem pregnancies. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone. Ltd. 2000:478-90.
nl.
nm.

30

Anda mungkin juga menyukai