Disusun Oleh :
Nia Nurhayati Zakiah
2012730067
Pembimbing :
dr. Eko H Sutanto, Sp.OG
KATA PENGANTAR
BAB 1
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. PS
Umur
: 20 tahun
Alamat
: Rancagoong
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Nama Suami
: Tn. A
Umur
: 23 tahun
Pekerjaan Suami
: Karyawan
Alamat
: Rancagoong
MRS
: 17 Oktober 2016, 21.25 WIB
II.
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan dengan autoanamnesis
Keluhan Utama:
Pasien datang ke RS karena usia kandungannya sudah mencapai 9 bulan dengan
riwayat bekas operasi seksio sesarea 1 tahun yang lalu
NO.
Riwayat Perkawinan:
Kawin: 1 kali
Riwayat KB:
Riwayat Alergi :
Tempat
Umur Jenis
Penolong
Tahun
partus
hamil
persalinan
persalinan
Penyulit
Anak
Keadaa
kel/BB
nan
partus
anak
skrg
1.
2015
2.
Hamil
Rumah
9bln
SC
Dokter
sakit
III.
Gagal
1500
Hidup
induksi
ini
Riwayat Hamil ini : suntik TT1 dan TT2 lengkap
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran umum
- Kesadaran: Composmentis
3
Thorax :
Paru-paru:
Inspeksi : Pergerakan pengembangan dinding dada simetris
Palpasi
: Nyeri tekan -/-, krepitasi -/Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi: Vesikuler, Ronkhi -/-, wheezing
Jantung:
Auskultasi: BJ 1 & BJ 2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Lihat status obstetri
Ekstremitas
STATUS OBSTETRI:
1. Pemeriksaan luar/abdomen :
Inspeksi:
- Bentuk abdomen cembung, linea alba (+), striae gravidarum (-), luka
Leopold 1 : Bokong
Leopold 2 : Teraba bagian keras memanjang di sebelah kanan (punggung
Auskultasi
DJJ : 145 kali/menit, regular
Inspeksi vagina:
-
Tidak dilakukan
2. Pemeriksaan dalam:
IV.
Pemeriksaan
Hemoglobin
Nilai
12,4
Rujukan
12-16 g/dL
Hematokrit
37,9
37-47 %
Eritrosit
4,13
4,2-5,4 10 6/l
Leukosit
12,4
4,8-10,8 10 3/l
201
150-45010 3/l
18/10/2016
Trombosit
Glukosa Darah
07.36 Post OP SC
74-106 mg%
15-37 U/L
14-59 U/L
SGOT
17
SGPT
16
10-50mg%
05-1,0 mg%
Ureum
14,2
Kreatinin
0,5
135-148 mEq/L
3,50-5,30 mEq/L
Fungsi ginjal
Elektrolit
Natrium (Na)
Kalium (K)
Calcium ion
Imunoserologi
HbsAg
1,15-1,29 mmol/L
132,3
Non reactive
3,15
1,11
Non reactive
18/10/2016
Hematologi
13.25
Hemoglobin
13,3
12-16 g/dL
Hematokrit
41,7
37-47 %
Eritrosit
4,48
4,2-5,4 10 6/l
Leukosit
14,1
4,8-10,8 10 3/l
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW-SD
PDW
MPV
Differential
Limfosit %
Monosit %
Neutrofil %
Eosinofil %
Basofil %
Absolut
Limfosit
Monosit
Neutrofil
Eosinofil
Basofil
183
150-45010 3/l
80-94 fL
27-31 pg
33-37 %
37-54 fL
9-14 fL
8-12 fL
93,0
29,7
31,9
54,8
16,3
9
13,2
0,9
85,0
0,8
0,1
26-36 %
4-8 %
40-70 %
1-3 %
< 1%
1,00-1,43 10^3/uL
0,16-1,0 10^3/uL
1,8-7,6 10^3/uL
0,02-0,50 10^3/uL
0,00-0,10 10^3/uL
1,85
0,13
11,95
0,11
0,02
18/10/2016
Hematologi
17.20
Hemoglobin
12,1
12-16 g/dL
Hematokrit
36,8
37-47 %
6
Eritrosit
4,00
4,2-5,4 10 6/l
Leukosit
13,5
4,8-10,8 10 3/l
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW-SD
PDW
MPV
Differential
Limfosit %
Monosit %
Neutrofil %
Eosinofil %
Basofil %
Absolut
Limfosit
Monosit
Neutrofil
Eosinofil
Basofil
177
150-450 10 3/l
80-94 fL
27-31 pg
33-37 %
37-54 fL
9-14 fL
8-12 fL
92,0
30,3
32,9
54,3
16,4
9,4
12,6
2,0
84,8
0,5
0,1
26-36 %
4-8 %
40-70 %
1-3 %
< 1%
1,00-1,43 10^3/uL
0,16-1,0 10^3/uL
1,8-7,6 10^3/uL
0,02-0,50 10^3/uL
0,00-0,10 10^3/Ul
1,70
0,28
11,45
0,06
0,02
V.
RESUME
Pasien G2P1A0 datang ke RSUD Cianjur merasa hamil 9 bulan, datang karena
sudah memasuki bulan taksiran kelahian, gerakan janin dirasakan ibu, keluar darah
(-), air-air (-), mules (-) sudah dilakukan pemeriksaan USG (+) oleh dr. Yasa dan
taksiran pelahiran 19 Oktober 2016. Ibu tidak memiliki riwayat hipertensi.
Pemeriksaan luar: TFU = 27 cm, leopold I: bokong, Leopold II: punggung
kanan, Leopold III: kepala, Leopold IV: konvergen, BJA : 145 kali/menit, reguler.
Pemeriksaan Lab tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan dalam : Vulva vagina : tidak
ada kelainan, portio kuncup, tebal lunak
VI.
DIAGNOSA KERJA
G2P1A0 gravida aterm dengan Bekas Seksio Sesarea
VII.
-
VIII.
IX.
Diagnosis post- operatif: P2A0 partus maturus dengan seksio sesarea a/i bekas
seksio sesarea
FOLLOW UP
Tanggal
17/10/2016
S
Gerakan janin
O
-TD:
A
G2P1A0
100/70mmHg
aterm dan
Mules (-)
-N: 80x/mnt
BSC
P
Rencana SC
-P: 22x/mnt
- KU: Baik
18/10/2016
Nyeri (+)
- Suhu: 36,4
-TD:
- G2P1A0
SC jam 12.00 ke
120/90mmHg
aterm dan
-N: 80x/mnt
BSC
-Cefotaxim 2x1
-P: 26x/mnt
-Metronidazole
- KU: Baik
2x500mg
- Suhu: 36,6
-Kaltrofen supp
8
19/10/2016
20/10/2016
-keluhan (-)
Keluhan (-)
-TD:
P2A0 Post OP
-Cefotaxim 2x1
90/70mmHg
SC 1 a/i BSC
-Metronidazole
-N: 72x/mnt
2x500mg
-P: 18x/mnt
-Kaltrofen supp
- KU: Baik
- Aff DC
- Suhu: 36,5
-TD : 100/70
P2A0 Post OP
- Cefotaxim 2x1
mmHg
SC 2 a/i BSC
- Metronidazole
-N: 84x/mnt
2x500mg
-P: 26x/mnt
-Kaltrofen supp
- KU: Baik
21/10/2016
Keluhan (-)
- Suhu: 36,4
TD : 100/80
mmHg
-N: 88x/mnt
-P: 16x/mnt
Cefadroxil 2 x 1
As. Mefenamat 3
x 500mg
Fe 1x1
BLPL
- KU: Baik
- Suhu: 36,4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dengan
i. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding perut
dijahit.2,3
b.
c.
d.
Primi para tua yang disertai kelainan letak, disproporsi sefalopelvik (disproporsi
janin/ panggul)
Solusio plasenta
Gangguan perjalanan persalinan karena kista, mioma uteri, karsinoma serviks, ruptur
uteri.
b. Indikasi janin
Gawat janin
a.
b.
c.
Kerugiannya, yaitu:
a. Terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin
b. Terdapat perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan
14
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
aa.
ab. III. Teknik Seksio-Histerektomi
a. Setelah janin dan plasenta dilahirkan dari rongga rahim, dilakukan hemostasis pada
insisi dinding rahim, cukup dengan jahitan jelujur atau simpul
b. Untuk memudahkan histerektomi, rahim boleh dikeluarkan dari rongga pelvis.
c. Mula-mula ligamentum profundum dijepit dengan cunam kocher dan cunam oschner
kemudian dipotong sedekqat mungkin dengan rahim, dan jaringan yang sudah
dipotong diligasi dengan benang catgut khromik no.0. Bladder flap yang telah dibuat
pada waktu seksio sesaria transpertoneal profunda dibebaskan lebih jauh ke bawah
dan lateral. Pada ligamentum latum belakang dibuat lubang dengan telunjuk tangan
15
kiri di bawah adneksadari arah belakang. Dengan cara ini ureter akan terhindar dari
kemungkinan terpotong.
d. Melalui lubang pada ligamentum latum ini, tuba falopii, ligamentum uteroovarica,
dan pembuluh darah dalam jaringan tersebut dijepit dengan 2 cunam oshner lengkung
dan di sisi rahim dengan cunam Kocher. Jaringan di antaranya kemudian digunting
dengan gunting Mayo. Jaringan yang terpotong diikat dengan jahitan transfiks untuk
hemostasis dengan catgut no. 0.
e. Jaringan ligamentum latum yang sebagian adalah avaskular dipotong secara tajam ke
arah serviks. Setelah pemotongan ligamentum latum sampai di daerah serviks,
kandung kencing disisihkan jauh ke bawah dan samping.
f. Pada ligamentum kardinale dan jaringan paraservical dilakukan penjepitan dengan
cunam Oshner lengkung secara ganda, dan pada tempat yang sama di sisi rahim
dijepit dengan cunam Kocher lurus. Kemusian jaringan di antaranya digunting dengan
gunting mayo. Tindakan ini dilakukan pada beberapa tahap sehingga ligamentum
kardinale terpotong seluruhnya. Punctum ligamentum kardinale dijahit transfiks
secara ganda dengan benang catgut khromik no. 0
g. Demikian juga ligamentum sakrouterina kiri dan kanan dipotong dengan cara yang
sama dan diligasi secara transfiks dengan benang catgut khromik no. 0
h. Setelah mencapai di atas dinding vagina serviks, pada sisi dcepan serbiks dibuat irisan
sagital dengan pisau, kemudian melaui insisi tersebut dinding vagina dijepit dengan
cunam Oshner melingkari serviks dan dinding vagina dipotong tahap demi tahap.
Pemotongan dinding vagina dapat dilakukan dengan gunting atau pisau. Rahim
akhirnya dapat diangkat.
i. Puntung vagina dijepit beberapa cunam Kocher untuk hemostasis. Mula-mula
puntung kedua ligamentum kardinane dijahitkan pada ujung kiri dan kanan puntung
vagina, sehingga terjadi hemostasis pada kedua ujung puntung vagina. Puntung
vagina dijahit secara jelujur untuk hemostasis dengan catgut khromik. Puntung
adneksa yang telah dipotong dapat dijahitkan digantungkan pada puntung vagina,
asalkan
tidak
terlalu
kencang. Akhirnya
puntung
vagina
ditutup
dengan
ae.
af.
ag.
ah.
ai.
aj.
ak.
al.
am.
an.
ao.
ap.
aq.
ar.
as.
at.
au.
av.
aw.
ax.
ay.
az.
ba.
bb.
bc.
bd.
be.
bf.
bg.
bh.
kembung.
c. Berat: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada
partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban
yang telah pecah terlalu lama. 4
bp. b. Perdarahan
bq.
dan terbuka, atonia uteri, dan perdarahan pada placental bed. Perdarahan dapat
mengakibatkan terbentuknya bekuan-bekuan darah pada pembuluh darah balik di kaki dan
rongga panggul.4
br.
bs. c. Luka Kandung Kemih
bt.
mengakibatkan luka pada organ lain seperti kandung kemih, yang dapat menyebabkan
infeksi.4
bu.
2.2.
2.2.1. Definisi
bv.
Persalinan pervaginam dengan bekas seksio sesarea atau Vaginal Birth After
Cesarean-section (VBAC) adalah proses melahirkan normal setelah pernah melakukan seksio
sesarea.1
bw.
2.2.2. Diagnosis
bx.
1999 dan 2004 memberikan rekomendasi untuk menyeleksi pasien yang direncanakan untuk
18
persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea. Menurut Cunningham FG (2001) kriteria
seleksinya adalah berikut :
a. Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim.
b. Secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik
c. Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus
d. Tersedianya tenaga yang mampu untuk melaksanakan monitoring, persalinan dan
seksio sesarea emergensi.
e. Sarana dan personil anastesi siap untuk menangani seksio sesarea darurat1,3,5
ca. Menurut Cunningham FG (2001) kriteria yang masih kontroversi adalah :
a. Parut uterus yang tidak diketahui
b. Parut uterus pada segmen bawah rahim vertikal
c. Kehamilan kembar
d. Letak sungsang
e. Kehamilan lewat waktu
f. Taksiran berat janin lebih dari 4000 gram1,5
cb.
seksio sesarea, beberapa peneliti telah membuat sistem skoring. Adapun skoring yang
ditentukan untuk memprediksi persalinan pada wanita dengan bekas seksio sesarea adalah
sebagai berikut:1,5
ce.
cf. Tabel 1 . Skor VBAC menurut Flamm dan Geiger (1997)
cg.
N
ch. Karakteristik
ci.
Sk
cj.
1
ck.
2
cl.
de.
2
df.
cm.
dg.
4
dh.
2
19
cn.
co.
cp.
3
cq.
4
cr.
5
keadaan Inpartu:
da. - >75 %
db. - 25 75 %
dc. - < 25 %
dd. Dilatasi serviks > 4 cm
di.
1
dj.
0
dk.
1
dl.
dm.
dn.
2
do.
1
dp.
0
dq.
1
dr. Interpretasi:
ds. Skor
du. 0-2
dv. 3
dw.4
dx. 5
dy. 6
dz. 7
ea. 8-10
ei. Total
dt. Angka
Keberhasilan
eb. 42-49%
ec. 59-60%
ed. 64-67%
ee. 77-79%
ef. 88-89%
eg. 93%
eh. 95-99%
ej. 74-75%
ek.
el. Tabel 2. Skor VBAC menurut Weinstein Factor
em.
No.
1. Bishop Score 4
2. Riwayat persalinan pervaginal sebelum seksio sesarea
3. Indikasi seksio sesarea yang lalu
Malpresentasi,Preeklampsi/Eklampsi, Kembar
HAP, PRM, Persalinan Prematur
Fetal Distres, CPD, Prolapsus tali pusat
Makrosemia, IUGR
en. T
i
d
a
k
ep. 0
eq. 0
er.
es. 0
et. 0
eu. 0
ev. 0
eo.
Y
ew.
4
ex.
2
ey.
ez.
6
fa.
5
fb.
4
fc.
20
fd.
2.2.4. Kontraindikasi
fe.
a. Plasenta previa
b. Vasa previa
c. CPD/FPD
d. Panggul patologik
e. Presentasi abnormal
f. Kelainan letak
g. Posterm dengan skor pelvik rendah
h. 2 kali seksio
i. Penyembuhan luka operasi yang lalu buruk
j. Operasi yang lalu kolporal/klasik
2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi VBAC
fg. a. Teknik operasi sebelumnya
fh.
Pasien bekas seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim transversal
merupakan salah satu syarat dalam melakukan VBAC, dimana pasien dengan tipe insisi ini
mempunyai resiko ruptur yang lebih rendah dari pada tipe insisi lainnya. Bekas seksio sesaria
21
klasik, insisi T pada uterus dan komplikasi yang terjadi pada seksio sesarea yang lalu
misalnya laserasi serviks yang luas merupakan kontraindikasi melakukan VBAC.1
fi.
fj. b. Jumlah seksio sesarea sebelumnya
fk.
maupun pada kasus yang pernah seksio sesarea dua kali berurutan atau lebih, sebab pada
kasus tersebut diatas seksio sesarea elektif adalah lebih baik dibandingkan persalinan
pervaginal.1
fl.
fm. c. Penyembuhan luka pada seksio sesarea sebelumnya
fn.
Insisi uterus dengan potongan vertikal yang dikenal dengan seksio sesarea
klasik dilakukan pada otot uterus. Luka pada uterus dengan cara ini mungkin tidak dapat
pulih seperti semula dan dapat terbuka lagi sepanjang kehamilan atau persalinan berikutnya.1
fo.
penanganan VBAC
Pada usia kehamilan <37 minggu dan belum inpartu misalnya pada plasenta
previa dimana segmen bawah rahim belum terbentuk sempurna kemungkinan insisi uterus
tidak pada segmen bawah rahim dan dapat mengenai bagian korpus uteri yang mana
keadaannya sama dengan insisi pada seksio sesarea klasik.1
22
gp.
gq. g. Riwayat persalinan pervaginal
gr.
pervaginal memiliki angka keberhasilan persalinan pervaginal yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien tanpa persalinan pervaginal.1
gs.
gt. h. Keadaan serviks pada saat partus
gu.
Induksi persalinan dengan misoprostol akan meningkatkan resiko ruptur uteri pada maternal
dengan bekas seksio sesarea.1
gv.
gw.
2.6 Komplikasi
gx.
Menurut Landon komplikasi terhadap maternal, antara lain:
a. Ruptur uteri,
gy.
Perdarahan pervaginal
23
ha.
hd.
he.
PERSALINAN
BEKAS
SEKSIO SESAREA
hf.
hg.
Tipe
Seksio Sesarea
hh.
hi.
Segmen
Bawah Rahim
hj.
hk.
hl.
Korporal
Letak dan
Presentasi
hm.
hn.
Verteks
ho.
Non Verteks
hp.
Kriteria
(+)
hq.
hr.
Kontra
Indikasi (+)
hs.
Partus
Percobaan
ht.
hu.
Maju
Gagal
hv.
hw.
Ekstraksi Vakum /
Ekstraksi Forceps
PARTUS VAGINAM
hx.
hy.
hz.
ia.
ib.
SEKSIO
SESAREA
Sumber : Saifuddin AB. Kehamilan dan Persalinan dengan Parut Uterus. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta : 2000 ; 322.
ic.
id.
24
ie. BAB 3
if. PEMBAHASAN
ig.
1. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini?
2. Bagaimana jenis persalinan untuk kasus ini?
3. Kontraindikasi apa yang mendukung dilakukannya persalinan perabdominal?
4. Bagaimana penatalaksanaan kasus ini?
ih.
ii.
ij.
ik.
il.
im.
in.
io.
ip.
iq.
ir.
is.
it.
iu.
iv.
iw.
ix.
iy.
iz.
ja.
jb.
25
jc. BAB 4
jd. ANALISIS KASUS
je.
1. Bagaimana cara mendiagnosis kasus ini?
jf.
hamil 9 bulan, datang karena sudah memasuki bulan taksiran kelahian, gerakan janin
dirasakan ibu, keluar darah (-), air-air (-), mules (-) sudah dilakukan pemeriksaan
USG (+) oleh dr. Yasa dan taksiran pelahiran 19 Oktober 2016. Ibu tidak memiliki
riwayat hipertensi.
jg.
Pemeriksaan luar menunjukkan parut bekas seksio sesarea masih utuh dan tidak
ada nyeri tekan abdomen. Tinggi fundus uteri 27 cm, denyut jantung janin 145x/mnt
reguler, letak janin memanjang, punggung kanan, terbawah kepala, taksiran pelahiran
19 Oktober 2016. Pemeriksaan dalam menunjukkan portio kuncup, tebal lunak,
ketuban (+), bagian terbawah kepala.
jh.
Dari anamnesis dan pemeriksaan obstetrik di atas dapat disimpulkan bahwa
diagnosis pada kasus ini adalah G 2P1A0 aterm gravida 39 minggu dengan bekas SC
1x.
ji.
2. Bagaimana jenis persalinan untuk kasus ini?
jj.
jn. Karakteristik
jo.
Sk
jp.
1
jq.
2
jr.
kk.
2
kl.
js.
jt.
ju.
km.
4
kn.
2
ko.
1
kp.
0
26
jv.
3
jw.
4
jx.
5
kq.
1
kr.
ks.
kt.
2
ku.
1
kv.
0
kw.
1
kx. Interpretasi:
ky. Skor
la. 0-2
lb. 3
lc. 4
ld. 5
le. 6
lf. 7
lg. 8-10
lo. Total
kz. Angka
Keberhasilan
lh. 42-49%
li. 59-60%
lj. 64-67%
lk. 77-79%
ll. 88-89%
lm. 93%
ln. 95-99%
lp. 74-75%
lq.
lr. Menurut Cunningham FG (2001) kriteria seleksinya agar dapat dilakukan persalinan
pervaginam adalah berikut :
a. Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim.
b. Secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik
c. Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus
d. Tersedianya tenaga yang mampu untuk melaksanakan monitoring, persalinan dan
seksio sesarea emergensi.
e. Sarana dan personil anastesi siap untuk menangani seksio sesarea darurat1,3,5
ls.
lt. Berdasarkan Tabel Skor VBAC menurut Flamm dan Geiger (1997)
lv.
3. Kontraindikasi apa yang mendukung dilakukannya persalinan perabdominal?
lw. Kontra indikasi mutlak melakukan VBAC adalah :
Bekas komplikasi operasi seksio sesarea dengan laserasi serviks yang luas
Panggul sempit
Ada komplikasi medis dan obstetrik yang merupakan kontra indikasi persalinan
pervaginal1,5
Plasenta previa
Vasa previa
CPD/FPD
Panggul patologik
Presentasi abnormal
Kelainan letak
2 kali seksio
ly. Pada pasien ini dilakukan SC karena pada persalinan anak pertama serta ibu menolak
untuk lahir pervaginam.
28
md.
me.
PERSALINAN
BEKAS
SEKSIO SESAREA
mf.
mg.
Tipe
Seksio Sesarea
mh.
mi.
Segmen
Bawah Rahim
mj.
mk.
ml.
Korporal
Letak dan
Presentasi
mm.
mn.
Verteks
mo.
Non Verteks
mp.
mq.
mr.
Kriteria
(+)
Kontra
Indikasi (+)
ms.
Partus
Percobaan
mt.
mu.
Maju
mv.
Gagal
mw.
mx.
Ekstraksi
my. Vakum /
Ekstraksi
mz. Forceps
na.
nb.
PARTUS
SEKSIO
nc.VAGINAM
SESAREA
nd.
ne.
nf. Pada bagan tatalaksana pasien memiliki kontraindikasi seperti riwayat persalinan
bekas sesar karna indikasi CPD, maka lebih baik dilakukannya seksio sesarea pada
kehamilan kedua ini.
ng.
29
nh. BAB 5
ni. DAFTAR PUSTAKA
nj.
1. Anonim. Persalinan pervaginam dengan bekas seksio sesarea [serial online] 2010 Didapat
dari: http://library.usu.ac.id/download/pdf.
2. Angsar MD dan Listya S. Seksio sesarea. Dalam: Hanifah W, Abdul BS, dan Trijatmo R,
penyunting. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: EGC; 2000. h. 133-43.
3. Leveno KJ,dkk. Sesar. Dalam: Leveno KJ, Gary C, Norman FG, James MA, Steven LB,
Brian MC, dkk, penyunting. Obstetri Williams panduan ringkas. Jakarta: EGC;2003. h.
247-58.
4. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Bekas seksio sesarea. Dalam: Standar
pelayanan medik obstetri dan ginekologi. Jakarta: POGI; 2006. h. 47-48.
5. Porter TF dan James RS. Cesarean Delivery. Dalam: Danforths obstetric and gynecology,
chapter 24. Isilo; 2007.
6. Anonim.
Vaginal
Birth
after
Cesarean-section
[serial
online]
2009
Didapatdari:http://www.scribd.com/doc/15127665/faktor_predisposisi_seksio_sesarea.
7. Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams
Obstetrics.22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, 509-536.
nk. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Malpresentation. In: Obstetrics normal and
problem pregnancies. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone. Ltd. 2000:478-90.
nl.
nm.
30