Anda di halaman 1dari 52

Analisis Komponen

Struktur Baja dengan


AISC-LRFD 2005: Teori
Bambang Suryoatmono
Unpar

Metode Desain

Metode Desain AISC 05


Desain dengan Kekuatan Izin (ASD)
LRFD dengan Analisis Elastis

Desain dengan Kekuatan Izin


(Allowable Strength Design)

Kuat izin setiap komponen struktur tidak boleh


kurang dari kekuatan yang dibutuhkan

Ru

Rn

Ru = kekuatan yang dibutuhkan (ASD)


Rn = kekuatan nominal
= faktor keamanan
Rn/ = kuat izin

Desain dengan Kekuatan Izin (Allowable


Strength Design) (lanjutan)

Gaya dalam pada komponen struktur dilakukan


dengan analisis elastis orde pertama pada
kondisi beban kerja
Efek orde kedua dan inelastisitias ditinjau
secara tidak langsung
Faktor keamanan diterapkan hanya pada sisi
tahanan, dan keamanan dihitung pada kondisi
beban kerja (tak terfaktor)
Jadi pada ASD reliabilitas yang seragam tidak
mungkin dicapai
Metode desain

LRFD dengan Analisis Elastis

Kuat rencana setiap komponen struktur tidak boleh


kurang dari kekuatan yang dibutuhkan yang ditentukan
berdasarkan kombinasi pembebanan LRFD

Ru Rn
Ru = kekuatan yang dibutuhkan (LRFD)
Rn = kekuatan nominal
= faktor tahanan (< 1.0) (SNI: faktor reduksi)

LRFD dengan Analisis Elastis


(lanjutan)

LRFD memperhitungkan keamanan pada kedua sisi


(efek beban dan tahanan)
Setiap kondisi beban mempunyai faktor beban yang
berbeda yang memperhitungkan derajat uncertainty,
sehingga dimungkinkan untuk mendapatkan reliabilitas
seragam
Analisis yang dapat dipilih untuk mendapatkan efek
beban:

Analisis Elastis Orde Kedua, atau


Analisis Elastis Orde Pertama dan efek orde kedua
diperhitungkan dengan menggunakan faktor amplifikasi momen
B1 dan B2.

Efek inelastis ditinjau secara tidak langsung.

LRFD dengan Analisis Elastis


(lanjutan)

Indeks Reliabilitas = indeks keamanan =

ln( R n / Q n )
VR2 + VQ2

R = tahanan rata rata


Q = efek beban rata rata
VR = koefisien variasi tahanan
VQ = koefisien variasi efek beban

LRFD dengan Analisis Elastis


(lanjutan)
Probability Density
VR2 + VQ2

Pf = P[ln(R/Q<0]

ln( R / Q)

ln(R/Q)

Jika Pf maka . AISC: = 3.0 (komponen struktur), = 4.5 (sambungan)

Kombinasi Pembebanan pada


LRFD dengan Analisis Elastis
1.4D
1.2D + 1.6L + 0.5(La atau H)
1.2D + 1.6(La atau H) + (LL atau 0.8W)
1.2D + 1.3W + LL + 0.5(La atau H)
1.2D + 1.0E + LL
0.9D + (1.3W atau 1.0E)

Kombinasi Pembebanan pada LRFD


dengan Analisis Elastis (lanjutan)

D = beban mati
L = beban hidup
La = beban hidup di atap
H = beban hujan
W = beban angin
E = beban gempa

0.5 jika L < 5 kPa


1 jika L 5 kPa

L =

Material Baja

Hubungan Tegangan Regangan


(Hasil uji tarik)
f
Fu
Fy
E
1

Material Properties

Modulus Elastisitas E = 200000 MPa


Rasio Poisson = 0.3
Modulus Geser,
E
G=
2(1 + )
diambil 77200 MPa (AISC 05), 80000 (SNI)

Material Properties
Jenis Baja

Tegangan putus
tarik Fu (MPa)

Tegangan leleh
tarik Fy (MPa)

BJ 34
BJ 37
BJ 41
BJ 50
BJ 52
BJ 55

340
370
410
500
520
550

210
240
250
290
360
410

Komponen Struktur
Tarik

Kuat Tarik Rencana


Pu

Pu

Pu min(0.9 Ag Fy dan 0.75 Ae Fu )


Leleh pada
penampang
bruto

Fraktur pada
penampang
efektif

Batas kelangsingan maksimum = 300 (AISC 05)

Luas Neto Efektif, Ae


Ae = UAn
U = min(1
U = 1

x
l

x
dan 0.9) (SNI)
l
(AISC '05)

An = luas neto
U = shear lag factor
Jika seluruh elemen penampang disambung,
maka luas neto efektif = luas neto (artinya U =
1). Jika tidak, gunakan rumus U di atas.

Faktor Shear Lag U

Eksentrisitas untuk menghitung U

10

Eksentrisitas
untuk
menghitung U

Panjang sambungan untuk


menghitung U

11

Luas neto pada plat dengan lubang


tebal = t
berseling
1

Pu

Pu

An = Ag - n d t

2
An = Ag - n d t + s t
4g

rusak

AISC : d = d lubang standar + 2 mm

dlubang standar = db + 2 mm (untuk db < 22 mm)


= db + 3 mm untuk db > 22 mm)

Contoh Soal Komponen Struktur


Tarik, ada Lubang Berseling

AISC 05: Geser Blok (Block Shear


Rupture Strength)

Geser Blok adalah kondisi batas di mana


tahanan ditentukan oleh jumlah kuat geser dan
kuat tarik pada segmen yang saling tegak lurus.

12

AISC 05: Geser Blok (Block Shear


Rupture Strength) (lanjutan)
= 0.75
Agt = luas bruto yang mengalami tarik
Agv = luas bruto yang mengalami geser
Ant = luas neto yang mengalami tarik
Anv = luas neto yang mengalami geser

AISC 05: Geser Blok (Block Shear


Rupture Strength) (lanjutan)
Rn = min ((0.6 Fu Anv + U bs Fu Ant ) dan (0.6 Fy Agv + U bs Fu Ant ) )
Batas atas: fraktur tarik dan
fraktur geser

Leleh geser dan


fraktur tarik

Ubs = koefisien reduksi, digunakan untuk


menghitung kuat fraktur geser blok

13

AISC 05: Geser Blok (Block Shear


Rupture Strength) (lanjutan)

AISC 05: Geser Blok (Block Shear


Rupture Strength) (lanjutan)

Contoh Soal Komponen Struktur


Tarik, dengan Geser Blok

14

Komponen Struktur
Tekan

Fenomena Tekuk pada Komponen


Struktur Tekan

Tekuk Lokal pada Elemen:


Tekuk

Lokal di Flens (FLB)


Tekuk Lokal di Web (WLB)

Tekuk pada Komponen Struktur:


Tekuk

Lentur (flexural buckling)


Tekuk Torsi (torsional buckling)
Tekuk Torsi Lentur (flexural torsional
buckling)

15

Tekuk Lokal di flens

Potongan 1-1

Tekuk Lokal di web

Potongan 2-2

16

Tekuk Lokal (flens dan web)

=
Tidak langsing
(kompak dan
non kompak)

Langsing
SNI: tidak ada
AISC: pakai Q <1

b
t

Batas Langsing Tidak Langsing,r

17

Batas Langsing Tidak Langsing,r

Batas Langsing Tidak Langsing,r

18

Batas Langsing Tidak Langsing,r


Pengali

E
Fy

BJ34

BJ37

BJ41

BJ50

BJ55

Fy = 210
MPa

Fy = 240
MPa

Fy = 250
MPa

Fy = 290
MPa

Fy = 410
MPa

0.45

13.89

12.99

12.73

11.82

9.94

0.56

17.28

16.17

15.84

14.71

12.37

0.75

23.15

21.65

21.21

19.70

16.56

1.40

43.20

40.41

39.60

36.77

30.92

1.49

45.98

43.01

42.14

39.13

32.91

Siku Sama Kaki Tunggal yang


Memikul Tekan

Untuk Fy kecil, beberapa penampang adalah


langsing.
Untuk Fy yang semakin besar, semakin banyak
penampang yang langsing
Jadi, faktor reduksi untuk elemen langsing Q
perlu dihitung (AISC 05)
Q = QsQa dengan Qa = 1 bila semua elemen
unstiffened
Data Penampang Siku Sama Kaki

19

Qs untuk Siku Tunggal (AISC 05)


Qs

b Fy
Qs = 1.34 0.76
t E

Qs =
0.64

0.45

E
Fy

0.91

0.53E
b
Fy
t

b/t

E
Fy

Tekuk Komponen Struktur

Tekuk Lentur

Tekuk Torsi

Tekuk Torsi Lentur

20

Tekuk Komponen Struktur


(lanjutan)
Dapat terjadi pada jenis
penampang
Tekuk Lentur

Apapun

Tekuk Torsi

Simetri ganda
Simetri tunggal,
Tanpa sumbu simetri

Tekuk Torsi Lentur

Tekuk Lentur

Hanya dapat terjadi terhadap sumbu utama (sumbu


dengan momen inersia max / min)
Kelangsingan komponen struktur didefinisikan dengan

kL
r

k = faktor panjang tekuk (SNI) = faktor panjang efektif (AISC)


L = panjang komponen struktur tekan
r = jari-jari girasi

Batas kelangsingan maksimum untuk komponen struktur


tekan = 200

21

Tegangan Kritis Tekuk Lentur (SNI)


c =

Fy
E

c < 0.25

=1
=

0.25 < c < 1.2

= 1.252c

c > 1.2

Fcr =

Fy

1.43
1.6 0.67c

adalah koefisien tekuk

Tegangan Kritis Tekuk Lentur


(AISC 05), Elemen Tidak Langsing
2E
Fe = 2

E
4.71
atau Fe 0.44 Fy
Fy

> 4.71

E
atau Fe < 0.44 Fy
Fy

Fy

Fcr = 0.658 Fe Fy

Fcr = 0.877 Fe

22

Tegangan Kritis Tekuk Lentur


(AISC 05), Elemen Langsing
2E
Fe = 2

4.71

E
atau Fe 0.44QFy
QFy

> 4.71

E
atau Fe < 0.44QFy
QFy

QFy

Fcr = Q 0.658

Fe

Fy

Fcr = 0.877 Fe

Tegangan Kritis Tekuk Lentur (AISC 05


dan SNI)
1.2000

1.0000

Fcr (dalam Fy)

0.8000

0.6000

SNI

AISC 2005

0.4000

0.2000

0.0000
0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

23

Kuat Rencana Penampang Siku Ganda dan


T (AISC 05 Sec E4(a) dan SNI Butir 9)

Sumbu x = sumbu tak simetri, y = sumbu simetri


Hitung Fcr1 (tekuk lentur) terhadap sumbu x
Hitung Fcr2 (tekuk torsi lentur) terhadap sumbu y
Fcry + Fcrz
4 Fcry Fcrz H
Fcr =
1 1
2
2H
Fcry + Fcrz

Fcry adalah tegangan kritis tekuk lentur yang didapat dari rasio
kelangsingan terhadap sb y untuk profil T dan kelangsingan
modifikasi, untuk profil siku ganda,
Fcrz adalah
GJ

Fcrz =

Fcr = min(Fcr1 , Fcr2)


cPn = 0.85FcrAg (SNI)
= 0.90FcrAg (AISC 05)

Ag r 0

Contoh perhitungan kuat tekan


penampang siku ganda
penampang T

Kuat Rencana Penampang Siku


Tunggal (AISC 05 Sec E5)

Sumbu r dan s adalah sumbu utama, dan sumbu x dan y


adalah sumbu sejajar kaki siku
Hitung Fcr (tekuk lentur) terhadap sumbu r atau s yang
mempunyai rasio kelangsingan terbesar
Apabila di ujung siku terdapat sambungan hanya di satu
kaki, hitung Fcr (tekuk lentur) terhadap sumbu berat x yang
sejajar dengan kaki yang disambung, dengan
menggunakan rasio kelangsingan modifikasi, sesuai AISC
05 Sec. E5a, b
Fcr = Fcr terkecil
cPn = 0.90FcrAg
Contoh Perhitungan Komponen Struktur Tekan:
Siku Tunggal

24

Penampang lainnya (AISC 05 Sec


E4(b)

Simetri ganda (tekuk


torsi)

2 ECw
1
Fe =
+ GJ
2
(K L )
Ix + I y
Simetri tunggal (tekuk z
torsi lentur), y sumbu
simetri:

Fe =

Fey + Fez
4 Fey Fez H
1 1
2
2H
(
)
+
F
F
ey
ez

Tanpa sumbu simetri


(tekuk torsi lentur):

2
2

xo
yo
2
2

Fe = root ( Fe Fex )( Fe Fey )( Fe Fez ) Fe ( Fe Fey ) 2 Fe ( Fe Fex ) 2 = 0

r0
r0

Penampang lainnya (AISC 05 Sec


E4(b) (lanjutan)

Simetri ganda:

Simetri tunggal:

Periksa tekuk lentur terhadap sumbu simetri dengan


kelangsingan komponen struktur terbesar Fcr1
Periksa tekuk torsi Fcr2
Periksa tekuk lentur terhadap sumbu tak simetri x Fcr1
Periksa tekuk torsi lentur terhadap sumbu simetri y, Fcr2

Tanpa sumbu simetri:

Periksa tekuk lentur terhadap sumbu utama dengan


kelangsingan komponen struktur terbesar Fcr1
Periksa tekuk torsi lentur, Fcr2

25

Penampang lainnya (AISC 05 Sec


E4(b) (lanjutan)
QFy

Fcr 2 = Q * 0.658

Fe

Fcr 2 = 0.877 Fe

Fy jika 4.71

E
QFy

jika > 4.71

E
QFy

Fcr = min( Fcr1 dan Fcr 2 )

c Pn = 0.90 Fcr Ag
Contoh Perhitungan Komponen Struktur Tekan
Profil U, Profil I

Faktor Panjang Efektif

Hitung G di kedua ujung komponen tekan,


GA dan GB
I

G=

Dapatkan k dari alignment chart


Rumus k secara analitis

26

Alignment Chart untuk mendapatkan k dari


GA dan GB

K untuk kolom yang berdiri sendiri

27

Balok (Profil I)

Pengelompokan Penampang

=
Kompak
(Tidak ada
masalah tekuk lokal)

Tidak Kompak
(Ada masalah
tekuk lokal)

Langsing
(Balok Pelat)

b
t

28

Batas-batas p dan r profil WF


(dirol)
Elemen

bf

Flens

2t f
h
tw

Web

0.38

E
Fy

1.0

3.76

E
Fy

5.70

E
Fy
E
Fy

Batas-batas p dan r (lanjutan)

0.38

1.0

3.76
5.70

E
Fy

E
Fy

E
Fy
E
Fy

BJ34

BJ37

BJ41

BJ50

BJ55

11.73

10.97

10.75

9.98

8.39

30.86

28.87

28.28

26.26

22.09

116.04

108.54

106.35

98.74

83.04

175.91

164.54

161.22

146.69

125.89

29

Daftar Profil WF Standar JIS yang Non Kompak


(berdasarkan kelangsingan flensnya)
BJ34, BJ37, BJ41

BJ50

BJ55

Tidak ada
(semua kompak)

WF300x300x10x15
(lainnya: kompak)

WF250x250x9x14
WF300x150x5.5x8
WF300x150x6.5x9
WF300x300x10x15
WF350x175x6x9
WF350x350x12x19
WF400x200x7x11
WF400x400x13x21
(lainnya: kompak)

Jadi tidak ada yang langsing flensnya.


Semua web kompak

Tabel Profil

Kondisi Batas Momen Lentur

Tercapainya Momen Plastis


(yielding)

Momen yang menyebabkan


terjadinya Tekuk Torsi Lateral
(LTB)
Momen yang menyebabkan
terjadinya Tekuk Lokal di
Flens Tekan (FLB)
Momen yang menyebabkan
terjadinya Tekuk Lokal di Web
(WLB)
Momen yang menyebabkan
terjadinya leleh pada flens
tarik (TFY)

Berlaku untuk
lentur thd sumbu
kuat maupun
lemah
Hanya untuk
lentur terhadap
sumbu kuat
Tidak ada untuk
penampang
kompak
Tidak ada untuk
penampang I
Tidak ada untuk
penampang I
simetri ganda

30

Momen Leleh dan Momen Plastis


(terhadap sumbu kuat x)
Fy

Fy

r
tf

tw

Fy

bf

Distribusi
tegangan
normal
akibat Myx

Fy

Distribusi
tegangan
normal
akibat Mpx

Momen Plastis

Terhadap sumbu x:
Mpx

= Z xF y

Terhadap sumbu y:
Mpy

= min(ZyFy dan 1.6SyFy)

Untuk profil WF hot rolled Standar JIS:


Zy < 1.6 Sy, maka

Mpy = ZyFy
Kondisi batas

31

Tekuk Torsi Lateral (LTB)

Dapat dicegah dengan memasang tumpuan


lateral (cross frame, diafragma, dsb
Lb = jarak antara tumpuan lateral (simbol: x)
Kekuatan LTB diperiksa di setiap segmen Lb

Momen nominal Mn untuk Tekuk


Torsi Lateral
Mn


(L Lp )
M n = min Cb M p (M p 0.7 S x Fy ) b
dan M p


( Lr L p )

Mp

M n = min( Fcr S x dan M p )

Tidak
ada
LTB

Lp

Lb

Lr
LTB
inelastis

LTB
elastis

32

Besaran di dalam Mn LTB


rts =
2

I y h0
2S x

Fcr = Cb

2E
Lb

rts

L p = 1.76ry
Lr = rts

E
Fy

E
0.7 Fy

I y = momen inersia terhadap sumbu lemah y


h0 = jarak antara pusat berat flens = d - t f

Ada di Tabel Baja Ind


d, bf, tw, tf, r
Ix, Iy, A, Sx, Sy , rx, ry

Besaran
penampang
berbentuk I

Tidak Ada di Tabel Baja Indonesia:

Cw =

r
tf

x
tw

I y (d t f ) 2
4

SNI: Iw

1
Z x = b f t f (d t f ) + t w (d 2t f ) 2
4
2
1
2
2
Z y = t f b f + (d 2t f )t w
4
4
h = d 2t f 2r

bf

33

Faktor Modifikasi untuk Momen tak


Seragam

12.5M max
Cb = min
dan 3.0

2.5M max + 3M A + 4M B + 3M C

Mmax = |momen maks di segmen Lb|


MA = |M di Lb/4|
MB = |M di Lb/2|
MC = |M di 3Lb/4|
SNI: Cb harus < 2.3. AISC 05: harus < 3.0

Faktor Modifikasi untuk Momen tak


Seragam (lanjutan)

34

Faktor Modifikasi untuk Momen tak


Seragam (lanjutan)
Mu

Beban apapun

Lb = L
Cb = 1.67

Cb = 1.0

wu

wu

Lb = L
Cb = 2.38

Lb = L/2
Cb = 2.38

Pu

Pu

Lb = L
Cb = 1.92

Lb = L/2
Cb = 2.27
Kondisi batas

Momen Nominal untuk Tekuk Lokal Flens pada


Profil I Simetri ganda dengan Web Kompak,
Lentur Terhadap Sumbu x
Bila flens nonkompak, yaitu:

p <

bf

2t f

M n = M px ( M px 0.7 Fy S x )

r <

Bila flens langsing, yaitu:

Mn =

p = 0.38

E
Fy

0.9 Ek c S x
bf

2t
f

bf
2t f

dengan

r = 1. 0

p
r p

kc =

4
h
tw

Ambil nilai kc di
antara 0.35 sampai
dengan 0.76

E
Fy

35

Momen Nominal untuk Tekuk Lokal Flens pada


Profil I Simetri ganda dengan Web Kompak,
Lentur Terhadap Sumbu y
Bila flens nonkompak, yaitu:

p <

bf

2t f

M n = M py ( M py 0.7 Fy S y )

r <

Bila flens langsing, yaitu:

Mn =

p = 0.38

E
Fy

0.69 ES y
bf

2t
f

bf

p
r p

2t f

r = 1. 0

E
Fy

Kondisi batas

Tekuk Lokal Web (WLB)

Hanya mungkin terjadi pada penampang


berbentuk boks (persegi maupun persegi
panjang) dengan web yang non kompak

Kondisi batas

36

Leleh pada Flens Tarik (TFY)

Hanya dapat terjadi pada penampang I simetri


tunggal yang melentur terhadap sumbu kuat,
dengan Sxt < Sxc

Flens tarik

S xt =

Ix
yt

S xc =

Ix
yc

yt
x
yc

Momen negatif

Kuat Lentur Rencana Penampang I


Simetri Ganda dengan Web Kompak

Terhadap Sumbu Kuat x


Mn

= min(Mpx,MnLTB, MnFLB)
Hanya untuk flens non kompak atau langsing

Terhadap Sumbu Lemah y


Mn

= min(Mpy, MnFLB)
Hanya untuk flens non kompak atau langsing

Mu < bMn
b = 0.9

Contoh Perhitungan Kuat Lentur Rencana Profil I:


Kompak, Non Kompak

37

Momen Biaksial

Persamaan interaksi untuk kondisi momen


biaksial (momen terhadap sumbu x dan
terhadap sumbu y):

M uy
M ux
+
1 .0
b M nx b M ny
Contoh Perhitungan Momen Biaksial Profil I

Kuat Geser Penampang I Simetri


Ganda tanpa Pengaku (AISC 05)

Untuk Geser sejajar web


Vu vVn
Vn = 0.6 Fy AwCv

Vu

Aw = dt w
Untuk

profil gilas dengan

h
E
2.24
tw
Fy

v = 1.0 dan Cv = 1.0


Untuk

< < 260 atau


profil gilas dengan 2.24
Fy t w
profil built-up

v = 0.90 dan Cv = ( see next page) dengan kv = 5

38

Koefisien Geser Web Cv


Cv
Cv =

1.10 k v E / Fy

1.0

h / tw
Cv =

0.8
leleh

1.10

tekuk
inelastis

kv E
Fy

1.37

1.51kv E
(h / t w ) 2 Fy

Tekuk
elastis
kv E
Fy

260

h/tw

Kuat Geser Penampang I Simetri


Ganda tanpa Pengaku (AISC 05)

Untuk Geser tegak lurus web

Vu vVn
Vn = 0.6 Fy AwCv

Vu

Aw = 2b f t f

v = 0.90 dan Cv = ( see previous page)


dengan kv = 1.2

39

Kuat Geser Penampang I tanpa


Pengaku (AISC) (lanjutan)

h/tw maksimum untuk semua profil hot rolled standar JIS


adalah 50 (WF346x174) dan 49.43 (WF800x300)
2.24(E/Fy) terkecil adalah untuk BJ 55, yaitu 49.47
Jadi: kuat geser rencana semua profil hot rolled Standar
JIS (kecuali WF346x174 Bj. 55) dapat dihitung dengan

Vu vVn = 1.0(0.6 Fy dt w )

Geser sejajar web

Geser tegak lurus web

Vu vVn = 0.9(0.6 Fy 2b f t f )

Contoh Perhitungan Kuat Geser Rencana Profil I


Contoh Perhitungan Kuat Geser dan Kuat Lentur

Plat Landasan Balok


tw

d
Plat landasan balok

bf

Dimensi plat landasan


B = lebar (searah dengan lebar flens)
N = panjang (searah dengan arah longitudinal balok
t = tebal

40

Plat Landasan Balok (lanjutan)

N harus cukup untuk mencegah leleh pada badan (web


yielding) dan lipat pada badan (web crippling).
Web Yielding:
Penyebaran beban diasumsikan berarah 1:2.5 (vertikal :
horizontal)
R
k
N + 5k
d
N + 2.5k
k
N
R

Plat Landasan Balok (lanjutan)

Kuat rencana untuk


Web Yielding di lokasi
tumpuan

Rn = ( N + 2.5k ) Fy tw

Kuat rencana untuk


Web Yielding di lokasi
beban interior

Rn = ( N + 5k ) Fy tw

dengan = 1

dengan = 1

41

Plat Landasan Balok (lanjutan)

Web Crippling adalah tekuk di badan akibat gaya tekan yang


disalurkan melalui flens. Faktor tahanan = 0.75.
Kuat rencana untuk Web Crippling di lokasi beban interior.
1.5

N tw EFy t f

Rn = 0.80t 1 + 3
tw

d t f

2
w

Kuat rencana untuk Web Crippling di lokasi tumpuan


1.5

N tw EFy t f
N

Rn = 0.40t 1 + 3
untuk 0.2
tw
d

d t f

2
w

1.5

tw EFy t f
4N
N

Rn = 0.40t 1 +
0.2
untuk > 0.2

tw
d
d
t f

2
w

Plat Landasan Balok (lanjutan)

Ukuran B ditetapkan sedemikian sehingga luas


BxN dapat mencegah terjadinya kegagalan
tumpu pada material di bawah plat landasan
(biasanya beton).

c P p = c 0 . 85 f c ' A1
dengan

A2
A1

A2
4 dan c = 0 . 60
A1

42

Plat Landasan Balok (lanjutan)


Plat landasan, luas =
A1=BN

Luas tumpuan = A2 (konsentris dengan


A1)

Denah

Plat Landasan Balok (lanjutan)

Tebal plat landasan t harus cukup untuk


memikul momen lentur pada plat landasan

2.222 Ru n 2
t
BNFy
dengan

n=

B 2k
2
Contoh Perhitungan Plat Landasan Balok

43

Pu

Plat
Landasan
Kolom

Plat landasan
kolom

n
N

0.95d

0.80bf
bf
B

c = 0.60 ; Pp = 0.85 f c ' A1

Plat
Landasan
Kolom

A2
A1

B 0.8b f
N 0.95d
; n=
2
2
4db f Pu

X =
(d + b ) 2 P
f

c p

m=

= min(1.0,

2 X
)
1+ 1 X

1
db f ; l = max(m, n, n' )
4
2 Pu
t l
0.9 BNFy
n' =

Contoh Perhitungan
Plat landasan Kolom

44

Balok Kolom
(Profil I)

Batasan Kekompakan Penampang


Balok Kolom

=
Kompak
(Tidak ada
masalah tekuk lokal)

Tidak Kompak
(Ada masalah
tekuk lokal)

Langsing
(Balok Pelat)

b
t

Untuk flens (SNI dan AISC 05): p dan r


sama seperti pada balok

45

Batasan Kekompakan Penampang


Balok Kolom (lanjutan)

Untuk web (SNI):

Pu
E 2.75Pu
0.125, p = 3.76
1
b Py
b Py
Fy

P
P
E
E
Jika u > 0.125, p = max1.12
2.33 u ,1.49

b Py
b Py
Fy
Fy

P
E 0.74 Pu
Untuk semua nilai u , r = 5.70
1
b Py
b Py
Fy
dengan Py = Ag Fy
Jika

Untuk web (AISC 05): sama dengan balok

Persamaan Interaksi (harus ditinjau pada


semua kombinasi pembebanan)
Untuk

Pu
0.2 :
c Pn

M uy
8 M ux
Pu
1.0
+
+

c Pn 9 b M nx b M ny
P
Untuk u < 0.2 :
c Pn
M ux
M uy
Pu
1.0
+
+
2c Pn b M nx b M ny
c = 0.90 ( SNI : 0.85) dan b = 0.90

46

Persamaan Interaksi Khusus Gaya Aksial


Tekan dan Momen Terhadap Sumbu x
Pu
c Pn
1.0

0.2

0.9

Efek P-delta

M ux
b M nx

1.0

Pada kolom tak bergoyang


disebut efek P-

Pada kolom bergoyang


disebut efek P-

47

Efek P-delta (lanjutan)

Efek P-delta diperhitungkan dengan menggunakan faktor


pembesar momen B1 dan B2:

M u = B1M nt + B2 M lt

Tidak ada di SNI

Pu = Pnt + B2 Plt

Mnt = momen maks dgn asumsi tdk ada goyangan (nt = no


translation)
Mlt = momen maks akibat goyangan (lt = lateral translation).
Momen ini dapat disebabkan oleh beban lateral atau oleh
beban gravitasi yang tak simetris. Mlt = 0 jika balok kolom
memang tak bergoyang.
B1 = faktor amplifikasi untuk momen yang terjadi pada balok
kolom, apabila balok kolom tersebut ditahan goyangannya
(atau memang tak bergoyang)
B2 = faktor amplifikasi untuk momen akibat goyangan

Efek P-delta (lanjutan)

Momen Mnt dan Mlt didapatkan dari analisis orde pertama


(analisis linear)
Pnt = gaya aksial (tekan) dgn asumsi tdk ada goyangan
Plt = gaya aksial (tekan) akibat goyangan
Dengan berbagai perangkat lunak, efek P-delta dapat
diperhitungkan (analisis orde ke dua / analisis non linear).
Apabila momen yang telah didapatkan adalah momen dari
analisis orde ke dua (baik efek P- maupun P- telah
diperhitungkan), maka faktor amplifikasi B1 dan B2 tidak
perlu digunakan.

48

Faktor Amplifikasi B1

Cm
B1 = max1.0 dan

P + Plt
1 nt

Pe1

2
dengan P = EAg
e1
2

KL

Beban kritis tekuk elastis Euler Pe1 dihitung


untuk tekuk terhadap sumbu yang sama dengan
sumbu lentur yang sedang ditinjau
K di dalam Pe1 adalah faktor panjang efektif
untuk arah tekuk yang sedang ditinjau. Karena
tak bergoyang, maka 0.5<k<1.0.

Faktor Cm di dalam B1

Bila tidak ada beban transversal:

M
Cm = 0.6 0.4 1
M2

M1 = momen ujung dg harga mutlak terkecil


M2 = momen ujung dg harga mutlak terbesar
Bila ada beban transversal:

SNI:

Kedua ujung adalah jepit: Cm = 0.85


Kedua ujung adalah sendi: Cm = 1.0

AISC 05: dihitung dengan analitis, atau ambil Cm = 1.0


Contoh Perhitungan Balok Kolom Tak Bergoyang

49

Tanda M1/M2 di dalam Cm

Kelengkungan tunggal:

Kelengkungan ganda

M1
<0
M2

M1
>0
M2

Faktor Amplifikasi B2
B2 =

Pnt
Pe 2

Pnt = jumlah beban terfaktor di semua kolom


pada tingkat yang sedang ditinjau, dengan
asumsi tanpa goyangan
Pe2 = jumlah beban kritis tekuk elastis Euler
untuk semua kolom di tingkat yang sedang
ditinjau. Di dalam rumus Euler, KL/r adalah
untuk sumbu tekuk = sumbu lentur. Faktor
panjang efektif K adalah untuk kondisi
bergoyang, jadi K > 1.0.

50

Contoh Kolom Bergoyang


+

AJR

+
Contoh
perhitungan
Kolom Bergoyang

Daftar Pustaka

American Institute of Steel Construction. 2005. Specification for


Structural Steel Buildings. AISC, Inc. Chicago.
American Institute of Steel Construction. 1999. Load and Resistance
Factor Design Specification for Structural Steel Buildings. AISC, Inc.
Chicago.
SNI 03-1729-2000. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk
Bangunan Gedung.
Segui, William T. 2003. LRFD Steel Design. 3rd Edition. Thomson
Brooks/Cole.
McCormac, Jack C & J.K. Nelson Jr. 2003. Structural Steel Design:
LRFD Method. 3rd Ed. Prentice Hall. New jersey.
Chen, W.F. & I Sohal. 1995. Plastic Design and Second-Order
Analysis of Steel Frames. Springer-Verlag. New York.
Brockenbrough, Roger L & Frederick S. M. 1999. Structural Steel
Designers Handbook. McGraw-Hill, Inc. New York.

51

Terima kasih

52

Anda mungkin juga menyukai