Anda di halaman 1dari 37

MS 3160 PROSES MANUFAKTUR 2

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 2


MODUL PM2-04 PROSES LAS TITIK
Kelompok : 24
Aggota Kelompok : Muhamad Faroqi J.

(13114040)

Ilham Andrizal Siregar

(13114044)

Yudhistira

(13114071)

Samuel A. Siahaan

(13114083)

Ameirza Divanto

(13114121)

Tanggal Praktikum

: 15 Oktober 2016

Tanggal Penyerahan Laporan

: 18 Oktober 2016

Nama Asisten

: Rio Pramudita (13113028)

Laboratorium Teknik Produksi


Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institur Teknologi Bandung
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, pada praktiknya kita sering menemui
barang yang sulit dibuat jika hanya memanfaatkan sekali proses pembuatan.
Contohnya adalah sambungan pipa dan pagar. Maka dari itu, diperlukan
adanya proses penyatuan atau penyambungan komponen-komponen yang
tadinya

terpisah

tersebut

agar

menjadi satu

produk

utuh.

Metode

penyambungan yang sering kita temui adalah metode las titik atau disebut juga
spot welding.
Pengelasan titik adalah jenis pengelasan yang memanfaatkan tekanan
dan panas yang timbul dari resistansi benda kerja terhadap arus listrik yang
mengalir. Dalam industri, kita juga banyak menjumpai las titik seperti pada
komponen body mobil. Pengelasan titik banyak digunakan karena waktu
pengelasannya yang relatif singkat serta HAZ (Heat Affected Zone) yang
dihasilkan tidak besar sehingga dianggap tidak merubah sifat material yang
bersangkutan secara keseluruhan.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui parameter proses dari pengelasan titik
2. Mengetahui pengaruh pengelasan titik pada benda kerja yang
bersangkutan
3. Mengetahui prinsip kerja las titik

BAB 2
LANDASAN TEORI

Resistance Welding merupakan bagian dari Solid-State Welding dimana panas


yang digunakan pada proses pengelasan ini berasal dari tahanan listrik dari
dua komponen yang akan disatukan. Panas tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut :
= 2
H

= Panas yang dihasilkan (J)

= Arus listrik (A)

= Tahanan listrik (Ohm)

= Waktu arus listrik mengalir (s)

= Koefisien pengelasan (0 < K < 1)

Tahanan listrik ini berasal dari :


1. Tahanan elektroda
2. Tahanan kontak elektroda-benda kerja
3. Tahanan benda kerja
4. Tahanan kontak antara benda kerja
Peningkatan suhu pada sambungan bergantung pada panas spesifik dan
konduktivitas termal pada benda kerja yang akan disambungkan. Material dari
benda kerja yang akan disambung bisa dengan jenis yang sama maupun
berbeda. Besar arus pada proses resistance welding bisa sebesar 100.000 A,
dengan tegangan hanya sebesar 0,5-1 V.

Kekuatan sambungan bergantung pada kekasaran permukaan dan kebersihan


dari daerah kontak benda kerja.
Terdapat sekitar 7 jenis proses pengelasan pada resistance welding ini, yaitu :
1. Spot Welding
2. Seam Welding
3. High-frequency Welding
4. Projection Welding
5. Flash Welding
6. Stud Welding
7. Percussion Welding
Dimana pada praktikum kali ini, jenis resistance welding yang dilakukan adalah
spot welding.
Pada spot welding, ujung dari kedua elektroda silinder menyentuh titik
sambungan pada benda kerja, dan panas yang dihasilkan dari tahanan listrik
yang membentuk las titik. Untuk menghasilkan sambungan yang kuat pada
weld nugget, benda kerja diberi tekanan selama dialiri listrik hingga aliran arus
listrik dihentikan. Ketepatan kontrol dan timing pada pengaliran arus listrik dan
pemberian tekanan sangat berpengaruh pada proses pengelasan titik.
Weld nugget pada umumnya berdiameter 6-10 mm. Pada permukaan yang
diberi perlakuan las titik akan terdapat indentasi yang ditandai dengan
perubahan warna pada daerah tersebut. Besar arus berkisar antara 300040.000 A, dengan besar arus bergantung pada material yang dilas dnan
ketebalannya. Material elektroda biasanya berupa alloy tembaga dan harus
memiliki konduktivitas listrik dan ketahanan panas yang mencukupi untuk
mempertahankan bentuknya.

Spot Welding merupakan proses resistance welding yang paling sederhana


dan paling sering dilakukan. Proses pengelasan bisa menggunakan sepasang
maupun beberapa pasang elektroda, dan tekanan disuplai dengan mekanisme
mekanik maupun pneumatik. Spot Welding banyak digunakan dalam
pemrosesan komponen dengan sheet-metal. Komponen spot welding terkini
dikontrol oleh komputer untuk optimasi pemberian tekanan dan arus listrik.
Sambungan las titik dapat diuji dengan beberapa metode, diantaranya :
1. Tension-shear
2. Cross-tension
3. Twist
4. Peel
Uji tension-shear merupakan yang paling sering dilakukan karena mudah dan
murah. Uji cross-tension dan twist dapat memperlihatkan flaws, cracks, dan
porositas pada sambungan. Uji peel biasa digunakan pada lembaran logam
yang tipis. Setelah sambungan diuji, bentuk dan ukuran dari weld nugget yang
rusak akan diperiksa.

BAB 3
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Gambar Awal Benda Kerja

Gambar 3.1 Benda kerja sebelum diampelas

Gambar 3.2 Benda kerja setelah diampelas

Gambar Proses

Gambar 3.3 Persiapan mesin

Gambar 3.4 Pengelasan 3 benda kerja

Gambar 3.5 Pengelasan 2 benda kerja

Gambar Akhir Benda Kerja

Gambar 3.7 Benda kerja hasil las

Gambar 3.9 Perbedaan HAV benda kerja


bagian atas dan bawah

Gambar 3.6 Pengelasan pada permukaan berkarat

Dimensi Awal

Gambar 3.8 HAV dari pengelasan titik

Proses yang dilakukan dan parameternya


Pada pengelasan titik terdapat beberapa parameter, diantaranya:
a. Kondisi permukaan benda kerja
b. Besar daya mesin las
c. Tebal benda kerja
d. Lama pengelasan
e. Gaya penekanan
f. Kehalusan ujung elektroda

Dimensi Akhir
Setelah proses pengelasan dilakukan terjadi penyambungan dua
benda kerja yang geometrinya identic. Secara keseluruhan tidak
terjadi perubahan dimensi, tetapi hanya sebatas menggabungkan
kedua benda kerja.

Nama

: Muhamad Faroqi Jayadi

NIM

: 13114040
BAB 4
ANALISIS

4.1

Prosedur Praktikum
a. Peminjaman dan persiapan alat dan benda kerja berupa pelat baja.
b. Menggunakan peralatan keamanan seperti sarung tangan.
c. Membersihkan permukaan benda dari lapisan oksida (karat) dengan
proses gerinda, tetapi tidak semua benda kerja dibersihkan
permukaannya.
d. Menghubungkan mesin las titik dengan sumber listrik.
e. Angkat tuas di mesin las titik agar benda kerja dapat diposisikan
diantara dua elektroda.
f. Posisikan benda kerja pada bagian yang akan di las.
g. Tekan tuas sekuat mungkin hingga benda kerja terjepit.
h. Nyalakan switch pada mesin las titik agar listrik dapat mengalir dari
elektroda yang satu ke elekroda lainnya.
i.

Matikan switch dan beri gaya lebih pada tuas untuk menenkan benda
kerja.

j.

Melepas tuas ppenekanan, dan mengambil benda kerja.

k. Lakukan langkah e-j untuk benda kerja yang masih terlapisi oleh karat
(tidak di gerinda)

4.2

Analisis hasil benda kerja

Benda kerja hasil pengelasan titik tidak terlalu mempunyai kekuatan


sambungan yang besar, hal tersebut terbukti saat benda kerja dilemparkan
sambungan hasil pengelasan terlepas. Sambungan pada benda kerja akan
lebih kuat jika tidak hanya satu titik yang diberikan pengelasan. Semakin
banyak titik yang dilas maka kekuatan sambungan akan semakin besar.
Untuk benda kerja yang masih terlapisi oleh oksida (karat) proses
pengelasan las titik tidak dapat dilakukan. Hal tersebut dapat terjadi karena
lapisan karat tidak dapat menghantarkan listrik. Oleh sebab itu tidak ada arus
listrik yang mengalir antara 2 elektroda tahan kontak antar benda kerja yang
seharusnya menjadi sumber panas tidak dapat dipenuhi, sehingga proses
pengelasann pun tidak berlangsung.

4.3

Analisi Parameter Proses


Lamanya penekanan switch semakin lama switch ditekan maka

energi panas yang dihasilkan akan lebih besar = 2 . Hal tersebut akan
berpengaruh pada banyaknya benda kerja yang meleleh akibat panas.
Sehingga kekuatan sambungan akan semakin besar. Namun jika switch
ditekan terlalu lama akan meusak benda kerja dan elektroda.
Besarnya gaya penekanan jika gaya tekan yang diberikan terlalu kecil
maka kemungkinan masih ada celah antar benda kerja, bukannya timbul panas
namun percikan api yang akan timbul karena adanya beda potensial. Semakin
besar dan lama gaya penekanan maka penyambungan antara benda kerja
akan semakin kuat. Tetapi besar gaya tekan yang besar dan terlalu lama akan
mengakibatkan deformasi pada benda kerja dan bisa merusak elektroda.
Kebersihan permukaan adanya pengotor pada permukaan akan
mengakibatkan tidak adanya arus yang mengalir pada benda kerja sehingga
tidak ada energi panas yang muncul. Meskipun arus listrik dapat mengalir

namun pengotor juga akan menurunkan tahanan kontak antar benda kerja
sehingga energi panas yang dihasilkan akan semakin kecil.
Ketebalan benda kerja semakin tebal benda kerja maka benda kerja
tersebut akan semakin sulit disambungkan. Selain itu semakin tebal benda
kerja maka resistansi listrik akan semkin besar dan energi panas yang
dihasilkan di bagian tengah benda kerja. Sehingga benda kerja meleleh bukan
pada sambungannya.

4.4

Fenomena selama praktikum

Adanya perubahan warna benda kerja pada sekitar bagian benda kerja
yang dikenai elektroda. Perubahan warna tersebut terjadi karena
adanya energy panas, daerah tersebut disebut dengan HAZ (Heat
Affected Zone)

Pada saat arus dialirkan, beberapa saat

kemudian akan terlihat nyala membara yang


dihasilkan oleh benda kerja karena mencapai
suatu nilai temperatur tertentu, sehingga benda
kerja memancarkan gelombang yang ditangkap
mata kita dengan warna merah/oranye menyala.

Terdapat pula percikan api antara 2 benda

kerja karena kurangnya gaya penekanan yang


diberikan sehingga masih terdapat celah antara
benda kerja.

Nama

: Ilham Andrizal Siregar

NIM

: 13114044

BAB 4
ANALISIS

A. Prosedur yang kami lakukan saat praktikum


i

Mengambil benda kerja dan memutuskan variasi hal-hal yang


mungkin menjadi parameter proses.

ii

Mengondisikan permukaan benda kerja (yang ingin dikondisikan)


dengan menggunakan mesin gerinda duduk.

iii Menyalakan switch pada stop kontak.


iv Membersihkan bagian dari elektroda yang akan bersentuhan
dengan benda kerja menggunakan ampelas.
v

Meletakkan sepasang benda kerja di antara kedua ujung


elektroda.

vi Menjepit benda kerja dengan menekan tuas.


vii Menggeser switch mesin las titik selama satu hingga satu
setengah detik.
viii Mengulangi proses v, vi, vii dengan memvariasikan kondisi
permukaan benda kerja yang di las, lama pengelasan, jumlah
benda kerja yang di las (hingga 3 benda), dan jumlah pengelasan
di antara dua benda kerja dan jaraknya. Dalam beberapa
kesempatan, kami menjatuhkan benda kerja ke lantai setelah
dilas untuk menguji kekuatan sambungan antar logam.
ix Mematikan switch pada stop kontak.
x

Merapikan peralatan, benda kerja, dan mengembalikannya ke


rak, serta, mendokumentasikan hasil dari praktikum.

B. Hasil analisis benda kerja


Dari enam pelat baja yang kami sambungkan dengan satu
ataupun dua pelat baja yang sejenis menggunakan las titik, sebagian
berhasil tersambungkan (tetapi fail saat kami jatuhkan ke lantai) dan
sisanya tidak berhasil tersambungkan. Pada bekas welding, kami
melihat lingkaran berwarna biru dan hitam. Lingkaran tersebut adalah
HAZ (Heat Affected Zone). Semakin lama kami mengelas benda kerja,
semakin besar lingkaran yang terbentuk. Pada bagian tengah HAZ,
terdapat lingkaran yang warnanya sama seperti permukaan benda
kerja. Bagian ini adalah sambungan kedua benda kerja yang terbentuk
dari lelehan kedua benda kerja yang menyatu saat forge time.
Sambungan ini fail pada saat benda kerja kami jatuhkan. Warnanya
yang sama saja dengan permukaan lain benda kerja disebabkan karena
sambungan benda kerja ini mendapatkan panas yang cukup untuk
meleleh secara sempurna.

Bekas sambungan

HAZ

C. Parameter dari proses las titik


i

Kondisi permukaan benda kerja


Permukaan benda kerja yang ideal untuk proses las titik adalah
permukaan yang rata dan bersih. Apabila permukaan tidak
bersih, dapat terbentuk busur api saat proses pengelasan terjadi.

Hal ini disebabkan karena pengotor (misal: oksida atau karat)


yang ada mungkin saja berupa isolator dan menghalangi aliran
arus yang seharusnya melewati bagian benda kerja yang terjepit
oleh elektroda. Sehingga, arus mengalir melewati bagian yang
tidak berkontak tapi memiliki tahanan listrik paling kecil. Kerataan
permukaan benda kerja juga akan mempengaruhi proses
pengelasan. Apabila permukaan benda kerja tidak rata, bagian
dari benda kerja yang akan dilewati oleh arus mungkin saja
bukan pada bagian yang dijepit oleh elektroda.
ii

Besar daya mesin las


Semakin besar daya mesin las akan semakin besar arus yang
melewati benda kerja. Hal itu berarti benda kerja akan
mendapatkan panas yang lebih tinggi dan (apabila parameter
proses lain dibuat sama). Hal ini sesuai dengan persamaan daya
listrik, P = I2xR dan persamaan hubungan kerja dengan daya, W
= Pxt. Untuk t yang sama, W (kalor yang diterima benda kerja)
akan lebih tinggi jika daya listrik semakin tinggi. Panas yang lebih
tinggi ini dapat membuat benda kerja meleleh pada bagian yang
tidak kita inginkan dan membuat HAZ lebih luas. Untuk itu, daya
mesin las harus disesuaikan dengan kondisi benda kerja.

iii Tebal benda kerja yang ingin di las


Semakin tebal benda kerja, akan semakin sulit benda kerja untuk
disatukan. Selain itu, benda kerja yang tebal dapat membuat
tahanan listrik internal di benda kerja lebih tinggi dari pada
tahanan listrik pada kontak antara benda kerja sehingga benda
kerja meleleh bukan pada bagian sambungannya. Pengelasan
pada benda kerja yang lebih tebal juga membuatuhkan daya
listrik yang lebih besar.

iv Lama pengelasan
Sesuai dengan persamaan W = I2xRxt, kalor yang di terima oleh
benda kerja akan semakin tinggi apabila proses pengelasan
dibuat lebih lama. Apabila kalor yang diterima semakin tinggi,
temperatur benda kerja akan semakin tinggi juga. Lama
pengelasan biasanya disesuaikan dengan titik leleh dan tebal
material. Namun, pengelasan dengan waktu yang lama dapat
membuat HAZ yang lebih luas karena terjadi perpindahan panas
dengan mode konduksi.
v

Gaya tekan yang diberikan


Semakin besar gaya tekan, akan semakin baik sambungan antar
benda kerja, karena ketika meleleh benda kerja yang dilas akan
menyatu dengan lebih sempurna. Hal ini akan berpengaruh
kepada kekuatan sambungan hasil proses las.

vi Diameter ujung elektroda


Diameter ujung elektroda akan

berpengaruh pada luas

permukaan sambungan dan HAZ. Luas permukaan sambungan


yang lebih besar umumnya akan membuat sambungan hasil
proses las menjadi lebih kuat namun HAZ akan lebih luas.
Diameter ujung elektroda disesuaikan dengan dimensi benda
kerja dan kekuatan las yang dibutuhkan.
vii Jenis material
Temperatur leleh, tahanan listrik internal, dan tahanan listrik
kontak benda kerja akan mempengaruhi proses pengelasan.
Apabila temperature leleh benda kerja tinggi, diperlukan daya
yang besar. Apabila tahanan listrik internal lebih besar
dibandingkan tahanan listrik kontak benda kerja, ia mungkin saja
meleleh di bagian dalamnya.

D. Fenomena yang terjadi selama praktikum


i

Terbentuk asap saat proses pengelasan terjadi


Saat melakukan proses pengelasan, terbentuk asap dari daerah
pengelasan. Asap yang ada mungkin merupakan pengotor pada
permukaan benda kerja yang menguap karena temperature
pengelasan yang tinggi.

ii

Terbentuk busur api saat proses pengelasan terjadi


Saat mengelas benda kerja dengan permukaan yang berkarat,
terbentuk busur api yang loncat dari satu benda kerja ke
kepingan yang lain. Hal ini terjadi karena pada bagian yang
bersentuhan terdapat pengotor berupa karat yang tidak dapat
menghantarkan listik. Oleh sebab itu, listrik mengalir melewati
bagian di mana tahanan listriknya paling rendah. Pada bagian
tersebut, tidak terdapat kontak antar benda kerja sehingga listrik
mengalir melewati udara dalam bentuk bunga api.

iii Benda kerja yang baru saja di las langsung fail ketika dijatuhkan
Sambungan las yang fail ketika benda kerja dijatuhkan ke lantai
menunjukkan bahwa las titik memang memiliki kekuatan yang
sangat rendah, sehingga umumnya dalam menghubungkan dua
benda kerja dengan las titik, dibuat puluhan hingga ratusan titik
sambung.

Nama

: Yudhistira

NIM

: 13114071
BAB 4
ANALISIS
4.1 Prosedur yang dilakukan pada saat melaksanakan praktikum
pengelasan titik diantaranya adalah :
a. Mempersiapkan peralatan seperti sarung tangan untuk safety
dan benda kerja.
b. Melakukan pengampelasan pada benda kerja yang akan
dipakai dengan menggunakan gerinda duduk.
c. Menyalakan mesin yang akan digunakan.
d. Melakukan pengaturan posisi benda kerja yang akan
digunakan.
e. Menjepitkan benda kerja diantara dua elektroda.
f. Menekan tuas penekan pada mesin kemudian melepaskan
benda kerja sehingga terpegang oleh mesin.
g. Menekan switch pengelasan selama sekitar dua detik.
h. Penekanan pada tuas tetap dilakukan sekitar 6 detik.
i.

Tuas dilepas lalu benda kerja diambil.

j.

Lakukan pengetesan kekuatan dengan melemparkan benda


kerja.

k. Variasikan kasus pengelasan seperti pengelasan pada


permukaan berkarat, pengelasan tiga titik, pengelasan di
tengah dan ujung, pengelasan tiga benda kerja.
l.

Apabila sudah selesai matikan mesin dan rapikan semua


peralatan yang digunakan.

4.2 Analisis hasil benda kerja yang dihasilkan dari proses pengelasan
titik

Benda kerja yang dihasilkan dari pengelasan titik memiliki


kekuatan join yang sangat kecil sekali. Hampir semua variasi
konfigurasi telah dilakukan namun ketika benda kerja dilempar,
benda kerja langsung terpisah. Oleh karena itu pada praktiknya
memang untuk menggabungkan dua pelat kita melaksanakan
pengelasan titik tidak hanya satu spot saja, melainkan bisa ratusan
spot pengelasan titik.
Benda kerja yang dihasilkan dari permukaan yang diampelas
dan tidak diampelas berbeda. Pada benda yang diampelas
menghasilkan ikatan join yang cukup bagus, namun pada bagian
benda yang berkarat tidak. Hal ini disebabkan karat tidak bisa
mengantarkan listrik sehingga aliran listrik tidak terjadi.
Benda kerja yang tersambung mengghunakan prinsip panas
yang dihasilkan dari aliran listrik yang terkena hambatan besar dari
hambatan kontak permukaan benda kerja dan hambatan listrik
elektroda dan benda kerja itu sendiri. Prinsip ini mengikuti
persamaan
H = I2 R t
H

Panas yang diterima benda kerja

Arus listrik yang mengalir

Tahanan listrik

Waktu pengelasan

Pada proses kali ini yang kita bisa variasikan adalah waktunya,
sehingga apabila terlalu lama kita mengelas maka panas yang
diterima akan semakin besar dan bisa melelehkan logam benda
kerja keseluruhannya.
Gaya penekanan pada benda kerja yang terlalu tinggi bisa saja
merusak benda kerja apabila tekanannya melebisa ultimate tensile
strength nya benda kerja.
4.3 Parameter proses yang terjadi pada proses pengelasan ini adalah :

a. Kondisi permukaan benda kerja, benda kerja yang akan dilas


harus terbebas dari karat, lapisan minyak, cat, dan pengotor
lainnya sehingga akan lebih baik apabila permukaannya
diampelas terlebih dahulu.
b. Besar daya mesin las, besar daya ini akan berpengaruh pada
besar panas yang diterima oleh benda kerja. Semakin besar
dayanya maka panas yang diterima pun semakin besar.
c. Tebal benda kerja, sangat dianjurkan sekali berada pada
ukuran 3mm atau kurang. Semakin tebal maka hambatan listrik
dan panasnya akan semakin besar.
d. Lama pengelasan, waktu pengelasan ini akan memperngaruhi
besar energy panas yang diterima. Apabila terlalu lama maka
benda kerja akan rusak terbakar.
e. Gaya tekan yang diberikan, penekanan digunakan untuk
menyebarkan lelehan weld nugget pada bagian dalamnya. Oleh
karena itu, penekanan yang sangat tinggi bisa memperlancar
distribusi ikatan, tetapi apabila ditinjau dari kekuatan tariknya
sangat tidak baik karena malah bisa merusak.
f. Kehalusan ujung elektroda, akan menghasilkan tahanan kontak
yang kecil sehingga temperaturnya tidak sepanas di weld
nugget.

4.4 Fenomena yang terjadi selama praktikum diantaranya adalah :


a. Asap akan timbul pada proses pengelasan apabila pengelasan
terlalu lama karena bagian dari benda kerja mulai banyak yang
terbakar.
b. Apabila benda yang dilas tidak dibersihkan dengan baik
permukaannya maka listrik akan mencari bagian konduktor lain.
Akibatnya pengelasan terjadi bukan pada bagian penjepitan
elektroda.

c. HAV akan semakin luas apabila pengelasan berlangsung terlalu


lama.
d. Ada satu fenomena yang tidak terjawab yakni saat benda kerja
dilas ketika keadaan permukaannya penuh karat, benda kerja
tetap dapat tersambung dan ketika dijatuhkan tidak mudah
lepas.

Nama

: Samuel A. Siahaan

NIM

: 13114083

BAB 4
ANALISIS

4.1 Prosedur Praktikum


1. Menyiapkan perlengkapan yang harus dipakai saat praktikum seperti jas lab, sarung
tangan, kacamata google, dan masker
2. Menyiapkan plat sebagai benda kerja
3. Membersihkan bagian plat yang tertutup oksida melalui proses gerinda
4. Menyiapkan mesin las titik
5. Menyambungkan mesin las titik dengan sumber listrik.
6. Meletakkan benda kerja yang ingin disambungkan dijepit dengan elektroda
7. Menekan elektroda agar menekan benda kerja dengan cara mendorong tuas
penekan.
8. Menekan tombol switch on pada mesin las titik sehingga arus mengalir melalui
elektroda menujui benda kerja sekitar 1.5 detik kemudian dilepas.
9. Mendinginkan benda kerja dengan cara mendiamkannya
10. Melepaskan tuas penekan setelah pendinginan dirasa cukup.
11. Mengulangi langkah 5-9 namun dengan 3 logam lasan.

4.2 Analisis Hasil Benda Kerja


Dari percobaan yang kami lakukan, terdapat bekas lingkaran dan perubahan warna
pada permukaan bekas pengelasan. Hal ini dikarenakan permukaan benda kerja menerima
panas sehingga temperaturnya berubah. Apabila perubahan temperature yang terjadi cukup
signifikan maka akan terjadi perubahan warna. Kemudian, dari benda kerja yang kami
peroleh, bagian yang paling panas adalah daerah kontak antara 2 pelat. Hal ini disebabkan

karena adanya tahanan kontak antara dua pelat tersebut. Kemudian, kekuatan dari benda
kerja yang mengalami proses pengelasan 3 titik juga masih belum kuat. Terbukti saat
dibanting, maka sambungan lepas lagi. Hal ini mungkin dikarenakan adanyab oksida yang
belum hilang dari permukaan yang membuat penghantaran listrik tidak terjadi dengan
sempurna sehingga panas yang ditimbulkan kurang membuat kedua plat menyatu dengan
kuat.

4.3 Analisis Parameter Proses


Dalam praktikum ini ada beberapa parameter yang mempengaruhi proses yang
dilakukan. Parameter yang pertama adalah arus listrik. Semakin besar arus listrik, perubahan
temperature yang terjadi akan semakin besar sehingga mengakibatkan waktu pengelasan
menjadi lebih singkat. Kuadrat arus listrik sendiri nilainya berbanding lurus dengan energi
panas yang ditimbulkan.
Parameter berikutnya adalah waktu pengelasan, semakin lama waktu pengelasan
maka akan semakin besar energi panas yang ditimbulkan. Parameter berikutnya adalah
kebersihan dari permukaan benda kerja, semakin bersih permukaan benda kerja dari debu
dan oksida, maka akan semakin sempurna hasil pengelasan karena arus listrik terhantarkan
dengan baik. Sebaliknya jika terdapat banyak karat pada permukaan benda kerja, arus listrik
akan sulit mengalir pada benda kerja sehingga hasil pengelasan tidak sempurna.
Parameter terakhir yang berpengaruh adalah lama waktu penekanan tuas penekan.
Semakin lama waktu penekanan, maka sambungan akan semakin keras sehingga kekuatan
sambungan lebih tinggi.
4.4 Fenomena Yang Terjadi Selama Praktikum
Pada saat praktikum, terjadi dua fenomena. Fenomena yang pertama adalah pada
saat pengelasan terjadi, apabila bagian sekitar daerah lasan dipegang, maka akan sarung
tangan yang kita gunakan seperti akan terbakar. Hal ini terjadi karena arus listrik yang
mengalir ke benda kerja cukup besar sehingga mengakibatkan perubahan temperatur yang
terjadi cukup besar sehingga sarung tangan bisa seperti akan terbakar. Kemudian fenomena

yang kedua adalah pada daerah yang berkarat, pada saat akan dilas, daerah yang menyatu
justru daerah sekitarnya yang tidak terdapat oksida dan lasannya tidak sempurna sehingga
hasil lasannya tidak kuat sama sekali.

Nama

: Ameirza Divanto

NIM

: 13114121

BAB 4
ANALISIS
o Prosedur
1. Mempersiapkan alat dan benda kerja.
2. Membersihkan benda kerja dengan menggunakan gerinda.
3. Menyalakan saklar mesin las titik.
4. Menjepit benda kerja pada elektroda di mesin las titik.
5. Sambil tetap memberi tekanan pada benda kerja, nyalakan switch arus
untuk memberikan arus listrik ke benda kerja sekitar 1-3 detik.
6. Matikan switch arus, tetap beri tekanan ke benda kerja untuk
menyambung benda kerja.
7. Lepas benda kerja dari elektroda.
o Analisis Hasil Benda Kerja
Terlihat adanya bekas proses pengelasan pada benda kerja berupa titik
indentasi dengan perubahan warna. Perubahan warna ini disebabkan oleh
panas yang dihasilkan oleh elektroda sehingga mengubah struktur mikro
dari benda kerja dan memunculkan perubahan warna pada permukaan
tempat proses pengelasan dilakukan.

Pada saat benda kerja yang sudah disambung diuji dengan dijatuhkan dari
ketinggian, ternyata sambungan hasil proses pengelasan mudah rusak
sehingga benda kerja mudah terlepas, meski sudah diberikan 4 titik
pengelasan pada benda kerja. Hal ini disebabkan oleh permukaan elektroda
yang tidak rata. Ukuran sambungan bergantung pada luas permukaan dari
elektroda yang menyentuh benda kerja. Karena permukaan elektroda yang

tidak rata, maka luas permukaan elektroda yang menyentuh benda kerja
juga kecil, sehingga ukuran sambungan juga kecil.
o Analisis Parameter Proses
Proses pengelasan titik ini sangat bergantung pada panas yang dihasilkan.
Besar panas ini harus disesuaikan agar dapat membentuk sambungan yang
kuat namun tidak merusak material. Panas ini dipengaruhi oleh beberapa
parameter, dimana parameter ini dapat dilihat pada rumus berikut :
= 2
H merupakan panas yang terbentuk pada proses pengelasan, dipengaruhi
oleh besar arus yang mengalir pada elektroda dan benda kerja (I), tahanan
listrik pada proses pengelasan (R), waktu pengelasan (t), dan koefisien
pengelasan (K).

Besar arus dipengaruhi oleh besarnya daya mesin las titik. Lalu besar
tahanan listrik dipengaruhi oleh jenis material elektroda, jenis material dan
ketebalan benda kerja, dan kontak antara elektroda-benda kerja dan antar
benda kerja. Besar nilai K dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor dari
elektroda dan benda kerja, dengan nilai K ini berkisar antara 0 sampai 1.
o Fenomena
Pada praktikum ini, kami mencoba untuk melakukan pengelasan tanpa
membersihkan dahulu benda kerja dari karat dan oksida. Ternyata selama
proses pengelasan terlihat kalau arus listrik tidak mengalir ke titik yang
sesuai dengan posisi elektroda pada benda kerja, dan setelah proses
pengelasan selesai dilakukan, ternyata benda kerja tidak tersambung satu
sama lain. Hal ini disebabkan oleh karat dan oksida yang bersifat isolator
sehingga arus listrik tidak bisa mengalir pada permukaan yang berkarat dan
beroksida, sehingga tidak terbentuk sambungan pada benda kerja. Jika ada
sambungan pun ukurannya sangat kecil.

Disini kami juga mencoba untuk membuat sambungan pada 3 plat


sekaligus. Ternyata tidak terbentuk sambungan pada benda kerja. Hal ini
disebabkan oleh tebal benda kerja yang terlalu besar sehingga tahanan
listriknya menjadi kecil dan panas yang terbentuk juga kecil, tidak cukup
untuk melelehkan benda kerja dan membentuk sambungan.

Nama

: Muhamad Faroqi Jayadi

NIM

: 13114040

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah

melakukan

praktikum

ada

beberapa

parameter

yang

mempengaruhi proses sambungan las titik. Parameter tersebut adalah


sebagai berikut:
o Lamanya penekanan switch yang berhubungan dengan lamanya
proses pengelasan.
o Besarnya gaya penekanan.
o Kebersihan permukaan benda kerja.
o Ketebalan benda kerja.

Pengaruh pengelasan las titik yang hanya 1 titik saja kekuatan


sambungannya tidak akan kuat. Saat benda kerja dibanting maka
sambungan akan terlepas. Oleh karena itu jika ingin melakukan las titik
sebaiknya dilaukan pada banyak titik sehingga sambungannya akan
semakin kuat.

Prinsip kerja las titik adalah dengan mengalirkan listrik ke benda kerja
yang mempunyai tahanan kontak listrik. Saat arus dialirkan maka akan
muncul panas pada sambungan benda kerja yang akan menaikan
temperatur hingga titik lelehnya. Saat sebagian benda kerja meleleh,
benda kerja diberikan gaya lebih agar bagian yang meleleh dapat saling
menempel. Dari prinsip kerja tersebut terlihat bahwa tidak semua benda
kerja dapat melalu proses las titik, yang paling utama adalah benda

kerja tersebut konduktor listrik. Selain itu ada parameter yang dijelaskan
pada bab 4.

5.2 Saran

Agar tidak terjadi percikan api sebaiknya penekanan benda kerja


dilakukan sekuat mungkin sehingga tidak ada celah antara benda kerja.

Sebaiknya selalu menggunakan sarung tangan selama proses


pengelasan karena benda kerja akan panas.

Nama

: Ilham Andrizal Siregar

NIM

: 13114044

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
i

Terdapat tujuh parameter proses las titik: kondisi permukaan


benda kerja, besar daya mesin las, tebal benda kerja, lama
pengelasan, gaya tekan yang diberikan, diameter ujung
elektroda, dan jenis material.

ii

Proses las titik membuat benda kerja menyambung dengan cara


melelehkan sebagian dari benda kerja sambil memberinya gaya
(saat meleleh) agar tersambungkan. Proses las titik membuat
benda kerja mengalami discoloration pada HAZ. Bagian yang
mengalami perubahan warna ini mungkin saja kehilangan sifat
tahan korosinya karena lapisan pelindung benda kerja rusak
sebab panas dari proses las titik. Namun, proses las titik
merupakan jenis proses las yang paling sedikit meninggalkan
bekas pada benda kerja dibandingkan jenis proses las yang lain.

iii Prinsip kerja dari proses las titik adalah menyatukan benda kerja
saat dia meleleh (karena energi panas yang berasal dari proses
konversi energi listrik yang memanfaatkan tahanan) dengan
memberi gaya agar saling menekan satu sama lain.

B. Saran
i

Sebaiknya benda kerja yang hendak di las memiliki permukaan


yang lebih luas agar pengelasan bisa di lakukan di lebih banyak
titik.

ii

Praktikum las titik akan lebih baik jika proses pengelasan


dilakukan dengan mesin las titik duduk yang bisa melakukan las
kontiniu dengan jarak pengelasan tertentu dan bisa divariasikan
daya listriknya, bukan hanya mesin las titik portabel.

iii Benda kerja juga sebaiknya memiliki tebal yang bervariasi.

Nama

: Yudhistira

NIM

: 13114071
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1

Simpulan
Dari hasil proses praktikum pengelasan titik disimpulkan bahwa

proses ini memiliki beberapa parameter kerja yakni, kondisi permukaan benda
kerja, besar daya mesin las, tebal benda kerja yang ingin dilas, lama
pengelasan, gaya tekan yang diberikan, serta diameter ujung elektroda.
Dari beberapa parameter yang terjadi terdapat beberapa efek
samping pada benda kerja. Pengelasan titik tidak memiliki kekuatan join yang
besar sehingga agar lebih kuat dibutuhkan banyak spot pengelasan titik pada
dua buah pelat yang disambung. Pengelasan tidak boleh terlalu lama agar
benda tidak terbakar, gaya penekanan tidak boleh terlalu besar agar benda
kerja tidak gagal, selain itu permukaan harus bebas dari lapisan minyak, cat,
dan karat agar aliran arus listrik dapat mengalir.
Prinsip kerja dari pengelasan titik adalah mengalirkan listrik arus
tinggi dan tegangan rendah untuk memperbesar tahanan listrik. Tahanan pada
proses ini selain terjadi karena karakteristik dari material itu sendiri, juga
dipengaruhi oleh kontak dengan benda kerja yang lainnya. Aliran listrik yang
terhambat akan menimbulkan panas, terutama terjadi pada bagian kontak
antar benda kerja. Panas akan melelehkan sebagian material, kemudian
dengan gaya penekanan akan memperkuat ikatan las tersebut sehingga benda
tersambung.

5.2

Saran
Pada pelaksanaan praktikum ternyata pada prosesnya kita tidak

melakukan seperti yang tertulis pada modul, melainkan menyesuaikan dengan


kondisi peralatan yang ada. Hal ini akan berpengaruh pada analisis parameter
yang bekerja. Seperti contohnya variasi model benda kerja yang dilas untuk
membuktikan adanya keterkaitan antara benda berkarat dengan yang tidak,
tidak ditampilkan pada modul. Otomatis kita tidak bisa menganalisis hal
tersebut seharusnya.

Nama

: Samuel A. Siahaan

NIM

: 13114083

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dalam praktikum pengelasan titik, parameter proses yang berpengaruh
antara lain besar alus listrik yang mengalir pada bend kerja, waktu
pengelasan, kebersihan permukaan benda kerja, dan lama penekanan
tuas penekan yang terdapat pada mesin las titik.
2. Pengaruh las titik pada benda kerja adalah peningkatan temperature
benda kerja sehingga harus diperhatikan berapa besar arus yang harus
dialirkan pada benda kerja agar perubahan panas yang terjadi tidak
terlalu besar sehingga membuat sifat mekanik benda kerja berubah. Las
Titik akan menimbulkan bekas berupa perubahan warna dan tekstur
bulat pada daerah lasan.
3. Prinsip kerja las titik adalah benda kerja ditekan dan dijepit dengan
elektroda, kemudian arus dialirkan melalui elektroda menuju benda
kerja. Arus yang mengalir pada benda kerja dikombinasikan dengan
resistansi antara kontak kedua permukaan akan menimbulkan panas
sehingga daerah yang ingin dilas akan melelelh dan menyatu melalui
penekanan. Setelah semuanya selesai, benda kerja didinginkan dengan
cara didiamkan beberapa saat.
5.2 Saran
1. Parameter proses sebaiknya divariasikan sehingga dapat melihat
perbandingan dari parameter-parameter proses yang berbeda.
2. Hati-hati saat memegang hasil pengelasan karena panas.

Nama

: Ameirza Divanto

NIM

: 13114121

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
o

Simpulan
1. Proses pengelasan titik sangat bergantung pada panas yang
dihasilkan, dimana panas ini dibentuk oleh beberapa parameter, yaitu
besar arus listrik, tahanan listrik, lama pengelasan, dan koefisien
pengelasan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
= 2
2. Pada benda kerja akan terbentuk indentasi dengan perubahan warna
setelah diberikan proses pengelasan. Hal ini terjadi karena panas yang
terbentuk pada proses pengelasan mengubah struktur mikro pada
benda kerja sehingga ada perubahan warna pada titik pengelasan.
3. Secara garis besar, proses pengelasan titik adalah menjepit benda
kerja pada sepasang elektroda, lalu mengaliri listrik ke benda kerja agar
terbentuk panas dan dapat melelehkan benda kerja, sehingga pada
proses pembekuan kembalinya dapat menyatukan kedua benda kerja.

Saran
Untuk kedepannya, mungkin bisa dicoba proses pengelasan titik dengan
plat yang memiliki ketebalan yang bervariasi, agar bisa lebih terlihat efek
ketebalan plat terhadap proses pengelasan titik.

LAMPIRAN
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

1) Tuliskan nama dan fungsi dari komponen mesin las titik yang digunakan
pada praktikum dengan lengkap!
a) Hand lever
Hand lever berfungsi sebagai tuas penerus gaya dari operator yang
menggerakkan elektroda untuk menjepit benda kerja.
b) Power supply
Power supply berfungsi sebagai sumber daya dari mesin las titik.
Mesin las yang digunakan pada praktikum menggunakan listrik untuk
memanaskan kontak antar benda kerja yang ingin disatukan. Power
supply akan menghubungkan mesin las titik ke stop kontak.
c) Electrodes (tongs)
Elektroda berfungsi sebagai penjepit benda kerja sekaligus
penghantar arus yang akan melelehkan benda kerja pada bagian di
mana benda kerja saling kontak satu sama lain. Bagian dari elektroda
yang akan mengalami kontak dengan benda kerja sebaiknya rata,
halus, dan bersih agar berfungsi dengan baik dalam menghantarkan
arus.
d) Start switch
Start switch berfungsi sebagai saklar yang akan memutussambungkan arus yang ingin dilewatkan ke elektroda.
e) Frame
Frame berfungsi sebagai rangka dasar tempat komponen-komponen
di atas disatukan.

2) Terangkan prosedur kerja yang telah dilakukan pada las titik, secara
singkat saja!
Pertama, kami mengambil benda kerja dan mengondisikan
(menghaluskan serta membersihkan) permukaan dari sebagian benda
kerja dengan menggunakan mesin gerinda duduk. Kami sengaja tidak
mengondisikan permukaan semua benda kerja yang kami miliki untuk
memvariasikan parameter proses las titik yang akan kami lakukan. Setelah
itu, kami menyalakan switch pada stop kontak sumber power las titik dan
kami mengampelas bagian ujung dari elektroda yang akan mengalami
kontak dengan benda kerja.
Kemudian kami meletakkan sepasang benda kerja di antara dua
elektroda dan menjepitnya dengan menekan tuas. Lalu, kami menggeser
switch pada mesin las titik selama satu hingga satu setengah detik. Kami
mengulangi tiga proses di atas dengan memvariasikan parameter proses
(termasuk lamanya kami menggeser switch) dan jumlah benda kerja yang
kami las pada saat yang bersamaan. Terakhir, kami mematikan switch
pada stop kontak dan merapikan kembali tempat kerja.

PUSTAKA
Miller. 2010. MSW-41, MSW-41T, LMSW-52, and LMSW-52T Portable
Resistance Spotwelders Users Manual. USA: Miller.

Anda mungkin juga menyukai