Anda di halaman 1dari 4

Sharing] 8 Jenis KECURANGAN yang paling sering karyawan lakukan + SOLUSInya

Assalamualaikum wr wb
What a Wonderful Day!
Ditengah kemacetan Jakarta akibat banjir, akhirnya saya bisa juga sampai kekantor klien. Kali ini keluhannya hampir
seluruhnya berkaitan dengan karyawan. Hingga dia mengambil kesimpulan:
Apa iya masih ada pegawai yang jujur ya bro? ada yg polos tapi susah mikir, ada yang pinter, eh malah saya yang
dikadalin
Gimana usaha saya bisa berkembang kalau pegawai rentan mencuri dan ngakali
Saya tersenyum dan mencoba membuka pikirannya. Ingat kata bang napi?
Kejahatan tidak hanya terjadi karena ada niat, tetapi juga karena ada KESEMPATAN, WASPADALAH..!
Hahaha, quote legendaris tapi begitu dalam maknanya. Kaitannya jelas, 2 penyebab kejahatan adalah NIAT dan
KESEMPATAN.
Bagaimana mendapatkan pegawai yang tidak memiliki Niat buruk dan benar2 ingin bekerja? Lihat Track Recordnya,
siapa yang merekomendasikan, sudah pernah bekerja dimana saja, wawancara dia agar tau sifatnya seperti apa, dll.
Intinya, Rekrutlah karyawan dengan TELITI, jangan asal rekrut dan meremehkan proses rekrutmen.
Nah, Niat baik saja ternyata tidak cukup, PR seorang pengusaha masih ada 1 lagi, yaitu MEMINIMALISIR
Kesempatan untuk terjadinya tindak kecurangan.
Setidaknya ada 8 bentuk kecurangan yang sering pegawai lakukan, kita akan bahas modusnya dan solusi untuk
mencegahnya.
1. Mencuri Uang
Spoiler for Mencuri Uang:

Ini dia momok paling menakutkan buat pengusaha, uangnya dibawa kabur pegawai! 2 jabatan yang paling krusial
dalam hal ini adalah kasir dan sales/marketing yang menerima pembayaran. Modusnya banyak dan variatif, ada yang
menerima uang tapi tidak menulis kwitansi, mengambil uang di laci kasir, memotong uang kembalian, dan masih
banyak lagi.
Solusi paling dasar adalah membuat standarisasi bahwa setiap penerimaan uang harus tercatat dalam sebuah
nota/kwitansi yang BERNOMOR URUT. Kalau tidak ada nomornya, kita ngga bisa trace apakah dia menulis dan
melaporkan ke kita atau tidak. Lebih bagus lagi kalau sudah ada system barcode di mesin kasir.
Nah, system control juga harus tutup kas harian, harus segera dibandingkan antara pencatatan dengan kas fisik yang
diterima. Jangan tunggu lebh dari 24 jam. Kalau terjadi selisih kas bagaimana? Kasirlah yang bertanggung jawab
untuk mengganti kerugian.
Lalu, system lapis kedua sebenarnya adalah system stok yang bagus. Kalaupun dia lolos dalam mencuri uang, tetapi
bagaimanapun pasti akan ada selisih stok, pasti stoknya akan kurang daripada stok pencatatan. Tapi, kalau
ketahuannya sudah di system stok, sulit menemukan bahwa pelakunya adalah kasir.
Terakhir, tidak melulu kasirlah yang mencuri uang, mungkin saja ada karyawan lain yang mencuri langsung dari

laci/cashbox. Cara mengetahuinya? Jelas pakai CCTV.


Lain halnya dengan kasus pencurian kas oleh marketing/sales lapangan. Mereka biasanya sulit dikontrol karena
berada diluar kantor. System kontrolnya adalah dari stok barang yang mereka bawa. Kalau produk yang agan
tawarkan adalah Jasa, jangan perbolehkan mereka menerima cash secara langsung, pembayaran hanya boleh via
transfer bank.

2. Mencuri Stok
Spoiler for Mencuri Stok:

Kalau sulit mencuri uang, banyak karyawan jahat yang mencuri stok karena secara pengawasan lebih renggang.
Mencurinya biasanya sedikit dan hanya stok kecil, terutama stok kecil yang berharga mahal.
Lalu gimana solusinya? Jawaban yang paling utama adalah system pencatatan stok yang harus bagus. Selalu cek
stok riil dibandingkan dengan stok pencatatan. Buatlah KARTU STOK, karena akan sangat membantu stokist/kepala
gudang dalam mengecek stok.
Di beberapa perusahaan yang jumlah stok dan karyawannya banyak juga biasa melakukan pelarangan membawa tas
masuk keruang kerja /gudang dan penggeledahan karyawan setiap pulang kerja
Solusi lain? CCTV wajib dipasang.

3. Mark up Harga Jual


Spoiler for Markup Harga Jual:

Nah, kasus ini sering terjadi nih, pelakunya biasanya kasir, sales, atau siapapun yang melakukan penjualan ke
konsumen. Khususnya lagi, pada perusahaan yang harga barangnya tidak berlabel.
Modusnya standar, si pelaku menaikkan harga daripada yang seharusnya dan mengambil kelebihan harga tersebut.
Kerugiannya apa? Jelas konsumen akan merasa harga kita kurang bersaing dan ada kemungkinan dia tidak
melakukan pembelian lagi di kita.
Gimana solusinya? Dasar solusinya sebenarnya sangat mudah, melabeli setiap produk dengan harga atau pakai nota
bernomor, nanti juga terlihat kalau ada kelebihan harga, apalagi kalau pakai mesin kasir berbarcode. Konsumen pun
harus di edukasi untuk menerima setiap struk pembelian dan mengeceknya.
Untuk kasus sales lapangan khususnya bidang jasa, system pembayaran sebisa mungkin via transfer, kalaupun sulit,
bisa pakai random checking call ke customer.

4. Mark up Harga Beli


Spoiler for Mark Up Harga Beli:

Nah, kalau ini mungkin yang kita sering sebut sebagai KORUPSI pembelian. Si pegawai yang melakukan suatu
pembelian atas nama perusahaan menaikkan harga dari supplier kepada perusahaan agar mendapatkan kelebihan
dana. Modusnya, si pegawai biasanya meminta nota kosong dari si supplier supaya dia mudah mengisi sendiri harga
yang diinginkan atau bahkan si pegawai meminta si supplier untuk tulis harga lebih dari harga sebenarnya.

Solusinya seperti apa? Buatlah standarisasi supplier dan penyedia yang sudah langganan dan kita tahu benar
harganya seperti apa. Jangan sembarang terima rekomendasi supplier dari si pegawai. Cara lain? Kalau harganya
agak tidak masuk akal, telponlah si supplier untuk memastikan.
Cara lain? Rekap bukti pembelian dengan baik, bandingkan pembelian selanjutnya dengan pembelian lalu, kalau
terjadi perubahan yang cukup signifikan, kemungkinan besar karyawan anda korupsi.

5. Mencuri / Mengambil Konsumen


Spoiler for Konsumen:

Kasus ini biasanya terjadi di bisnis berbasis B2B (business to business) dan jasa. Si marketing mengambil konsumen
kita untuk digarap sendiri ataupun melempar ke competitor sehingga dia mendapatkan komisi yang lebih besar.
Jujur saja, kecurangan tipe ini agak lebih sulit dikontrol dibandingkan yang lain karena sifatnya lebih personal choice.
Tapi beberapa solusi jitu yang biasanya dipakai adalah:
Jangan mengajari si marketing keahlian inti dalam bisnis agan. Buat si marketing untuk tidak bisa menguasai
keseluruhan keahlian yang dibutuhkan dan tutup akses untuk mengajak kerjasama person penting dalam bisnis
agan. Makanya, diperusahaan besar rata2 si marketing hanya tau cara menjual dan sama sekali tidak diajari cara
melaksanakan project atau akses ke supplier. Cara ini jelas mengurangi kemungkinan konsumen kita digarap sendiri.
Buat system Target yang cukup tinggi dan komisi yang menarik. Ini jelas mengurangi kemungkinan konsumen kita
dilempar.
Tapi, cara yang menurut ane paling jitu adalah si owner punya kedekatan personal dengan tim marketing. Karena
kalau kedekatan personal sudah terbangun, keinginan untuk mengkhianati akan berkurang dengan sendirinya.

6. Menyalahgunakan Aset (telpon, Mobil)


Spoiler for Aset:

Nah, cukup banyak nih karyawan yang suka jail menggunakan asset perusahaan untuk kepentingan pribadi.
Sebenarnya kalau masih tahap wajar sih banyak yang tidak mempermasalahkan, anggap saja fasilitas tambahan
untuk karyawan. Tapi, kalau sudah melewati batas, inilah yang harus dicegah.
Kasus paling sering adalah pemakaian Telpon kantor secara berlebihan sehingga tagihan telpon kantor
membengkak. Solusinya seperti apa? Pemakaian cctv, pelacakan tagihan secara detail, dan pendaftaran pemakaian
asset bisa jadi pilihan bagus.

7. Menerima Suap
Spoiler for SUAP:

Nah! Biang korupsi juga nih! Si karyawan menerima suap untuk meloloskan seorang supplier. Biasanya kasus ini
terjadi diperusahaan sekala menengah yang sudah punya bagian pembelian tersendiri.

Solusinya gimana? Jujur ini agak sulit dideteksi, tapi dengan system pembelian yang ketat (supplier langganan,
tender, dan harus persetujuan direksi untuk pembelian besar) dan audit internal yang kuat, hal ini bisa diminimalisir.

8. Membantu Kompetitor
Spoiler for Kompetitor:

Kasus ini juga lumayan kompleks. Karyawan bisa membocorkan data confidential perusahaan kepada competitor
secara sengaja dengan imbalan tertentu ataupun dengan tidak sengaja.
Kok bisa tidak sengaja? Bisa saja tim business intelligence competitor sangat handal sehingga si karyawan tidak
merasa membocorkan data confidential, bisa saja pakai kedok hubungan asmara dll. Kalau sengaja ya jelas dia
punya niatan dan cari kesempatan untuk dapat imbalan lebih.
Solusinya cukup sederhana, jangan satukan data confidential di 1 orang atau 1 tim. Sebar data confidential ke
beberapa tim dan buat itu useless kalau hanya berdiri sendiri. Selain itu, buat security system yang baik, artinya data
tidak bisa keluar masuk dengan mudah. Data hanya bisa diakses dikantor dan dikomputer tertentu dengan login
tertentu. Terakhir, jelas buat hukuman yang berat bagi pelaku, jalur hukum pun bisa ditempuh dan denda ratusan
bahkan milyaran rupiah bisa terjadi.

oke bro, saya jadi optimis bisnis ini bisa terus berkembang tanpa khawatir tentang kecurangan karyawan
Si klien pun menjabat tangan saya.

Anda mungkin juga menyukai