Anda di halaman 1dari 2

KONDISI MIGAS DI INDONESIA

Sektor migas di Indonesia memang menyumbang pendapatan APBN cukup besar


sekitar Rp. 390 triliun. Selain itu, sektor ini juga menyumbang pajak Rp. 1000 triliun untuk
negara. Meski memberikan pendapatan dan menyumbang pajak yang tinggi, namun kondisi
sektor migas malah berbeda dari penampaknya. Sebab masih banyak permasalahan yang
timbul dalam pelaksanaan maupun perangkatnya. Dimana dari setiap permasalahan
tersebutpemerintah dan pihak lainnya yang terkait juga tidaklah bediam diri melainkan
banyak usaha yang telah dilakukan untuk memperbaiki hal tersebut namun masih saja
terdapat kekurangan di berbagai pihak. Tindakan seperti subsidi BBM pun akhir-akhir ini
mulai terasa bukanlah lagi jalan yg tepat karena secara perlahan tapi pasti membuat kerugian
bagi negara secara terus-menerus. Tindakan yang baru-baru ini dicoba untuk dilaksanakan
adalah nasionalisasi perusahaan minyak di Indonesia. Dimana menurut strategi ini akan
membuat peningkatan devisa negara karena perusahaan asing yang menjadi perusahaan
nasional. Namun kembali ada masalah yang muncul seperti blok-blok lapangan minyak yang
telah dikontrak oleh perusahaan asing yang akan habis dalam beberapa tahun kedepan yang
tentunya telah banyak diproduksi cadangan migasnya membuat pihak pemerintah kurang
yakin dengan proses nasionalisasi ini, karena pihak pemerintah merasa bahwa PERTAMINA
belum mampu untuk mengelola blok-blok yang ada di Indonesia secaara keseluruhan dari sisi
teknologi yang dimiliki. Bila hal ini terganggu maka kestabilan migas di Indonesia akan
terganggu. Namun disisi lain ini merupakan momentum untuk PERTAMINA sebagai
perusahaan migas nasional untuk bisa mengelola negerinya sendiri dan juga untuk
mengembangkan lapangan offshore di Indonesia.
Meskipun banyak usaha yang ingin dilakukan namun masih meninggalkan banyak
masalah dan keraguan. Bahakan dari segi teknis pelaksanaanya pun juga masih meninggalkan
banyak masalah dan pertanyaan bagi masyarakat umum. Yang paling terkenal adalah
pelaksanaan cost recovery pada tahap eksplorasi di Indonesia. Dimana Indonesia merupakan
negara satu-satunya yang menerapkan cost recovery secara utuh pada tahapan eksplorasi,
operasional, dan pengembangan migas. Pada satu sisi banyak manfaat dari kegiatan ini
dimana negara tidak perlu mengganti kegiatan eksplorasi yang tidak menghasilkan migas
namun disisi lain untuk blok yang telah ditemukan dan diproduksi hal ini mulai dimulai tidak
efektif karena terlalu banyak aspek yang harus di biayai, sehingga bisa memunculkan adanya
penggelembungan investasi atau goldplating yang bisa merugikan pihak pemerintah dan juga
pihak kontraktor akibat adanya oknum ini. Namun disisi lain hal ini bisa memberikan ruang
gerak untuk para investor agar bisa mencari terus lapangan migas yang dapat diproduksi
untuk meningkatkan produksi migas nasional.
Dimana meskipun sudah direncanakan secara matang masih banyak aspek yang perlu
diperbaiki dan disempurnakan lagi. Karena tidak hanya dari segi teknis pelaksanaannya saja
yang perlu menjadi permulaan. Namun banyak kasus-kasus yang terjadi saat proses
eksplorasi, eksploitasi dan produksi yang menyita perhatian dan perlu pembenahan. Seperti
kejadian Platform PERTAMINA West Madura Offshore yang ditabrak kapal barang. Dimana

pada tanggal 11 Agustus 2010, ajungan Pertamina Hulu Energi 40 WMO ditabrak oleh kapal
barang milik PT. SAMUDRA INDONESIA, sehingga posisi anjungan Pertamina Hulu Energi
40 ini hingga 17,5 derajat. Hal tersebut menyebabkan turunya produksi migas pada anjungan
ini yang awalnya mampu memproduksi minyak sebesar 9.500 barel per hari dan 338 juta kaki
kubik gas per hari. Sekarang hanya 1600 barel per hari dan gas sekitar 15 juta kaki kubik per
hari. Selain itu banyak lagi kasus-kasus yang membuat banyak kerugian bagi negara seperti
kasus kebocoran kilang migas di beberapa perusahaan minyak dan proses pengelolaan
lapangan minyak itu sendiri yang masih butuh perhatian khusus. Bahkan hal yang paling
mendasar yang masih sering jadi permasalahan adalah bagaimana penawaran lapangan migas
dengan kondisi kurang proseptif yang masih sangat kurang baik pelaksanaannya. Dimana
hingga saat ini tentunya hanya lapangan migas yang prosektif yang terus ditawarkan kepada
pihak asing sedangkan lapangan migas yang yang kurang prosektif sering terbengkalai.
Semua hal-hal tersebut harapannya dapat berporos pada satu tujuan yaitu agar dapat
meningkatkan baik pelaksanaan teknis serta seluruh perangkat-perangkat kegiatan migas di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai