Kelompok II
(8112415011)
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Sejarah Perusahaan
Transfer kontrol memuncak pada tahun 1960 dengan UU No 19 yang membentuk Tin
Negara BUMN dan Badan Koordinasi BUMN untuk memproduksi timah tiga unit di
pulau Bangka, Belitung dan Singkep.
Tahun 1968 ada empat entitas dibawah satu negara tunggal yang mengendalikan
perusahaan dengan Peraturan Pemerintah nomor 21, koordinasi operasi timah
dibawah perusahaan Negara PN Tambang Timah yang diberikan kontrol tentang
pengetahuan jumlah timah di Indonesia.
Status perusahaan itu diubah menjadi PT Tambang Timah (Persero) pada Tahun 1976,
sebuah perusahaan perseroan terbatas, dengan Pemerintah Indonesia sebagai
pemegang saham tunggal. Operasi utama perusahaan secara historis berpusat di
sekitar pulau-pulau Bangka, Belitung dan Singkep. Perusahaan mengoperasikan
armada kapal keruk garis besar ember dan kontrol kegiatan pertambangan lainnya,
terutama menggunakan metode penambangan hidrolik.
di
Singkep
dan
relokasi
kantor
pusat
perusahaan
ke
Nama PT Tambang Timah Tbk diubah menjadi PT Timah Tbk pada tanggal 29 Juli
1998. Pemerintah Indonesia memiliki 65 persen saham perusahaan; investor domestik
dan internasional yang dimiliki 35 persen yang tersisa.
dan
komunikasi
satelit
membantu
untuk
meminimalkan
biaya
Timah
pertambangan. Penggunaan sistem produksi Timah yang memastikan operasi peleburan yang
sangat efisien. Hasil diklaim oleh manajemen adalah bahwa PT Timah pelanggan menerima
timah di seluruh dunia dengan kualitas tertinggi yang tersedia.
Perusahaan mengadakan eksplorasi timah dan hak penambangan hingga 2025 lebih
dari 10.000 kilometer persegi yang tersebar di beberapa pulau dan daerah lepas pantai di Laut
Jawa. Timah telah dijamin hak untuk eksplorasi emas di Sumatera Utara, Kalimantan dan
Jawa. Hak-hak ini diperpanjang lebih dari 27.000 kilometer persegi. Bahkan setelah sejarah
panjang usaha pertambangan timah, sebagian besar hak-hak pertambangan Timah belum
tereksplorasi dan belum dimanfaatkan. Masa depan tampaknya memiliki potensi besar untuk
pertambangan lebih lanjut.
Di Mentok, di sudut barat laut Bangka, PT Timah mendirikan operasi peleburan timah
terbesar di dunia. Selesai pada tahun 1967, pabrik mengalami kenaikan lebih lanjut dalam
kapasitas dengan penambahan tungku ketujuh, yang mengangkat kapasitas 50.000 ton pada
tahun 1997. Berdekatan dengan operasi peleburan adalah yang terbesar dari lima pabrik
mencuci dioperasikan oleh perusahaan. Para washery pusat berkonsentrasi menerima timah
dari operasi pertambangan baik lepas pantai dan darat. Menggunakan sejumlah proses yang
berbeda konsentrat timah ditingkatkan menjadi sekitar 74% konten timah. Sejumlah kecil
produk samping mineral berat yang dihasilkan oleh operasi ini dan dijual. Peleburan timah di
Mentok diproduksi cair mentah dan didaur ulang oleh-dihasilkan produk yang dikenal
sebagai debu dan orang pandir. Timah mentah lebih disempurnakan dalam ketel
peleburan. Limbah dari pemurnian, yang dikenal sebagai sampah timah, yang juga didaur
ulang.
Sejak tahun 1995 sampai sekarang, Timah telah mencapai sertifikasi ISO-9001 dan
ISO-14001 di beberapa unit produksi. Upaya ini akan dilanjutkan untuk unit produksi
lainnya. Manajemen menganggap bahwa sertifikasi seperti itu suatu keharusan untuk
memperkuat posisi global mereka sebagai perusahaan kelas dunia.
pertambangan
timah
terintegrasi. Ruang
lingkup
bisnis
mencakup
besar untuk proyek uji coba untuk mengeksplorasi deposit aluvial dalam.
PT Timah Industri didirikan Juni 1998, melakukan perdagangan, re-engineering,
rekayasa industri, dan jasa. Pada saat ini, pelanggan dipisahkan menjadi dua pasar:
pasar timah dan pasar non-timah. Pasar timah terbesar.Manajemen dimaksudkan
untuk memperluas pasar non-timah secara bertahap di masa depan. Salah satu peluang
strategis adalah pengembangan industri galangan kapal. Industri Timah mencapai
sertifikasi ISO 14001 pada tahun 1998 dan ISO 9001 pada tahun 1999 sehingga
Table 1. Summary of Financial Statement for PT Timah Tbk Balance Sheets (million
rupiah)
PT TIMAH
PT TIMAH
PT TIMAH
TIMAH
EKSPLOMIN
INDUSTRI
INVESTASI
1,201,007,545
13,996,369
487,996,828
MINERAL
829,748
7,465,132
106,456
341,564
544,098
in banks
Trade receivables
Inventories
Investments
Fixed Assets-Net
61,194,556
252,329,403
337,642,254
4,574,022
17,390,511
70,787,354
105,341,133
39,451,982
226,636,922
Current Assets:
Other Assets
Total Assets
Current Liabilities:
93,749,116
71,000
2,218,767
25,271,133
1,632,398,915
618,838,467
31,386,880
24,171,379
754,085,732
536,238,546
28,390,648
479,508
Trade payable
21,948,491
1,741,892
30,047,038
449,245
Taxes payable
91,504,236
835,548
4,712,471
28,169
21,070,405
242,023
1,122,864
13,419,831
Long-term
Liabilities
Minority Interests in
Subsidiaries
7,739
Total Liabilities
Paid-up capital
639,908,872
500,000,000
24,413,402
5,000,000
537,361,410
200,000,000
13,907,078
43,000,000
492,490,043
992,490,043
1,973,478
6,973,478
16,724,322
216,724,322
(28,516,431)
14,483,569
Retained earnings
(accumulated loss)
Total Equity
INCOME STATEMENTS
Net Sales
Cost of Goods Sold
Gross Profit
Operating Expenses
Unsuccessful
1,664,589,743
920,729,043
743,860,709
155,835,755
-
63,605,571
55,863,182
7,742,389
7,103,573
-
320,800,867
310,043,396
10,757,471
7,227,529
-
0
0
0
1,591,128
14,508,102
Exploration
Operating Profit
588,024,954
638,816
3,529,942
(16,099,230)
(loss)
Other Income
(68,746,776)
998,584
2,559,752
68,636
(Expenses)
Profit (loss) before
519,278,178
1,637,400
6,089,694
(16,030,594)
Taxes
Profit (loss) after
353,946,209
807,156
921,781
(16,030,594)
500,000
5,000
200,000
43,000
Taxes
Additional
information:
Capital stock in
shares
Sources:
1. PT Tambang Timah, Financial Statement, December 31, 1999.
2. PT Timah Eksplomin, Financial Statement, December 31, 1999.
3. PT Timah Industri, Financial Statement, December 31, 1999.
4. PT Timah Investasi Mineral and Subsidiary, Consolidated Financial Statement,
December 31, 1999.
Berdasarkan Tabel 1, Laba bersih meningkat 191% menjadi Rp518.8 miliar pada
tahun 1998, dan kemudian mengalami "windfall profit" pada tahun 1999. Salah satu faktor
penyebabnya mungkin hanya akibat dari penurunan nilai rupiah. Sementara itu pada tahun
1999,
peningkatan
nilai
rupiah
tampaknya
negatif
yang
mempengaruhi
kinerja
Timah. Namun, manajemen berkomentar bahwa kinerja buruk di tahun 1999 telah disebabkan
oleh faktor-faktor eksternal seperti kondisi ekonomi.
1,201,007,545
13,996,369
487,996,828
PT TIMAH
INVESTASI
MINERAL
829,748
7,465,132
106,456
341,564
544,098
61,194,556
252,329,403
337,642,254
4,574,022
17,390,511
70,787,354
105,341,133
39,451,982
226,636,922
93,749,116
PT TIMAH
EKSPLOMIN
PT TIMAH
INDUSTRI
71,000
2,218,767
25,271,133
1,632,398,915
618,838,467
31,386,880
24,171,379
754,085,732
536,238,546
28,390,648
479,508
Trade payable
21,948,491
1,741,892
30,047,038
449,245
Taxes payable
91,504,236
835,548
4,712,471
28,169
242,023
1,122,864
-
13,419,831
7,739
Long-term Liabilities
Minority Interests in
Subsidiaries
Total Liabilities
Paid-up capital
21,070,405
639,908,872
500,000,000
24,413,402
5,000,000
537,361,410
200,000,000
13,907,078
43,000,000
Retained earnings
(accumulated loss)
Total Equity
492,490,043
992,490,043
1,973,478
6,973,478
16,724,322
216,724,322
(28,516,431)
14,483,569
320,800,867
310,043,396
10,757,471
0
0
0
INCOME STATEMENTS
Net Sales
Cost of Goods Sold
Gross Profit
1,664,589,743
920,729,043
743,860,709
63,605,571
55,863,182
7,742,389
Operating Expenses
155,835,755
7,103,573
7,227,529
Unsuccessful
Exploration
Operating Profit (loss)
588,024,954
638,816
3,529,942
Other Income
(68,746,776)
998,584
2,559,752
(Expenses)
Profit (loss) before
519,278,178
1,637,400
6,089,694
Taxes
Profit (loss) after
353,946,209
807,156
921,781
Taxes
Additional
information:
Capital stock in shares
500,000
5,000
200,000
Sources:
5. PT Tambang Timah, Financial Statement, December 31, 1999.
6. PT Timah Eksplomin, Financial Statement, December 31, 1999.
7. PT Timah Industri, Financial Statement, December 31, 1999.
8. PT Timah Investasi Mineral and Subsidiary, Consolidated Financial Statement,
1999.
1,591,128
14,508,102
(16,099,230)
68,636
(16,030,594)
(16,030,594)
43,000
December 31,
Meskipun tiga anak perusahaan, Tambang Timah, Timah Eksplomin, dan Timah
Industri,
menunjukkan peningkatan laba bersih. Hal ini disebabkan oleh kenaikan biaya anak
perusahaan '. Misalnya, Timah Eksplomin mengalami peningkatan dari Rp 33,9 pada tahun
1998 menjadi Rp 63.605 pada tahun 1999. Namun, laba bersih mengalami penurunan dari Rp
1, 943.000.000 pada tahun 1998 menjadi Rp 0.807 juta pada tahun 1999.
Timah Investasi Mineral bahkan mengalami penurunan kinerja keuangan. Perusahaan
tidak membuat penjualan pada tahun 1998 dan 1999 tetapi masih menderita biaya operasional
yang besar. Kondisi ini menyebabkan perusahaan kehilangan Rp 16.809 juta di tahun 1998
dan Rp 16.028 juta pada tahun 1999.
Dari hasil kinerja keuangan Timah dan anak perusahaan selama dua tahun,manajemen
termotivasi
untuk
mengevaluasi
prestasi
perusahaan. Evaluasi
dimaksudkan
untuk
menganalisis kinerja Timah dan kontribusi anak perusahaan dengan kinerja secara
keseluruhan. Selain itu, analisis ini memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasi solusi
alternatif yang akan meningkatkan kinerja Timah sebagai perusahaan dan juga meningkatkan
kinerja anak perusahaan. Penilaian kinerja melalui analisis laporan keuangan didasarkan pada
data masa lalu. Setiap data yang diperoleh wawasan akan relatif, karena kondisi bisnis dan
operasi perusahaan bervariasi bentuk begitu banyak perusahaan dan industri untuk industri.
c. PERTANYAAN
1. Menghitung beberapa rasio keuangan untuk Timah Tbk selama tiga tahun
terakhir. (Sertakan rasio likuiditas, manajemen aset, leverage, profitabilitas, dan nilai
pasar.)
2. Mengevaluasi kondisi keuangan Timah Tbk menggunakan analisis tren.
3. Mengevaluasi kondisi keuangan Timah Tbk menggunakan analisis patokan (Antam
Tbk, PGAS Tbk.).
4. Membangun sistem Du Pont Timah Tbk untuk menunjukkan bagaimana beberapa
variabel kunci berinteraksi untuk menentukan tingkat pengembalian pada ekuitas.
5. Berikan saran untuk meningkatkan kinerja anak perusahaan dan kinerja perusahaan
secara keseluruhan.
BAB 2
KAJIAN TEORI
A. KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN (corporate financial distress)
Perusahaan yang sedang berkembang maupun yang sudah maju dalam perjalanannya,
perusahaan dalam jangka panjang pasti memiliki masalah dalam kesulitan keuangan. Dengan
adanya kesulitan-kesulitan tersebut, maka perusahaan harus memahami dan menemukan serta
mengatasi penyebab kesulitan keuangan, situasi, dan upaya yang dilakukan, upaya
restrukturisasi hutang, model prediksi kesulitan keuangan, atribut tata kelola yang berkaitan,
faktor yang meningkatkan peluang survive, dan kebijakan-kebijakan yang dilakukan
perusahaan kokoh dalam menghadapi serangan krisis.
kebangkrutan (Lau, 1987; Gilbert et al., 1990; Anyane-Ntow, 1991; dan Johnsen and
Melicher, 1994 dalam Turetsky dan McEwen, 2001). Turetsky dan McEwen (2001)
menggambarkan
kesulitan
keuangan
sebagai
rangkaian
peristiwa
keuangan
yang
receivables turnover, cash flow/ total equity, debt ratio, cash flow/(liabilities-reserves),
current ratio, acid test, current liquidity, short term assets/daily operating expenses, gearing
ratio, turnover per employee, coverage of fixed assets, working capital, total equity per
share, EPS ratio, dan sebagainya.
3. Corporate governance model
Disini, kebangkrutan mempunyai campuran aset dan struktur keuangan yang benar tapi
dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi out of the
market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola perusahaan yang tak terpecahkan.
Model ini mengestimasi kesulitan dengan informasi kepemilikan. Kepemilikan berhubungan
dengan struktur tata kelola perusahaan dan goodwill perusahaan.
Kesulitan keuangan dapat ditinjau dari komposisi neraca - jumlah aset dan kewajiban,
dari laporan laba rugi jika perusahaan terus menerus rugi, dan dari laporan arus kas jika
arus kas masuk lebih kecil dari arus kas keluar. Sedangkan teori resiko kredit yang
dipaparkan dapat diartikan bahwa kegagalan berhubungan dengan struktur modal dan struktur
modal berkaitan dengan kondisi ekonomi. Jika ekonomi buruk hutang akan meningkat karena
tingkat bunga meningkat. Akhirnya perusahaan akan gagal. Hal ini sesuai dengan uraian
Copeland dan Weston (1992) bahwa interest perlu dipertimbangkan sehubungan dengan
perubahan hutang perusahaan yang beresiko dalam basis firm by firm. Metode umum untuk
menentukan resiko kegagalan hutang jangka panjang perusahaan adalah dengan merujuk
rating bond yang disediakan oleh berbagai agensi, misalnya Moodys Investors Service, Inc.,
Standard & Poors Corp., dan Fitch Investor Service.
Dun & Bradstreet meneliti penyebab-penyebab kegagalan bisnis (Brigham dan Daves,
2003). Penyebab utama adalah faktor ekonomi (37,1%) dan faktor keuangan (47,3%), selain
itu disebabkan oleh kelalaian, malapetaka, dan kecurangan (neglect, disaster, dan fraud),
yaitu sebanyak 14%, serta faktor-faktor lain yang tidak dirinci yaitu sebanyak 1,6%. Faktor
ekonomi meliputi kelemahan industri dan lokasi yang buruk. Faktor keuangan meliputi
hutang yang terlalu banyak dan modal yang tidak memadai. Pentingnya faktor-faktor yang
berbeda ini bervariasi dari waktu ke waktu, bergantung beberapa hal seperti keadaan
ekonomi dan tingkat suku bunga. Juga, kebanyakan kegagalan bisnis terjadi karena
kombinasi sejumlah faktor yang membuat bisnis tidak dapat bertahan. Menurut statistik dari
Dun & Bradstreet, 88% kegagalan bisnis disebabkan kesalahan manajemen (management
mistakes).
Ada 12 hal yang kesalahan manajemen tersebut, yaitu:
Operasional (lokasi bisnis, terlalu ambisi dalam memulai bisnis, estimasi biaya terlalu
optimis )
Faktor-faktor kegagalan bisnis yang penting (menurut urutannya) telah pula diteliti oleh
Deakin, 1991 (dalam Dylan, 1996), yaitu:
1. Lack of knowledge of marketing
2. Competing task demands from family/domestics sources
3. Problems of outlets
4. Lack of market awareness of product/service
5. The costs of business premises
6. Inappropriate business premises
7. Insufficient mark-up
8. Unacceptable risk
Ketika niali perusahaan sama dengan nilai utangnya, maka perusahaan tersebut secara
ekonomis disebut bangkrut dalam arti ekuitasnya tidak memiliki nilai. Namun,
perpindahan aset secara formal kepada para pemegang saham merupakan suatu proses
legal, dan bukan ekonomis. Terdapat biaya legal dan administrasinya terkait dengan
kebangkrutan, dan sering dikatakan kebangkrutan bagi para pengacara sama artinya
dengan darah bagi ikan hiu.
Ini merupakan biaya-biaya legal dan administrasi yang terkait dengan proses
kebangkrutan. Kita menyebut biaya-biaya ini biaya kebangkrutan langsung (direct
bankruptcy costs).
Oleh karena biaya untuk menjadi bangkrut amat mahal, suatu perusahaan akan
mengeluarkan segala sumber daya untuk menghindarinya. Ketika suatu perusahaan
sedang mengalami masalah besar dalam menghadapi kewajiban utang-utangnya, kita
menyebutnya sedang mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Sebagian
perusahaan yang sedang mengalami kesuliatan keuangan pada akhirnya mendaftarkan
diri untuk klain kebangkrutan, tetapi sebagian tidak melakukan hal ini karena mereka
dapat kembali pulih atau keluar dari kesulitan ini.
Benchmark analysis
199
8
PT International
Nickel Indonesia
Tbk
PT Timah Tbk
199
9
1997
1998
1999
1997
199
8
199
9
56
243
183
178
45
156
353
1031
632
Ekuitas per
Saham (Rp)
913
1118
119
5
4549
4594
4750
1609
2513
276
2
Dividen per
Saham (Rp)
104
79,1
9
141
409
247
132
5
1625
140
0
6800
2800
6300
5900
5375
487
5
PER (x)
23,4
6
6,68
7,65
38,1
7
61,7
9
40,45
38,17
61,7
9
40,4
5
PBV (x)
1,45
1,45
1,17
1,49
0,61
1,33
1,49
0,61
1,33
Pembayaran
Dividen (%)
42,7
1
43,2
8
0,0793
%
0,07
88%
0,07
77%
Dividend Yield
(%)
6,39
5,66
Rasio Lancar
(x)
2,78
2,99
2,46
1,77
0,72
1,79
2,34
2,57
Hutang
terhadap
Ekuitas (x)
0,43
0,44
0,42
0,74
0,99
1,02
0,296
0,25
5
0,19
9
0,3
0,3
0,29
0,42
0,5
0,51
Margin Laba
Kotor (x)
0,44
0,56
0,43
0,25
0,06
0,18
0,427
0,66
9
0,44
3
Margin Laba
Operasi (x)
0,33
0,47
0,33
0,23
0,06
0,17
0,285
0,54
3
0,30
1
0,29
0,23
0,14
0,04
0,1
0,257
0,25
5
0,18
8
3,44
2,99
2,24
2,51
2,99
4,628
5,00
4,73
Penutupan
Harga (Rp)
Rasio leverage
(x)
Laba Bersih
Margin (x)
Perputaran
2,4
Persediaan (x)
Perputaran
Jumlah Aktiva
(x)
0,28
0,52
0,46
0,16
0,12
0,16
0,601
1,19
9
0,97
6
ROI (%)
4,34
15,1
4
10,8
1
2,26
0,5
1,62
30,86%
58,7
5%
41,7
6%
ROE (%)
6,19
21,7
5
15,3
1
3,92
0,99
3,28
22%
41%
22,9
%
very healthy
healthy
less healthy
poor
KESIMPULAN
Penurunan profit yang dialamai PT Timah Tbk dan anak perusahaannya memiliki
pengaruh yang cukup signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dari analisis rasio
keuangan dan pembobotan dengan standar MenKeu yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa aspek finansial PT Timah Tbk berada pada kategori less healthy yang jika diperingkat
adalah BBB. Tetapi hasil ini masih lebih baik dibanding dengan perusahaan pesaing yaitu
Antam Tbk dan Nickel Indonesia Tbk.
B.
SARAN
Untuk perusahaan kesulitan keuangan yang sulit untuk menyerah dan berusaha meraih
survive, perusahaan akan berusaha untuk meyakinkan kreditur agar membekukan klaimnya
untuk sementara selagi perusahaan tersebut melakukan reorganisasi dan membangun kembali
operasi sampai diraih laba yang memuaskan. Pendekatan reorganisasi kebangkrutan ini dapat
dilakukan berdasarkan kemampuan perusahaan meyakinkan kreditur bahwa ia dapat berhasil
di pasar dengan mengimplementasikan strategi perencanaan baru. Ketika menghasilkan laba,
perusahaan dapat membayar kembali kreditur, barangkali secara penuh.
Tindakan lain yang dapat menciptakan bisnis yang lebih menguntungkan. Jika
rencana disetujui kreditur, perusahaan akan diberi peluang lain untuk menghindari likuidasi
dan lahir kembali dari kebangkrutan.