Anda di halaman 1dari 19

ASSESSMENT OF BUSINESS PERFORMANCE

PT TIMAH Tbk and SUBSIDIARIES

Kelompok II

Frisilya Isti Uktolseya, S.T.

(8112415011)

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2015

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Sejarah Perusahaan

Setelah deklarasi Kemerdekaan di Indonesia tahun 1945, industri penambangan timah


secara bertahap berada di bawah kendali Indonesia sebagai konsesi pertambangan
Belanda.

Transfer kontrol memuncak pada tahun 1960 dengan UU No 19 yang membentuk Tin
Negara BUMN dan Badan Koordinasi BUMN untuk memproduksi timah tiga unit di
pulau Bangka, Belitung dan Singkep.

Tahun 1968 ada empat entitas dibawah satu negara tunggal yang mengendalikan
perusahaan dengan Peraturan Pemerintah nomor 21, koordinasi operasi timah
dibawah perusahaan Negara PN Tambang Timah yang diberikan kontrol tentang
pengetahuan jumlah timah di Indonesia.

Status perusahaan itu diubah menjadi PT Tambang Timah (Persero) pada Tahun 1976,
sebuah perusahaan perseroan terbatas, dengan Pemerintah Indonesia sebagai
pemegang saham tunggal. Operasi utama perusahaan secara historis berpusat di
sekitar pulau-pulau Bangka, Belitung dan Singkep. Perusahaan mengoperasikan
armada kapal keruk garis besar ember dan kontrol kegiatan pertambangan lainnya,
terutama menggunakan metode penambangan hidrolik.

Pada 1991 Program restrukturisasi besar dimulai, mencakup penutupan operasi


pertambangan

di

Singkep

dan

relokasi

kantor

pusat

perusahaan

ke

Bangka. Restrukturisasi ini juga termasuk program modernisasi dan pembangunan


kembali sarana produksi dan konsentrasi pada kegiatan bisnis inti.

Kesimpulan dari program restrukturisasi Timah tercatat di Jakarta, Surabaya, dan


Bursa Saham London pada tanggal 19 Oktober 1995.

Nama PT Tambang Timah Tbk diubah menjadi PT Timah Tbk pada tanggal 29 Juli
1998. Pemerintah Indonesia memiliki 65 persen saham perusahaan; investor domestik
dan internasional yang dimiliki 35 persen yang tersisa.

1.2 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN

PT Timah Tbk merupakan perusahaan negara yang hanya aktif di pertambangan


timah. Keunggulan kompetitif Timah merupakan hasil integrasi dari setiap langkah dalam
proses produksi dan pemasaran timah. Perusahaan ini sebagai pemimpin biaya. Kontrol atas
cadangan besar, kepemilikan armada mengeruk terbesar di dunia dan penggunaan sistem
komputer

dan

komunikasi

satelit

membantu

untuk

meminimalkan

biaya

Timah

pertambangan. Penggunaan sistem produksi Timah yang memastikan operasi peleburan yang
sangat efisien. Hasil diklaim oleh manajemen adalah bahwa PT Timah pelanggan menerima
timah di seluruh dunia dengan kualitas tertinggi yang tersedia.
Perusahaan mengadakan eksplorasi timah dan hak penambangan hingga 2025 lebih
dari 10.000 kilometer persegi yang tersebar di beberapa pulau dan daerah lepas pantai di Laut
Jawa. Timah telah dijamin hak untuk eksplorasi emas di Sumatera Utara, Kalimantan dan
Jawa. Hak-hak ini diperpanjang lebih dari 27.000 kilometer persegi. Bahkan setelah sejarah
panjang usaha pertambangan timah, sebagian besar hak-hak pertambangan Timah belum
tereksplorasi dan belum dimanfaatkan. Masa depan tampaknya memiliki potensi besar untuk
pertambangan lebih lanjut.
Di Mentok, di sudut barat laut Bangka, PT Timah mendirikan operasi peleburan timah
terbesar di dunia. Selesai pada tahun 1967, pabrik mengalami kenaikan lebih lanjut dalam
kapasitas dengan penambahan tungku ketujuh, yang mengangkat kapasitas 50.000 ton pada
tahun 1997. Berdekatan dengan operasi peleburan adalah yang terbesar dari lima pabrik
mencuci dioperasikan oleh perusahaan. Para washery pusat berkonsentrasi menerima timah
dari operasi pertambangan baik lepas pantai dan darat. Menggunakan sejumlah proses yang
berbeda konsentrat timah ditingkatkan menjadi sekitar 74% konten timah. Sejumlah kecil
produk samping mineral berat yang dihasilkan oleh operasi ini dan dijual. Peleburan timah di
Mentok diproduksi cair mentah dan didaur ulang oleh-dihasilkan produk yang dikenal
sebagai debu dan orang pandir. Timah mentah lebih disempurnakan dalam ketel
peleburan. Limbah dari pemurnian, yang dikenal sebagai sampah timah, yang juga didaur
ulang.
Sejak tahun 1995 sampai sekarang, Timah telah mencapai sertifikasi ISO-9001 dan
ISO-14001 di beberapa unit produksi. Upaya ini akan dilanjutkan untuk unit produksi

lainnya. Manajemen menganggap bahwa sertifikasi seperti itu suatu keharusan untuk
memperkuat posisi global mereka sebagai perusahaan kelas dunia.

Anak Perusahaan Dari Timah


Sebagai Holding Company, Timah membentuk pusat perumusan dan pengendalian strategi
perusahaan, dan memastikan bahwa ada sinergi antara operasi dari berbagai anak perusahaan
dalam proses menciptakan dan menambahkan nilai. Timah menentukan struktur perusahaan
secara keseluruhan dari Grup, strategi pemasaran secara keseluruhan, baik anggaran maupun
alokasi dana. Hal ini dikelola keuangan perusahaan dan urusan keuangan anak perusahaan,
itu mengatur nilai-nilai dan norma-norma Group, dan menentukan arah pengembangan
perusahaan anak perusahaan melalui aliansi dan / atau akuisisi.

PT Tambang Timah didirikan Juni 1998. Adalah Perusahaan Dunia terbesar di


daerah

pertambangan

timah

terintegrasi. Ruang

lingkup

bisnis

mencakup

pertambangan timah dan mineral lainnya, industri ekstraktif, dan perdagangan


jasa. Perusahaan ini mengklaim bahwa biaya produksi masih dikategorikan dalam
biaya yang lebih rendah. Pada 1999,Tambang Timah mendirikan 2 unit pertambangan

besar untuk proyek uji coba untuk mengeksplorasi deposit aluvial dalam.
PT Timah Industri didirikan Juni 1998, melakukan perdagangan, re-engineering,
rekayasa industri, dan jasa. Pada saat ini, pelanggan dipisahkan menjadi dua pasar:
pasar timah dan pasar non-timah. Pasar timah terbesar.Manajemen dimaksudkan
untuk memperluas pasar non-timah secara bertahap di masa depan. Salah satu peluang
strategis adalah pengembangan industri galangan kapal. Industri Timah mencapai
sertifikasi ISO 14001 pada tahun 1998 dan ISO 9001 pada tahun 1999 sehingga

menjadi lebih kompetitif di pasar bebas.


PT Timah Eksplomi didirikan Juni 1998. Bisnis ini menyediakan layanan dalam
penyelidikan pertambangan, analisis pertambangan, laboratorium, melakukan studi
kelayakan, dan penyelidikan geologi teknis dan geohydrology. Eksplorasi bidang
Banka dan Belitung dilakukan. Upaya lainnya adalah menemukan deposit aluvial
dalam. Selain itu, kompetensi inti dalam eksplorasi laut juga membuka pasar baru

untuk Timah Explomin.


PT Timah Investasi Mineral didirikan tahun 1997. Perusahaan ini dimaksudkan
untuk melakukan kegiatan pertambangan, kegiatan investasi, dan jasa rekomendasi

dan konsultasi di bidang pertambangan. Untuk tujuan ini, perusahaan tersebut


mendapatkan lisensi dan kewenangan pertambangan di beberapa provinsi. Direktur
menyatakan bahwa perusahaan mulai beroperasi pada bulan September 1996. Ini
belum menghasilkan pendapatan operasional, namun, perusahaan itu melakukan
beberapa eksplorasi emas, berlian, dan kemungkinan pertambangan batubara.
1.3 RUMUSAN MASALAH
PENURUNAN KINERJA KEUANGAN PT.TIMAH,TBK

Table 1. Summary of Financial Statement for PT Timah Tbk Balance Sheets (million
rupiah)

SUMMARY OF FINANCIAL STATEMENTS FOR SUBSIDIARIES, DECEMBER 31, 1999


(THOUSAND RUPIAH)
BALANCE SHEETS
PT TAMBANG

PT TIMAH

PT TIMAH

PT TIMAH

TIMAH

EKSPLOMIN

INDUSTRI

INVESTASI

1,201,007,545

13,996,369

487,996,828

MINERAL
829,748

Cash on hand and

7,465,132

106,456

341,564

544,098

in banks
Trade receivables
Inventories
Investments
Fixed Assets-Net

61,194,556
252,329,403
337,642,254

4,574,022
17,390,511

70,787,354
105,341,133
39,451,982
226,636,922

Current Assets:

Other Assets
Total Assets
Current Liabilities:

93,749,116

71,000
2,218,767
25,271,133

1,632,398,915
618,838,467

31,386,880
24,171,379

754,085,732
536,238,546

28,390,648
479,508

Trade payable

21,948,491

1,741,892

30,047,038

449,245

Taxes payable

91,504,236

835,548

4,712,471

28,169

21,070,405

242,023

1,122,864

13,419,831

Long-term
Liabilities
Minority Interests in
Subsidiaries

7,739

Total Liabilities
Paid-up capital

639,908,872
500,000,000

24,413,402
5,000,000

537,361,410
200,000,000

13,907,078
43,000,000

492,490,043
992,490,043

1,973,478
6,973,478

16,724,322
216,724,322

(28,516,431)
14,483,569

Retained earnings
(accumulated loss)
Total Equity

INCOME STATEMENTS
Net Sales
Cost of Goods Sold
Gross Profit
Operating Expenses
Unsuccessful

1,664,589,743
920,729,043
743,860,709
155,835,755
-

63,605,571
55,863,182
7,742,389
7,103,573
-

320,800,867
310,043,396
10,757,471
7,227,529
-

0
0
0
1,591,128
14,508,102

Exploration
Operating Profit

588,024,954

638,816

3,529,942

(16,099,230)

(loss)
Other Income

(68,746,776)

998,584

2,559,752

68,636

(Expenses)
Profit (loss) before

519,278,178

1,637,400

6,089,694

(16,030,594)

Taxes
Profit (loss) after

353,946,209

807,156

921,781

(16,030,594)

500,000

5,000

200,000

43,000

Taxes
Additional
information:
Capital stock in
shares
Sources:
1. PT Tambang Timah, Financial Statement, December 31, 1999.
2. PT Timah Eksplomin, Financial Statement, December 31, 1999.
3. PT Timah Industri, Financial Statement, December 31, 1999.
4. PT Timah Investasi Mineral and Subsidiary, Consolidated Financial Statement,
December 31, 1999.
Berdasarkan Tabel 1, Laba bersih meningkat 191% menjadi Rp518.8 miliar pada
tahun 1998, dan kemudian mengalami "windfall profit" pada tahun 1999. Salah satu faktor
penyebabnya mungkin hanya akibat dari penurunan nilai rupiah. Sementara itu pada tahun
1999,

peningkatan

nilai

rupiah

tampaknya

negatif

yang

mempengaruhi

kinerja

Timah. Namun, manajemen berkomentar bahwa kinerja buruk di tahun 1999 telah disebabkan
oleh faktor-faktor eksternal seperti kondisi ekonomi.

a. KINERJA ANAK PERUSAHAAN TIMAH YANG BURUK


Kinerja keuangan dari empat anak perusahaan Timah juga gagal untuk menunjukkan
hasil yang memuaskan. Kondisi keuangan empat anak perusahaan pada tahun 1999
ditunjukkan dalam tabel berikut.

SUMMARY OF FINANCIAL STATEMENTS FOR SUBSIDIARIES, DECEMBER 31, 1999


(THOUSAND RUPIAH)
BALANCE SHEETS
PT TAMBANG
TIMAH
Current Assets:
Cash on hand and in
banks
Trade receivables
Inventories
Investments
Fixed Assets-Net
Other Assets
Total Assets
Current Liabilities:

1,201,007,545

13,996,369

487,996,828

PT TIMAH
INVESTASI
MINERAL
829,748

7,465,132

106,456

341,564

544,098

61,194,556
252,329,403
337,642,254

4,574,022
17,390,511

70,787,354
105,341,133
39,451,982
226,636,922

93,749,116

PT TIMAH
EKSPLOMIN

PT TIMAH
INDUSTRI

71,000
2,218,767
25,271,133

1,632,398,915
618,838,467

31,386,880
24,171,379

754,085,732
536,238,546

28,390,648
479,508

Trade payable

21,948,491

1,741,892

30,047,038

449,245

Taxes payable

91,504,236

835,548

4,712,471

28,169

242,023

1,122,864
-

13,419,831
7,739

Long-term Liabilities
Minority Interests in
Subsidiaries
Total Liabilities
Paid-up capital

21,070,405
639,908,872
500,000,000

24,413,402
5,000,000

537,361,410
200,000,000

13,907,078
43,000,000

Retained earnings
(accumulated loss)
Total Equity

492,490,043
992,490,043

1,973,478
6,973,478

16,724,322
216,724,322

(28,516,431)
14,483,569

320,800,867
310,043,396
10,757,471

0
0
0

INCOME STATEMENTS
Net Sales
Cost of Goods Sold
Gross Profit

1,664,589,743
920,729,043
743,860,709

63,605,571
55,863,182
7,742,389

Operating Expenses
155,835,755
7,103,573
7,227,529
Unsuccessful
Exploration
Operating Profit (loss)
588,024,954
638,816
3,529,942
Other Income
(68,746,776)
998,584
2,559,752
(Expenses)
Profit (loss) before
519,278,178
1,637,400
6,089,694
Taxes
Profit (loss) after
353,946,209
807,156
921,781
Taxes
Additional
information:
Capital stock in shares
500,000
5,000
200,000
Sources:
5. PT Tambang Timah, Financial Statement, December 31, 1999.
6. PT Timah Eksplomin, Financial Statement, December 31, 1999.
7. PT Timah Industri, Financial Statement, December 31, 1999.
8. PT Timah Investasi Mineral and Subsidiary, Consolidated Financial Statement,
1999.

1,591,128
14,508,102
(16,099,230)
68,636
(16,030,594)
(16,030,594)

43,000

December 31,

Meskipun tiga anak perusahaan, Tambang Timah, Timah Eksplomin, dan Timah
Industri,

menunjukkan kecenderungan meningkat

dalam penjualan, mereka tidak

menunjukkan peningkatan laba bersih. Hal ini disebabkan oleh kenaikan biaya anak
perusahaan '. Misalnya, Timah Eksplomin mengalami peningkatan dari Rp 33,9 pada tahun
1998 menjadi Rp 63.605 pada tahun 1999. Namun, laba bersih mengalami penurunan dari Rp
1, 943.000.000 pada tahun 1998 menjadi Rp 0.807 juta pada tahun 1999.
Timah Investasi Mineral bahkan mengalami penurunan kinerja keuangan. Perusahaan
tidak membuat penjualan pada tahun 1998 dan 1999 tetapi masih menderita biaya operasional
yang besar. Kondisi ini menyebabkan perusahaan kehilangan Rp 16.809 juta di tahun 1998
dan Rp 16.028 juta pada tahun 1999.

b. EVALUASI KINERJA PT.TIMAH,TBK DAN ANAK PERUSAHAAN

Dari hasil kinerja keuangan Timah dan anak perusahaan selama dua tahun,manajemen
termotivasi

untuk

mengevaluasi

prestasi

perusahaan. Evaluasi

dimaksudkan

untuk

menganalisis kinerja Timah dan kontribusi anak perusahaan dengan kinerja secara
keseluruhan. Selain itu, analisis ini memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasi solusi
alternatif yang akan meningkatkan kinerja Timah sebagai perusahaan dan juga meningkatkan
kinerja anak perusahaan. Penilaian kinerja melalui analisis laporan keuangan didasarkan pada

data masa lalu. Setiap data yang diperoleh wawasan akan relatif, karena kondisi bisnis dan
operasi perusahaan bervariasi bentuk begitu banyak perusahaan dan industri untuk industri.

c. PERTANYAAN
1. Menghitung beberapa rasio keuangan untuk Timah Tbk selama tiga tahun
terakhir. (Sertakan rasio likuiditas, manajemen aset, leverage, profitabilitas, dan nilai
pasar.)
2. Mengevaluasi kondisi keuangan Timah Tbk menggunakan analisis tren.
3. Mengevaluasi kondisi keuangan Timah Tbk menggunakan analisis patokan (Antam
Tbk, PGAS Tbk.).
4. Membangun sistem Du Pont Timah Tbk untuk menunjukkan bagaimana beberapa
variabel kunci berinteraksi untuk menentukan tingkat pengembalian pada ekuitas.
5. Berikan saran untuk meningkatkan kinerja anak perusahaan dan kinerja perusahaan
secara keseluruhan.

BAB 2
KAJIAN TEORI
A. KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN (corporate financial distress)
Perusahaan yang sedang berkembang maupun yang sudah maju dalam perjalanannya,
perusahaan dalam jangka panjang pasti memiliki masalah dalam kesulitan keuangan. Dengan
adanya kesulitan-kesulitan tersebut, maka perusahaan harus memahami dan menemukan serta
mengatasi penyebab kesulitan keuangan, situasi, dan upaya yang dilakukan, upaya
restrukturisasi hutang, model prediksi kesulitan keuangan, atribut tata kelola yang berkaitan,
faktor yang meningkatkan peluang survive, dan kebijakan-kebijakan yang dilakukan
perusahaan kokoh dalam menghadapi serangan krisis.

B. Definisi Kesulitan Keuangan Perusahaan


Kesulitan keuangan dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal
pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan
segera tidak dapat memenuhi kewajibannya. Ada beberapa definisi kesulitan keuangan, sesuai
tipenya, yaitu economic failure, business failure, technical insolvency, insolvency in
bankruptcy, dan legal bankruptcy. Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Economic failure
Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan dimana pendapatan perusahaan
tidak dapat menutupi total biaya, termasuk cost of capitalnya. Bisnis ini dapat melanjutkan
operasinya sepanjang kreditur mau menyediakan modal dan pemiliknya mau menerima
tingkat pengembalian (rate of return) di bawah pasar. Meskipun tidak ada suntikan modal
baru saat aset tua sudah harus diganti, perusahaan dapat juga menjadi sehat secara
ekonomi.
2. Business failure
Kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang menghentikan operasi dengan akibat
kerugian kepada kreditur.
3. Technical insolvency
Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan technical insolvency jika tidak dapat
memenuhi kewajiban lancar ketika jatuh tempo.
Ketidakmampuan membayar hutang secara teknis menunjukkan kekurangan likuiditas
yang sifatnya sementara, yang jika diberi waktu, perusahaan mungkin dapat membayar
hutangnya dan survive.
Di sisi lain, jika technical insolvency adalah gejala awal kegagalan ekonomi, ini mungkin
menjadi perhentian pertama menuju bencana keuangan (financial disaster).
4. Insolvency in bankruptcy
Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan Insolvent in bankruptcy jika nilai buku
hutang melebihi nilai pasar aset. Kondisi ini lebih serius daripada technical insolvency
karena, umumnya, ini adalah tanda economic failure, dan bahkan mengarah kepada
likuidasi bisnis. Perusahaan yang dalam keadaan insolvent in bankruptcy tidak perlu
terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum.
5. Legal bankruptcy
Perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum jika telah diajukan tuntutan secara resmi
dengan undang-undanG.

Ketidakmampuan perusahaan yang mengalami technical insolvency disebabkan


masalah arus kas secara temporer. Biasanya masalah ini diselesaikan dengan restrukturisasi
hutang oleh para kreditur. Sedangkan pada insolvency in bankruptcy, masalahnya bersifat
permanen dan dapat mengarah pada likuidasi bisnis. Brigham dan Gapenski memasukkan
legal bankruptcy sebagai salah satu tipe kesulitan keuangan.
Technical insolvency dalam Brigham dan Gapenski di atas sama dengan equity
insolvency. Equity insolvency tergambar jika perusahaan tidak dapat membayar hutangnya
ketika jatuh tempo dalam kegiatan bisnis yang biasa. Insolvency in bankruptcy dalam
Brigham dan Gapenski sama dengan bankruptcy insolvency, dapat dilakukan dengan uji
neraca, jika total aset perusahaan lebih kecil dari jumlah kewajiban.
Di Indonesia kepailitan (failure) diatur dalam UU. No.1 tahun 1998, disebutkan
bahwa debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak dapat membayar sedikitnya
satu utang yang telah jatuh waktu dan tidak dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan
pengadilan yang berwenang, baik atas permohonan sendiri, maupun atas permintaan seorang
atau lebih krediturnya. Permohonan ini dapat juga diajukan oleh kejaksaan untuk kepentingan
umum.
Definisi kesulitan keuangan menurut Peraturan Pencatatan Saham Shanghai Stock
Exchange (SHSE) dan Shenzhen Stock Exchange (SZSE) artikel 9.2.1 tahun 2001 adalah
situasi keuangan yang tidak normal.
Suatu perusahaan berada dalam keadaan situasi yang tidak normal bila perusahaan tersebut
menghadapi salah satu dari situasi-situasi ini, yaitu: laba bersih selama dua tahun terakhir
negatif, nilai saham bersih kurang dari face value saham dalam tahun terakhir, auditor
memberi opini adverse atau disclaimer pada laporan keuangan tahun terakhir, nilai
kepemilikan ekuitas yang diakui auditor dan departemen terkait kurang dari nilai modal yang
tercatat pada tahun terakhir, dan situasi tidak normal lain berdasarkan pertimbangan China
Securities Regulation Comission (CSRC), atau SHSE dan SZSE. Standar situasi tidak normal
tersebut menekankan profitabilitas dan penurunan kinerja yang sangat buruk. Namun,
perusahaan-perusahaan publik di China yang status keuangannya sudah totally hopeless pun
tidak dinyatakan bangkrut secara undang-undang (Deng dan Wang, 2006).
Definisi kesulitan keuangan dalam riset-riset awal disinonimkan dengan kegagalan bisnis
(misalnya Altman, 1968; Altman et al., 1977; Ball and Foster, 1982; Moses dan Liao, 1987
dalam Turetsky dan McEwen, 2001).
Tetapi perkembangan selanjutnya mengatakan bahwa kesulitan keuangan mempunyai
beberapa karakteristik sehubungan dengan peristiwa antara kesehatan perusahaan dan

kebangkrutan (Lau, 1987; Gilbert et al., 1990; Anyane-Ntow, 1991; dan Johnsen and
Melicher, 1994 dalam Turetsky dan McEwen, 2001). Turetsky dan McEwen (2001)
menggambarkan

kesulitan

keuangan

sebagai

rangkaian

peristiwa

keuangan

yang

merefleksikan berbagai macam tingkatan corporate adversity.


Suatu perusahaan sudah dapat dikatakan menderita kesulitan keuangan pada tahun
pertama aliran kas kurang dari kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo (Whitaker, 1999).
Aliran kas didefinisikan sebagai pendapatan bersih ditambah beban-beban non kas.
Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan umumnya mengalami penurunan
dalam pertumbuhan, kemampulabaan, dan aset tetap, serta peningkatan dalam tingkatan
persediaan relatif terhadap perusahaan yang sehat (Kahya dan Theodossiou, 1999). Di
samping itu kesulitan keuangan dapat juga dilihat dari melemahnya kondisi keuangan,
kreditur yang mulai mengambil tindakan, pemasok yang mungkin tak mengirim bahan baku
secara kredit, investasi modal yang menguntungkan mungkin harus dilepas, dan pembayaran
dividen yang terganggu (Keown et al., 1997).
C. Penyebab Kesulitan Keuangan Perusahaan
Lizal (2002) mengelompokkan penyebab-penyebab kesulitan dan menamainya
dengan Model Dasar Kebangkrutan atau Trinitas Penyebab Kesulitan Keuangan. Menurut
beliau, ada tiga alasan yang mungkin mengapa perusahaan menjadi bangkrut, yaitu:
1. Neoclassical model
Pada kasus ini kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya tidak tepat. Kasus
restrukturisasi ini terjadi ketika kebangkrutan mempunyai campuran aset yang salah.
Mengestimasi kesulitan dilakukan dengan data neraca dan laporan laba rugi. Misalnya
profit/assets (untuk mengukur profitabilitas), dan liabilities/assets.
2. Financial model
Campuran aset benar tapi struktur keuangan salah dengan liquidity constraints (batasan
likuiditas). Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka
panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka pendek. Hubungan dengan pasar modal
yang tidak sempurna dan struktur modal yang inherited menjadi pemicu utama kasus ini.
Tidak dapat secara terang ditentukan apakah dalam kasus ini kebangkrutan baik atau buruk
untuk direstrukturisasi.
Model ini mengestimasi kesulitan dengan indikator keuangan atau indikator kinerja
seperti turnover/total assets, revenues/turnover, ROA, ROE, profit margin, stock turnover,

receivables turnover, cash flow/ total equity, debt ratio, cash flow/(liabilities-reserves),
current ratio, acid test, current liquidity, short term assets/daily operating expenses, gearing
ratio, turnover per employee, coverage of fixed assets, working capital, total equity per
share, EPS ratio, dan sebagainya.
3. Corporate governance model
Disini, kebangkrutan mempunyai campuran aset dan struktur keuangan yang benar tapi
dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi out of the
market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola perusahaan yang tak terpecahkan.
Model ini mengestimasi kesulitan dengan informasi kepemilikan. Kepemilikan berhubungan
dengan struktur tata kelola perusahaan dan goodwill perusahaan.
Kesulitan keuangan dapat ditinjau dari komposisi neraca - jumlah aset dan kewajiban,
dari laporan laba rugi jika perusahaan terus menerus rugi, dan dari laporan arus kas jika
arus kas masuk lebih kecil dari arus kas keluar. Sedangkan teori resiko kredit yang
dipaparkan dapat diartikan bahwa kegagalan berhubungan dengan struktur modal dan struktur
modal berkaitan dengan kondisi ekonomi. Jika ekonomi buruk hutang akan meningkat karena
tingkat bunga meningkat. Akhirnya perusahaan akan gagal. Hal ini sesuai dengan uraian
Copeland dan Weston (1992) bahwa interest perlu dipertimbangkan sehubungan dengan
perubahan hutang perusahaan yang beresiko dalam basis firm by firm. Metode umum untuk
menentukan resiko kegagalan hutang jangka panjang perusahaan adalah dengan merujuk
rating bond yang disediakan oleh berbagai agensi, misalnya Moodys Investors Service, Inc.,
Standard & Poors Corp., dan Fitch Investor Service.
Dun & Bradstreet meneliti penyebab-penyebab kegagalan bisnis (Brigham dan Daves,
2003). Penyebab utama adalah faktor ekonomi (37,1%) dan faktor keuangan (47,3%), selain
itu disebabkan oleh kelalaian, malapetaka, dan kecurangan (neglect, disaster, dan fraud),
yaitu sebanyak 14%, serta faktor-faktor lain yang tidak dirinci yaitu sebanyak 1,6%. Faktor
ekonomi meliputi kelemahan industri dan lokasi yang buruk. Faktor keuangan meliputi
hutang yang terlalu banyak dan modal yang tidak memadai. Pentingnya faktor-faktor yang
berbeda ini bervariasi dari waktu ke waktu, bergantung beberapa hal seperti keadaan
ekonomi dan tingkat suku bunga. Juga, kebanyakan kegagalan bisnis terjadi karena
kombinasi sejumlah faktor yang membuat bisnis tidak dapat bertahan. Menurut statistik dari
Dun & Bradstreet, 88% kegagalan bisnis disebabkan kesalahan manajemen (management
mistakes).
Ada 12 hal yang kesalahan manajemen tersebut, yaitu:

1. going into business for the wrong reasons


2. advice from familiy an friends
3. being in the wrong place that the wrong time
4. enterpreneur gets worn-out and or underestimated the time requirements
5. family pressure on time and money commitments
6. pride
7. lack of market awareness
8. the enterpreneur falls in love with the product/business
9. lack of financial responsibility and awareness
10. lack of clear focus
11. too much money
12. optimistic/realistic/pessimistic
Penyebab umum kegagalan juga dikemukakan oleh Dylan (1996), penyebab-penyebab
tersebut diuraikan berikut ini:
-

Pasar (penurunan pasar atau terlalu optimis, peningkatan persaingan,kurang daya


saing).

Keuangan ( overtrading (perdagangan berlebih) atau satu proyek besar, banyak


hutang, kurang modal, pengurusan kas yang tidak memadai,pengawasan tidak
memadai, pengambilan uang berlebihan )

Operasional (lokasi bisnis, terlalu ambisi dalam memulai bisnis, estimasi biaya terlalu
optimis )

Manusia (bidang pengurusan tidak seimbang atau tidak memadai,kurang perhatian


atau dorongan dari pemilik manajer, kurang kepemimpinan dan pengarahan,
rekruitmen tidak memadai atau tidak tepat )

Faktor-faktor kegagalan bisnis yang penting (menurut urutannya) telah pula diteliti oleh
Deakin, 1991 (dalam Dylan, 1996), yaitu:
1. Lack of knowledge of marketing
2. Competing task demands from family/domestics sources
3. Problems of outlets
4. Lack of market awareness of product/service
5. The costs of business premises
6. Inappropriate business premises
7. Insufficient mark-up
8. Unacceptable risk

9. Change in home circumstances


10. Inappropriate size of premises
D. Akibat Kesulitan Keuangan Perusahaan
Kerugian utama perusahaan yang mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi adalah
peningkatan resiko kesulitan keuangan, dan akhirnya likuidasi. Hal ini mungkin mempunyai
pengaruh merugikan bagi pemilik ekuitas dan hutang (NetTel Africa, 2002).
Akibat kesulitan keuangan sebagai berikut:
- Resiko biaya kesulitan keuangan mempunyai dampak negatif terhadap nilai perusahaan
yang mengoffset nilai pembebasan pajak (tax relief) atas peningkatan level hutang.
- Jika pun manajer perusahaan menghindarkan likuidasi ketika kesulitan, hubungannya
dengan supplier, pelanggan, pekerja, dan kreditor menjadi rusak parah.
- Suplier penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih berhati-hati, atau bahkan
menghentikan pasokan sama sekali, jika mereka yakin tidak ada kesempatan peningkatan
perusahaan dalam beberapa bulan.
- Pelanggan mungkin mengembangkan hubungan dengan suplier mereka, dan merencanakan
sendiri produksi mereka dengan andaian ada keberlanjutan dari hubungan tersebut. Adanya
keraguan tentang longevity perusahaan tidak menjamin kontrak yang baik. Pelanggan
umumnya menginginkan jaminan bahwa perusahaan cukup stabil untuk menepati janji.
Situasi kesulitan keuangan mungkin juga membuat pekerja kurang termotivasi jika mereka
merasa semakin gelisah dalam bekerja dan prospek untuk maju sangat sedikit. Staf terbaik
akan bersiap pindah posisi ke perusahaan yang lebih aman.
Biaya-Biaya Kebangkrutan Langsung

Ketika niali perusahaan sama dengan nilai utangnya, maka perusahaan tersebut secara
ekonomis disebut bangkrut dalam arti ekuitasnya tidak memiliki nilai. Namun,
perpindahan aset secara formal kepada para pemegang saham merupakan suatu proses
legal, dan bukan ekonomis. Terdapat biaya legal dan administrasinya terkait dengan
kebangkrutan, dan sering dikatakan kebangkrutan bagi para pengacara sama artinya
dengan darah bagi ikan hiu.

Oleh karena biaya-biaya yang terkait dengan kebangkrutan, para pemegang


obligasi tidak akan mendapatkan nilai terutang mereka secara keseluruhan. Sebagian
aset-aset perusahaan tersebut akan hilang dalam proses legal menuju kebangkrutan.

Ini merupakan biaya-biaya legal dan administrasi yang terkait dengan proses
kebangkrutan. Kita menyebut biaya-biaya ini biaya kebangkrutan langsung (direct
bankruptcy costs).

Biaya-biaya kebangkrutan langsung ini merupakan kontra insentif pembiayaan


dengan utang. Jika suatu perusahaan menjadi bangkrut, maka, tiba-tiba sebagian dari
perusahaan tersebut menghilang. Ini disebut juga dengan pajak kebangkrutan. Maka
perusahaan menghadapi suatu pilihan :pinjaman akan menghemat uang perushaan
untuk pajak korporasi, tetapi semakin banyak yang dipinjam oleh suatu perusahaan,
semakin mungkin perusahaan tersebut akan menjadi bangkrut dan harus membayar
pajak kebangkrutan.
Biaya-Biaya Kebangkrutan Tidak Langsung

Oleh karena biaya untuk menjadi bangkrut amat mahal, suatu perusahaan akan
mengeluarkan segala sumber daya untuk menghindarinya. Ketika suatu perusahaan
sedang mengalami masalah besar dalam menghadapi kewajiban utang-utangnya, kita
menyebutnya sedang mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Sebagian
perusahaan yang sedang mengalami kesuliatan keuangan pada akhirnya mendaftarkan
diri untuk klain kebangkrutan, tetapi sebagian tidak melakukan hal ini karena mereka
dapat kembali pulih atau keluar dari kesulitan ini.

E. Mengevaluasi kondisi keuangan Timah Tbk menggunakan analisis patokan


(Antam Tbk, PGAS Tbk.)
Perbandingan rasio-rasio suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis dan
sebanding dengan rata-rata rasio industri. Idealnya perusahaan yang dipilih sebagai
perbandingan adalah perusahaan yang mempunyai produk serupa (memenuhi kebutuhan yang
sama, atau merupakan sustitusi saru sama lain), mempunyai strategi, ukuran dan umur yang
sama. Barangkali perbandingan dengan satu atau dua perusahaan yang serupa bisa dilakukan,
baik atas dasar kesamaan dari sisi permintaan, kesamaan dari atribut keuangan ataupun
kesamaan dari jenis bahan baku, andai data-data industri tidak ada.

Benchmark analysis

Tabel 3. Rasio Keuangan Perusahaan Pertambangan


Logam dan
Mineral di BEJ
PT Aneka
TambangTbk
199
7
Pendapatan(rug
i) per Saham
(Rp)

199
8

PT International
Nickel Indonesia
Tbk

PT Timah Tbk

199
9

1997

1998

1999

1997

199
8

199
9

56

243

183

178

45

156

353

1031

632

Ekuitas per
Saham (Rp)

913

1118

119
5

4549

4594

4750

1609

2513

276
2

Dividen per
Saham (Rp)

104

79,1
9

141

409

247

132
5

1625

140
0

6800

2800

6300

5900

5375

487
5

PER (x)

23,4
6

6,68

7,65

38,1
7

61,7
9

40,45

38,17

61,7
9

40,4
5

PBV (x)

1,45

1,45

1,17

1,49

0,61

1,33

1,49

0,61

1,33

Pembayaran
Dividen (%)

42,7
1

43,2
8

0,0793
%

0,07
88%

0,07
77%

Dividend Yield
(%)

6,39

5,66

Rasio Lancar
(x)

2,78

2,99

2,46

1,77

0,72

1,79

2,34

2,57

Hutang
terhadap
Ekuitas (x)

0,43

0,44

0,42

0,74

0,99

1,02

0,296

0,25
5

0,19
9

0,3

0,3

0,29

0,42

0,5

0,51

Margin Laba
Kotor (x)

0,44

0,56

0,43

0,25

0,06

0,18

0,427

0,66
9

0,44
3

Margin Laba
Operasi (x)

0,33

0,47

0,33

0,23

0,06

0,17

0,285

0,54
3

0,30
1

0,29

0,23

0,14

0,04

0,1

0,257

0,25
5

0,18
8

3,44

2,99

2,24

2,51

2,99

4,628

5,00

4,73

Penutupan
Harga (Rp)

Rasio leverage
(x)

Laba Bersih
Margin (x)
Perputaran

2,4

Persediaan (x)

Perputaran
Jumlah Aktiva
(x)

0,28

0,52

0,46

0,16

0,12

0,16

0,601

1,19
9

0,97
6

ROI (%)

4,34

15,1
4

10,8
1

2,26

0,5

1,62

30,86%

58,7
5%

41,7
6%

ROE (%)

6,19

21,7
5

15,3
1

3,92

0,99

3,28

22%

41%

22,9
%

Sumber: Direktori Pasar Modal Indonesia 2000.

very healthy
healthy
less healthy
poor

KESIMPULAN DAN SARAN


A.

KESIMPULAN
Penurunan profit yang dialamai PT Timah Tbk dan anak perusahaannya memiliki
pengaruh yang cukup signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dari analisis rasio
keuangan dan pembobotan dengan standar MenKeu yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa aspek finansial PT Timah Tbk berada pada kategori less healthy yang jika diperingkat

adalah BBB. Tetapi hasil ini masih lebih baik dibanding dengan perusahaan pesaing yaitu
Antam Tbk dan Nickel Indonesia Tbk.
B.

SARAN
Untuk perusahaan kesulitan keuangan yang sulit untuk menyerah dan berusaha meraih
survive, perusahaan akan berusaha untuk meyakinkan kreditur agar membekukan klaimnya
untuk sementara selagi perusahaan tersebut melakukan reorganisasi dan membangun kembali
operasi sampai diraih laba yang memuaskan. Pendekatan reorganisasi kebangkrutan ini dapat
dilakukan berdasarkan kemampuan perusahaan meyakinkan kreditur bahwa ia dapat berhasil
di pasar dengan mengimplementasikan strategi perencanaan baru. Ketika menghasilkan laba,
perusahaan dapat membayar kembali kreditur, barangkali secara penuh.
Tindakan lain yang dapat menciptakan bisnis yang lebih menguntungkan. Jika
rencana disetujui kreditur, perusahaan akan diberi peluang lain untuk menghindari likuidasi
dan lahir kembali dari kebangkrutan.

Anda mungkin juga menyukai