Anda di halaman 1dari 44

TUGAS KELOMPOK ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PT WASKITA KARYA

KELOMPOK 4

KELAS 5-01

ANGGOTA:

Andre Khaesi Siringo – Ringo (02) 1302170842


Dea Prinastithi Dewi (8) 1302170369
Dian Novia Lumbantobing (10) 1302170838
Dinda Putri N. P. H. (11) 1302171155
Ikrima Anggita Pertiwi (16) 1302170943
Kevin Jordy Reynaldi (18) 1302171149
Muhammad Fariz Rizanda (24) 1302170916
Muhammad Naufal Alviano (26) 1302171054
Nias Meilia Shofa (29) 1302171153
Seva Permata Aziz (34) 1302170469
DAFTAR ISI

1. RANGKUMAN EKSEKUTIF..............................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................................3
1.2 TUJUAN.........................................................................................................................................3
1.3 GAMBARAN UMUM...................................................................................................................3
2. LINGKUNGAN BISNIS dan STRATEGI ANALISIS PT WASKITA KARYA Tbk dan
ENTITAS ANAK.......................................................................................................................................4
2.1 Lingkungan Bisnis...........................................................................................................................4
2.2 Strategi Kompetitif.........................................................................................................................7
2.2 Analisis Strategi Perusahaan.........................................................................................................8
3. ACCOUNTING ANALYSIS............................................................................................................9
3.1 Overview Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Akuntansi.....................................9
3.1.1 Suara dari Aturan Akuntansi...........................................................................................9
3.1.2 Perkiraan atau Estimasi Kesalahan.................................................................................9
3.1.3 Insentif Mempengaruhi Pilihan Akuntansi Perusahaan...............................................10
3.2 Six Steps in Accounting Analysis..................................................................................................11
3.2.1 Identifikasi Kunci Kebijakan Akuntansi..............................................................................11
3.2.2 Menilai Fleksibilitas Akuntansi.............................................................................................12
3.2.3 Evaluasi Strategi Akuntansi...................................................................................................12
3.2.4 Mengevaluasi Kualitas Pengungkapan...........................................................................12
3.2.5. Mengidentifikasi Potential Red Flags...................................................................................12
3.2.6. Membatalkan Distorsi Akuntansi.........................................................................................15
4. FINANCIAL ANALYSIS...................................................................................................................16
4.1 Recast Financial Statements.........................................................................................................16
4.2 Common Size Statements..............................................................................................................16
4.3 Rasio dan Grafik............................................................................................................................17
4.4 Analisis Laporan Keuangan....................................................................................................18
4.5 Analisis Resiko.........................................................................................................................18
4.6 Interpretasi dari Laporan Keuangan.....................................................................................18
5.1 Appendix 1 : Persentase Progres Infrastrutur Indonesia Berdasarkan Jenis ..........................27
5.2 Appendix 2 : Akselerasi Pertumbuhan Melalui Pembangunan Infrastruktur.........................28
5.3 Appendix 7 : PT WASKITA KARYA Common Size.................................................................29
5.4 Appendix 8 Rasio Keuangan.........................................................................................................35
5.5 Appendix 9: Analysis of Cash Flows............................................................................................35
1. RANGKUMAN EKSEKUTIF
1.1 LATAR BELAKANG
Keberadaan informasi berkualitas baik sangat penting dalam pengambilan
keputusan pada suatu entitas. Dalam bisnis, informasi ini dapat diketahui melalui laporan
keuangan. Laporan keuangan harus dapat memberikan gambaran kondisi bisnis di suatu
perusahaan yang realistis dan objektif. Namun, fleksibitas keputusan manajer terhadap
IFRS sering kali membuat beberapa bias sehingga berakibat tidak menggambarkan
perusahaan dengan sifat bisnisnya. Maka dari itu, laporan keuangan tersebut
membutuhkan evaluasi untuk mengetahui apakah bisnis yang dijalankan memiliki resiko-
resiko yang mungkin terjadi serta untuk mengetahui sejauh mana kemungkinan
prospeknya sehingga disinilah analisis bisnis diperlukan.

Laporan ini adalah representasi dari analisis laporan keuangan di PT Waskita


Karya (Persero) Tbk selama 4 tahun terakhir. PT Waskita Karya (Persero) Tbk adalah
perusahaan yang mengembangkan bisnisnya sebagai kontraktor umum yang terlibat
dalam berbagai kegiatan konstruksi besar seperti jalan raya, jembatan, lapangan udara,
pelabuhan, pabrik limbah, pabrik semen, serta pabrik dan fasilitas industri lainnya.
Perusahaann ini memiliki kepemilikan langsung dan tidak langsung lebih dari 50 %
saham pada entitas anak yang dikonsolidasi.

1.2 TUJUAN
Tujuan laporan ini adalah untuk menganalisis posisi bisnis PT Waskita Karya
(Persero) Tbk industrinya dan menyusun kembali laporan keuangannya. Output dari
laporan ini dapat digunakan sebagai dasar pembelajaran bagi mahasiswa Politeknik
Keuangan STAN untuk mengetahui bagaimanakah proses-proses dalam analisis bisnis
yang tepat.

1.3 GAMBARAN UMUM


Laporan ini menganalisis PT Waskita Karya (Persero) Tbk melalui lingkungan
bisnis dan analisis strategi, analisis akuntansi, serta analisis keuangan. Lingkungan bisnis
dan analisis strategi menunjukkan posisi PT Waskita Karya (Persero) Tbk di lingkungan
industri konstruksi umum. Analisis akuntansi mengidentifikasi distorsi dalam aset,
kewajiban, dan ekuitas berdasarkan fleksibilitas keputusan manajer. Analisis tersebut
akan menggambarkan laporan keuangan PT Waskita Karya yang telah diolah kembali.
Analisis Keuangan membahas tentang bagaimanakah laporan keuangan PT Waskita
Karya Tbk digunakan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan dan
untuk menilai kinerja keuangan perusahaan di masa depan yang mencakup analisis
potensi keuntungan, analisis resiko, analisis sumber dan penggunaan dana.

Source :

https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-analisis-bisnis.html

https://www.waskita.co.id/pages/about/company-profile?lang=id

Group 2 Class 5-01. 2018. PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk Bussines Analysis and Valuation

2. LINGKUNGAN BISNIS dan STRATEGI ANALISIS PT WASKITA KARYA


Tbk dan ENTITAS ANAK
2.1 Lingkungan Bisnis

Analisis Lingkungan Bisnis

Sektor konstruksi di Indonesia akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang


siginifikan. Permintaan tersebut dikarenakan tingginya pertumbuhan sektor properti dan
adanya investasi publik yang dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk pembangunan
infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang digiatkan oleh pemerintahan saat ini
dilakukan untuk melakukan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia agar
pembangunan tidak hanya berpusat di satu pulau saja. Melihat keadaan geografis
Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan dipisahkan oleh laut maka infrastruktur
sangatlah dibutuhkan agar tidak ada wilayah Indonesia yang tertinggal. Melihat
pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia maka tak heran jika bidang konstruksi
saat ini memiliki potensi yang sangat besar.
BPS melaporkan bahwa peran penting sektor konstruksi dapat dicerminkan oleh
besaran kontribusi sektor tersebut terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2018
yang tercatat sebesar Rp1.562,3 triliun, atau setara dengan 10,53% dari jumlah
keseluruhan sebesar Rp14.837,4 triliun. Dari laporan BCI economics yang merupakan
divisi BCI Asia menyatakan bahwa perkembangan dunia konstruksi diwarnai proyek sipil
sebanyak 64% berbanding proyek pembangunan gedung (36%). Meski masih didominasi
oleh pembangunan sektor sipil, terlihat sektor ini akan mengalami penurunan sebanyak
4,6% dengan nilai Rp267,146 triliun. Hal ini disebabkan pada tahun 2019 pemerintah
merevisi target dalam pembangunan utilitas. Residensial masih menjadi pembangunan
yang mewarnai sektor gedung di tahun 2018. Pembangunan gedung sendiri diprediksi
masih akan meraih Rp152,003 triliun pada 2019 dengan penurunan 0,4% dibandingkan
pada tahun 2018. Meski perkembangan konstruksi sipil akan mengalami penurunan,
optimisme dalam sektor lainnya tentu masih tetap memuncak.

Persaingan diantara organisasi sejenis


Tingginya permintaan akan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah dan
banyaknya permintaan pembangunan gedung dalam rangka investasi properti
mencerminkan bahwa sektor konstruksi saat ini sedang berada dalam posisi yang positif.
Melihat suasana yang mendukung menyebabkan perusahaan konstruksi bertumbuh di
Indonesia sehingga perusahaan perusahaan tersebut saling memberikan performa terbaik
mereka agar dapat bersaing di pasar. Hingga saat ini perusahaan konstruksi yang terbesar
di Indonesia saat ini salah satunya PT Adhi Karya Tbk yang memiliki anak perusahaan
seperti seperti Adhi Persada Beton, Adhi Persada Gedung dan Adhi Persada Properti. dan
dapat dikatakan menjadi saingan PT Waskita Karya Tbk yang memiliki anak perusahaan
seperti PT Waskita Toll Road, PT Waskita Karya Realty dan lain-lain. Persaingan yang
terjadi seperti persaingan harga antar industri konstruksi, lalu persaingan dalam
meningkatkan inovasi atau desain kreativitas. Bagi perusahaan kecil tantangannya adalah
keberlangsungan perusahaannya jika terjadi penurunan harga dan pelanggan masih belum
tetap begitu juga modal yang terbatas. Sehinnga persaingan antar usaha sejenis dapat
dikatakan kuat.

Ancaman Bagi Perusahaan Baru


Dunia usaha konstruksi saat ini memiliki potensi yang baik melihat kebutuhan
akan pembangunan yang dilakukan oleh sektor pemerintah dan sektor publik. Melihat
prospek usaha yang menjanjikan maka kemunculan pendatang baru akan meningkat.
Profit yang didapatkan oleh usaha konstruksi juga dilihat memiliki jumlah yang besar
sehingga hal ini meyakinkan para pendatang baru untuk berani mencoba memasuki
industri ini. Dari segi skala ekonomis kebutuhan modal yang dibutuhkan untuk usaha
konstruksi ini tidak terlalu besar jika dibandingkan untuk membuka industri penerbangan.
Sehingga dari segi skala modal banyak pendatang baru yang merasa memiliki modal
yang cukup untuk membuka bisnis di industri ini. Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa
ancaman bagi perusahaan baru termasuk lemah.

Ancaman Produk Pengganti


Pembangunan infrastuktur yang meningkat membuat para pengusaha bidang
konstruksi bersaing. Setiap perusahaan konstruksi sejenis akan menggunakan strategi
yang berbeda yang menarik perhatian konsumen sehingga mampu bertahan di pasar
konstruksi. Strategi perusahaan konstruksi misalkan membuat harga relatif. Strategi ini
sangat menarik minat konsumen untuk melirik perusahaan konstruksi yang memasang
harga relatif selain itu membuat harga relatif strategi lainnya adalah dari segi kinerja
perusahaan. Setiap perusahaan akan meningkatkan dan mempertahankan kinerja
perusahaan sehingga konsumen semakin percaya terhadap perusahaan tersebut. Dan saat
ini perusahaan juga dituntut memiliki strategi untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh
konsumen. Namun, untuk saat ini pembangunan di bidang konstruksi yang meningkat
akibat tingginya permintaan tetap saja membuat perusahaan konstruksi merambat luas.
Jadi dapat dikatakan bahwa range untuk ancaman ini lemah.
Daya Tawar Konsumen
Konsumen perusahaan konstruksi adalah sektor publik dan sektor privat yang
ingin melakukan pembangunan infrasturtur dan gedung. Peningkatan ini terjadi karena
melihat adanya peningkatan pada sektor investasi properti dan juga terjadi karena tujuan
utama pemerintahan saat ini yaitu pemerataan pembangunan. Peningkatan jumlah
konstruksi membuat banyaknya pilihan bagi pelanggan sehingga dapat meningkatkan daya
tawar konsumen. Walaupun demikian, pihak penyedia jasa (kontraktor) akan tetap
meningkatkan tawar-menawar dengan cara memberikan keunggulan dalam hal
pengalaman, keahlian, kemampuan dalam menciptakan construction method yang efektif
dan efisien, serta kemampuan manajerial maupun teknis
Daya Tawar Pemasok
Kebutuhan akan infrastruktur, gedung dan lain-lain membuat pasar konstruksi
tetap bertahan hingga saat ini. Banyaknya pembangunan yang sedang dilakukan di
wilayah Indonesia memiliki arti bahwa bahan-bahan yang digunakan juga semakin
banyak. Untuk memenuhi hal tersebut maka jumlah para pemasok juga semakin banyak
bermunculan yang tidak akan menyebabkan sebuah perusahaan hanya bergantung kepada
satu pemasok saja. Akan tetapi perusahaan yang berskala besar akan melakukan kontrak
kerja sama dengan pemasok yang dapat dipercayai untuk menyediakan barang-barang
yang dibutuhkan oleh perusahaan. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama
dengan pemasok lainnya jika terjadi hal yang membuat kerjasama tersebut putus. Para
pemasok juga akan membuat strategi bagaimana produk-produknya dibeli oleh konsumen
sehingga daya tawar pemasok untuk usaha konstruksi dapat dikatakan rendah.

2.2 Strategi Kompetitif


Semakin banyaknya permintaan pembangunan infrastruktur, PT Waskita Karya
harus memastikan bahwa perusahaan mereka tetap bisa bersaing dalam pasar. Strategi
biaya rendah (cost leadership) dan kekuatan serta kelemahan (strength and weakness) PT
Waskita Karya dijelaskan berikut ini.

Strategi Biaya Rendah

Dari awal perkembangannya, PT Waskita Karya memiliki program cost


reduction. Dengan strategi ini, perusahaan mampu memiliki margin kotor yang terbilang
besar dibandingkan perusahaan lain dalam industri sejenis. Hal ini terlihat pada margin
kotor tahun 2018 yang mencapai angka 18,17% dari pendapatan usaha. Sementara salah
satu kompetitornya hanya memiliki margin kotor sebesar 16,01% pada tahun 2018.

Kekuatan dan Kelemahan

Pada tahun 2019 ini, PT Waskita Karya menjadi yang pertama dan satu-satunya
BUMN Karya hingga saat ini yang mendapatkan penghargaan di WSO Award 2019.
Selain penghargaan tingkat dunia tersebut, PT Waskita Karya juga memperoleh 33
sertifikat zero accident dari Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian PUPR.
Kekuatan brand PT Waskita Karya sudah diakui di dalam dan luar negeri, terutama
dalam mengedepankan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini sesuai dengan
prinsip keamanan dalam bekerja yang dipegang oleh PT Waskita Karya dengan
memperhatikan aspek Quality, Healthy, and Safety. Meski begitu, keselamatan kerja ini
masih perlu ditingkatkan dan diawasi oleh manajemen PT Waskita Karya karena adanya
jumlah kecelakaan kerja yang banyak pada tahun 2018.

PT Waskita Karya memiliki reputasi dan customer base besar, serta memiliki
produk berkualitas dengan menerapkan standar mutu internasional. Standar mutu tersebut
antara lain ISO 14001:2015 (Sistem Manajemen Lingkungan), OHSAS 18001:2007
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja), ISO 9001:2015 (Sistem Manajemen Mutu), serta
Sertifikasi Audit Sistem Manajemen Pengamanan (Sistem Manajemen Pengamanan
Swakarsa).

2.2 Analisis Strategi Perusahaan


Strategi PT Waskita Karya
PT Waskita Karya memiliki tema strategi untuk periode 5 tahun guna mencapai
visi dan misi perusahaan, serta pengembangan usaha. Tema strategi ini dibagi menjadi 3
pokok, yaitu Pengembangan (2014), Realisasi (2015-2016), dan Berkelanjutan (2017-
2019).
Strategi pengembangan memfokuskan perusahaan untuk bisa mengembangkan
produk-produk baru, seperti konstruksi yang berbasis kepada K3LM (Green
Construction), semakin banyaknya proyek EPC, Energi, Investasi di infrastruktur dan
property/realty serta proyek-proyek unggulan lain.
Dalam tema strategi realisasi, perusahaan mencanangkan pencapaian kinerja
sesuai dengan RJPP (Rencana Jangka Panjang Perusahaan) atau corporate plan.
Perusahaan mampu memiliki arus kas operasi positif dengan pertumbuhan penjualan dan
laba bersih yang baik. Pengembangan bisnis dilakukan dengan visi dan strategi agar tetap
sesuai (strategy fit) dengn perubahan lingkungan usaha dan RJPP digunakan sebagai
acuan kontrol.
Strategi berkelanjutan dilakukan dengan tujuan agar perusahaan dapat mengelola
dan melaksanakan konsep bisnisnya dengan baik dan terintegrasi, serta siap
mengantisipasi segala perubahan yang terjadi berkaitan dengan kondisi lingkungan
internal maupun eksternal, sehingga dapat memenangkan persaingan secara berkelanjutan
(sustainable competitive advantage).

Peluang dan Ancaman

PT Waskita Karya telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU)


dengan perusahaan kontraktor asal Korea Selatan, Hyundai Engineering & Construction
(HDEC). Penandatanganan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis dan
komersial serta promosi peluang bisnis di pasar konstruksi internasional. PT Waskita
Karya bermitra dengan HDEC dengan memberikan proposal kompetitif berdasarkan
kekayaan sumber daya teknis, keuangan, keahlian, pengalaman, dan lainnya. Dengan
adanya kerja sama ini, PT Waskita Karya berpeluang sebagai mitra strategis global dan
menjangkau dunia internasional. Hal ini merupakan hal yang sangat bagus untuk
mengembangkan bisnis perusahaan. Namun, fluktuasi nilai tukar rupiah menjadi salah
satu ancaman yang perlu diperhatikan oleh PT Waskita Karya sebagai perusahaan
kontraktor yang mulai merambah ke dunia internasional.

Referensi

PT Waskita Karya Investor Relations, Annual Reports 2018. PT Waskita Karya (Persero)
Tbk., 2018.

PT Adhi Karya Hubungan Investor, Laporan Keuangan Audit Tahun 2018. PT Adhi
Karya (Persero) Tbk., 2018.

Sapacerita. 2016. Strategi Kompetitif Menurut Porter.


https://sapacerita.blogspot.com/2016/04/strategi-kompetitif-menurut-porter.html (diakses
pada 20 Oktober).

Ronal. 2019. Waskita Karya Raih Penghargaan WSO Award 2019.


https://pasardana.id/news/2019/10/17/waskita-karya-raih-penghargaan-wso-award-2019/
(diakses pada 20 Oktober).

Aprianus Doni Tolok. 2019. Waskita Raih Sepasang Penghargaan Dari TNI AD.
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190914/45/1148370/waskita-raih-sepasang-
penghargaan-dari-tni-ad (diakses pada 20 Oktober).
Chandra Iswinarno. 2019. Waskita Karya Tandatangani MoU Dengan HDEC Tingkatkan
Bisnis Konstruksi. https://www.suara.com/bisnis/2019/06/20/000408/waskita-karya-
tandatangani-mou-dengan-hdec-tingkatkan-bisnis-konstruksi (diakses pada 20 Oktober).

Andri Donnal Putra. 2018. Rini: Banyak Kelemahan di Waskita Karya, Terutama
Direktur Operasi. https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/21/162745926/rini-banyak-
kelemahan-di-waskita-karya-terutama-direktur-operasi (diakses pada 20 Oktober).

Ruisa Khoiriyah, Dessy Rosaliana. 2012. Tawaran Rezeki Konstruksi Emiten Baru Pelat
Merah. https://investasi.kontan.co.id/news/tawaran-rezeki-konstruksi-emiten-baru-pelat-
merah (diakses pada 20 Oktober).

3. ACCOUNTING ANALYSIS
3.1 Overview Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Akuntansi
3.1.1 Suara dari Aturan Akuntansi

Perusahaan menggunakan SAK (Standar Akuntansi Keuangan – Financial


Accounting Standard) dalam mengonsolidasikan informasi akuntansinya, sehingga
perusahaan fleksibel dalam membuat laporan keuangan. Dasar pengukuran dalam
penyusunan laporan keuangan konsolidasian adalah konsep biaya perolehan (historical
cost), kecuali untuk akun aset tetap yang telah dinilai kembali (revaluasi) di tahun 2000,
investasi dalam efek tertentu yang dicatat sebesar nilai wajarnya, persediaan yang
dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara harga perolehan dan nilai realisasi
bersih (the lower of cost or net realizable value). Laporan keuangan konsolidasian
disusun dengan menggunakan metode akrual kecuali untuk laporan arus kas
konsolidasian. Laporan arus kas konsolidasian disusun dengan menggunakan metode
langsung (direct method) dengan mengelompokkan arus kas ke dalam aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan. Mata uang penyajian dan fungsional yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan ini adalah Rupiah.

3.1.2 Perkiraan atau Estimasi Kesalahan

Penggunaan kebijakan atau aturan akuntansi mempengaruhi prediksi kesalahan


karena keterbatasan kemampuan manajer untuk memprediksi akibat dari transaksi masa
depan. Penyusunan laporan keuangan Perusahaan dan Entitas Anak sesuai dengan
Standar Akuntansi keuangan di Indonesia mengharuskan manajemen untuk membuat
estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan liabilitas pada tanggal laporan
keuangan konsolidasian serta jumlah pendapatan dan beban selama tahun pelaporan.
Nilai aset, liabilitas, pendapatan dan beban sebenarnya kemungkinan berbeda. Yang di
estimasikan oleh PT Waskita Karya adalah estimasi umur manfaat, imbalan pascakerja,
penyisihan penurunan nilai piutang, pajak penghasilan, provisi dan kontijensi.

3.1.3 Insentif Mempengaruhi Pilihan Akuntansi Perusahaan

Guna mencapai visi dan misi Perusahaan, dan pengembangan usaha yang dimulai
pada 2014, Perseroan telah menyusun tema stategi (strategic theme) untuk periode 5
tahun yang dibagi menjadi 3 hal pokok sebagai berikut:

• Pengembangan (2014)

Tema strategi ini memfokuskan kepada perusahaan untuk bisa mengembangkan


produk-produk baru misalnya konstruksi yang berbasis kepada K3LM (Green
Construction), semakin banyaknya proyek-proyek Engineering Procurement Construction
(EPC), Energi, Investasi di infrastruktur dan property/realty serta proyekproyek unggulan
lainnya. Hal ini didukung oleh sistem dan tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang
memadai.

• Realisasi (2015-2016)

Tahun 2015 hingga 2016, Perseroan mencanangkan sebagai tahun untuk


pencapaian kinerja sesuai dengan RJPP. Perusahaan mampu memiliki arus kas operasi
yang positif didukung dengan pertumbuhan penjualan dan laba bersih yang cukup baik.
Pengembangan bisnis dilakukan melalui penajaman visi dan strategi agar tetap sesuai
(strategy fit) dengan perubahan lingkungan usaha, dengan acuan kontrol melalu Rencana
Jangka Panjang Perusahaan (Corporate Plan).

• Berkelanjutan (2017 - 2019)

Strategi ini dilakukan dengan tujuan agar perusahaan dapat mengelola dan
melaksanakan konsep bisnisnya dengan baik dan terintegrasi, serta siap mengantisipasi
segala perubahan yang terjadi berkaitan dengan kondisi lingkungan internal maupun
eksternal, sehingga dapat memenangkan persaingan secara berkelanjutan (sustainable
competitive advantage).
Fokus PT Waskita Karya yaitu pada:

1. Tetap pada core business dengan perluasan pasar baru di bisnis sektor yang terkait
yaitu beton precast, property/realty, investasi di jalan tol dan energi.
2. Fokus pada sektor pemerintah dan pekerjaan sipil potensi dari sipil khususnya
penggarapan proyek-proyek infrastruktur besar.
3. Peningkatan daya saing melalui perbaikan sistem kerja dan perbaikan struktur
permodalan.
4. Peningkatan kerja sama dengan mitra strategis dan aktivitas EPC;
5. Fokus pada penerapan value engineering.
6. Peningkatan margin melalui cost reduction program dan diversifikasi usaha.
7. Memperbesar pasar luar negeri.
8. Meningkatkan sistem IT dengan penerapan Enterprise Resources Planning (ERP).

3.2 Six Steps in Accounting Analysis


3.2.1 Identifikasi Kunci Kebijakan Akuntansi
PT Waskita Karya saat ini sudah menerapkan konsep best practice dan prinsip-
prinsip Corporate Governance. Hal itu merupakan salah satu kunci kesuksesan emiten ini
dalam dunia bisnisnya baik di Indonesia dan di luar negeri. Komitmen tersebut juga
diiringi dengan pengelolaan perusahaan yang dilakukan secara profesional,
transparan, dan mandiri. Waskita karya senantiasa mengendepankan prinisp keamanan
dalam bekerja dengan selalu memperhatikan aspek Quality, Health, Safety dan
Environment sebagai prioritas perseroan dalam berkontribusi pada percepatan
pembangunan infrastruktur nasional dengan memiliki standar operasional yang bermutu
tinggi dan didasari oleh prinsip-prinsip good corporate governance (GCG) yang
merupakan kunci utama dalam mewujudkan kinerja nyata dalam membangun negeri.
Disamping itu, kesuksesan PT Waskita Karya juga disebabkan karena perusahaan
mampu menyeimbangkan portofolio investasi perusahaan, Fokus pada penerapan value
engineering, dan peningkatan margin melalui cost reduction program dan diversifikasi
usaha.

3.2.2 Menilai Fleksibilitas Akuntansi


Waskita Karya salah satu pendapatan utamanya adalah Penjualan Jasa Konstruksi yang
diberikan kepada pemberi kerja. Karena konstruksi merupakan proyek multi years, maka
perusahaan memiliki kebebasan dalam memilih metode pengakuan pendapatan penjualan
jasa konstruksi. Perusahaan dapat memilih metode persentase penyelesaian (percentage
of completion method) atau metode kontrak selesai (completed contract method/cost
recovery method). Disamping itu, perusahaan juga memiliki fleksibilitas dalam memilih
metode depresiasi dan estimasi piutang tak tertagih (allowance for doubtful account)
untuk menghitung piutang yang dapat direalisasi.

3.2.3 Evaluasi Strategi Akuntansi


Strategi akuntansi adalah tercermin dari laporan tahunan perusahaan. Waskita
Karya menerapkan metode persentase penyelesaian (percentage of completion method)
dalam pengakuan pendapatan jasa konstruksi adalah dengan tujuan untuk meningkatkan
performa laporan laba rugi perusahaan dari sisi pendapatan (revenue). Sehingga setiap
kali perusahaan melakukan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan tingkat
penyelesaiannya mendapatkan arus kas masuk, sehingga perputaran uang dan bisnisnya
cepat. Juga dapat meningkatkan rasio-rasio keuangan perusahaan terutama dalam hal
likuiditas dan solvabilitas.

3.2.4 Mengevaluasi Kualitas Pengungkapan


Kualitas pengungkapan Waskita Karya tahun 2018 lebih rendah di banding tahun
sebelumnya. Hal tersebut bisa disimpulkan dari Nilai Pengungkapan Informasi dan
Transparansi yang berada pada Indikator Parameter Hasil Assessment GCG. Walaupun
presentasi skor yang di dapat lebih rendah dari tahun sebelumnya, namun masih masuk
dalam kategori “Sangat Baik” yaitu pada nilai 85,21 pada tahun 2018.

https://www.waskita.co.id/img/annualreport/files/2939d12ffa473d0d4694c3f67cdf8cb8.p
df

3.2.5. Mengidentifikasi Potential Red Flags


1. Kemungkinan Adanya “Proyek Fiktif”

Di PT Waskita Karya, Tbk. yang umumnya menjadi masalah adalah pengakuan


pendapatan dan beban yang berasal dari pengerjaan proyek. Kasus yang umum terjadi
adalah ketika pekerjaan belum sepenuhnya selesai di tanggal cut-off namun sisa
perkerjaan nilai atau persentasenya kecil. Pihak kontraktor dan pihak pemberi kerja sudah
menyetujui untuk mengakui pendapatan 100% di tahun terkait.

Berdasarkan praktik sekarang, secara garis besar manajer proyek bertanggung


jawab atas efisiensi biaya pada suatu proyek (cost center), yang artinya kinerjanya dinilai
baik apabila manajer proyek dapat mengoptimalkan biaya seefisien mungkin, sekaligus
bertanggung jawab pula atas pendapatan (revenue center). Dengan praktik seperti itu,
timbul suatu risiko dimana mungkin saja manajer proyek akan melakukan understatement
biaya untuk memperoleh reward/penghargaan. Jika manajer proyek dapat mencapai rasio
beban kontrak per pendapatan usaha di bawah 90 persen maka akan diberikan reward
proporsional, dengan komposisi pembagian tidak hanya kepada proyek tetapi juga kepada
divisi, unit bisnis, dan kantor pusat, namun persentase paling besar adalah untuk manajer
proyek.

Selain reward terdapat pula sanksi apabila rasio beban kontrak per pendapatan
usaha di atas nilai 90 persen, yaitu penundaan gaji dan penundaan jabatan minimal dua
tahun. Adanya sanksi ini pun dapat memperbesar risiko understatement biaya proyek.

PT Waskita Karya, Tbk. juga diduga tersandung kasus korupsi 14 proyek


infrastruktur yang diduga dikorupsi oleh pejabat Waskita Karya. Proyek tersebut tersebar
di Sumatera Utara, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Bali, Kalimantan Timur, hingga Papua.
Sumber :

http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-08/S45300-Renjani%20Ekalaya%20Savira
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190628102958-12-407260/kasus-14-
proyek-fiktif-kpk-periksa-petinggi-waskita-karya

2. Banyaknya Transaksi Entitas Perusahaan ke Entitas Anak

3. Saldo Net Income Lebih Tinggi Dibandingkan Operating Cash Flow


3.2.6. Membatalkan Distorsi Akuntansi
Dari analisis potential Red Flags diatas, potensi Red Flags yang dianggap
“dibatalkan” adalah pengakuan pendapatan yang berasal dari pengerjaan proyek. Itu
harus “dibatalkan” karena pendapatan tersebut diakui bukan pada jumlah yang
sebenarnya sehingga jumlah pendapatan tidak mencerminkan angka yang sebenarnya
atau dengan kata lain perusahaan telah mengakui pendapatan lebih awal. Prinsipnya,
pendapatan itu diakui ketika perusahaan telah melakukan pekerjaannya atau ketika telah
dapat ditagih. Selain itu, dari hasil perhitungan dengan membandingkan perusahaan
sejenis yaitu PT Adhi Karya terdapat beban depresiasi yang menghasilkan hasil akhir
sebesar 6% tingkat materialitasnya terhadap Net Income.
4. FINANCIAL ANALYSIS
4.1 Recast Financial Statements
Untuk mencerminkan manfaat finansial aktual yang diperoleh perusahaan,
laporan keuangan perlu disesuaikan. Juga, karena kadang-kadang ada perbedaan dalam
estimasi dan metode antara perusahaan atau untuk perusahaan yang sama dari waktu ke
waktu, itu adalah suatu keharusan untuk menilai apakah mereka mencerminkan
perbedaan bisnis yang sah atau perbedaan dalam penilaian atau bias manajerial.
Recasting adalah metode akuntansi yang disetujui dalam menyajikan kembali laporan
keuangan dengan menghapus atau menyesuaikan item yang tidak terkait dengan bisnis
perusahaan yang sedang berjalan. Setiap perusahaan biasanya menggunakan format dan
terminologi yang agak berbeda untuk menyajikan hasil pembiayaan mereka.

Dengan menyusun kembali, laporan keuangan diubah menjadi nomenklatur


pelaporan standar dan format untuk membantu memastikan bahwa metrik kinerja yang
digunakan untuk analisis keuangan dihitung menggunakan definisi yang sebanding di
seluruh perusahaan dan dari waktu ke waktu. Dengan laporan keuangan dalam templat
terstandarisasi, poin yang perlu disesuaikan dapat ditentukan dengan mengidentifikasi
distorsi akuntansi. Dalam laporan mengenai laporan keuangan PT Waskita Karya ini,
hasil akhir dari penyimpangan akuntansi akan menunjukkan kinerja yang lebih transparan
yang dilakukan oleh perusahaan seperti yang ditunjukkan pada bagian Analisis Akuntansi
3.2.6.

4.2 Common Size Statements


Salah satu alat yang digunakan manajer keuangan untuk menganalisis laporan
keuangan adalah dengan mencatat Common-Size Statements . Pernyataan Common-Size
memudahkan untuk membandingkan keuangan perusahaan yang berbeda ukuran atau
membandingkan perusahaan dengan periode yang berbeda. Ini digunakan untuk
mengevaluasi laporan keuangan dengan menyatakan setiap item baris sebagai persentase
dari jumlah dasar untuk periode itu. Membuat laporan keuangan terstandarisasi dengan
mengungkapkan item-item secara proporsional dengan ukuran terkait ukuran nantinya
akan mengungkapkan tren dan memberikan wawasan tentang bagaimana perbedaan
perusahaan. Untuk PT Waskita Karya, Pernyataan Common Size untuk neraca dan
laporan laba rugi akan ditampilkan di bagian 4.6.

4.3 Rasio dan Grafik


Alat lain yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja dan kesehatan keuangan
perusahaan dengan menggunakan data dari laporan keuangan saat ini dan historis adalah
analisis rasio. Ini bekerja dengan memperoleh indikasi cepat tentang operasi dan kinerja
keuangan perusahaan di beberapa bidang utama seperti efisiensi, likuiditas, profitabilitas,
dan solvabilitas. Kesimpulan yang ditarik setelah secara khusus dapat berguna untuk
menilai untuk membandingkan kinerja perusahaan dari waktu ke waktu untuk memahami
apakah perusahaan berkembang atau hanya berjalan di tempat. Juga bermanfaat untuk
membandingkan posisi keuangan perusahaan dengan rata-rata industri atau
membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain dari sektor operasi yang sama untuk
mengetahui posisinya dalam bisnis. Laporan ini akan menyajikan analisis rasio PT
Waskita Karya beserta grafik yang diperlukan untuk memahaminya dengan lebih baik
dan juga akan mengeksplorasi dampak dari hasil analisis bagi perusahaan. Di sini
diberikan beberapa formula rasio untuk mengevaluasi kinerja bisnis.

Current Asset
Current Ratio =
Current Debt

Total Liabilities
Liabilities to Total Assets Ratio =
Total Asset

Total Liabilities
Total Debt to Equity Ratio =
Total Equity

Longterm Liabilities
Long Term Debt to Equity =
Total Equity

Net Income
Profit Margin =
Net Sales
Net Sales
Asset Turnover =
Average Total Assets

Net Income
Return on Equity =
Average Shareholder Equity

Net Income
Return on Asset =
Total Assets

4.4 Analisis Laporan Keuangan

Sangat penting untuk membuat dan menyajikan catatan atas laporan arus kas
untuk mempertahankan bisnis dan meyakinkan bahwa perusahaan bisa terus bertahan
karena bisa saja terjadi kasus di mana perusahaan mengakui pendapatan tetapi tidak
meneriman dengan sebenar-benarnya. Dengan menganalisa laporan arus kas dari
perusahaan, kualitas dari pendapatan bisa diketahui secara jelas aliran keluar masuk kas
selama periode waktu tertentu untuk memastikan kondisi likuiditasn dan solvabilitas
jangka panjang dari perusahaan.

4.5 Analisis Resiko

Dalam menjalankan setiap bisnisnya, setiap perusahaan memiliki kendala dan


hambatannya masing-masing dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan yang
bisa menjadi resiko yang berbahaya. Untuk meminimalisir efek negatif dari resiko yang
ditimbulkan dan memastikan bahwa perusahaan akan terus melaksanakan usahanya,
analisis resiko sangat diperlukan dan harus dilakukan sesuai dengan resiko yang ada.
Analisis resiko adalah proses mengidentifikasi dan memperkirakan kemungkinan adanya
resiko yang merugikan yang bisa menimbulkan efek negatif terhadap perusahaan atau
kegiatan operasional. Ini digunakan untuk mengidentifikasi resiko sehingga tindakan dan
keputusan seperti mitigasi dan penghindaran resiko dapat diambil atau dicegah
berdasarkan tingkat dampaknya terhadap perusahaan sehingga perusahaanlah yang
menanggung kejadian seperti ini. Dalam laporan ini untuk masalah yang tidak
menguntungkan bagi PT Waskita Karya akan disajikan di bagian 4.6

4.6 Interpretasi dari Laporan Keuangan


Laporan Keuangan yang Umum

Analisis terhadap ukuran umum termasuk analisis vertikal dan horizontal adalah
alat yang paling sempurna untuk memmbandingkan perusahaan dengan ukuran yang
berbeda tetapi masih dalam satu kegiatan usaha yang sama. Dengan dilakukannya analisis
terhadap laporan keuangan yang umum, “Internal Make Up” dan setiap akun dalam
transaksi bisa kita evaluasi. Hasil dari pengukuran proporsional dari aset, kewajiban,
pendapatan, dan beban.

Lebih jelas analisis dari kinerja perusahaan bisa dilihat dari laporan keuangan
yang umum dimiliki perusahaan, dimana nilai yang disajikan secara presentatif. Dari
laporan umum laba rugi komprehensif milik perusahaan PT Waskita Karya dalam
Appendix 7 dapat diketahui bahwa Biaya Pokok bahan baku rata-rata sebesar 82,66%
selama 4 tahun dari tahun 2015-2018 dari total penjualan operasi selama 5 tahun. Nilai
bahan baku yang disajikan memang tinggi karena kebanyak biaya yang dikeluarkan oleh
PT Waskita Karya berada di jasa konstruksi yang tidak jarang banyak menggunakan
bahan baku dalam pembangunannya.

Ukuran Profitabilitas

Satu dari sekian banyak alat pengukuran dalam analisis rasio laporan keuangan
adalah ukuran profitabilitas, yang mana digunakan untuk menentukan garis bawah
perusahaan dan pengembalian kepada para investor. Ukuran profitabilitas sangat penting
bukan hanya bagi manajer perusahaan juga terutama pemilik (investor).

Rasio profitabilitas memperlihatkan efisiensi dan efektifitas dari kegiatan


operasional perusahaan yang telah dilakukan pada periode waktu tertentu dalam
mendapatkan pengembalian kepada para pemegang saham.

Salah satu pengukuran yang digunakan dalam mengukur rasio profitabilitas


adalah return on equity (ROE). Pengukuran pengembalian pendapatan ini atas uang yang
telah diinvestasikan oleh investor yang disimpan di dalam perusahaan dan penting bagi
investor untuk membuat keputusan terhadap investasi tersebut. Secara umum, semakin
besar persentase semakin baik kinerja dari perusahaan tersebut, sehingga terlihat bahwa
perusahaan telah melakukan pekerjaan yang baik dalam mendapatkan keuntungan dari
investasi pemegang saham

Untuk PT Waskita Karya dalam Return On Equity (ROE) tahun 2015-2018


berfluktuasi namun cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan terhadap ekuitas
PT Waskita Karya. Pada tahun 2015 10,80% dan naik pada tahun 2016 menjadi 10,81%.
Namun pada tahun 2017 mengalami kenaikan yang signifikan seiring juga bertambahnya
ekuitas dari para pemegang saham sehingga ROE meningkat secara signifikan menjadi
18,46% tahun 2017. Tetapi tidak bertahan lama pada tahun 2018 mengalami penurunan
kembali dari tahun sebelumnya menjadi 17,18%.

Margin Keuntungan

Rasio yang menunjukan margin yang menggambarkan kemampuan perusahaan


untuk mewujudkan penjualan kedalam keuntungan pada berbagai tahap pengukuran.
Salah satu analisa yang digunakan dalam menentukan keputusan adalah analisis terhadap
margin keuntungan (Profit Margin) yang mana mengukur profitabilitas dari PT Waskita
Karya setelah mempertimbangakan seluruh beban dan aktivitas bisnis harian dan beban
lainnya, termasuk pajak yang disandingkan dengan Net Prifit After Tax (NOPAT) kepada
penjualannya

Selama tahun 2015-2018, untuk Net Profit Margin PT Waskita Karya cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2015 Net Profit Margin berjumlah 7,40% dan naik
menjadi 7,62% pada tahun 2016. Pada tahun 2017 mengalami kenaikan yang cukup
signifikan yaitu menjadi 9,30% dan 9,47% pada tahun 2018. Pada 2 tahun terakhir ini
terjadi karena peningkatan modal dari para pemegang saham yang cukup signifikan yang
menyebabkan margin keuntungan mengalami peningkatan.

Operating Return on Assets


Return on Assets adalah rasio profitabilitas yang menunjukan persentase
keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan keseluruhan
sumber daya atau rata-rata jumlah aset. Dengan kata lain, Return on Assets atau sering
disingkat dengan ROA adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu perusahaan
dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu periode. ROA
dinyatakan dalam persentase (%).Rasio ROA atau Return on Assets ini dapat membantu
manajemen dan investor untuk melihat seberapa baik suatu perusahaan mampu
mengkonversi investasinya pada aset menjadi keuntungan atau laba (profit).
Return on Assets dari PT. Waskita Karya selama 4 tahun terakhir cukup stabil.
Pada 2015 ROA sebesar 3,5% dan turun menjadi 3.0% pada 2016 kemudian meningkat
menjadi 4,3% di tahun 2017 dan turun menjadi 3,7% pada 2018.

Asset Turnover
Asset Turnover Ratio adalah rasio aktivitas (rasio efisiensi) yang mengukur
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari total asetnya dengan
membandingkan penjualan bersih dengan total aset rata-rata. Dengan kata lain, rasio
untuk mengukur kemampuan aset perusahaan untuk memperoleh pendapatan; makin
cepat aset perusahaan berputar makin besar pendapatan perusahaan tersebut. Rasio ini
menunjukkan seberapa efisien perusahaan dapat menggunakan asetnya untuk
menghasilkan penjualan.
Selama periode 2015-2018 Asset Turnover pada PT. Waskita Karya dapat
dibilang cukup stabil. Pada 2015 asset turnover sebesar 0,46 kali kemudian turun menjadi
0,38 kali di tahun 2016 dan sedikit meningkat pada 2017 menjadi 0,46 kali kemudian
turun lagi pada 2018 menjadi 0,39 kali.

Leverage
Salah satu dari beberapa pengukuran keuangan yang melihat berapa banyak
modal masuk bentuk hutang (pinjaman) adalah Leverage Ratio. Rasio Leverage itu
penting mengingat bahwa sebagian besar perusahaan mengandalkan campuran ekuitas
dan hutang untuk membiayai kegiatan operasi mereka. Semakin banyak pembiayaan
utang yang digunakan perusahaan, semakin tinggi leverage keuangannya. Rasio leverage
keuangan yang paling terkenal adalah rasio utang terhadap ekuitas.

Jumlah Net Financial Leverage (NFL) PT. Waskita Karya selama empat tahun
terakhir dapat dikatakan cukup tinggi, dengan adanya peningkatan yang terjadi setiap
tahunnya. Pada 2015, NFL PT. Waskita Karya adalah 212,3%, meningkat menjadi
266,3% pada 2016 kemudian 330,2% pada 2017, dan 330,6% pada 2018.

Jumlah Net Leverage Keuangan yang tinggi menunjukkan bahwa PT. Waskita
Karya telah agresif dalam membiayai operasinya dengan utang daripada ekuitas. Hal ini
bisa membuat penghasilan menjadi lebih fluktuatif sebagai akibat dari beban bunga
tambahan. Kondisi ini juga tidak baik untuk keuangan perusahaan dan dapat
meningkatkan peluang perusahaan untuk mengalami kebangkrutan. PT. Waskita Karya
harus lebih memperhatikan karena peningkatan pendapatan tidak setinggi peningkatan
hutang dan itu berarti bahwa fungsi leverage dari hutang untuk meningkatkan pendapatan
tidak berfungsi dengan baik.

Spread
Spread PT. Waskita Karya menunjukkan nilai yang terus menurun selama empat
tahun terakhir yaitu 1,8% pada tahun 2015, 0,01% pada 2016, -0,2% pada 2017, dan
-0,4% pada 2018. Dari jumlah pada saat nilai negatif dapat disimpulkan bahwa jumlah
Bunga Efektif Setelah Pajak (EIAT) melebihi jumlah Pengembalian pada Aset
Operasional. Ini berarti bahwa pendapatan operasional tidak dapat sepenuhnya menutupi
perusahaan pembayaran bunga dan itu tidak baik untuk PT. Waskita Karya karena
leverage keuangannya tidak cukup baik.

Analisis Arus Kas

Pada tahun 2015, arus kas dari aktivitas operasi PT Waskita Karya mengalami
kenaikan dari tahun 2014, yang mana arus kas dari aktivitas operasi bernilai negatif di
tahun 2014. Hal tersebut dapat tejadi karena PT Waskita Karya bergerak di bidang
konstruksi, yang mana pembayaran dari kontrak konstruksi dapat terjadi secara
berangsur-angsur. Sedangkan pengeluaran untuk membeli bahan baku seringkali lebih
besar dari pendapatan yang diterima, karena potensi terjadi kerugian selalu segera diakui,
sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran dalam
aktivitas operasi.

Di tahun 2015, PT Waskita Karya mengeluarkan kas cukup besar dalam aktivitas
investasi, senilai lebih dari 6 miliar rupiah. Pengeluaran kas dalam aktivitas investasi
pada tahun ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang
mana hanya sebesar 1 miliar rupiah pada tahun 2014.

Pengeluaran dari aktivitas investasi tersebut dapat ditutup dengan nilai yang
diperoleh dari aktivitas operasi dan aktivitas pendanaan. Arus kas masuk dalam aktivitas
pendanaan diperoleh dari pinjaman bank, penerbitan obligasi, penerimaan pinjaman
lembaga keuangan non bank jangka pendek, penerimaan setoran modal, dan penerimaan
tambahan setoran modal. Selain itu, perusahaan juga melakukan pengeluaran yang
digunakan untuk melunasi utang obligasi, membayar biaya emisi penerbitan obligasi,
membayar pinjaman bank, dan membayar dividen tunai. Sehingga, arus kas masuk bersih
yang diperoleh dari kegiatan pendanaan adalah sebesar Rp10.098.904.249.096,00.

Nilai arus kas masuk bersih dari aktivitas pendanaan sebesar


Rp10.098.904.249.096,00 dijumlahkan dengan kas masuk bersih dari aktivitas operasi
sebesar Rp657.972.066.517,00. Setelah itu, digunakan untuk menutup nilai negatif dari
aktivitas operasi, sehingga nantinya akan diperoleh kenaikan bersih kas sebesar
Rp3.829.992.816.344,00.

Sedangkan pada tahun 2016, perusahaan kembali mengalami defisit dalam


aktivitas operasinya. Nilai defisit pada tahun tersebut relatif besar, yakni melebihi 7
miliar rupiah. Nilai defisit dalam kegiatan operasi pada tahun 2016 tersebut adalah yang
terbesar dari tahun 2015 s.d. 2018 (tahun yang dianalisis). Defisit tersebut terjadi karena
pada tahun 2016 ini pembayaran kepada pemasok untuk pembelian bahan baku bernilai
lebih besar dari penerimaan yang diperoleh dari pelanggan. Nilai penerimaan dari
pelanggan pada tahun 2016 lebih kecil jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Terjadi kenaikan pengeluaran pada aktivitas operasi tahun 2016 jika dibandingkan
dengan tahun 2015. Pengeluaran yang mengalami kenaikan terjadi pada akun
pembayaran kepada pemasok, pembayaran kas kepada karyawan dan direksi,
pembayaran beban keuangan, dan pembayaran pajak. Kenaikan pada pengeluaran dan
penurunan pada pemasukan dalam aktivitas operasi tahun 2016 tersebut yang
menyebabkan nilai negatif yang relatif besar jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.

Selain itu, pada tahun 2016 juga diperoleh nilai negatif dari aktivitas investasi.
Nilai negatif dari aktivitas investasi tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan tahun
lalu. Hal tersebut terjadi karena terjadinya kenaikan nilai investasi (pengeluaran) pada
akun penempatan deposito dan akun penempatan investasi asosiasi dan jangka panjang
lainnya. Pada tahun sebelumnya, tidak ada kenaikan nilai sama sekali dalam akun
penempatan deposito. Akun tersebut merupakan salah satu penyebab ketimpangan nilai
dari aktivitas investasi pada tahun 2015 dan 2016, karena kenaikan nilai pada akun
penempatan deposito pada tahun 2016 relatif besar yakni lebih dari 5 triliyun rupiah.

Nilai negatif dari aktivitas operasi dan aktivitas investasi tahun 2016 ditutup
dengan aktivitas pendanaan. Perusahaan tidak melakukan pelunasan utang obligasi pada
tahun ini. Perbedaan lainnya jika dibandingkan dengan tahun 2015 adalah ditambahnya
penerbitan obligasi oleh perusahaan, selain itu perusahaan juga menambah akun
pinjaman dari bank dan pinjaman dari lembaga keuangan non bank jangka pendek. Di
samping itu, perusahaan juga menerima setoran dari entitas non pengendali, sementara
hal itu tidak terjadi pada tahun lalu. Penerimaan-penerimaan tersebut menyebabkan arus
kas dari aktivitas pendanaan bernilai positif, dan bahkan lebih besar dari tahun
sebelumnya.

Pada tahun 2017 juga diperoleh nilai negatif dari aktivitas operasi. Namun, nilai
defisit operasi pada tahun 2017 lebih kecil dibanding tahun sebelumnya. Hampir seluruh
akun pada aktivitas operasi mengalami kenaikan dibanding tahun lalu, baik pembayaran
atau pun penerimaan, kecuali pada akun pembayaran pajak. Kenaikan yang signifikan
terlihat pada akun penerimaan kas dari pelanggan sebesar lebih dari tiga kali lipat
penerimaan dari pelanggan pada tahun lalu.
Pada aktivitas investasi di tahun 2017 juga ditemukan nilai negatif. Hampir
seluruh akun pada aktivitas investasi mengalami kenaikan, kecuali pada akun penerimaan
aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo. Pada laporan keuangan konsolidasi tahun
2017, tidak ditemukan akun tersebut di laporan arus kas. Selain itu juga terdapat kenaikan
nilai pada akun penambahan penyertaan entitas anak, penerimaan atas pelepasan
penyertaan pada entitas anak dan entitas asosiasi, dan pengurangan penyertaan pada
entitas anak dan entitas asosiasi, yang mana tidak terjadi pada tahun sebelumnya. Hasil
akhir dari kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi memiliki nilai yang lebih
besar dari tahun 2016, kurang lebih sekitar dua kali lipat.

Pada kasus di tahun 2017 ini, nilai negatif dari aktivitas operasi dan investasi
tidak dapat ditutup dari kas yang diperoleh atas aktivitas pendanaan. Nilai kas bersih dari
aktivitas pendanaan mengalami penurunan dari tahun lalu. Dikarenakan nilai negatif dari
aktivitas operasi dan investasi semakin membesar, namun nilai kas bersih dari aktivitas
pendanaan justru mengalami penurunan, maka nilai akhir dari kas bersih selama tahun
2017 mengalami penurunan dan bernilai negatif (mengalami penurunan kas).

Pada tahun 2018, perusahaan telah berhasil kembali memperoleh kas bersih
masuk dari aktivitas operasi. Yang terjadi adalah penerimaan dari pelanggan mengalami
kenaikan yang relatif signifikan. Di mana pada tahun sebelumnya penerimaan dari
pelanggan sebesar 28,6 miliar rupiah naik menjadi sekitar 49 miliar. Di samping itu,
hampir seluruh akun pada aktivitas operasi mengalami kenaikan, baik akun penerimaan
maupun pembayaran, kecuali pada akun penerimaan restitusi pajak. Meskipun tidak ada
kas atas penerimaan restitusi pajak pada tahun ini, namun hasil kas bersih dari aktivitas
operasi pada tahun ini tetap dapat meraih nilai positif.

Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya. Kenaikan yang cukup signifikan terjadi pada akun penerimaan atas
pelepasan penyertaan pada entitas anak dan entitas asosiasi dan penerimaan atas
pelepasan penyertaan pada entitas anak dan entitas asosiasi. Selain itu, pada tahun ini
juga terdapat beberapa akun yang mengalami kenaikan di mana pada tahun sebelumnya
akun-akun tersebut tidak memiliki nilai rupiah. Akun-akun tersebut antara lain
penerimaan dividen dari entitas anak, penambahan properti investasi, dan pinjaman
diberikan kepada entitas asosiasi. Sedangkan akun yang pada tahun sebelumnya
memiliki nilai rupiah dan pada tahun ini tidak memiliki nilai rupiah yaitu akun
penambahan penyertaan entitas anak.

Nilai kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi tersebut dapat ditutup
dengan nilai kas bersih dari aktivitas operasi dan aktivitas pendanaan. Kas bersih yang
diperoleh dari aktivitas pendanaan hampir sama dengan kas bersih aktivitas pendanaan
pada tahun 2017. Kenaikan yang signifikan terjadi pada akun pembayaran emisi obligasi,
penerimaan dari penerbitan obligasi, penerimaan pinjaman bank, pembayaran pinjaman
bank, dan pembayaran dividen tunai. Kenaikan pada akun penerimaan dari penerbitan
obligasi menandakan bahwa perusahaan menerbitkan obligasi dengan nilai yang relatif
besar pada tahun 2018. Pada tahun ini perusahaan menerima dan membayar surat utang
jangka menengah yang mana tidak dilakukan pada tahun sebelumnya. Selain itu,
perusahaan juga tidak melakukan pembelian atau penjualan saham treasuri pada tahun
ini, dan juga tidak menerima setoran modal maupun tambahan setoran modal.

Setelah menjumlahkan kas bersih dari aktivitas operasi dan aktivitas pendanaan,
kemudian menutup nilai negatif dari aktivitas investasi, maka dapat disimpulkan pada
tahun 2018, perusahaan memperoleh kenaikan kas lebih dari 4 triliyun rupiah. Kenaikan
kas pada tahun ini mencapai lebih dari 200% dari tahun 2017.

Kenaikan (penurunan) kas pada masing- masing tahun tersebut kemudian


dipengaruhi oleh selisih kurs dan efek divestasi. Kemudian, setelah menjumlahkan nilai
kenaikan (penurunan) kas tersebut dengan selisih kurs dan efek divestasi, dijumlahkan
dengan nilai kas dan setara kas pada awal tahun, sehingga menghasilkan nilai kas dan
setara kas pada akhir tahun. Secara keseluruhan (dari tahun 2015 s.d. 2018), nilai kas dan
setara kas pada akhir tahun mencapai nilai terbesar pada tahun 2018.

Risk Analysis
Analisis risiko adalah sebuah teknik untuk mengidentifikasi dan menilai faktor-
faktor yang dapat membahayakan keberhasilan sebuah bisnis, program, proyek, atau
individu untuk mencapai tujuan. Teknik ini juga membantu menentukan tindakan
pencegahan untuk mengurangi kemungkinan faktor itu terjadi dan mengidentifikasi
tindakan yang berhasil menangani kendala-kendala yang berkembang.
Terdapat dua pendekatan utama untuk melakukan analisis untuk risiko
perusahaan, yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisis risiko yang bersifat kualitatif
adalah mengevaluasi data risiko secara obyektif, menentukan apakah data tersebut akurat
dan kualitasnya yang dapat diterima. Penggunaan data yang akurat diperlukan untuk
analisis risiko yang andal.
Sesuai dengan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa PT. Waskita
Karya menggunakan proporsi pembiayaan utang yang lebih besar dibanding pembiayaan
ekuitasnya. Sedangkan peningkatan pendapatan dari tahun ke tahun tidak setinggi
peningkatan jumlah utang. Hal ini dapat dinilai sebagai risiko sekaligus ancaman karena
semakin tinggi debt to equity ratio menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek
dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga
berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).
Meningkatnya beban terhadap kreditur menunjukkan sumber modal perusahaan sangat
tergantung dengan pihak luar. Selain itu besarnnya beban hutang yang ditanggung
perusahaan dapat mengurangi jumlah laba yang diterima perusahaan. Kondisi ini tidak
baik untuk keuangan perusahaan dan dapat meningkatkan peluang perusahaan untuk
mengalami kebangkrutan.

5. APPENDIX
5.1 Appendix 1 : Persentase Progres Infrastrutur Indonesia Berdasarkan Jenis
5.2 Appendix 2 : Akselerasi Pertumbuhan Melalui Pembangunan Infrastruktur
5.3 Appendix 7 : PT WASKITA KARYA Common Size
PT Waskita Karya Common Size; Statement Comprehensive Income

2015 2016 2017 2018


Pendapatan Operasi 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
Jasa Konstruksi 85,08% 94,05% 93,66% 97,15%
Penjualan Precast 14,62% 4,83% 4,92% 1,97%
Pendapatan Jalan Tol 0,22% 0,92% 0,69% 0,15%
Property 0,00% 0,14% 0,45% 0,51%
Hotel 0,07% 0,05% 0,08% 0,08%
Energi 0,00% 0,01% 0,17% 0,15%
Sewa Gedung 0,00% 0,01% 0,02% 0,00%
Total Pendapatan
Operasi 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
Beban Pokok
Pendapatan -86,42% -83,32% -79,07% -81,83%
Laba Bruto 13,58% 16,68% 20,93% 18,17%
Pendapatan Bersih
Ventura Bersama
Konstruksi 0,08% 0,00% 0,00% 0,00%
Laba Bruto Setelah
Ventura Bersama 13,66% 16,68% 20,93% 18,17%
Beban Operasi 3,66% 3,31% 4,65% 3,42%
Beban Penjualan 0,26% 0,14% 0,08% 0,10%
Beban Tender 0,18% 0,07% 0,03% 0,06%
Beban Pemasaran 0,08% 0,06% 0,04% 0,04%
Beban Iklan 0,01% 0,00% 0,01% 0,01%
Jumlah 0,26% 0,14% 0,08% 0,10%
Beban Umum dan
Administrasi 3,39% 3,17% 4,57% 3,42%
Beban Pegawai 1,20% 0,96% 0,79% 0,80%
Beban Penyisihan
Piutang 0,50% 0,58% 2,17% 0,69%
Beban Penyusutan Aset
Tetap 0,06% 0,12% 0,07% 0,11%
Beban Umum 0,41% 0,37% 0,22% 0,23%
Beban Perjalanan
Dinas 0,20% 0,13% 0,08% 0,10%
Beban Pesangon 0,17% 0,15% 0,14% 0,11%
Beban THR/Bonus 0,00% 0,07% 0,88% 1,08%
Beban Kantor 0,08% 0,10% 0,09% 0,09%
Beban Beban Gedung 0,13% 0,06% 0,07% 0,07%
Jamsostek 0,09% 0,04% 0,03% 0,02%
DPLK 0,04% 0,00% 0,01% 0,00%
Beban Jasa Produksi & 0,52% 0,00% 0,00% 0,00%
Tantiem
Lain-lain 0,00% 0,60% 0,01% 0,01%
Jumlah 3,39% 3,17% 4,57% 3,31%
Jumlah Beban Operasi 3,66% 3,31% 4,65% 3,42%
Beban/Pendapatan
Operasi Lainnya
Pendapatan Bunga 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Beban Pajak Final 0,51% 0,79% 0,74% 1,33%
Keuntungan (Kerugian)
Selisih Kurs - Bersih 0,00% -1,36% -3,17% -3,05%
Keuntungan Penjualan
Aset Tetap 0,09% 0,00% 0,00% 0,02%
Selisih Penilaian
Properti Investasi 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Pendapatan Lainnya 0,65% 0,00% 0,00% 0,00%
Beban Lain-lain –
Bersih 1,31% 0,62% 0,97% 4,15%
Laba Sebelum Pajak
dan Beban Keuangan -0,28% -0,18% -0,38% -0,87%
Beban Keuangan 12,29% 13,22% 14,44% 16,33%
Bagian Laba Bersih
Entitas Asosiasi -2,40% -4,13% -4,27% -5,04%
Laba Sebelum Pajak -0,01% -0,03% 0,06% 0,06%
Beban Pajak
Penghasilan Kini 9,88% 9,06% 10,22% 11,35%
Manfaat Pajak
Tagguhan -2,58% -1,44% -0,93% -1,88%
Laba Bersih Tahun
Berjalan 0,11% 0,00% 0,00% 0,00%
Pendapatan
Komprehensif Lain 7,40% 7,62% 9,29% 9,47%
Selisih Revaluasi Aset
Tetap 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Selisih Kurs
Penjabaran Laporan
Keuangan dalam
Valuta Asing 3,48% -0,02% 0,01% 0,50%
Kerugian Aktuarial atas
Program Manfaat Pasti -0,59% -0,02% 0,01% 0,04%
Laba Komprehensif
Tahun Berjalan 0,19% 0,02% -0,07% 0,06%

PT Waskita Karya Common Size; Balance Sheet

2015 2016 2017 2018


Aset Lancar
Kas dan Setara Kas 18,18% 17,34% 6,22% 8,72%
Investasi Jangka-Pendek 0,04% 0,02% 0,01% 0,01%
Piutang Usaha - Bersih 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Pihak Berelasi 3,87% 2,21% 1,19% 1,80%
Pihak Ketiga 3,99% 1,44% 0,72% 1,23%
Piutang Retensi - Bersih 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Pihak Berelasi 0,85% 0,61% 0,52% 0,77%
Pihak Ketiga 1,56% 0,96% 0,55% 0,30%
Piutang Lain-lain lancar
– Bersih 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Pihak Berelasi 0,22% 4,52% 4,55% 2,92%
Pihak Ketiga 0,20% 4,62% 5,86% 4,13%
Piutang Ventura Bersama 0,00% 1,21% 1,03% 0,53%
Persediaan 2,73% 4,16% 3,31% 4,09%
Tagihan Bruto Kepada
Pengguna Jasa Bagian
Lancar 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Pihak Berelasi 8,21% 8,93% 17,79% 20,05%
Pihak Ketiga 6,90% 8,93% 7,77% 5,96%
Aset Keuangan Atas
Proyek Konses Bagian
Lancar 0,00% 0,01% 0,01% 0,01%
Pajak Dibayar Dimuka 2,24% 1,89% 2,22% 2,21%
Uang Muka dan Biaya
Dibayar Dimuka 2,82% 4,41% 1,79% 1,13%
Aset Keuangan Dimiliki
Hingga Jatuh Tempo 0,33% 0,00% 0,00% 0,00%
TOTAL ASET
LANCAR 52,15% 60,04% 53,55% 53,85%
ASET TIDAK
LANCAR
Investasi Pada Entitas
Asosiasi dan Ventura
Bersama 5,19% 3,37% 3,52% 5,35%
Piutang Usaha Tidak
Lancar Kepada Pihak
Berelasi – Bersih 7,49% 0,29% 0,00% 0,00%
Piutang Lain-lain Tidak
Lancar 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Pihak Berelasi 0,44% 0,22% 0,00% 0,03%
Pihak Ketiga 0,24% 0,27% 0,04% 0,03%
Tagihan Bruto Kepada
Pengguna Jasa Tidak
Lancar 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Pihak Berelasi 1,14% 2,32% 0,00% 0,00%
Pihak Ketiga 0,59% 1,16% 0,00% 0,00%
Properti Investasi 0,86% 0,09% 0,07% 0,10%
Investasi Jangka Panjang
Lainnya 1,78% 0,89% 0,29% 0,28%
Aset Tetap - Bersih 6,35% 5,33% 4,84% 5,70%
Goodwill 4,59% 2,79% 2,28% 1,60%
Aset Tak Berwujud 18,41% 18,16% 34,66% 32,34%
Aset Keuangan atas
Proyek Konsesi 0,00% 0,00% 0,35% 0,31%
Aset Pajak Tangguhan 0,60% 0,30% 0,04% 0,00%
Aset Lain-lain 0,18% 0,16% 0,33% 0,40%
TOTAL ASET TIDAK
LANCAR 47,85% 39,96% 46,45% 46,15%
TOTAL ASET 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
LIABILITAS
JANGKA PENDEK
Utang Bank Jangka
Pendek 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Pihak Berelasi 8,31% 11,07% 17,00% 12,73%
Pihak Ketiga 2,23% 8,57% 7,81% 9,74%
Utang Lembaga
Keuangan Non-Bank
Bagian Jangka Pendek 0,95% 5,34% 0,81% 0,32%
Pihak Ketiga 0,00% 0,00% 0,82% 0,00%
Utang Usaha 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Pihak Berelasi 0,90% 5,18% 0,96% 0,13%
Pihak Ketiga 17,15% 6,80% 13,44% 11,85%
Utang Bruto
Subkontraktor 10,89% 11,87% 10,24% 5,21%
Biaya yang Masih Harus
Dibayar 0,38% 0,55% 0,52% 0,56%
Utang Pajak 1,45% 0,67% 0,23% 1,63%
Liabilitas pajak
Tangguhan 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Uang Muka Kontrak
Jangka Pendek 2,44% 0,76% 0,29% 0,19%
Utang Bunga 0,02% 0,01% 0,00% 0,00%
Utang Pembelian Aset
Tetap Bagian Lancar 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Liabilitas Jangka Pendek
Lainnya 0,36% 0,39% 0,62% 0,66%
Surat Utang Jangka
Menengah Jangka
Pendek 0,00% 0,00% 0,74% 0,65%
Utang Obligasi Jangka
Pendek - Bersih 0,00% 0,00% 0,00% 1,61%
TOTAL LIABILITAS
JANGKA PENDEK 45,08% 51,22% 53,43% 45,66%
LIABILITAS
JANGKA PANJANG
Utang Bank Jangka
Panjang 6,19% 6,75% 8,85% 16,68%
Utang Ventura Bersama
Jangka Panjang 0,00% 0,29% 0,71% 0,54%
Utang Lembaga
Keuangan Non Bank 0,00% 0,28% 0,31% 0,13%
Utang Bruto
Subkontraktor Jangka
Panjang 0,00% 0,00% 0,00% 1,79%
Uang Muka Kontrak
Jangka Panjang 4,21% 2,08% 0,56% 0,21%
Liabilitas Pajak
Tangguhan 0,00% 0,01% 0,04% 0,04%
Utang Pajak Jangka
Panjang 0,00% 0,00% 1,09% 0,65%
Utang Lain-lain Jangka
Panjang 0,87% 0,00% 0,60% 0,00%
Pihak Berelasi 0,14% 0,00% 0,00% 0,00%
Pihak Ketiga 2,46% 3,18% 0,00% 1,25%
Utang Obligasi - Bersih 8,81% 9,06% 9,24% 9,53%
Utang Pembelian Aset
Tetap Bagian Bagian
Jangka Panjang 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Liabilitas Imbalan Kerja 0,22% 0,11% 0,13% 0,06%
TOTAL LIABILITAS
JANGKA PANJANG 43,52% 11,30% 23,32% 31,12%
EKUITAS
Modal Saham 4,48% 2,21% 1,39% 1,09%
Tambahan Modal Disetor 19,41% 9,58% 5,58% 4,46%
Saldo Laba Telah
Ditentukan
Penggunaannya 1,22% 0,94% 0,94% 1,27%
Saldo Laba Belum
Ditentukan
Penggunaannya 4,74% 4,49% 5,88% 7,05%
Komponen Ekuitas
Lainnya 1,66% 0,81% 0,51% 0,60%
Kepentingan Non-
Pengendali 0,52% 9,29% 8,94% 8,75%
JUMLAH EKUITAS 32,02% 27,31% 23,24% 23,22%
Total Liabilitas dan
Ekuitas 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

5.4 Appendix 8 Rasio Keuangan

Ratio 2018 2017 2016 2015


Current ratio 117,9% 100,2% 126,9% 132,3%
Liabilities to Total
76,8% 76,8% 72,7% 68,0%
Assets ratio
Total Debt to Equity
330,6% 330,2% 266,3% 212,3%
ratio
Long Term Debt to
134,0% 100,3% 79,7% 71,5%
Equity
Profit Margin 9,5% 9,3% 7,6% 7,4%
Total Asset Turnover 39% 46,2% 38,7% 46,7%
Return on Equity 16,0% 18,5% 10,8% 10,8%
Return on Assets 3,7% 4,3% 3,0% 3,5%
EIAT 4,1% 4,5% 2,9% 1,7%
SPREAD -0,4% -0,2% 0,0% 0,0%

5.5 Appendix 9: Analysis of Cash Flows

2018 2017 2016 2015


Rp Rp Rp Rp
ARUS
KAS
DARI
AKTIVI
TAS
OPERA
SI
Penerima 49.153.481.633.794 28.652.992.243.831 9.104.677.090.845 11.534.113.
an Kas 565.371
dari
Pelangga
n
Pembaya (42.146.152.132.659 (31.351.560.473.458 (14.764.975.579.132 (10.364.998.
ran Kas ) ) ) 136.892)
kepada
Pemasok
Pembaya (1.034.852.971.320) (837.112.171.240) (427.464.463.401) (290.631.919.
ran Kas 988)
kepada
Karyawa
n dan
Direksi
Penerima 636.933.783.652 333.585.011.800 186.873.566.238 66.889.149.
an 073
Rekening
Giro dan
Deposito
Berjangk
a
Penerima - 182.144.320.703 437.847.439 296.588.055.
an 931
Restitusi
Pajak
Pembaya (2.008.140.084.700) (1.844.343.948.779) (982.835.623.286) (340.008.402.
ran 044)
Beban
Keuanga
n
Pembaya (1.566.131.007.443) (1.095.267.418.316) (879.126.613.906) (243.980.244.
ran Pajak 934)
Kas 3.035.139.221.324 (5.959.562.435.459) (7.762.413.775.203) 657.972.066.
Bersih 517
diperole
h dari
(digunak
an
untuk)
Aktivitas
Operasi

ARUS
KAS
DARI
AKTIVI
TAS
INVEST
ASI
Penerima 195.521.828.745 312.071.410.669 75.190.986.111 156.256.685.
an dari 561
Ventura
Bersama
Penempa (871.698.742.646) (972.402.492.799) (76.477.131.755) (567.052.896.
tan Pada 343)
Ventura
Bersama
Penempa (2.272.636.099.368) (2.338.430.359.887) (5.302.123.722.000) -
tan
Deposito
Penerima - - - 1.071.602.
an 183
Penjuala
n Aset
Tetap
Penerima 1.821.534.513.690 4.726.623.722.000 2.003.737.051.576 13.612.200.
an 000
Pencaira
n
Deposito
Penerima 484.030.710.810 -
an
Dividen
dari
Entitas
Anak
Penamba - (1.619.000.000.000)
han
Penyerta
an
Entitas
Anak
Penamba (59.733.151.815) -
han
Properti
Investasi
Peroleha (2.962.349.807.061) (2.434.808.757.933) (611.419.778.706) (938.317.109.
n Aset 390)
Tetap
Penerima - - 100.000.000.000 75.000.000.0
an Aset 00
Keuanga
n
Dimiliki
Hingga
Jatuh
Tempo
Peroleha (15.181.992.508.784 (16.719.351.093.411 (5.573.411.945.777) (5.580.331.98
n Aset ) ) 1.280)
Tak
Berwuju
d
Penempa (2.801.102.344.000) (277.388.588.000) (170.432.046.393) (87.122.000.0
tan 00)
Investasi
Asosiasi
dan
Jangka
Panjang
Lainnya
Penerima 2.857.143.347.539 217.000.000.000
an atas
Pelepasa
n
Penyerta
an pada
Entitas
Anak dan
Entitas
Asosiasi
Pinjaman 214.527.369.072 -
Diberika
n kepada
Entitas
Asosiasi
Penguran (191.396.766.625) (133.032.046.393)
gan
Penyerta
an pada
Entitas
Anak dan
Entitas
Asosiasi
Kas (18.768.151.650.463 (19.238.718.205.754 (9.554.936.586.944) (6.926.883.49
Bersih ) ) 9.269)
Digunak
an untuk
Aktivitas
Investasi

ARUS
KAS
DARI
AKTIVI
TAS
PENDA
NAAN
Pelunasa (350.000.000.000) (1.175.000.000.000) - (75.000.000.
n Utang 000)
Obligasi
Biaya - - - (37.328.848.
Emisi 508)
Penawara
n Umum
Saham
Pembaya (41.953.938.572) (8.389.029.542) (5.833.824.947) (2.215.000.
ran Emisi 000)
Obligasi
Penerima 5.154.250.000.000 4.657.000.000.000 2.900.000.000.000 1.500.000.
an Utang 000.000
Obligasi/
Penerima
an
Penerbita
n
Obligasi
Penerima 92.883.247.775.045 50.843.979.570.492 29.502.304.802.747 20.286.224.
an 156.356
Pinjaman
Bank
Pembaya (76.733.808.263.389 (33.815.558.933.662 (18.398.828.576.844 (17.147.021.
ran ) ) ) 283.915)
Pinjaman
Bank
Penerima 879.341.822.975 2.794.746.940.680 3.923.736.603.545 289.295.363.
an 429
Pinjaman
Lembaga
Keuanga
n Non
Bank
Jangka
Pendek
Pembaya (2.218.009.712.976) (4.793.057.076.137) (700.000.000.000) -
ran
Pinjaman
Lembaga
Keuanga
n Non
Bank
Penerima - 24.805.000 116.124.000 384.498.910.
an 500
Setoran
Modal
Saham
Penerima - 136.092.013 640.354.345 5.000.757.
an 053.714
Tambaha
n Setoran
Modal
Pembaya (776.342.383.486) (513.978.185.018) (209.547.624.362) (100.306.102.
ran 480)
Dividen
Tunai
Penerima 1.144.403.604.859 - - -
an surat
utang
jangka
menenga
h
Pembaya (786.371.433.625) - - -
ran surat
utang
jangka
menenga
h
Peroleha - (579.682.828.561) - -
n saham
treasuri
Penerima 1.512.726.235.858 3.220.697.789.861 5.446.745.582.011 -
an
Setoran
dari
Entitas
Non
Pengenda
li
Kas 20.667.483.706.707 20.630.919.145.126 22.459.333.440.495 10.098.904.2
Bersih 49.096
Diperole
h dari
Aktivitas
Pendana
an

KENAI 4.934.471.277.568 (4.567.361.496.087) 5.141.983.078.348 3.829.992.


KAN 816.344
(PENUR
UNAN)
BERSIH
KAS
DAN
SETAR
A KAS
KEUNT 11.113.410.916 327.579.903 609.611.060 5.911.990.
UNGAN 403
SELISI
H KURS
YANG
BELUM
DIREAL
ISASI
EFEK (188.869.053.030) -
DIVEST
ASI
KAS 6.088.962.585.747 10.655.996.501.931 5.511.188.078.778 1.675.283.
DAN 272.031
SETAR
A KAS
PADA
AWAL
TAHUN
KAS 10.845.678.217.201 6.088.962.585.747 10.653.780.768.186 5.511.188.
DAN 078.776
SETAR
A KAS
PADA
AKHIR
TAHUN

Anda mungkin juga menyukai