Anda di halaman 1dari 4

Indonesia merupakan negara berkembang yang sangat membutuhkan investasi yang

besar untuk mengelola sumber daya alamnya yang sangat melimpah. Oleh karena itu,
Indonesia sangat memerlukan pada kehadiran investor asing untuk menanamkan modalnya
dalam rangka eksplorasi kekayaan alam negeri. Sehubungan dengan hal ini, Dougherty
menyimpulkan bahwa:
Kehadiran perusahaan asing (MNCs) sangat mempengaruhi keadaan ekonomi suatu negara,
terutama bagi negara dunia ketiga di mana MNCs merupakan salah satu sumber modal yang
penting bagi pembangunan ekonominya.[1]
Sedangkan, menurut Kuncoro:
Sejak diterbitkannya Undang- undang tentang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967,
investor asing dan perusahaan transnasional (TNC) mulai diundang ke Indonesia. Dan di
tahun yang sama tepatnya bulan April pemerintah Indonesia memberikan izin kepada PT.
Freeport Indonesia sebagai TNC pertama yang beroperasi di Indonesia.[2]
Sasaran investasi di Indonesia pada umumnya diarahkan pada beberapa sektor
kehidupan misalnya industri, pertambangan, teknologi dan lain-lain. Oleh karena, dengan
dukungan besarnya potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia dalam berbagai
sektor tersebut sehingga dapat menarik minat para investor untuk melakukan investasi. Salah
satu yang menyimpan potensi sumber daya alam yang sangat melimpah di Indonesia adalah
Kota Makassar.
Bidang investasi dan penanaman modal asing yang disediakan oleh Pemerintah Kota
Makassar salah satunya adalah pengembangan dalam bidang investasi bisnis tersier, salah
satunya yaitu peluang investasi bisnis di sektor jasa pariwisata. Pemerintah Kota Makassar
memasukan sektor jasa restoran, perhotelan, dan wisata bahari di berbagai tempat pariwisata
seperti pengembangan Tanjung Bunga, Kawasan Pantai Losari, Kawasan Pantai Barombong,
pusat Rekreasi Tanjung Merdeka, dan pengembangan Pulau disekitar selat Makassar, sarana
dan prasarana.[3] Perkembangan investasi dalam sektor ini terbilang sangat penting apalagi
Kota Makassar memiliki beberapa objek wisata seperti tertulis di atas yang jelas ini mampu
menambah pendapatan daerah sekaligus memajukan ekonomi nasional. Investasi sektor
industri pariwisata ini terbilang sangat strategis, sebab Pemerintah mengelola dan
memanfaatkan objek tersebut sebagai sarana kunjungan dan usaha bisnis investasi. Disisi
lain, sektor ini sangat strategis katrkarena mampu menyumbang devisa negara dalam jumlah
besar.
Sektor ini mampu mendatangkan banyak keuntungan dalam segi ekonomi dan sosial
budaya sebab mampu menciptakan investasi, meningkatkan pendapatan masyarakat, kualitas
hidup masyarakat, dan menanamkan rasa cinta tanah air sesuai instruksi Presiden RI No. 9
Tahun 1969 tentang kepariwisataan yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) dan Undang-Undang No.9 Tahun 1990 dan di revisi menjadi Undang-Undang
No.10.Tahun 2009.[4]

Pesatnya perkembangan investasi terutama dalam sektor pariwisata sehingga kini sudah
merambah kedaerah-daerah seperti halnya Kota Makassar dalam bidang jaza perhotelan,
mengutip ucapan Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Sulawesi Selatan
Anggiat Sinaga, menjelaskan perkembangan investasi di Kota Makassar dalam sektor
perhotelan mencapai 400 miliar pada tahun 2011.[5] Bahkan, untuk investasi dua buah hotel
berbintang terbaru saja yakni Hotel Aston Makassar dan Swiss- Belhotel International sudah
mencapai 265 Miliar, membuat semakin tingginya tuntutan para wisatawan untuk berkunjung
sehingga sejumlah hotel besar di Makassar melakukan penambahan unit kamar untuk
mendukung hal tersebut.[6] Selain itu, dalam kunjungan wisata menurud penuturan Sri
Muliati sebagai Staf Bagian Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata jumlah kunjungan
wisata di Kota Makassar cukup menggiurkan dalam menyumbang PAD Kota Makassar antara
tahun 2006- 2011.[7] Kemudian menurud data LKIP tahun 2010 Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata kunjungan wisata di Kota Makassar terlihat pada tabel berikut:
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010

Tabel Kunjungan Wisata Asing Di Kota Makassar [8]


Wisatawan Asing
Presentasi Peningkatan
PAD (RP)
15.574
19.785
24,591
28.233
28.699

2,24 %
70,94 %
24,29 %
14,77 %
1,69 %

404.591.500
298.647.500
323.105.000
434.392.000
490.462.000

Sedangkan, untuk laporan akhir tahun 2011 menurud penuturan Sri Muliati belum ada
rekapannya. Oleh karena itu, harus menunggu rekapan dari masing- masing bidang dalam
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata hanya jumlah pengunjung pada tahun 2011 mencapai
2.686 orang. Namun, untuk jumlah presentasi dan nilai PAD belum ada laporan akhirnya
seperti data di atas.[9]
Pentingnya peluang investasi asing sebagai salah satu modal sehingga target
Pemerintah Kota begitu tinggi. Hal ini, didasari untuk membiayai pemanfaatan potensi
daerah sehingga Pemerintah Kota menargetkan total investasi asing yang masuk pada tahun
2011 mencapai 441,75 juta USD.[10] Sehingga, untuk merealisasikan target tersebut,
Pemerintah mencoba untuk selalu aktif mencari investor untuk berinvestasi di Kota Makassar
terlebih dalam bidang investasi tidak terkecuali investasi bisnis jasa tersier pariwisata.
Pesatnya peluang investasi tersebut, juga sejalan dengan program Pemerintah Kota Makassar
yaitu Visit Makassar, bahkan dalam kurun 3 tahun terakhir jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara mengalami peningkatan cukup signifikan dengan rata-rata 30,00% tiap
tahunnya. Sehingga, mempertegas posisi Makassar sebagai Kota Destinasi Unggulan
Pariwisata dan Kota Penyelenggaraan MICE (Meeting, Incentive, Conference and
Exhibitions) Indonesia.[11]
Oleh karena, tuntutan pemanfaatan potensi tersebut setiap Pemerintah Daerah pun kini
sudah berperan aktif sebagai pola perpanjangan tangan Pemerintah Pusat dalam
perkembangan ekonomi masyarakat. Dengan merambahnya investasi ini memungkinkan pula
Pemerintah Daerah untuk terjun langsung berperan dalam kegiatan investasi tersebut
terutama melakukan kerjasama dengan investor asing. Sehingga, untuk melegalkan peran
Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan potensi di wilayahnya maka Pemerintah Pusat
merumuskan Undang- undang nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan
diperbaharui menjadi diperbarui dengan Undang- undang nomor 32 tahun 2004, sebab

Otonomi Daerah banyak diyakini merupakan jalan terbaik dalam rangka mendorong
pembangunan daerah. Oleh karena, melalui otonomi daerahlah, kemandirian dalam
menjalankan pembangunan sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan daerah diharapkan dapat
dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.[12]
Otonomi daerah di era globalisasi dewasa ini, sangat berpengaruh pada strategi
Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan sumber daya alam daerahnya. Akibatnya,
Pemerintah Daerah pun bebas melakukan kerjasama bahkan hubungan luar negeri dengan
negara lain. Artinya, hubungan kerjasama tersebut didasari saling membutukan dan saling
menguntungkan antara kedua belah pihak baik itu aktor negara atau yang diwakili oleh
Penmerintah Daerah atau aktor lainya yang bekerjasama dengan investor asing. Oleh sebab
itu, untuk menjamin hubungan kerjasama yang baik antara kedua belah pihak maka
diperlukan cara sebagai sebuah proses dalam memperjuangkan berbagai kepentingan masingmasing pihak yang bekerjasama. Sebuah cara komunikasi yang efektif merupakan salah satu
pendukung dalam hubungan kerjasama tersebut, yang dalam disiplin ilmu hubungan
internasional sering disebut dengan diplomasi. Dimana maksud dari diplomasi adalah suatu
cara komunikasi dengan pemilihan kata serta kalimat yang dilakukan berbagai pihak-pihak
termasuk negosiasi antara wakil-wakil yang diakui untuk meraih kepentingan kita sendiri.
[13]
Perkembangan diplomasi itu sendiri mnegalami begitu defersifikasi peran aktor dan
bahkan substansi diplomasi. Diplomasi modern dewasa ini, sudah begitu inovatif dan kreatif
apa lagi dengan semakin majunnya ilmu pengetahuan dan teknologi informasi melalui
fenomena internet. Perkembangan internet dapat dikatakan sebagai sebuah fenomena yang
sedang melanda dunia global terlebih dilihat dari segi kualitasnya maupun ruang lingkupnya.
Berkembangnya fenomena tersebut, sangat signifikan terlihat dari lima tahun terakhir ini
antara tahun 2006- 2011 dari jumlah penduduk dunia yang mengakses internet. Menurud data
statistik internet world stats:
1.2. Tabel Jumlah Pengakses Internet[14]
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011

Jumlah / Miliar
1,100
1,173
1,504
1,7
1,9
2

Fenomena perkembangan internet kini merambah ke Negara- negara Asia terutama


negara berkembang termasuk Indonesia. Dalam konteks wilayah Indonesia sendiri,
pertumbuhan internet dalam beberapa tahun terakhir ini, Indonesia diperkirakan untuk tiga
tahun terakhir yakni 2008, 2009 dan 2010, pertumbuhan pengakses internet
Indonesia meningkat rata- rata 20% dari awal tahun 2008 sekitar 25 juta pengguna. Dan,
diakhir 2008 diperkirakan telah mencapai 30 juta pengguna. Bahkan, untuk tahun 2011
Indonesia mnempati posisi ke empat dibawah China, Jepang, India dengan jumlah
245.613.043 atau sekitar 39% dari penduduk Asia.[15]

Seiring dengan perkembangan dunia dengan internet ini membuat peran diplomasi pun
semakin modern dengan memakai internet sebagai sarana diplomasi yang sangat baik dalam
melakukan hubungan dengan negara lain. Mengingat bahwa internet merupakan fenomena
internasional yang cukup fenomenal. Sehingga, dengan lahirnya fenomena
tersebut E- diplomacy ( diplomasi lewat internet) muncul ketika dunia semakin tanpa batas
dengan adanya kemajuan dibidang teknologi informasi. Akibatnya, begitu banyak negara di
dunia memaksimalkan kemajuan tersebut untuk kepentingan nasionalnya. Bahkan, beberapa
pengambil keputusan baik negara maju maupun berkembang telah melihat perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi sebagai sebuah peluang untuk dapat menyampaikan
informasi secara lebih efektif dan efisien baik kepada masyarakat dalam ranah lokal maupun
lingkup internasional.
Diplomasi internet atau e-diplomacy merupakan bukti nyata pemanfaatan teknologi
informasi internet dalam berbagai bidang baik antar aktor negara aktor negara dengan non
negara maupun antar aktor. Meskipun hebatnya teknologi informasi e diplomacy sudahlah
pasti tidak lepas dari adanya kelemahan terutama dalam pengelolaannya, akan tetapi untuk
konteks Indonesia sendiri dengan adanya Undang- undang informatika dan transaksi
elektronika setidaknya mampu mengontrol pemanfaatan internet di Indonesia sesuai dengan
jalur yang telah ditentukan dan di atur dalam Undang- undang tersebut seperti pengguanaan
dalam bidang pendidikan, riset, admistrasi, sosialisasi,networking terlebih lagi
pengguanaanya dalam bidang ekonomi bisnis.[16]
Penelitian ini akan mendekripsikan bahwasanya diplomasi sebagai sebuah cara soft
power negara kini tidak berjalan statis tetapi sebaliknya selalu dinamis terbukti lahir
diplomasi era modern seperti E diplomacy. Selain itu, penelitian ini akan mengaitkan
diplomasi modern atau e diplomacy ini dengan konteks Pemerintah Daerah sebagai sub
tingkat analisis sub negara untuk menciptakan peluang investasi dalam bidang ekonomi
bisnis tersier bidang pariwisata. Dengan alasan tersebutlah, penelitian ini berjudul: Peluang
dan Tantangan E- diplomacy Dalam Menarik Investasi Asing Di Kota Makassar.

Anda mungkin juga menyukai