Skripsi Eoq
Skripsi Eoq
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perekonomian saat ini telah berkembang sangat
pesat, seiring
dengan
untuk menetapkan
BAB II
LANDASAN TEORI
Selain fungsi dan tujuan seperti yang dijelaskan di atas, persediaan pun
memiliki sifat-sifat yang tidak bisa disamakan dengan harta lainnya yang dimiliki oleh
perusahaan. Sifat persediaaan dijelaskan menurut Sukrisno Agoes (2007 : 205) yaitu :
1. Biasanya merupakan aktiva lancar (current assets), karena masa perputarannya
biasanya kurang atau sama dengan satu tahun.
2. Merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang dan
industri.
3. Mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca dan perhitungan rugi laba,
karena kesalahan dalam menentukan dalam menentukan persediaan pada akhir
periode akan mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aktiva lancar dan total
aktiva, harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih, taksiran pajak
penghasilan, pembagian deviden dan rugi laba ditahan, kesalahan tersebut
akan terbawa ke laporan keuangan periode berikutnya.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat
persediaan merupakan aktiva lancar yang jumlahnya besar dan mempunyaipengaruh
yang besar terhadap neraca dan perhitungan laba rugi.
II.1. 3. Penggolongan Persediaan
Di dalam pengolongan persediaan sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis usaha
perusahaan yang bersangkutan. Pada perusahaan dagang, persediaan terdiri dari berbagai
macam dan jenis, dimana barang-barang yang dibeli akan diperjualbelikan kembali oleh
perusahaan. Oleh sebab itu, dalam perusahaan dagang umumnya hanya dikenal satu jenis
persediaan, yaitu persediaan barang dagang yang merupakan produk selesai.
2. Fungsi Decoupling
Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan
pelanggan tanpa tergantung supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan
tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu
pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan
proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan
untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para pelanggan. Persediaan
untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau
diramal disebut fluktuasi stock.
3. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan
atau diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masalalu, yaitu permintaan musiman.
Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman. Disamping itu,
perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan
permintaan akan barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memelukan
persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman (safety stock).
Selain fungsi-fungsi diatas, menurut Herjanto (1997:168) terdapat enam fungsi
penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan antara
lain:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang
dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga
perusahaan tidak akan sulit bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.
5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas
(quantity discount).
6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersediaanya barang yang
diperlukan.
II. 1. 5. Alasan Diadakannya Persediaan
Pada prinsipnya semua perusahaan melaksanakan proses produksi akan
menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam
10
11
12
1) Persediaan bahan baku dalam jumlah yang kecil kadang kadang tidak dapat
memenuhi kebutuhan perusahaan yang bersangkutan untuk pelaksanaan proses
produksi.
2) Apabila perusahaan tersebut seringkali kehabisan bahan baku untuk
pelaksanaan proses produksinya, maka pelaksanaannya proses produksi dalam
perusahaan yang bersangkutan tidak akan bisa berjalan dengan lancar.
Akibatnya kualitas dan kuantitas dari produk akhir yang dihasilkan perusahaan
ini menjadi sering berubah pula.
3) Persediaan bahan baku yang rata-rata jumlah unitnya relative kecilakan
mengakibatkan frekuensi pembelian-pembelian bahan bakuakan menjadi
semakin besar seiring dengan bertambahnya frekuensipembelian bahan baku,
maka akan mengakibatkan bertambah besarpula biaya pemesanan.
menyelenggarankan
bahan
baku
untuk
proses
produksi,
13
Pemakaian bahan baku senyatanya dari periode-periode lalu merupakan salah satu
faktor yang dapat digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan bahan baku
mendekati pada kenyataannya.
6. Waktu tunggu (leadtime)
Waktu tunggu adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan
bahan baku sampai dengan datangnya bahan baku itu sendiri.
II. 1. 7. Biaya-biaya Persediaan Bahan Baku
pesanan
pembelian,
pengiriman
pesanan,
biaya
14
15
berhenti atau karyawan tidak bekerja. Peluang yang hilang untuk memperoleh
keuntungan.
d. Biaya Pembelian (Purchase Cost)
Biaya pembelian timbul pada saat pembelian suatu barang. Secara sederhana
biaya -biaya yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya-biaya yang harus
dikeluarkan untuk membayar pembelian persediaan.
II. 1. 8. Metode Penilaian Persediaan
16
keadaan
harga
adalah
stabil,
maka
semua
cara
17
18
19
a. Menyediakan bahan dan suku cadang yang dibutuhkan bagi operasi yang efisien
dan lancar.
b. Menyediakan cukup banyak persediaan dalam periode kekurangan pasokan
(musiman, siklus atau pemogokan), dan dapat mengantisipasi perubahan harga.
c. Menyiapkan bahan dengan waktu dan biaya penanganan yang minimum serta
melindunginya dari kebakaran, pencurian, dan kerusakan selama bahan tersebut
ditangani.
d. Mengusahakan agar jumlah persediaan yang tidak terpakai, berlebih, atau yang
rusak sekecil mungkin dengan melaporkan perubahan produk secara sistematik,
dimana perubahan tersebut mungkin akan mempengaruhibahan suku cadang.
e. Menjamin kemandirian persediaan bagi pengiriman yang tepat waktu kepada
pelanggan.
f. Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada pada
tingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen.
II. 1. 12. Metode Mengelola Persediaan
Dalam perusahaan mengelola persediaan ada beberapa metode yang biasanya
dilakukan oleh perusahaan dalam mengatasi masalah persediaan yaitu dalam
meminimumkan biaya persediaan diantaranya adalah dengan menggunakan metode ABC
System, EOQ (Economic Order Quantity), Re Order Point, Requirement Palnning System
(MRP) dan Just in time.
1. ABC System, system ini mengelompokan persediaan kedalam 3 kelompok A,B,C,
yang masuk kelompok A adalah item - item persediaan yang memerlukan dana
paling banyak. Biasanya item item ini merupakan 10% dari seluruh persediaan
tetapi membutuhkan dana 50% dari seluruh invenstasi persediaan. Kelompok B
adalah item item persediaan yang memerlukan dana terbesar kedua 30% dengan
kuantitas berkisar 30% dari total persediaan, dan kelompok C adalah item item
yang memerlikan dana sedikit 20% tetapi kuantitasnya banyak 60%.
2. Economic Order Quantity (EOQ)
Tehnik ini merupakan tehnik manajemen persediaan dengan pendekatan bahwa
biaya persediaan akan minimal dengan menentukan berapan jumlah pemesanan
yang optimal setiap kali melakukan pemesanan.Asumsi yang mendasari tehnik ini
adalah bahwa kebutuhan dalam suatu periode dapat diprediksi dengan baik karena
pola kebutuhan persediaan setiap hari juamlahnya sama.
3. Reorder Point
Bila perusahaan menggunakan EOQ, perlu ditindaklanjuti dengna kapan harus
melakukan pemesanan kembali (reorder point). Reorder point dihitung dengan
menghitung waktu tunggu per hari dikali dengan kebutuhan harian.
20
bahwa material harus datang tepat pada waktu dibutuhkan untuk produksi,
dengan demikian investasi persediaan dapat diminimumkan sehingga biaya
persediaanya juga dapat diminimumkan.
Perusahaan dalam mengendalikan persediaan tergantung dari perusahaan
menggunakan metode persediaan dan menerapakan sistem yang efektif serta efisien
untuk meminimumkan biaya persediaan. Metode mengelola persediaan dalam
penelitian ini yang akan diterapkan adalah dengan menggunakan metode EOQ
(Economic Order Quantity) dalam meminimumkan biaya persediaan supaya
perusahaan dapat menekan biaya persediaan.
EOQ
Willson,
walaupun
yang
mengembangkan
FW.Harris.
21
pengaman (safety stock). Untuk memperjelas pengertian tentang Economic order Quantity
(EOQ), ada beberapa pendapat tentang Economic Order Quantity diantaranya adalah :
1. Menurut Gitosudarmo, (2002: 101)
Economic Order Quantity (EOQ) adalah merupakan volume atau jumlah
pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Untuk
memenuhi
kebutuhan
itu
maka
dapat
diperhitungkan
pemenuhan
kebutuhan
(pembeliannya) yang paling ekonomis yaitusejumlah barang yang akan dapat diperoleh
dengan pembelian dengan menggunakan biaya yang minimal.
2. Menurut Yamit, (1999: 47)
Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah pesanan yang dapat
meminimumkan total biaya persediaan, pembelian yang optimal. Untuk mencari berapa
total bahan yang tetap untuk dibeli dalam setiap kali pembelian untuk menutup kebutuhan
selama satu periode.
3. Menurut Riyanto (2001)
Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh
dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang
optimal. EOQ adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang
Dengan adanya faktor tersebut maka EOQ diklasifikasikan menjadi 2 model yaitu
EOQ model deterministik dan probabilistik.
A. EOQ Deterministik
22
23
Pada grafik di atas, tampak bahwa kurva biaya pemesanan menurun, kurva
biaya penyimpanan naik, serta kurva biaya total yang mula-mula menurun dan setelah
sampai pada satu titik mulai naik.
24
Keterangan :
EOQ = Jumlah Pesanan Ekonomis
A
Dalam
melakukan
pengelolaan
terhadap
persediaan
kita
harus
25
Safety stock (persediaan pengaman) atau sering pula disebut sebagai persediaan
besi (iron stock) adalah cadangan persediaan yang sengaja diadakan oleh manajemen
untuk menghidari resiko kehabisan persediaan yang disebabkan ketidakpastian tingkat
pemakaian dan kedatangan pesanan.
Persediaan pengaman diperlukan karena dalam kenyataannya jumlah bahan baku
yang diperlukan untuk proses produksi tidak selalu tepat seperti yang direncanakan.
Dengan adanya persediaan pengaman ini diharapkan proses produksi tidak terganggu oleh
adanya ketidakpastian bahan. Disisi lain, dibentuknya cadangan persediaan ini juga
mempunyai masalah yang berkaitan dengan seberapa besarnya cadangan persediaan yang
akan diadakan, mengingat bahwa semakin besarcadangan persediaan akan semakin besar
juga biaya simpan cadangan persediaan.
Selain
memperhitungkan
konsep
EOQ
(Economic
Order
Quantity),
26
ROP (Re Order Point) menurut Gaspersz (2004:291) mengatakan bahwa tarik
dari Re Order Point (Pull System With Re Order Point) menimbulakan cashloading
input ke setiap tingkat adalah output dari tingkat atau tahap sebelumnya sehingga
menyebabkan saling ketergantungan diantara tingkat-tingkat dalam sistem distribusi.
Lebih jauh lagi Gasperz menambahkan dalam system ROP (Re Order Point)
setiap pusat distribusi pada tingkat lebih rendah meramalkan permintaan untuk produk
guna melayani pelanggannya, kemudian memesan dari pusat distribusi pada tingkat
yang lebih tinggi apabila kuantitas dalam stock pada pusat distribusi yang lebih rendah
mencapai ROP (Re Order Point).
Menurut Bambang Riyanto (2001:83) faktor untuk menentukan ROP adalah :
a. Penggunaan
material
selama
tenggang
waktu
mendapatkan
barang
27
tahun atau dapat dihemat sebesar 65,16% . Yang diperoleh dari selisih antara
TIC riil sebesar Rp. 9.979.952,50,- dengan TIC atas dasar EOQ yaitu sebesar
Rp. 3.476.999,703,- dan jumlah pembeliah bahan baku untuk kopi Arabika
yang ekonomis yakni sebesar 882.179 kg dengan frekuensi pembelian
sebanyak 37 kali selama satu tahun
2. Eva Wijaya (2003), dengan judul analisis Pengendalian Persediaan Baku Pada
Perusahaan Kerupu Terigu Kejar Usaha Desa Telaga Waru Labuapi Lombok
Barat, menghasilkan kesimpulan bahwa setelah penerapan EOQ pada
perusahaan tersebut, terjadi penghematan dalam total biaya persediaan TICnya. Dimana penghematan untuk masing-masing bahan baku setelah
penerapan EOQ yaitu beras Rp. 3.004.774,64,-, tepung terigu Rp.
1.952.800,46-, dan kanji Rp. 2.137.909,18,-.Sebab, TIC awalnya untuk bahan
baku beras Rp. 4.801.967,12,- tetapi setelah penerapan metode EOQ, TIC-nya
menjadi Rp. 1.797.192,48,-, atau dapat dihemat sebesar 62,67% pada bahan
baku tepung terigu TIC awalnya Rp.4.162.620,- namun dengan penerapan
EOQ menjadi Rp. 2.209.819,54,- atau dapat dihemat sebesar 46,91% demikian
juga dengan bahan baku kanji yang pada awalnya TIC Rp. 5.175.718,18,menjadi Rp. 3.037.809,74,- atau dapat dihemat sebesar 41,31% setelah
penerapan metode EOQ.
3. Yahya Puguh Hamdani (2003), pada penelitian yang berjudul Analisis
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahan Songkok Aneka Busana di
Desa Kediri Kecamatan Kediri Lombok Barat, menemukan bahwa
perusahaan tersebut dapat mengurangi biaya persediaan, apabila menerapkan
metode EOQ dalam pengadaan persediaan bahan baku pada perusahaan Aneka
Busana meliputi TIC bahan baku kain Titoron Rp. 457.942,26,-, namun
dengan penerapan metode EOQ TIC-nya menjadi Rp. 375.619,-, sehingga
terdapat selisih Rp. 82.322,77,-, atau dapat dihemat sebesar 17,98%.Pada
bahan kapas TIC Rp. 366.860,52,-, akan tetapi setelah penerapan metode EOQ
dapat dikurangi TICH-nya menjadi Rp.294.201,33,-, artinya terdapat selisih
Rp. 72.659,19,-, atau dapat dihemat sebesar 19,8% begitupun dengan bahan
baku kain Kaci TIC Rp. 266.703,61,-, TIC setelah penerapan EOQ menjadi
Rp. 221.984,37,-, sehingga terdapat slisih Rp. 44.719,24,-, atau dapat dihemat
sebesar 16,77%.
28
Gambar 2.3
Struktur Organisasi UD. Kurnia Cahaya Agung
29
Pemilik
Bagian
Keuangan
Bagian
pemotonga
n
Bagian Kepala
Produksi
Bagian
perkayua
n
Bagian
Pemasaran
Bagian
Pengecata
n
Bagian
Finishing
Bagian
Perakitan
30
dan
melihat
langsung
contoh
produk
yang
dihasilkan
serta
Perkayuan
Perakitan
31
Pengiriman
Finishing
32
sebenarnya. proses ini juga mencakup proses ukir kayu proses produksi
pengeboran lubang yang dimaksud ditahap atau bagian ini adalah membuat
lubang kontruksi lebih pas dan akurat, tentu dengan kemudahan dan ketepatan
dalam membuat lubang, karena hasilnya dapat lebih cepat dan rapi, selain itu
juga kontruksi kursi menjadi pas, karena dengan pengukuran yang pas. Jika
pada dasarnya proses konstruksi tersebut selesai, semua komponen akan
berakhir di mesin amplas sebelum dilakukan perakitan
3. Perakitan (Assembling)
Dalam proses ini komponen2 dari proses molding di rakit menjadi Mebel
Minimalis Jati yang di inginkan. Tenaga tukang kayu yang berpengalaman di
butuhkan dalam hal ini untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan
permintaan konsumen. Furniture dengan konstruksi knock down tidak
sepenuhnya melalui proses ini. Ada kemungkinan beberapa komponen perlu
dirakit sebelum finishing, ada pula hanya dirakit setelah proses finishing.
Secara umum proses perakitan dilakukan sebelum finishing agar pada saat
komponen sudah halus tidak akan lagi cacat karena goresan. Perakitan menjadi
salah satu kunci kualitas produk terutama pada kekuatan dan daya tahan
produk. Proses ini memerlukan kesabaran agar penggunaan lem sangat tepat
dan tidak terlalu berlebihan. Selain itu pula kualitas sambungan (rapat/terbuka)
hanya
perakitan merupakan salah proses yang relatif panjang dan rumit. Untuk
produk yang 'fixed', pemasangan hardware juga menjadi bagian dari proses
perakitan terutama untuk pemasangan engsel, kunci, dan alat pengikat lainnya.
Kontrol laci, pintu, kestabilan, dan fungsi produk.Di area perakitan, masalah
laci dan pemasangan pintu harus dikerjakan secara sempurna. Tidak perlu lagi
ada proses perbaikan setelah keluar dari ruang perakitan. Untuk produk kursi
misalnya, kursi harus sudah dalam keadaan terakit kuat dan stabil (tidak
goyang)
sebelum
memasuki
ruang
finishing.
Untuk memenuhi standar kualitas tersebut akan banyak proses tambahan pada
saat perakitan.
4. Finishing
33
34
dilakukan dalam satu hari hingga dua hari.Sedangkan untuk diluar kota
pengirman dapat dilakukan antara dua hari atau maksimal seminggu
tergantung daerah tujuannya.Untuk biaya ongkos pengiriman tidak dibebankan
kepada pembeli karena harga furniture tersebut sudah termasuk biaya ongkos
kirim dan tentu saja untuk pengiriman di luar kota dengan di dalam kota akan
ada perbedaan harga yang sangat mencolok karena biaya transportasi ke luar
kota lebih besar daripada di dalam kota.
35
36
Penjelasan :
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa bahan baku sebelumya dievaluasi
terlebih dahulu dalam data kebutuhan bahan baku sebelum menerapkan metode yang
akan digunakan. Bahan baku merupakan kebutuhan utama dalam proses produksi
karena tanpa adanya bahan baku perusahaan tidak dapat memproduksi barang
(output). Kebutuhan bahan baku pada suatu perusahaan tidaklah tetap, tetapi akan
mengalami naik turun. Jadi dibutuhkan manejemen persediaan bahan baku yang baik
agar tidak terjadi stockout (kurangnya bahan) sehingga proses pengolahan terhenti,
ataupun terjadi overstock (kelebihan bahan baku) yang akan memacu pengeluaran
biaya simpan yang tinggi. Maka digunakan metode EOQ agar dapat mengoptimalkan
manajemen persediaan yang ada. Setelah itu dapat dilakukan penarikan kesimpulan
37
tentang total biaya persediaan yang telah diterapkan perusahaan dengan metode EOQ.
Setelah diketahui hasil perbandingannya, maka tahap terakhir adalah penentuan biaya
persediaan yang lebih efisien dengan pertimbanganpertimbangan yang telah ada.