Anda di halaman 1dari 215

Standar Pelayanan Medis Neurologi

DAFTAR ISI

Hal

1. Epilepsi dan Gangguan Kejang


lain .......................................................... 9
2. Neurovaskular ................................................................................
............ 18
3. Neuroinfeksi ...................................................................................
............. 24
4. Neurogeriatri .................................................................................
.............. 51
5. Neuronkologi ..................................................................................
............ 60
6. Nyeri ..............................................................................................
............... 63
7. Sefalgia ..........................................................................................
............... 73
8. Movement
Disorder ................................................................................... 89
9. Neurotrauma ..112
10.
Saraf Tepi, Otonom dan
Otot ...................................................................120
11.
Dekompresi ...................................................
..............................................139
12.
Intensif /
Emergency .................................................................................14
2
13.
Neuroimunologi ............................................
.............................................150
14.
Neurootologi .................................................
..............................................157
15.
Sleep
Disorder .........................................................................................
...162
16.
Neuropediatri/Neurodevelopment ................
.........................................190

Standar Pelayanan Medis Neurologi

Standar Pelayanan Medis Neurologi

EPILEPSI
ICD G40
KRITERIA DIAGNOSIS:
Klinis:
Suatu keadaan neurologik yang ditandai oleh bangkitan epilepsi yang berulang,
yang timbul tanpa provokasi. Sedangkan, bangkitan epilepsy sendiri adalah
suatu manifestasi klinik yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang
abnormal, berlebih dan sinkron, dari neuron yang (terutama) terletak pada
korteks serebri. Aktivitas paroksismal abnormal ini umumnya timbul intermiten
dan self-limited.
Sindroma Epilepsi adalah penyakit epilepsi yang ditandai oleh sekumpulan
gejala yang timbul bersamaan ( termasuk tipe bangkitan, etiologi, anatomi,
faktor presipitan usia saat awitan, beratnya penyakit, siklus harian dan
prognosa)
Klasifikasi Epilepsi: (menurut ILAE tahun 1989)
I. Berhubungan dengan lokasi
A. Idiopatik (berhubungan dengan usia awitan)
1. Benign childhood epilepsy with centro-temporal spikes
2. Childhood epilepsy with occipital paroxysmal
3. Primary reading epilepsy
B. Simptomatik (dengan etiologi yang spesifik atau nonspesifik)
1. Chronic progressive epilepsia partialis continua of childhood
(Kojewnikows syndrome)
2. Syndromes characterized by seizures with specific modes of
precipitation
3. Epilepsi lobus Temporal/ Frontal/ Parietal/ Ocipital
C. Kriptogenik
II. Umum
A. Idiopatik (berhubungan dengan usia awitan)
1. Benign neonatal familial convulsions
2. Benign neonatal convulsions
3. Benign myoclonic epilepsy in infancy
4. Childhood absence epilepsy (pyknolepsy)
5. Juvenile absence epilepsy
6. Juvenile myoclonic epilepsy (impulsive petit mal)
7. Epilepsies with grand mal (GTCS) seizures on awakening
8. Others generalized idiopathic epilepsies not defined above
9. Epilepsies with seizures precipitated by specific modes of
activation

Standar Pelayanan Medis Neurologi

10

B. Kriptogenik / Simptomatik
1. West syndrome (infantile spasms, blitz Nick-Salaam Krampfe)
2. Lennox-Gastaut syndrome
3. Epilepsy with myoclonic-astatic seizures
4. Epilepsy with myoclonic absence
C. Simptomatik (dengan etiologi yang spesifik atau nonspesifik)
1. Dengan etiologi yang Nonspesifik
a. Early myoclonic encephalopathy
b. Early infantile epileptic encephalopathy with suppression burst
c. Other symptomatic generalized epilepsies not defined above
2. Sindroma spesifik
a. Bangkitan epilepsi yang disebabkan oleh penyakit lain
III. Tidak dapat ditentukan apakah fokal atau umum
1. Campuran bangkitan umum dan fokal
a. Neonatal seizures
b. Severe myoclonic epilepsy in infancy
c. Epilepsy with continuous spike wave during slow-wave sleep
d. Acquired epileptic aphasia (Landau-Kleffner syndrome)
e. Other undetermined epilepsies
2. Campuran bangkitan umum atau fokal (sama banyak)
IV. Sindrom khusus
1. Bangkitan yang berhubungan dengan situasi
a. Febrile convulsion
b. Isolated seizures atau isolated status epilepticus
c. Seizures occurring only when there is an acute metabolic or
toxic event, due to factors such as alcohol, drugs, eclampsia,
nonketotic hyperglycemia
Klasifikasi Bangkitan Epilepsi: (menurut ILAE tahun 1981)
I.
Bangkitan Parsial ( fokal)
A. Parsial sederhana
1. Disertai gejala motorik
2. Disertai gejala somato-sensorik
3. Disertai gejala psikis
4. Disertai gejala autonomik
B. Parsial kompleks
1. Disertai dengan gangguan kesadaran sejak awitan dengan atau
tanpa automatism
2. Parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran dengan atau tanpa
automatism
C. Parsial sederhana yang berkembang menjadi umum sekunder
1. Parsial sederhana menjadi umum tonik klonik
2. Parsial kompleks menjadi umum tonik klonik
3. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi umum tonik
klonik

Standar Pelayanan Medis Neurologi

11

II.

III.

Bangkitan Umum
A. Bangkitan Lena (absence) & atypical absence
B. Bangkitan Mioklonik
C. Bangkitan Klonik
D. Bangkitan Tonik
E. Bangkitan Tonik-klonik
F. Bangkitan Atonik
Bangkitan yang tidak terklasifikasikan

Laboratorium/ Pemeriksaan Penunjang:


1. EEG
2. Laboratorium: (atas indikasi)
A. Untuk penapisan dini metabolik
Perlu selalu diperiksa:
1. Kadar glukosa darah
2. Pemeriksaan elektrolit termasuk kalsium dan magnesium
Atas indikasi
1. Penapisan dini racun/toksik
2. Pemeriksaan serologis
3. Kadar vitamin dan nutrient lainnya
Perlu diperiksa pada sindroma tertentu
1. Asam Amino
2. Asam Organik
3. NH3
4. Enzim Lysosomal
5. Serum laktat
6. Serum piruvat
B. Pada kecurigaan infeksi SSP akut
Lumbal Pungsi
Radiologi
1. Computed Tomography (CT) Scan kepala dengan kontras
2. Magnetic Resonance Imaging kepala (MRI)
3. Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) : merupakan pilihan utama
untuk epilepsi
4. Functional Magnetic Resonance Imaging
5. Positron Emission Tomography (PET)
6. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
Gold standard
1. EEG iktal dengan subdural atau depth EEG
2. Long term video EEG monitoring
Patologi Anatomi
Hanya khas pada keadaan tertentu seperti hypocampal sclerosis dan mesial
temporal sclerosis

Standar Pelayanan Medis Neurologi

12

DIAGNOSIS BANDING
1. Bangkitan Psychogenik
2. Gerak Involunter (Tics, head nodding, paroxysmal choreoathethosis/
dystonia, benign sleep myoclonus, paroxysmal torticolis, startle
response, jitterness, dll.)
3. Hilangnya tonus atau kesadaran (sinkop, drop attacks, TIA, TGA,
narkolepsi, attention deficit)
4. Gangguan respirasi (apnea, breath holding, hiperventilasi)
5. Gangguan perilaku (night terrors, sleepwalking, nightmares, confusion,
sindroma psikotik akut)
6. Gangguan persepsi (vertigo, nyeri kepala, nyeri abdomen)
7. Keadaan episodik dari penyakit tertentu (tetralogy speels, hydrocephalic
spells, cardiac arrhythmia, hipoglikemi, hipokalsemi, periodic paralysis,
migren, dll)
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Pemilihan obat anti epilepsi (OAE) sangat tergantung pada bentuk bangkitan
dan sindroma epilepsi, selain itu juga perlu dipikirkan kemudahan
pemakaiannya. Penggunaan terapi tunggal dan dosis tunggal menjadi pilihan
utama. Kepatuhan pasien juga ditentukan oleh harga dan efek samping OAE
yang timbul
Antikonvulsan Utama
1. Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
2. Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
3. Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari
4. Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari
Keputusan pemberian pengobatan setelah bangkitan pertama dibagi dalam 3
kategori:
1. Definitely treat (pengobatan perlu dilakukan segera )
Bila terdapat lesi struktural, seperti :
a. Tumor otak
b. AVM
c. Infeksi : seperti abses, ensefalitis herpes
Tanpa lesi struktural :
a. Terdapatnya riwayat epilepsi pada saudara sekandung (bukan orang tua)
b. EEG dengan gambaran epileptik yang jelas
c. Riwayat bangkitan simpomatik
d. Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi SSP
e. Status epilepstikus pada awitan kejang
2. Possibly treat (kemungkinan harus dilakukan pengobatan)
Pada bangkitan yang tidak dicetuskan (diprovokasi) atau tanpa disertai
faktor resiko diatas
3. Probably not treat (walaupun pengobatan jangka pendek mungkin
diperlukan)
a. Kecanduan alkohol
b. Ketergantungan obat obatan

Standar Pelayanan Medis Neurologi

13

c.
d.
e.
f.

Bangkitan dengan penyakit akut ( demam tinggi, dehidrasi, hipoglikemia)


Bangkitan segera setelah benturan di kepala
Sindroma epilepsi spesifik yang ringan , seperti kejang demam, BECT
Bangkitan yang diprovokasi oleh kurang tidur

PEMILIHAN OAE BERDASARKAN TIPE BANGKITAN EPILEPSI

Tipe Bangkitan
Bangkitan parsial
(sederhana atau kompleks)

OAE lini pertama


Fenitoin, karbamasepin
(terutama untuk CPS),
asam valproat

OAE lini kedua


Acetazolamide, clobazam,
clonazepam, ethosuximide,
felbamate, gabapentin,
lamotrigine, levetiracetam,
oxcarbazepine, tiagabin,
topiramate, vigabatrin,
phenobarbital, pirimidone

Karbamasepin, phenitoin,
asam valproat

Idem diatas

Bangkitan umum tonik


klonik

Karbamazepin, phenytoin,
asam valproat,
phenobarbital

Acetazolamide, clobazam,
clonazepam, ethosuximide,
felbamate, gabapentin,
lamotrigine, levetiracetam,
oxcarbazepine, tiagabin,
topiramate, vigabatrin,
pirimidone

Bangkitan lena

Asam valproat,
ethosuximide ( tidak
tersedia di Indonesia)

Acetazolamide, clobazam,
clonazepam, lamotrigine,
phenobarbital, pirimidone

Bangkitan mioklonik

Asam valproat

Clobazam, clonazepam,
ethosuximide, lamotrigine,
phenobarbital, pirimidone,
piracetam

Bangkitan umum sekunder

Penghentian OAE: dilakukan secara bertahap setelah 2-5 tahun pasien bebas
kejang, tergantung dari bentuk bangkitan dan sindroma epilepsi yang diderita
pasien (Dam,1997). Penghentian OAE dilakukan secara perlahan dalam
beberapa bulan

Standar Pelayanan Medis Neurologi

14

STATUS EPILEPTIKUS

(ICD G 41.0)
(Epilepsy Foundation of Americas Working Group on Status Epilepticus)
Adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit atau dua atau lebih
bangkitan, dimana diantara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan
kesadaran. Penanganan kejang harus dimulai dalam 10 menit setelah
awitan suatu kejang.
PENANGANAN STATUS EPILEPTIKUS
Stadium
Stadium I (0-10 menit)

Penatalaksanaan
Memperbaiki fungsi kardio-respiratorik
Memperbaiki jalan nafas, pemberian
resusitasi

oksigen,

Stadium II (0-60 menit)

Memasang infus pada pembuluh darah besar


Mengambil 50-100 cc darah untuk pemeriksaan lab
Pemberian OAE emergensi : Diazepam 10-20 mg iv
(kecepatan pemberian < 2-5 mg/menit atau rectal
dapat diulang 15 menit kemudian .
Memasukan 50 cc glukosa 40% dengan atau tanpa
thiamin 250 mg intravena
Menangani asidosis

Stadium III
(0-60 90 menit)

Menentukan etiologi
Bila kejang berlangsung terus 30 menit setelah
pemberian diazepam pertama, beri phenytoin iv
15-18 mg/kgBB dengan kecepatan 50 mg/menit
Memulai terapi dengan vasopresor bila diperlukan
Mengoreksi komplikasi

Stadium IV (30-90 menit)

Bila kejang tetap tidak teratasi selama 30-60


menit, transfer pasien ke ICU, beri Propofol
(2mg/kgBB bolus iv, diulang bila perlu) atau
Thiopentone (100-250 mg bolus iv pemberian
dalam 20 menit , dilanjutkan dengan bolus 50 mg
setiap 2-3 menit), dilanjutkan sampai 12-24 jam
setelah bangkitan klinis atau bangkitan EEG
terakhir, lalu dilakukan tapering off.
Memonitor
bangkitan
dan
EEG,
tekanan
intracranial, memulai pemberian OAE dosis
maintenance

Standar Pelayanan Medis Neurologi

15

Tindakan:
1. Operasi
Indikasi operasi :
a. Fokal epilesi yang intraktabel terhadap obat obatan
b. Sindroma Epilepsi fokal dan simptomatik
Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut
a. Penyakit neurologik yang progresif (baik metabolik maupun degeneratif)
b. Sindroma epilepsi yang benigna, dimana diharapkan terjadi remisi
dikemudian hari
Kontraindikasi relatif:
a. Ketidak patuhan terhadap pengobatan
b. Psikosis interiktal
c. Mental retardasi
Jenis jenis operasi:
a. Operasi reseksi; pada mesial temporal lobe, neokortikal
b. Diskoneksi : korpus kalosotomi, multiple supial transection
c. Hemispherektomi
2. Stimulasi Nervus vagus
PENYULIT
Prognosis pengobatan pada kasus kasus baru pada umumnya baik, pada 7080%
kasus bangkitan kejang akan berhenti dalam beberapa tahun pertama.
Setelah bangkitan epilepsi berhenti, kemungkinan rekurensinya rendah, dan
pasien dapat menghentikan OAE.
Prognosis epilepsi akan menjadi lebih buruk bila terdapat hal-hal sebagai
berikut:
a. Terdapat lesi struktural otak
b. Bangkitan epilepsi parsial
c. Sindroma epilepsi berat
d. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
e. Frekuensi bangkitan tonik-klonik yang tinggi sebelum dimulainya
pengobatan
f. Terdapat kelainan neurologis maupun psikiatris

Standar Pelayanan Medis Neurologi

16

KONSULTASI
Konsultasi: (atas indikasi)
1. Bagian Psikiatri
2. Bagian Interna
3. Bagian Anak
4. Bagian Bedah Saraf
5. Bagian Anestesi ( bila pasien masuk ICU)
JENIS PELAYANAN
1. Rawat jalan
2. Rawat inap
Indikasi rawat :
1. Status Epileptikus
2. Bangkitan berulang
3. Kasus Bangkitan Pertama
4. Epilepsi intraktabel
TENAGA:
1. Spesialis saraf
2. Epileptologist
3. Electro encephalographer
4. Psychologist
5. Teknisi EEG
LAMA PERAWATAN
1. Pada kasus bukan status epileptikus: pasien dirawat sampai diagnosis dapat
ditegakkan
2. Pada status epileptikus: pasien dirawat sampai kejang dapat diatasi dan
pasien kembali ke keadaan sebelum status

Standar Pelayanan Medis Neurologi

17

Standar Pelayanan Medis Neurologi

18

STROKE
Definisi :
Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis
(defisit neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak,
berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, yang semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai
darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke
perdarahan).
Pembagian Stroke
1. Etiologis :
1.1. Infark
: aterotrombotik, kardioembolik, lakunar
1.2. Perdarahan : Perdarahan Intra Serebral, Perdarahan Subarahnoid,
Perdarahan Intrakranial et causa AVM
2. Lokasi :
2.1. Sistem Karotis
2.2. Sistem Vertebrobasiler
Dasar Diagnosis :
1. Anamnesa dari pasien, keluarga atau pembawa pasien.
2. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum, kesadaran (Glasgow Coma Scale/kwantitas/kwalitas ),
tanda vital, status generalis, status neurologis.
3.
Alat Bantu scoring (skala) :
Siriraj Stroke Score ( SSS ), Algoritme Stroke Gajah Mada ( ASGM ).
4. Pemeriksaan penunjang :
Pungsi lumbal (bila neuroimejing tidak tersedia).
Neuroimejing : CT Scan, MRI, MRA, Angiografi, DSA.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Anamnesis:
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/istirahat,
kesadaran baik/terganggu, nyeri kepala/tidak, muntah/tidak, riwayat
hipertensi (faktor risiko strok lainnya), lamanya (onset),serangan
pertama/ulang.
Pemeriksaan Fisik (Neurologis dan Umum) :
Ada defisit neurologis, hipertensi/hipotensi/normotensi.
Pemeriksaan penunjang
Tergantung gejala dan tanda, usia, kondisi pre dan paska stroke, resiko
pemeriksaan, biaya, kenyamanan pemeriksaan penunjang.
Tujuan : Membantu menentukan diagnosa, diagnosa banding, faktor risiko,
komplikasi, prognosa dan pengobatan.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

19

Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL), Gula Darah Sewaktu
(GDS), Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin dan Asam Urat), Fungsi Hati (SGOT dan
SGPT),Protein darah (Albumin, Globulin), Hemostasis, Profil Lipid (Kolesterol,
Trigliserida, HDL, LDL), Homosistein, Analisa Gas Darah dan Elektrolit. Jika
perlu pemeriksaan cairan serebrospinal.
Radiologis
Pemeriksaan Rontgen dada untuk melihat ada tidaknya infeksi paru maupun
kelainan jantung
Brain CT-Scan tanpa kontras (Golden Standard)
MRI kepala
Pemeriksaan Penunjang Lain :
EKG
Echocardiography (TTE dan atau TEE)
Carotid Doppler (USG Carotis)
Transcranial Doppler (TCD)
Golden Standard / Baku Emas
CT-Scan kepala tanpa kontras
DIAGNOSIS BANDING
1. Ensefalopati toksik atau metabolik
2. Kelainan non neurologis / fungsional ( contoh : kelainan jiwa )
3. Bangkitan epilepsi yang disertai paresis Todds
4. Migren hemiplegik.
5. Lesi struktural intrakranial ( hematoma subdural, tumor otak, AVM ).
6. Infeksi ensefalitis, abses otak.
7. Trauma kepala.
8. Ensefalopati hipertensif.
9. Sklerosis multipel
PENATALAKSANAAN / TERAPI
Penatalaksanaan Umum
1. Umum :
Ditujukan terhadap fungsi vital: paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan
elektrolit dan cairan, gizi, higiene.
2. Khusus
Pencegahan dan pengobatan komplikasi
Rehabilitasi
Pencegahan stroke : tindakan promotif, primer dan sekunder

Standar Pelayanan Medis Neurologi

20

Penatalaksanaan khusus
1. Stroke iskemik / infark :
- Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidin, klopidogrel, dipiridamol
- Trombolitik : rt-PA (harus memenuhi kriteria inklusi)
- Antikoagulan : heparin, LMWH, heparinoid (untuk stroke emboli)
(Guidelines stroke 2004)
- Neuroprotektan
2. Perdarahan subarakhnoid :
- Antivasospasme : Nimodipin
- Neuroprotektan
3. Perdarahan intraserebral:
Konservatif:
- Memperbaiki faal hemostasis (bila ada gangguan faal hemostasis)
- Mencegah/mengatasi vasospasme otak akibat perdarahan : Nimodipine
- Neuroprotektan
Operatif: Dilakukan pada kasus yang indikatif/memungkinkan:
- Volume perdarahan lebih dari 30 cc atau diameter > 3 cm pada fossa
posterior.
- Letak lobar dan kortikal dengan tanda-tanda peninggian TIK akut dan
ancaman herniasi otak
- Perdarahan serebellum
- Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebellum
- GCS > 7
Terapi komplikasi :
- Antiedema : larutan Manitol 20%
- Antibiotika, Antidepresan, Antikonvulsan : atas indikasi
- Anti trombosis vena dalam dan emboli paru.
Penatalaksanaan faktor risiko :
- Antihipertensi : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu
(Guidelines stroke 2004)
- Antidiabetika : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu
(Guidelines stroke 2004)
- Antidislipidemia : atas indikasi
Terapi Nonfarmaka
- Operatif
- Phlebotomi
- Neurorestorasi (dalam fase akut) dan Rehabilitasi medik
- Edukasi

Standar Pelayanan Medis Neurologi

21

KOMPLIKASI / PENYULIT
Fase akut :
- Neurologis :
Stroke susulan
Edema otak
Infark berdarah
Hidrosefalus
- Non Neurologis :
Hipertensi / hiperglikemia reaktif
Edema paru
Gangguan jantung
Infeksi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Fase lanjut :
- Neurologis : gangguan fungsi luhur
- Non Neurologis :
Kontraktur
Dekubitus
Infeksi
Depresi
KONSULTASI
- Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Ginjal/Hipertensi, Endokrin), Kardiologi bila
ada kelainan organ terkait.
- Dokter Spesialis Bedah Saraf untuk kasus hemorhagis yang perlu dioperasi
(aneurisma, SVM, evakuasi hematom)
- Gizi
- Rehabilitasi medik (setelah dilakukan prosedur Neurorestorasi dalam 3 bulan
pertama pasca onset)
JENIS PELAYANAN
Rawat inap : Stroke Corner, Stroke Unit atau Neurologic High Care Unit pada
fase akut
Rawat jalan pasca fase akut
TENAGA STANDAR
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Umum, Perawat, Terapis
LAMA PERAWATAN
Stroke perdarahan: rata-rata 34 minggu (tergantung keadaan umum
penderita)
Stroke iskemik : 2 minggu bila tidak ada penyulit / penyakit lain.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

22

PROGNOSIS
Ad vitam
Tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul.
Ad Functionam
Penilaian dengan parameter :
- Activity Daily Living ( Barthel Index )
- NIH Stroke Scale ( NIHSS )
Risiko kecacatan dan ketergantungan fisik / kognitif setelah 1 tahun : 20 30 %

Standar Pelayanan Medis Neurologi

23

Standar Pelayanan Medis Neurologi

24

SEREBRITIS & ABSES OTAK


ICD G 06.0

DEFINISI/ETIOLOGI

Penumpukan material piogenik yang terlokalisir di dalam / di


antara parenkim otak.

Etiologi:

Bakteri (yang sering) : Staphylococcus aureus,


streptococcus anaerob, S.beta hemolitikus, S. alfa hemolitikus, E. coli,
Bacteroides.

Jamur : N. asteroids, spesies candida, aspergillus.

Parasit (jarang) : E. Histolitika, cystecircosis,


schistosomiasis.
Patogenesis
Mikroorganisme (MO mencapai parenkim otak melalui:
Hematogen : dari suatu tempat infeksi yang jauh
Perluasan di sekitar otak : sinusitis frontalis, otitis media.
Trauma tembus kepala/operasi otak.
Komplikasi dari kardiopulmoner, meningitis piogenik.
20% kasus tak diketahui sumber infeksinya.
Lokasi :
Hematogen paling sering pada substansia alba dan grisea.
Perkontinutatum : daerah yang dekat dengan permukaan otak.
Sifat :
Dapat soliter atau multiple. Yang multiple sering pada jantung
bawaan sianotik karena ada shunt kanan ke kiri.
Tahap-tahap :
Awal : Reaksi radang yang difus pada jaringan otak (infiltrat
leukosit, edema, perlunakan dan kongesti) kadang disertai bintik-bintik
perdarahan.
Beberapa hari-minggu : Nekrosis dan pencairan pada pusat lesi
sehingga membentuk rongga abses. Astroglia, fibroblas, makrofag
mengelilingi jaringan yang nekrotik sehingga terbentuk abses yang tidak
berbatas tegas.
Tahap lanjut: fibrosis yang progresif sehingga terbentuk kapsul
dengan dinding yang konsentris.
Stadium:
- Serebritis dini
(hari I III)
- Serebritis lanjut
(hari IV IX)
- Serebritis kapsul dini
(hari X XIII)
- Serebritis kapsul lanjut (> XIV hari)
KRITERIA DIAGNOSIS

Gambaran kliniknya tidak khas, kriteria terdapat tanda


infeksi + TIK
Khas bila terdapat trias: gejala infeksi + TIK + tanda neurologik fokal.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

25

Darah rutin : 50 60 % didapati leukositosis 10.00020.000 / cm2

70 95 % LED meningkat.
LP : bila tak ada kontraindikasi untuk kultur
dan tes sensifitas.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

26

Radiologi :
Foto polos kepala biasanya normal.
CT-Scan kepala tanpa kontras dan pakai kontras bila abses
berdiameter > 10 mm.

Angiografi

Pemeriksaan Penunjang

Darah rutin (leukosit, LED)

LP : bila tak ada kontraindikasi untuk kultur dan tes sensitifitas.

Rontgen : Foto polos kepala, CT-Scan kepala tanpa kontras dan


pakai kontras, atau angiografi.
DIAGNOSIS BANDING

Space occupying lesion lainnya (metastase tumor, glioblastoma)

Meningitis
TATALAKSANA
Prinsipnya menghilangkan fokus infeksi dan efek massa.
Kausal :
Ampisillin 2 gr/6 jam iv (200-400 mg/kgBB/hari selama 2 minggu).
Kloramfenikol 1 gr/6jam iv selama 2 minggu.
Metronidazole 500 mg/8 jam iv selama 2 minggu.
Antiedema : dexamethason/manitol.
Operasi bila tindakan konservatif gagal atau abses berdiameter 2 cm.
PENYULIT

Herniasi
Hidrosefalus obstruktif
Koma

KONSULTASI
Bedah Saraf
TEMPAT PELAYANAN
Perawatan di RS A atau B
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 6 minggu
PROGNOSIS
Sembuh, sembuh + cacat, atau meninggal
Prognosis: tergantung dari : umur penderita, lokasi abses, dan sifat absesnya.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

27

MENINGITIS TUBERKULOSA
ICD A 17.0
DEFINISI ETIOLOGI
Meningitis tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai selaput otak
yang disebabkan oleh kuman tuberkulosa.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Didahului oleh gejala prodromal berupa nyeri kepala, anoreksia, mual/muntah,
demam subfebris, disertai dengan perubahan tingkah laku dan penurunan
kesadaran, onset subakut, riwayat penderita TB atau adanya fokus infeksi
sangat mendukung.
Pemeriksaan fisik

tanda lasegue
dan kernig.

Tanda-tanda rangsangan meningeal berupa kaku kuduk dan


Kelumpuhan saraf otak dapat sering dijumpai

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan LCS (bila tidak ada


tanda-tanda
peninggian tekanan intrakranial), pemeriksaan darah rutin, kimia, elektrolit
Pemeriksaan sputum BTA (+)

Pemeriksan Radiologik

Foto polos paru

CT-Scan kepala atau MRI dibuat sebelum


dilakukan pungsi lumbal bila dijumpai peninggian tekanan intrakranial.

Pemeriksaan penunjang lain:

IgG anti TB (Untuk mendapatkan


antigen
bakteri
diperiksa
counter-immunoelectrophoresis,
radioimmunoassay atau teknik ELISA).

PCR
Pada Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan LCS (bila tidak ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial)

Pelikel (+) / Cobweb Appearance (+)

Pleiositosis 50-500/mm3, dominan sel mononuklear,


protein meningkat
100-200 mg%, glukosa menurun <50%-60% dari GDS, kadar laktat, kadar
asam amino, bakteriologis Ziehl Nielsen (+), kultur BTA (+).
Pemeriksaan penunjang lain seperti IgG anti-TB atau PCR
DIAGNOSIS BANDING

Meningoensefalitis karena virus

Meningitis bakterial yang pengobatannya tidak sempurna

Standar Pelayanan Medis Neurologi

28

Meningitis oleh karena infeksi jamur/parasit (Cryptococcus


neoformans atau Toxoplasma gondii), Sarkoid meningitis.

Tekanan selaput yang difus oleh sel ganas, termasuk karsinoma,


limfoma, leukemia, glioma, melanoma, dan meduloblastoma.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

29

TATALAKSANA
Umum
Terapi kausal: Kombinasi Obat Anti Tuberkulosa (OAT).

INH

Pyrazinamida

Rifampisin

Etambutol
Kortikosteroid
PENYULIT/KOMPLIKASI

Hidrosefalus
Kelumpuhan saraf kranial
Iskemi dan infark pada otak dan mielum
Epilepsi
SIADH
Retardasi mental
Atrofi nervus optikus

KONSULTASI
Bedah Saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap
TENAGA STANDAR
Dokter spesialis saraf, dokter umum, perawat
LAMA PERAWATAN
Minimal 3 minggu, tergantung respon pengobatan.
PROGNOSIS
Meningitis tuberkulosis sembuh lambat dan
umumnya meninggalkan sekuele neurologis.

Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh


dengan cacat, meninggal

Standar Pelayanan Medis Neurologi

30

RABIES
ICD A 82
DEFINISI/ETIOLOGI:
Rabies adalah penyakit peradangan akut SSP oleh virus rabies,
bermanifestasi sebagai kelainan neurologi yang umumnya berakhir dengan
kematian.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Penderita mempunyai riwayat tergigit, tercakar atau kontak dengan
anjing, kucing atau binatang lainnya yang :
Positif rabies (hasil pemeriksaan otak hewan tersangka)
Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit (bukan dibunuh)
Tak dapat diobservasi setelah menggigit (dibunuh, lari, dan
sebagainya)
Tersangka rabies (hewan berubah sifat, malas makan dll).
Gambaran Klinik

Stadium prodromal (210 hari)


Sakit dan rasa kesemutan di sekitar luka gigitan (tanda awal rabies), sakit
kepala, lemah, anoreksia, demam, rasa takut, cemas, agitasi.

Stadium kelainan neurologis (27 hari)


Bentuk spastik: Peka terhadap rangsangan ringan, kontraksi otot
farings dan esofagus, kejang, aerofobia, hidrofobia, kaku kuduk,
delirium, semikoma, meninggal setelah 35 hari.
Bentuk demensia
Kepekaan terhadap rangsangan bertambah, gila mendadak, dapat
melakukan tindakan kekerasan, koma, mati.
Bentuk paralitik (710 hari)
Gejala tidak khas, penderita meninggal sebelum diagnosis tegak,
terdapat monoplegi atau paraplegi flaksid, gejala bulbar, kematian
karena kelumpuhan otot napas.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium: Lekosit, hematokrit, Hb, Albumin


urine, dan Lekosit urine, Likuor Serebrospinal bila perlu.

Pemeriksaan radiologik: Dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan


kepala untuk menyingkirkan kausa lain.

Pemeriksaan penunjang lain: tidak ada


Menunjang diagnosis bila ditemukan:

Darah:

Lekosit
: 8.000--13.000/mm3

Hematokrit
: berkurang

Hb
: berkurang

Standar Pelayanan Medis Neurologi

31

Urine:
Albuminuria
Sedikit lekosit
CSF: Protein dan sel normal atau sedikit meninggi.

DIAGNOSIS BANDING

Intoksikasi obat-obatan

Ensefalitis

Tetanus

Histerikal pseudorabies

Poliomielitis
TERAPI

Bila sudah timbul gejala prodromal


prognosis infaust dalam 3 hari.

Terapi hanya bersifat simptomatis dan


supportif (Infus Dextrose, antikejang).

Vaksin antirabies/serum antirabies: tidak


diperlukan.
PENYULIT
Dehidrasi, gagal napas
KONSULTASI
Anestesi
JENIS PELAYANAN
Perawatan RS diperlukan untuk menenangkan pasien
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Dirawat di kamar isolasi 110 hari (umumnya penderita meninggal dalam 12
hari perawatan)
PROGNOSIS
Infaust/meninggal dunia

Standar Pelayanan Medis Neurologi

32

Lampiran 1.
PENATALAKSANAAN PENDERITA TERGIGIT ANJING ATAU HEWAN TERSANGKA
DAN POSITIF RABIES:
KRITERIA TERSANGKA RABIES SEBAGAI BERIKUT :
1. Anjing/hewan yang menggigit terbukti secara laboratorium adalah positif
rabies.
2. Anjing atau hewan yang menggigit mati dalam waktu 5 - 10 hari
3. Anjing atau hewan yang menggigit menghilang atau terbunuh
4. Anjing atau hewan yang menggigit dengan gejala rabies.
Catatan :
1. Penyuntikan dilakukan secara lengkap bila :
a. hewan atau anjing yang menggigit positif rabies.
b. hewan atau anjing liar atau gila yang tidak dapat diobservasi atau hewan
tersebut dibunuh.
2. Penyuntikan VAR tidak dilanjutkan apabila hewan atau anjing yang
menggigit penderita tetap sehat selama observasi sampai dengan 10 hari.
3. Petugas (tenaga medis atau Perawat) harus memakai sarung tangan, pakaian
dan masker.
4. Dokter/Perawat harus terlebih dahulu memberikan penjelasan secukupnya
tentang jumlah kali pemberian vaksin anti rabies (VAR)/serum anti rabies
(SAR), termasuk manfaat maupun efek samping yang mungkin timbul.
5. Sebelum dilakukan vaksinasi dengan VAR/pemberian serum anti rabies
(SAR) terhadap penderita terlebih dahulu dimintai persetujuan dari
penderita ataupun keluarga terdekat penderita atas pemberian
vaksinasi/serum tersebut. Dalam hal ini penderita atau keluarga terdekat
penderita harus menandatangani surat persetujuan (informed consent)
disaksikan oleh dua orang saksi termasuk dokter/Perawat.
PENATALAKSANAAN PENDERITA TERGIGIT ANJING ATAU HEWAN TERSANGKA
DAN POSITIF RABIES
No
1.

I N D I K AS I
Luka Gigitan

2.

Kontak, tetapi
tanpa lesi,
kontak tak
langsung, tak
ada kontak.

TI N DAKAN
1.
Dicuci dengan
air sabun (detergen)
5-10 menit kemudian
dibilas dengan air
bersih.
2.
Alkohol 40-70%
3.
Berikan yodium,
betadin solusio atau
senyawa amonium
kuartener 0.1%
4.
Penyuntikan SAR
secara infiltrasi
sekeliling luka
---

Standar Pelayanan Medis Neurologi

Jenis VAR+Dosis
----

Boster
---

Keterangan
menunda
penjahitan luka,
jika penjahitan
diperlukan
gunakan anti
serum lokal.
bila diindikasikan
dapat diberikan
Toxoid Tetanus,
antibiotik, anti
inflamasi dan
analgetik

----

----

---

33

3.

Menjilat kulit,
garukan atau
abrasi kulit,
gigitan kecil
(daerah
tertutup),
lengan, badan
dan tungkai.

Berikan VAR
hari 0: 2 x suntikan
intramuskuler

Imovax atau
verorab
0,5 ml
deltoideus kiri
dan 0.5 ml
deltoideus
kanan

hari 7: 1 x suntikan
intra muskuler

0.5 ml
deltoideus kiri
atau kanan

hari 21: 1 x suntik-an

0.5 ml
deltoideus kiri
atau kanan
Imovag rabies

intra muskuler

4.

5.

6.

7.

Menjilat
mukosa, luka
gigitan besar
atau dalam,
multipel, luka
pada muka,
kepala, leher,
jari tangan dan
jari kaki.

A. Serum anti rabies

(SAR)
dosis disuntikkan
secara infiltrasi
disekitar luka
dosis yang sisa
disuntikkan
intramuskuler
diregio glutea.
B. Vaksin anti rabies
(VAR)
Sesuai poin 3A &B

Kasus gigitan
ulang
A. kurang dari 1
tahun

Berikan VAR hari 0

B. lebih dari 1
tahun

Berikan SAR + VAR


secara lengkap

---

Dosis untuk semua


umur sama

20 IU/kg BB

Imovag, verorab

Imovag, verorab
SMBV

hari 90:
0.5ml
im
pada
deltoid
kiri
atau
kanan
----

Imovax,
verorab, SMBV,
Imogan rabies

0.5 ml IM

deltoideus
umur < 3th 0.1 ml
IC flexor lengan
bawah
umur > 3 th 0,25
ml IC flexor lengan
bawah.
Sesuai poin 1,3,4,5

Bila ada reaksi


Berikan anti histamin
penyuntikan :
sistemik atau lokal
reaksi lokal
Tidak boleh diberikan
kemerahan,
kortikosteroid.
gatal,
pembengkakan
Bisa timbul efek samping pemberian VAR berupa meningoensefalitis
Th/ - Kortikosteroid dosis tinggi

Standar Pelayanan Medis Neurologi

34

ENSEFALITIS VIRAL
ICD G 05
DEFINISI/ETIOLOGI
Suatu penyakit demam akut dengan kerusakan jaringan parenkim sistem
saraf pusat yang menimbulkan kejang, kesadaran menurun, atau tandatanda neurologis fokal.
Etiologi:
Virus DNA
- Poxviridae
: Poxvirus
- Herpetoviridae : Virus Herpes simpleks, Varicella Zoster, virus
sitomegalik
Virus RNA
- Paramiksoviridae : Virus Parotitis, Virus morbili (Rubeola)
- Picornaviridae : Enterovirus, Virus Poliomielitis, Echovirus
- Rhabdoviridae : Virus Rabies
- Togaviridae
: Virus ensefalitis alpha, Flavivirus ensefalitis
jepang B, Virus demam kuning, Virus Rubi
- Bunyaviridae
: Virus ensefalitis California
- Arenaviridae
: Khoriomeningitis Limfositaria
- Retroviridae
: Virus HIV
KRITERIA DIAGNOSIS

Bentuk asimtomatik :
Gejala ringan, kadang ada nyeri kepala ringan atau demam tanpa
diketahui penyebabnya. Diplopia, vertigo, parestesi berlangsung sepintas.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal

Bentuk abortif :
Nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, kaku kuduk ringan. Umumnya
terdapat infeksi saluran napas bagian atas atau gastrointestinal.

Bentuk fulminan :
Berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari yang berakhir dengan
kematian. Pada stadium akut demam tinggi, nyeri kepala difus yang hebat,
apatis, kaku kuduk, disorientasi, sangat gelisah dan dalam waktu singkat
masuk ke dalam koma dalam. Kematian biasanya terjadi dalam 2-4 hari
akibat kelainan bulbar atau jantung.

Bentuk khas ensefalitis :


Gejala awal nyeri kepala ringan, demam, gejala infeksi saluran napas
bagian atas atau gastrointestinal selama beberapa hari. Kaku kuduk, tanda
Kernig positif, gelisah, lemah, dan sukar tidur. Defisit neurologis yang timbul
tergantung tempat kerusakan. Selanjutnya kesadaran menurun sampai
koma, kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan koordinasi, kelainan
kepribadian, disorientasi, gangguan bicara, dan gangguan mental.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

35

Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan laboratorium

Pungsi lumbal (bila tak ada kontra indikasi)


Cairan serebrospinal jernih dan tekanannya dapat normal
atau meningkat
Fase dini dapat dijumpai peningkatan sel PMN diikuti
pleositosis limfositik, umumnya kurang dari 1000/ul
Glukosa dan Klorida normal
Protein normal atau sedikit meninggi (80200 mg/dl)

Pemeriksaan darah
- Lekosit : Normal atau lekopeni atau lekositosis ringan
- Amilase serum sering meningkat pada parotitis
- Fungsi hati abnormal dijumpai pada hepatitis virus dan mononukleosis
infeksiosa
- Pemeriksaan antibodi-antigen spesifik untuk HSV, cytomegalovirus, dan
HIV
Pemeriksaan Radiologik
- Foto Thoraks
- CT scan
- MRI
Pemeriksaan penunjang lain
Bila tersedia fasilitas virus dapat dibiakkan dari cairan serebrospinal, tinja,
urin, apusan nasofaring, atau darah.

DIAGNOSIS BANDING
Infeksi bakteri, mikobakteri, jamur, protozoa
Meningitis tuberkulosa, meningitis karena jamur
Abses otak
Lues serebral
Intoksikasi timah hitam
Infiltrasi neoplasma (Lekemia, Limfoma, Karsinoma)
TERAPI

Perawatan Umum

Anti udema serebri : Deksamethason dan Manitol 20%

Atasi kejang : Diazepam 10-20 mg iv perlahan-lahan dapat diulang


sampai 3 kali dengan interval 15-30 menit. Bila masih kejang berikan
fenitoin 100-200 mg/ 12 jam/hari dilarutkan dalam NaCl dengan kecepatan
maksimal 50 mg/menit.

Terapi kausal: Untuk HSV: Acyclovir


PENYULIT/KOMPLIKASI
Defisit neurologis sebagai gejala sisa
Hidrosefalus
Gangguan mental
Epilepsi
SIADH

Standar Pelayanan Medis Neurologi

36

Standar Pelayanan Medis Neurologi

37

KONSULTASI JENIS PELAYANAN


Rawat Inap, segera
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Satu bulan bila tidak ada sequale neurologis
Minimal 1 (satu) Minggu
PROGNOSIS
Beratnya sequele tergantung pada virus penyebab

Standar Pelayanan Medis Neurologi

38

MENINGITIS BAKTERIAL
ICD G 00
DEFINISI/ETIOLOGI
Meningitis bakterial (disebut juga meningitis piogenik akut atau meningitis
purulenta) adalah suatu infeksi cairan likuor serebrospinalis dengan proses
peradangan yang melibatkan piamater, arakhnoid, ruangan subarakhnoid dan
dapat meluas ke permukaan otak dan medula spinalis.
Etiologi: Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, H. Influenzae,
Staphylococci, Listeria monocytogenes, basil gram negatif.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga subakut antara 1-7 hari.
Gejala berupa demam tinggi, menggigil, sakit kepala, fotofobia, mialgia, mual,
muntah, kejang, perubahan status mental sampai penurunan kesadaran.
Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda rangsang meningeal

Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset

Gejala neurologis fokal berupa gangguan saraf kranialis

Gejala lain: infeksi ekstrakranial misalnya sinusitis, otitis media,


mastoiditis, pneumonia, infeksi saluran kemih, arthritis (N. Meningitidis).
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

Lumbal pungsi

Pemeriksaan Likuor

Pemeriksaan kultur likuor dan darah

Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan kimia darah (gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati)


dan elektrolit darah
Radiologis

Foto polos paru

CT-Scan kepala
Pemeriksaan penunjang lain: Pemeriksaan antigen bakteri spesifik
seperti C Reactive Protein atau PCR (Polymerase Chain Reaction).
Pemeriksaan Laboratorium diperoleh :

Lumbal pungsi: Mutlak dilakukan bila tidak ada kontraindikasi.


Pemeriksaan Likuor : Tekanan meningkat>180 mmH2O,Pleiositosis lebih dari
1.000/mm3 dapat sampai 10.000/mm3 terutama PMN, Protein meningkat
lebih dari 150 mg/dL dapat>1.000 mg/dL, Glukosa menurun < 40% dari GDS.
Dapat ditemukan mikroorganisme dengan pengecatan gram.

Pemeriksaan darah rutin: Lekositosis, LED meningkat.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

39

Pemeriksaan penunjang lain


Bila hasil analisis likuor serebrospinalis
mendukung, tetapi pada pengecatan gram negatif maka untuk menentukan
bakteri penyebab dapat dipertimbangakn pemeriksaan antigen bakteri
spesifik seperti C Reactive Protein atau PCR (Polymerase Chain Reaction).
DIAGNOSIS BANDING
Meningitis virus, Perdarahan Subarakhnoid, Meningitis khemikal, Meningitis TB,
Meningitis Leptospira, Meningoensefalitis fungal.
TATALAKSANA
Perawatan umum
Kausal: Lama Pemberian 1014 hari
Usia
< 50 tahun

Bakteri Penyebab
S. Pneumoniae
N. Meningitidis
L. Monocytogenes

> 50 tahun

S. Pneumoniae
H. Influenzae
Species Listeria
Pseudomonas aeroginosa
N. Meningitidis

Antibiotika
Cefotaxime 2 g/6 jam max. 12 g/hari
atau Ceftriaxone 2 g/12 jam +
Ampicillin 2 g/4 jam/IV (200 mg/kg
BB/IV/hari)
Chloramphenicol 1 g/6 jam +
Trimetoprim/sulfametoxazole 20
mg/kg BB/hari.
Bila prevalensi S. Pneumoniae Resisten
Cephalosporin > 2% diberikan :
Cefotaxime / Ceftriaxone+Vancomycin
1 g / 12 jam / IV (max. 3 g/hari)
Cefotaxime 2 g/6 jam max. 12 g/hari
atau ceftriaxone 2 g/12 jam +
ampicillin 2 g/4 jam/IV (200 mg/kg
BB/IV/hari)
Bila prevalensi S. Pneumoniae Resisten
Cephalosporin > 2% diberikan :
Cefotaxime / Ceftriaxone+Vancomycin
1 g/12 jam/IV (max. 3 g/hari)
Ceftadizime 2 g/8 jam/IV

Bila bakteri penyebab tidak dapat diketahui, maka terapi antibiotik empiris
sesuai dengan kelompok umur, harus segera dimulai

Terapi tambahan : Dianjurkan hanya pada


penderita risiko tinggi, penderita dengan status mental sangat
terganggu, edema otak atau TIK meninggi yaitu dengan Deksametason
0,15 mg/kgBB/6 jam/ IV selama 4 hari dan diberikan 20 menit sebelum
pemberian antibiotik.

Penanganan peningkatan TIK:


- Meninggikan letak kepala 30o dari tempat tidur
- Cairan hiperosmoler : manitol atau gliserol
- Hiperventilasi untuk mempertahankan pCO2 antara 2730 mmHg

Standar Pelayanan Medis Neurologi

40

PENYULIT
Gangguan serebrovaskuler
Edema otak
Hidrosefalus
Perdarahan otak
Shock sepsis
ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)
Disseminated Intravascular Coagulation
Efusi subdural
SIADH
KONSULTASI
Konsultasi dengan bagian lain sesuai sumber infeksi.
JENIS PELAYANAN
Perawatan RS diperlukan segera
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
12 bulan di ruang perawatan intermediet
PROGNOSIS
Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, meninggal.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

41

TETANUS
ICD X : A 35
DEFINISI
Penyakit sistem saraf yang perlangsungannya akut dengan karakteristik spasme
tonik persisten dan eksaserbasi singkat.
KRITERIA DIAGNOSIS
Hipertoni dan spasme otot
Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, opistotonus, dinding
perut tegang, anggota gerak spastik.
Lain-lain: Kesukaran menelan, asfiksia dan sianosis, nyeri pada otot-otot di
sekitar luka
Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu
Umumnya ada luka/riwayat luka
Retensi urine dan hiperpireksia
Tetanus lokal
Pemeriksaan Penunjang
Bila memungkinkan, periksa bakteriologik untuk menemukan C. tetani.
EKG bila ada tanda-tanda gangguan jantung.
Foto toraks bila ada tanda-tanda komplikasi paru-paru.
DIAGNOSIS BANDING

Kejang karena hipokalsemia

Reaksi distonia

Rabies

Meningitis

Abses retrofaringeal, abses gigi, subluksasi mandibula

Sindrom hiperventilasi/reaksi histeri

Epilepsi/kejang tonik klonik umum


TATALAKSANA
IVFD dekstrose 5% : RL = 1 : 1 / 6 jam
Kausal :
Antitoksin tetanus:
a. Serum antitetanus (ATS) diberikan dengan dosis 20.000 IU/hari/i.m.
selama 3 5 hari. TES KULIT SEBELUMNYA. ATAU
b. Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG). Dosis 500-3.000 IU/I.M.
tergantung beratnya penyakit. Diberikan SINGLE DOSE.
Antibiotik :
a. Metronidazole 500 mg/8 jam drips i.v.
b. Ampisilin dengan dosis 1 gr/8 jam i.v. (TES KULIT SEBELUMNYA).
Bila alergi terhadap Penilisin dapat diberikan:
- Eritromisin 500 mg/6 jam/oral. ATAU
- Tetrasiklin 500mg/6 jam/oral.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

42

Penanganan luka :
Dilakukan cross incision dan irigasi menggunakan H2O2.
Simtomatis dan supportif

Diazepam
- Setelah masuk rumah sakit, segera diberikan diazepam dengan dosis 10
mg i.v. perlahan 23 menit. Dapat diulangi bila diperlukan.
Dosis maintenance : 10 ampul = 100 mg/500 ml cairan infus (1012
mg/KgBB/hari) diberikan secara drips (syringe pump).
Untuk mencegah terbentuknya kristalisasi, cairan dikocok setiap 30
menit.
- Setiap kejang diberikan bolus diazepam 1 ampul / IV perlahan selama 3
5 menit, dapat diulangi setiap 15 menit sampai maksimal 3 kali. Bila tak
teratasi segera rawat di ICU.
- Bila penderita telah bebas kejang selama + 48 jam maka dosis diazepam
diturunkan secara bertahap + 10% setiap 1 3 hari (tergantung keadaan).
Segera setelah intake peroral memungkinkan maka diazepam diberikan
peroral dengan frekuensi pemberian setiap 3 jam.

Oksigen, diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoksia, distres


pernapasan, sianosis.

Nutrisi
Diberikan TKTP dalam bentuk lunak, saring, atau cair. Bila perlu, diberikan
melalui pipa nasogastrik.

Menghindari tindakan/perbuatan yang bersifat merangsang,


termasuk rangsangan suara dan cahaya yang intensitasnya bersifat
intermitten.

Mempertahankan/membebaskan jalan nafas: pengisapan lendir


oro/nasofaring secara berkala.

Posisi/letak penderita diubah-ubah secara periodik.

Pemasangan kateter bila terjadi retensi urin.


PENYULIT
Asfiksia akibat depresi pernapasan, spasme jalan napas
Pneumonia aspirasi
Kardiomiopati
Fraktur kompresi
KONSULTASI

Dokter Gigi
Dokter Ahli Bedah
Dokter Ahli Kebidanan dan Kandungan
Dokter Ahli THT
Dokter Ahli Anestesi

JENIS PELAYANAN
Rawat segera, bila diperlukan, rawat di ICU
TENAGA STANDAR

Standar Pelayanan Medis Neurologi

43

Perawat, dokter umum/residen, dokter spesialis Saraf

Standar Pelayanan Medis Neurologi

44

LAMA PERAWATAN
2 minggu 1 bulan.
PROGNOSIS / LUARAN
Angka kematian tinggi bila :

Usia tua

Masa inkubasi singkat

Onset periode yang singkat

Demam tinggi

Spasme yang tidak cepat diatasi


Sebelum KRS : Tetanus Toksoid (TT1) 0,5 ml IM.
TT2 dan TT3 : diberikan masing-masing dengan interval waktu 4 6
minggu

Standar Pelayanan Medis Neurologi

45

MALARIA SEREBRAL
KRITERIA DIAGNOSIS
Merupakan komplikasi dari malaria. Paling sering disebabkan oleh P.
falciparum. Diagnosis ditegakkan pada penderita malaria (terbukti dari
pemeriksaan apus darah) yang mengalami penurunan kesadaran (GCS <7)
disertai gejala lain gangguan serebral (ensefalopati)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan apus darah tebal : ditemukan parasit malaria
DIAGNOSIS BANDING
Penurunan kesadaran sebab lain :
Hipoglikemi, asidosis berat, syok karena hipotensi.
TERAPI
Antimalaria
Terapi suportif

Pencegahan

: Kinin dihidroklorida IV
: antikonvulsan
antipirektika
penanganan hipoglikemia
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
: Anti malaria oral sejak dua minggu sebelum perjalanan ke
daerah endemis

PENYULIT
Hipoglikemia, Asidosis, Edema paru, Syok hemodinamik, Gagal ginjal
KONSULTASI
Bag. Ilmu Penyakit Dalam
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA RAWAT
Tergantung klinis
PROGNOSIS
Sequele jangka panjang : Ataksia, buta kortikal, kejang, hemiparesis

Standar Pelayanan Medis Neurologi

46

SINUS TROMBOFLEBITIS
KRITERIA DIAGNOSIS.
Definisi : adalah infeksi sinus venosus intrakranial yang disebabkan berbagai
bakteria. Biasanya berasal dari penjalaran infeksi sekitar wajah atas (furunkel)
dan kepala ( luka, mastoiditis dll). Gejala tergantung sinus venosus mana yang
terkena. Pada trombosis sinus cavernosus, bisa didapat oftalmoplegi dan
khemosis. Pada sinus sagitalis trombosis bisa didapat paraplegi.
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin : gambaran infeksi umum dan leukositosis.
Pemeriksaan penunjang lain : cari sumber infeksi wajah atau kepala
DIAGNOSIS BANDING
Pseudotumor serebri
TATALAKSANA
Terapi farmaka : Antibiotika seperti meningitis purulenta
KOMPLIKASI / PENYULIT
Meningitis purulenta
Abses otak
KONSULTASI : JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
PROGNOSIS
Tergantung stadium pengobatan

Standar Pelayanan Medis Neurologi

47

MENINGITIS KRIPTOKOKKUS / JAMUR


KRITERIA DIAGNOSIS
Definisi : adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus.
Diagnosis pasti : pemeriksaan sediaan langsung dan kultur dari CSS.
Predisposisi : gangguan imunitas berat (AIDS, penerima transplantasi jaringan
atau sedang dalam terapi keganasan)
Pemeriksaan Penunjang
- Pungsi Lumbal : - Profil LCS menyerupai MTB.
- Pengecatan Tinta India / Gram terhadap CSS
- Pemeriksaan serologis.
- Kultur Sabauraud.
DIAGNOSIS BANDING
Meningitis serosa sebab lain
TATALAKSANA
- Terapi kausal : Amfoterisin B dan 5 Floro-sitosin IV ( 2 minggu ) dilanjutkan
Flukonazol 200 mg/hari
- Terapi simtomatik /suportif : Disesuaikan keadaan pasien.
PENYULIT
Herniasi
KONSULTASI
Atas indikasi ke Bag Ilmu Penyakit Dalam & Bag. Bedah Saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat inap di ruang perawatan khusus
TENAGA
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
PROGNOSIS
Buruk

Standar Pelayanan Medis Neurologi

48

Nama Penyakit /Diagnosis

HIV-AIDS Susunan Saraf Pusat


DEFINISI/ ETIOLOGI
Definisi WHO untuk AIDS di Asia Tenggara adalah pasien yang memenuhi kriteria
A dan B dibawah ini :
A. Hasil positif untuk antibodi HIV dari dua kali test yang menggunakan dua
antigen yang berbeda.
B. Salah satu dari kriteria yang dibawah ini :
1.- Berat badan menurun 10% atau lebih yang tidak diketahui sebabnya .
- Diare kronik selama 2 bulan terus menerus atau periodik.
2. Tuberkulosis milier atau menyebar.
3. Kandidiasis esofagus yang dapat didiagnosis dengan adanya kandidiasis
mulut yang disertai disfagia / odinofagia.
4. Gangguan neurologis disertai gangguan aktifitas sehari-hari, yang tidak
diketahui sebabnya.
5. Sarkoma kaposi.
Infeksi HIV akan menimbulkan penyakit yang kronik dan progresif sehingga
setelah bertahun-tahun tampaknya mengancam jiwa. Pengobatan yang tersedia
sekarang dapat memperpanjang masa hidup dan kualitas hidup dengan cara
memperlambat penurunan sistim imun dan mencegah infeksi oportunistik.
Terdapat variasi yang luas dari respon imun terhadap efek patologik HIV. Karena
itu mungkin saja sebagian dari mereka tetap hidup dan sehat dalam jangka
panjang sedangkan sekitar 40-50% dari mereka menjadi AIDS dalam waktu 10
tahun.
Etiologi : Virus RNA (Retrovirus)
Patofisiologi infeksi HIV
HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dan non seksual. Didalam tubuh
HIV akan menginfeksi sel yang mempunyai reseptor CD4 seperti sel limfosit,
monosit dan makrofag dan beberapa sel tertentu lain, walaupun tidak
mempunyai reseptor CD4 misalnya sel-sel glia dan sel langerhans. Secara umum
ada dua kelas sel dimana HIV ber-replikasi yaitu didalam sel T limfosit dan
didalam sel makrofag, karena itu disebut T-tropik atau syncytium inducing
isolates dan Makrofag-tropik atau non-syncytium inducing isolates. Isolat Mtropik lebih sering tertular, tetapi isolat T-tropik terlihat pada 50% dari infeksi
HIV stadium lanjut dan menimbulkan progresivitas penyakit yang sangat cepat.
Bahkan diketahui bahwa yang menimbulkan perbedaan tropisme adalah kadar
ko-reseptor yang penting yaitu CXCR4 dan CCR5.
Sebagai akibatnya akan terjadi dua kelompok gejala utama yaitu :
1. Akibat penekanan pada sistim kekebalan tubuh, sehingga mudah terjadi
infeksi, kanyeri kepalaer yang spesifik dan penurunan berat badan yang
drastis.
2. Disfungsi neurologik baik susunan saraf pusat maupun susunan saraf perifer.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

49

KRITERIA DIAGNOSIS
Fase I
- Infeksi HIV primer (infeksi HIV akut)
Fase II
- Penurunan imunitas dini (sel CD4 > 500 / l)
Fase III Penurunan imunitas sedang (sel CD4 500 200 / l)
Fase IV Penurunan imunitas berat (sel CD4 < 200 / l)
Kriteria diagnosis presumtif untuk indikator AIDS :
a. Kandidiiasis Esofagus: nyeri retrosternal saat menelan dan bercak putih
diatas dasar kemerahan.
b. Retinitis virus sitomegalo
c. Mikobakteriosis
d. Sarkoma kaposi: bercak merah atau ungu pada kulit atau selaput mukosa.
e. Pnemonia Pnemosistis karini: Riwayat sesak nafas/batuk nonproduktif dalam
3 bulan terakhir.
f. Toksoplasmosis otak
Pemeriksaan Penunjang:
Enzym-linked immunosorbent assay (Eliza) dan aglutinasi partikel.
Western Blot Analysis, indirect immunofluorescence assays (IFA)
dan radioimmunoprecipitation assays (RIPA)
Biakan darah, urin dan sifilis
Antigen/ antibody HIV
Lymphosit cell CD 4 dan CD 8
Viral load
Serologi sifilis, antigen kriptokokus
Lumbal Pungsi
Pemeriksaan tinta India cairan serebrospinal.
Brain CT scan , MRI
Electromyography (EMG)
Memory test
Roentgen thorax
Mikroskopis dan biakan dahak.
DIAGNOSIS BANDING
Massa intrakranial
TBC
Polineuropathy kerena penyebab lain
Demensia karena penyebab lain

Standar Pelayanan Medis Neurologi

50

TATALAKSANA
Dosis Anti retroviral untuk ODHA dewasa (Pedoman Nasional 2004)
Gol / Nama obat
Dosis
Nucleoside RTI
Abacavir (ABC)
300 mg setiap 12 jam
Didanoside (ddI)
400 mg sekali sehari
250mg@12jam (BB < 60kg)
Atau 250 mg sekali sehari bila
diberi bersama TDF
Lamivudine (3TC)
150 mg setiap 12 jam atau
300 mg sekali sehari
Stavudine (d4T)
30mg@12jam (BB < 60 kg)
Zidovudine (ZDV atau AZT)
300 mg@ 12jam
Nucleotide RTI
Tenofovir (TDF)
300mg sekali sehari
Non-nucleoside RTIs
Efavirenz (EFV)
600mg sekali sehari
Nevirapine (NVP)
200mg sekali sehari (14 hari)
kemudian 200 mg @12jam
Protease Inhibitors
Indinavir/Ritonavir (IDV/r)
800mg/100mg @ 12jam
Lopinavir/Ritonavir (LPV/r)
400mg/100mg @ 12jam
Nelfinavir (NFV)
1250mg @12 jam
Squinavir/Ritonavir (SQV/r)
1000mg/100mg@12jam atau
1600mg/200mg sekali sehari
Ritonavir (RTV/r)
capsule 100mg,
larutan oral 400mg/5ml
Infeksi Opportunistik
1. Sitomegalovirus pada HIV : Pada funduskopi = Retinitis sitomegalovirus
Gansiklovir 5 mg/KgBB dua kali sehari parenteral selama 14-21 hari.
Selanjutnya 5 mg/KgBB sekali sehari dianjurkan sampai CD4 lebih dari 100
sel/ml.
2. Ensefalitis Toksoplasma
Pirimetamin 50-75 mg perhari dengan Sulfadiazin 100 mg/KgBB/hari
Asam Folat 10-20 mg perhari
Atau :
Fansidar 2-3 tablet per hari dan Klindamisin 4 x 600 mg perhari
Disertai leukovorin 10 mg perhari.
(Fansidar mengandung: Pirimetamine 25mg +Sulfadoksin 500mg)
Untuk mencegah kekambuhan : Kotrimoksazol 2 tab perhari
3. Meningitis Cryptoccocus
Terapi primer fase akut : Amfoterisin B 0,7 mg/kgBB/hari iv 2 minggu.
Selanjutnya Fluconazole 400 mg per hari peroral selama 8-10 minggu
Terapi pencegahan kekambuhan :
Fluconazole 100 mg perhari seterusnya selama jumlah sel CD 4 masih
dibawah 300 sel/mL
(Flow chart sesuai grafik gambar dibelakang)
Standar Pelayanan Medis Neurologi

51

Antiretroviral rekomendasi WHO 2004


ARV first line:
d4T/3TC/NVP (Stavudin/Lamifudin/Nevirapin)
d4T/3TC/EFV (Stavudin/Lamifudin/Efavirens)
AZT/3TC/NVP (Zidovudin/Lamifudin/Nevirapin)
AZT/3TC/EFV (Zidovudin/Lamifudin/Efavirens)
PENYULIT / KOMPLIKASI
1. Drug toxicity
2. AIDP
3. CIDP
4. Mononeuropathy
5. Focal brain lesions
6. Distal Symmetric Polineuropathy
7. Inflammatory demyelinating polyneuropathy
8. Progressive polyradiculopathy
9. Mononeuritis multiplex
10. Spinal cord syndrome / vacuolar myelopathy
KONSULTASI:
Pokja HIV-AIDS RS Setempat , VCT Clinic
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap dan Rawat Jalan
TENAGA STANDAR:
Spesialis Saraf, Spesialis Penyakit Dalam, Perawat terlatih
PROGNOSIS
Angka kekambuhan tinggi
Angka kematian tinggi

Standar Pelayanan Medis Neurologi

52

Gambar 1 : Algoritme penatalaksanaan keluhan intraserebral pada penderita


HIV/AIDS

Keluhan Intraserebral
MRI
CT Scan

Normal

Atrofi

Meningeal
enhanceme
nt

Evaluasi CSF

Positif

Negatif

Terapi
sesuai
etiologi

Observasi

Standar Pelayanan Medis Neurologi

Hidrosefalus

Lesi desak
ruang

Shunt
(kalau perlu)

Efek massa (-)

Lesi massa

Gambar 2*

53

Gambar 2 :
Algoritme penatalaksanaan lesi massa intrakranial pada penderita HIV/AIDS

Lesi Masa Intrakranial

Steroid ?

Alert-lethargic
Stabil

Lesi multipel

Stupor-coma
Perburukan cepat
Massa besar
dengan resiko
herniasi

Lesi tunggal
Serologi
Toksoplasma

Ancaman
Herniasi

Obat antitoksoplasma

Perbaikan
ya
Obat
Antitoksoplasma
seumur hidup

tidak

Biopsi
stereotaktik
Terapi sesuai
etiologi

Standar Pelayanan Medis Neurologi

Dekompresi
biopsi terbuka

54

Standar Pelayanan Medis Neurologi

55

DEMENSIA ALZHEIMER
ICD F.00

DEFINISI DEMENSIA:
Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif
yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan
gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
KRITERIA DIAGNOSIS
Probable Demensia Alzheimer
Demensia ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinik dan tes
neuropsikologi (algoritma penanganan demensia, MMSE, CDT, ADL, IADL,
FAQ, CDR, NPI, Skala Depresi Geriatrik, Trial Making test A dan B
terlampir)
Defisit meliputi dua atau lebih area kognisi terutama perburukan memori
yang disertai gangguan kognisi lain yang progresif
Tidak terdapat gangguan kesadaran
Awitan (onset) antara usia 40-90 tahun, sering setelah usia 65 tahun
Tidak ditemukan gangguan sistemik atau penyakit otak sebagai penyebab
gangguan memori dan fungsi kognisi yang progresif tersebut
Possible Demensia Alzheimer
Penyandang sindroma demensia tanpa gangguan neurologis, psikiatris
dan gangguan sistemik lain yang dapat menyebabkan demensia
Awitan, presentasi atau perjalanan penyakit yang bervariasi dibanding
demensia Alzheimer klasik
Pasien demensia dengan komorbiditas (gangguan sistemik/gangguan
otak sekunder) tetapi bukan sebagai penyebab demensia
Dapat dipergunakan untuk keperluan penelitian bila terdapat suatu
defisit kognisi berat, progresif bertahap tanpa penyebab lain yang
teridentifikasi.
KLINIS
Awitan penyakit perlahan-lahan
Perburukan progresif memori (jangka pendek) disertai gangguan fungsi
berbahasa (afasia), ketrampilan motorik (apraksia), dan persepsi
(agnosia) dan perubahan perilaku penderita yang mengakibatkan
gangguan aktivitas hidup sehari-hari (ADL)
Bisa didapatkan riwayat keluarga dengan penyakit yang serupa
Kelainan neurologis lain pada tahap lanjut berupa gangguan motorik
seperti hipertonus, mioklonus, gangguan lenggang jalan (gait), atau
bangkitan (seizure)
Gejala penyerta lain berupa depresi, insomnia, inkontinensia, delusi,
ilusi, halusinasi, pembicaraan katastrofik, gejolak emosional atau fisikal,
gangguan seksual, dan penurunan berat badan.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

56

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radioimaging:
CT sken: atrofi serebri terutama daerah temporal dan parietal
MRI : Atrofi serebri dan atrofi hipokampus
SPECT: penurunan serebral blood flow terutama di kedua kortek
temporoparietal
PET: penurunan tingkat metabolisme kedua kortek temporoparietal
Laboratorium:

Urinalisis
Elektrolit serum
Kalsium
BUN
Fungsi hati
Hormon tiroid
Kadar asam Folat dan Vitamin B 12
Absorpsi antibodi treponemal flouresen neurosifilis dan pemeriksaan HIV
pada pasien resiko tinggi
Pemeriksaan cairan otak untuk biomarker

EEG
Stadium awal: gambaran EEG normal atau aspesifik
Stadium lanjut: dapat ditemukan perlambatan difus dan kompleks
periodik
BAKU EMAS (PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI):
Ditemukan neurofibrillary tangles dan senile plaque
DIAGNOSA BANDING
Demensia Vaskuler
Demensia Lewi body
Demensia lobus frontal
Pseudodemensia (depresi)
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
Simptomatik :
o Penyekat Asetilkolinesterasa:
Donepezil HCl tablet 5mg, 1x1 tablet/hari
Rivastigmin tablet, interval titrasi 1 bulan, mulai dari 2x1,5 mg
sampai maksimal 2x 6 mg
Galantamin tablet, interval titrasi 1 bulan mulai dari 2x 4mg
sampai maksimal 2x16 mg

Standar Pelayanan Medis Neurologi

57

Gangguan perilaku:
Depresi:
Antidepresan golongan SSRI (pilihan utama): Sertraline tablet 1x
50mg , Flouxetine tablet 1x 20mg
Golongan Monoamine Oxidase (MAO) Inhibitors: Reversible MAO-A
inhibitor (RIMA): Moclobemide
Delusi/halusinasi/agitasi
Neuroleptik atipikal
Risperidon tablet 1x 0,5 mg 2 mg / hari
Olanzapin
Quetiapin tablet: 2x25mg-100mg
Neuroleptik tipikal
Haloperidol tablet: 1x 0,5mg -2mg/hari

Non farmakologis
Untuk mempertahankan fungsi kognisi
Program adaptif dan restoratif yang dirancang individual :
Orientasi realitas
Stimulasi kognisi : memory enhancement program
Reminiscence
Olah raga Gerak Latih Otak
Edukasi pengasuh
Training dan konseling
Intervensi lingkungan
Keamanan dan keselamatan lingkungan rumah
Fasilitasi aktivitas
Terapi cahaya
Terapi musik
Pet therapy
Penanganan gangguan perilaku
Mendorong untuk melakukan aktivitas keluarga (menyanyi, ibadah,
rekreasi dll)
Menghindari tugas yang kompleks.
Bersosialisasi
TINDAKAN
Tidak ada tindakan spesifik
PENYULIT
Infeksi saluran kemih dan pernafasan
Gangguan gerak dan jatuh pada tahap lanjut
KONSULTASI
Bila diagnosa demensia belum tegak/ragu-ragu seperti presentasi klinik
spesifik atau terdapat progresitas yang tidak khas.
Bila keluarga membutuhkan pendapat kedua

Standar Pelayanan Medis Neurologi

58

Bila tidak ada perbaikan dengan terapi farmokologi spesifik

JENIS PELAYANAN
Poliklinik konsultatif
TENAGA
Dokter spesialis Ilmu Penyakit Saraf
LAMA PERAWATAN
Perawatan hanya dibutuhkan bila terdapat penyulit

Standar Pelayanan Medis Neurologi

59

DEMENSIA VASKULER
ICD F.01
DEFINISI:
Demensia Vaskuler (VaD) meliputi semua kasus demensia yang disebabkan oleh
gangguan serebrovaskuler dengan penurunan kognisi mulai dari yang ringan
sampai paling berat dan meliputi semua domain, tidak harus prominen
gangguan memori.
Dalam pembagian klinis dibedakan atas:
I. VaD pasca stroke / Post stroke demensia
Demensia infark strategi
k
MID (Multiple infark dementia)

Perdarahan intraserebral

II. VaD subkortikal


Lesi iskemik substansia alba
Infark lakuner subkortikal
Infark non lakuner subkortikal
III. AD + CVD (VaD tipe campuran)
KRITERIA DIAGNOSIS VAD
PROBABLE VAD PASCA STROKE
1. Adanya demensia secara klinis dan test neuropsikologis (sesuai dengan
demensia Alzheimer)
2. Adanya penyakit serebrovaskuler (CVD) yang ditandai dengan :

Defisit neurologik fokal pada pemeriksaan fisik sesuai gejala stroke


(dengan atau tanpa riwayat stroke)
CT sken atau MRI adanya tanda-tanda gangguan serebrovaskuler
3. Terdapat hubungan antara kedua gangguan diatas (1 atau lebih keadaan
dibawah ini)
Awitan demensia berada dalam kurun waktu 3 bulan pasca stroke
Deteriorasi fungsi kognisi yang mendadak atau berfluktuasi, defisit
kognisi yang progresif dan bersifat stepwise.
PROBABLE VAD SUBKORTIKAL
1. Sindroma kognisi meliputi:
Sindroma Diseksekusi: Gangguan formulasi tujuan, inisiasi, perencanaan,
pengorganisasian, sekuensial, eksekusi, set-shifting, mempertahankan
kegiatan dan abstraksi
Deteriorasi fungsi memori sehingga terjadi gangguan fungsi okupasi
kompleks dan sosial yang bukan disebabkan oleh gangguan fisik karena
stroke
2. CVD yang meliputi:

Standar Pelayanan Medis Neurologi

60

CVD yang dibuktikan dengan neuroimaging


Rriwayat defisit neurologi sebagai bagian dari CVD: hemiparese, parese
otot wajah, tanda Babinski, gangguan sensorik, disartri, gangguan
berjalan, gangguan ekstrapiramidal yang berhubungan dengan lesi
subkortikal otak

KLINIS:
a.
Episode gangguan lesi UMN ringan seperti drifting, refleks asimetri, dan
inkoordinasi
b. Gangguan berjalan pada tahap dini demensia
c. Riwayat gangguan keseimbangan, sering jatuh tanpa sebab
d. Urgensi miksi yang dini yang tidak berhubungan dengan kelainan urologi
e. Disartri, disfagi dan gejala ekstrapiramidal
f. Gangguan perilaku dan psikis seperti depresi, perubahan kepribadian, emosi
labil, dan retardasi psikomotor
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah: hematologi faktor resiko stroke
Radiologis:
Foto thorak
Radioimaging
Computed Tomography
VaD pasca stroke
o Infark (kortikal dan/atau subkortikal)
o Perdarahan Intraserebral
o Perdarahan subarachnoid
VaD subkortikal
o Lesi periventrikuler dan substansia alba luas
o Tidak ditemukan adanya: infark di kortikal dan kortikosubkortikal dan infark watershed; perdarahan pembuluh darah
besar; hidrosefalus tekanan normal (NPH) dan penyebab
spesifik substansia alba (multiple sklerosis, sarkoidosis, radiasi
otak).
Magnetic Resonance Imaging VaD subkortikal
a. Lesi luas periventrikuler dan substansia alba atau multipel lakuner (>5)
di substansia gresia dalam dan paling sedikit ditemukan lesi substansia
alba moderat
b. Tidak ditemukan infark di teritori non lakuner, kortiko-subkortikal dan
infark watershed, perdarahan, tanda-tanda hidrosefalus tekanan normal
dan penyebab spesifik lesi substansia alba (mis. multiple sklerosis,
sarkoidosis, radiasi otak).
DIAGNOSA BANDING
Demensia Alzheimer (dengan menggunakan Hachinski score/ terlampir)
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
Terapi medikamentosa terhadap faktor resiko vaskuler

Standar Pelayanan Medis Neurologi

61

Terapi simptomatik terhadap gangguan kognisi simptomatik :


Penyekat Asetilkolinesterase:
i. Donepezil Hcl tablet 5mg, 1x1 tablet/hari
ii. Rivastigmin tablet, interval titrasi 1 bulan, mulai dari 2x1,5
mg sampai maksimal 2x 6 mg
iii. Galantamin tablet, interval titrasi 1 bulan mulai dari 2x
4mg sampai maksimal 2x16 mg
Gangguan perilaku:
Depresi:
Antidepresan golongan SSRI (pilihan utama): Sertraline tablet
1x 50mg , Flouxetine tablet 1x 20mg
Golongan Monoamine Oxidase (MAO) Inhibitors: Reversible
MAO-A inhibitor (RIMA): Moclobemide
Delusi/halusinasi/agitasi
Neuroleptik atipikal
Risperidon tablet 1x 0,5 mg 2 mg / hari
Olanzapin
Quetiapin tablet: 2x25mg-100mg
Neuroleptik tipikal
Haloperidol tablet: 1x 0,5mg -2mg/hari
Non farmakologis
Untuk mempertahankan fungsi kognisi
Program adaptif dan restoratif yang dirancang individual :
Orientasi realitas
Stimulasi kognisi : memory enhancement program
Reminiscence
Olah raga Gerak Latih Otak
Edukasi pengasuh
Training dan konseling
Intervensi lingkungan
Keamanan dan keselamatan lingkungan rumah
Fasilitasi aktivitas
Terapi cahaya
Terapi musik
Pet therapy
TINDAKAN
Tidak ada tindakan spesifik
PENYULIT
Infeksi saluran kemih dan pernafasan
Gangguan gerak dan jatuh pada tahap lanjut
KONSULTASI
Bila diagnosa demensia belum tegak/ragu-ragu seperti presentasi klinik
spesifik atau terdapat progresitas yang tidak khas.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

62

Bila keluarga membutuhkan pendapat kedua


Bila tidak ada perbaikan dengan terapi farmokologi spesifik

RUJUKAN
Dokter spesialis Ilmu Penyakit Saraf

Standar Pelayanan Medis Neurologi

63

JENIS PELAYANAN :
Poliklinik konsultatif
TENAGA :
Dokter spesialis Ilmu Penyakit Saraf
LAMA PERAWATAN :
Perawatan hanya dibutuhkan bila terdapat penyulit

Standar Pelayanan Medis Neurologi

64

Standar Pelayanan Medis Neurologi

65

TUMOR INTRAKRANIAL
ICD C 71

DEFINISI
Massa intrakranial--baik primer maupun sekunder--yang memberikan
gambaran klinis proses desak ruang dan atau gejala fokal neurologis.
KRITERIA DIAGNOSIS
Gejala tekanan intrakranial yang meningkat:

Sakit kepala kronik, tidak berkurang dengan obat analgesik

Muntah tanpa penyebab gastrointestinal

Papil edema (sembab papil = choked disc)

Kesadaran menurun/berubah
Gejala fokal:
true location sign
false location sign
Neighbouring sign
Tidak ada tanda-tanda radang sebelumnya.
Pemeriksaan neuroimaging terdapat kelainan yang menunjukkan adanya
massa (SOL)
Pemeriksaan Penunjang

Foto polos tengkorak

Neurofisiologi: EEG, BAEP

CT Scanning / MRI kepala + kontras


DIAGNOSIS BANDING

Abses serebri

Subdural hematom

Tuberkuloma

Pseudotumor serebri.
TATALAKSANA
Kausal

Operatif

Radioterapi

Kemoterapi
Obat-obat dan tindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial

Deksamethason

Manitol

Posisi kepala ditinggikan 20 - 300

Simptomatik (bila diperlukan dapat dibicarakan):

Antikonvulsan

Analgetik/antiperetik

Sedativa

Antidepresan bila perlu

Rehabilitasi medik

Standar Pelayanan Medis Neurologi

66

PENYULIT/KOMPLIKASI

KONSULTASI

Herniasi Otak
Perdarahan pada Tumor
Hidrosefalus

Bedah Saraf
Radiologi

JENIS PELAYANAN
Perawatan RS bila :
Telah terdapat keluhan dan kelainan saraf yang berat

Gangguan hormonal dan metabolik


TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 2 minggu (untuk diagnostik dan persiapan operasi).
PROGNOSIS
Tergantung jenis tumor, lokalisasi, perjalanan klinis.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

67

Standar Pelayanan Medis Neurologi

68

NEURALGIA TRIGEMINAL (TN)


ICD : G50.0

KRITERIA DIAGNOSIS
Serangan nyeri paroksismal,spontan, tiba2, nyeri tajam, superfisial, seperti
ditusuk, tersetrum, terbakar pada wajah atau frontal ( umumnya unilateral)
beberapa detik sampai < 2 menit, berulang, terbatas pada 1 cabang
N.trigeminus (N.V).
Nyeri umumnya remisi dalam jangka waktu bervariasi. Intensitas nyeri berat.
Presipitasi dapat dari trigger area (plika nasolabialis dan/ pipi) atau pada
aktivitas harian seperti bicara, membasuh muka, cukur jenggot, gosok gigi
(triggerd factors). Bentuk serangan masing2 pasien sama. Diantara serangan
umumnya asimtomatis. Umumnya tidak ada defisit neurologik
Klasifikasi TN :
1. TN idiopatik
2. TN simtomatik ( lesi primer menekan N.V : tumor, sklerosis multipel)
Pemeriksaan penunjang
MRI pada TN simtomatik, MRA
DIAGNOSIS BANDING
Nyeri wajah atipikal.
TERAPI
Terapi Farmakologik :
Antikonvulsan : karbamasepin, okskarbamasepin, fenitoin, gabapentin, asam
valproat, baklofen.
Terapi Non-farmakologik : TENS
Bedah : bila terapi farmaka adekwat gagal
Terapi Kausal : pada TN simtomatik
Catatan : terapi simtomatik sama pada neuralgia yang lain
PENYULIT KONSULTASI
Bag. Bedah saraf (atas indikasi pada TN simtomatik)
JENIS PELAYANAN
Poliklinik rawat jalan
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf
PROGNOSIS
TN idiopatik
: baik
TN simtomatik : tergantung kausal

Standar Pelayanan Medis Neurologi

69

NEURALGIA PASCA HERPES


KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri pada area distribusi ruam setelah menderita herpes zoster. Timbul tanpa
ataupun dengan interval bebas nyeri (umumnya satu bulan ). Rasa nyeri seperti
panas, kesetrum, menyentak, dan timbul alodinia dan hiperestesi.
KLINIS
Pada area bekas ruam :
Anestesia dolorosa, dengan rangsang raba terasa nyeri ( alodinia)
LABORATORIUM : RADIOLOGI : GOLD STANDARD : PATOLOGI ANATOMI
Populasi serabut saraf bergeser, banyak mengandung serabut saraf diameter
kecil yang tidak bermielin dan bermielin dan hilangnya serabut saraf diameter
besar. Atropi kornu dorsalis medula spinalis
DIAGNOSIS BANDING : PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin
Antikonvulsan : gabapentinoid, karbamasepin, fenitoin, Na valproat
Lain-lain : Meksiletin, klonidin
Topikal : Krim kapsaisin, jeli lidoderm, aspirin dalam kloroform
Nonmedikamentosa :
TENS
Ice-pack
Terapi behaviour
Pada Nyeri Zoster Akut :
Asetaminofen , NSAID, ketorolak, tramadol
Kombinasi amitriptilin dan flufenasin
Infiltrasi ruam : triamsinolon 0.2% dalam NaCl 0.9%
PENCEGAHAN NPH
Asiklovir 5 dd 800 mg/ hari (dimulai dalam 72 jam awitan ruam zoster) selama
7-10 hari.
KONSULTASI
Bag . Kulit Kelamin
JENIS PELAYANAN
Instalasi Rawat jalan
TENAGA
Dokter umum, Dokter Spesialis Saraf
LAMA PERAWATAN :

Standar Pelayanan Medis Neurologi

70

NYERI PUNGGUNG BAWAH


ICD : M54

KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri Punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan daerah pungung
bawah , dapat nerupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu
didaerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri
kearah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat
dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain
dirasakan di daerah punggung bawah ( referred pain ).
KLINIS
Pembagian klinis NPB untuk triage :
- NPB dengan tanda bahaya ( red flags) : neoplasma/karsinoma
infeksi
fraktur vertebra,
sindrom kauda ekwina
NPB dengan kelainan neurologik berat
- NPB dengan sindroma radikuler
- NPB nonspesifik
Sekitar 90% NPB akut atau kronik ( > 3bulan) merupakan NPB nonspesifik
LABORATORIUM
Atas indikasi :
- laju endap darah
- darah perifer lengkap
- C- reaktif protein (CRP)
- faktor rematoid
- fosfatase alkali/ asam
- kalsium, fosfor serum.
- urinanalisa
- likwor serebrospinal
NEUROFISIOLOGI
Atas indikasi, terutama pada kasus NPB dengan sindroma radikuler dan mungkin
NPB dengan tanda bahaya :
- Kecepatan hantar saraf (NCV) : MNCV dan SNCV
- Elektromiografi (EMG)
- Respon lambat : gelombang F dan reflek H
- Cetusan potensial somato-sensorik (SEP)
- Cetusan potensial motorik (MEP)
NEURORADIOLOGI
- Foto polos : tidak rutin, terutama untuk menyingkirkan kelainan tulang
- Mielografi.
- Computer Tomography scan. (CT-scan)
- Mielogram CTscan.
- Magnetic Resonance Imaging.(MRI)

Standar Pelayanan Medis Neurologi

71

GOLD STANDARD : PATOLOGI-ANATOMI


Pada neoplasma, infeksi tergantung penyebabnya
DIAGNOSIS BANDING :
Sesuai etiologi
PENATALAKSANAAN
Kausal : terutama kasus NPB dengan tanda bahaya ( red flags)
NPB AKUT :
Medikamentosa
Asetaminofen, ASA, NSAID
Relaksan otot : eperison, tizanidin, diazepam
Nonmedikamentosa
Edukasi : - Reassurance,
- Kembali aktivitas normal dini dan bertahap,
- Mengenal dan menanangani Yellow flags (faktor biopsikososial)
- Heat-wrap therapy
Tindakan : Injeksi epidural ( steroid, lidokain, opioid ) pada sindroma radikuler
NPB KRONIK
Medikamentosa : antidepresan, antikonvulsan.
Nonmedikamentosa :
- Edukasi
- Terapi Perilaku
- Intensive exercise therapy
PENYULIT
Terutama pada NPB dengan tanda bahaya ( red flags) dan NPB dengan sindroma
radikuler
KONSULTASI :
Bag. Ortopedi
Bag. Bedah saraf
Unit Rehabilitasi Medik
Psikologi
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
- Rawat Inap
TENAGA
Dokter umum : NPB nonspesifik
Dokter spesialis saraf/ konsultan
LAMA PERAWATAN
Lama rawat 0-3 hari pada NPB nonspesifik

Standar Pelayanan Medis Neurologi

72

SINDROMA TOLOSA-HUNT
ICD: G.52.8

KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri sedang sampai berat di daerah orbita yang episodik disertai dengan
paralisis salah satu atau lebih dari N. III, N.IV, dan N.VI serta nyeri di daerah
N.V1 dan 2. Dapat sembuh spontan tetapi dapat relaps kembali. Dihubungkan
dengan kelainan inflamasi idiopatik.
Serangan dapat berlangsung beberapa minggu atau bulan, kontinyu atau
intermiten tanpa faktor pemicu.
KLINIS
- Nyeri unilateral episodik di daerah orbita dan area N.V1,2 8 minggu bila
tanpa pengobatan
- Penglihatan ganda, juling
- Parese N. III, N.IV, N.VI
LABORATORIUM : RADIOLOGI
MRI : terutama untuk eksklusi penyebab lain
GOLD STANDAR : PATOLOGI ANATOMI
Jaringan granuloma di sekeliling A.karotis interna bagian intrakavernosus
DIAGNOSIS BANDING :
- Lesi vaskuler: aneurisma
- Lesi desak ruang (SOL)/tumor di fissura orbitalis superior, area parasela, fossa
posterior
- Migren optalmoplegik
- Iskemik mononeuropati diabetika kranial
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Steroid : nyeri mereda setelah 72 jam
Nonmedikamentosa : PENYULIT : KONSULTASI
Bag. Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Instalasi rawat inap
TENAGA
Dokter spesialis saraf/konsultan
LAMA PERAWATAN
Sesuai lama pemberian steroid dan diagnostik

Standar Pelayanan Medis Neurologi

73

NYERI NEUROPATI DIABETIKA


ICD : G63.2*, G59*

KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri Neuropati Diabetika ditandai dengan rasa terbakar, ditusuk, ditikam,
kesetrum, disobek, diikat dan alodinia.
Bisa disertai gejala negatif berupa baal, kurang tangkas, sulit mengenal barang
dalam kantong, hilang keseimbangan, cedera tanpa nyeri, borok.
Diperkirakan >50% penderita diabetes lama menderita neuropati diabetika
KLINIS
- Ulserasi kaki
- Charcot joint
- Deformitas claw toe
- Tes Laseque, Reverse Laseque, tes Tinel, tes Phalen
- Tes saraf otonom
LABORATORIUM
Kadar gula darah :
Plasma vena sewaktu : > 200mg/dl. Puasa:>140mg/dl dl. 2jam PP: >200mg/dl
Darah kapiler
>200mg/dl
>120mg/dl
>200mg/dl
HbA1c
NEUROFISIOLOGI
Indikasi terutama adanya gejala dan tanda otonom murni atau hanya ada nyeri
RADIOLOGI : GOLD STANDARD : PATOLOGI ANATOMI : DIAGNOSA BANDING ;
Neuropati oleh sebab lain selain DM
PENATALAKSANAAN
Kausal
Pengendalian optimal kadar gula darah. Kadar Hb A1c dipertahankan 7%
Medikamentosa
- NSAID : nyeri muskuloskeletal, neuroartropati
- Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin
- Antikonvulsan
: karbamasepin, gabapentinoid
- Antiaritmik
: meksiletin
- Topikal
: krim kapsaisin
- Blok saraf lokal
Nonmedikamentosa :
Edukasi : perawatan kaki teliti
Splint
TENS

Standar Pelayanan Medis Neurologi

74

PENYULIT
- Ulserasi kaki
- Charcot joint
- Deformitas claw toe
KONSULTASI
Bag. penyakit dalam
PERAWATAN
Instalasi rawat inap
Instalasi rawat jalan
TENAGA
Dokter umum
Dokter spesialis saraf/konsultan
LAMA PERAWATAN
Tergantung kasus

Standar Pelayanan Medis Neurologi

75

SINDROMA TEROWONGAN KARPAL


ICD: G56.0

KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri pada sindroma terowongan karpal (STK, carpal tunnel syndrome/CTS )
berupa kesemutan, rasa terbakar dan baal di jari tangan I,II,III dan setengah
bagian lateral jari IV terutama malam atau dini hari akibat jebakan N.
Medianus di dalam terowongan karpal. Pada keadaan berat rasa nyeri dapat
menjalar kelengan atas dan atrofi otot tenar.
KLINIS
Tes Provokasi : tes Tinel, tes Phalen, tes Wormser ( Reverse Phalen ) positif
LABORATORIUM
Atas indikasi. Sesuai dengan penyakit medik yang mendasarinya :
Laju Endap darah, Gula darah, Rhematoid factor, Asam urat
NEUROFISIOLOGI
Studi Konduksi Saraf (NCV)
RADIOLOGI
Foto polos pergelangan tangan, MRI
GOLD STANDARD :
PATOLOGI ANATOMI : DIAGNOSIS BANDING : PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Suntikan lokal ( steroid dan anestesi )
Analgetik ajuvan
Nonmedikamentosa
Edukasi : Hindari trauma berupa gerakan berulang pergelangan tangan
Immobilsasi, splint
Bedah : Bila terapi konservatif gagal dalam 6 bulan atau nyeri membandel
STK akut dan berat
PENYULIT : KONSULTASI
Atas indikasi, Bag. Bedah
PERAWATAN
Instalasi rawat jalan
TENAGA
Dokter umum
Dokter spesialis saraf / konsultan
LAMA PERAWATAN : -

Standar Pelayanan Medis Neurologi

76

NYERI SENTRAL
ICD ; R52.1

KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri spontan berupa rasa panas seperti terbakar, diiris, ngilu, tersobek,
ditusuk jarum, disestesi dan hiperestesi, bisa disertai baal di area persarafan
sensorik lesi susunan saraf pusat seperti pada sklerosis multipel, pasca stroke,
siringomieli, mielopati toksik, infeksi SSP, kelainan degenerasi. Nyeri sedang
sampai berat dan sering diperburuk bila melakukan aktivitas ringan, aktivitas
viseral seperti berkemih, perubahan cuaca dan stres emosional.
KLINIS
Riwayat/ditemukan lesi di otak atau medula spinalis
Biasanya ada defisit neurologik
Nyeri umumnya spontan, kontinyu dan meningkat bertahap
LABORATORIUM
Darah rutin
Cairan likuor serebrospinalis
NEUROFISIOLOGI
Evoked Potensial
Quantitative Sensory Testing
RADIOLOGI
Foto polos
Mielografi- CT scan, CT scan
MRI, MRA
DIAGNOSIS BANDING : Sesuai etiologi
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin, nortriptilin
Antikonvulsan
: karbamasepin, gabapentin, klonasepam
Nonmedikamentosa
Edukasi : hidup berdampingan dengan nyeri
Terapi behaviour
TENS, stimulasi elektrik lain
Bedah
PENYULIT : KONSULTASI : Bag. Bedah Saraf bila diputuskan tindakan bedah
JENIS PELAYANAN
Instalasi rawat jalan
Instalasi rawat inap
TENAGA : Dokter spesialis saraf/ konsultan
LAMA PERAWATAN : Tergantung etiologi

Standar Pelayanan Medis Neurologi

77

Standar Pelayanan Medis Neurologi

78

MIGREN
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Migren tanpa aura (G43.0) :
a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan nyeri kepala berulang dengan
manifestasi serangan berlangsung 4-72 jam, yang mempunyai sedikitnya 2
karakteristik berikut: unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat,
bertambah berat dengan aktivitas fisik.
b.Selama nyeri kepala disertai salah satu berikut : nausea dan atau muntah,
fotofobia dan fonofobia.
c. Serangan nyeri kepala tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
Migren dengan aura (G43.1) :
a. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan nyeri kepala berulang yang
didahului gejala neurologi fokal yang reversibel secara bertahap 5-20
menit dan berlangsung kurang dari 60 menit.
b. Terdapat sedikitnya satu aura berikut ini yang reversibel seperti:
gangguan visual, gangguan sensoris, gangguan bicara disfasia.
c. Paling sedikit dua dari karakteristik berikut:
1. gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral.
2. paling tidak timbul satu macam aura secara gradual 5 menit
dan/atau jenis aura yang lainnya 5 menit.
3. tiap gejala berlangsung 5 menit dan 60 menit
d. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
Status Migrenosus (G43.2):
a. Serangan migren dengan intensitas berat yang berlangsung 72 jam
(tidak hilang dalam 72 jam).
b.Tidak berkaitan dengan gangguan lain.

Laboratorium

: darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, dll (atas


indikasi, untuk menyingkirkan penyebab sekunder).
Radiologi
: atas indikasi (untuk menyingkirkan penyebab
sekunder).
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri Kepala Kelompok Studi
Nyeri Kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari
I H S (International Headache Society)
Patologi Anatomik : -

DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi,
toksik, gangguan metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. SOL (space-occupying lesion) misal : subdural hematom, neoplasma, dll
3. Temporal arteritis
4. Medication-related headache
5. Trigeminal neuralgia

Standar Pelayanan Medis Neurologi

79

TATALAKSANA
1) Hindari faktor pencetus
2) Terapi abortif :
- Nonspesifik : analgetik / NSAIDs, Narkotik analgetik, adjunctive
therapy (mis : metoklopramide)
- Obat spesifik : Triptans, DHE, obat kombinasi (mis: aspirin dengan
asetaminophen dan kafein), obat gol.ergotamin.
- Bila tidak respon : Opiat dan analgetik yang mengandung
butalbital.
Algoritme Penanganan Status Migren
Status Migren
Jk obat bebas gagal/tdk terobati

Muntah (-)
Tx dg po,nasal,rektal,SC
DHE inj/intranasal(jk tx
Kontra indks dg po,rektal
Atau inj phenothiazine/
metoklopramide

jk obat anti migren gagal/


Jk muntah shg dehidrasi

Muntah (+)

MRS

kontrol, inj metoklopramide/


rektal/inj phenothiazine +
inj nasal/rektal triptan atau
inj narkotik jk di atas gagal

Rehidrasi, kontrol
muntah dg inj.phe- Abortif
nothiazine/metoklo
pramide

Penggunaan triptan parenteral


Bisa diberikan tanpa ergot dl
24 jam. Diulang 3xper 24 jam
Jk diperlukan dan tdk hilang

DHE 8-12 jam


sesudah dosis
terakhir dari
triptan

PENYULIT
adanya penyakit penyerta misalnya stroke, infark miokard, epilepsi dan ansietas,
penderita hamil (efek teratogenik).
KONSULTASI
tergantung kasus: interna, THT, mata, gigi mulut, psikiatri.
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat inap
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis (lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta dan respon
terhadap pengobatan).

Standar Pelayanan Medis Neurologi

80

TENSION-TYPE HEADACHE (TTH)


ICD : G44.2

KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
a) Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan nyeri kepala
b) Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
c) Sedikitnya memiliki 2 karakteristik nyeri kepala berikut:
1. lokasi bilateral
2. menekan/mengikat (tidak berdenyut)
3. intensitas ringan atau sedang
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
d) Tidak dijumpai :
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia)
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia.
e) Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
Laboratorium : darah rutin, elektrolit, kadar gula darah,dll (atas indikasi
untuk menyingkirkan penyebab sekunder)
Radiologi : atas indikasi (untuk menyingkirkan penyebab sekunder).
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri kepala Kelompok studi
Nyeri kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari I H S (International Headache
Society)
Patologi Anatomik: DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi,
toksik, gangguan metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Nyeri kepala servikogenik
3. Psikosomatis
TATALAKSANA
Medikamentosa :
1. Analgetik : aspirin, asetaminofen, NSAIDs
2. Caffeine 65 mg (analgetik ajuvan).
3. Kombinasi : 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
4. Antidepressan : amitriptilin
5. Antiansietas : gol. Benzodiazepin, butalbutal.
Terapi non-farmakologis :
a. Kontrol diet
b. Hindari faktor pencetus
c. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin
d. Behaviour treatment
Terapi fisik

Standar Pelayanan Medis Neurologi

81

PENYULIT
rebound headache (efek paradoksikal obat analgesik), adanya penyakit
penyerta seperti ansietas, depressi yang dapat memperberat
menyebabkan TTH.

atau

KONSULTASI
tergantung kasus : interna, THT, gigi mulut, psikiatri
JENIS PELAYANAN
Poliklinik rawat jalan.
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.

LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
PROGNOSIS
Baik

Standar Pelayanan Medis Neurologi

82

NYERI KEPALA KLASTER


G44.0

KRITERIA DIAGNOSIS:
Klinis :
a. Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan nyeri kepala hebat atau sangat
hebat sekali di orbita, supraorbita dan/ atau temporal yang unilateral,
berlangsung 15-180 menit bila tak diobati.
b. Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari berikut:
1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral
2. Kongesti nasal dan atau rhinorrhoea ipsilateral
3. Oedema palpebra ipsilateral
4. Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral
5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6. Perasaan kegelisahan atau agitasi.
c. Frekuensi serangan :
dari 1 kali setiap dua hari sampai 8 kali per hari
d. Tidak berkaitan dengan gangguan lain
Laboratorium : darah rutin
Radiologi : CT-scan/MRI (menyingkirkan penyebab lain)
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri kepala Kelompok studi
Nyeri kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari
I H S (International Headache Society)
Patologi Anatomik: DIAGNOSIS BANDING
1. Migren
2. Nyeri kepala klaster simptomatik : meningioma paraseler, adenoma kelenjar
pituitari, aneurisma arteri karotis, kanker nasofaring
3. Neuralgia trigeminus
4. Temporal arteritis
TATALAKSANA
Medikamentosa :
Serangan akut (terapi abortif) :
1) Inhalasi O2 100% (masker muka) 7 l/menit selama 15 menit
2) Dihydroergotamin (DHE) 0,5-1,5 mg IV
3) Sumatriptan inj. SC 6 mg. dapat diulang setelah 24 jam.
4) Zolmitriptan 5-10 mg per-oral
5) Anestesi lokal: 1 ml Lidokain intranasal 4%
6) Indometasin (rektal suppositoria)
7) Opioids
8) Ergotamin aerosol 0,36-1,08 mg (1-3 inhalasi) efektif 80%
9) Gabapentin atau topiramat
10) Methoxyflurane (rapid acting analgesic): 10-15 tetes pada
saputangan dan inhale selama beberapa detik.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

83

Tindakan : - Penyuntikan dan blokade saraf


- Operatif pada intraktabel

PENYULIT
self-injury, efek samping pengobatan, potensi penyalahgunaan medikamentosa
(drug abuse), medication overuse headache.
KONSULTASI
Bedah saraf atas indikasi
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.

LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis

Standar Pelayanan Medis Neurologi

84

4.1. Nyeri kepala Akut Pasca Trauma


G44.880
KRITERIA DIAGNOSIS

Klinis : Nyeri kepala, tidak khas


a. Terdapat trauma kepala, di mana nyeri kepala terjadi dalam 7 hari
setelah trauma kepala atau sesudah kesadaran penderita pulih kembali .
b. Terdapat satu atau lebih keadaan di bawah ini:
1. Nyeri kepala hilang dalam 3 bulan setelah trauma kepala
2. Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan sejak trauma
kepala.

4.2.Nyeri kepala Kronik Pasca Trauma

(G44.3)

Nyeri kepala, tidak khas


Terdapat trauma kepala, di mana nyeri kepala timbul
dalam 7 hari sesudah trauma atau sesudah kesadaran penderita pulih
kembali
c.
Nyeri kepala berlangsung lebih dari 3 bulan setelah
trauma kepala.
Laboratorium : Darah rutin, kimia darah, LCS(atas indikasi)
Radiologi
: Foto tengkorak, Neuroimaging CT scan/MRI
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri kepala Kelompok studi
Nyeri kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari
I H S (International Headache Society)

Patologi Anatomik: a.
b.

DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi, toksik,
gangguan metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Perdarahan Intrakranial (subdural, subarahnoid, intrkranial).
3. Psikosomatis
TATALAKSANA
Medikamentosa : tergantung jenis/tipe nyeri kepala
Tindakan : atas indikasi
PENYULIT
Kelainan struktural di otak
KONSULTASI
Tergantung kasus : Bedah, Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat Inap.
TENAGA
Standar Pelayanan Medis Neurologi

85

Dokter Spesialis saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.

LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis

Standar Pelayanan Medis Neurologi

86

5. NYERI KEPALA YANG BERKAITAN DENGAN SUATU SUBSTANSI


ATAU PROSES WITHDRAWALNYA.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis
Nyeri kepala akibat induksi Monosodium Glutamat (G44.83)
a. Nyeri kepala dengan paling tidak satu karakteristik di bawah :
1. bilateral
2. lokasi fronto-temporal
3. diperberat aktivitas fisik.
b. Mengkonsumsi MSG
c. Nyeri kepala timbul satu jam setelah mengkonsumsi MSG
d. Nyeri kepala sembuh 72 jam setelah mengkonsumsi sekali saja.
Nyeri kepala akibat induksi Kokain (G44.83)
a. Nyeri kepala dengan sekurang-kurangnya satu karakteristik di
bawah ini:
1. Bilateral
2. Lokasi frontotemporal
3. Berdenyut
4. Diperberat dengan aktivitas fisik.
b. Pengguna Kokain
c. Nyeri kepala timbul satu jam setelah menggunakan kokain
d. Nyeri kepala sembuh dalam 72 jam setelah penggunaan
sekali/pertama

Laboratorium : Darah rutin, kimia darah, urine, tes Narkoba.


Radiologi
: atas indikasi menyingkirkan penyebab lain

Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri kepala Kelompok studi Nyeri


Kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari I H S
(International Headache Society)
Patologi Anatomik : DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi,
toksik, gangguan metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Migren
3. TTH
4. Psikosomatis
TATALAKSANA
Terapi nyeri kepala oleh karena MSG sama seperti nyeri kepala migren.
1. Preventif : hindari makanan yang mengandung MSG
2. Non Spesifik : - analgetik : parasetamol, asam asetil salisilat, NSAIDs
- Isometheptene
- antiemetik : domperidon, metoklopramid
3. Spesifik : Triptans

Standar Pelayanan Medis Neurologi

87

Terapi nyeri kepala akibat induksi kokain:


1.
Simptomatis (analgetik)
2.
Dopamin agonis
3.
Betabloker
4.
Terapi behaviour
PENYULIT
Gangguan psikiatri
KONSULTASI
Bagian psikiatri bila diperlukan
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Dokter Spesialis saraf, Dokter Umum, Perawat.

Lama Perawatan :
Tergantung kondisi klinis

Standar Pelayanan Medis Neurologi

88

6. NYERI KEPALA YANG BERKAITAN DENGAN KELAINAN KRANIUM,


LEHER, MATA, TELINGA, HIDUNG, SINUS, GIGI, MULUT ATAU
STRUKTUR FACIAL ATAU KRANIAL LAINNYA.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis
Nyeri kepala Servikogenik (Cervicogenic headache) (G44.841)
a. Deskripsi:
1. Nyeri kepala atau muka unilateral dan menetap atau bilateral
2. Lokasi nyeri pada oksipital, frontal, temporal atau orbital
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Serangan intermitten nyeri beberapa jam sampai beberapa
hari, nyeri konstan atau nyeri konstan yang disertai dengan
serangan nyeri.
5. Nyeri kepala biasanya terasa dalam dan tidak berdenyut, nyeri
akan berdenyut jika disertai serangan migren.
6. Nyeri kepala dicetuskan oleh gerakan leher, postur tertentu
dari leher, penekanan dengan jari pada suboksipital, daerah
C2, C3 atau C4 atau di atas daerah nervus oksipitalis; valsava,
batuk, bersin juga dapat merupakan pemicu CH.
7. Pengurangan gerakan leher baik aktif maupun pasif; kaku
kuduk.
8. Tanda dan simptom ikutan dapat menyerupai dengan migren
yaitu berupa nausea, vomitus, fotofobia, dizziness; dan
penglihatan kabur ipsilateral, lakrimasi dan kemerahan pada
konjungtiva, atau nyeri tengkuk, bahu, lengan.
b.
Nyeri bersumber dari daerah tengkuk/leher,
dapat menyebar ke depan lebih dari 1 regio kepala dan wajah
c.
Terbukti secara klinik, laboratorium, dan
imaging adanya gangguan atau lesi di servikal spinal atau
jaringan ikat di daerah leher yang bisa dianggap penyebab
nyeri kepala.
d.
Adanya bukti kaitan nyeri dengan kelainan
di leher atau lesi lain di leher yang paling tidak satu kriteria di
bawah ini :
1. menunjukkan gejala klinik adanya sumber nyeri di leher
2. nyeri kepala akan menghilang setelah dilakukan blokade
memakai plasebo atau zat lainnya terhadap struktur
servikal atau saraf-saraf servikal.
3. Nyeri akan berkurang dalam 3 bulan sesudah keberhasilan
pengobatan terhadap penyebab.

Laboratorium
Radiologi

Gold Standard

: Darah rutin, kimia darah


: Rontgen foto servikal, MRI atas indikasi
(menyingkirkan penyebab lain).
: Kriteria diagnostik Nyeri kepala Kelompok studi
Nyeri kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari
I H S (International Headache Society)

Standar Pelayanan Medis Neurologi

89

Patologi Anatomik: -

Standar Pelayanan Medis Neurologi

90

DIAGNOSIS BANDING
1. Tumor Fossa posterior
2. Chiari malformation
3. AVM (intrakranial atau perispinal)
4. Vasculitis (giant cell arteritis)
5. Vertebral artery dissection
6. Cervical spondylosis atau arthropathy
7. Herniated cervical disk
8. Spinal nerve compression atau tumor
TATALAKSANA
Medikamentosa :
- antidepressan trisiklik
- obat anti epilepsi
- relaksan otot
- NSAID
Tindakan: Blokade anestesi , operasi sesuai indikasi
PENYULIT
Adanya kelainan struktural di leher
KONSULTASI
Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat inap
TENAGA
Dokter Spesialis saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.

LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis

Standar Pelayanan Medis Neurologi

91

7. NEURALGIA KRANIAL DAN PENYEBAB SENTRAL NYERI FASIAL


KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis
Neuralgia Trigeminal Klasik (G44.847)
a. Serangan nyeri paroksismal beberapa detik sampai dua menit
melibatkan satu atau lebih cabang N. Trigeminus
b. Memenuhi paling sedikit satu karakteristik berikut :
1. Kuat, tajam, superfisial atau rasa menikam
2. Dipresipitasi dari trigger area atau oleh faktor pencetus.
c. Jenis serangan stereotyped pada masing-masing individu
d. Tidak ada defisit neurologik
e. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.
Neuralgia Trigeminal Simptomatik (G44.847)
a. Serangan nyeri paroksismal selama beberapa detik sampai dua
menit dengan atau tanpa nyeri persisten di antara serangan
paroksismal, melibatkan satu atau lebih cabang/divisi N.
Trigeminus.
b. Memenuhi paling sedikit satu karakteristik nyeri berikut :
1. Kuat, tajam, superfisial atau rasa menikam
2. Dipresipitasi dari trigger area atau oleh faktor pencetus.
c. Jenis serangan stereotyped pada masing-masing individu
d. Lesi penyebab adalah selain kompresi pembuluh darah, juga
kelainan struktural yang nyata terlihat pada pemeriksaan canggih
dan atau eksplorasi fossa posterior.
Neuralgia Oksipital (G44.847)
a. Nyeri yang paroksismal pada daerah distribusi nervus oksipitalis
mayor atau minor, dengan atau tanpa rasa nyeri persisten diantara
serangan paroksismal, yang kadang-kadang diikuti berkurangnya
sensasi atau dysaesthesia pada area yang terkena.
b.Nyeri tekan pada saraf yang bersangkutan
c. Nyeri akan berkurang sementara dengan pemberian blokade local
anestesi terhadap saraf yang bersangkutan.

Laboratorium : Darah rutin, kimia darah


Radiologi : CT / MRI atas indikasi (menyingkirkan penyebab lain)
Gold Standard : Kriteria I H S (International Headache Society)
Patologi Anatomik : -

DIAGNOSIS BANDING
1. Migren
2. Nyeri kepala Klaster
3. Gangguan pada Gigi-mulut
4. Nyeri kepala servikogenik

Standar Pelayanan Medis Neurologi

92

TATALAKSANA
Terapi terhadap neuralgia trigeminal klasik
Medikamentosa : Karbamasepin, Okskarbasepin, Gabapentin, Fenitoin,
Lamotrigin, Baklofen
Tindakan : Operasi pada kasus intraktabel
Terapi terhadap Neuralgia trigeminal simptomatik
1. Kausal
2. Terapi farmaka : sama dengan neuralgia trigeminal idiopatik
3. Terapi bedah : menghilangkan kausal seperti angkat tumor
Terapi terhadap Neuralgia Oksipital
1. Analgetik NSAIDs mis : gol. Diklofenak
2. Fisioterapi, kompres panas lokal, traksi servikal
3. injeksi lidokain 0,5-2 cc blokade saraf servikal
4. Gabapentin
5. Bedah dekompressi saraf C2 & C3 atas indikasi
PENYULIT
Lesi struktural
KONSULTASI
Bedah saraf (atas indikasi)
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat inap
TENAGA
Dokter Spesialis saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.

LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis

Standar Pelayanan Medis Neurologi

93

8. NYERI KEPALA AKIBAT PENGGUNAAN OBAT YANG BERLEBIH


(MEDICATION OVERUSE= MOH)
8.1. Nyeri kepala akibat penggunaan berlebihan analgesik
KRITERIA DIAGNOSTIK
Klinis :
a) Nyeri kepala timbul > 15 hari/bulan diikuti paling sedikit satu dari
gejala di bawah ini:
1. Bilateral
2. Kualitas seperti menekan/mengikat (tidak berdenyut).
3. Intensitas ringan atau sedang
b) Pemakaian analgesik ringan >15 hari/bulan selama 3 bulan
c) Nyeri kepala makin bertambah buruk selama penggunaan
berlebihan analgesik
d) Nyeri kepala membaik atau kembali ke pola sebelumnya dalam
waktu 2 bulan setelah penghentian analgesik.

Laboratorium : Darah rutin, kimia darah,urine.

Radiologi
: atas indikasi menyingkirkan penyebab lain
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri Kepala Kelompok studi
Nyeri Kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari IHS
(International Headache Society)
Patologi Anatomik : DIAGNOSIS BANDING
1. TTH
2. Psikosomatis
TATALAKSANA : Medikamentosa & Tindakan
PENYULIT : Adanya lesi struktural
KONSULTASI : Psikiatri
JENIS PELAYANAN : Rawat jalan, kalau perlu rawat inap.
TENAGA : Dokter Spesialis Saraf , Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN : Tergantung kondisi klinis.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

94

Standar Pelayanan Medis Neurologi

95

PENYAKIT PARKINSON (ICD: G 20)


DEFINISI :
PENYAKIT PARKINSON : adalah bagian dari parkinsonism yang patologis ditandai
dengan degenerasi ganglia basalis terutama di pars compacta substansia nigra
diserta dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy`s bodies)
PARKINSONISM : adalah sindroma yang ditandai dengan tremor waktu istirahat,
rigiditas, bradikinesia dan hilangnya releks postural akibat penurunan dopamine
karena beberapa sebab.
KRITERIA DIAGNOSIS :
A. KLINIS :
Umum :
- gejala dimulai pada satu sisi (hemiparkinson)
- tremor saat istirahat
- tidak didapatkan gejala neurologis lain
- tidak dijumpai kelainan laboratorium dan radiologis.
- perkembangan penyakit lambat.
- respon terhadap levodopa cepat dan dramatis
- refleks postural tidak dijumpai pada awal penyakit.

Khusus :
- Tremor : laten, saat istirahat, bertahan saat istirahat.
- Rigiditas
- Akinesia/bradikinesia
- kedipan mata berkurang
- wajah seperti topeng
- hipotonia
- hipersalivasi
- takikinesia
- tulisan semakin kecil kecil
- cara berjalan langkah kecil kecil
- Hilangnya refleks postural
- Gambaran motorik lain :
- distonia
- rasa kaku
- sulit memulai gerak
- palilalia

Perjalanan klinis penyakit Parkinson dilihat berdasar tahapan menurut


Hoehn dan Yahr
1. Stadium I :
- gejala dan tanda pada satu sisi
- gejala ringan
- gejala yang timbul mengganggu tapi tidak menimbulkan cacat
- tremor pada satu anggota gerak
- gejala awal dapat dikenali orang terdekat

Standar Pelayanan Medis Neurologi

96

2. Stadium II :
- gejala bilateral
- terjadi kecacatan minimal
- sikap/cara berjalan terganggu
3. Stadium III :
- gerakan tubuh nyata lambat diri
- gangguan keseimbangan saat berjalan/berdiri
- disfungsi umum sedang
4. Stadium IV :
gejala lebih berat
keterbatasan jarak berjalan
rigiditas dan bradikinesia
tidak mampu mandiri
tremor berkurang
5. Stadium V :
stadium kakeksia
kecacatan kompleks
tidak mampu berdiri dan berjalan
memerlukan perawatan tetap
LABORATORIUM : tidak ada
RADIOLOGIS
: CT Scan kepala untuk menyingkirkan kausa lain
GOLD STANDARD : tidak ada
PATOLOGI ANATOMI : degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra
pars kompakta dan adanya Lewys Body
DIAGNOSIS BANDING :
1. Progresif Supranuclear palsy
2. Multiple System Atrophy
3. Corticobasal degeneration.
4. Hutington Disease
5. Primary Pallidal Atrophy
6. Diffuse Lewy Body Disease
7. Parkinson sekunder : Toxic, infeksi SSP, drug induced, vaskuler
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
Amantadin
Antikholinergik : Benztropin mesilat, biperidin, trihexyphenidil
Dopaminergik : Carbidopa dan levodopa
Benserazide dan levodopa

Dopamin Agonis : Bromokriptin mesilat, pergolide mesilat,


pramipexole,rupinirol,lysuride

COMT inhibitor : Entacapone, tolcapone

MAO-B inhibitor : Selegiline, lazabemide

Anti Oksidan : Glutamat antagonis, alfa tocoferol, asam

ascorbat,betacaroten

Standar Pelayanan Medis Neurologi

97

Botulinum toksin
Propanolol.

B. Non medikamentosa :
Operasi : Talamotomi, palidotomi, transplantasi substansia nigra, ablasi
dan stimulasi otak
Rehabilitasi medis.
Psikoterapi.
PENYULIT : Fluktuasi obat (fenomena off on)
Hipotensi postural
Perubahan tingkah laku : dementia, depresi,sleep disorder, psikosis
KONSULTASI :
Bagian Rehabilitasi Medis
Bedah Saraf
Psikiater
JENIS PELAYANAN : Poliklinik dan rawat inap.
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Bedah Saraf
Physiatrist
Psikiater
LAMA PERAWATAN : PROGNOSIS : biasanya berlangsung kronis progresif. .

Standar Pelayanan Medis Neurologi

98

DISTONIA
DEFINISI :
Distonia adalah sindroma neurologis yang ditandai dengan gerakan involunter,
terus menerus, dengan pola tertentu akibat dari kontraksi otot antagonis yang
berulang-ulang sehingga menyebabkan gerakan / posisi tubuh yang abnormal.
KLASIFIKASI
1. FOKAL
2.
3.
4.
5.

: Blepharospasme, Distonia Oromandibular, Distonia


Spasmodik , Distonia servikal, Writer`s Cramp.
SEGMENTAL : Axial ( leher, tubuh ), satu lengan dan satu bahu, dua bahu,
brachial dan crural.
MULTIFOKAL : dua atau lebih dua bagian tubuh yang berbeda.
GENERAL
: Kombinasi crural distonia dan segmen yang lain
HEMIDISTONIA : lengan dan tungkai sesisi.

1. DISTONIA FOKAL PRIMER


1.A. BLEPHAROSPASME :
KRITERIA DIAGNOSIS :
A. KLINIS :
Gerakan involunter pada penutupan kedua mata berupa kontraksi
spasmodik dari otot orbikularis okuli di pretarsal, preseptal dan
periorbital.
Biasanya disertai distonia dari kelopak mata, paranasal, wajah, bibir,
lidah, pharing, laring dan otot leher.
Blepharospasme dipicu oleh cahaya yang menyilaukan, polusi udara dan
air, aktifitas dan stress. Blepharospasme diawali dengan kontraksi klonik
kelopak mata, secara bertahap memberat sehingga mata tertutup kuat.
Kadang penderita mengalami kesulitan membaca, melihat TV,
mengendarai dan aktifitas sehari hari yang melibatkan penglihatan.
B. LAB : tidak ada
C. RADIOLOGIS : tidak ada
D. GOLD STANDARD : tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI : tidak ada
DIAGNOSIS BANDING : tidak ada
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
Anticholinergic, benzodiazepine, baclofen dan tetrabenasin. Biasanya
hasilnya kurang memuaskan.
Toksin botulinum merupakan obat pilihan.
B. Non medikamentosa :
Operasi myectomi atau pemotongan saraf fasial selektif.
Rehabilitasi medis.
PENYULIT : ptosis, ecchymosis, diplopia, ectropion, blurred vision, dry eyes.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

99

KONSULTASI :
Bagian Rehabilitasi Medis
Bedah Saraf
JENIS PELAYANAN : Poliklinik dan rawat inap.
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Bedah Saraf
Psychiatrist
LAMA PERAWATAN : PROGNOSIS : sulit disembuhkan .
1.B. DISTONIA OROMANDIBULER
KRITERIA DIAGNOSIS :
A. KLINIS :
Gerakan involunter berupa spasme pada dagu, mulut dan otot lidah
sehingga dagu menutup rapat, gigi tergigit rapat, trismus dengan akibat
kerusakan gigi, sendi temporomandibular. Adanya gerakan involuntary
pada lidah menyebabkan kesulitan mengecap, berbicara dan mencucu.
B. LAB : tidak ada
C. RADIOLOGIS : tidak ada
D. GOLD STANDARD : tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI : tidak ada
DIAGNOSIS BANDING :
1. Hemimasticatory spasm
2. Hemifacial spasm
3. Temporomandibular syndrome
TATALAKSANA
Medikamentosa :
Toksin botulinum, Benzodiazepin, Anticholinergic, Baclofen biasanya
kurang bermanfaat.
Non medikamentosa : speech terapy, operasi
PENYULIT : nyeri lokal, kesulitan mengunyah dan berbicara
KONSULTASI : Rehabilitasi medis, bedah saraf
JENIS PELAYANAN : poliklinik dan rawat inap
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Bedah Saraf

Standar Pelayanan Medis Neurologi

100

Spesialis Kesehatan Jiwa

Standar Pelayanan Medis Neurologi

101

LAMA PERAWATAN : PROGNOSIS : sulit disembuhkan.


1.C. DISTONIA SERVIKAL
KRITERIA DIAGNOSIS :
A. KLINIS :
Tortikolis, rotasi kepala kelateral, laterokolis, retrokolis dan anterokolis.
Sepertiga penderita mengalami scoliosis, nyeri local akibat spasme otot
dan spondilotik radikulomyelopati.
Dipicu oleh kondisi stress dan kelelahan.
Kadang disertai dengan tremor tangan dan kepala.
B. LAB : tidak ada
C. RADIOLOGIS : tidak ada
D. GOLD STANDARD : tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI : tidak ada
DIAGNOSIS BANDING : distonia karena keracunan obat metoklopramide,
neroleptik.
TATALAKSANA :
Medikamentosa : biasanya tidak banyak bermanfaat.
Obat pilihan : triheksiphenidil, injeksi toksin botulinum.
Bensodiazepin bisa mengurangi nyeri.
Haloperidol jangan digunakan karena dapat menyebabkan tardive
dyskinesia.
Non medikamentosa :
Hypnosis, biofeedback, relaksasi, psikoterapi, tusuk jarum, brace.
Terapi ini tidak banyak membantu.
PENYULIT : distonia generalisata.
KONSULTASI : Rehabilitasi medis, psikiater.
JENIS PELAYANAN : Rawat jalan.
TENAGA : Neurologist, physiatrist, psikiater.
PROGNOSIS :
20 % remisi spontan, eksaserbasi terjadi beberapa bulan kemudian.
Sebagian besar mengalami distonia sepanjang hidup dan sebagian menjadi
distonia generalisata.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

102

Standar Pelayanan Medis Neurologi

103

1.D. DISTONIA LARINGEAL ( DISPHONIA SPASMODIK )


KRITERIA DIAGNOSIS.
A. KLINIS :
Latar belakang penderita : guru dan penyanyi.
Distonia pada laring menyebabkan 2 tipe kelainan yaitu tipe adductor
oleh karena hiperadduksi korda vokalis dan tipe abductor oleh karena
kontraksi m. krikoaritenoid posterior selama berbicara sehingga abduksi
korda vokalis terganggu. Keluhan berupa suara serak, berat, bergetar.
B. LABORATORIUM : tidak ada
C. RADIOLOGIS : tidak ada
D. GOLD STANDARD : tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI: tidak ada
DIAGNOSIS BANDING :
Psychogenic voice disorder, tremor esensial, kelainan korda vokalis, radang
korda vokalis.
TATALAKSANA :
A. Medikamentosa : tidak banyak membantu. Toksin botulinum hrs
digunakan secara hati hati, oleh karena dapat menyebabkan aphonia,
disfagi
B. Non medikamentosa : terapi vocal, tindakan operasi .
PENYULIT : aphonia dan disfagi
KONSULTASI : Rehabilitasi medis, dr. Bedah leher dan kepala.
JENIS PELAYANAN : rawat jalan dan rawat inap
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Kesehatan Jiwa
Spesialis Bedah Kepala dan Leher
LAMA PERAWATAN : PROGNOSIS : biasanya sulit disembuhkan.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

104

1.E. LIMB DISTONIA


KRITERIA DIAGNOSIS :
A. KLINIS :
Ada 2 bentuk yaitu :
a. idiopatik : biasanya diawali dengan aksi distonia.
b. sekunder :
oleh karena lesi saraf sentral dan perifer. Gejala biasanya muncul saat
istirahat. Gejala distonia fokal berupa cramp yang berkaitan dengan
pekerjaan (graphospasm, Writer`s cramp) pada distonia idopatik
sedangkan pada yang sekunder berupa distonia spesifik yang muncul saat
menulis, mengetik,makan, olahraga atau saat bermain musik. Kadang
kadang disertai dengan tremor esensial.
B. LAB : tidak ada
C. RADIOLOGIS : tidak ada
D. GOLD STANDARD : tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI : tidak ada
DIAGNOSIS BANDING : Parkinson dan parkinsonism.
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
trihexyphenidil, benztropin. Biasanya hasilnya kurang memuaskan.
Toksin botulinum merupakan obat pilihan.
B. Non medikamentosa :
Operasi.
Rehabilitasi medis.
PENYULIT : segmental atau general distonia.
KONSULTASI :
Bagian Rehabilitasi Medis
Bedah Saraf
JENIS PELAYANAN : Poliklinik dan rawat inap.
TENAGA :
Spesialis Saraf
LAMA PERAWATAN : PROGNOSIS : sulit disembuhkan .

Standar Pelayanan Medis Neurologi

105

PENYAKIT HUNTINGTON
DEFINISI :
Penyakit Huntington (PH) adalah penyakit neurodegenerasi progresif genetik
autosomal dominan, yang muncul pada dewasa umur pertengahan. Manifestasi
klinis triad adalah movement disorders (chorea), demensia (subkortikal
demensia) dan gangguan psikiatri atau tingkah laku.
KLINIS :
1. Manifestasi klinis onset tidak pasti ( insidious ), umur 35-40 tahun,
prevalensi 4-8/100.000 penduduk, diturunkan secara 100% autosomal
dominal (triplet expansi CAG pada chromosom 4).
2. Chorea timbul pada 90% PH adalah gerakan yang tidak disadari, spontan,
mendadak, berlebihan, ireguler, kasar, berubah-ubah arah, random.
3. Dalam perjalanan PH progresif dan memburuk chorea dapat berubah
menjadi dystonia, gambaran Parkinson seperti rigiditas, bradikinesia,
gangguan postural, myoclonus, ataxia , gangguan gerakan mata sakadik
lambat, memanjangnya respon latensi, stadium lanjut dysphagia.
4. Subkortikal demensia pada PH dengan ciri khas bradyphrenia, gangguan
atensi dan sequencing tanpa disertai apraxia, agnosia atau aphasia.
Registrasi informasi baru dan immediate memory dan recall masih utuh,
meskipun retrieval recent dan remote momory terganggu.
5. Gangguan Psikatri dan tingkah laku, kadang psikosis, dengan halusinasi
visual dan pendengaran, mania, apatis, tingkah laku obsesif dan depresi.
LABORATORIUM :
Bila memungkinkan laboratorium genotyping khusus untuk PH (triplet expansi
CAG pada chromosom 4).
RADIOLOGIS :
Pada CT atau MRI terlihat atropi berat pada caput cauda dan putamen, atropi
sedang globus pallidus, kortek, substansia nigra, nucleus subthalamus, dan
locus coerolus
GOLD STANDARD : tidak ada
PATOLOGI ANATOMI :
Pada PH atropi berat pada caput cauda dan putamen, atropi sedang globus
pallidus, kortek, substansia nigra, nucleus subthalamus, dan locus coerolus

Standar Pelayanan Medis Neurologi

106

DIAGNOSA BANDING , Klasifikasi


Primary chorea
- Huntingtons diseases
- Neuroacanthocytosis
- Dentato-rubral-pallidoluysian atrophy
- Benign hereditary chorea
- Wilsons diseases
- PKAN / HalllerverdenSpatz Syndrome
- Senile chorea
- Paroxysmal choreoathetose

chorea :
Secondary chorea
- Sydenhams chorea
- Drug induced
chorea
- Immune mediated
chorea
- Infectious chorea
- Vascular chorea
- Hormonal disorders

Others
- Metabolic disorders
- Vitamine deficiency
(B1 dan B12)
- Exposure to toxin
- Paraneoplastic
syndromes
- Postpump
choreoathetosis

TATALAKSANA
A. MEDIKAMENTOSA :
- Remacide dan Coenzyme Q10 600 mg/hari dapat menghambat progresivitas
- Untuk depresi diberikan Tricyclic antidepresan ( amitriptylin atau imipramine,
nortriptylin), SSRI ( fluoxetine atau sertraline)
- Chorea dapat diberikan :
- Haloperidol 0,5 - 5 mg/hari,
- Dopamine blocking agent
- Benzodiazepines seperti Clonazepam bisa dipakai.
- Amantandine 100-300 mg
- Emosi tak terkontrol, iritabel diberikan Clonazepam, Carbamazepin atau
Valproic Acid ditambah dengan antidepresan
- Gangguan psikiatri seperti delusion diberikan neuroleptik, haloperidol atau
thioridazin
- Psikosis dapat diberikan Quetiapine dan Clozapine
B. TINDAKAN : Tidak ada
PENYULIT :
- Gangguan Psikiatri dan tingkah laku
- Parkinsonism seperti rigiditas, bradikinesia, gangguan postural, dystonia,
myoclonus, ataxia, dysphagia
KONSULTASI : Dokter spesialis jiwa
JENIS PELAYANAN :
- Ringan rawat jalan

- Berat rawat inap

TENAGA : Dokter spesialis saraf


LAMA PERAWATAN : PROGNOSIS :
PH adalah penyakit neurodegeneratif yang progresif berakhir fatal,
Sebab kematian biasanya aspirasi pneumonia atau trauma sekunder akibat
jatuh

Standar Pelayanan Medis Neurologi

107

SYDENHAMS CHOREA
KRITERIA DIAGNOSA :
A. DEFINISI :
Sydenhams chorea ( SC) adalah komplikasi lambat dari infeksi A Haemolytic
streptococcal dan merupakan kriteria mayor acute rheumatic fever, dengan
ciri khas chorea, kelemahan otot dan beberapa gejala neuropsikiatri, akibat
penyakit autoimun.
KLINIS :
1. Didahului adanya infeksi A Haemolytic streptococcal ( 20 - 30%)
2. Umur 5-15 tahun
3. Perempuan predominan.
4. Chorea general, simetris, gerakan lebih cepat dibanding chorea dari
Huntington
5. Perubahan tingkahlaku , gangguan obsesif-kompulsif dan iritabel
6. Sembuh sendiri 5-16 minggu.
LABORATORIUM :
Kadar ASTO ( Anti Streptolisin O ) meningkat
RADIOLOGIS :
MRI lesi di nucleus caudatus dan putamen
PATOLOGI ANATOMI : tidak ada data
DIAGNOSA BANDING :
Secondary chorea
- Sydenhams chorea
- Immune mediated chorea
- Vascular chorea
- Hormonal disorders
- Drug induced chorea
- Infectious chorea :
Bacterial
Sydenham's (post streptococcal)
Sub-acute bacterial endocarditis
Neurosyphilis
Tuberculosis
Viral
Measles
Mumps
Influenza
Cytomegalovirus
Subacute sclerosing panencephalitis
Human immune deficiency virus
Epstein-Barr virus (mononucleosis)
Borrelia burgdorferi (Lyme disease)
Varicella
Prion
Creutzfeldt-Jakob disease

Standar Pelayanan Medis Neurologi

108

TATALAKSANA :
A. MEDIKAMENTOSA :
- Chorea dapat diberikan :
- Haloperidol 0,5 - 5 mg/hari,
- Benzodiazepines seperti Clonazepam bisa dipakai.
- Amantandine 100-300 mg
B. TINDAKAN : KONSULTASI : JENIS PELAYANAN : Ringan rawat jalan
TENAGA : Dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN : PROGNOSIS : sembuh sendiri

Standar Pelayanan Medis Neurologi

109

TREMOR ESENSIAL
KRITERIA DIAGNOSIS
A. KLINIS :
Tremor Essential (TE) berdasarkan Core And Secondary Criteria
(Lihat Tabel)
Kriteria Inti
Kriteria Sekunder
- Tremor saat kerja bilateral di tangan
Lama > 3 tahun
dan lengan bawah
- Tidak ada kelainan neurologis lain,
Riwayat keluarga positip
kecuali cogwheel phenomenon
- Tremor kepala dengan / tanpa
Ada respon terhadap alkohol
dystonia
Onset usia rata-rata TE : 45 tahun
Bisa unilateral atau bilateral
Tremor bisa meluas sampai kepala dan leher, kira-kira 50-60% TE
mengenai kepala
Tremor suara (Voice Tremor) terjadi pada 30% pasien
TE jarang pada tubuh dan kaki
TE cenderung progesif dan sama dengan bertambahnya usia
Alkohol memperbaiki tremor pada 70% pasien selama tidur miring.
Performance test : pasien menulis, menggambar, mengambil benda,
minum dengan gelas
LABORATORIUM : RADIOLOGI
:GOLD STANDARD : PA : tidak ada keluhan
DIAGNOSA BANDING
Parkinson, MS, Wilson disease, Huntington
Cerebellar degenerative disease
Efek samping obat : obat asma, anti depresan
Toksin logam berat : timah, merkuri
Thypoid disease
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
Obat

Dosis awal

Dosis Tx

Propanolol

30 mg/hr

160 320 mg/hr

Primidone

12,5-25 mg/hr

62,5 350 mg/hr

Gabapentine

300mg/hr

1200 3600 mg/hr

Alprazolam

0,75 mg/hr

0,74 2,75 mg/hr

Topiramate

25 mg/hr

100 300 mg/hr

Nimodipine
Theophyllin

120 mg/hr
150-300 mg/hr

120 mg/hr
15 300 mg/hr

Standar Pelayanan Medis Neurologi

Efek Samping
Kelelahan, impoten, depresi,
sesak nafas, bradycardia
Sedasi, nausea, muntah
Drowsines, kelelahan, nausea,
dizzine,sempoyongan
Sedasi, kelelahan
Parestesia, BB menurun, batu
ginjal
Hipotensi ortostatik
Insomnia, restlessness, sakit

110

kepala

Botulinum toxin A : terutama TE kepala, suara, tangan.


B. Tindakan
Bedah : continuos deep brain stimulation with electrode implanted
pada ventral intermediate nucleus of the thalamus dan thalamotomy
Physical terapi : speech terapi
PENYULIT
Stres, kopi, alkohol
KONSULTASI :
Bedah
Rehab medik
JENIS PELAYANAN :
Rawat Jalan
TENAGA :
Dokter Spesialis Saraf
Fisioterapis
LAMA PERAWATAN : PROGNOSIS : baik

Standar Pelayanan Medis Neurologi

111

PROGRESSIVE SUPRANUCLEAR PALSY


KRITERIA DIAGNOSIS
A. KLINIS
Usia 50-60 tahun
Gejala meliputi : gangguan keseimbangan (imbalance), gangguan
penglihatan, disartri, disfagi, gangguan fungsi intelektual, perubahan
kepribadian, atau insomnia. Tidak semua gejala ada pada setiap pasien,
tetapi sebagian besar muncul selama perjalanan penyakit.
Biasanya dimulai dengan gangguan visual, gangguan postur dan gaya
berjalan yang tampak pada awal penyakit. Pada fase dini penderita
sering tiba tiba terjatuh tanpa penyebab yang jelas (paroxysmal
disequilbrium). Sebagian besar cenderung jatuh ke belakang, tetapi bisa
jatuh ke segala arah.
Ciri khasnya hipokinesia dan rigiditas otot-otot axial dan anggota gerak
Gangguan gerakan ocular pursuit, khususnya kearah bawah, biasanya
tampak pada saat pertama kali memeriksakan diri. Paresis menimbulkan
pergerakan kepala pasif mengaktifkan reflek oculocephalic
(supranuclear). Pasien kesulitan apabila menuruni tangga, membaca
atau mengambil makanan dari piring.
Gangguan bicara dan menelan, kadang tercekik.
Ditemukan horizontal square-wave jerk, saccadic lambat dan
hipometrik, dan paresis gerakan keatas. Paresis lateral gaze terjadi pada
tahap lanjut dari penyakit.
Apraxia gerakan kelopak mata dan blepharospasme sering terjadi .
Tremor jarang ditemukan
Gangguan mental sering ditemukan, seringkali berupa perubahan
kepribadian, emotional incontinence, atau depresi. Demensia biasanya
sama dengan Penyakit Lobus Frontalis.
Kombinasi disartria, disfagia dan disabilitas menyebabkan kematian
karena aspirasi
Respon terapi terhadap levodopa buruk
B. PENUNJANG
MRI otak untuk menyingkirkan dementia multi-infark dan hidrosefalus.
Single photon emission computed tomography (PET) scan
DIAGNOSA BANDING
Parkinsons disease idiopatik. Sulit dibedakan apabila gerakan bolamata
masih normal
Degenerasi corticobasal ganglionic, multiple system atrophy.
Normal pressure hydrocephalus
Multiple cerebral infark

Standar Pelayanan Medis Neurologi

112

TATALAKSANA
A. Medikamentosa
Terapi PSP masih belum memuaskan. Pada 1/3 pasien Levodopa
memperbaiki bradikinesia dan rigiditas. Bila tidak ditemukan perbaikan
motor dengan levodopa, obat di stop
Amantadin dan amitriptilin, tetapi penggunaannya terbatas karena efek
sampingnya.
Zolpidem memperbaiki keseimbangan dan abnormalitas pergerakan
bolamata
Terapi wicara untuk manajemen disartri dan disfagi.
Blepharospasme memberi respon baik terhadap injeksi toksin botulinum.
Mata kering akibat jarang berkedip diberi lubrican topikal.
B. Tindakan : PENYULIT
Aspirasi pneumoni
Mata kering
KONSULTASI JENIS PELAYANAN
Rawat Jalan
Rawat Inap
TENAGA
Spesialis Saraf
Spesialis Paru

Standar Pelayanan Medis Neurologi

113

MIOKLONUS
DEFINISI :
Mioklonus adalah gerakan tidak disadari tiba-tiba, sebentar, jerky, shock-like,
akibat kontraksi otot (positip mioklonik), disebabkan gangguan di CNS timbul
di anggota, wajah atau badan.
KLINIS
KLASIFIKASI : berbagai klasifikasi
Berdasarkan distribusi mioklonus : fokal, segmental, general
Berdasarkan neurofisiologi : kortikal, batang otak, spinal
Berdasarkan waktu : ireguler, ritmik, osilatori, mioklonus bisa saat istirahat
atau saat kerja
Mioklonus bisa reflektoris atau sensitif terhadap stimulus sensoris atau suara
Marsdens membagi mioklonus :
- Fisiologik Esensial Epileptik - Simptomatik
1. Fisiologik mioklonus : timbulnya gerakan mendadak sekelompok otot saat
mulai tidur, biasanya sesudah aktivitas berat, emosi atau stress
Hiccup bisa dimasukkan jenis ini.
2. Essential Mioklonus : Onset dekade kedua, Laki dan perempuan sama,
timbul gerakan mioklonus
Saat kerja, hilang saat tidur, meningkat saat emosi
3. Epileptik Mioklonus : adalah fenomena epilepsi terutama anak-anak, tipe
progresif multifokal atau mioklonus general, ditandai dengan timbulnya
kelainan neurologis progresif seperti ataxia, spastisitas, demensia, tuli.
4. Simptomatik mioklonus : dihubungkan dengan infeksi, degenerasi,
metabolik, toxic encefalopati
Klasifikasi berdasar Etilogi dan Patologi :
1. Kortikal mioklonus : lesi di kortek sensorimotor dan cetusan abnormal
a. Lesi fokal kortikal : tumor, angioma, encefalitis , contoh lesi kortikal :
Epilepsia partial continua. Dapat juga lesi subkortikal seperti : Atropi
Multi System, Corticobasal-Ganglionic degenerasi
b. Cortikal myoklonus timbul saat gerakan sadar atau stimulasi
somatosensoris
2. Mioklonus batang otak : cirinya general dan timbul saat stimulasi suara
atau sensoris kepala / leher
Diawali aktivasi sternokleidomastoid, diikuti otot wajah, masseter baru
badan dan anggota
3. Spinal mioklonus : cetusan abnormal dimulai di motor neuron :
Spinal mioklonus segmental : gerakan jerky , berulang-ulang, ritmik,
setinggi segmen myelum saat tidur masih timbul 0,5-2 Hz.
4. Palatal mioklonus : lesi di Guillain Mollaret triangle , dekat nukleus
dentatus, kontralateral sentral tegmentum dan oliva inferior, timbul
hiperplasia nukleus oliva inferior

Standar Pelayanan Medis Neurologi

114

Etiologi mioklonus :
1. Drug induced mioklonus :
Antikonvulsan, Levodopa, Lithium, Clozapine, Penicillin, Vigabatrin,
Cyclosporin, Tricyclic Antidepressan, MAO inhibitor.
2. Opsoklonus-mioklonus sindrome :
Viral, Ca Ovarii, Melanoma, Lymphoma, Hipoglikemia
3. Asterixis : Metabolik Ecefalopati (misal Hepatik), Lesi Thalamus,
putamen, lobus parietal
4. Kortikal mioklonus : Tumor, angioma, encefalitis
5. Palatal mioklonus : Idiopathic, Stroke, MS, neurodegenerasi
6. Spinal mioklonus : mielopati inflamasi, Cervical spondilosis, Tumor,
Ischemik
7. Post Anoxic encefalopati
8. Progressive Myoclonic Ataxia ( Ramsay Hunt Syndrome)
9. Trauma
10. Metal Toxic : Mangan, besi
11. MPTP
ELEKTROFISIOLOGI :
1. EMG : untuk menentukan aktivitas otot segmental
2. SSEP
3. MRI otak, spinal
4. Elektron mikroskop pada kulit, konjungtiva dan otot
RADIOLOGIS
:GOLD STANDARD : PATOLOGI ANATOMI : DIAGNOSA BANDING :
- Chorea
- Tics
TATALAKSANA
A. Medika Mentosa:
- Cari faktor etiologi dan diobati
- Klonazepam : 4-10 mg/hr
- Sodium Valproat : 250-4500 mg/hr
- Lisirude
- Asetasolamide (Sindrom Ramsay Hunt)
- Karbamazepin
- Pada post hipoksi mioklonus bisa ditambahkan 5-hidroksi-tryptophan
dan carbidopa
- Asteriksis ( negative-mioklonus) bisa dipakai ethosuximide dan koreksi
metabolit
B. Tindakan : PENYULIT : KONSULTASI : -

Standar Pelayanan Medis Neurologi

115

JENIS PELAYANAN : Rawat inap / jalan


TENAGA : Medis, paramedis
LAMA PERAWATAN : PROGNOSIS : Tergantung penyebab

Standar Pelayanan Medis Neurologi

116

SINDROMA TOURETTE
KRITERIA DIAGNOSIS
DEFINISI :
Sindroma Tourette (ST) adalah sindroma waxing , waning tik motorik baik
simpel atau komplek, disertai minimal satu vokal tics ( phonic tics ) , disertai
obsesive-compulsive disorders tetapi gangguan tingkah laku bukan kriteria
untuk diagnosis, tetapi penting untuk pasien.
KLINIS
Onset Sindroma Tourette pada umur antara 5-20 tahun, dengan ratio laki-laki :
perempuan 4 : 1.
1. TICS
a.Singkat, mendadak, timbul iregular dan berulang dari gerakan maupun
suara. Dua bentuk tiks adalah motor dan fokal, selanjutnya masingmasing dibagi dalam bentuk simpel dan kompleks
b.Simpel motor Tics muncul tiba-tiba, tidak bertujuan, mengenai kelompokkelompok otot, misalnya angkat bahu, kedipan mata, jerking kepala.
c.Simpel motor Tics sering tampak lebih lebih lambat, terus menerus dan
gerakan gerakan tonik yang menyerupai distonia (disebut distonic tics)
d.Complex motor Tics :gerakan koordinatif dan berurutan yang menyerupai
gerakan motorik normal atau gerakan badan yang kurang tepat dalam
intensitas dan waktunya. Gerakan menyentuh, melempar, memukul dan
melompat lompat. Contoh lain Complex motor Tics adalah menunjukkan
alat genitalia atau echopraxia.
e.Tics suara dihasilkan dari mulut, tenggorokan maupun hidung
f.Tics suara sederhana suara yang tidak terartikulasi; sedangkan yang
komplek antara lain, kata, elemen musik.
g.Kata kata kotor (Koprolalia)
h.Tics motor dan phonik bisa muncul selama tidur.
2. Gangguan Tingkah Laku (GTL)
a. Manifestasi timbul beberapa tahun bersama onset tics
b. Tingkah laku abnormal atau adanya Obsesive Compulsive Disorder (OCD) :
pikiran-pikiran obsesive, gerakan kompulsif, Attension Defisit
Hyperactivity Disorders (ADHD), disleksia, depresi, fobi, tingkah laku anti
sosial dan kelainan kepribadian.
c. Obsesi adalah fikiran, ide-ide, bayangan2, impuls keinginan, juga
perasaan kekurangan, keseimbangan, ketakutan yang mengganggu
keluarga atau sekitarnya.
d. Compulsions adalah tingkah laku sadar, berulang-ulang respons dari
obsesinya, seperti : kebiasaan mengulangi perintah / kebiasaan,
menghitung, mengecek pintu, cuci tangan berulang-ulang dsb.
e. ADHD adalah tingkahlaku impulsive dan hiperaktif dengan menurunnya
atensi. ADHD timbul pada 50% ST , onset ADHD pada umur 4-5 tahun dan
2-3 tahun mendahuli tics

Standar Pelayanan Medis Neurologi

117

LABORATORIUM : tidak ada,


RADIOLOGIS : tidak diperlukan, ST hanya diagnosa klinis saja
GOLDEN STANDARD : tidak ada
Tes Neuro-psychiatric diperlukan pada OCD dan ADHD.
PATOLOGI ANTOMI : tidak spesifik, lesi di ganglia basalis terutama nucleus
caudatus, kortek inferior parietal
DIFERENTIAL DIAGNOSA
1. TICS : Distonia, korea, mioklonus, hiperefleksia
2. Kelainan TICS sesaat : serangan pada anak
3. Kelainan TICS motorik primer
4. Kelainan TICS multipel kronis
5. TICS pada huntington disease, parkinson
6. Kelainan perumbuhan anak
7. Rheumatoid Heart Disease
TATALAKSANA
a. Medikamentosa :
Dopamine-receptors blockers :
- Fluphenazine
- Pimozide
- Haloperidol
- Risperidone
- Ziprasidone
- Trifluperazine
- Molindone
CNS Stimulants for ADHD
- Methylphnidate
- Pemoline
18.7
- Dextroamphetamine
Noradrenaline drugs for impuls control
- Clonidine
- Guanfacine
Serotonergic drugs for OCD
- Flouxetin
- Sertralin
- Paroxetin
- Clomipramin
- Fluvoxamin
- Venlafazin
- Tripthophan
- MAOI, mianserin, benzodiazepin
b. Tindakan

starting dose
mg/day
1.0
2.0
0.5
0.5
20.0
1.0
1.0
5.0
5.0
and ADHD
0.1
1.0
20 60
50- 200
20- 60
25
50
25

- TICS : Psiko terapi


- Hipnotis
- Kelainan tingkah laku operasi bedah :
Thalamotomy, tracheotomy, cingulotomy

Standar Pelayanan Medis Neurologi

118

PENYULIT : KONSULTASI :
- Spesialis saraf
- Spesialis jiwa
- Psikolog
JENIS PELAYANAN : - Rawat Jalan
TENAGA : - dokter Spesialis Saraf
- dokter Spesialis Jiwa
- psikolog
LAMA PERAWATAN : tidak ada data
PROGNOSIS : baik

Standar Pelayanan Medis Neurologi

119

Standar Pelayanan Medis Neurologi

120

CEDERA KEPALA (CEDERA OTAK)


Definisi
Cedera Otak (CO) adalah cedera yang mengenai kepala dan otak, baik yang
terjadi secara langsung (kerusakan primer/primary effect) maupun tidak
langsung (kerusakan sekunder/ secondary effect). Cedera otak yang terjadi
sebagian besar adalah cedera otak tertutup, akibat kekerasan (rudapaksa),
karena kecelakaan lalu lintas, dan sebagian besar (84%) menjalani terapi
konservatif dan sisanya sebanyak 16% yang membutuhkan tindakan operatif.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis
* Tergantung berat ringannya cedera otak yang terjadi, dibagi dalam :
1). Minimal = Simple Head Injury (SHI)
- nilai Skala Koma Glasgow 15 (normal)
- kesadaran baik
- tidak ada amnesia
2). Cedera Otak Ringan (COR)
- nilai Skala Koma Glasgow 14
atau
- nilai Skala Koma Glasgow 15, dengan
- amnesia pasca cedera < 24 jam, atau
- hilang kesadaran < 10 menit
- dapat disertai gejala klinik lainnya, misalnya : mual, muntah,
sakit kepala atau vertigo
3). Cedera Otak Sedang (COS)
- nilai Skala Koma Glasgow 9 13
- hilang kesadaran > 10 menit tetapi kurang dari 6 jam
- dapat atau tidak ditemukan adanya defisit neurologis
- amnesia pasca cedera selama kurang lebih 7 hari (bisa positif
atau negatif)
4) Cedera Otak Berat (COB)
- nilai Skala Koma Glasgow 5-8
- hilang kesadaran > 6 jam
- ditemukan defisit neurologis
- amnesia pasca cedera > 7 hari
5). Kondisi Kritis
- nilai Skala Koma Glasgow 3-4
- hilang kesadaran > 6 jam
- ditemukan defisit neurologis
* Perdarahan Epidural
- lusid interval
- anisokori pupil
- hemiparesis yang terjadi kemudian
- refleks Babinski yang terjadi kemudian

Standar Pelayanan Medis Neurologi

121

* Fraktur Basis Kranii


- keluar cairan otak lewat hidung (rinorea) atau telinga (otorea)
- hematoma kacamata atau hematoma retroaurikular (Battles
sign)
Laboratorium
- Darah Perifer Lengkap
- Gula Darah Sewaktu
- Ureum / Kreatinin
- Analisa Gas Darah (ASTRUP)
- Elektrolit
Radiologi
-

Foto Kepala Polos, posisi AP/Lat/Tangensial (sesuai indikasi)


Skening Kepala, gambaran bisa normal, kontusio, perdarahan,
edema, fraktur tulang kepala

Standar Baku
- Skening Kepala (CT-Scan kepala)
Patologi Anatomi
- Normal, tidak ada kerusakan hanya gangguan fungsional (Simple
Head Injury (SHI) dan Komosio)
- Kontusio
- Perdarahan
- Edema
- Iskemia
- Infark
- Fraktur tulang tengkorak
TATALAKSANA
Tergantung derajat beratnya cedera.
1). Minimal
- tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
- istirahat dirumah
- diberi nasehat agar kembali ke rumah sakit bila ada tanda tanda
perdarahan epidural, seperti orangnya mulai terlihat mengantuk
(kesadaran mulai turun-gejala lucid interval)
2). Cedera Otak Ringan ( Komosio Serebri)
- tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
- observasi di rumah sakit 2 hari
- keluhan hilang, mobilisasi
- simptomatis : anti vertigo, anti emetik, analgetika
- antibiotika (atas indikasi)

Standar Pelayanan Medis Neurologi

122

3). Cedera Otak Sedang dan Berat (Kontusio Serebri)


a. Terapi Umum
Untuk kesadaran menurun
- Lakukan Resusitasi
- Bebaskan jalan nafas (Airway), jaga fungsi pernafasan
(Breathing), Circulation (tidak boleh terjadi hipotensi, sistolik
sama dengan atau lebih dari 90 mmHg), nadi, suhu (tidak boleh
sampai terjadi pireksia)
- Keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi yang cukup,
dengan kalori 50% lebih dari normal
- Jaga keseimbangan gas darah
- Jaga kebersihan kandung kemih, kalau perlu pasang kateter
- Jaga kebersihan dan kelancaran jalur intravena
- Rubah rubah posisi untuk cegah dekubitus
- Posisi kepala ditinggikan 30 derajat
- Pasang selang nasogastrik pada hari ke 2, kecuali kontra indikasi
yaitu pada fraktur basis kranii
- Infus cairan isotonis
- Berikan Oksigen sesuai indikasi
b. Terapi Khusus
1. Medikamentosa
- Mengatasi tekanan tinggi intrakranial, berikan Manitol 20%
- Simptomatis : analgetik, anti emetik, antipiretik
- Antiepilepsi diberikan bila terjadi bangkitan epilepsi pasca
cedera
- Antibiotika diberikan atas indikasi
- Anti stress ulcer diberikan bila ada perdarahan lambung
2. Operasi bila terdapat indikasi
c. Rehabilitasi
- Mobilisasi bertahap dilakukan secepatnya setelah keadaan klinik
stabil
- Neurorestorasi dan Neurorehabilitasi diberikan sesuai dengan
kebutuhan
PENYULIT
Perawatan dan konsistensi neurorehabilitasi yang kurang cermat dapat
menimbulkan gejala sisa yang sangat variatif tergantung berat dan lokasi
kerusakan otak
KONSULTASI
- Bedah Saraf / Bedah Lainnya sesuai indikasi
- Neuroemergensi
- Neurobehavior
- Neurorestorasi / Neurorehabilitasi

Standar Pelayanan Medis Neurologi

123

JENIS PELAYANAN
- Rawat Jalan
- Rawat Inap
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis Saraf, Terapis
LAMA PERAWATAN
- tergantung beratnya, dari 2 hari sampai 1 bulan
- terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan
membutuhkan perawatan khusus karena kecacatan yang cukup berat

Standar Pelayanan Medis Neurologi

124

CEDERA MEDULA SPINALIS


Definisi
Cedera Medula Spinalis (CMS) atau cedera spinal adalah cedera pada tulang
belakang yang menyebabkan penekanan pada medula spinalis sehingga
menimbulkan myelopati dan merupakan keadaan darurat neurologi yang
memerlukan tindakan yang cepat, tepat dan cermat untuk mengurangi
kecacatan. Prognosis penyembuhan tergantung pada 2 faktor yaitu :
a). beratnya defisit neurologis yang timbul dan
b). lamanya defisit neurologis sebelum dilakukan tindakan dekompresi
CMS merupakan kasus emergensi neurologi dan perlu mendapat perhatian lebih,
oleh karena satu kali medulla spinalis rusak, sebagian besar fungsinya tidak
dapat kembali normal.
GEJALA DAN TANDA KLINIS
Cedera Medula Spinalis mempunyai gambaran klinik yang berbeda tergantung
letak dan luas lesi, secara garis besar dapat dibedakan menjadi 4 kelompok,
yaitu :
Tabel : Sindroma Mayor Cedera Spinal
Sindroma

Kausa Utama

Gejala & Tanda Klinis

Hemicord (Brown
Sequard syndrome)

Cedera tembus, kompresi


ekstrinsik

Gg sensorik kontralateral, parese


ipsilateral, gg propioseptif ipsilat,
rasa raba normal

Sindroma Spinalis
Anterior

Infark a.spinalis anterior


watershed (T4-T6),
Iskemik akut ,
HNP

Ggn sensorik bilateral, propioseptif


normal, parese UMN dibawah
lesi, parese LMN setinggi lesi,
disfungsi sphincter

Sindroma Spinalis
Sentral

Syringomyelia, Hypotensive
Parese LMN pada lengan, parese
spinal cord ischemic,
tungkai (bervariasi tk kelumpuhTrauma spinal (fleksi-ekstensi) annya), dan spastisitas. Nyeri
Tumor Spinal
hebat dan hiperpati, gg sensorik
pada lengan, disfungsi sphincter
atau retensio urin.

Sindroma Spinalis
Posterior

Trauma, Infark a.spinalis


posterior

Standar Pelayanan Medis Neurologi

Ggn propioseptif bilateral, nyeri


dan parestesi pada leher,
punggung dan bokong, parese
ringan

125

Pemeriksaan Penunjang
1.Laboratorium
a. Darah Perifer Lengkap
b. Gula Darah Sewaktu, Ureum dan Kreatinin
2.Radiologi
a. Foto vertebra posisi AP/LAT dengan sentrasi sesuai dengan letak lesi
b. CT Scan atau MRI jika diperlukan tindakan operasi
3. Neurofisiologi Klinik EMG, NCV, SSEP
PENATALAKSANAAN
1.Umum
a). Jika ada fraktur atau dislokasi kolumna vertebralis servikalis, segera
pasang kerah fiksasi leher, jangan gerakkan kepala atau leher
b). Jika ada fraktur kolumna vertebralis torakalis, angkut pasien dalam
keadaan tertelungkup, lakukan fiksasi torakal (pakai korset)
c). Fraktur daerah lumbal, fiksasi dengan korset lumbal
d). Kerusakan medula spinalis dapat menyebabkan tonus pembuluh darah
menurun karena paralisis fungsi sistem saraf ortosimpatik dengan akibat
menurunnya tekanan darah. Beri infus, bila mungkin plasma atau darah,
dextran-40 atau eskpafusin. Sebaiknya jangan diberi caitan isotonik
seperti NaCl 0,9% atau glukosa 5%. Bila perlu diberikan 0,2 mg adrenalin
s.k, boleh diulang 1 jam kemudian. Bila denyut nadi < 44 kali/menit,
berikan sulfas atropin 0,25 mg i.v.
e).Gangguan pernafasan, kalau perlu beri bantuan dengan respirator atau
cara lain. Jaga jalan nafas tetap lapang.
f). Jika lesi diatas C-8, termoregulasi tidak ada, mungkin terjadi
hiperhidrosis, usahakan suhu badan tetap normal.
g). Jika ada gangguan miksi pasang kondom kateter atau dauer kateter dan
jika ada gangguan defekasi, berikan laksan / klisma.
2. Medikamentosa
a). Berikan metil-prenisolon 30 mg/kgBB, i.v perlahan-lahan selama 15
menit. 45 menit kemudian per infus 5 mg/kgBB selama 24 jam.
Kortikosteroid mencegah peroksidasi lipid dan peningkatan sekunder
asam arakidonat.
b). Bila terjadi spastisitas otot :
* diazepam 3 x 5-10 mg / hari
* baklofen 3 x 5 mg hingga 3 x 20 mg / hari
c). Bila ada rasa nyeri dapat diberikan :
* analgetika
* antidepresan : amitriptilin 3 x 10 mg / hari
* antikonvulsan : neurontin 3 x 300 mg / hari
d). Bila terjadi hipertensi akibat gangguan saraf otonom (tensi > 180/100
mmHg), pertimbangkan pemberian obat antihipertensi.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

126

3. Operasi
Tindakan operatif dilakukan bila :
* ada fraktur, pecahan tulang menekan medulla spinalis
* gambaran neurologis progresif memburuk
* fraktur, dislokasi yang labil
* terjadi herniasi diskus intervertebralis yang menekan medulla spinalis
PENYULIT
Tergantung beratnya dan waktu datang ke rumah sakit (lewat waktu
emas), tidak dapat sembuh sempurna
KONSULTASI
- Bedah Saraf / Bedah lainnya tergantung indikasi
- Neuroemergensi
- Neurorestorasi/Neurorehabilitasi
JENIS PELAYANAN
- Rawat Inap
- Rawat Jalan
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis Saraf, Terapis
LAMA PERAWATAN
- Sampai masa akut lewat dan selesainya tindakan yang diperlukan,
biasanya 7 hari sampai 1 bulan
- terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan
membutuhkan perawatan khusus karena kecacatan yang cukup berat

Standar Pelayanan Medis Neurologi

127

Standar Pelayanan Medis Neurologi

128

NEUROPATI
Definisi :
Proses patologi yang mengenai susunan saraf perifer, berupa proses
demielinisasi atau degenerasi aksonal atau kedua-duanya. Sususan saraf
perifer mencakup saraf otak, saraf spinal dengan akar saraf serta
cabang-cabangnya, saraf tepi dan bagian-bagian tepi dari susunan saraf
otonom.
Etiologi :
1.Metabolik
* Neuropati diabetik :
- Polineuropati : komplikasi diabetes melitus yang paling sering terjadi
Gejala & tanda: - gangguan motorik tungkai lebih sering terkena
daripada tangan
- gangguan sensorik kaos kaki dan sarung tangan
berupa gangguan rasa nyeri & suhu, vibrasi serta
posisi.
- Otonom neuropati :
Gejala & tanda : keringat berkurang, hipotensi ortostatik, nokturnal
diare, inkontinensi alvi, konstipasi,
inkontinensi & retensio urin, gastroparesis dan
impotensi
- Mononeuropati :
Gejala & tanda : terutama mengenai nervi kranialis ( terutama nervi
untuk pergerakan bola mata) dan saraf tepi besar
dengan gejala nyeri.
* Polineuropati uremikum :
Terjadi pada pasien uremia kronis ( gagal ginjal kronis)
Gejala & tanda : - gangguan sensorimotor simetris pada tungkai &
tangan
- rasa gatal, geli & rasa merayap pada tungkai dan
paha memberat pada malam hari, membaik bila
kaki digerakkan (restless leg syndrome).
2. Nutrisional
* Polineuropati defisiensi :
1. Piridoksin : pada penggunaan Izoniazid ( INH)
Gejala & tanda : neuropati sensorimotor dan neuropati optika
2. Asam folat : sering pada penggunaan fenitoin & intake asam folat
yang kurang
3. Niasin : pada pasien defisiensi multipel
* Polineuropati alkoholik : Neuropati karena defisiensi multivitamin dan
thiamin
Gejala & tanda : -gangguan sensorimotor simetris terutama tungkai
tahap lanjut mengenai tangan.
3. Toksik:
* Arsenik :keracunan arsen secara kronik ( akumulasi kronik)
Gejala & tanda : - gangguan sensoris berupa nyeri & gangguan motorik
yang berkembang lambat

Standar Pelayanan Medis Neurologi

129

- gangguan GIT mendahului ganggauan neuropati oleh


karena intake arsen.

* Merkuri:
Gejala & tanda : menyerupai keracunan arsen

4. Drug induced
* Obat antineoplasma : ( Cisplastin, carboplastin, vincristin)
Gejala & Tanda : - Banyak sebagai gangguan sensorik polineuropati
setelah beberapa minggu terapi seperti parestesia
- Gangguan proprioseptif,vibrasi sering terganggu
sampai mengenai kolum posterior
- Gangguan motorik tertutama tungkai bawah
* Antimikrobial :
- INH : simetrikal polineuropati
- Kloramfenikol & metronodazole :
gangguan sensoris ringan / akral parestesia, kadang optik neuropati.
5.Keganasan / paraneoplastic polyneuropathy
Gejala & tanda: - Banyak dalam bentuk distal simetrikal sensorimotor
polineuropati akibat remote effect keganasan seperti:
mieloma multipel, limfoma
- gejala motorik seperti ataksia, atrofi tingkat lanjut
kelumpuhan.
6. Trauma : neuropati jebakan.
KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis : - gangguan sensorik : parestesia, nyeri, terbakar, penurunan
rasa raba, vibrasi dan posisi.
- gangguan motorik : kelemahan otot-otot
- reflek tendon menurun
- fasikulasi
* Laboratorium :
- Gula darah puasa, fungsi ginjal, kadar vitamin B1, B6, B12
darah, kadar logam berat, fungi hormon tiroid
- Lumbal pungsi : sesuai indikasi
* Gold standard :
- ENMG : degenerasi aksonal & demielinisasi
- Biopsi saraf
DIAGNOSIS BANDING
- miopati
- motor neuron disease
- multipel sklerosis
TATALAKSANA
- Terapi kausa
- Simptomatis : analgetik, antiepileptik
- Neurotropik vitamin : B1, B6, B12, asam folat
- Fisioterapi

Standar Pelayanan Medis Neurologi

130

PENYULIT
- Penyakit dasar : progresifitas & komplikasinya
- Perawatan & fisioterapi yang kurang cermat menimbulkan : atrofi,
dekubitus, infeksi saluran kencing dan kontraktur.
KONSULTASI
- Penyakit dalam ( sesuai penyakit dasar)
- Bedah saraf/ bedah lainnya ( sesuai kausa)
- Fisioterapi
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
- Rawat inap : sesuai penyakit dasar
TENAGA
- Perawat, dokter umum & dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
- antara 2 minggu s/d 1 bulan bila dirawat
- kadang-kadang penyembuhan tidak sempurna

Standar Pelayanan Medis Neurologi

131

SINDROM TEROWONGAN KARPAL


Definisi :
Jebakan n. medianus di dalam terowongan karpal
Etiologi
-

:
Penyempitan ruangan di dalam terowongan
Peningkatan sensibilitas saraf terhadap tekanan
Gangguan endokrin
Gerakan berulang-ulang pada pergelangan tangan
Idiopatik

KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis :
- Parestesia dan nyeri pada pergelangan, tangan & bagian volar
3 jari sering kali hanya pada ujung jari, terutama pada malam
hari
- Tanda Tinnel +
- Tes Phallen +
* Laboratorium:
- Hematologi rutin, gula darah puasa, fungsi ginjal, tiroid.
* Radiologi :
- Rongent pergelangan tangan (osteofit, deposit kalsium)
* Golden Standard :
- ENMG
DIAGNOSIS BANDING
- Radikulopati servikal
- Rematik non artrikuler
TATALAKSANA
* Medikamentosa: - antiinflamasi, analgetik
* Tindakan : - release n. medianus
- splint
* terapi kausa
PENYULIT
- Penyakit dasar
Komplikasi atrofi otot thenar penekanan jangka panjang
KONSULTASI
- Penyakit dalam : penyakit sistemik yang mendasari
- Fisioterapi
- Ortopedi : release n.medianus
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan

Standar Pelayanan Medis Neurologi

132

TENAGA
-

Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf

LAMA PERAWATAN
- 1 bulan

Standar Pelayanan Medis Neurologi

133

NEUROPATI ULNAR
NEUROPATI ULNAR PADA SIKU
Definisi :
Jebakan n. Ulnaris pada berbagai sisi di siku akibat berbagai macam etiologi
Etiologi:
-

Deformitas siku
Trauma
Penekanan eksternal
Tumor

- Metabolik
- Leprosi
- Idiopatik

KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis :- gangguan sensoris jari ke-5 dan lateral jari ke 4 bagian
dorsal dan palmar
- kelemahan pada fleksor karpi ulnaris,abduktor digiti minim
- tahap lanjut atrofi m. Hipothenar, claw hand ( jari 4,5)
- Tes fleksi siku +
* Laboratorium :
- hematologi rutin, gula darah puasa, fungsi tiroid
* Radiologi : Rongent artikulus kubiti ( osteofit, deposit kalsium)
* Golden Standard : ENMG
DIAGNOSIS BANDING
- Gangguan radik
- Gangguan pleksus brakialis
- ALS
- Syringomieli
TATALAKSANA
- Terapi kausa
- Medikamentosa : analgetik, antiinflamasi
- Tindakan : Cubital tunnel decompression
KONSULTASI
- Penyakit dalam : sesuai kausa
- Bedah ortopedi
- Kulit : leprosy
- Fisioterapi
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
TENAGA
- paramedik, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
- 1 bulan

Standar Pelayanan Medis Neurologi

134

SINDROM KANALIS GUYON


Definisi :
Jebakan n. ulnaris di dalam kanalis Guyon
Etiologi :
- tumor ( gangglion, lipoma dll)
- artritis rematoid
- tekanan eksternal
- gerakan berulang pada pergelangan tangan
KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis :- gangguan sensoris pada jari 5 & lateral jari ke 4 bagian
dorsal & palmar
- kelemahan otot intrinsik ulnaris
- claw hand (jari ke-4&5)
* Laboratorium :
- Hematologi rutin, gula darah puasa
* Radiologi :
- Rongent pergelangan tangan: artritis, fraktur
- CT scanning pergelangan tangan: gangglion, tumor
* Gold standard :
- ENMG
DIAGNOSIS BANDING
- Gangguan radik
- Gangguan pleksus brakialis

- ALS
- Syringomyeli

TATALAKSANA
- Terapi kausa
- Medikamentosa: antiinflamasi, analgetik
- Tindakan pembedahan
PENYULIT
- Penyakit dasar : progresifitas penyakit
- Perawatan fisioterapis yang tidak tepat menimbulkan : atrofi
dan kontraktur
KONSULTASI
- Bedah ortopedi/ bedah onyeri kepalaologi
- Penyakit dalam
- Fisioterapi
JENIS PELAYANAN : Rawat jalan
TENAGA
- Paramedik, dokter umum, dokter spesialis
LAMA PERAWATAN : 1 bulan

Standar Pelayanan Medis Neurologi

135

CERVICAL SYNDROME
Definisi
Sekumpulan gejala berupa nyeri tengkuk, nyeri yang menjalar, rasa
kesemutan yang menjalar, spasme otot yang disebabkan karena perubahan
struktural kolumna vertebra servikalis akibat perubahan degeneratif pada
diskus intervertebralis, pada ligamentum flavum, facet joints.
Kausa antara lain:
Spondylosis cervicalis:
- Myelopathy
Mekanik:
- Neck Strain
- Herniasi diskus
Infeksi:
- Osteomyelitis
- Meningitis
Referred
- Thoracic Outlet Syndrome
- Pancoasts tumor
Neurologik:
- Brachialis plexitis
- Jebakan saraf perifer
Rheumatologik:
- Rheumatoid arthritis
- Fibromyalgia
Neoplasma
- Multiple myeloma
- Syringomyelia
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri leher, bahu, dan menjalar ke lengan
Nyeri leher sering didahului spasme otot-otot tengkuk, bahu yang
berlangsung sampai beberapa hari dan diperburuk oleh ekstensi yang
disertai oleh rotasi lateral leher secara bersamaan (Spurling manuver)
Nyeri leher dapat diperburuk oleh keadaan yang meninggikan tekanan
intradiskal seperti batuk, bersin, mengedan, atau manuver valsava.
Pemeriksaan Penunjang

Intermitted test

Foto cervikal AP/lateral dan oblik

EMNG

Myelografi

CT-Myelo

Standar Pelayanan Medis Neurologi

136

DIAGNOSIS BANDING

HNP

Menginitis TBC Servikal


TATALAKSANA
Konservatif 36 minggu, berupa:

Istirahat servikal Neck Collar bila perlu

NSAID

Suntikan lokal

Fisioterapi
Operatif bila ada penyulit
PENYULIT
Nyeri neuropatik
Kelumpuhan anggota gerak
KONSULTASI

Internist bila ada penyakit sistemik sebagai penyebab ataupun


penyerta penyakit.

Psikiater bila tidak ditemukan kelainan lain.

Fisioterapi
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Rawat inap bila nyeri tidak tertahanyeri kepalaan (obat tak menolong)
bila diduga ada penyebab lain.
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Bedah Saraf/Ortopedi
LAMA PERAWATAN
Minimal 1 (satu) Minggu
PROGNOSIS

Umumnya

baik,

biasanya

diperlukan

fisioterapi lanjutan

Standar Pelayanan Medis Neurologi

137

STRAIN LUMBO-SACRAL
Definisi
Merupakan Nyeri Punggung Bawah (NPB) tanpa penjalaran nyeri ke tungkai,
hanya menjalar ke bokong serta paha belakang.
Kausa
Nyeri timbul akibat peregangan atau trauma pada ligamen, otot-tendon
tanpa adanya ruptur atau avulsii pada cedera ringan. Sedangkan pada
cedera berat dapat terjadi robekan pada otot. Merupakan 6070 % penyebab
NPB
KRITERIA DIAGNOSIS
Pada strain akut dijumpai riwayat trauma seperti mengangkat benda berat
atau dalam posisi yang salah mencabut tanaman, trauma langsung atau
terjatuh.
Terasa nyeri setempat, mula-mula tidak begitu hebat dan pinggang kaku
Nyeri bertambah hebat bila spasme otot bertambah, bahkan dapat
menimbulkan skoliosis.
Pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologi dan otonom normal
Foto lumbosakral mungkin dijumpai kurva lurus atau skoliosis
Pada strain kronik dijumpai akibat sikap tubuh yang salah dan otot kurang
adekuat. Dijumpai pada pekerja kasar, buruh, sering mengangkat beban,
duduk bungkuk seharian.
Terasa pegal difus yang bertambah saat bermulti para aktifitas dan berkurang
atau menetap pada saat berbaring.
Pemeriksaan Penunjang
Foto lumbosakral
EMNG
DIAGNOSIS BANDING

Ischialgia:

abdomen, organ rongga pelvis

kelainan-kelaianan

organ

Spondilolistesis

TATALAKSANA
NSAID
Relaksan otot
Suntikan anestesi lokal + steroid pada nyeri lokal hebat
Fisioterapi: pasif (masase es) atau panas (mandi hangat) dapat mengurangi
nyeri dan spasme.
Untuk Strain akut, tirah baring cukup 2 hari lalu diikuti latihan fisik
aktif yang terprogram.
Untuk Strain kronik, pengaturan sikap tubuh dalam aktivitas harian serta
latihan yang terprogram untuk memperkuat otot batang tubuh.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

138

Perubahan sikap tubuh memerlukan waktu minimal enam bulan sampai


gejala berkurang.
PENYULIT
KONSULTASI

Obgin, Internist, bila ada penyakit sistemik sebagai penyebab


ataupun penyerta penyakit.

Psikiater.
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Rawat inap bila nyeri tidak tertahankan (obat tak menolong) di rumah,
diduga ada penyebab lain, yang harus dieksplorasi
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 1 minggu
PROGNOSIS
Perbaikan fase akut terjadi dalam 2 minggu. Pada umumnya 90% pasien akan
sembuh dalam 2 bulan. Sepuluh persen menjadi kronik dan mungkin
diperlukan dukungan psikiatrik atau rehabilitasi vokasional.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

139

MIOPATI
ICD 359

Definisi/Etiologi
Suatu kelainan yang ditandai oleh abnormalnya fungsi otot (merupakan
perubahan patologik primer) tanpa adanya denervasi pada pemeriksaan klinik,
histologik atau neurofisiologi.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis:
Kelelahan, kelemahan, atrofi, dan lembeknya otot skelet
Kedutan otot, kram otot, nyeri, dan pegal pada otot-otot
Dapat disertai gejala sistemik atau gejala lain
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan sistem motoris meliputi bentuk otot, tonus otot, kekuatan
otot dan cara berdiri/berjalan
Pemeriksaan refleks tendon
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: Kadar enzim creatinin kinase (CK), lactic
dehydorogenase (LDH), SGOT & SGPT, Kadar kalium plasma
Pemeriksaan EMG
Pemeriksaan biopsi otot
A. DISTROFIA MUSKULER TIPE DUCHENE

Hampir selalu laki-laki karena diturunkan


secara x-linked resesif.

Timbulnya gejala pada usia sekitar 2 tahun,


anak sering jatuh waktu berjalan, usia 5 tahun tidak pandai berlari,
Gower sign dan Wadding gait dapat ditemukan.

Kelemahan otot terutama bagian proksimal


dan lebih dahulu timbul pada otot pinggang daripada otot-otot bahu
dan terdapat pseudohypertrofi pada otot gastroknemius.

Kelemahan, atrofi, kontraktor dan deformitas


otot skelet terjadi dengan cepat sehingga umumnya penderita
memerlukan kursi roda pada usia 1213 tahun.

Kenaikan enzim-enzim serum terutama pada


waktu penderita masih mobile. Di antara enzim-enzim tersebut maka
CPK terbukti paling mudah dikerjakan dan hasilnya tepat (7080 %).

Progresifitas penyakit cepat dan biasanya


meninggal dalam 15 tahun
sesudah onset.
B. DISTROFI MUSKULER TIPE BECKER

Diturunkan secara x-linked resesif dengan


pola kelemahan otot mirip tipe Duchene hanya lebih ringan.

Onset umur 525 tahun

Progresifitas penyakit lambat, penderita


dapat hidup lebih dari 40 tahun.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

140

Standar Pelayanan Medis Neurologi

141

C. DISTROFI MUSKULER TIPE LIMB GIRGLE

Diturunkan secara autosomal resesif atau


dominan atau sporadik

Onset umur 1030 tahun

Distribusi kelemahan otot bermula otot-otot


pinggang atau gelang bahu kemudian meluas pada otot-otot yang
lain.

Progresifitas penyakit lambat, mungkin


memerlukan kursi roda setelah usia 40 tahun.
D. DISTROFI MUSKULER FASIOSKAPULOHUMERAL

Ditemukan secara autosomal dominan

Onset umur 1020 tahun

Distribusi kelemahan otot awalnya pada wajah


dan gelang bahu kemudian otot pinggang dan tungkai bawah
Progresifitas lambat, banyak kasus memperlihatkan distabilitas ringan
E. MIOTONIA

Diturunkan secara autosomal dominan.


Kontraksi otot berkepanjangan mengikuti
kontraksi volunter, pukulan (mekanik) atau pacuan elektrik pada otot
tersebut.

Onset umur 2040 tahun

Distribusi
pada
otot-otot
wajah
dan
sternokleidomastoideus dan otot-otot ekstremitas distal.

F. POLIOMISITIS DAN DERMATOMIOSITIS

Dapat terjadi pada setiap umur

Kelemahan otot proksimal, simetris dan


progresif dimulai dari otot panggul.

Pada dermatomiosotis perubahan warna kulit


pada kelopak mata atas, eritema kulit dan atrofi.
G. PARALISIS PERIODIK

Diturunkan secara autosomal dominan

Onset umur 1025 tahun

Berhubungan dengan kadar kalium dalam


plasma darah terdapat 3 tipe: hipokalemi, hiperkalemi, dan
normokalemi.

Penderita terserang setelah periode istirahat


sehabis latihan otot berat setelah bangun tidur pagi hari

Tanda awal berupa nyeri otot, sangat haus


disusul kelemahan otot, dimulai pada ekstremitas bawah lalu
ekstremitas atas, badan, dan leher
DIAGNOSIS BANDING

Poliomielitis

Standar Pelayanan Medis Neurologi

142

Motor neuron disease

Standar Pelayanan Medis Neurologi

143

TATALAKSANA

Pencegahan : genetic counseling

Pengobatan

Sesuai kausa

Rehabilitasi medik

Terapi suportif: Pemberian prednison


* Distrofi muskuler
: 1 mg/kgBB/hr selama 6 bulan
* Poliomisitis
: 1 mg/kgBB/hr selama 3 bulan
* Dapat diberikan continuosly atau alternating
- Obat sitostatika misalnya metotreksat, siklofosfamid, azatioprin,
klorambusil.
- Penggantian plasma
Bedah
PENYULIT
Disfagia, pneumonia aspirasi, penyakit akan memburuk secara bertahap
sampai timbulnya komplikasi kardiopulmonal.
KONSULTASI

Bagian PA
Bagian Bedah

JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA STANDAR
Dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Bervariasi sesuai dengan jenis miopati dan komplikasi/penyulit yang terjadi
PROGNOSIS
Umumnya kurang baik untuk distrofi muskuler

Standar Pelayanan Medis Neurologi

144

M I E LO PAT I
ICD G 95.9

Definisi/Etiologi
Merupakan suatu gangguan fungsi atau struktur dari medulla spinalis oleh
adanya lesi komplit atau inkomplit.
Etiologi
- Vaskuler
- Tumor
- Obat-obatan
- Demielinisasi
- Radiasi
- Trauma
- Infeksi
- Tidak diketahui
- Degenerasi
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis: Lemah/lumpuh anggota gerak, gangguan buang air kecil dan
buang air besar, gangguan sensibilitas.
Fisis: parese/plegi tipe UMN (tergantung lokalisasi lesi, dapat dijumpai
gejala UMN atau campuran UMN dan LMN), hipestesi/anestesi segmental,
gangguan fungsi otonom
Kejadiannya dapat akut, subakut, kronik progresif.
Tidak ditemui tanda-tanda radang atau penyebabnya tidak diketahui.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin, kimia darah, urin lengkap, dan bila perlu tes kadar obat:
kokain, heroin
Likuor serebrospinalis

Pemeriksaan Radiologik:
Foto polos vertebra AP/Lateral/Oblik
Mielografi
CT-mielografi

Pemeriksaan penunjang lain:


EMNG
Tes keringat

Bila perlu dan fasilitas tersedia:


SSEP/VEP
Bone Scanning
MRI
DIAGNOSIS BANDING
Polineuropati
TATALAKSANA
Kausal
Simptomatik
Suportif
Rehabilitatif: Fisioterapi ekstremitas dan latihan buli-buli

Standar Pelayanan Medis Neurologi

145

PENYULIT
Bronkopneumoni, dekubitus, kontraktur sendi, atrofi otot, infeksi saluran
kemih
KONSULTASI

Bedah Saraf
Bedah Ortopedi
Bagian lain yang terkait

JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis
LAMA PERAWATAN
Tergantung etiologi dan berat penyakit, perawatan dapat berlangsung dalam
hitungan minggu hingga bulan.
PROGNOSIS
Tergantung etiologi dan berat penyakit

Standar Pelayanan Medis Neurologi

146

BELLS PALSY
KRITERIA DIAGNOSIS
Definisi : Penyakit lower motor neuron yang mengenai nervus fasialis (N.VII)
perifer.
Etiologi idiopatik. Gejala kelumpuhan wajah atas dan bawah unilateral
Terjadinya akut ( dalam 48 jam). Sering disertai nyeri aurikuler posterior,
penurunan sekresi air mata, gangguan rasa kecap, hiperakusi.
Pemeriksaan penunjang
EMG, Bila curiga parese N VII simtomatik seperti :
Darah Tepi : jumlah lekosit, Kadar gula darah
Foto mastoid
DIAGNOSIS BANDING
Parese N. VII perifer simtomatik
TERAPI
Terapi Farmaka : Prednison 1 mg/kgBB (5 hari), diturunkan 2 tab/hari
sampai 10 hari ( stadium akut )
Mecobalamin 3 dd 500 ug
Analgetik bila nyeri
Terapi Non Farmakologi : Fisioterapi setelah hari ke 4 awitan
KOMPLIKASI
Infeksi mata ( keratitis, konjuktivitis )
Tick fasialis
KONSULTASI
Bila curiga parese N VII simtomatik seperti Bag THT
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Dokter spesialis saraf
PROGNOSA
85 % sembuh dalam 3 minggu. 15 % sembuh dalam 3 6 bulan.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

147

PERIODIK PARALISIS
KRITERIA DIAGNOSTIK
Familial periodik paralisis hipokalemi adalah penyakit otosomal dominan.
Disebabkan gangguan pada gen yang mengatur saluran ion kalsium ditandai
dengan : awitan akut dengan gejala kelumpuhan anggota gerak.
Otot respirasi dan otot menelan jarang terkena. Refleks tendon mungkin
menurun. Tidak ada gangguan sensoris. Serangan terutama pada pagi hari, dan
bila tidak diterapi dapat menetap sampai 36 jam.
Faktor presipitasi : makan banyak karbohidrat, terlalu lelah, cuaca dingin
Kadar kalium darah 2-3 mEq . Laboratorium lain dalam batas normal
Pria lebih banyak daripada wanita
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : kalium darah
EMG : Gambaran lesi miogen
EKG
DIAGNOSA BANDING
Hipokalemi karena gastroenteritis, tirotoksikosis atau sebab lain
TERAPI
Terapi Farmaka :
Fase Akut : pemberian K secara peroral atau parenteral
Profilaksis : Diet tinggi Kalium, rendah Na, rendah karbohidrat
Aldakton 100 mg po/hari
Tiamin Hcl 50mg/hari
Terapi hipertiroidsm
PENYULIT
Gangguan jantung
KONSULTASI
Ilmu Penyakit Dalam
JENIS PELAYANAN
Rawat inap pada fase akut sampai kelumpuhan hilang
PROGNOSIS
Ad bonam

Standar Pelayanan Medis Neurologi

148

Standar Pelayanan Medis Neurologi

149

DEKOMPRESI
Definisi/Etiologi
Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pelepasan
dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam
darah/jaringan akibat penurunan tekanan sekitar.
KRITERIA DIAGNOSIS
Gejala klinis muncul setelah melakukan penyelaman, dapat berupa:
1. Tipe I (Pain only bends, Joint bends, Decompression arthralgia)

Nyeri terutama di daerah persendian anggota


gerak atas dan atau bawah

Gatal-gatal dan bercak-bercak kemerahan


pada kulit

Nyeri dan pembengkakan jaringan lunak


setempat (obstruksi aliran limfe): parotis, mamma

Rasa letih, malaise, anoreksia, yang tidak


sesuai dengan berat aktivitas
2. Tipe II (Serious decompression sickness)
2.1.
Gejala Neurologis:

Lesi Serebrum: afasia, gangguan


penglihatan/lapangan pandang, gangguan saraf kranialis,
hemiparese/hemiplegi, sensorik, sakit kepala, kejang, gangguan
kesadaran.

Lesi Serebelum: ataksia, gangguan koordinasi,


hipotoni, dismetri, asinergia, tremor, disdiadokokinesia, dan
nistagmus.

Lesi Medulla Spinalis:


paraestesi/hipestesi/anestesia kedua tungkai,
paraparesis/paraplegia-tetraparesis/tetraplegia, retensi urine-alvi.
2.2.

Rasa kurang enak dan nyeri substernal saat


inspirasi maupun ekspirasi, kemudian sesak napas disertai batuk
kering.

2.3.

Gejala telinga dalam:

Tinitus, tuli sensorineural (kerusakan


kokhlea), vertigo, mual, muntah (gangguan vestibular)

2.5.

Gejala gastro - intestinal:

Anoreksia, nausea, muntah, atau perut rasa


kram dan diare, hematemesis, melena.

2.4.

Gejala jantung dan paru (chokes):

Syok setelah dekompresi (bends shock)

Gelembung gas masuk ke seluruh pembuluh


darah (AGE: arterial gas embolism) dan dapat berakhir dengan
kematian.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

150

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: Darah rutin, urine rutin, kimia darah.
Pemeriksaan radiologik: Foto toraks, CT Scan bila diperlukan.
Pemeriksaan penunjang lain: EKG, EEG bila diperlukan
DIAGNOSIS BANDING
Stroke, Trauma SSP, Infeksi SSP
TATALAKSANA
Kausal: Segera terapi oksigen hiperbarik setelah diagnosis ditegakkan
Medikamentosa
Koreksi cairan dan elektrolit
Antiplatelet: ASA 2 x 80 mg.
Kortikosteroid: Dexametasone 2 ampul/IV kemudian 1 ampul/6
jam/IV
Gliserol (bila kontraindikasi dengan kortikosteroid)
Digitalis (bila ada indikasi)
Diazepam (bila ada indikasi)
KOMPLIKASI/PENYULIT

Osteonekrosis disbarik (Divers bone disease, Avascular


necrosis of bone, Aseptic bone necrosis, Bone necrosis, Bone rot,
Caisson disease of bone).

Keracunan oksigen
KONSULTASI JENIS PELAYANAN
5 hari (rawat inap)
Follow up: untuk mencegah delayed form of DCS (Dysbaric Osteonecrosis)
dianjurkan:
Screening X-ray 2-4 minggu setelah menderita penyakit dekompresi
Penyelam berisiko tinggi dianjurkan screening X-ray interval 5 tahun.
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis.
LAMA PERAWATAN
5 hari
PROGNOSIS
Tergantung cepatnya mendapat terapi OHB

Sembuh sempurna

Cacat fisik

Meninggal

Standar Pelayanan Medis Neurologi

151

Standar Pelayanan Medis Neurologi

152

Standar Pelayanan Medis Neurologi

153

KESADARAN MENURUN DAN COMA


ICD R40

DEFINISI
Sadar : disebut sadar bila sadar akan diri dan lingkungannya
Gangguan Kesadaran: Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan sekitarnya
Ketidakmampuan :
Ringan berat : ada derajat/ tahapan
Obtundity
Stupor
Semi Koma
Koma

Obtundity : dalam keadaan biasa ingin tidur, baru terbangun dan mengikuti
perintah bila ada rangsangan
Stupor : Penderita tidur terus
Ada gerakan spontan
Ada respon dengan rangsang
Dengan rangsang berurutan ada waktu bebas respon
Semi koma : Hanya dengan rangsang sakit ada respon
Koma : Tak ada respon dengan rangsang nyeri
ETIOLOGI
I.
Lesi Struktural
a. Lesi Supratentorial :
- Radang
- Trauma
- SOP : Stroke, tumor, abses serebri
- Status konvulsivus/epilepsi
b. Lesi Infratentorial :
- Radang
- Trauma
- SOP : stroke, tumor, abses serebri
II. Non Struktural / Metabolik
A. Primer
1.
Penyakit
pada substansia grisea : Picks Disease,
Alzhaimers disease
2.
Penyakit pada substansia alba : Leukodistropi
B. Sekunder
Hipoksia penurunan kadar dan tekanan oksigen darah : penyakit paru
paru, penurunan tekanan atmosfir oksigen
Standar Pelayanan Medis Neurologi

154

Standar Pelayanan Medis Neurologi

155

Penurunan kadar oksigen darah namun tekanan normal : anemia, keracunan CO


Iskemia :
Penurunan CBF karena kardiac out put menurun : cardiac arrest, aritmia
kordis, Adam Stokes Syndrom, infark miokard, gagal jantung kongestif
Penurunan CBF karena tahanan perifer dalam sirkulari sistemik menurun :
sinkop, ortostatik hipotensi, vasofagal refleks.
Penurunan CBF karena peningkatan tahanan vaskuler :
encephalopati hipertensi, sindroma hiperventilasi, polisitemia.
Hipo / Hiperglikemia
Defisiensi Kofaktor : defisiensi tiamin
Gangguan Fungsi Ginjal
Gangguan Fungsi Hati
Gangguan Elektrolit : K, Na, Ca, Mg
Bahan Toksik : alkohol
Obat-obatan : Barbiturat, opiat
Enzim Inhibitor : logam berat
Toksin : meningitis, encephalitis
Kelainan regulasi suhu : hipotermia
KRITERIA DIAGNOSTIK
Anamnesis / Alloanamnesis
1. Riwayat penyakit sebelumnya : hipertensi, diabetes, gagal ginjal, gangguan
fungsi hati, pengguna obat-obat narkotik
2. Keluhan sebelum terjadi gangguan kesadaran : nyeri kepala, muntahmuntah
3. Menggunakan obat-obat sebelum terjadi gangguan kesadaran : obat diabet,
narkotik
Pemeriksaan fisik umum
1. Vital Sign : tekanan darah, nadi dan respirasi
2. Pemeriksaan luka terutama luka di kepala dan leher : battle sign,
perdarahan hidung, perdarahan kelopak mata, krepitasi tulang tengkorak
3. Pemeriksaan suhu badan dan suhu rektal
4. Pemeriksaan bau nafas dan badan : fetor hepaticum, bau nafas alkohol,
bau nafas faeces
5. Pemeriksaan warna dan turgor kulit : sianosis, kepucatan, ikterik
Pemeriksaan Neurologi
1. Pemeriksaan Neurologi umum: tanda tanda rangsang meningeal,
pemeriksaan motorik, pemeriksaan fungsi luhur, pemeriksaan nervi
kranialis
2. Pemeriksaan Glassgow Coma Scale : pemeriksaan yang bersifat kwantitatif
dan kwalitatif pada gangguan kesadaran
3. Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi batang otak meliputi :
a. Gerakan bola mata
b.Refleks kornea
c. Refleks mata boneka / refleks kalori :
d.Reaksi pupil terhadap cahaya
e.Refleks muntah / batuk

Standar Pelayanan Medis Neurologi

156

4. Pola Pernafasan : Hubungan pola pernafasan dengan letak lesi


a.
Eupnea : diencephalons atas
b.
Cheyne stokes : lesi di diencephalon bawah
c.
Hiperventilasi neurogenik sentral lesi di mesencephalon
d.
Ataxic breathing : lesi di pons
e.
Apneutic breathing : lesi di pons bawah / medulla oblongata
f.
Apnea : lesi di medulla oblongata
5. Pupil : Hubungan reaksi pupil terhadap letak lesi :
a.
Pupil kecil reaktif tehadap cahaya : korteks / diencephalons
b.
Pupil besar normal di tengah mesencephalon
c.
Pupil kecil di tengah pons
d.
Pupil sedikit melebar di tengah tectum
e.
Isokor :
- Pint point : lesi pons,overdosis morphin
- Kecil reaktif : ensefalopati metabolik
- Sedang reaktif : ensefalopati metabolik; tidak reaaktif terhadap
cahaya, lesi thalamus
- Besar / Midriasis : antidepressan, ekstasi, cholinesterase inhibitor
f.
Anisokor :
- Besar / tidak reaktif : N.III parese
- Kecil reaktif : Horner Syndrome
6. Kedudukan bola mata : Hubungan kedudukan bola mata dengan letak lesi
a. Deviasi Conjugee : lesi hemispherinum serebri besar
b.Strabismus konvergen dan pupil kecil : thalamus
c. Pupil kecil di tengah : lesi di pons
d.Pupil besar di tengah kesulitan melihat ke samping : lesi di cerebellum
e.Pupil anisokor refleks cahaya (-) : herniasi tentorial
7. Refleks sephalic batang otak termasuk disini adalah :
a.
Refleks pupil
b.
Dolls eye movement
c.
Oculo auditory refleks
d.
Oculo vestibulo refleks
e.
Refleks Kornea
f.
Refleks muntah
8. Reaksi Motorik
a. Reaksi Abduksi dan fleksi terhadap rangsang nyeri , lesi pada
hemispehrium cerebri
b.Reaksi Adduksi dan ekstensi terhadap rangsang nyeri, lesi pada batang otak
c. Postur Dekortikasi / hiperekstensi ekstermitas bawah dan fleksi
ekstermitas atas, lesi di korteks cerebri.
d.Postur Decerebrasi hiperekstensi ekstermitas atas dan bawah, lesi di
batang otak.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

157

9. Observasi umum lainnya


Ada gerakan automatisme seperti menguap, membasahi bibir, berarti
fungsi batang otak masih baik.
Ada gerakan miokolonik jerk berarti ada lesi hemispherium cerebri yang
diffus.
DIAGNOSIS BANDING
1. Tidur : keadaan non patologis dimana ada penurunan kesadaran yang
dengan mudah dibangunkan
2. Akinetik mutisme : penderita dalam keadaan bangun, mata terbuka, tapi
sangat lamban berespon terhadap pertanyaan yang diajukan
3. Sindroma locked-in : Penderita dengan mata terbuka/sadar dengan
komunikasi terganggu, ada sedikit gerakan terutama gerakan mata
melirik keatas kebawah
4. Status katatonik : sadar penuh fungsi motorik normal tapi tidak bisa
berkomunikasi dengan baik
TATALAKSANA
Gangguan kesadaran sampai koma adalah keadaan darurat medis untuk itu
perlu penanganan yang cepat, tepat dan akurat mulai dari ruang unit gawat
darurat sampai ke ruang perawatan intensif. Penanganan terbagi atas dua
bagian besar yaitu :
A. Supportif
Penderita kesadaran menurun dilihat / dinilai
Jalan Nafas
Pernafasan
Tekanan Darah
Cairan tubuh (asam basa, elektrolit)
Posisi tubuh
Pasang Naso Gastrik Tube
Katheter Urine
1. Jalan

Nafas
Dilihat :
Agitasi : Kesan hipoksemia
Gerakan nafas : dada
Retraksi sel iga, dinding perut, sub kosta klavikula
Didengar suara tambahan berupa dengkuran, kumuran, siulan : ada
sumbatan
Diraba :
getaran ekspirasi
getaran di leher
fraktur mandibuler
Yang menyebabkan gangguan jalan nafas :
Lidah / epiglotis
Muntahan, darah, sekret benda asing
Trauma mandibula/maksila

Standar Pelayanan Medis Neurologi

158

Alat yang dipakai


Jalan nafas orofaringeal
Jalan nafas nasofaringeal
Jalan nafas definitif
Intubasi
Pembedahan

Pola pernafasan
Lesi sentral : Pola nafas
Eupnea
Cheyne Stoke
Sentral Neurogenik Hiperventilasi
Apnea
Lesi Perifer
Nafas interkostal
Nafas diagfragma (dinding perut)
2. Perhatikan aliran darah
- Perfusi : Perifer
Ginjal : produksi urin
Nadi : Ritme, Rate, Pengisian
Tekanan Darah
Diusahakan :
Hemodinamik stabil ( tidak naik turun )
Kondisi tensi normal
Dihindari : Hipertensi / meninggi, shock
Jenis Shock :
- Hipovolemik
- Kardiogenik
- Sepsis
- Penimbunan vena perifer ( polling )
3. Cairan Tubuh
- Cegah hidrasi berlebihan
- Cairan Hipotonik, Hipoprotein dan lama pakai ventilator mudah terjadi
hidrasi
- Tekanan osmotik dipertahankan dengan albumin
- Hindari Hiponatremia
4. Gas darah dan Keseimbangan Asam Basa
- Alat Bantu Oximeter utnuk mengetahui oksigenasi diusahakan SaO 2 > 95
dan PaO2 > 80 mg (dengan analisa gas darah)
- PO2 dibuat sampai 100 150 mmhg dengan cara diberi O2
- PaCO2 : 25 35 mm dengan hiperventilasi
5. Pasang Naso Gastric Tube
Pengeluaran isi Lambung berguna :
- Mencegah aspirasi, intoksikasi
- Nutrisi parenteral
Standar Pelayanan Medis Neurologi

159

6. Posisi
- Hindari posisi Trendelemberg
- Posisi kepala 30o lebih tinggi
- Pada Koma yang lama hindari :
* Dekubitus : sering alih posisi
* Vena dalam Thrombosis : pakai stocking
7. Katheter Urine
- Untuk memudahkan penghitungan balans cairan
- Mencegah kebocoran urin
- Berguna pada gangguan kencing
B. Therapi kausatif/Spesifik
1. Gangguan kesadaran dengan kaku kuduk dengan panas yang mulai beberapa
hari sebelumnya sangat mungkin primer infeksi ( meningitis, encefalitis ) di
otak bila gangguan kesadaran tanpa kaku kuduk sangat mungkin primer
infeksi bukan di otak
2. Gangguan kesadaran dengan kaku kuduk tanpa panas sangat mungkin
perdarahan subarahnoid
3. Gangguan kesadaran dengan didapatkan gejala neurologis fokal
(hemiparesis, heminervikranial palsy) penyebabnya lesi intrakranial
4. Gangguan kesadaran disertai tanda tanda tekanan intrakranial meninggi :
(muntah muntah proyektil, parese N.III , kaku kuduk, penglihatan kabur
secepatnya diberi manitol, dexamethason, dibuat hiperventilasi
5. Gangguan kesadaran tanda disertai kaku kuduk atau/dan gejala neurologis
fokal, bradikardi sangat mungkin penyebabnya metabolik
6. Gangguan kesadaran dengan tanda herniasi intrakranial ( anisokor, isokor
miosis/ midrasis dengan tetraparesis ) termasuk gawat darurat secepatnya
perlu tindakan
7. Gangguan kesadaran dengan penyebab yang sudah jelas, dapat diterapi
spesifik untuk penyebab :
- Hipoglikemi : Glukosa
- Overdosis Opiat : Nalokson
- Overdosis Benzodiazepin : Flumazenil
- Wernicke Ensephalopaty : Thiamin
PENYULIT :
- Tenaga kurang Profesional
- Peralatan kurang lengkap
- Ruang perawatan intensif belum memadai
KONSULTASI :
Bagian bedah Saraf
Bagian Penyakit Dalam
Bagian Anestesi
Bagian Kardiologi
Bagian Pulmonologi

Standar Pelayanan Medis Neurologi

160

TENAGA
Perawat, Dokter umum, Dokter spesialis saraf
JENIS PELAYANAN
Jenis Pelayanan termasuk keadaan darurat neurologis perlu tindakan
cepat,tepat dan akurat dan perlu dirawat di ruang pelayanan intensif
LAMA PERAWATAN
1 5 hari

Standar Pelayanan Medis Neurologi

161

Standar Pelayanan Medis Neurologi

162

Sindroma Guillain Barre


KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
- Kelemahan ascenden dan simetris.
- Anggota gerak bawah terjadi lebih dulu dari anggota gerak atas.
Kelemahan otot proksimal lebih dulu terjadi dari otot distal kelemahan
otot trunkal, bulbar dan otot pernafasan juga terjadi.
- Kelemahan terjadi akut dan progresif bisa ringan sampai tetraplegi dan
gangguan nafas.
- Puncak defisit dicapai 4 minggu
- Recovery biasanya dimulai 2 4 minggu
- Gangguan sensorik biasanya ringan
- Gangguan sensorik bisa parasthesi, baal atau sensasi sejenis
- Gangguan N. cranialis bisa terjadi : facial drop, diplopia, disartria,
disfagi
- Banyak pasien mengeluh nyeri punggung dan tungkai
- Gangguan otonom dari takikardi, bradikardi, flushing paroxysmal,
hipertensi ortostatik dan anhidrosis
- Retensio urin dan ileus paralitik
- Gangguan pernafasan :
dyspnoe
nafas pendek
sulit menelan
bicara serak
gagal nafas
Pemeriksaan Fisik :
Kelemahan N. cranialis VII, VI, III,V, IX, X
Kelemahan ekstremitas bawah, asenden, asimetris upper extremitas, facial
Reflex : absen atau hiporefleksi
Reflex patologi Penunjang :
Laboratorium :
LCS :
- Disosiasi sitoalbumin
- Pada fase akut terjadi peningkatan protein LCS > 0,55 g/l, tanpa
peningkatan dari sel < 10 lymposit/mm3
- Hitung jenis dan panel metabolik tidak begitu bernilai
- Peningkatan titer dari agent seperti CMV, EBV/micoplasma membantu
penegakan etiologi. Untuk manfaat epidemiologi
- Antibodi glycolipid
- Antibodi GMI
Ro : CT/MRI untuk mengeksklusi diagnosa lain seperti myelopati
EMG

Standar Pelayanan Medis Neurologi

163

DIAGNOSIS BANDING
- Polineuropati terutama karena defisiensi metabolik
- Tetraparesis penyebab lain
- Hipokalemi
- Miasthenia gravis
TATALAKSANA
- Tidak ada drug of choice
- Waspadai memburuknya perjalanan klinis dan gangguan pernafasan
- Bila ada gangguan pernafasan rawat ICU
- Roboransia saraf parenteral
- Perlu NGT bila kesulitan mengunyah/menelan
- Kortikosteroid masih kontroversial, bila terjadi paralisis otot berat maka
perlu kortikosteroid dosis tinggi
- Plasmafaresis beberapa pasien memberi manfaat yang besar terutama
kasus akut
- Plasma 200 250 ml/kg BB dalam 4 6 x pemberian sehingga waktu
sehari diganti cairan kombinasi garam + 5 % albumin
- Imuno globulin intravena (expert konsesus) : IVIG direkomendasikan
untuk terapi GBS 0,4 g/kgBB/tiap hari untuk 5 hari berturutturut
ternyata sama efektifnya dengan penggantian plasma.
Expert konsesus merekomendasikan IVIG sebagai pengobatan GBS
PENYULIT
- Gangguan otot pernafasan respiratory failure
- Konsultasi : IPD, Anastesi, Paru
- Jenis pelayanan : Urgent & emergency
- Lama perawatan : 24 minggu

Standar Pelayanan Medis Neurologi

164

Miasthenia Gravis
ICD G 70.7

KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Kelemahan/kelumpuhan otot yang tidak berhubungan dengan kelemahan
secara umum.
2/3 pasien : Gangguan gerak bola mata, ptosis, diplopia
1/6 pasien : Kelemahan otot farings, kesulitan mengunyah, menelan dan
berbicara
10% :
- Kelemahan ekstremitas
- Kelemahan otot ringan pagi hari dan memberat jika siang, seiring
aktivitas
- Kelemahan bersifat progressif
- Setelah 1520 tahun kelumpuhan menetap
- Faktor yang memperparah gejala :
Emosi, infeksi viral, hypothyreodenasi, kehamilan, panas, obat transmisi
neuromuscular
- Pemeriksaan pita suara
Penunjang :
Laborat :
- Pemeriksaan edrophonium cloride (Tensilon)
- Antibodi terhadap acetylcholin receptor (AchR)
Penunjang :
1. Repetitive Nerve Stimulation
2. Simple filter EMG
Gold standard : Radiologis
:DIAGNOSIS BANDING
- Histeria
- Multiple sclerosis
- Symptomatic miasthenia
- Syndroma moebius
- Cholinergic crisis
TATALAKSANA
- Cholinesterase (CHE) inhibitor menurunkan hidrolisis enzim Ach, pada
sinap cholinergik ChE, kemungkinan menyembuhkan pasien miastenia
gravis lebih besar dari yang lain. Pyrido stigmuno bromide (Mestinon)
dan Neustigramin Bromide (Prostigmin). Tidak ada penetapan dosis
tertentu, kebutuhan CHE inhibitor sangat bervariatif
- Thymectomy : Pasien MG dianjurkan thymectomy. Respon yang
diharapkan muncul 2 5 tahun post OP. Thymectomy pada usia > 60 th
jarang menunjukkan kesembuhan
- Kortikosteroid : Prednison 1,5 2 mg/kg/BB

Standar Pelayanan Medis Neurologi

165

Multiple Sclerosis
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
- Gejala & tanda obyektif penyakit tersebar
- Memiliki fase remisi & eksaserbasi
- Neuritis optik, neuritis retro bulbar
- Skotoma sentral, kepucatan fundus bitemporal, strabismus
- Hilangnya refleks kulit dan abdomen
- Meningginya refleks fisiologi pada tungkai
- Tandatanda spastisitas, klonus & Babinsky sign
- Tremor nistagmus, ataksia
- Gangguan bicara
- Kelainan emosional
Penunjang
Laboratorium
LCS : LP harus dikerjakan pada setiap pasien yang dicurigai MS
Jumlah Sel : Limfositosis pleiositik ( > 5 sel per mm 3 ) umumnya sel
mononuklear jarang polimorfonuklear. Semakin awal diperiksa semakin tinggi
jumlah sel
Kadar protein : dengan sistem pandy positif, kwantitatif kadar gamma globulin
meningkat
Fundus : kepucatan fundus bitemporal
EEG : pemeriksaan EEG tidak menunjukkan kelainan spesifik
Elektro okulo/nistagmograf : mendeteksi nistagmus yang tidak terlihat mata
telanjang
Bila CT Scan : Positif pada MS bila lesi - 2 cm
MRI
DIAGNOSIS BANDING
- Hereditary ataxic
- Familial spastic paraplegia
- Vit. B12 defisiensi
- Tropical spastic paralysis
- SLE
- Sjogren syndrome
- Bekcet disease
- Acute diseminated encephalomalasia
- Lyme disease
- Adreno leukodistrophy
TATALAKSANA
Kortikosteroid kontinyu sebagai standar pengobatan
- Stabilisasi Blood Brain Barrier
- Mengurangi inflamasi & oedem
- Meningkatkan nerve conduction
- Menghambat sistem imune
INF , IL 2 , Antibody immunosupresan, NK cell

Standar Pelayanan Medis Neurologi

166

Amyotropic Lateral Sclerosis


KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis : Progressive
Kelemahan otot asimetrik, atropi otot,fasikulasi, hiperrefleksia.
Ekstremitas bawah gejala awal kram, kaku bila berjalan/lari
Ekstremitas atas kesulitan beraktifitas mengancingkan baju,mengangkat benda
ringan, bicara parau atau penurunan volume fasikulasi anggota gerak dan lidah,
nyeri sendi ,gangguan menelan siallorhea (salivasi berlebih)
Ketakutan, kecemasan dan depresi. Gangguan emosi berlebih ,tertawa dan
menangis bergantian, kakhexia yang sulit dijelaskan, atropi otot atau faktor
nutrisi .
Diagnosis :
Atropi, fasikulasi, kelemahan progresif, hiperrefleksia.
Pemeriksaan perlu diulang-ulang untuk membuktikan perkembangan
hiperefleksi,fasikulasi dan keterlibatan upper & lower motor neuron
Laboratorium
- Tak ada test yang pathognomonic
- Serum protein, logam berat pada tiroid dan paratiroid
- High titer anti CN, antibodies
Radiologi : Myelogram of Cervical Spine
Golden Standard : ENMG
DIAGNOSIS BANDING
- Spinal Cord Lesion
- Spinal Bone Lesion
- Infection
- Gg. Endokrin
- Toksin
- Post-polio Syndrom, Huntington disease, Freiderich Ataxia, Multiple
Sclerosis, Polimyositis, Myasthenia gravis, Muscular Distrohyi
TATALAKSANA
Medikamentosa
- Simptomatik
Spastisitas dikurangi dengan Baclofen (Lioneral) 10 25 gram 3x sehari
Valium 2 -15 mg 3x1
Diazepam, Dextrolena (Dentrium) 50 100 gram 4x sehari
- Pain
NSAID & antikonvulsi
Karbamazepin 200 g 3x1
Amytriptilin 50 150 malam

Standar Pelayanan Medis Neurologi

167

- Obat terbaru untuk ALS


Riluzole (Rilutek) : terbukti menurunkan pelepasan glutamate 100 mg/hari
Adverse reaction : Asthenia, nausea, dizziness, elevation of liver enzyme,
granulocytopenia
- Suportive therapy (Fisioterapi)
* Physical terapi dimulai awal, exercise meningkatkan kekuatan, range
of motion dan endurance
* Diatermi, Massage, TENS
* Occupational terapi
* Speech terapi

Standar Pelayanan Medis Neurologi

168

Standar Pelayanan Medis Neurologi

169

VERTIGO
Definisi
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari
jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh
oleh berbagai keadaan atau penyakit.
Klasifikasi:
Vestibulogenik:
a. Primer: motion sickness, benign paroxysmal positional vertigo,
Meniere disease, neuronitis vestibuler, drug-induced
b. Sekunder: migren vertebrobasiler, insufisiensi vertebrobasiler,
neuroma akustik.
Nonvestibuler: Gangguan serebellar, hiperventilasi, psikogenik, dll.
KRITERIA DIAGNOSIS
Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektif (symptoms)
dan objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh.
Gejala subjektif

Pusing, rasa kepala ringan

Rasa terapung, terayun

Mual

Gejala objektif

Keringat dingin

Pucat

Muntah

Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan

Nistagmus
Gejala tersebut di atas dapat diperhebat/diprovokasi perubahan posisi
kepala.

Dapat disertai gejala berikut:

Kelainan THT

Kelainan Mata

Kelainan Saraf

Kelainan Kardiovaskular

Kelainan Penyakit Dalam lainnya

Kelainan Psikis

Konsumsi obat-obat ototoksik


A. Anamnesis
Bentuk vertigo: melayang, goyang berputar, dsb.
Keadaan yang memprovokasi: perubahan posisi kepala dan tubuh,
keletihan, ketegangan.
Profil waktu: Akut, paroksismal, kronik.
Adanya gangguan pendengaran yang menyertai.
Penggunaan obat-obatan misalnya streptomisin, kanamisin, salisilat.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

170

Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung,


hipertensi, hipotensi, penyakit paru.
Adanya nyeri kepala.
Adanya kelemahan anggota gerak.

B. Pemeriksaan fisik
Umum: Keadaan umum, anemia, tekanan darah berbaring dan
tegak, nadi, jantung, paru, abdomen.
Pemeriksaan neurologis umum:
Kesadaran
Saraf-saraf otak: visus, kampus, okulomotor, sensori di muka, otot
wajah, pendengaran, dan menelan.
C. Fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas) dan fungsi sensorik (hipestesi,
parestesi).
Pemeriksaan khusus Oto-neurologis untuk menentukan lesi sentral dan
perifer.

Fungsi vestibuler/serebelar
1. Tes Nylen Barany atau Dix Hallpike (cara: Lampiran)
2. Tes kalori
3. Tes Romberg, tandem gait, past pointing test, tes Fukuda dll.

Fungsi pendengaran
1. Tes Garputala
2. Audiometri
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: darah rutin, kimia darah, urin, dan
pemeriksaan lain sesuai indikasi.
Pemeriksaan Radiologi: Foto tulang tengkorak leher, Stenvers (pada
neurinoma akustik).
Pemeriksaan neurofisiologi: elektroensefalografi (EEG),
elektromiografi (EMG).
Pemeriksaan Neuro-imaging: CT-Scan kepala, pnemoensefalografi,
Transcranial Doppler.
TATALAKSANA

Terapi kausal: sesuai dengan penyebab

Terapi simptomatik:
Pengobatan simptomatik vertigo:

Ca-entry blocker (mengurangi aktivitas eksitatori SSP dengan


menekan pelepasan glutamat, menekan aktivitas NMDA spesial
channel, bekerja langsung sebagai depresor labirin):
Flunarisin (Sibelium) 3x 510 mg/hr

Antihistamin (efek antikolinergik dan merangsang inhibitorymonoaminergik dengan akibat inhibisi n. vestibualris):
Cinnarizine 3x25 mg/hr, Dimenhidrinat (Dramamine) 3x50 mg/hr.

Histaminik (inhibisi neuron polisinaptik pada n. vestibularis


lateralis): Betahistine (Merislon) 3 x 8 mg.

Fenotiazine (pada kemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di


M. oblongata): Chlorpromazine (largaktil): 3 x 25 mg/hr
Standar Pelayanan Medis Neurologi

171

Benzodiazepine (Diazepam menurunkan resting activity neuron


pada
n. vestibularis) 3x 25 mg/hr

Antiepileptik: Carbamazepine (Tegretol) 3 x 200 mg/hr, Fenitoin


(Dilantin) 3 x 100 mg (bila ada tanda kelainan epilepsi dan kelainan
EEG)

Campuran obat-obat di atas.


Pengobatan simptomatik otonom (mis. muntah):

Metoclopramide (Primperan, Raclonid) 3 x 10 mg/hr

Terapi rehabilitasi
Latihan visual-vestibular, Metode Brandt-Daroff, Gait exercise.

PENYULIT

KONSULTASI

Dehidrasi
Gangguan elektrolit
THT dan unit pelayanan lain yang terkait sesuai indikasi.

JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Rawat inap, terutama bila disertai muntah hebat
TENAGA STANDAR

umum, dokter spesialis saraf

Perawat, dokter

LAMA PERAWATAN
Minimal 1 minggu
PROGNOSIS

Tergantung penyebab

Standar Pelayanan Medis Neurologi

172

MANUVER NYLEN BARANY


(HALLPIKE MANOUVRE)
Ialah pemeriksaan untuk mencari adanya vertigo/nistagmus posisional
paroksismal dan membedakan vertigo sentral dan perifer.
Cara:
1.
Penderita duduk di meja periksa kemudian disuruh cepat-cepat
berbaring terlentang dengan kepala tergantung (disanggah dengan tangan
pemeriksa) di ujung meja dan cepat-cepat kepala disuruh menengok kekiri
(10-20), pertahankan sampai 10-15 detik, lihat adanya nistagmus.
2.
Kemudian kembali ke posisi duduk dan lihat adanya nistagmus (10-15
detik).
3.
Ulangi pemeriksaan dengan kepala menengok ke kanan.
Hasil :
Orang normal dengan manuver tersebut tidak timbul vertigo atau nistagmus.
Bangkitan vertigo
Derajat vertigo
Pengaruh gerakan kepala
Gejala Otonom
(mual, muntah, keringat)
Gangguan pendengaran
(tinnitus, tuli)
Tanda fokal otak
Nistagmus

Tipe Perifer
Lebih mendadak,
intermitten
Berat
(+)
(++)

Tipe Sentral
Lebih lambat, konstan

(+)

(-)

(-)
Selalu ada

(+)
Dapat hilang

Standar Pelayanan Medis Neurologi

Ringan
(-)
(+)

173

Standar Pelayanan Medis Neurologi

174

HIPERSOMNIA
INSUFFICIENT SLEEP ( Sleep Restriction/Deprivation )
Hipersomnia karena kurang tidur, atau pembatasan tidur
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis :
1. Adanya pembatasan jumlah waktu tidur dalam sehari kurang dari 7
jam (6 jam atau kurang).
2. Mengantuk di siang harinya disertai perubahan mood dan
psikomotor.
b. Laboratorium :
Tidak diperlukan
c. Radiologis :
Tidak diperlukan
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS : Hipersomnia sebab lain
TATA LAKSANA
a. Non Medikamentosa:
Meningkatkan waktu tidur total sampai 8 jam atau lebih.
Kadang kadang dibutuhkan perubahan pola hidup dan pekerjaan.
b. Medikamentosa:
Cara non medikamentosa biasanya berhasil, tetapi bila diperlukan obat
stimulan jangka pendek (Methylphenidate, Ritalin 5 20 mg pagi dan
atau siang hari)
PENYULIT :
- Pembatasan tidur parsial (4 6 jam per-malam), jangka pendek (kurang
dari 2 minggu) menyebabkan perubahan mood dan psikomotor serta
perubahan endokrin seperti peningkatan kadar kortisol dan resistensi
insulin yang ringan.
- Pembatasan tidur parsial yang kronis menyebabkan peningkatan angka
kematian karena penyakit jantung dan kematian pada umumnya.
KONSULTASI: Bagian Saraf
JENIS PELAYANAN: Rawat jalan
TENAGA : Spesialis saraf dan atau konsultan sleep disorder
LAMA PERAWATAN : Biasanya berlangsung jangka pendek, jarang kronis
PROGNOSIS : Baik bila diobati dengan benar

Standar Pelayanan Medis Neurologi

175

SEDATING MEDICATION ( Hipersomnia karena obat Sedatif)


KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis :
Adanya pemakaian obat-obat yang mempunyai efek sedatif seperti obat
hipnotik, anti psikotik (Chlorpromazine,Thioridazine), anti depresan
golongan trisiklik (amitriptyline, doxepine) anti konvulsan, anxiolytics
(Benzodiazepine), anti histamin (Chlorpheniramine, Dyphenhidramine),
anti hipertensi (Alpha agonist, Alpha blockers), melatonin, putus obat
golongan amphetamine.
b. Laboratorium : c. Radiologis : DIFFERENTIAL DIAGNOSIS: Hipersomnia sebab lain
TATA LAKSANA:
a. Non Medikamentosa:
Menghentikan obat atau ganti dengan golongan lain yang kurang
mempunyai efek sedatif
b. Medikamentosa :
Jika obat tidak dapat dihentikan dicoba dengan pemberian terapi
stimulan antara lain Methylphenidate (Ritalin) 5- 80 mg dosis terbagi,
Dextroamphetamine (Adderall) 5-60 mg dosis terbagi, Modafinil
(Provigil) 100- 400 mg (sekali atau dua kali sehari).
PENYULIT : Gangguan mood dan psikimotor di siang hari
KONSULTASI : Bagian Saraf
JENIS PELAYANAN : Rawat Jalan
TENAGA : Spesialis saraf atau Spesialis saraf Sleep Consultant
LAMA PERAWATAN : Segera sembuh dengan penghentian obat sedatif.
PROGNOSIS : Baik

Standar Pelayanan Medis Neurologi

176

NARKOLEPSI
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis
1. Gejala biasanya mulai dekade ke-2 (umur 20 30 tahun), walaupun
kadang terjadi sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun).
2. Ada 4 gambaran klasik (Classic tetrad) :
a. Hipersomnia : merupakan gejala utama gejala utama yaitu
mengantuk berlebihan pada siang hari yang segera membaik dan
kembali segar setelah tidur singkat kurang dari 30 menit
b. Cataplexy : mendadak kehilangan tonus otot dan berlangsung
sebentar yang khas terjadi pada saat sedang emosi kuat, misalnya
tertawa terbahak-bahak atau marah yang berlebihan. Kelumpuhan
dapat komplit atau parsial dan biasanya singkat (detik menit).
Terjadi kira-kira 70% penderita narkolepsi.
c. Sleep paralysis (Jawa: tindihen) yaitu ketidakmampuan untuk
bergerak atau bicara yang terjadi awal (hipnagogic) atau akhir tidur
(hipnopompic).
d. Hipnagogic hallucination yaitu halusinasi penglihatan atau
pendengaran yang muncul sebagai representasi mimpi dan terjadi
segera pada awal tidur, kadang-kadang terjadi pada saat bangun pagi
(hipnopompic). Halusinasi dapat berupa bayangan orang yang
mengancam, binatang atau biasanya hantu/monster disertai rasa
takut yang hebat dengan atau tanpa sleep paralisis.
3. Gejala penyerta :
a. Automatic behaviour dan amnesia: yaitu saat penderita mengantuk
dan berusaha mengatasinya tiba-tiba muncul aktifitas yang terjadi
dibawah alam sadar. Ia dapat melanjutkan tugasnya dengan benar
tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan yang komplek. Kadang
keluar kata-kata yang tidak mengandung arti dan tidak relevan
dengan pembicaraan dan hal ini mengakhiri serangan disertai
amnesia terhadap apa yang diperbuat tadi.
Serangan berlangsung beberapa detik tetapi kadang sampai beberapa
jam, biasanya saat mengerjakan aktivitas monoton seperti
mengendarai mobil, sehingga sering terjadi kecelakaan. Karena itu
kalau mengantuk sebaiknya berhenti dan tidur singkat (10 30 menit)
sudah bisa segar kembali. Dapat terjadi pada orang normal yang
sangat mengantuk seperti dokter yang praktek sampai jauh malam.
b. Disrupted sleep yaitu terbangun beberapa kali semalam
c. Sleep apneu: 20% penderita laki-laki.
4. Polisomnografi menunjukkan 1 atau lebih sebab :
1. Sleep latency < 10 menit
2. REM sleep latency < 20 menit
3. MSLT yang menunjukkan rata rata sleep latency < 5 menit
4. Sleep-onset REM period (SOREM) < 15 menit, paling sedikit pada 2
dari 5 kesempatan tidur kecil selama rekaman Polysomnography.
5. HLA trapto type-DQB1 0602 dan DR2 positif (terdapat pada 90-100%
penderita narkolepsi tergantung ras-nya)

Standar Pelayanan Medis Neurologi

177

b. Laboratorium
Polisomnografi (PSG)
Khas : Pemendekan sleep onset dan REM latency
Gangguan kerangka tidur, sering terbangun singkat.
Penting untuk menyingkirkan gangguan tidur yang dapat menyebabkan
hipersomnia
MSLT : rata-rata sleep latency <5 menit.
Khas : muncul sleep onset REM (SOREM) kurang dari 15 menit paling
sedikit 2 dari 5 kesempatan tidur kecil.
Pada orang normal MSLT > 10 menit ( 8-10 menit masih dianggap
abnormal.
Onset tidur adalah jangka waktu antara lampu dimatikan dan
munculnya gambaran tidur tahap pertama yaitu NREM.
Pergantian NREM dan REM rata-rata antara 60-90 menit. Dianggap
normal bila REM terjadi kurang dari 15 menit. Dianggap abnormal bila
REM terjadi <15 menit (SOREM)
c. Radiologis
Neuroimaging dilakukan terutama bila hipersomnia dan cataplexy mulai
pada usia < 5 tahun atau sesudah usia 50 tahun.
d. Golden Standard : Polisomnografi dan MSLT
e. Patologi anatomi : DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. DD NARKOLEPSI DG CATAPLEXY
- narkolepsi skunder (symptomatic)
- epilepsy
2. Diagnosis Banding NARKOLEPSI TANPA CATAPLEXY
- Sindroma Obstructive sleep apnoea-hypopnoea
- Kurang tidur pada malam hari
- Circadian rhythm sleep disorders
- Idiopathic central nervous system (CNS) hypersomnia
- Periodic limb movement disorder
- Trauma kepala dan gangguan neurologi lainnya
- Depresi
- Efek samping obat
TATA LAKSANA
a. Medikamentosa
1. Obat stimulan
OBAT
Methylphenidate
MethylphenidateSR
Dextroamphetamin
Pemoline
Modafiline

Standar Pelayanan Medis Neurologi

DOSIS (mg)
5 60 (dosis terbagi)
20 - 60 / hari
5 - 60 / hari
75 150 /hari
100 - 400 ( sekali atau 2 kali sehari)

178

2. Obat cataplexy
OBAT
Clomipramine
Imipramine
Protryptiline
Fluoxetin
Paroxetine
Sertraline
Venlafaxine
Sodium oxybate

DOSIS (mg)
25
75 15 20 20 50 75 3- 9

75
150
20
40
40
200
150
( dosis terbagi pada malam hari)

b. Non Medikamentosa.
1. Informasi
Narkolepsi adalah kelainan/penyakit seumur hidup. Pasien harus
mendapat informasi yang adekuat tentang penyakitnya
Akan lebih baik lagi apabila informasi disampaikan kepada anggota
keluarga, teman, guru, dokter keluarga, dll yang berhubungan dekat
dengan penderita
Beberapa penderita sangat tertolong apabila berkomunikasi dengan
sesama penderita
2. Tidur malam dan tidur siang sebentar
Tidur malam yang cukup, dilakukan pada jam yang teratur untuk
mencegah terjadinya ngantuk siang hari
Tidur siang yang terencana atau tidur singkat di siang hari untuk
mengurangi hipersomnia.
3. Pendidikan dan Pekerjaan
Meskipun narkolepsi tidak mengganggu intelektualitas, hipersomnia
dapat mengganggu konsentrasi dan penampilan di sekolah dan tempat
bekerja.
Guru harus diberi informasi tentang keadaan penderita sehingga
kesulitan anak-anak penderita narkolepsi dapat dilakukan pendekatan
dengan simpatik, diberi jadwal aktifitas yang sesuai, dan dapat tidur
siang sejenak apabila memungkinkan.
Pasien memilih pekerjaan tertentu sehingga terhindar dari bahaya untuk
pasien maupun orang lain
Diperlukan aturan hukum yang relevan untuk penderita narkolepsi
misalnya dalam hal mengemudi kendaraan bermotor
4. Terapi psikologis
Keluhan psikologis, terutama depresi sering terjadi pada narkolepsi
sehingga perlu diberi support psikologis.
PENYULIT : -

Standar Pelayanan Medis Neurologi

179

KONSULTASI :
- Untuk Diagnosa Awal
- Terapi Psikologis Awal
- Kondisi tidak membaik/ memburuk

: Dokter Spesialis Saraf


: Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa
: Dokter Spesialis Saraf

JENIS PELAYANAN : Rawat jalan


TENAGA :
Untuk penatalaksanaan lanjutan : - Dokter Umum atau Dokter Spesialis Saraf
LAMA PERAWATAN :
Untuk mengikuti perkembangan : kontrol secara berkala seumur hidup
PROGNOSIS
- Penyakit seumur hidup, sulit disembuhkan
- Kadang-kadang pada beberapa kasus serangan cataplexia dapat menurun
- Dapat disertai gangguan tidur yang lain seperti OSA, PLMS,dan REM Sleep/
Behaviour Disease.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

180

IDIOPATHIC CENTRAL NERVOUS SYSTEM HYPERSOMNOLENCE


Kriteria diagnosis
a. Klinis
1. Hipersomnia dan episode tidur malam yang memanjang, sulit bangun
dari tidur.
2. Tidur kecil-kecil di siang hari yang tidak membuat segar kembali
3. Kesulitan bangun dari tidur
4. Tidak ada manifestasi dan fenomena REM abnormal
b. Laboratorium
PSG : yang khas menunjukan tidur yang memanjang dan efisiensi tidur
yang tinggi dengan proporsi stadium tidur yang normal.
MSLT : pemendekan sleep latency (<10 menit, tetapi lebih lama dari
narkolepsi) tanpa ada periode SOREM
Sulit dibedakan dengan narkolepsi tanpa cataplexy
c. Radiologis
d. Gold Standard : PSG dan MSLT
e. Patologi anatomi : Differential diagnosis :
Narkolepsi tanpa cataplexy
Tata laksana
a. Non Medikamentosa
Sulit diobati dengan hasil memuaskan
Modifikasi gaya hidup, membatasi pembatasan tidur, dan hygiene tidur
yang baik
Tidur kecil-kecilan biasanya tidak berhasil (tidak seperti narkolepsi)
b. Medikamentosa
Modafinil adalah terapi awal pilihan
Bila perlu dapat ditambah amphetamine dan methylphenidate
Kombinasi obat long dan short acting sering memberikan efek terbaik
Penyulit : Konsultasi : Bagian saraf
Jenis pelayanan : Rawat jalan
Tenaga : Spesialis saraf
Lama perawatan : Seumur hidup
Prognosis : Tidak bisa sembuh

Standar Pelayanan Medis Neurologi

181

SLEEP DISORDERED BREATHING


(Hipersomnia karena gangguan pernafasan)
Sleep disordered breathing merupakan penyebab terbanyak dari
Hipersomnia di klinis
Terdapat 3 subtipe:
1. Obstructive sleep apnoea ( OSA) : ditandai oleh serangan berulang
kolaps dari farings selama tidur
2. Central Sleep Apnea (CSA ) ditandai oleh periode hilangnya usaha
respirasi yang dapat terjadi secara sporadis atau dalam bentuk tertentu
seperti cheyne stokes respiration
3. Sleep related hypoventilation : periode penurunan ventilasi dengan
hiperkapnea yang berlebihan, terbanyak disertai dengan kelemahan
neuromuskular atau abnormalitas dinding dada.
OBSTRUCTIVE SLEEP APNOE (OSA)
Kriteria diagnosis:
A. Klinis :
- sering asimtomatik
- bila berat dan sering timbul,maka gejala kliniknya adalah sebagai berikut
Suara ngorok
Gelisah selama tidur dengan gerakan-gerakan jerky,melompat,dan
lain-lain
Sering terbangun dari tidur
Simtom lain selama tidur antara lain nokturia, gastro-oesophageal
reflux, keringat berlebihan, angina pektoris
Mengantuk berat pada siang hari
Gangguan kognitif
Sakit kepala di frontal,nyeri tenggorok,penurunan libido/impotensi
B. Laboratorium:
- pemeriksaan fungsi tiroid,bila ada kecurigaan hipotiroid
- blood gas analisa
- kadar hemoglobin
- pemeriksaan elektrokardiografi dan ekokardiografi
- foto polos dada/toraks
- pemeriksaan Respiratory Function Test dan Polysomnography
Diferensial diagnosis:
UARS(Upper Airway Resistance Syndrome)
Tatalaksana:
- menghilangkan simtom dan memperbaiki kwalitas hidup
- mengurangi faktor-faktor resiko kejadian fatal
- mencegah komplikasi hipertensi,infark miokard,stroke,mati mendadak.
Penyulit : Konsultasi : Bagian Saraf, THT, Paru, Bedah Head and Neck

Standar Pelayanan Medis Neurologi

182

Jenis pelayanan : Rawat jalan


Tenaga :
Spesialis saraf, THT.
Lama perawatan : jangka panjang dan cenderung seumur hidup
Prognosis :
OSA dapat disertai dengan peningkatan resiko hipertensi, kecelakaan mobil,
dan penurunan kualitas hidup
Berhubungan secara independen dengan penyakit kardiovaskuler (IMA, CHF)
dan Stroke

Standar Pelayanan Medis Neurologi

183

SNORING (Ngorok)
Kriteria diagnosis :
a. Klinis:
- suara gaduh/riuh timbul waktu tidur,saat inspirasi
- ngorok biasanya timbul secara reguler,jika terputus-putus
kemungkinan OSA atau UARS
- daytime sleepiness
- mengganggu pasangan tidur
b. Laboratorium:
c. Radiologis:
- foto X-ray lateral cephalometry,CT scan dan MRI, ini semua untuk
menilai bentuk dan ukuran saluran nafas bagian atas dan level
obstruksinya
- endoskopi/nasendoskopi,dilakukan dalam keadaan bangun dan tidur
Diferensial diagnosis:
UARS dan OSA
Tatalaksana :
- Tujuannya membuat pasangan tidurnya dapat tidur nyenyak
- Sebaiknya pasangan/partner disarankan tidur lebih dahulu dari
penderita.
- Untuk penderita pemasangan mandibular advancement devices cukup
efektif jika snooring semakin memburuk pada posisi supine
- Dilakukan tindakan pada Upper Airway Surgery :
o Nasal surgery
o Palatal surgery
o Tonsilectomy / Adenoidectomy
o Linguoplasty
o Excision of Obstructif mass dan orthognatic surgery
Penyulit : Konsultasi : Bagian Saraf,THT, Bedah Head and Neck, dan Bedah Gigi dan Mulut
Jenis Pelayanan :
Rawat jalan dan rawat inap bila memerlukan tindakan operasi
Tenaga : Spesilis Saraf, THT, Bedah Gigi dan Mulut, Paru.
Lama perawatan : Jangka panjang
Prognosis : Ngorok biasa tidak mempunyai efek yang berat

Standar Pelayanan Medis Neurologi

184

INSOMNIA
INSOMNIA AKUT / TRANSIENT INSOMNIA
Insomnia akut adalah kesulitan tidur yang dialami < 3 minggu, bersifat
temporer, dipicu oleh kecemasan terhadap sesuatu yang diketahuii oleh
penderita.
Kriteria diagnosis :
A. Anamnesa:
1. Riwayat kurang tidur, sering terbangun terutama bila ambang
emosinya turun.
2. Dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Lingkungan tidur yang kurang nyaman seperti suara-suara keras,
cahaya yang terlalu terang, gerakan dan suara mendengkur dari
teman tidurnya.
b. Situasi stress misalnya saat akan menghadapi ujian, memikirkan
kondisi kerja yang tak nyaman, menderita sakit atau nyeri.
c. Higiene tidur yang jelek misalnya: sering minum kopi, alkohol
terutama pada malam hari, pemakaian obat-obat stimulant
d. Sering kumat-kumatan
B. Pemeriksaan fisik biasanya normal, status psikiatri biasanya
cemas/depresi.
Diagnosis banding
1. Insomnia sekunder oleh karena gangguan psikiatrik.
2. Insomnia sekunder oleh karena faktor organik
3. Insomnia primer
Penatalaksanaan
1. Perbaikan gaya hidup
2. Perubahan hygiene tidur yang optimal
Misalnya : - menghindari minum kopi dan alkohol
- menghindari obat-obat stimulan
- menghindari pemakaian diuretik malam hari
3. Terapi penyebab yang mendasari
4. Insomnia yang lebih dari beberapa hari dapat di obati dengan obat
hipnotik sesuai indikasi:
a. DIS (Difficulty in Initiating Sleep)
Terapi:
- Triazolam
- Zolpidem
- Flunitrazepam
- Zopiclon
- Zoliplon
b. DMS (Difficulty in Monitoring Sleep)
Terapi:
- Temazepam
- Zolpidem
- Lormetazepam
- Zopiclon
- Oxazepam

Standar Pelayanan Medis Neurologi

185

c. EWM (Early Morning Awakening)


Terapi:
- Temazepam
- Flunazepam
- Lormetazepam
- Nitrazepam
d. EWM + Anxiety
Terapi:
- Nitrazepam
- Clorazepate
- Diazepam
- Oxazepam
- Clonazepam
ALGORITMA PENATALAKSANAAN
Life style advice
Optimize sleep hygiene &
Drug treatment
Treat the cause

First line
Treatment

If Insomnia persist

Investigation with polysomnography

Revised of Diagnosis

Treat the cause


Effective

Ineffective

Psychotherapy

Behavioral
therapy

Standar Pelayanan Medis Neurologi

Chrono therapy

Light or
melatonin
therapy

Short
term
hypnotic

186

Penyulit : Insomnia kronis


Konsultasi : Bagian Saraf dan Psikiatri
Jenis Pelayanan : Rawat Jalan
Tenaga : Spesialis Saraf dan Psikiatri
Lama perawatan : Berlangsung sebentar
Prognosis : Biasanya berlangsung tidak lama tapi bila berulang-ulang dapat
Menyebabkan insomnia kronis (insomnia kondisional)

Standar Pelayanan Medis Neurologi

187

INSOMNIA SEKUNDER OLEH KARENA GANGGUAN PSIKIATRIK


KEADAAN KECEMASAN (ANXIETY STATES)
Kriteria Diagnosis:
1. Anamnesa: kesulitan tidur akibat rasa khawatir, was-was cemas &
ketakutan yang tidak rasional.
2. Pemeriksaan fisik: otot-otot tegang, berdebar-debar, sesak napas,
kelelahan, keringat dingin, sulit konsentrasi.
3. Polysomnografi: jarang membantu jika ada terdapat gambaran:
total sleep time singkat, peningkatan latensi tidur, efisiensi tidur
menurun, peningkatan jumlah terbangun dari tidur dan N REM/REM:
Normal.
Diagnosis banding : Penatalaksanaan:
A. Medikamentosa : Long acting benzodiazepin
B. Tindakan
: Penyulit : - Depresi
- Percobaan bunuh diri
Konsultasi : Bagian Neurologi dan Psikiatri
Jenis Pelayanan : rawat jalan
Tenaga : Spesialis saraf, Spesialis Kesehatan Jiwa
Prognosis : biasanya membaik dengan pengobatan gangguan psikiatrinya
Lama perawatan : tidak lama

Standar Pelayanan Medis Neurologi

188

GANGGUAN DEPRESI
Kriteria diagnosis :
a. Anamnesa : Kesulitan tidur terjadi pada awal stadium depresi, terutama
pada awal tidur, sering terbangun malam hari, bangun terlalu
dini, mimpi buruk, tidur tak nyenyak berlangsung hampir tiap
hari.
b. Pemeriksaan fisik: Depresi
c. Polysomnografi:
- Pada pubertas : Normal
- Pada dewasa muda: Abnormal ringan
- Pada Usia Lanjut:
- TST
1 & 2 NREM Sleep
- Awakening
3 & 4 N REM Sleep
- EWM (+)
REM Sleep Latency
- Sleep Latency
REM Sleep , Daytime nap
Diagnosis banding : Demensia
Tatalaksana :
A. Medikamentosa
- Anti depressant Trisiklik
- SSRIs
- MAOIs
B. Tindakan
- Light therapy
Penyulit : Percobaan bunuh diri
Konsultasi : Bagian Kesehatan Jiwa
Jenis pelayanan : Rawat jalan
Tenaga : Spesialis Saraf dan Spesialis Kesehatan Jiwa
Lama perawatan : bervariasi
Prognosis : baik

Standar Pelayanan Medis Neurologi

189

INSOMNIA PRIMER
PSYCHOPHYSIOLOGICAL INSOMNIA (CONDITIONED INSOMNIA)
Kriteria diagnosis :
a. Anamnesa:
- Kesulitan mengawali tidur yang terjadi karena perasaan khawatir tidak bisa
tidur
- Penderita berusaha menekan kekhawatiran tersebut
- Sulit tidur nyenyak sepanjang hari
- Mudah capai, lemas, gangguan memori, gangguan konsentrasi
- Gangguan tidur berlangsung lama dan membaik saat liburan
b. Pemeriksaan fisik: tension headache & dizzines
c. Polysomnografi:
- TST
- SL
- I & 2 REM
- Alpha intrusion (+)
- Awakening
- Multiple sleep latency : Normal
Diagnosis banding :
1. Gangguan psikiatrik
2. Circadian rhytm disorders
3. Poor Sleep hygiene
4. Anxiety states
5. Chronic Fatigue syndrome
6. Fibromyalgia
Tatalaksana :
Hypnotic therapy
Perbaikan sleep hygiene
Terapi tingkah laku
Relaksasi
Restriksi tidur
Kontrol rangsangan
Penyulit : Insomnia kronis
Konsultasi : Bagian neurologi dan psikiatri
Jenis pelayanan : rawat jalan
Tenaga : Spesialis saraf dan Jiwa
Lama perawatan : bervariasi
Prognosis : baik

Standar Pelayanan Medis Neurologi

190

Standar Pelayanan Medis Neurologi

191

CHRONIC FATIGUE SYNDROME


Kriteria diagnosis :
a. Anamnesa : Sulit tidur/kurang tidur nyenyak & kelelahan tiap hari yang
berlangsung 6 bulan. Lemas, gangguan konsentrasi & memori.
b. Pemeriksaan Fisik : nyeri pada seluruh otot-otot
c. Polysomnografi :
- TST
- SL
- 1 & 2 REM ?
- RM
- Alpha intrusion (+)
- Awakening : ?
Diagnosis banding :
1. Psychophysiological insomnia
2. Anxiety states
3. Fibromyalgia
Tatalaksana
Anti depresan & anti ansietas
Perbaikan sleep hygiene
Mengurangi cahaya saat tidur
Pembatasan gerak
Cognitive therapy
Penyulit : insomnia kronik
Konsultasi : Bagian saraf dan Psikiatri
Jenis pelayanan : Rawat jalan
Tenaga : Spesialis Saraf dan Psikiatri
Lama perawatan : bervariasi
Prognosis : kurang baik

Standar Pelayanan Medis Neurologi

192

SLEEP MISPERCEPTION (PSEUDO INSOMNIA)


Kriteria diagnosis :
a. Anamnesa:
Sulit tidur yang ditandai dengan kesulitan menyebutkan berapa lama tidurnya,
atau penyebab patologis dari gangguan tidur tersebut. Gangguan tidur biasanya
saat tengah malam berupa: DIS & DMS dan kadang-kadang tidak tidur sama
sekali, biasanya disertai dengan kelelahan, perubahan nood.
b.Pemeriksaan fisik: Normal
c.Polysomnografi:
1. Durasi tidur : N
2. Sleep latensi: N
3. Sedikit terbangun
4. MSLTs : N
Diagnosis banding :
a.Short sleepers
b.DSPS
c.Psycophysiological insomnia
d.Malingering
Tatalaksana :
- Anti depressant
- Anti anxiety
Penyulit : Insomnia kronis
Konsultasi : Bagian saraf dan Jiwa
Jenis pelayanan : Rawat jalan
Tenaga : Spesialis Saraf dan Jiwa
Lama perawatan : lama
Prognosis : sering menyebabkan insomnia kronis dan dapat menyebabkan
ketergantungan obat anti cemas dan depresi.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

193

RESTLESS LEGS SYNDROME (RLS) PERIODIC LEG MOVEWNT SLEEP (PLMS)


Kriteria diagnosis
a. Klinis
- Terutama dari anamnesis
- Dysesthesia dan restlesness di tungkai yang membaik dengan gerakan
- Gejala timbul dan memburuk di waktu sore dan malam
b. Polysomnography
Delapan puluh persen mempunyai PLMS yaitu dorsofleksi ibu jari kaki dan
kadang-kadang fleksi lutut dan panggul yang ritmik (tiap 15 30 detik).
c. Laboratorium
Level ferritin menurun ( normal > 40 mg/L )
Diagnosis banding : Tatalaksana :
a. Dopaminergic agent, merupakan first line therapy dan sangat
efektif pada RLS dan PLMS
- Pramipexol : dosis efektif ( 0,25 1 mg/hari di berikan tiga kali sehari )
atau
- Ropinirole (0,25 2 mg) dua jam sebelum onset gejala jam 18.00 20.00.
- L-dopa atau Carbidopa (25/100100/400 mg) di berikan satu jam sebelum
onset atau dapat di berikan tiap 4 6 jam.
- Sering memerlukan tambahan obat sedativ (seperti Gabapentine,
benzodiazepin, Trazodone) bila disertai insomnia.
b. Opioid dan Gabapentin ( second line agent )
c. Benzodiazepin ( third line agent )
Penyulit : Konsultasi : Bagian Saraf
Jenis pelayanan : Rawat jalan
Tenaga : Spesialis Saraf
Lama perawatan : Lama dan cenderung seumur hidup
Prognosis :
a. Kebanyakan kasus adalah kronis dan sulit sembuh
b. RLS dan PMS merupakan prediksi mortality pada penderita dengan stadium
akhir penyakit ginjal.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

194

PARASOMNIA

Adalah gejala motorik atau pengalaman sensorik yang abnormal dan


komplek yang muncul waktu tidur
Lebih sering terjadi pada anak-anak (515% ) dari pada dewasa (1%)
Biasanya jinak tapi kadang-kadang disertai luka trauma, rasa malu atau
aspek legal.

SLEEP TERRORS (NIGHT TERRORS)


Kriteria Diagnosis
a. Klinis
1. Gejala muncul pada perioda sepertiga awal tidur malam hari, terutama
pada siklus I NREM
2. Bisa terjadi lebih dari sekali dalam satu malam
3. Terjadi hanya beberapa detik, bisa juga dalam 10 20 menit, yang lebih
lama dari pada kebanyakan serangan epilepsi.
4. Anak tiba tiba terbangun dengan megap-megap, berteriak atau menangis
keras dan tampak sangat ketakutan, agitasi dan panik.
5. Gejala khasnya adalah berkeringat, pupil melebar, nafas dan denyut
jantung cepat dan tonus otot meningkat. Enuresis kadang terjadi
6. Anak bisa duduk atau meninggalkan tempat tidur, bicara tanpa arti.
7. Pada orang dewasa muda kadang kadang dapat berlari secara liar
mengelilingi ruangan sehingga dapat terjadi cedera akibat lari melewati
pintu atau melompat dari jendela.
8. Anak tidak memberi respon terhadap pertanyaan atau perintah dan
melawan setiap usaha untuk menenangkan yang dapat melukai penderita
atau orang lain
9. Sesudah serangan penderita tertidur lagi dengan cepat
10.Penderita tidak dapat mengingat secara detil apa yang telah dilakukan dan
mimpinya.
b.Laboratorium :
Pada anak
: tidak diperlukan karena biasanya jinak dan terbatas waktunya.
Pada dewasa : onset baru dan serangan berulang, membutuhkan evaluasi klinis
dan Polysomnography
Pemeriksaan Polysomnography ditemukan bangun singkat dari stadium 3-4 NREM
pada saat terjadinya sleep terror ( biasanya pada 1-4 jam awal tidur),tetapi
tidak mencatat kejadian parasomnianya, karena itu rekaman video saat
kejadian sangat penting .
c.Radiologis: Tidak diperlukan
d. Gold Standard : Tidak ada
e. Patologi Anatomi : Tidak di perlukan

Standar Pelayanan Medis Neurologi

Diagnosis banding
1. Confusional arousal
2. Sleep walking
3. Sleep talking
4. Epilepsi
5. Episodic Nocturnal wandering
6. REM Sleep behaviour disorder
7. Nightmares
8. Nocturnal Panic Attacks
9. Post Traumatic Stress disorder
Tatalaksana
1. Perawatan umum
1.a. Reassurance dan penjelasan tentang penyakitnya. Hal ini cukup bila
serangannya jarang.
1.b. Nasehat Hygiene tidur, regulasi tidur-bangun yang cukup, hindari
pembatasan tidur.
1.c. Penjadualan bangun 15-30 menit sebelum biasanya terjadi sleep terror.
1.d. Hindari perlukaan pada anak seperti pindahkan barang- barang yang mudah
pecah dan bila perlu kunci pintu dan jendela.
1.e. Gali penyebab psikologis anxietas dan stress yang mungkin mencetuskan
serangan.
1.f. Terapi behaviour penting pada penderita dewasa
2. Medikamentosa
2.1. Benzodiazepin (lorazepam 13 mg, clonazepam 0,52 mg, triazolam 0,125
0,25 mg sebelum tidur) di indikasikan pada penderita dewasa bila sering
terjadi serangan dan disertai akibat yang membahayakan.
2.2. Beta blockers seperti propanolol untuk mengurangi gejala-gejala autonom.
Penyulit
1. Gangguan tidur dan anxietas pada orangtuanya
2. Rasa malu untuk anak-anak
3. Dapat menyebabkan cedera pada anak-anak atau orang lain.
Konsultasi : Bagian Saraf dan Jiwa
Jenis Pelayanan : Pelayanan rawat jalan.
Tenaga : Spesialis Saraf dan Jiwa
Lama perawatan : bervariasi, biasanya menghilang sesudah dewasa.
Prognosis :
1. Pada anak-anak biasanya intermiten, jinak, dan terbatas waktunya
(terbanyak 4 12 tahun)
2. Kejadian pada dewasa kadang-kadang dapat menyebabkan tingkah laku
seksual dan tindak kekerasan atau terluka.
Standar Pelayanan Medis Neurologi

196

SLEEP WALKING (SOMNABULISME)


Kriteria Diagnosis
1. Klinis

Biasanya terjadi pada 1/3 pertama waktu tidur (NREM stadium 3-4)
Penderita bangun duduk ditempat tidur, membuka mata, membuka
selimut, bergerak berputar seperti bertujuan, dan berusaha
meninggalkan tempat tidur
Anak dapat berjalan kekamar tidur orang tua dan memberikan respon
sederhana terhadap pertanyaan dan perintah. Kadang-kadang kencing.
Penderita mencoba berpakaian, kemudian berjalan mengelilingi tempat
tidur tapi menolak rintangan. Mengucapkan beberapa kata, dapat naik
tangga, memakai alat-alat dapur dan berusaha menyiapkan makanan.
Membuka pintu depan rumah, berjalan beberapa jauh, dan bahkan
mengendarai mobil.
Kecelakaan dapat terjadi akibat jatuh dari tangga, jendela, atau sesudah
bejalan di luar rumah. Penderita biasanya mau di ajak kembali ke
tempat tidur tanpa perlawanan.
Usaha untuk menghalang-halangi atau membangunkan harus di hindari
karena menyebabkan kebingungan, kecemasan, dengan keinginan
melarikan diri yang dapat mencetuskan kekerasan mendadak.
Tidak ada mimpi, tidak ingat apa yang terjadi dan sesudahnya segera
tidur lagi.

2. Laboratoris:
Polysomnography untuk membedakan dengan gangguan tidur yang lain.
Rekaman video sangat membantu melihat pola serangan.
3. Radiologis
Tidak ada kelainan
4. Gold Standar
Polysomnography:
Tampak gelombang delta voltase tinggi pada stage 1 dan 2 NREM selama
beberapa detik sebelum terjadinya sleep walking tanpa ada gambaran
klinis epilepsy. Sering terbangun langsung dari stadium 1-2 NREM disertai
sleep walking. Atau dapat juga tanpa sleep walking. Rekaman video
dapat menunjukkan pola aktivitas serangan
5. Patologi Anatomi : Normal

Standar Pelayanan Medis Neurologi

197

Diagnosis banding
1. Sleep terrors
2. Epilepsi
3. Episodic nocturnal wandering
4. Malingering
5. REM sleep behaviour disorder
6. Psychogenic fugues
7. Confusional arousal
Tatalaksana
1. Medikamentosa
1. 1 Benzodiazepin (klonazepam 0,25 2 mg, atau diazepam)
1. 2 Antidepresan kadang-kadang bermanfaat
2.
2.
2.
2.

Non Medikamentosa
1. Hygiene tidur
2. Pengurangan stress dan pembatasan tidur.
3. Dibangunkan secara terjadwal 15-30 menit sebelum waktu biasanya terjadi
sleep walking.
2. 3. Proteksi lingkungan seperti tutup dan kunci jendela, tutup tangga, pasang
bel pada pintu kamar tidur, singkirkan benda-benda tajam dan mudah
pecah.
2. 4. Psikoterapi pada penderita dewasa yang potensial berbahaya.
Penyulit
1. Rasa malu
2. Resiko cedera
Konsultasi : Bagian Saraf dan Jiwa
Jenis Pelayanan : Rawat jalan
Tenaga : Spesialis Saraf dan Jiwa
Lama perawatan : bervariasi
Prognosis :
1. Kemungkinan bisa membaik sangat besar
2. Mengganggu prestasi belajar
3. Pada orang dewasa dilaporkan mempunyai resiko gangguan psikiatri,
gangguan tidur lainnya

Standar Pelayanan Medis Neurologi

198

REM BEHAVIOR DISORDER (RBD)


= Gangguan tingkah laku saat fase tidur REM
Kriteria diagnosis
a. Klinis
Usia biasanya > 50 tahun, laki-laki lebih banyak daripada wanita, kadangkadang ditemukan riwayat keluarga
Terjadinya 1/3 awal tidur pada stadium REM, biasanya 30 menit setelah
onset tidur dan dapat berulang setiap interval 10 menit.
Serangan berupa mimpi yang menyeramkan atau agresif disertai gerakangerakan abnormal dan tingkah laku yang kompleks dan sering berupa
tindak kekerasan sehingga dapat melukai penderita penderita atau
pasangannya.
Penderita menolak dikendalikan dan bisa marah dan melakukan tindak
kekerasan tetapi tidak sampai pada tindakan seksual.
Mimpi dapat diingat kembali tetapi gerakan dan tingkah laku abnormal
tidak diingat.
Penyebabnya:
- Tidak diketahui (40% kasus)
- Intoksikasi obat akut (alkohol) atau penghentian mendadak obat
supresan tidur fase REM seperti amphetamine dan cocain, anticholinergic, MAO inhibitor, anti-depressant tri-cyclic, SSRI, dan
terutama venlafaxine
- Parkinson: 1/3 kasus parkinson didahului RBD 10 15 tahun
sebelumnya.
- Multiple system atrophy: 90% disertai RBD
- Lewy body disease: kasus disertai RBD
- Alzheimers disease: kadang-kadang disertai RBD
- Narkolepsi sering disertai RBD
- OSA berat
- Periodic limb movements pada fase tidur N-REM
b. Laboratorium:
Pemeriksaan polysomnography sangat penting dalam menegakkan diagnosis
dan menyingkirkan diagnosa lain.
Hasil PSG menunjukkan kerangka tidur normal kecuali adanya peningkatan
durasi dan densitas tidur REM dan sedikit pemanjangan stadium 3 4 N-REM,
tonus otot tetap ada, periodic limb movements dapat terlihat pada tidur
REM maupun N-REM
Rekaman video penting untuk menunjukkan bentuk gerakan-gerakan.
c. Radiologis: MRI atau CT scan diperlukan untuk mencari penyebab terutama
kerusakan di batang otak
d. Golden Standard: PSG, MRI atau CT scan
e. Patologi anatomi

Standar Pelayanan Medis Neurologi

199

Differential diagnosis
1. Nightmare
2. Confusional arousals
3. Sleep terrors
4. Sleep walking
5. Post-traumatic stress disorders
6. Epilepsi terutama epilepsi lobus temporalis
7. Episodic nocturnal wanderings
8. Bangun mendadak dari tidur REM pada OSA
9. Serangan panik
10. Malingering
Tata laksana
a. Non Medikamentosa
1. Proteksi penderita dan pasangannya, bila disertai tindak kekerasan,
pindahkan benda-benda yang dapat digunakan untuk kekerasan, letakan
kasur dilantai dengan bantal-bantal disekelilingnya.
2. Hindari halangan fisik karena dapat menyebabkan resiko luka.
b. Medikamentosa
Turunkan pelan-pelan obat-obat penyebab seperti venlafaxine dan antidepresi SSRI
Benzodiazepine seperti clonazepam 0,5 4 mg: efektif segera pada 90%
kasus
Melatonin 3 15 mg malam hari sebelum tidur.
Buproprion adalah satu-satunya anti depresan yang tidak menimbulkan
RBD, sehingga dapat diberikan sebagai pengganti anti depresan lain.
Penyulit :
Dapat menyebabkan tindak kekerasan dan luka
Konsultasi :
Bagian Neurologi
Jenis pelayanan : Rawat jalan
Tenaga :
Dokter Spesialis Saraf/Spesialis Saraf konsultan sleep disorder
Lama perawatan :
Untuk mengikuti perkembangan : kontrol secara berkala seumur hidup
Prognosis
- Penyakit seumur hidup, sulit disembuhkan
- Dapat menjadi petanda akan timbulnya penyakit parkinson 4 10 tahun
Standar Pelayanan Medis Neurologi

200

sebelumnya

IV. NIGHTMARE
Kriteria diagnosis
a. Klinis
Biasanya onset terjadi pada usia balita usia 3 6 tahun, laki-laki dan
wanita sama, tetapi pada usia dewasa wanita lebih sering, terjadi pada
1/3 akhir malam
Isi mimpi panjang dan komplek serta menakutkan dan menyebabkan
kecemasan serta ketakutan hebat sewaktu akan bangun tidur. Mimpi
dapat diingat kembali dengan baik, dan sering sulit tidur kembali.
Jarang terjadi gerakan motorik dan tingkah laku kecuali sesudah bangun.
Gejala otonomnya sedikit, seperti peningkatan detak jantung.
Penyebabnya:
- pembatasan tidur yang menyebabkan rebound tidur REM
- narkolepsi
- RBD
- Schizoprenia
- Anxietas
- Obat-obatan seperti L-dopa, beta blocker
- Penghentian obat mendadak seperti anti depresan, alkohol
b. Laboratorium: c. Radiologis: d. Golden Standard: PSG jarang dibutuhkan, dapat menunjukkan peningkatan
densitas REM 10 menit sebelum terbangun dari nightmare
e. Patologi anatomi: Differential diagnosis
RBD
Serangan panik pada malam hari
Narkolepsi
Sleep terror
Tata laksana
a. Non medikamentosa:
Hentikan obat-obat penyebab seperti L-dopa, beta blocker
Kurangi stres dan perbaiki hygiene tidur
Terapi kognitif tingkah laku
b. Medikamentosa : jarang diperlukan, bila menetap dengan cara-cara diatas
dapat diberikan obat supresi tidur REM seperti tricyclic anti depresan

Standar Pelayanan Medis Neurologi

201

Penyulit :
Nightmare menakutkan penderita dan menyebabkan kecemasan untuk
tidur
Menyebabkan bangun malam hari dan sulit kembali tidur
Konsultasi :
Bagian Saraf
Jenis pelayanan : Rawat jalan
Tenaga :
Dokter Spesialis Saraf, Spesialis kedokteran jiwa/Psikolo
Lama perawatan :
Berlangsung terbatas , paling sering sampai usia 10 tahun
Prognosis : baik

Standar Pelayanan Medis Neurologi

202

Standar Pelayanan Medis Neurologi

203

Standar Pelayanan Medis Neurologi

204

RETARDASI MENTAL (MR)


KRITERIA DIAGNOSIS
American Association in Mental Deficiency
IQ < 70 = retardasi mental sangat ringan
IQ 55-69 = retardasi mental ringan
IQ 40-54 = retardasi mental sedang
IQ 25-39 = retardasi mental berat
IQ < 24 = retardasi mental sangat berat
Pemeriksaan Penunjang
Tes psikometri / Test intelegensi :
- Bayi : Developmental Quotient (DQ)
- Anak usia belum sekolah :
Stanford Binet Scale
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligense (WPPSI)
- Anak usia sekolah :
Wechsler Intelligence Scale for Children(Revised) (WISC-R)
- Anak dengan kemampuan fungsi yang sangat rendah :
The Leiter international Performance Scale
Foto polos kepala
Audiometri
EEG
CT Scan
Darah dan urin : mencari gangguan kimia/metabolik
Serologi darah dan titer antibodi TORCH
Pemeriksaan kromosom
Pemeriksaan hormonal ( kelenjar tiroid )
DIAGNOSIS BANDING
Variasi perkembangan normal
CP dengan gangguan motorik dan bicara
Epilepsi
Gangguan THT
Gangguan mata
Depresi
Gangguan belajar spesifik
TATALAKSANA
Terapi Farmaka : Antikonvulsan bila kejang
Metilfenidat bila hiperaktif
Hormon tiroid pada gangguan tiroid
Terapi Non farmaka : fisioterapi
terapi okupasi
terapi wicara
Sekolah Pendidikan Luar Biasa ( SPLB)) tipe C
Standar Pelayanan Medis Neurologi

205

KONSULTASI
Anak
Psikiatri
THT
Mata
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Psikolog, dokter spesialis saraf, spesialis anak, terapis
PROGNOSIS
IQ 50-70, MR ringan, slow learner, dapat dididik
IQ<50, MR sedang dan berat, dapat dilatih kemampuan sederhana tertentu
IQ<20, MR sangat berat, tidak dapat dilatih, sangat tergantung pada orang lain

Standar Pelayanan Medis Neurologi

206

ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER


KRITERIA DIAGNOSTIK
Adalah suatu gangguan neuropsikiatri yang umum, khas dan dapat ditangani.
Terjadi pada 3-9% anak usia sekolah.
Pemeriksaan penunjang
Tes psikologik : Profil tes psikometrik mencari mental retardasi, learning
disability & ADHD
CT scan / MRI kepala : mencari lesi
DIAGNOSIS BANDING
Childhood mania
TATALAKSANA
Terapi farmaka : Stimulan (Metilfenidat)
Terapi Non Farmaka : Terapi keluarga oleh psikolog
KOMPLIKASI
Gangguan interaksi sosial
Risiko drug abuse
KONSULTASI
Psikologi anak
Psikiatri anak
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Tidak perlu perawatan
TENAGA
Psikolog, psikiater, dokter spesialis saraf, terapis
PROGNOSIS
Ad bonam

Standar Pelayanan Medis Neurologi

207

CEREBRAL PALSY (CP)


KRITERIA DIAGNOSTIK
CP adalah keadaan pada anak dengan kelainan motorik dini yang disebabkan
suatu cacat otak atau kerusakan otak non progresif pada usia muda. Ditandai
dengan paresis, gerakan involunter atau gangguan koordinasi.
Pemeriksaan penunjang
Tes psikologik : Profil tes psikometrik mencari mental retardasi, learning
disability & ADHD
EEG mencari epilepsi
CT scan / MRI kepala : mencari lesi
Pemeriksaan mata : mencari strabismus, gangguan refraksi, gangguan lapang
pandang dan buta sentral
Pemeriksaan THT
: mencari tuli sentral
Pemeriksaan Ortopedi : mencari kontraktur sendi, skoliosis, small stotur,
subluksasi sendi
DIAGNOSIS BANDING
Neuromuskuler :
Spinal muscle artrophy
Distrofia muskuler
Degeneratif :
Friedriechs ataxia
Penyakit Chorea Huntington masa anak
Metabolik :
Penyakit Wilson
Kelainan Tulang & Sendi :
Arthero gryphosis multiplex kongenital
Penyakit gangguan gerak involunter :
Sindrom Tourette
Chorea Sydenham
Spasmus nutans
Penyakit metabolik
Tumor atau AVM medulla spinalis
Spinal dystrophia
TATALAKSANA
Terapi farmaka : Antikonvulsan bila epilepsi
Diazepam, Dantrolen, Baklofen untuk spastisitas
Terapi Non Farmaka :
Fisioterapi
Pelatihan okupasi
Sekolah SPLB
Kaca mata bila gangguan refraksi
Standar Pelayanan Medis Neurologi

208

Operasi mata bila strabismus


Alat bantu dengar bila gangguan dengar
Ortopedi
Terapi keluarga oleh psikolog
KOMPLIKASI
Epilepsi
Gangguan kognisi
Gangguan lihat / dengar
Gangguan makan minum
Gangguan bicara
Gangguan orthopedik : kontraktur, small stature
KONSULTASI
Psikologi anak
Neurofisiologi
Neuroradiologi
Mata
THT
Ortopedi
URM
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Tidak perlu perawatan, kecuali bila timbul komplikasi status konvulsivus dan
aspirasi pneumonia atau gangguan traktus respiratorius.
TENAGA
Psikolog, Dokter spesialis saraf, spesialis anak, terapis
PROGNOSIS
Tipe tetraplegi : ad vitam & ad functionam : ad malam
Tipe hemiparesis atau diparesis ringan
: ad bonam
Bila ada retardasi mental, epilepsi, gangguan lihat /dengar : prognosis kurang
baik

Standar Pelayanan Medis Neurologi

209

Duchene Muscular Dystrophy (DMP)


Definisi : Kelainan otot herediter yang progresif , timbul sebelum usia 5 tahun,
biasanya pada anak laki-laki. Kelemahan otot tampak di proksimal.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Anamnesis : Anak usia 24 tahun, kelemahan otot leher menetap sampai
periode infancy, perkembangan motorik yang lambat, sukar menaiki tangga
atau bangun dari lantai, perkembangan motorik yang lambat dan gangguan
kognitif.
Pemeriksaan fisik dan neurologi : Tanda Gowers, berjalan seperti bebek
(waddling gait). Atrofi pada otot, lordosis pada punggung. Pseudohipertrofi
di otot gastroknemius, vastus lateralis, infraspinosus, deltoid, yang agak
jarang terdapat di otot gluteus maksimus, masseter dan trisep akibat
timbunan lemak dan hialin. Kelemahan otot bersifat simetris dan progresif
sehingga pada usia 6 12 tahun sudah tidak dapat menggerakkan kedua
tungkainya dan harus menggunakan kursi roda. 50 80 % pasien terdapat
gangguan jantung. Retardasi mental ditemukan 30 %.
Radiologi : Laboratorium : - Kadar Kreatinin Kinase ( CK ) sangat tinggi ( 10.000-30.000 )
- Elektrodiagnostik : gambaran miogenik
- Biopsi otot
Gold standar : gejala klinik, pemeriksaan CK dan EMG.
DIAGNOSA BANDING : PENATALAKSANAAN :
- Tidak ada penatalaksanaan khusus, pengobatan hanya bersifat simtomatik dan
suportif untuk mencegah deformitas yang lebih berat.
- Keluarga perlu mengetahui mengenai progresifitas penyakit dan perkiraan
mengenai umur harapan hidup pasien yang seringkali hanya sampai pada
dekade kedua.
PENYULIT :
- Kelemahan yang bertambah berat
- Gangguan respirasi ( infeksi paru )
- Gangguan jantung ( kardiomiopati, gagal jantung )
- Kontraktur, skoliosis.
- Gangguan emosi dan tingkah laku.
KONSULTASI :
Pyschiatrist, orthopedists, geneticist, cardiologist, pulmonologist, physical
therapist, occupational terapist, psychologist, nutritionist

Standar Pelayanan Medis Neurologi

210

MENINGITIS
Adalah salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang berat dan dapat
menimbulkan gejala sisa yang permanen. Penyebab infeksi adalah bakteri, virus
atau organisme yang lain.
Merupakan salah satu komplikasi dari penyakit tuberkulosis, mempunyai
morbiditas dan mortalitas yang tinggi dengan prognosis yang buruk.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala klasik adalah panas badan, nyeri kepala, kaku kuduk. Pada anak usia
muda (<2 tahun) gejala ini sulit terlihat. Pada anak yang lebih tua gejala seperti
panas badan, nyeri kepala, kaku kuduk atau nyeri pada leher, penurunan
kesadaran, muntah, defisit neurologi fokal, kejang. Pada meningitis yang
disebabkan oleh bakteri gejala ini berlangsung sangat cepat dan dapat terjadi
perburukan dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
Pemeriksaan fisik umum dan neurologis :
- Penurunan kesadaran, febris.
- Kaku kuduk, defisit neurologi fokal
Radiologi :
Foto toraks
CT scan dengan kontras : terdapat penyangatan di daerah basal
Laboratorium :
LED, PPD 5 TU
Pemeriksaan pungsi lumbal
Hasil pemeriksaan LCS
Sel
Predominan lekosit
Protein
Glukosa LCS :serum

Bakteri
500 10.000
PMN
meningkat
menurun

Virus
> 6 500
Limfosit
normal sedikitmeningkat
Normal

TBC
> 6 - 1000
Limfosit
meningkat
menurun

Preparat langsung : Pewarnaan gram


Tinta india
Kultur
Gold standar :
Hasil kultur yang positif terhadap bakteri atau mikobakterium tuberkulosis.
PENATALAKSANAAN :
MENINGITIS BAKTERI : tergantung penyebabnya.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

211

Medikamentosa
Rekomendasi terapi antibiotika inisial pada meningitis bakterialis
Usia
Penyebab tersering
Terapi inisial
Ampisilin +
E.coli, grup B streptokokus,
sefotaksim/seftazidim
< 1 bulan
L.monocytogenes
atau ampisilin +
aminoglikosida
E. coli, group B
streptococcus,
Ampisilin +
1 3 bulan
L. monosytogenes,
sefotaksim/seftriakson
H. influenza tipe b,
S.pneumonia
H. influenza, N.
Sefotaksim/seftriakson
meningitidis, L.
atau ampisilin +
3 bulan 18 tahun
monosytogenes,
kloramfenikol
S.pneumonia
Penisilin G atau
S.pneumonia, N.
18 thn 50 thn
ampisilin atau
meningitidis
sefotaksim/seftriakson
S.pneumonia, N.
meningitidis, L.
Ampisilin,
> 50 tahun
monosytogenes,
sefotaksim/seftriakson
batang gram negatif enterik
Dosis antibiotika untuk meningitis bakterialis
Antibiotika
Dosis (kg BB/hari)
Penisilin G
250.000 unit
Ampisilin
200 300 mg
Kloramfenikol
75 100 mg
Sefotaksim
200 mg
Seftriakson
100 mg
Seftazidim
125 150 mg
Vankomisin
50 60 mg
Gentamisin, tobramisin
6 mg
Amikasin
20 30
Nafsilin, oksasilin
200 mg

Interval (jam)
4
6
6
68
12 24
8
6
8
8
6

Suportif
- Monitoring tanda vital
- Evaluasi status neurologi setiap hari
- Monitoring intake dan output, elektrolit
- Pengukuran lingkar kepala
- Antikonvulsan bila ada kejang
- Nutrisi yang baik
- Deksametason diberikan pada anak usia > 2 bulan dengan dosis 0,15
mg/kgBB/kali 15 menit sebelum atau bersamaan dengan antibiotika selama 4
Standar Pelayanan Medis Neurologi

212

hari. Pemberian kortikosteroid ditunda bila terdapat tanda perdarahan atau


bila kemungkinan meningitis TBC belum dapat disingkirkan.
MENINGITIS TBC
Medikamentosa
Obat
INH
Rifampisisn
Pirazinamid
Streptomisin
Prednison

Dosis harian
( mg/kgBB/hari )
10
5
15 40
15 40
12

Lama pengobatan
12 bulan
12 bulan
2 bulan
1 3 bulan
4 8 minggu, tap off 2 4 minggu

PENYULIT
Meningitis bakterialis : Oedem otak, hidrosefalus, SIADH
Meningitis TBC : Oedem otak, hidrosefalus, SIADH, arteritis, penjeratan saraf
otak.
KONSULTASI
Bedah saraf, I.K Anak
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA
Paramedis, perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Tergantung klinis pasien

Standar Pelayanan Medis Neurologi

213

ENSEFALITIS HERPES SIMPLEKS


Merupakan infeksi pada parenkhim otak yang berat dan seringkali berakibat
fatal.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis
Gejala akut, nyeri kepala, panas badan, kejang, penurunan kesadaran, defisit
neurologis fokal, gangguan tingkah laku.
Laboratorium
Pemeriksaan lumbal pungsi: warna jernih, kadang-kadang kemerahan, sel
normal atau sedikit meningkat, protein sedikit menungkat, glukosa normal.
Radiologi
MRI terdapat kelainan di lobus temporal
EEG
Abnormal di daerah temporal
Gold standar
PCR, IgM dan IgG HSV 1 (pada anak dan dewasa) dan HSV 2 (pada neonatus)
tidak dapat dilakukan segera, karena baru + setelah minggu pertama.
DIAGNOSIS BANDING
Meningitis virus
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- Asiklovir 10 mg/kgBB/kali iv diberikan setiap 8 jam selama 10 hari. Diberikan
sedini mungkin dan boleh diberikan bila terdapat kecurigaan terhadap
ensefalitis herpes simpleks dan dihentikan bila terbukti bukan ensefalitis
herpes simpleks.
- Manitol bila terdapat oedem otak atau tekanan intrakranial yang meningkat
- Antikonvulsan bila ada kejang
- Antipiretik
- Antibiotika untuk infeksi sekunder
Suportif
- Monitoring tanda vital
- Evaluasi status neurologi setiap hari
- Mengatasi gangguan nafas
- Monitoring intake dan output, elektrolit
- Pengukuran lingkar kepala
- Nutrisi yang baik
PENYULIT
Oedem otak

Standar Pelayanan Medis Neurologi

214

TICS
KRITERIA DIAGNOSIS
Gerakan involunter sederhana berupa kedipan mata, menyeringai, menjulurkan
lidah, gerakan kepala, gerakan jari kaki, gerakan wajah (twitching), gerakan
leher, gerakan mengangkat bahu, batuk, suara mendengkur, sedangkan gerakan
yang kompleks dapat berupa gerakan menggosok, melompat, berjongkok,
menciumi objek atau bagian tubuh, copropraxia dan echopraxia, berkata-kata,
atau gerakan berurutan yang stereotipik yang bertambah saat anak stres.
Keluhan ini menetap atau menurun bahkan dapat menghilang. Biasanya
berhubungan dengan gangguan kompulsif dan ADD.
Sedangkan sindroma Tourettes bila memenuhi kriteria :
Multipel motor tics (beberapa jenis gerakan anggota badan, batang tubuh,
atau wajah).
Paling sedikit terdapat satu vokal tic, meliputi beberapa suara kecuali batuk
dan sniffing
Gejala timbul sebelum usia 21 tahun
Gejala menetap atau menurun lebih dari 1 tahun
PENATALAKSANAAN
Tujuan : meningkatkan kualitas hidup pasien dengan tics, dan bukan untuk
menghilangkan tics. Bila anak terganggu saat sekolah, obat hanya diberikan saat
sekolah saja.
Non farmakologi
- Situasi kelas / lingkungan sekolah yang tidak menimbulkan stress
- Terapi behaviour
Farmakologi
Prinsip terapi :
1. Mulai dengan dosis rendah dan tingkatkan secara bertahap
2. Evaluasi efektifitas obat dan efek samping yang terjadi
3. Gunakan monoterapi
4. Gunakan Tier 1 terutama pada tics yang ringan
5. Pemeriksaan EKG sebelum menggunakan obat Tier 2
6. Turunkan dosis obat secara bertahap
Tier 1 :
- Klonidin dosis permulaan 0,05 mg, dapat ditingkatkan menjadi 2 x 0.05
mg. Dosis dapat ditingkatkan setiap 5 7 hari dan dapat diberikan sampai
0,1 -- 0,4 mg/hari.
- Guanfasin dosis permulaan 0,5 mg malam hari dan dapat ditingkatkan
secara bertahap sampai 3 mg/hari dibagi dalam dua dosis.
- Klonazepam digunakan sebagai terapi ajuvan pada pasien dengan
kecemasan. Efek samping berupa mengantuk, dizziness, fatigue.
Standar Pelayanan Medis Neurologi

215

Tier 2 :
Apabila pengobatan pertama dengan Tier 1 tidak berhasil dapat diberikan
neuroleptik yang klasik maupun neuroleptik yang atipik.
Neurileptik klasik :
- Pimozid 2 6 mg/hari, mulai dengan dosis 0,5 1 mg/hari sebelum
tidur, dinaikkan secara bertahap.
- Flufenazin 2 4 mg/hari, mulai dengan dosis 1 mg/hari sebelum tidur,
dinaikkan secara bertahap.
- Haloperidol 1 5 mg/hari, mulai dengan dosis 0,5 mg/hari, dinaikkan
secara bertahap.
Neuroleptik yang atipik
- Risperidon maksimal 3 mg/hari dibagi dalam dua dosis, mulai dengan
0,5 mg/hari, malam hari.
- Olanzapin 5 10 mg/hari dalam dosis terbagi, mulai dengan 2,5 mg
sebelum tidur.
Obat lain :
Dopaminergik dopamin antagonis (tetrabenazin 25 100 mg/hari),
dopamin agonis ( Pergolid, 0,1 0,3 mg/hari, dosis terbagi).
Botulinum toxin ( Botox )

Standar Pelayanan Medis Neurologi

216

CHOREA PADA ANAK


KRITERIA DIAGNOSIS
Gangguan gerakan yang disebabkan karena disfungsi basal ganglia.
Gerakan menyentak, cepat, ireguler, tidak dapat dipredksikan dapat terjadi
pada pada satu bagian tubuh yang kemudian dapat mengenai bagian tubuh
yang lain, dapat disertai dengan kesulitan untuk makan, gangguan gait,
clumsiness.
Chorea yang banyak terjadi pada anak adalah Sydenhams chorea (SC,
rheumatic chorea, chorea minor, St. Vitus dance). Penyebabnya dapat
bermacam-macam, antara lain : paroxysmal dyskinesias, penyakit imunologi
(SC,SLE,antifosfolipid antibodies), gangguan yang diturunkan (ataxia
teleangiectasia,benign familial), gangguan metabolic (hipertiroid,
mitochondrial abnormalities,congenital disorders of glycosylation), infeksi,
neoplasma, gangguan vaskuler dan kelainan degeneratif.
Laboratorium
Elektrolit termasuk Ca
Pemeriksaan darah lengkap dan apus darah tepi
LED
ASO dan titer DNase B
Antibodi antikardiolipin
Antinuclear antibody
TSH
Ceruloplasmin dan level copper
Skrining toksikologi
MRI kepala
PENATALAKSANAAN
Terapi bila memungkinkan ditujukan pada kelainan yang mendasarinya.
Untuk gejala kliniknya hanya sebagai simtomatik saja. Mekanisme obat yang
dipakai bertujuan untuk mengkoreksi gangguan neurotransmiter seperti
meningkatkan GABA dan acetylcholine dan atau menurunkan reseptor dopamin
Asam valproat ( 10 20 mg/kgBB/hari )
Clonazepam ( 1 5 mg/kgBB/hari )
Haloperidol ( 0,5 2 mg, 2x/hari)
KONSULTASI
Kardiologi anak untuk terapi preventif sekunder terhadap kelainan jantung dan
A beta-hemolytic streptococcus agar tidak terjadi rheumatic fever dan chorea
yang berulang.

Standar Pelayanan Medis Neurologi

217

DISTONIA
KRITERIA DIAGNOSIS
Kontraksi simultan otot agonis dan antagonis yang transien sehingga postur
tubuh menjadi tidak biasa. Bila kontraksi otot agonis dan antagonis seimbang
maka gerakan tidak tampak, hanya berupa ketegangan otot.
Gerakan biasanya perlahan, mengenai satu bagian tubuh, sampai maksimal
kemudian bertahan selama satu menit atau lebih, tetapi kadang-kadang bisa
lebih cepat.
Manifestasi distonia yang sering adalah spasmodik torticollis, spasmodik
retrocollis, inversi intermitten sehingga postur menjadi equinovarus, otot-otot
lidah, blepharospasm, writers cramp dystonia, spasmodic dysphonia.
DIAGNOSA BANDING
Kelainan kongenital dan
perkembangan
Kelainan degeneratif dan
penyebab tak diketahui

Penyakit infeksi
Gangguan metabolik

Reaksi obat
Psychogenic
Gangguan tidur

Benign dystonis of infancy


Cerebral palsy
Dyspeptic dystonia with hiatus
hernia
Ataxia-teleangiectasia
Focal dystonia
Hallervorden-Spatz syndrome
Hemidystonia
Idiopatic torsion dystonia
Leber disease
Myoclonic dystonia
Segawa dystonia with diurnal
fluctuation
Subacute necrotizing
encephalomyelopathy
Dystonia Parkinson syndrome
Ensefalitis virus
GM2 gangliosidosis
PKU
Triosephosphate isomerase
deficiency
Wilsons disease
Bethanecol, buthirophenone,
carbamazepine, Phenothiazine,
reserpine, tetrabenazine
Munchausen syndrome simulating
dystonia
Paroxysmal sleep dystonia

Standar Pelayanan Medis Neurologi

218

PENATALAKSANAAN
Distonia primer :

Triheksyphenidyl :
Dosis 660 mg/hari dalam dosis terbagi, mulai dengan 0,5 mg/hari pada anak
4 tahun sedangkan anak yang lebih besar dapat dimulai dengan dosis 1
mg/hari malam hari dan dinaikkan 1 mg setiap 1 minggu.

Carbidopa / levodopa :
Dosis 45 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi, mulai dengan 1 mg/kgBB/hari

Baclofen :
Dosis 1060 mg/hari dalam dosis terbagi, mulai dari 5 mg malam hari.

BOTOX
Distonia sekunder :
Reserpin 20 g/kg, dinaikkan bertahap sampai 0,25 mg/hari dibagi dalam dua
dosis
Difenhidramin 11,25 mg/kgBB IM atau IV (maks 50 mg), kemudian dilanjutkan
dengan 11,25 mg/kg PO (maks 50 mg) setiap 68 jam selama 13 hari .

Standar Pelayanan Medis Neurologi

219

TUMOR OTAK
Tumor otak pada anak berbeda dengan tumor otak pada orang dewasa dalam
tipe sel yang terlibat maupun terapinya.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis : Gejala sering berhubungan dengan adanya tekanan tinggi intrakranial
yaitu nyeri kepala, muntah (pagi hari), mual, perubahan kepribadian, iritabel,
penurunan kesadaran, penurunan fungsi jantung dan pernafasan.
Menurut lokasi :
Tumor serebri : kejang, gangguan visus, disartria, hemiparesis disertai parese
saraf otak, TTIK, perubahan kepribadian, penurunan kesadaran.
Tumor di batang otak : kejang, gangguan endokrin, perubahan visus atau
penglihatan ganda, nyeri kepala, parese saraf otak dan hemiparese motorik,
perubahan pernafasan, TTIK.
Tumor di serebelum : TTIK, muntah (pagi hari tanpa mual), nyeri kepala,
gangguan koordinasi, gangguan berjalan (ataksia).
Gejala-gejala ini dapat bercampur.
Pemeriksaan neurologis
Penurunan kesadaran, parese saraf otak, hemiparese motorik, gangguan
koordinasi, ataksia, refleks fisiologi meningkat, refleks patologis positif.
Radiologi : CT scan dengan kontras, MRI
Laboratorium : biopsi tumor
Gold standard : CT scan kepala dengan kontras, biopsi
Patologi anatomi : menentukan jenis tumor
DIAGNOSIS BANDING
Abses otak
Tuberkuloma di otak
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa : steroid untuk edem otak ( loading : deksametason 1-2
mg/kgBB sampai 10 mg, kemudian 1-1,5 mg/kgBB/hari, maksimum 16
mg/hari dibagi dalam 4 dosis)
Tindakan :
Operasi
VP shunt
Radiasi
PENYULIT
Kejang, hidrosefalus
KONSULTASI
Bedah syaraf, Radiologi, Patologi Anatomi, Rehabilitasi medis

Standar Pelayanan Medis Neurologi

220

JENIS PELAYANAN
Rawat inap RS
TENAGA
Paramedis, perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Tergantung klinis

Standar Pelayanan Medis Neurologi

221

Anda mungkin juga menyukai