02 Perdossi SPM
02 Perdossi SPM
DAFTAR ISI
Hal
EPILEPSI
ICD G40
KRITERIA DIAGNOSIS:
Klinis:
Suatu keadaan neurologik yang ditandai oleh bangkitan epilepsi yang berulang,
yang timbul tanpa provokasi. Sedangkan, bangkitan epilepsy sendiri adalah
suatu manifestasi klinik yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang
abnormal, berlebih dan sinkron, dari neuron yang (terutama) terletak pada
korteks serebri. Aktivitas paroksismal abnormal ini umumnya timbul intermiten
dan self-limited.
Sindroma Epilepsi adalah penyakit epilepsi yang ditandai oleh sekumpulan
gejala yang timbul bersamaan ( termasuk tipe bangkitan, etiologi, anatomi,
faktor presipitan usia saat awitan, beratnya penyakit, siklus harian dan
prognosa)
Klasifikasi Epilepsi: (menurut ILAE tahun 1989)
I. Berhubungan dengan lokasi
A. Idiopatik (berhubungan dengan usia awitan)
1. Benign childhood epilepsy with centro-temporal spikes
2. Childhood epilepsy with occipital paroxysmal
3. Primary reading epilepsy
B. Simptomatik (dengan etiologi yang spesifik atau nonspesifik)
1. Chronic progressive epilepsia partialis continua of childhood
(Kojewnikows syndrome)
2. Syndromes characterized by seizures with specific modes of
precipitation
3. Epilepsi lobus Temporal/ Frontal/ Parietal/ Ocipital
C. Kriptogenik
II. Umum
A. Idiopatik (berhubungan dengan usia awitan)
1. Benign neonatal familial convulsions
2. Benign neonatal convulsions
3. Benign myoclonic epilepsy in infancy
4. Childhood absence epilepsy (pyknolepsy)
5. Juvenile absence epilepsy
6. Juvenile myoclonic epilepsy (impulsive petit mal)
7. Epilepsies with grand mal (GTCS) seizures on awakening
8. Others generalized idiopathic epilepsies not defined above
9. Epilepsies with seizures precipitated by specific modes of
activation
10
B. Kriptogenik / Simptomatik
1. West syndrome (infantile spasms, blitz Nick-Salaam Krampfe)
2. Lennox-Gastaut syndrome
3. Epilepsy with myoclonic-astatic seizures
4. Epilepsy with myoclonic absence
C. Simptomatik (dengan etiologi yang spesifik atau nonspesifik)
1. Dengan etiologi yang Nonspesifik
a. Early myoclonic encephalopathy
b. Early infantile epileptic encephalopathy with suppression burst
c. Other symptomatic generalized epilepsies not defined above
2. Sindroma spesifik
a. Bangkitan epilepsi yang disebabkan oleh penyakit lain
III. Tidak dapat ditentukan apakah fokal atau umum
1. Campuran bangkitan umum dan fokal
a. Neonatal seizures
b. Severe myoclonic epilepsy in infancy
c. Epilepsy with continuous spike wave during slow-wave sleep
d. Acquired epileptic aphasia (Landau-Kleffner syndrome)
e. Other undetermined epilepsies
2. Campuran bangkitan umum atau fokal (sama banyak)
IV. Sindrom khusus
1. Bangkitan yang berhubungan dengan situasi
a. Febrile convulsion
b. Isolated seizures atau isolated status epilepticus
c. Seizures occurring only when there is an acute metabolic or
toxic event, due to factors such as alcohol, drugs, eclampsia,
nonketotic hyperglycemia
Klasifikasi Bangkitan Epilepsi: (menurut ILAE tahun 1981)
I.
Bangkitan Parsial ( fokal)
A. Parsial sederhana
1. Disertai gejala motorik
2. Disertai gejala somato-sensorik
3. Disertai gejala psikis
4. Disertai gejala autonomik
B. Parsial kompleks
1. Disertai dengan gangguan kesadaran sejak awitan dengan atau
tanpa automatism
2. Parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran dengan atau tanpa
automatism
C. Parsial sederhana yang berkembang menjadi umum sekunder
1. Parsial sederhana menjadi umum tonik klonik
2. Parsial kompleks menjadi umum tonik klonik
3. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi umum tonik
klonik
11
II.
III.
Bangkitan Umum
A. Bangkitan Lena (absence) & atypical absence
B. Bangkitan Mioklonik
C. Bangkitan Klonik
D. Bangkitan Tonik
E. Bangkitan Tonik-klonik
F. Bangkitan Atonik
Bangkitan yang tidak terklasifikasikan
12
DIAGNOSIS BANDING
1. Bangkitan Psychogenik
2. Gerak Involunter (Tics, head nodding, paroxysmal choreoathethosis/
dystonia, benign sleep myoclonus, paroxysmal torticolis, startle
response, jitterness, dll.)
3. Hilangnya tonus atau kesadaran (sinkop, drop attacks, TIA, TGA,
narkolepsi, attention deficit)
4. Gangguan respirasi (apnea, breath holding, hiperventilasi)
5. Gangguan perilaku (night terrors, sleepwalking, nightmares, confusion,
sindroma psikotik akut)
6. Gangguan persepsi (vertigo, nyeri kepala, nyeri abdomen)
7. Keadaan episodik dari penyakit tertentu (tetralogy speels, hydrocephalic
spells, cardiac arrhythmia, hipoglikemi, hipokalsemi, periodic paralysis,
migren, dll)
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Pemilihan obat anti epilepsi (OAE) sangat tergantung pada bentuk bangkitan
dan sindroma epilepsi, selain itu juga perlu dipikirkan kemudahan
pemakaiannya. Penggunaan terapi tunggal dan dosis tunggal menjadi pilihan
utama. Kepatuhan pasien juga ditentukan oleh harga dan efek samping OAE
yang timbul
Antikonvulsan Utama
1. Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
2. Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
3. Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari
4. Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari
Keputusan pemberian pengobatan setelah bangkitan pertama dibagi dalam 3
kategori:
1. Definitely treat (pengobatan perlu dilakukan segera )
Bila terdapat lesi struktural, seperti :
a. Tumor otak
b. AVM
c. Infeksi : seperti abses, ensefalitis herpes
Tanpa lesi struktural :
a. Terdapatnya riwayat epilepsi pada saudara sekandung (bukan orang tua)
b. EEG dengan gambaran epileptik yang jelas
c. Riwayat bangkitan simpomatik
d. Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi SSP
e. Status epilepstikus pada awitan kejang
2. Possibly treat (kemungkinan harus dilakukan pengobatan)
Pada bangkitan yang tidak dicetuskan (diprovokasi) atau tanpa disertai
faktor resiko diatas
3. Probably not treat (walaupun pengobatan jangka pendek mungkin
diperlukan)
a. Kecanduan alkohol
b. Ketergantungan obat obatan
13
c.
d.
e.
f.
Tipe Bangkitan
Bangkitan parsial
(sederhana atau kompleks)
Karbamasepin, phenitoin,
asam valproat
Idem diatas
Karbamazepin, phenytoin,
asam valproat,
phenobarbital
Acetazolamide, clobazam,
clonazepam, ethosuximide,
felbamate, gabapentin,
lamotrigine, levetiracetam,
oxcarbazepine, tiagabin,
topiramate, vigabatrin,
pirimidone
Bangkitan lena
Asam valproat,
ethosuximide ( tidak
tersedia di Indonesia)
Acetazolamide, clobazam,
clonazepam, lamotrigine,
phenobarbital, pirimidone
Bangkitan mioklonik
Asam valproat
Clobazam, clonazepam,
ethosuximide, lamotrigine,
phenobarbital, pirimidone,
piracetam
Penghentian OAE: dilakukan secara bertahap setelah 2-5 tahun pasien bebas
kejang, tergantung dari bentuk bangkitan dan sindroma epilepsi yang diderita
pasien (Dam,1997). Penghentian OAE dilakukan secara perlahan dalam
beberapa bulan
14
STATUS EPILEPTIKUS
(ICD G 41.0)
(Epilepsy Foundation of Americas Working Group on Status Epilepticus)
Adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit atau dua atau lebih
bangkitan, dimana diantara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan
kesadaran. Penanganan kejang harus dimulai dalam 10 menit setelah
awitan suatu kejang.
PENANGANAN STATUS EPILEPTIKUS
Stadium
Stadium I (0-10 menit)
Penatalaksanaan
Memperbaiki fungsi kardio-respiratorik
Memperbaiki jalan nafas, pemberian
resusitasi
oksigen,
Stadium III
(0-60 90 menit)
Menentukan etiologi
Bila kejang berlangsung terus 30 menit setelah
pemberian diazepam pertama, beri phenytoin iv
15-18 mg/kgBB dengan kecepatan 50 mg/menit
Memulai terapi dengan vasopresor bila diperlukan
Mengoreksi komplikasi
15
Tindakan:
1. Operasi
Indikasi operasi :
a. Fokal epilesi yang intraktabel terhadap obat obatan
b. Sindroma Epilepsi fokal dan simptomatik
Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut
a. Penyakit neurologik yang progresif (baik metabolik maupun degeneratif)
b. Sindroma epilepsi yang benigna, dimana diharapkan terjadi remisi
dikemudian hari
Kontraindikasi relatif:
a. Ketidak patuhan terhadap pengobatan
b. Psikosis interiktal
c. Mental retardasi
Jenis jenis operasi:
a. Operasi reseksi; pada mesial temporal lobe, neokortikal
b. Diskoneksi : korpus kalosotomi, multiple supial transection
c. Hemispherektomi
2. Stimulasi Nervus vagus
PENYULIT
Prognosis pengobatan pada kasus kasus baru pada umumnya baik, pada 7080%
kasus bangkitan kejang akan berhenti dalam beberapa tahun pertama.
Setelah bangkitan epilepsi berhenti, kemungkinan rekurensinya rendah, dan
pasien dapat menghentikan OAE.
Prognosis epilepsi akan menjadi lebih buruk bila terdapat hal-hal sebagai
berikut:
a. Terdapat lesi struktural otak
b. Bangkitan epilepsi parsial
c. Sindroma epilepsi berat
d. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
e. Frekuensi bangkitan tonik-klonik yang tinggi sebelum dimulainya
pengobatan
f. Terdapat kelainan neurologis maupun psikiatris
16
KONSULTASI
Konsultasi: (atas indikasi)
1. Bagian Psikiatri
2. Bagian Interna
3. Bagian Anak
4. Bagian Bedah Saraf
5. Bagian Anestesi ( bila pasien masuk ICU)
JENIS PELAYANAN
1. Rawat jalan
2. Rawat inap
Indikasi rawat :
1. Status Epileptikus
2. Bangkitan berulang
3. Kasus Bangkitan Pertama
4. Epilepsi intraktabel
TENAGA:
1. Spesialis saraf
2. Epileptologist
3. Electro encephalographer
4. Psychologist
5. Teknisi EEG
LAMA PERAWATAN
1. Pada kasus bukan status epileptikus: pasien dirawat sampai diagnosis dapat
ditegakkan
2. Pada status epileptikus: pasien dirawat sampai kejang dapat diatasi dan
pasien kembali ke keadaan sebelum status
17
18
STROKE
Definisi :
Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis
(defisit neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak,
berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, yang semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai
darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke
perdarahan).
Pembagian Stroke
1. Etiologis :
1.1. Infark
: aterotrombotik, kardioembolik, lakunar
1.2. Perdarahan : Perdarahan Intra Serebral, Perdarahan Subarahnoid,
Perdarahan Intrakranial et causa AVM
2. Lokasi :
2.1. Sistem Karotis
2.2. Sistem Vertebrobasiler
Dasar Diagnosis :
1. Anamnesa dari pasien, keluarga atau pembawa pasien.
2. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum, kesadaran (Glasgow Coma Scale/kwantitas/kwalitas ),
tanda vital, status generalis, status neurologis.
3.
Alat Bantu scoring (skala) :
Siriraj Stroke Score ( SSS ), Algoritme Stroke Gajah Mada ( ASGM ).
4. Pemeriksaan penunjang :
Pungsi lumbal (bila neuroimejing tidak tersedia).
Neuroimejing : CT Scan, MRI, MRA, Angiografi, DSA.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Anamnesis:
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/istirahat,
kesadaran baik/terganggu, nyeri kepala/tidak, muntah/tidak, riwayat
hipertensi (faktor risiko strok lainnya), lamanya (onset),serangan
pertama/ulang.
Pemeriksaan Fisik (Neurologis dan Umum) :
Ada defisit neurologis, hipertensi/hipotensi/normotensi.
Pemeriksaan penunjang
Tergantung gejala dan tanda, usia, kondisi pre dan paska stroke, resiko
pemeriksaan, biaya, kenyamanan pemeriksaan penunjang.
Tujuan : Membantu menentukan diagnosa, diagnosa banding, faktor risiko,
komplikasi, prognosa dan pengobatan.
19
Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL), Gula Darah Sewaktu
(GDS), Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin dan Asam Urat), Fungsi Hati (SGOT dan
SGPT),Protein darah (Albumin, Globulin), Hemostasis, Profil Lipid (Kolesterol,
Trigliserida, HDL, LDL), Homosistein, Analisa Gas Darah dan Elektrolit. Jika
perlu pemeriksaan cairan serebrospinal.
Radiologis
Pemeriksaan Rontgen dada untuk melihat ada tidaknya infeksi paru maupun
kelainan jantung
Brain CT-Scan tanpa kontras (Golden Standard)
MRI kepala
Pemeriksaan Penunjang Lain :
EKG
Echocardiography (TTE dan atau TEE)
Carotid Doppler (USG Carotis)
Transcranial Doppler (TCD)
Golden Standard / Baku Emas
CT-Scan kepala tanpa kontras
DIAGNOSIS BANDING
1. Ensefalopati toksik atau metabolik
2. Kelainan non neurologis / fungsional ( contoh : kelainan jiwa )
3. Bangkitan epilepsi yang disertai paresis Todds
4. Migren hemiplegik.
5. Lesi struktural intrakranial ( hematoma subdural, tumor otak, AVM ).
6. Infeksi ensefalitis, abses otak.
7. Trauma kepala.
8. Ensefalopati hipertensif.
9. Sklerosis multipel
PENATALAKSANAAN / TERAPI
Penatalaksanaan Umum
1. Umum :
Ditujukan terhadap fungsi vital: paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan
elektrolit dan cairan, gizi, higiene.
2. Khusus
Pencegahan dan pengobatan komplikasi
Rehabilitasi
Pencegahan stroke : tindakan promotif, primer dan sekunder
20
Penatalaksanaan khusus
1. Stroke iskemik / infark :
- Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidin, klopidogrel, dipiridamol
- Trombolitik : rt-PA (harus memenuhi kriteria inklusi)
- Antikoagulan : heparin, LMWH, heparinoid (untuk stroke emboli)
(Guidelines stroke 2004)
- Neuroprotektan
2. Perdarahan subarakhnoid :
- Antivasospasme : Nimodipin
- Neuroprotektan
3. Perdarahan intraserebral:
Konservatif:
- Memperbaiki faal hemostasis (bila ada gangguan faal hemostasis)
- Mencegah/mengatasi vasospasme otak akibat perdarahan : Nimodipine
- Neuroprotektan
Operatif: Dilakukan pada kasus yang indikatif/memungkinkan:
- Volume perdarahan lebih dari 30 cc atau diameter > 3 cm pada fossa
posterior.
- Letak lobar dan kortikal dengan tanda-tanda peninggian TIK akut dan
ancaman herniasi otak
- Perdarahan serebellum
- Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebellum
- GCS > 7
Terapi komplikasi :
- Antiedema : larutan Manitol 20%
- Antibiotika, Antidepresan, Antikonvulsan : atas indikasi
- Anti trombosis vena dalam dan emboli paru.
Penatalaksanaan faktor risiko :
- Antihipertensi : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu
(Guidelines stroke 2004)
- Antidiabetika : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu
(Guidelines stroke 2004)
- Antidislipidemia : atas indikasi
Terapi Nonfarmaka
- Operatif
- Phlebotomi
- Neurorestorasi (dalam fase akut) dan Rehabilitasi medik
- Edukasi
21
KOMPLIKASI / PENYULIT
Fase akut :
- Neurologis :
Stroke susulan
Edema otak
Infark berdarah
Hidrosefalus
- Non Neurologis :
Hipertensi / hiperglikemia reaktif
Edema paru
Gangguan jantung
Infeksi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Fase lanjut :
- Neurologis : gangguan fungsi luhur
- Non Neurologis :
Kontraktur
Dekubitus
Infeksi
Depresi
KONSULTASI
- Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Ginjal/Hipertensi, Endokrin), Kardiologi bila
ada kelainan organ terkait.
- Dokter Spesialis Bedah Saraf untuk kasus hemorhagis yang perlu dioperasi
(aneurisma, SVM, evakuasi hematom)
- Gizi
- Rehabilitasi medik (setelah dilakukan prosedur Neurorestorasi dalam 3 bulan
pertama pasca onset)
JENIS PELAYANAN
Rawat inap : Stroke Corner, Stroke Unit atau Neurologic High Care Unit pada
fase akut
Rawat jalan pasca fase akut
TENAGA STANDAR
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Umum, Perawat, Terapis
LAMA PERAWATAN
Stroke perdarahan: rata-rata 34 minggu (tergantung keadaan umum
penderita)
Stroke iskemik : 2 minggu bila tidak ada penyulit / penyakit lain.
22
PROGNOSIS
Ad vitam
Tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul.
Ad Functionam
Penilaian dengan parameter :
- Activity Daily Living ( Barthel Index )
- NIH Stroke Scale ( NIHSS )
Risiko kecacatan dan ketergantungan fisik / kognitif setelah 1 tahun : 20 30 %
23
24
DEFINISI/ETIOLOGI
Etiologi:
25
70 95 % LED meningkat.
LP : bila tak ada kontraindikasi untuk kultur
dan tes sensifitas.
26
Radiologi :
Foto polos kepala biasanya normal.
CT-Scan kepala tanpa kontras dan pakai kontras bila abses
berdiameter > 10 mm.
Angiografi
Pemeriksaan Penunjang
Meningitis
TATALAKSANA
Prinsipnya menghilangkan fokus infeksi dan efek massa.
Kausal :
Ampisillin 2 gr/6 jam iv (200-400 mg/kgBB/hari selama 2 minggu).
Kloramfenikol 1 gr/6jam iv selama 2 minggu.
Metronidazole 500 mg/8 jam iv selama 2 minggu.
Antiedema : dexamethason/manitol.
Operasi bila tindakan konservatif gagal atau abses berdiameter 2 cm.
PENYULIT
Herniasi
Hidrosefalus obstruktif
Koma
KONSULTASI
Bedah Saraf
TEMPAT PELAYANAN
Perawatan di RS A atau B
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 6 minggu
PROGNOSIS
Sembuh, sembuh + cacat, atau meninggal
Prognosis: tergantung dari : umur penderita, lokasi abses, dan sifat absesnya.
27
MENINGITIS TUBERKULOSA
ICD A 17.0
DEFINISI ETIOLOGI
Meningitis tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai selaput otak
yang disebabkan oleh kuman tuberkulosa.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Didahului oleh gejala prodromal berupa nyeri kepala, anoreksia, mual/muntah,
demam subfebris, disertai dengan perubahan tingkah laku dan penurunan
kesadaran, onset subakut, riwayat penderita TB atau adanya fokus infeksi
sangat mendukung.
Pemeriksaan fisik
tanda lasegue
dan kernig.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan Radiologik
PCR
Pada Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan LCS (bila tidak ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial)
28
29
TATALAKSANA
Umum
Terapi kausal: Kombinasi Obat Anti Tuberkulosa (OAT).
INH
Pyrazinamida
Rifampisin
Etambutol
Kortikosteroid
PENYULIT/KOMPLIKASI
Hidrosefalus
Kelumpuhan saraf kranial
Iskemi dan infark pada otak dan mielum
Epilepsi
SIADH
Retardasi mental
Atrofi nervus optikus
KONSULTASI
Bedah Saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap
TENAGA STANDAR
Dokter spesialis saraf, dokter umum, perawat
LAMA PERAWATAN
Minimal 3 minggu, tergantung respon pengobatan.
PROGNOSIS
Meningitis tuberkulosis sembuh lambat dan
umumnya meninggalkan sekuele neurologis.
30
RABIES
ICD A 82
DEFINISI/ETIOLOGI:
Rabies adalah penyakit peradangan akut SSP oleh virus rabies,
bermanifestasi sebagai kelainan neurologi yang umumnya berakhir dengan
kematian.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Penderita mempunyai riwayat tergigit, tercakar atau kontak dengan
anjing, kucing atau binatang lainnya yang :
Positif rabies (hasil pemeriksaan otak hewan tersangka)
Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit (bukan dibunuh)
Tak dapat diobservasi setelah menggigit (dibunuh, lari, dan
sebagainya)
Tersangka rabies (hewan berubah sifat, malas makan dll).
Gambaran Klinik
Darah:
Lekosit
: 8.000--13.000/mm3
Hematokrit
: berkurang
Hb
: berkurang
31
Urine:
Albuminuria
Sedikit lekosit
CSF: Protein dan sel normal atau sedikit meninggi.
DIAGNOSIS BANDING
Intoksikasi obat-obatan
Ensefalitis
Tetanus
Histerikal pseudorabies
Poliomielitis
TERAPI
32
Lampiran 1.
PENATALAKSANAAN PENDERITA TERGIGIT ANJING ATAU HEWAN TERSANGKA
DAN POSITIF RABIES:
KRITERIA TERSANGKA RABIES SEBAGAI BERIKUT :
1. Anjing/hewan yang menggigit terbukti secara laboratorium adalah positif
rabies.
2. Anjing atau hewan yang menggigit mati dalam waktu 5 - 10 hari
3. Anjing atau hewan yang menggigit menghilang atau terbunuh
4. Anjing atau hewan yang menggigit dengan gejala rabies.
Catatan :
1. Penyuntikan dilakukan secara lengkap bila :
a. hewan atau anjing yang menggigit positif rabies.
b. hewan atau anjing liar atau gila yang tidak dapat diobservasi atau hewan
tersebut dibunuh.
2. Penyuntikan VAR tidak dilanjutkan apabila hewan atau anjing yang
menggigit penderita tetap sehat selama observasi sampai dengan 10 hari.
3. Petugas (tenaga medis atau Perawat) harus memakai sarung tangan, pakaian
dan masker.
4. Dokter/Perawat harus terlebih dahulu memberikan penjelasan secukupnya
tentang jumlah kali pemberian vaksin anti rabies (VAR)/serum anti rabies
(SAR), termasuk manfaat maupun efek samping yang mungkin timbul.
5. Sebelum dilakukan vaksinasi dengan VAR/pemberian serum anti rabies
(SAR) terhadap penderita terlebih dahulu dimintai persetujuan dari
penderita ataupun keluarga terdekat penderita atas pemberian
vaksinasi/serum tersebut. Dalam hal ini penderita atau keluarga terdekat
penderita harus menandatangani surat persetujuan (informed consent)
disaksikan oleh dua orang saksi termasuk dokter/Perawat.
PENATALAKSANAAN PENDERITA TERGIGIT ANJING ATAU HEWAN TERSANGKA
DAN POSITIF RABIES
No
1.
I N D I K AS I
Luka Gigitan
2.
Kontak, tetapi
tanpa lesi,
kontak tak
langsung, tak
ada kontak.
TI N DAKAN
1.
Dicuci dengan
air sabun (detergen)
5-10 menit kemudian
dibilas dengan air
bersih.
2.
Alkohol 40-70%
3.
Berikan yodium,
betadin solusio atau
senyawa amonium
kuartener 0.1%
4.
Penyuntikan SAR
secara infiltrasi
sekeliling luka
---
Jenis VAR+Dosis
----
Boster
---
Keterangan
menunda
penjahitan luka,
jika penjahitan
diperlukan
gunakan anti
serum lokal.
bila diindikasikan
dapat diberikan
Toxoid Tetanus,
antibiotik, anti
inflamasi dan
analgetik
----
----
---
33
3.
Menjilat kulit,
garukan atau
abrasi kulit,
gigitan kecil
(daerah
tertutup),
lengan, badan
dan tungkai.
Berikan VAR
hari 0: 2 x suntikan
intramuskuler
Imovax atau
verorab
0,5 ml
deltoideus kiri
dan 0.5 ml
deltoideus
kanan
hari 7: 1 x suntikan
intra muskuler
0.5 ml
deltoideus kiri
atau kanan
0.5 ml
deltoideus kiri
atau kanan
Imovag rabies
intra muskuler
4.
5.
6.
7.
Menjilat
mukosa, luka
gigitan besar
atau dalam,
multipel, luka
pada muka,
kepala, leher,
jari tangan dan
jari kaki.
(SAR)
dosis disuntikkan
secara infiltrasi
disekitar luka
dosis yang sisa
disuntikkan
intramuskuler
diregio glutea.
B. Vaksin anti rabies
(VAR)
Sesuai poin 3A &B
Kasus gigitan
ulang
A. kurang dari 1
tahun
B. lebih dari 1
tahun
---
20 IU/kg BB
Imovag, verorab
Imovag, verorab
SMBV
hari 90:
0.5ml
im
pada
deltoid
kiri
atau
kanan
----
Imovax,
verorab, SMBV,
Imogan rabies
0.5 ml IM
deltoideus
umur < 3th 0.1 ml
IC flexor lengan
bawah
umur > 3 th 0,25
ml IC flexor lengan
bawah.
Sesuai poin 1,3,4,5
34
ENSEFALITIS VIRAL
ICD G 05
DEFINISI/ETIOLOGI
Suatu penyakit demam akut dengan kerusakan jaringan parenkim sistem
saraf pusat yang menimbulkan kejang, kesadaran menurun, atau tandatanda neurologis fokal.
Etiologi:
Virus DNA
- Poxviridae
: Poxvirus
- Herpetoviridae : Virus Herpes simpleks, Varicella Zoster, virus
sitomegalik
Virus RNA
- Paramiksoviridae : Virus Parotitis, Virus morbili (Rubeola)
- Picornaviridae : Enterovirus, Virus Poliomielitis, Echovirus
- Rhabdoviridae : Virus Rabies
- Togaviridae
: Virus ensefalitis alpha, Flavivirus ensefalitis
jepang B, Virus demam kuning, Virus Rubi
- Bunyaviridae
: Virus ensefalitis California
- Arenaviridae
: Khoriomeningitis Limfositaria
- Retroviridae
: Virus HIV
KRITERIA DIAGNOSIS
Bentuk asimtomatik :
Gejala ringan, kadang ada nyeri kepala ringan atau demam tanpa
diketahui penyebabnya. Diplopia, vertigo, parestesi berlangsung sepintas.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal
Bentuk abortif :
Nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, kaku kuduk ringan. Umumnya
terdapat infeksi saluran napas bagian atas atau gastrointestinal.
Bentuk fulminan :
Berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari yang berakhir dengan
kematian. Pada stadium akut demam tinggi, nyeri kepala difus yang hebat,
apatis, kaku kuduk, disorientasi, sangat gelisah dan dalam waktu singkat
masuk ke dalam koma dalam. Kematian biasanya terjadi dalam 2-4 hari
akibat kelainan bulbar atau jantung.
35
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah
- Lekosit : Normal atau lekopeni atau lekositosis ringan
- Amilase serum sering meningkat pada parotitis
- Fungsi hati abnormal dijumpai pada hepatitis virus dan mononukleosis
infeksiosa
- Pemeriksaan antibodi-antigen spesifik untuk HSV, cytomegalovirus, dan
HIV
Pemeriksaan Radiologik
- Foto Thoraks
- CT scan
- MRI
Pemeriksaan penunjang lain
Bila tersedia fasilitas virus dapat dibiakkan dari cairan serebrospinal, tinja,
urin, apusan nasofaring, atau darah.
DIAGNOSIS BANDING
Infeksi bakteri, mikobakteri, jamur, protozoa
Meningitis tuberkulosa, meningitis karena jamur
Abses otak
Lues serebral
Intoksikasi timah hitam
Infiltrasi neoplasma (Lekemia, Limfoma, Karsinoma)
TERAPI
Perawatan Umum
36
37
38
MENINGITIS BAKTERIAL
ICD G 00
DEFINISI/ETIOLOGI
Meningitis bakterial (disebut juga meningitis piogenik akut atau meningitis
purulenta) adalah suatu infeksi cairan likuor serebrospinalis dengan proses
peradangan yang melibatkan piamater, arakhnoid, ruangan subarakhnoid dan
dapat meluas ke permukaan otak dan medula spinalis.
Etiologi: Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, H. Influenzae,
Staphylococci, Listeria monocytogenes, basil gram negatif.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga subakut antara 1-7 hari.
Gejala berupa demam tinggi, menggigil, sakit kepala, fotofobia, mialgia, mual,
muntah, kejang, perubahan status mental sampai penurunan kesadaran.
Pemeriksaan fisik
Lumbal pungsi
Pemeriksaan Likuor
CT-Scan kepala
Pemeriksaan penunjang lain: Pemeriksaan antigen bakteri spesifik
seperti C Reactive Protein atau PCR (Polymerase Chain Reaction).
Pemeriksaan Laboratorium diperoleh :
39
Bakteri Penyebab
S. Pneumoniae
N. Meningitidis
L. Monocytogenes
> 50 tahun
S. Pneumoniae
H. Influenzae
Species Listeria
Pseudomonas aeroginosa
N. Meningitidis
Antibiotika
Cefotaxime 2 g/6 jam max. 12 g/hari
atau Ceftriaxone 2 g/12 jam +
Ampicillin 2 g/4 jam/IV (200 mg/kg
BB/IV/hari)
Chloramphenicol 1 g/6 jam +
Trimetoprim/sulfametoxazole 20
mg/kg BB/hari.
Bila prevalensi S. Pneumoniae Resisten
Cephalosporin > 2% diberikan :
Cefotaxime / Ceftriaxone+Vancomycin
1 g / 12 jam / IV (max. 3 g/hari)
Cefotaxime 2 g/6 jam max. 12 g/hari
atau ceftriaxone 2 g/12 jam +
ampicillin 2 g/4 jam/IV (200 mg/kg
BB/IV/hari)
Bila prevalensi S. Pneumoniae Resisten
Cephalosporin > 2% diberikan :
Cefotaxime / Ceftriaxone+Vancomycin
1 g/12 jam/IV (max. 3 g/hari)
Ceftadizime 2 g/8 jam/IV
Bila bakteri penyebab tidak dapat diketahui, maka terapi antibiotik empiris
sesuai dengan kelompok umur, harus segera dimulai
40
PENYULIT
Gangguan serebrovaskuler
Edema otak
Hidrosefalus
Perdarahan otak
Shock sepsis
ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)
Disseminated Intravascular Coagulation
Efusi subdural
SIADH
KONSULTASI
Konsultasi dengan bagian lain sesuai sumber infeksi.
JENIS PELAYANAN
Perawatan RS diperlukan segera
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
12 bulan di ruang perawatan intermediet
PROGNOSIS
Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, meninggal.
41
TETANUS
ICD X : A 35
DEFINISI
Penyakit sistem saraf yang perlangsungannya akut dengan karakteristik spasme
tonik persisten dan eksaserbasi singkat.
KRITERIA DIAGNOSIS
Hipertoni dan spasme otot
Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, opistotonus, dinding
perut tegang, anggota gerak spastik.
Lain-lain: Kesukaran menelan, asfiksia dan sianosis, nyeri pada otot-otot di
sekitar luka
Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu
Umumnya ada luka/riwayat luka
Retensi urine dan hiperpireksia
Tetanus lokal
Pemeriksaan Penunjang
Bila memungkinkan, periksa bakteriologik untuk menemukan C. tetani.
EKG bila ada tanda-tanda gangguan jantung.
Foto toraks bila ada tanda-tanda komplikasi paru-paru.
DIAGNOSIS BANDING
Reaksi distonia
Rabies
Meningitis
42
Penanganan luka :
Dilakukan cross incision dan irigasi menggunakan H2O2.
Simtomatis dan supportif
Diazepam
- Setelah masuk rumah sakit, segera diberikan diazepam dengan dosis 10
mg i.v. perlahan 23 menit. Dapat diulangi bila diperlukan.
Dosis maintenance : 10 ampul = 100 mg/500 ml cairan infus (1012
mg/KgBB/hari) diberikan secara drips (syringe pump).
Untuk mencegah terbentuknya kristalisasi, cairan dikocok setiap 30
menit.
- Setiap kejang diberikan bolus diazepam 1 ampul / IV perlahan selama 3
5 menit, dapat diulangi setiap 15 menit sampai maksimal 3 kali. Bila tak
teratasi segera rawat di ICU.
- Bila penderita telah bebas kejang selama + 48 jam maka dosis diazepam
diturunkan secara bertahap + 10% setiap 1 3 hari (tergantung keadaan).
Segera setelah intake peroral memungkinkan maka diazepam diberikan
peroral dengan frekuensi pemberian setiap 3 jam.
Nutrisi
Diberikan TKTP dalam bentuk lunak, saring, atau cair. Bila perlu, diberikan
melalui pipa nasogastrik.
Dokter Gigi
Dokter Ahli Bedah
Dokter Ahli Kebidanan dan Kandungan
Dokter Ahli THT
Dokter Ahli Anestesi
JENIS PELAYANAN
Rawat segera, bila diperlukan, rawat di ICU
TENAGA STANDAR
43
44
LAMA PERAWATAN
2 minggu 1 bulan.
PROGNOSIS / LUARAN
Angka kematian tinggi bila :
Usia tua
Demam tinggi
45
MALARIA SEREBRAL
KRITERIA DIAGNOSIS
Merupakan komplikasi dari malaria. Paling sering disebabkan oleh P.
falciparum. Diagnosis ditegakkan pada penderita malaria (terbukti dari
pemeriksaan apus darah) yang mengalami penurunan kesadaran (GCS <7)
disertai gejala lain gangguan serebral (ensefalopati)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan apus darah tebal : ditemukan parasit malaria
DIAGNOSIS BANDING
Penurunan kesadaran sebab lain :
Hipoglikemi, asidosis berat, syok karena hipotensi.
TERAPI
Antimalaria
Terapi suportif
Pencegahan
: Kinin dihidroklorida IV
: antikonvulsan
antipirektika
penanganan hipoglikemia
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
: Anti malaria oral sejak dua minggu sebelum perjalanan ke
daerah endemis
PENYULIT
Hipoglikemia, Asidosis, Edema paru, Syok hemodinamik, Gagal ginjal
KONSULTASI
Bag. Ilmu Penyakit Dalam
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA RAWAT
Tergantung klinis
PROGNOSIS
Sequele jangka panjang : Ataksia, buta kortikal, kejang, hemiparesis
46
SINUS TROMBOFLEBITIS
KRITERIA DIAGNOSIS.
Definisi : adalah infeksi sinus venosus intrakranial yang disebabkan berbagai
bakteria. Biasanya berasal dari penjalaran infeksi sekitar wajah atas (furunkel)
dan kepala ( luka, mastoiditis dll). Gejala tergantung sinus venosus mana yang
terkena. Pada trombosis sinus cavernosus, bisa didapat oftalmoplegi dan
khemosis. Pada sinus sagitalis trombosis bisa didapat paraplegi.
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin : gambaran infeksi umum dan leukositosis.
Pemeriksaan penunjang lain : cari sumber infeksi wajah atau kepala
DIAGNOSIS BANDING
Pseudotumor serebri
TATALAKSANA
Terapi farmaka : Antibiotika seperti meningitis purulenta
KOMPLIKASI / PENYULIT
Meningitis purulenta
Abses otak
KONSULTASI : JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
PROGNOSIS
Tergantung stadium pengobatan
47
48
49
KRITERIA DIAGNOSIS
Fase I
- Infeksi HIV primer (infeksi HIV akut)
Fase II
- Penurunan imunitas dini (sel CD4 > 500 / l)
Fase III Penurunan imunitas sedang (sel CD4 500 200 / l)
Fase IV Penurunan imunitas berat (sel CD4 < 200 / l)
Kriteria diagnosis presumtif untuk indikator AIDS :
a. Kandidiiasis Esofagus: nyeri retrosternal saat menelan dan bercak putih
diatas dasar kemerahan.
b. Retinitis virus sitomegalo
c. Mikobakteriosis
d. Sarkoma kaposi: bercak merah atau ungu pada kulit atau selaput mukosa.
e. Pnemonia Pnemosistis karini: Riwayat sesak nafas/batuk nonproduktif dalam
3 bulan terakhir.
f. Toksoplasmosis otak
Pemeriksaan Penunjang:
Enzym-linked immunosorbent assay (Eliza) dan aglutinasi partikel.
Western Blot Analysis, indirect immunofluorescence assays (IFA)
dan radioimmunoprecipitation assays (RIPA)
Biakan darah, urin dan sifilis
Antigen/ antibody HIV
Lymphosit cell CD 4 dan CD 8
Viral load
Serologi sifilis, antigen kriptokokus
Lumbal Pungsi
Pemeriksaan tinta India cairan serebrospinal.
Brain CT scan , MRI
Electromyography (EMG)
Memory test
Roentgen thorax
Mikroskopis dan biakan dahak.
DIAGNOSIS BANDING
Massa intrakranial
TBC
Polineuropathy kerena penyebab lain
Demensia karena penyebab lain
50
TATALAKSANA
Dosis Anti retroviral untuk ODHA dewasa (Pedoman Nasional 2004)
Gol / Nama obat
Dosis
Nucleoside RTI
Abacavir (ABC)
300 mg setiap 12 jam
Didanoside (ddI)
400 mg sekali sehari
250mg@12jam (BB < 60kg)
Atau 250 mg sekali sehari bila
diberi bersama TDF
Lamivudine (3TC)
150 mg setiap 12 jam atau
300 mg sekali sehari
Stavudine (d4T)
30mg@12jam (BB < 60 kg)
Zidovudine (ZDV atau AZT)
300 mg@ 12jam
Nucleotide RTI
Tenofovir (TDF)
300mg sekali sehari
Non-nucleoside RTIs
Efavirenz (EFV)
600mg sekali sehari
Nevirapine (NVP)
200mg sekali sehari (14 hari)
kemudian 200 mg @12jam
Protease Inhibitors
Indinavir/Ritonavir (IDV/r)
800mg/100mg @ 12jam
Lopinavir/Ritonavir (LPV/r)
400mg/100mg @ 12jam
Nelfinavir (NFV)
1250mg @12 jam
Squinavir/Ritonavir (SQV/r)
1000mg/100mg@12jam atau
1600mg/200mg sekali sehari
Ritonavir (RTV/r)
capsule 100mg,
larutan oral 400mg/5ml
Infeksi Opportunistik
1. Sitomegalovirus pada HIV : Pada funduskopi = Retinitis sitomegalovirus
Gansiklovir 5 mg/KgBB dua kali sehari parenteral selama 14-21 hari.
Selanjutnya 5 mg/KgBB sekali sehari dianjurkan sampai CD4 lebih dari 100
sel/ml.
2. Ensefalitis Toksoplasma
Pirimetamin 50-75 mg perhari dengan Sulfadiazin 100 mg/KgBB/hari
Asam Folat 10-20 mg perhari
Atau :
Fansidar 2-3 tablet per hari dan Klindamisin 4 x 600 mg perhari
Disertai leukovorin 10 mg perhari.
(Fansidar mengandung: Pirimetamine 25mg +Sulfadoksin 500mg)
Untuk mencegah kekambuhan : Kotrimoksazol 2 tab perhari
3. Meningitis Cryptoccocus
Terapi primer fase akut : Amfoterisin B 0,7 mg/kgBB/hari iv 2 minggu.
Selanjutnya Fluconazole 400 mg per hari peroral selama 8-10 minggu
Terapi pencegahan kekambuhan :
Fluconazole 100 mg perhari seterusnya selama jumlah sel CD 4 masih
dibawah 300 sel/mL
(Flow chart sesuai grafik gambar dibelakang)
Standar Pelayanan Medis Neurologi
51
52
Keluhan Intraserebral
MRI
CT Scan
Normal
Atrofi
Meningeal
enhanceme
nt
Evaluasi CSF
Positif
Negatif
Terapi
sesuai
etiologi
Observasi
Hidrosefalus
Lesi desak
ruang
Shunt
(kalau perlu)
Lesi massa
Gambar 2*
53
Gambar 2 :
Algoritme penatalaksanaan lesi massa intrakranial pada penderita HIV/AIDS
Steroid ?
Alert-lethargic
Stabil
Lesi multipel
Stupor-coma
Perburukan cepat
Massa besar
dengan resiko
herniasi
Lesi tunggal
Serologi
Toksoplasma
Ancaman
Herniasi
Obat antitoksoplasma
Perbaikan
ya
Obat
Antitoksoplasma
seumur hidup
tidak
Biopsi
stereotaktik
Terapi sesuai
etiologi
Dekompresi
biopsi terbuka
54
55
DEMENSIA ALZHEIMER
ICD F.00
DEFINISI DEMENSIA:
Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif
yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan
gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
KRITERIA DIAGNOSIS
Probable Demensia Alzheimer
Demensia ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinik dan tes
neuropsikologi (algoritma penanganan demensia, MMSE, CDT, ADL, IADL,
FAQ, CDR, NPI, Skala Depresi Geriatrik, Trial Making test A dan B
terlampir)
Defisit meliputi dua atau lebih area kognisi terutama perburukan memori
yang disertai gangguan kognisi lain yang progresif
Tidak terdapat gangguan kesadaran
Awitan (onset) antara usia 40-90 tahun, sering setelah usia 65 tahun
Tidak ditemukan gangguan sistemik atau penyakit otak sebagai penyebab
gangguan memori dan fungsi kognisi yang progresif tersebut
Possible Demensia Alzheimer
Penyandang sindroma demensia tanpa gangguan neurologis, psikiatris
dan gangguan sistemik lain yang dapat menyebabkan demensia
Awitan, presentasi atau perjalanan penyakit yang bervariasi dibanding
demensia Alzheimer klasik
Pasien demensia dengan komorbiditas (gangguan sistemik/gangguan
otak sekunder) tetapi bukan sebagai penyebab demensia
Dapat dipergunakan untuk keperluan penelitian bila terdapat suatu
defisit kognisi berat, progresif bertahap tanpa penyebab lain yang
teridentifikasi.
KLINIS
Awitan penyakit perlahan-lahan
Perburukan progresif memori (jangka pendek) disertai gangguan fungsi
berbahasa (afasia), ketrampilan motorik (apraksia), dan persepsi
(agnosia) dan perubahan perilaku penderita yang mengakibatkan
gangguan aktivitas hidup sehari-hari (ADL)
Bisa didapatkan riwayat keluarga dengan penyakit yang serupa
Kelainan neurologis lain pada tahap lanjut berupa gangguan motorik
seperti hipertonus, mioklonus, gangguan lenggang jalan (gait), atau
bangkitan (seizure)
Gejala penyerta lain berupa depresi, insomnia, inkontinensia, delusi,
ilusi, halusinasi, pembicaraan katastrofik, gejolak emosional atau fisikal,
gangguan seksual, dan penurunan berat badan.
56
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radioimaging:
CT sken: atrofi serebri terutama daerah temporal dan parietal
MRI : Atrofi serebri dan atrofi hipokampus
SPECT: penurunan serebral blood flow terutama di kedua kortek
temporoparietal
PET: penurunan tingkat metabolisme kedua kortek temporoparietal
Laboratorium:
Urinalisis
Elektrolit serum
Kalsium
BUN
Fungsi hati
Hormon tiroid
Kadar asam Folat dan Vitamin B 12
Absorpsi antibodi treponemal flouresen neurosifilis dan pemeriksaan HIV
pada pasien resiko tinggi
Pemeriksaan cairan otak untuk biomarker
EEG
Stadium awal: gambaran EEG normal atau aspesifik
Stadium lanjut: dapat ditemukan perlambatan difus dan kompleks
periodik
BAKU EMAS (PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI):
Ditemukan neurofibrillary tangles dan senile plaque
DIAGNOSA BANDING
Demensia Vaskuler
Demensia Lewi body
Demensia lobus frontal
Pseudodemensia (depresi)
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
Simptomatik :
o Penyekat Asetilkolinesterasa:
Donepezil HCl tablet 5mg, 1x1 tablet/hari
Rivastigmin tablet, interval titrasi 1 bulan, mulai dari 2x1,5 mg
sampai maksimal 2x 6 mg
Galantamin tablet, interval titrasi 1 bulan mulai dari 2x 4mg
sampai maksimal 2x16 mg
57
Gangguan perilaku:
Depresi:
Antidepresan golongan SSRI (pilihan utama): Sertraline tablet 1x
50mg , Flouxetine tablet 1x 20mg
Golongan Monoamine Oxidase (MAO) Inhibitors: Reversible MAO-A
inhibitor (RIMA): Moclobemide
Delusi/halusinasi/agitasi
Neuroleptik atipikal
Risperidon tablet 1x 0,5 mg 2 mg / hari
Olanzapin
Quetiapin tablet: 2x25mg-100mg
Neuroleptik tipikal
Haloperidol tablet: 1x 0,5mg -2mg/hari
Non farmakologis
Untuk mempertahankan fungsi kognisi
Program adaptif dan restoratif yang dirancang individual :
Orientasi realitas
Stimulasi kognisi : memory enhancement program
Reminiscence
Olah raga Gerak Latih Otak
Edukasi pengasuh
Training dan konseling
Intervensi lingkungan
Keamanan dan keselamatan lingkungan rumah
Fasilitasi aktivitas
Terapi cahaya
Terapi musik
Pet therapy
Penanganan gangguan perilaku
Mendorong untuk melakukan aktivitas keluarga (menyanyi, ibadah,
rekreasi dll)
Menghindari tugas yang kompleks.
Bersosialisasi
TINDAKAN
Tidak ada tindakan spesifik
PENYULIT
Infeksi saluran kemih dan pernafasan
Gangguan gerak dan jatuh pada tahap lanjut
KONSULTASI
Bila diagnosa demensia belum tegak/ragu-ragu seperti presentasi klinik
spesifik atau terdapat progresitas yang tidak khas.
Bila keluarga membutuhkan pendapat kedua
58
JENIS PELAYANAN
Poliklinik konsultatif
TENAGA
Dokter spesialis Ilmu Penyakit Saraf
LAMA PERAWATAN
Perawatan hanya dibutuhkan bila terdapat penyulit
59
DEMENSIA VASKULER
ICD F.01
DEFINISI:
Demensia Vaskuler (VaD) meliputi semua kasus demensia yang disebabkan oleh
gangguan serebrovaskuler dengan penurunan kognisi mulai dari yang ringan
sampai paling berat dan meliputi semua domain, tidak harus prominen
gangguan memori.
Dalam pembagian klinis dibedakan atas:
I. VaD pasca stroke / Post stroke demensia
Demensia infark strategi
k
MID (Multiple infark dementia)
Perdarahan intraserebral
60
KLINIS:
a.
Episode gangguan lesi UMN ringan seperti drifting, refleks asimetri, dan
inkoordinasi
b. Gangguan berjalan pada tahap dini demensia
c. Riwayat gangguan keseimbangan, sering jatuh tanpa sebab
d. Urgensi miksi yang dini yang tidak berhubungan dengan kelainan urologi
e. Disartri, disfagi dan gejala ekstrapiramidal
f. Gangguan perilaku dan psikis seperti depresi, perubahan kepribadian, emosi
labil, dan retardasi psikomotor
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah: hematologi faktor resiko stroke
Radiologis:
Foto thorak
Radioimaging
Computed Tomography
VaD pasca stroke
o Infark (kortikal dan/atau subkortikal)
o Perdarahan Intraserebral
o Perdarahan subarachnoid
VaD subkortikal
o Lesi periventrikuler dan substansia alba luas
o Tidak ditemukan adanya: infark di kortikal dan kortikosubkortikal dan infark watershed; perdarahan pembuluh darah
besar; hidrosefalus tekanan normal (NPH) dan penyebab
spesifik substansia alba (multiple sklerosis, sarkoidosis, radiasi
otak).
Magnetic Resonance Imaging VaD subkortikal
a. Lesi luas periventrikuler dan substansia alba atau multipel lakuner (>5)
di substansia gresia dalam dan paling sedikit ditemukan lesi substansia
alba moderat
b. Tidak ditemukan infark di teritori non lakuner, kortiko-subkortikal dan
infark watershed, perdarahan, tanda-tanda hidrosefalus tekanan normal
dan penyebab spesifik lesi substansia alba (mis. multiple sklerosis,
sarkoidosis, radiasi otak).
DIAGNOSA BANDING
Demensia Alzheimer (dengan menggunakan Hachinski score/ terlampir)
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
Terapi medikamentosa terhadap faktor resiko vaskuler
61
62
RUJUKAN
Dokter spesialis Ilmu Penyakit Saraf
63
JENIS PELAYANAN :
Poliklinik konsultatif
TENAGA :
Dokter spesialis Ilmu Penyakit Saraf
LAMA PERAWATAN :
Perawatan hanya dibutuhkan bila terdapat penyulit
64
65
TUMOR INTRAKRANIAL
ICD C 71
DEFINISI
Massa intrakranial--baik primer maupun sekunder--yang memberikan
gambaran klinis proses desak ruang dan atau gejala fokal neurologis.
KRITERIA DIAGNOSIS
Gejala tekanan intrakranial yang meningkat:
Kesadaran menurun/berubah
Gejala fokal:
true location sign
false location sign
Neighbouring sign
Tidak ada tanda-tanda radang sebelumnya.
Pemeriksaan neuroimaging terdapat kelainan yang menunjukkan adanya
massa (SOL)
Pemeriksaan Penunjang
Abses serebri
Subdural hematom
Tuberkuloma
Pseudotumor serebri.
TATALAKSANA
Kausal
Operatif
Radioterapi
Kemoterapi
Obat-obat dan tindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial
Deksamethason
Manitol
Antikonvulsan
Analgetik/antiperetik
Sedativa
Rehabilitasi medik
66
PENYULIT/KOMPLIKASI
KONSULTASI
Herniasi Otak
Perdarahan pada Tumor
Hidrosefalus
Bedah Saraf
Radiologi
JENIS PELAYANAN
Perawatan RS bila :
Telah terdapat keluhan dan kelainan saraf yang berat
67
68
KRITERIA DIAGNOSIS
Serangan nyeri paroksismal,spontan, tiba2, nyeri tajam, superfisial, seperti
ditusuk, tersetrum, terbakar pada wajah atau frontal ( umumnya unilateral)
beberapa detik sampai < 2 menit, berulang, terbatas pada 1 cabang
N.trigeminus (N.V).
Nyeri umumnya remisi dalam jangka waktu bervariasi. Intensitas nyeri berat.
Presipitasi dapat dari trigger area (plika nasolabialis dan/ pipi) atau pada
aktivitas harian seperti bicara, membasuh muka, cukur jenggot, gosok gigi
(triggerd factors). Bentuk serangan masing2 pasien sama. Diantara serangan
umumnya asimtomatis. Umumnya tidak ada defisit neurologik
Klasifikasi TN :
1. TN idiopatik
2. TN simtomatik ( lesi primer menekan N.V : tumor, sklerosis multipel)
Pemeriksaan penunjang
MRI pada TN simtomatik, MRA
DIAGNOSIS BANDING
Nyeri wajah atipikal.
TERAPI
Terapi Farmakologik :
Antikonvulsan : karbamasepin, okskarbamasepin, fenitoin, gabapentin, asam
valproat, baklofen.
Terapi Non-farmakologik : TENS
Bedah : bila terapi farmaka adekwat gagal
Terapi Kausal : pada TN simtomatik
Catatan : terapi simtomatik sama pada neuralgia yang lain
PENYULIT KONSULTASI
Bag. Bedah saraf (atas indikasi pada TN simtomatik)
JENIS PELAYANAN
Poliklinik rawat jalan
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf
PROGNOSIS
TN idiopatik
: baik
TN simtomatik : tergantung kausal
69
70
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri Punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan daerah pungung
bawah , dapat nerupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu
didaerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri
kearah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat
dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain
dirasakan di daerah punggung bawah ( referred pain ).
KLINIS
Pembagian klinis NPB untuk triage :
- NPB dengan tanda bahaya ( red flags) : neoplasma/karsinoma
infeksi
fraktur vertebra,
sindrom kauda ekwina
NPB dengan kelainan neurologik berat
- NPB dengan sindroma radikuler
- NPB nonspesifik
Sekitar 90% NPB akut atau kronik ( > 3bulan) merupakan NPB nonspesifik
LABORATORIUM
Atas indikasi :
- laju endap darah
- darah perifer lengkap
- C- reaktif protein (CRP)
- faktor rematoid
- fosfatase alkali/ asam
- kalsium, fosfor serum.
- urinanalisa
- likwor serebrospinal
NEUROFISIOLOGI
Atas indikasi, terutama pada kasus NPB dengan sindroma radikuler dan mungkin
NPB dengan tanda bahaya :
- Kecepatan hantar saraf (NCV) : MNCV dan SNCV
- Elektromiografi (EMG)
- Respon lambat : gelombang F dan reflek H
- Cetusan potensial somato-sensorik (SEP)
- Cetusan potensial motorik (MEP)
NEURORADIOLOGI
- Foto polos : tidak rutin, terutama untuk menyingkirkan kelainan tulang
- Mielografi.
- Computer Tomography scan. (CT-scan)
- Mielogram CTscan.
- Magnetic Resonance Imaging.(MRI)
71
72
SINDROMA TOLOSA-HUNT
ICD: G.52.8
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri sedang sampai berat di daerah orbita yang episodik disertai dengan
paralisis salah satu atau lebih dari N. III, N.IV, dan N.VI serta nyeri di daerah
N.V1 dan 2. Dapat sembuh spontan tetapi dapat relaps kembali. Dihubungkan
dengan kelainan inflamasi idiopatik.
Serangan dapat berlangsung beberapa minggu atau bulan, kontinyu atau
intermiten tanpa faktor pemicu.
KLINIS
- Nyeri unilateral episodik di daerah orbita dan area N.V1,2 8 minggu bila
tanpa pengobatan
- Penglihatan ganda, juling
- Parese N. III, N.IV, N.VI
LABORATORIUM : RADIOLOGI
MRI : terutama untuk eksklusi penyebab lain
GOLD STANDAR : PATOLOGI ANATOMI
Jaringan granuloma di sekeliling A.karotis interna bagian intrakavernosus
DIAGNOSIS BANDING :
- Lesi vaskuler: aneurisma
- Lesi desak ruang (SOL)/tumor di fissura orbitalis superior, area parasela, fossa
posterior
- Migren optalmoplegik
- Iskemik mononeuropati diabetika kranial
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Steroid : nyeri mereda setelah 72 jam
Nonmedikamentosa : PENYULIT : KONSULTASI
Bag. Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Instalasi rawat inap
TENAGA
Dokter spesialis saraf/konsultan
LAMA PERAWATAN
Sesuai lama pemberian steroid dan diagnostik
73
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri Neuropati Diabetika ditandai dengan rasa terbakar, ditusuk, ditikam,
kesetrum, disobek, diikat dan alodinia.
Bisa disertai gejala negatif berupa baal, kurang tangkas, sulit mengenal barang
dalam kantong, hilang keseimbangan, cedera tanpa nyeri, borok.
Diperkirakan >50% penderita diabetes lama menderita neuropati diabetika
KLINIS
- Ulserasi kaki
- Charcot joint
- Deformitas claw toe
- Tes Laseque, Reverse Laseque, tes Tinel, tes Phalen
- Tes saraf otonom
LABORATORIUM
Kadar gula darah :
Plasma vena sewaktu : > 200mg/dl. Puasa:>140mg/dl dl. 2jam PP: >200mg/dl
Darah kapiler
>200mg/dl
>120mg/dl
>200mg/dl
HbA1c
NEUROFISIOLOGI
Indikasi terutama adanya gejala dan tanda otonom murni atau hanya ada nyeri
RADIOLOGI : GOLD STANDARD : PATOLOGI ANATOMI : DIAGNOSA BANDING ;
Neuropati oleh sebab lain selain DM
PENATALAKSANAAN
Kausal
Pengendalian optimal kadar gula darah. Kadar Hb A1c dipertahankan 7%
Medikamentosa
- NSAID : nyeri muskuloskeletal, neuroartropati
- Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin
- Antikonvulsan
: karbamasepin, gabapentinoid
- Antiaritmik
: meksiletin
- Topikal
: krim kapsaisin
- Blok saraf lokal
Nonmedikamentosa :
Edukasi : perawatan kaki teliti
Splint
TENS
74
PENYULIT
- Ulserasi kaki
- Charcot joint
- Deformitas claw toe
KONSULTASI
Bag. penyakit dalam
PERAWATAN
Instalasi rawat inap
Instalasi rawat jalan
TENAGA
Dokter umum
Dokter spesialis saraf/konsultan
LAMA PERAWATAN
Tergantung kasus
75
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri pada sindroma terowongan karpal (STK, carpal tunnel syndrome/CTS )
berupa kesemutan, rasa terbakar dan baal di jari tangan I,II,III dan setengah
bagian lateral jari IV terutama malam atau dini hari akibat jebakan N.
Medianus di dalam terowongan karpal. Pada keadaan berat rasa nyeri dapat
menjalar kelengan atas dan atrofi otot tenar.
KLINIS
Tes Provokasi : tes Tinel, tes Phalen, tes Wormser ( Reverse Phalen ) positif
LABORATORIUM
Atas indikasi. Sesuai dengan penyakit medik yang mendasarinya :
Laju Endap darah, Gula darah, Rhematoid factor, Asam urat
NEUROFISIOLOGI
Studi Konduksi Saraf (NCV)
RADIOLOGI
Foto polos pergelangan tangan, MRI
GOLD STANDARD :
PATOLOGI ANATOMI : DIAGNOSIS BANDING : PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Suntikan lokal ( steroid dan anestesi )
Analgetik ajuvan
Nonmedikamentosa
Edukasi : Hindari trauma berupa gerakan berulang pergelangan tangan
Immobilsasi, splint
Bedah : Bila terapi konservatif gagal dalam 6 bulan atau nyeri membandel
STK akut dan berat
PENYULIT : KONSULTASI
Atas indikasi, Bag. Bedah
PERAWATAN
Instalasi rawat jalan
TENAGA
Dokter umum
Dokter spesialis saraf / konsultan
LAMA PERAWATAN : -
76
NYERI SENTRAL
ICD ; R52.1
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri spontan berupa rasa panas seperti terbakar, diiris, ngilu, tersobek,
ditusuk jarum, disestesi dan hiperestesi, bisa disertai baal di area persarafan
sensorik lesi susunan saraf pusat seperti pada sklerosis multipel, pasca stroke,
siringomieli, mielopati toksik, infeksi SSP, kelainan degenerasi. Nyeri sedang
sampai berat dan sering diperburuk bila melakukan aktivitas ringan, aktivitas
viseral seperti berkemih, perubahan cuaca dan stres emosional.
KLINIS
Riwayat/ditemukan lesi di otak atau medula spinalis
Biasanya ada defisit neurologik
Nyeri umumnya spontan, kontinyu dan meningkat bertahap
LABORATORIUM
Darah rutin
Cairan likuor serebrospinalis
NEUROFISIOLOGI
Evoked Potensial
Quantitative Sensory Testing
RADIOLOGI
Foto polos
Mielografi- CT scan, CT scan
MRI, MRA
DIAGNOSIS BANDING : Sesuai etiologi
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin, nortriptilin
Antikonvulsan
: karbamasepin, gabapentin, klonasepam
Nonmedikamentosa
Edukasi : hidup berdampingan dengan nyeri
Terapi behaviour
TENS, stimulasi elektrik lain
Bedah
PENYULIT : KONSULTASI : Bag. Bedah Saraf bila diputuskan tindakan bedah
JENIS PELAYANAN
Instalasi rawat jalan
Instalasi rawat inap
TENAGA : Dokter spesialis saraf/ konsultan
LAMA PERAWATAN : Tergantung etiologi
77
78
MIGREN
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Migren tanpa aura (G43.0) :
a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan nyeri kepala berulang dengan
manifestasi serangan berlangsung 4-72 jam, yang mempunyai sedikitnya 2
karakteristik berikut: unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat,
bertambah berat dengan aktivitas fisik.
b.Selama nyeri kepala disertai salah satu berikut : nausea dan atau muntah,
fotofobia dan fonofobia.
c. Serangan nyeri kepala tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
Migren dengan aura (G43.1) :
a. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan nyeri kepala berulang yang
didahului gejala neurologi fokal yang reversibel secara bertahap 5-20
menit dan berlangsung kurang dari 60 menit.
b. Terdapat sedikitnya satu aura berikut ini yang reversibel seperti:
gangguan visual, gangguan sensoris, gangguan bicara disfasia.
c. Paling sedikit dua dari karakteristik berikut:
1. gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral.
2. paling tidak timbul satu macam aura secara gradual 5 menit
dan/atau jenis aura yang lainnya 5 menit.
3. tiap gejala berlangsung 5 menit dan 60 menit
d. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
Status Migrenosus (G43.2):
a. Serangan migren dengan intensitas berat yang berlangsung 72 jam
(tidak hilang dalam 72 jam).
b.Tidak berkaitan dengan gangguan lain.
Laboratorium
DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi,
toksik, gangguan metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. SOL (space-occupying lesion) misal : subdural hematom, neoplasma, dll
3. Temporal arteritis
4. Medication-related headache
5. Trigeminal neuralgia
79
TATALAKSANA
1) Hindari faktor pencetus
2) Terapi abortif :
- Nonspesifik : analgetik / NSAIDs, Narkotik analgetik, adjunctive
therapy (mis : metoklopramide)
- Obat spesifik : Triptans, DHE, obat kombinasi (mis: aspirin dengan
asetaminophen dan kafein), obat gol.ergotamin.
- Bila tidak respon : Opiat dan analgetik yang mengandung
butalbital.
Algoritme Penanganan Status Migren
Status Migren
Jk obat bebas gagal/tdk terobati
Muntah (-)
Tx dg po,nasal,rektal,SC
DHE inj/intranasal(jk tx
Kontra indks dg po,rektal
Atau inj phenothiazine/
metoklopramide
Muntah (+)
MRS
Rehidrasi, kontrol
muntah dg inj.phe- Abortif
nothiazine/metoklo
pramide
PENYULIT
adanya penyakit penyerta misalnya stroke, infark miokard, epilepsi dan ansietas,
penderita hamil (efek teratogenik).
KONSULTASI
tergantung kasus: interna, THT, mata, gigi mulut, psikiatri.
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat inap
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis (lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta dan respon
terhadap pengobatan).
80
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
a) Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan nyeri kepala
b) Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
c) Sedikitnya memiliki 2 karakteristik nyeri kepala berikut:
1. lokasi bilateral
2. menekan/mengikat (tidak berdenyut)
3. intensitas ringan atau sedang
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
d) Tidak dijumpai :
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia)
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia.
e) Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
Laboratorium : darah rutin, elektrolit, kadar gula darah,dll (atas indikasi
untuk menyingkirkan penyebab sekunder)
Radiologi : atas indikasi (untuk menyingkirkan penyebab sekunder).
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri kepala Kelompok studi
Nyeri kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari I H S (International Headache
Society)
Patologi Anatomik: DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi,
toksik, gangguan metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Nyeri kepala servikogenik
3. Psikosomatis
TATALAKSANA
Medikamentosa :
1. Analgetik : aspirin, asetaminofen, NSAIDs
2. Caffeine 65 mg (analgetik ajuvan).
3. Kombinasi : 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
4. Antidepressan : amitriptilin
5. Antiansietas : gol. Benzodiazepin, butalbutal.
Terapi non-farmakologis :
a. Kontrol diet
b. Hindari faktor pencetus
c. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin
d. Behaviour treatment
Terapi fisik
81
PENYULIT
rebound headache (efek paradoksikal obat analgesik), adanya penyakit
penyerta seperti ansietas, depressi yang dapat memperberat
menyebabkan TTH.
atau
KONSULTASI
tergantung kasus : interna, THT, gigi mulut, psikiatri
JENIS PELAYANAN
Poliklinik rawat jalan.
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
PROGNOSIS
Baik
82
KRITERIA DIAGNOSIS:
Klinis :
a. Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan nyeri kepala hebat atau sangat
hebat sekali di orbita, supraorbita dan/ atau temporal yang unilateral,
berlangsung 15-180 menit bila tak diobati.
b. Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari berikut:
1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral
2. Kongesti nasal dan atau rhinorrhoea ipsilateral
3. Oedema palpebra ipsilateral
4. Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral
5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6. Perasaan kegelisahan atau agitasi.
c. Frekuensi serangan :
dari 1 kali setiap dua hari sampai 8 kali per hari
d. Tidak berkaitan dengan gangguan lain
Laboratorium : darah rutin
Radiologi : CT-scan/MRI (menyingkirkan penyebab lain)
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri kepala Kelompok studi
Nyeri kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari
I H S (International Headache Society)
Patologi Anatomik: DIAGNOSIS BANDING
1. Migren
2. Nyeri kepala klaster simptomatik : meningioma paraseler, adenoma kelenjar
pituitari, aneurisma arteri karotis, kanker nasofaring
3. Neuralgia trigeminus
4. Temporal arteritis
TATALAKSANA
Medikamentosa :
Serangan akut (terapi abortif) :
1) Inhalasi O2 100% (masker muka) 7 l/menit selama 15 menit
2) Dihydroergotamin (DHE) 0,5-1,5 mg IV
3) Sumatriptan inj. SC 6 mg. dapat diulang setelah 24 jam.
4) Zolmitriptan 5-10 mg per-oral
5) Anestesi lokal: 1 ml Lidokain intranasal 4%
6) Indometasin (rektal suppositoria)
7) Opioids
8) Ergotamin aerosol 0,36-1,08 mg (1-3 inhalasi) efektif 80%
9) Gabapentin atau topiramat
10) Methoxyflurane (rapid acting analgesic): 10-15 tetes pada
saputangan dan inhale selama beberapa detik.
83
PENYULIT
self-injury, efek samping pengobatan, potensi penyalahgunaan medikamentosa
(drug abuse), medication overuse headache.
KONSULTASI
Bedah saraf atas indikasi
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
84
(G44.3)
Patologi Anatomik: a.
b.
DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi, toksik,
gangguan metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Perdarahan Intrakranial (subdural, subarahnoid, intrkranial).
3. Psikosomatis
TATALAKSANA
Medikamentosa : tergantung jenis/tipe nyeri kepala
Tindakan : atas indikasi
PENYULIT
Kelainan struktural di otak
KONSULTASI
Tergantung kasus : Bedah, Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat Inap.
TENAGA
Standar Pelayanan Medis Neurologi
85
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
86
87
Lama Perawatan :
Tergantung kondisi klinis
88
Laboratorium
Radiologi
Gold Standard
89
Patologi Anatomik: -
90
DIAGNOSIS BANDING
1. Tumor Fossa posterior
2. Chiari malformation
3. AVM (intrakranial atau perispinal)
4. Vasculitis (giant cell arteritis)
5. Vertebral artery dissection
6. Cervical spondylosis atau arthropathy
7. Herniated cervical disk
8. Spinal nerve compression atau tumor
TATALAKSANA
Medikamentosa :
- antidepressan trisiklik
- obat anti epilepsi
- relaksan otot
- NSAID
Tindakan: Blokade anestesi , operasi sesuai indikasi
PENYULIT
Adanya kelainan struktural di leher
KONSULTASI
Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat inap
TENAGA
Dokter Spesialis saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
91
DIAGNOSIS BANDING
1. Migren
2. Nyeri kepala Klaster
3. Gangguan pada Gigi-mulut
4. Nyeri kepala servikogenik
92
TATALAKSANA
Terapi terhadap neuralgia trigeminal klasik
Medikamentosa : Karbamasepin, Okskarbasepin, Gabapentin, Fenitoin,
Lamotrigin, Baklofen
Tindakan : Operasi pada kasus intraktabel
Terapi terhadap Neuralgia trigeminal simptomatik
1. Kausal
2. Terapi farmaka : sama dengan neuralgia trigeminal idiopatik
3. Terapi bedah : menghilangkan kausal seperti angkat tumor
Terapi terhadap Neuralgia Oksipital
1. Analgetik NSAIDs mis : gol. Diklofenak
2. Fisioterapi, kompres panas lokal, traksi servikal
3. injeksi lidokain 0,5-2 cc blokade saraf servikal
4. Gabapentin
5. Bedah dekompressi saraf C2 & C3 atas indikasi
PENYULIT
Lesi struktural
KONSULTASI
Bedah saraf (atas indikasi)
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat inap
TENAGA
Dokter Spesialis saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
93
Radiologi
: atas indikasi menyingkirkan penyebab lain
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri Kepala Kelompok studi
Nyeri Kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari IHS
(International Headache Society)
Patologi Anatomik : DIAGNOSIS BANDING
1. TTH
2. Psikosomatis
TATALAKSANA : Medikamentosa & Tindakan
PENYULIT : Adanya lesi struktural
KONSULTASI : Psikiatri
JENIS PELAYANAN : Rawat jalan, kalau perlu rawat inap.
TENAGA : Dokter Spesialis Saraf , Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN : Tergantung kondisi klinis.
94
95
Khusus :
- Tremor : laten, saat istirahat, bertahan saat istirahat.
- Rigiditas
- Akinesia/bradikinesia
- kedipan mata berkurang
- wajah seperti topeng
- hipotonia
- hipersalivasi
- takikinesia
- tulisan semakin kecil kecil
- cara berjalan langkah kecil kecil
- Hilangnya refleks postural
- Gambaran motorik lain :
- distonia
- rasa kaku
- sulit memulai gerak
- palilalia
96
2. Stadium II :
- gejala bilateral
- terjadi kecacatan minimal
- sikap/cara berjalan terganggu
3. Stadium III :
- gerakan tubuh nyata lambat diri
- gangguan keseimbangan saat berjalan/berdiri
- disfungsi umum sedang
4. Stadium IV :
gejala lebih berat
keterbatasan jarak berjalan
rigiditas dan bradikinesia
tidak mampu mandiri
tremor berkurang
5. Stadium V :
stadium kakeksia
kecacatan kompleks
tidak mampu berdiri dan berjalan
memerlukan perawatan tetap
LABORATORIUM : tidak ada
RADIOLOGIS
: CT Scan kepala untuk menyingkirkan kausa lain
GOLD STANDARD : tidak ada
PATOLOGI ANATOMI : degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra
pars kompakta dan adanya Lewys Body
DIAGNOSIS BANDING :
1. Progresif Supranuclear palsy
2. Multiple System Atrophy
3. Corticobasal degeneration.
4. Hutington Disease
5. Primary Pallidal Atrophy
6. Diffuse Lewy Body Disease
7. Parkinson sekunder : Toxic, infeksi SSP, drug induced, vaskuler
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
Amantadin
Antikholinergik : Benztropin mesilat, biperidin, trihexyphenidil
Dopaminergik : Carbidopa dan levodopa
Benserazide dan levodopa
ascorbat,betacaroten
97
Botulinum toksin
Propanolol.
B. Non medikamentosa :
Operasi : Talamotomi, palidotomi, transplantasi substansia nigra, ablasi
dan stimulasi otak
Rehabilitasi medis.
Psikoterapi.
PENYULIT : Fluktuasi obat (fenomena off on)
Hipotensi postural
Perubahan tingkah laku : dementia, depresi,sleep disorder, psikosis
KONSULTASI :
Bagian Rehabilitasi Medis
Bedah Saraf
Psikiater
JENIS PELAYANAN : Poliklinik dan rawat inap.
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Bedah Saraf
Physiatrist
Psikiater
LAMA PERAWATAN : PROGNOSIS : biasanya berlangsung kronis progresif. .
98
DISTONIA
DEFINISI :
Distonia adalah sindroma neurologis yang ditandai dengan gerakan involunter,
terus menerus, dengan pola tertentu akibat dari kontraksi otot antagonis yang
berulang-ulang sehingga menyebabkan gerakan / posisi tubuh yang abnormal.
KLASIFIKASI
1. FOKAL
2.
3.
4.
5.
99
KONSULTASI :
Bagian Rehabilitasi Medis
Bedah Saraf
JENIS PELAYANAN : Poliklinik dan rawat inap.
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Bedah Saraf
Psychiatrist
LAMA PERAWATAN : PROGNOSIS : sulit disembuhkan .
1.B. DISTONIA OROMANDIBULER
KRITERIA DIAGNOSIS :
A. KLINIS :
Gerakan involunter berupa spasme pada dagu, mulut dan otot lidah
sehingga dagu menutup rapat, gigi tergigit rapat, trismus dengan akibat
kerusakan gigi, sendi temporomandibular. Adanya gerakan involuntary
pada lidah menyebabkan kesulitan mengecap, berbicara dan mencucu.
B. LAB : tidak ada
C. RADIOLOGIS : tidak ada
D. GOLD STANDARD : tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI : tidak ada
DIAGNOSIS BANDING :
1. Hemimasticatory spasm
2. Hemifacial spasm
3. Temporomandibular syndrome
TATALAKSANA
Medikamentosa :
Toksin botulinum, Benzodiazepin, Anticholinergic, Baclofen biasanya
kurang bermanfaat.
Non medikamentosa : speech terapy, operasi
PENYULIT : nyeri lokal, kesulitan mengunyah dan berbicara
KONSULTASI : Rehabilitasi medis, bedah saraf
JENIS PELAYANAN : poliklinik dan rawat inap
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Bedah Saraf
100
101
102
103
104
105
PENYAKIT HUNTINGTON
DEFINISI :
Penyakit Huntington (PH) adalah penyakit neurodegenerasi progresif genetik
autosomal dominan, yang muncul pada dewasa umur pertengahan. Manifestasi
klinis triad adalah movement disorders (chorea), demensia (subkortikal
demensia) dan gangguan psikiatri atau tingkah laku.
KLINIS :
1. Manifestasi klinis onset tidak pasti ( insidious ), umur 35-40 tahun,
prevalensi 4-8/100.000 penduduk, diturunkan secara 100% autosomal
dominal (triplet expansi CAG pada chromosom 4).
2. Chorea timbul pada 90% PH adalah gerakan yang tidak disadari, spontan,
mendadak, berlebihan, ireguler, kasar, berubah-ubah arah, random.
3. Dalam perjalanan PH progresif dan memburuk chorea dapat berubah
menjadi dystonia, gambaran Parkinson seperti rigiditas, bradikinesia,
gangguan postural, myoclonus, ataxia , gangguan gerakan mata sakadik
lambat, memanjangnya respon latensi, stadium lanjut dysphagia.
4. Subkortikal demensia pada PH dengan ciri khas bradyphrenia, gangguan
atensi dan sequencing tanpa disertai apraxia, agnosia atau aphasia.
Registrasi informasi baru dan immediate memory dan recall masih utuh,
meskipun retrieval recent dan remote momory terganggu.
5. Gangguan Psikatri dan tingkah laku, kadang psikosis, dengan halusinasi
visual dan pendengaran, mania, apatis, tingkah laku obsesif dan depresi.
LABORATORIUM :
Bila memungkinkan laboratorium genotyping khusus untuk PH (triplet expansi
CAG pada chromosom 4).
RADIOLOGIS :
Pada CT atau MRI terlihat atropi berat pada caput cauda dan putamen, atropi
sedang globus pallidus, kortek, substansia nigra, nucleus subthalamus, dan
locus coerolus
GOLD STANDARD : tidak ada
PATOLOGI ANATOMI :
Pada PH atropi berat pada caput cauda dan putamen, atropi sedang globus
pallidus, kortek, substansia nigra, nucleus subthalamus, dan locus coerolus
106
chorea :
Secondary chorea
- Sydenhams chorea
- Drug induced
chorea
- Immune mediated
chorea
- Infectious chorea
- Vascular chorea
- Hormonal disorders
Others
- Metabolic disorders
- Vitamine deficiency
(B1 dan B12)
- Exposure to toxin
- Paraneoplastic
syndromes
- Postpump
choreoathetosis
TATALAKSANA
A. MEDIKAMENTOSA :
- Remacide dan Coenzyme Q10 600 mg/hari dapat menghambat progresivitas
- Untuk depresi diberikan Tricyclic antidepresan ( amitriptylin atau imipramine,
nortriptylin), SSRI ( fluoxetine atau sertraline)
- Chorea dapat diberikan :
- Haloperidol 0,5 - 5 mg/hari,
- Dopamine blocking agent
- Benzodiazepines seperti Clonazepam bisa dipakai.
- Amantandine 100-300 mg
- Emosi tak terkontrol, iritabel diberikan Clonazepam, Carbamazepin atau
Valproic Acid ditambah dengan antidepresan
- Gangguan psikiatri seperti delusion diberikan neuroleptik, haloperidol atau
thioridazin
- Psikosis dapat diberikan Quetiapine dan Clozapine
B. TINDAKAN : Tidak ada
PENYULIT :
- Gangguan Psikiatri dan tingkah laku
- Parkinsonism seperti rigiditas, bradikinesia, gangguan postural, dystonia,
myoclonus, ataxia, dysphagia
KONSULTASI : Dokter spesialis jiwa
JENIS PELAYANAN :
- Ringan rawat jalan
107
SYDENHAMS CHOREA
KRITERIA DIAGNOSA :
A. DEFINISI :
Sydenhams chorea ( SC) adalah komplikasi lambat dari infeksi A Haemolytic
streptococcal dan merupakan kriteria mayor acute rheumatic fever, dengan
ciri khas chorea, kelemahan otot dan beberapa gejala neuropsikiatri, akibat
penyakit autoimun.
KLINIS :
1. Didahului adanya infeksi A Haemolytic streptococcal ( 20 - 30%)
2. Umur 5-15 tahun
3. Perempuan predominan.
4. Chorea general, simetris, gerakan lebih cepat dibanding chorea dari
Huntington
5. Perubahan tingkahlaku , gangguan obsesif-kompulsif dan iritabel
6. Sembuh sendiri 5-16 minggu.
LABORATORIUM :
Kadar ASTO ( Anti Streptolisin O ) meningkat
RADIOLOGIS :
MRI lesi di nucleus caudatus dan putamen
PATOLOGI ANATOMI : tidak ada data
DIAGNOSA BANDING :
Secondary chorea
- Sydenhams chorea
- Immune mediated chorea
- Vascular chorea
- Hormonal disorders
- Drug induced chorea
- Infectious chorea :
Bacterial
Sydenham's (post streptococcal)
Sub-acute bacterial endocarditis
Neurosyphilis
Tuberculosis
Viral
Measles
Mumps
Influenza
Cytomegalovirus
Subacute sclerosing panencephalitis
Human immune deficiency virus
Epstein-Barr virus (mononucleosis)
Borrelia burgdorferi (Lyme disease)
Varicella
Prion
Creutzfeldt-Jakob disease
108
TATALAKSANA :
A. MEDIKAMENTOSA :
- Chorea dapat diberikan :
- Haloperidol 0,5 - 5 mg/hari,
- Benzodiazepines seperti Clonazepam bisa dipakai.
- Amantandine 100-300 mg
B. TINDAKAN : KONSULTASI : JENIS PELAYANAN : Ringan rawat jalan
TENAGA : Dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN : PROGNOSIS : sembuh sendiri
109
TREMOR ESENSIAL
KRITERIA DIAGNOSIS
A. KLINIS :
Tremor Essential (TE) berdasarkan Core And Secondary Criteria
(Lihat Tabel)
Kriteria Inti
Kriteria Sekunder
- Tremor saat kerja bilateral di tangan
Lama > 3 tahun
dan lengan bawah
- Tidak ada kelainan neurologis lain,
Riwayat keluarga positip
kecuali cogwheel phenomenon
- Tremor kepala dengan / tanpa
Ada respon terhadap alkohol
dystonia
Onset usia rata-rata TE : 45 tahun
Bisa unilateral atau bilateral
Tremor bisa meluas sampai kepala dan leher, kira-kira 50-60% TE
mengenai kepala
Tremor suara (Voice Tremor) terjadi pada 30% pasien
TE jarang pada tubuh dan kaki
TE cenderung progesif dan sama dengan bertambahnya usia
Alkohol memperbaiki tremor pada 70% pasien selama tidur miring.
Performance test : pasien menulis, menggambar, mengambil benda,
minum dengan gelas
LABORATORIUM : RADIOLOGI
:GOLD STANDARD : PA : tidak ada keluhan
DIAGNOSA BANDING
Parkinson, MS, Wilson disease, Huntington
Cerebellar degenerative disease
Efek samping obat : obat asma, anti depresan
Toksin logam berat : timah, merkuri
Thypoid disease
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
Obat
Dosis awal
Dosis Tx
Propanolol
30 mg/hr
Primidone
12,5-25 mg/hr
Gabapentine
300mg/hr
Alprazolam
0,75 mg/hr
Topiramate
25 mg/hr
Nimodipine
Theophyllin
120 mg/hr
150-300 mg/hr
120 mg/hr
15 300 mg/hr
Efek Samping
Kelelahan, impoten, depresi,
sesak nafas, bradycardia
Sedasi, nausea, muntah
Drowsines, kelelahan, nausea,
dizzine,sempoyongan
Sedasi, kelelahan
Parestesia, BB menurun, batu
ginjal
Hipotensi ortostatik
Insomnia, restlessness, sakit
110
kepala
111
112
TATALAKSANA
A. Medikamentosa
Terapi PSP masih belum memuaskan. Pada 1/3 pasien Levodopa
memperbaiki bradikinesia dan rigiditas. Bila tidak ditemukan perbaikan
motor dengan levodopa, obat di stop
Amantadin dan amitriptilin, tetapi penggunaannya terbatas karena efek
sampingnya.
Zolpidem memperbaiki keseimbangan dan abnormalitas pergerakan
bolamata
Terapi wicara untuk manajemen disartri dan disfagi.
Blepharospasme memberi respon baik terhadap injeksi toksin botulinum.
Mata kering akibat jarang berkedip diberi lubrican topikal.
B. Tindakan : PENYULIT
Aspirasi pneumoni
Mata kering
KONSULTASI JENIS PELAYANAN
Rawat Jalan
Rawat Inap
TENAGA
Spesialis Saraf
Spesialis Paru
113
MIOKLONUS
DEFINISI :
Mioklonus adalah gerakan tidak disadari tiba-tiba, sebentar, jerky, shock-like,
akibat kontraksi otot (positip mioklonik), disebabkan gangguan di CNS timbul
di anggota, wajah atau badan.
KLINIS
KLASIFIKASI : berbagai klasifikasi
Berdasarkan distribusi mioklonus : fokal, segmental, general
Berdasarkan neurofisiologi : kortikal, batang otak, spinal
Berdasarkan waktu : ireguler, ritmik, osilatori, mioklonus bisa saat istirahat
atau saat kerja
Mioklonus bisa reflektoris atau sensitif terhadap stimulus sensoris atau suara
Marsdens membagi mioklonus :
- Fisiologik Esensial Epileptik - Simptomatik
1. Fisiologik mioklonus : timbulnya gerakan mendadak sekelompok otot saat
mulai tidur, biasanya sesudah aktivitas berat, emosi atau stress
Hiccup bisa dimasukkan jenis ini.
2. Essential Mioklonus : Onset dekade kedua, Laki dan perempuan sama,
timbul gerakan mioklonus
Saat kerja, hilang saat tidur, meningkat saat emosi
3. Epileptik Mioklonus : adalah fenomena epilepsi terutama anak-anak, tipe
progresif multifokal atau mioklonus general, ditandai dengan timbulnya
kelainan neurologis progresif seperti ataxia, spastisitas, demensia, tuli.
4. Simptomatik mioklonus : dihubungkan dengan infeksi, degenerasi,
metabolik, toxic encefalopati
Klasifikasi berdasar Etilogi dan Patologi :
1. Kortikal mioklonus : lesi di kortek sensorimotor dan cetusan abnormal
a. Lesi fokal kortikal : tumor, angioma, encefalitis , contoh lesi kortikal :
Epilepsia partial continua. Dapat juga lesi subkortikal seperti : Atropi
Multi System, Corticobasal-Ganglionic degenerasi
b. Cortikal myoklonus timbul saat gerakan sadar atau stimulasi
somatosensoris
2. Mioklonus batang otak : cirinya general dan timbul saat stimulasi suara
atau sensoris kepala / leher
Diawali aktivasi sternokleidomastoid, diikuti otot wajah, masseter baru
badan dan anggota
3. Spinal mioklonus : cetusan abnormal dimulai di motor neuron :
Spinal mioklonus segmental : gerakan jerky , berulang-ulang, ritmik,
setinggi segmen myelum saat tidur masih timbul 0,5-2 Hz.
4. Palatal mioklonus : lesi di Guillain Mollaret triangle , dekat nukleus
dentatus, kontralateral sentral tegmentum dan oliva inferior, timbul
hiperplasia nukleus oliva inferior
114
Etiologi mioklonus :
1. Drug induced mioklonus :
Antikonvulsan, Levodopa, Lithium, Clozapine, Penicillin, Vigabatrin,
Cyclosporin, Tricyclic Antidepressan, MAO inhibitor.
2. Opsoklonus-mioklonus sindrome :
Viral, Ca Ovarii, Melanoma, Lymphoma, Hipoglikemia
3. Asterixis : Metabolik Ecefalopati (misal Hepatik), Lesi Thalamus,
putamen, lobus parietal
4. Kortikal mioklonus : Tumor, angioma, encefalitis
5. Palatal mioklonus : Idiopathic, Stroke, MS, neurodegenerasi
6. Spinal mioklonus : mielopati inflamasi, Cervical spondilosis, Tumor,
Ischemik
7. Post Anoxic encefalopati
8. Progressive Myoclonic Ataxia ( Ramsay Hunt Syndrome)
9. Trauma
10. Metal Toxic : Mangan, besi
11. MPTP
ELEKTROFISIOLOGI :
1. EMG : untuk menentukan aktivitas otot segmental
2. SSEP
3. MRI otak, spinal
4. Elektron mikroskop pada kulit, konjungtiva dan otot
RADIOLOGIS
:GOLD STANDARD : PATOLOGI ANATOMI : DIAGNOSA BANDING :
- Chorea
- Tics
TATALAKSANA
A. Medika Mentosa:
- Cari faktor etiologi dan diobati
- Klonazepam : 4-10 mg/hr
- Sodium Valproat : 250-4500 mg/hr
- Lisirude
- Asetasolamide (Sindrom Ramsay Hunt)
- Karbamazepin
- Pada post hipoksi mioklonus bisa ditambahkan 5-hidroksi-tryptophan
dan carbidopa
- Asteriksis ( negative-mioklonus) bisa dipakai ethosuximide dan koreksi
metabolit
B. Tindakan : PENYULIT : KONSULTASI : -
115
116
SINDROMA TOURETTE
KRITERIA DIAGNOSIS
DEFINISI :
Sindroma Tourette (ST) adalah sindroma waxing , waning tik motorik baik
simpel atau komplek, disertai minimal satu vokal tics ( phonic tics ) , disertai
obsesive-compulsive disorders tetapi gangguan tingkah laku bukan kriteria
untuk diagnosis, tetapi penting untuk pasien.
KLINIS
Onset Sindroma Tourette pada umur antara 5-20 tahun, dengan ratio laki-laki :
perempuan 4 : 1.
1. TICS
a.Singkat, mendadak, timbul iregular dan berulang dari gerakan maupun
suara. Dua bentuk tiks adalah motor dan fokal, selanjutnya masingmasing dibagi dalam bentuk simpel dan kompleks
b.Simpel motor Tics muncul tiba-tiba, tidak bertujuan, mengenai kelompokkelompok otot, misalnya angkat bahu, kedipan mata, jerking kepala.
c.Simpel motor Tics sering tampak lebih lebih lambat, terus menerus dan
gerakan gerakan tonik yang menyerupai distonia (disebut distonic tics)
d.Complex motor Tics :gerakan koordinatif dan berurutan yang menyerupai
gerakan motorik normal atau gerakan badan yang kurang tepat dalam
intensitas dan waktunya. Gerakan menyentuh, melempar, memukul dan
melompat lompat. Contoh lain Complex motor Tics adalah menunjukkan
alat genitalia atau echopraxia.
e.Tics suara dihasilkan dari mulut, tenggorokan maupun hidung
f.Tics suara sederhana suara yang tidak terartikulasi; sedangkan yang
komplek antara lain, kata, elemen musik.
g.Kata kata kotor (Koprolalia)
h.Tics motor dan phonik bisa muncul selama tidur.
2. Gangguan Tingkah Laku (GTL)
a. Manifestasi timbul beberapa tahun bersama onset tics
b. Tingkah laku abnormal atau adanya Obsesive Compulsive Disorder (OCD) :
pikiran-pikiran obsesive, gerakan kompulsif, Attension Defisit
Hyperactivity Disorders (ADHD), disleksia, depresi, fobi, tingkah laku anti
sosial dan kelainan kepribadian.
c. Obsesi adalah fikiran, ide-ide, bayangan2, impuls keinginan, juga
perasaan kekurangan, keseimbangan, ketakutan yang mengganggu
keluarga atau sekitarnya.
d. Compulsions adalah tingkah laku sadar, berulang-ulang respons dari
obsesinya, seperti : kebiasaan mengulangi perintah / kebiasaan,
menghitung, mengecek pintu, cuci tangan berulang-ulang dsb.
e. ADHD adalah tingkahlaku impulsive dan hiperaktif dengan menurunnya
atensi. ADHD timbul pada 50% ST , onset ADHD pada umur 4-5 tahun dan
2-3 tahun mendahuli tics
117
starting dose
mg/day
1.0
2.0
0.5
0.5
20.0
1.0
1.0
5.0
5.0
and ADHD
0.1
1.0
20 60
50- 200
20- 60
25
50
25
118
PENYULIT : KONSULTASI :
- Spesialis saraf
- Spesialis jiwa
- Psikolog
JENIS PELAYANAN : - Rawat Jalan
TENAGA : - dokter Spesialis Saraf
- dokter Spesialis Jiwa
- psikolog
LAMA PERAWATAN : tidak ada data
PROGNOSIS : baik
119
120
121
Standar Baku
- Skening Kepala (CT-Scan kepala)
Patologi Anatomi
- Normal, tidak ada kerusakan hanya gangguan fungsional (Simple
Head Injury (SHI) dan Komosio)
- Kontusio
- Perdarahan
- Edema
- Iskemia
- Infark
- Fraktur tulang tengkorak
TATALAKSANA
Tergantung derajat beratnya cedera.
1). Minimal
- tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
- istirahat dirumah
- diberi nasehat agar kembali ke rumah sakit bila ada tanda tanda
perdarahan epidural, seperti orangnya mulai terlihat mengantuk
(kesadaran mulai turun-gejala lucid interval)
2). Cedera Otak Ringan ( Komosio Serebri)
- tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
- observasi di rumah sakit 2 hari
- keluhan hilang, mobilisasi
- simptomatis : anti vertigo, anti emetik, analgetika
- antibiotika (atas indikasi)
122
123
JENIS PELAYANAN
- Rawat Jalan
- Rawat Inap
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis Saraf, Terapis
LAMA PERAWATAN
- tergantung beratnya, dari 2 hari sampai 1 bulan
- terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan
membutuhkan perawatan khusus karena kecacatan yang cukup berat
124
Kausa Utama
Hemicord (Brown
Sequard syndrome)
Sindroma Spinalis
Anterior
Sindroma Spinalis
Sentral
Syringomyelia, Hypotensive
Parese LMN pada lengan, parese
spinal cord ischemic,
tungkai (bervariasi tk kelumpuhTrauma spinal (fleksi-ekstensi) annya), dan spastisitas. Nyeri
Tumor Spinal
hebat dan hiperpati, gg sensorik
pada lengan, disfungsi sphincter
atau retensio urin.
Sindroma Spinalis
Posterior
125
Pemeriksaan Penunjang
1.Laboratorium
a. Darah Perifer Lengkap
b. Gula Darah Sewaktu, Ureum dan Kreatinin
2.Radiologi
a. Foto vertebra posisi AP/LAT dengan sentrasi sesuai dengan letak lesi
b. CT Scan atau MRI jika diperlukan tindakan operasi
3. Neurofisiologi Klinik EMG, NCV, SSEP
PENATALAKSANAAN
1.Umum
a). Jika ada fraktur atau dislokasi kolumna vertebralis servikalis, segera
pasang kerah fiksasi leher, jangan gerakkan kepala atau leher
b). Jika ada fraktur kolumna vertebralis torakalis, angkut pasien dalam
keadaan tertelungkup, lakukan fiksasi torakal (pakai korset)
c). Fraktur daerah lumbal, fiksasi dengan korset lumbal
d). Kerusakan medula spinalis dapat menyebabkan tonus pembuluh darah
menurun karena paralisis fungsi sistem saraf ortosimpatik dengan akibat
menurunnya tekanan darah. Beri infus, bila mungkin plasma atau darah,
dextran-40 atau eskpafusin. Sebaiknya jangan diberi caitan isotonik
seperti NaCl 0,9% atau glukosa 5%. Bila perlu diberikan 0,2 mg adrenalin
s.k, boleh diulang 1 jam kemudian. Bila denyut nadi < 44 kali/menit,
berikan sulfas atropin 0,25 mg i.v.
e).Gangguan pernafasan, kalau perlu beri bantuan dengan respirator atau
cara lain. Jaga jalan nafas tetap lapang.
f). Jika lesi diatas C-8, termoregulasi tidak ada, mungkin terjadi
hiperhidrosis, usahakan suhu badan tetap normal.
g). Jika ada gangguan miksi pasang kondom kateter atau dauer kateter dan
jika ada gangguan defekasi, berikan laksan / klisma.
2. Medikamentosa
a). Berikan metil-prenisolon 30 mg/kgBB, i.v perlahan-lahan selama 15
menit. 45 menit kemudian per infus 5 mg/kgBB selama 24 jam.
Kortikosteroid mencegah peroksidasi lipid dan peningkatan sekunder
asam arakidonat.
b). Bila terjadi spastisitas otot :
* diazepam 3 x 5-10 mg / hari
* baklofen 3 x 5 mg hingga 3 x 20 mg / hari
c). Bila ada rasa nyeri dapat diberikan :
* analgetika
* antidepresan : amitriptilin 3 x 10 mg / hari
* antikonvulsan : neurontin 3 x 300 mg / hari
d). Bila terjadi hipertensi akibat gangguan saraf otonom (tensi > 180/100
mmHg), pertimbangkan pemberian obat antihipertensi.
126
3. Operasi
Tindakan operatif dilakukan bila :
* ada fraktur, pecahan tulang menekan medulla spinalis
* gambaran neurologis progresif memburuk
* fraktur, dislokasi yang labil
* terjadi herniasi diskus intervertebralis yang menekan medulla spinalis
PENYULIT
Tergantung beratnya dan waktu datang ke rumah sakit (lewat waktu
emas), tidak dapat sembuh sempurna
KONSULTASI
- Bedah Saraf / Bedah lainnya tergantung indikasi
- Neuroemergensi
- Neurorestorasi/Neurorehabilitasi
JENIS PELAYANAN
- Rawat Inap
- Rawat Jalan
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis Saraf, Terapis
LAMA PERAWATAN
- Sampai masa akut lewat dan selesainya tindakan yang diperlukan,
biasanya 7 hari sampai 1 bulan
- terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan
membutuhkan perawatan khusus karena kecacatan yang cukup berat
127
128
NEUROPATI
Definisi :
Proses patologi yang mengenai susunan saraf perifer, berupa proses
demielinisasi atau degenerasi aksonal atau kedua-duanya. Sususan saraf
perifer mencakup saraf otak, saraf spinal dengan akar saraf serta
cabang-cabangnya, saraf tepi dan bagian-bagian tepi dari susunan saraf
otonom.
Etiologi :
1.Metabolik
* Neuropati diabetik :
- Polineuropati : komplikasi diabetes melitus yang paling sering terjadi
Gejala & tanda: - gangguan motorik tungkai lebih sering terkena
daripada tangan
- gangguan sensorik kaos kaki dan sarung tangan
berupa gangguan rasa nyeri & suhu, vibrasi serta
posisi.
- Otonom neuropati :
Gejala & tanda : keringat berkurang, hipotensi ortostatik, nokturnal
diare, inkontinensi alvi, konstipasi,
inkontinensi & retensio urin, gastroparesis dan
impotensi
- Mononeuropati :
Gejala & tanda : terutama mengenai nervi kranialis ( terutama nervi
untuk pergerakan bola mata) dan saraf tepi besar
dengan gejala nyeri.
* Polineuropati uremikum :
Terjadi pada pasien uremia kronis ( gagal ginjal kronis)
Gejala & tanda : - gangguan sensorimotor simetris pada tungkai &
tangan
- rasa gatal, geli & rasa merayap pada tungkai dan
paha memberat pada malam hari, membaik bila
kaki digerakkan (restless leg syndrome).
2. Nutrisional
* Polineuropati defisiensi :
1. Piridoksin : pada penggunaan Izoniazid ( INH)
Gejala & tanda : neuropati sensorimotor dan neuropati optika
2. Asam folat : sering pada penggunaan fenitoin & intake asam folat
yang kurang
3. Niasin : pada pasien defisiensi multipel
* Polineuropati alkoholik : Neuropati karena defisiensi multivitamin dan
thiamin
Gejala & tanda : -gangguan sensorimotor simetris terutama tungkai
tahap lanjut mengenai tangan.
3. Toksik:
* Arsenik :keracunan arsen secara kronik ( akumulasi kronik)
Gejala & tanda : - gangguan sensoris berupa nyeri & gangguan motorik
yang berkembang lambat
129
* Merkuri:
Gejala & tanda : menyerupai keracunan arsen
4. Drug induced
* Obat antineoplasma : ( Cisplastin, carboplastin, vincristin)
Gejala & Tanda : - Banyak sebagai gangguan sensorik polineuropati
setelah beberapa minggu terapi seperti parestesia
- Gangguan proprioseptif,vibrasi sering terganggu
sampai mengenai kolum posterior
- Gangguan motorik tertutama tungkai bawah
* Antimikrobial :
- INH : simetrikal polineuropati
- Kloramfenikol & metronodazole :
gangguan sensoris ringan / akral parestesia, kadang optik neuropati.
5.Keganasan / paraneoplastic polyneuropathy
Gejala & tanda: - Banyak dalam bentuk distal simetrikal sensorimotor
polineuropati akibat remote effect keganasan seperti:
mieloma multipel, limfoma
- gejala motorik seperti ataksia, atrofi tingkat lanjut
kelumpuhan.
6. Trauma : neuropati jebakan.
KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis : - gangguan sensorik : parestesia, nyeri, terbakar, penurunan
rasa raba, vibrasi dan posisi.
- gangguan motorik : kelemahan otot-otot
- reflek tendon menurun
- fasikulasi
* Laboratorium :
- Gula darah puasa, fungsi ginjal, kadar vitamin B1, B6, B12
darah, kadar logam berat, fungi hormon tiroid
- Lumbal pungsi : sesuai indikasi
* Gold standard :
- ENMG : degenerasi aksonal & demielinisasi
- Biopsi saraf
DIAGNOSIS BANDING
- miopati
- motor neuron disease
- multipel sklerosis
TATALAKSANA
- Terapi kausa
- Simptomatis : analgetik, antiepileptik
- Neurotropik vitamin : B1, B6, B12, asam folat
- Fisioterapi
130
PENYULIT
- Penyakit dasar : progresifitas & komplikasinya
- Perawatan & fisioterapi yang kurang cermat menimbulkan : atrofi,
dekubitus, infeksi saluran kencing dan kontraktur.
KONSULTASI
- Penyakit dalam ( sesuai penyakit dasar)
- Bedah saraf/ bedah lainnya ( sesuai kausa)
- Fisioterapi
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
- Rawat inap : sesuai penyakit dasar
TENAGA
- Perawat, dokter umum & dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
- antara 2 minggu s/d 1 bulan bila dirawat
- kadang-kadang penyembuhan tidak sempurna
131
:
Penyempitan ruangan di dalam terowongan
Peningkatan sensibilitas saraf terhadap tekanan
Gangguan endokrin
Gerakan berulang-ulang pada pergelangan tangan
Idiopatik
KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis :
- Parestesia dan nyeri pada pergelangan, tangan & bagian volar
3 jari sering kali hanya pada ujung jari, terutama pada malam
hari
- Tanda Tinnel +
- Tes Phallen +
* Laboratorium:
- Hematologi rutin, gula darah puasa, fungsi ginjal, tiroid.
* Radiologi :
- Rongent pergelangan tangan (osteofit, deposit kalsium)
* Golden Standard :
- ENMG
DIAGNOSIS BANDING
- Radikulopati servikal
- Rematik non artrikuler
TATALAKSANA
* Medikamentosa: - antiinflamasi, analgetik
* Tindakan : - release n. medianus
- splint
* terapi kausa
PENYULIT
- Penyakit dasar
Komplikasi atrofi otot thenar penekanan jangka panjang
KONSULTASI
- Penyakit dalam : penyakit sistemik yang mendasari
- Fisioterapi
- Ortopedi : release n.medianus
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
132
TENAGA
-
LAMA PERAWATAN
- 1 bulan
133
NEUROPATI ULNAR
NEUROPATI ULNAR PADA SIKU
Definisi :
Jebakan n. Ulnaris pada berbagai sisi di siku akibat berbagai macam etiologi
Etiologi:
-
Deformitas siku
Trauma
Penekanan eksternal
Tumor
- Metabolik
- Leprosi
- Idiopatik
KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis :- gangguan sensoris jari ke-5 dan lateral jari ke 4 bagian
dorsal dan palmar
- kelemahan pada fleksor karpi ulnaris,abduktor digiti minim
- tahap lanjut atrofi m. Hipothenar, claw hand ( jari 4,5)
- Tes fleksi siku +
* Laboratorium :
- hematologi rutin, gula darah puasa, fungsi tiroid
* Radiologi : Rongent artikulus kubiti ( osteofit, deposit kalsium)
* Golden Standard : ENMG
DIAGNOSIS BANDING
- Gangguan radik
- Gangguan pleksus brakialis
- ALS
- Syringomieli
TATALAKSANA
- Terapi kausa
- Medikamentosa : analgetik, antiinflamasi
- Tindakan : Cubital tunnel decompression
KONSULTASI
- Penyakit dalam : sesuai kausa
- Bedah ortopedi
- Kulit : leprosy
- Fisioterapi
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
TENAGA
- paramedik, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
- 1 bulan
134
- ALS
- Syringomyeli
TATALAKSANA
- Terapi kausa
- Medikamentosa: antiinflamasi, analgetik
- Tindakan pembedahan
PENYULIT
- Penyakit dasar : progresifitas penyakit
- Perawatan fisioterapis yang tidak tepat menimbulkan : atrofi
dan kontraktur
KONSULTASI
- Bedah ortopedi/ bedah onyeri kepalaologi
- Penyakit dalam
- Fisioterapi
JENIS PELAYANAN : Rawat jalan
TENAGA
- Paramedik, dokter umum, dokter spesialis
LAMA PERAWATAN : 1 bulan
135
CERVICAL SYNDROME
Definisi
Sekumpulan gejala berupa nyeri tengkuk, nyeri yang menjalar, rasa
kesemutan yang menjalar, spasme otot yang disebabkan karena perubahan
struktural kolumna vertebra servikalis akibat perubahan degeneratif pada
diskus intervertebralis, pada ligamentum flavum, facet joints.
Kausa antara lain:
Spondylosis cervicalis:
- Myelopathy
Mekanik:
- Neck Strain
- Herniasi diskus
Infeksi:
- Osteomyelitis
- Meningitis
Referred
- Thoracic Outlet Syndrome
- Pancoasts tumor
Neurologik:
- Brachialis plexitis
- Jebakan saraf perifer
Rheumatologik:
- Rheumatoid arthritis
- Fibromyalgia
Neoplasma
- Multiple myeloma
- Syringomyelia
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri leher, bahu, dan menjalar ke lengan
Nyeri leher sering didahului spasme otot-otot tengkuk, bahu yang
berlangsung sampai beberapa hari dan diperburuk oleh ekstensi yang
disertai oleh rotasi lateral leher secara bersamaan (Spurling manuver)
Nyeri leher dapat diperburuk oleh keadaan yang meninggikan tekanan
intradiskal seperti batuk, bersin, mengedan, atau manuver valsava.
Pemeriksaan Penunjang
Intermitted test
EMNG
Myelografi
CT-Myelo
136
DIAGNOSIS BANDING
HNP
NSAID
Suntikan lokal
Fisioterapi
Operatif bila ada penyulit
PENYULIT
Nyeri neuropatik
Kelumpuhan anggota gerak
KONSULTASI
Fisioterapi
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Rawat inap bila nyeri tidak tertahanyeri kepalaan (obat tak menolong)
bila diduga ada penyebab lain.
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Bedah Saraf/Ortopedi
LAMA PERAWATAN
Minimal 1 (satu) Minggu
PROGNOSIS
Umumnya
baik,
biasanya
diperlukan
fisioterapi lanjutan
137
STRAIN LUMBO-SACRAL
Definisi
Merupakan Nyeri Punggung Bawah (NPB) tanpa penjalaran nyeri ke tungkai,
hanya menjalar ke bokong serta paha belakang.
Kausa
Nyeri timbul akibat peregangan atau trauma pada ligamen, otot-tendon
tanpa adanya ruptur atau avulsii pada cedera ringan. Sedangkan pada
cedera berat dapat terjadi robekan pada otot. Merupakan 6070 % penyebab
NPB
KRITERIA DIAGNOSIS
Pada strain akut dijumpai riwayat trauma seperti mengangkat benda berat
atau dalam posisi yang salah mencabut tanaman, trauma langsung atau
terjatuh.
Terasa nyeri setempat, mula-mula tidak begitu hebat dan pinggang kaku
Nyeri bertambah hebat bila spasme otot bertambah, bahkan dapat
menimbulkan skoliosis.
Pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologi dan otonom normal
Foto lumbosakral mungkin dijumpai kurva lurus atau skoliosis
Pada strain kronik dijumpai akibat sikap tubuh yang salah dan otot kurang
adekuat. Dijumpai pada pekerja kasar, buruh, sering mengangkat beban,
duduk bungkuk seharian.
Terasa pegal difus yang bertambah saat bermulti para aktifitas dan berkurang
atau menetap pada saat berbaring.
Pemeriksaan Penunjang
Foto lumbosakral
EMNG
DIAGNOSIS BANDING
Ischialgia:
kelainan-kelaianan
organ
Spondilolistesis
TATALAKSANA
NSAID
Relaksan otot
Suntikan anestesi lokal + steroid pada nyeri lokal hebat
Fisioterapi: pasif (masase es) atau panas (mandi hangat) dapat mengurangi
nyeri dan spasme.
Untuk Strain akut, tirah baring cukup 2 hari lalu diikuti latihan fisik
aktif yang terprogram.
Untuk Strain kronik, pengaturan sikap tubuh dalam aktivitas harian serta
latihan yang terprogram untuk memperkuat otot batang tubuh.
138
Psikiater.
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Rawat inap bila nyeri tidak tertahankan (obat tak menolong) di rumah,
diduga ada penyebab lain, yang harus dieksplorasi
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 1 minggu
PROGNOSIS
Perbaikan fase akut terjadi dalam 2 minggu. Pada umumnya 90% pasien akan
sembuh dalam 2 bulan. Sepuluh persen menjadi kronik dan mungkin
diperlukan dukungan psikiatrik atau rehabilitasi vokasional.
139
MIOPATI
ICD 359
Definisi/Etiologi
Suatu kelainan yang ditandai oleh abnormalnya fungsi otot (merupakan
perubahan patologik primer) tanpa adanya denervasi pada pemeriksaan klinik,
histologik atau neurofisiologi.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis:
Kelelahan, kelemahan, atrofi, dan lembeknya otot skelet
Kedutan otot, kram otot, nyeri, dan pegal pada otot-otot
Dapat disertai gejala sistemik atau gejala lain
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan sistem motoris meliputi bentuk otot, tonus otot, kekuatan
otot dan cara berdiri/berjalan
Pemeriksaan refleks tendon
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: Kadar enzim creatinin kinase (CK), lactic
dehydorogenase (LDH), SGOT & SGPT, Kadar kalium plasma
Pemeriksaan EMG
Pemeriksaan biopsi otot
A. DISTROFIA MUSKULER TIPE DUCHENE
140
141
Distribusi
pada
otot-otot
wajah
dan
sternokleidomastoideus dan otot-otot ekstremitas distal.
Poliomielitis
142
143
TATALAKSANA
Pengobatan
Sesuai kausa
Rehabilitasi medik
Bagian PA
Bagian Bedah
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA STANDAR
Dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Bervariasi sesuai dengan jenis miopati dan komplikasi/penyulit yang terjadi
PROGNOSIS
Umumnya kurang baik untuk distrofi muskuler
144
M I E LO PAT I
ICD G 95.9
Definisi/Etiologi
Merupakan suatu gangguan fungsi atau struktur dari medulla spinalis oleh
adanya lesi komplit atau inkomplit.
Etiologi
- Vaskuler
- Tumor
- Obat-obatan
- Demielinisasi
- Radiasi
- Trauma
- Infeksi
- Tidak diketahui
- Degenerasi
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis: Lemah/lumpuh anggota gerak, gangguan buang air kecil dan
buang air besar, gangguan sensibilitas.
Fisis: parese/plegi tipe UMN (tergantung lokalisasi lesi, dapat dijumpai
gejala UMN atau campuran UMN dan LMN), hipestesi/anestesi segmental,
gangguan fungsi otonom
Kejadiannya dapat akut, subakut, kronik progresif.
Tidak ditemui tanda-tanda radang atau penyebabnya tidak diketahui.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin, kimia darah, urin lengkap, dan bila perlu tes kadar obat:
kokain, heroin
Likuor serebrospinalis
Pemeriksaan Radiologik:
Foto polos vertebra AP/Lateral/Oblik
Mielografi
CT-mielografi
145
PENYULIT
Bronkopneumoni, dekubitus, kontraktur sendi, atrofi otot, infeksi saluran
kemih
KONSULTASI
Bedah Saraf
Bedah Ortopedi
Bagian lain yang terkait
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis
LAMA PERAWATAN
Tergantung etiologi dan berat penyakit, perawatan dapat berlangsung dalam
hitungan minggu hingga bulan.
PROGNOSIS
Tergantung etiologi dan berat penyakit
146
BELLS PALSY
KRITERIA DIAGNOSIS
Definisi : Penyakit lower motor neuron yang mengenai nervus fasialis (N.VII)
perifer.
Etiologi idiopatik. Gejala kelumpuhan wajah atas dan bawah unilateral
Terjadinya akut ( dalam 48 jam). Sering disertai nyeri aurikuler posterior,
penurunan sekresi air mata, gangguan rasa kecap, hiperakusi.
Pemeriksaan penunjang
EMG, Bila curiga parese N VII simtomatik seperti :
Darah Tepi : jumlah lekosit, Kadar gula darah
Foto mastoid
DIAGNOSIS BANDING
Parese N. VII perifer simtomatik
TERAPI
Terapi Farmaka : Prednison 1 mg/kgBB (5 hari), diturunkan 2 tab/hari
sampai 10 hari ( stadium akut )
Mecobalamin 3 dd 500 ug
Analgetik bila nyeri
Terapi Non Farmakologi : Fisioterapi setelah hari ke 4 awitan
KOMPLIKASI
Infeksi mata ( keratitis, konjuktivitis )
Tick fasialis
KONSULTASI
Bila curiga parese N VII simtomatik seperti Bag THT
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Dokter spesialis saraf
PROGNOSA
85 % sembuh dalam 3 minggu. 15 % sembuh dalam 3 6 bulan.
147
PERIODIK PARALISIS
KRITERIA DIAGNOSTIK
Familial periodik paralisis hipokalemi adalah penyakit otosomal dominan.
Disebabkan gangguan pada gen yang mengatur saluran ion kalsium ditandai
dengan : awitan akut dengan gejala kelumpuhan anggota gerak.
Otot respirasi dan otot menelan jarang terkena. Refleks tendon mungkin
menurun. Tidak ada gangguan sensoris. Serangan terutama pada pagi hari, dan
bila tidak diterapi dapat menetap sampai 36 jam.
Faktor presipitasi : makan banyak karbohidrat, terlalu lelah, cuaca dingin
Kadar kalium darah 2-3 mEq . Laboratorium lain dalam batas normal
Pria lebih banyak daripada wanita
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : kalium darah
EMG : Gambaran lesi miogen
EKG
DIAGNOSA BANDING
Hipokalemi karena gastroenteritis, tirotoksikosis atau sebab lain
TERAPI
Terapi Farmaka :
Fase Akut : pemberian K secara peroral atau parenteral
Profilaksis : Diet tinggi Kalium, rendah Na, rendah karbohidrat
Aldakton 100 mg po/hari
Tiamin Hcl 50mg/hari
Terapi hipertiroidsm
PENYULIT
Gangguan jantung
KONSULTASI
Ilmu Penyakit Dalam
JENIS PELAYANAN
Rawat inap pada fase akut sampai kelumpuhan hilang
PROGNOSIS
Ad bonam
148
149
DEKOMPRESI
Definisi/Etiologi
Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pelepasan
dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam
darah/jaringan akibat penurunan tekanan sekitar.
KRITERIA DIAGNOSIS
Gejala klinis muncul setelah melakukan penyelaman, dapat berupa:
1. Tipe I (Pain only bends, Joint bends, Decompression arthralgia)
2.3.
2.5.
2.4.
150
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: Darah rutin, urine rutin, kimia darah.
Pemeriksaan radiologik: Foto toraks, CT Scan bila diperlukan.
Pemeriksaan penunjang lain: EKG, EEG bila diperlukan
DIAGNOSIS BANDING
Stroke, Trauma SSP, Infeksi SSP
TATALAKSANA
Kausal: Segera terapi oksigen hiperbarik setelah diagnosis ditegakkan
Medikamentosa
Koreksi cairan dan elektrolit
Antiplatelet: ASA 2 x 80 mg.
Kortikosteroid: Dexametasone 2 ampul/IV kemudian 1 ampul/6
jam/IV
Gliserol (bila kontraindikasi dengan kortikosteroid)
Digitalis (bila ada indikasi)
Diazepam (bila ada indikasi)
KOMPLIKASI/PENYULIT
Keracunan oksigen
KONSULTASI JENIS PELAYANAN
5 hari (rawat inap)
Follow up: untuk mencegah delayed form of DCS (Dysbaric Osteonecrosis)
dianjurkan:
Screening X-ray 2-4 minggu setelah menderita penyakit dekompresi
Penyelam berisiko tinggi dianjurkan screening X-ray interval 5 tahun.
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis.
LAMA PERAWATAN
5 hari
PROGNOSIS
Tergantung cepatnya mendapat terapi OHB
Sembuh sempurna
Cacat fisik
Meninggal
151
152
153
DEFINISI
Sadar : disebut sadar bila sadar akan diri dan lingkungannya
Gangguan Kesadaran: Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan sekitarnya
Ketidakmampuan :
Ringan berat : ada derajat/ tahapan
Obtundity
Stupor
Semi Koma
Koma
Obtundity : dalam keadaan biasa ingin tidur, baru terbangun dan mengikuti
perintah bila ada rangsangan
Stupor : Penderita tidur terus
Ada gerakan spontan
Ada respon dengan rangsang
Dengan rangsang berurutan ada waktu bebas respon
Semi koma : Hanya dengan rangsang sakit ada respon
Koma : Tak ada respon dengan rangsang nyeri
ETIOLOGI
I.
Lesi Struktural
a. Lesi Supratentorial :
- Radang
- Trauma
- SOP : Stroke, tumor, abses serebri
- Status konvulsivus/epilepsi
b. Lesi Infratentorial :
- Radang
- Trauma
- SOP : stroke, tumor, abses serebri
II. Non Struktural / Metabolik
A. Primer
1.
Penyakit
pada substansia grisea : Picks Disease,
Alzhaimers disease
2.
Penyakit pada substansia alba : Leukodistropi
B. Sekunder
Hipoksia penurunan kadar dan tekanan oksigen darah : penyakit paru
paru, penurunan tekanan atmosfir oksigen
Standar Pelayanan Medis Neurologi
154
155
156
157
Nafas
Dilihat :
Agitasi : Kesan hipoksemia
Gerakan nafas : dada
Retraksi sel iga, dinding perut, sub kosta klavikula
Didengar suara tambahan berupa dengkuran, kumuran, siulan : ada
sumbatan
Diraba :
getaran ekspirasi
getaran di leher
fraktur mandibuler
Yang menyebabkan gangguan jalan nafas :
Lidah / epiglotis
Muntahan, darah, sekret benda asing
Trauma mandibula/maksila
158
Pola pernafasan
Lesi sentral : Pola nafas
Eupnea
Cheyne Stoke
Sentral Neurogenik Hiperventilasi
Apnea
Lesi Perifer
Nafas interkostal
Nafas diagfragma (dinding perut)
2. Perhatikan aliran darah
- Perfusi : Perifer
Ginjal : produksi urin
Nadi : Ritme, Rate, Pengisian
Tekanan Darah
Diusahakan :
Hemodinamik stabil ( tidak naik turun )
Kondisi tensi normal
Dihindari : Hipertensi / meninggi, shock
Jenis Shock :
- Hipovolemik
- Kardiogenik
- Sepsis
- Penimbunan vena perifer ( polling )
3. Cairan Tubuh
- Cegah hidrasi berlebihan
- Cairan Hipotonik, Hipoprotein dan lama pakai ventilator mudah terjadi
hidrasi
- Tekanan osmotik dipertahankan dengan albumin
- Hindari Hiponatremia
4. Gas darah dan Keseimbangan Asam Basa
- Alat Bantu Oximeter utnuk mengetahui oksigenasi diusahakan SaO 2 > 95
dan PaO2 > 80 mg (dengan analisa gas darah)
- PO2 dibuat sampai 100 150 mmhg dengan cara diberi O2
- PaCO2 : 25 35 mm dengan hiperventilasi
5. Pasang Naso Gastric Tube
Pengeluaran isi Lambung berguna :
- Mencegah aspirasi, intoksikasi
- Nutrisi parenteral
Standar Pelayanan Medis Neurologi
159
6. Posisi
- Hindari posisi Trendelemberg
- Posisi kepala 30o lebih tinggi
- Pada Koma yang lama hindari :
* Dekubitus : sering alih posisi
* Vena dalam Thrombosis : pakai stocking
7. Katheter Urine
- Untuk memudahkan penghitungan balans cairan
- Mencegah kebocoran urin
- Berguna pada gangguan kencing
B. Therapi kausatif/Spesifik
1. Gangguan kesadaran dengan kaku kuduk dengan panas yang mulai beberapa
hari sebelumnya sangat mungkin primer infeksi ( meningitis, encefalitis ) di
otak bila gangguan kesadaran tanpa kaku kuduk sangat mungkin primer
infeksi bukan di otak
2. Gangguan kesadaran dengan kaku kuduk tanpa panas sangat mungkin
perdarahan subarahnoid
3. Gangguan kesadaran dengan didapatkan gejala neurologis fokal
(hemiparesis, heminervikranial palsy) penyebabnya lesi intrakranial
4. Gangguan kesadaran disertai tanda tanda tekanan intrakranial meninggi :
(muntah muntah proyektil, parese N.III , kaku kuduk, penglihatan kabur
secepatnya diberi manitol, dexamethason, dibuat hiperventilasi
5. Gangguan kesadaran tanda disertai kaku kuduk atau/dan gejala neurologis
fokal, bradikardi sangat mungkin penyebabnya metabolik
6. Gangguan kesadaran dengan tanda herniasi intrakranial ( anisokor, isokor
miosis/ midrasis dengan tetraparesis ) termasuk gawat darurat secepatnya
perlu tindakan
7. Gangguan kesadaran dengan penyebab yang sudah jelas, dapat diterapi
spesifik untuk penyebab :
- Hipoglikemi : Glukosa
- Overdosis Opiat : Nalokson
- Overdosis Benzodiazepin : Flumazenil
- Wernicke Ensephalopaty : Thiamin
PENYULIT :
- Tenaga kurang Profesional
- Peralatan kurang lengkap
- Ruang perawatan intensif belum memadai
KONSULTASI :
Bagian bedah Saraf
Bagian Penyakit Dalam
Bagian Anestesi
Bagian Kardiologi
Bagian Pulmonologi
160
TENAGA
Perawat, Dokter umum, Dokter spesialis saraf
JENIS PELAYANAN
Jenis Pelayanan termasuk keadaan darurat neurologis perlu tindakan
cepat,tepat dan akurat dan perlu dirawat di ruang pelayanan intensif
LAMA PERAWATAN
1 5 hari
161
162
163
DIAGNOSIS BANDING
- Polineuropati terutama karena defisiensi metabolik
- Tetraparesis penyebab lain
- Hipokalemi
- Miasthenia gravis
TATALAKSANA
- Tidak ada drug of choice
- Waspadai memburuknya perjalanan klinis dan gangguan pernafasan
- Bila ada gangguan pernafasan rawat ICU
- Roboransia saraf parenteral
- Perlu NGT bila kesulitan mengunyah/menelan
- Kortikosteroid masih kontroversial, bila terjadi paralisis otot berat maka
perlu kortikosteroid dosis tinggi
- Plasmafaresis beberapa pasien memberi manfaat yang besar terutama
kasus akut
- Plasma 200 250 ml/kg BB dalam 4 6 x pemberian sehingga waktu
sehari diganti cairan kombinasi garam + 5 % albumin
- Imuno globulin intravena (expert konsesus) : IVIG direkomendasikan
untuk terapi GBS 0,4 g/kgBB/tiap hari untuk 5 hari berturutturut
ternyata sama efektifnya dengan penggantian plasma.
Expert konsesus merekomendasikan IVIG sebagai pengobatan GBS
PENYULIT
- Gangguan otot pernafasan respiratory failure
- Konsultasi : IPD, Anastesi, Paru
- Jenis pelayanan : Urgent & emergency
- Lama perawatan : 24 minggu
164
Miasthenia Gravis
ICD G 70.7
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Kelemahan/kelumpuhan otot yang tidak berhubungan dengan kelemahan
secara umum.
2/3 pasien : Gangguan gerak bola mata, ptosis, diplopia
1/6 pasien : Kelemahan otot farings, kesulitan mengunyah, menelan dan
berbicara
10% :
- Kelemahan ekstremitas
- Kelemahan otot ringan pagi hari dan memberat jika siang, seiring
aktivitas
- Kelemahan bersifat progressif
- Setelah 1520 tahun kelumpuhan menetap
- Faktor yang memperparah gejala :
Emosi, infeksi viral, hypothyreodenasi, kehamilan, panas, obat transmisi
neuromuscular
- Pemeriksaan pita suara
Penunjang :
Laborat :
- Pemeriksaan edrophonium cloride (Tensilon)
- Antibodi terhadap acetylcholin receptor (AchR)
Penunjang :
1. Repetitive Nerve Stimulation
2. Simple filter EMG
Gold standard : Radiologis
:DIAGNOSIS BANDING
- Histeria
- Multiple sclerosis
- Symptomatic miasthenia
- Syndroma moebius
- Cholinergic crisis
TATALAKSANA
- Cholinesterase (CHE) inhibitor menurunkan hidrolisis enzim Ach, pada
sinap cholinergik ChE, kemungkinan menyembuhkan pasien miastenia
gravis lebih besar dari yang lain. Pyrido stigmuno bromide (Mestinon)
dan Neustigramin Bromide (Prostigmin). Tidak ada penetapan dosis
tertentu, kebutuhan CHE inhibitor sangat bervariatif
- Thymectomy : Pasien MG dianjurkan thymectomy. Respon yang
diharapkan muncul 2 5 tahun post OP. Thymectomy pada usia > 60 th
jarang menunjukkan kesembuhan
- Kortikosteroid : Prednison 1,5 2 mg/kg/BB
165
Multiple Sclerosis
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
- Gejala & tanda obyektif penyakit tersebar
- Memiliki fase remisi & eksaserbasi
- Neuritis optik, neuritis retro bulbar
- Skotoma sentral, kepucatan fundus bitemporal, strabismus
- Hilangnya refleks kulit dan abdomen
- Meningginya refleks fisiologi pada tungkai
- Tandatanda spastisitas, klonus & Babinsky sign
- Tremor nistagmus, ataksia
- Gangguan bicara
- Kelainan emosional
Penunjang
Laboratorium
LCS : LP harus dikerjakan pada setiap pasien yang dicurigai MS
Jumlah Sel : Limfositosis pleiositik ( > 5 sel per mm 3 ) umumnya sel
mononuklear jarang polimorfonuklear. Semakin awal diperiksa semakin tinggi
jumlah sel
Kadar protein : dengan sistem pandy positif, kwantitatif kadar gamma globulin
meningkat
Fundus : kepucatan fundus bitemporal
EEG : pemeriksaan EEG tidak menunjukkan kelainan spesifik
Elektro okulo/nistagmograf : mendeteksi nistagmus yang tidak terlihat mata
telanjang
Bila CT Scan : Positif pada MS bila lesi - 2 cm
MRI
DIAGNOSIS BANDING
- Hereditary ataxic
- Familial spastic paraplegia
- Vit. B12 defisiensi
- Tropical spastic paralysis
- SLE
- Sjogren syndrome
- Bekcet disease
- Acute diseminated encephalomalasia
- Lyme disease
- Adreno leukodistrophy
TATALAKSANA
Kortikosteroid kontinyu sebagai standar pengobatan
- Stabilisasi Blood Brain Barrier
- Mengurangi inflamasi & oedem
- Meningkatkan nerve conduction
- Menghambat sistem imune
INF , IL 2 , Antibody immunosupresan, NK cell
166
167
168
169
VERTIGO
Definisi
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari
jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh
oleh berbagai keadaan atau penyakit.
Klasifikasi:
Vestibulogenik:
a. Primer: motion sickness, benign paroxysmal positional vertigo,
Meniere disease, neuronitis vestibuler, drug-induced
b. Sekunder: migren vertebrobasiler, insufisiensi vertebrobasiler,
neuroma akustik.
Nonvestibuler: Gangguan serebellar, hiperventilasi, psikogenik, dll.
KRITERIA DIAGNOSIS
Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektif (symptoms)
dan objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh.
Gejala subjektif
Mual
Gejala objektif
Keringat dingin
Pucat
Muntah
Nistagmus
Gejala tersebut di atas dapat diperhebat/diprovokasi perubahan posisi
kepala.
Kelainan THT
Kelainan Mata
Kelainan Saraf
Kelainan Kardiovaskular
Kelainan Psikis
170
B. Pemeriksaan fisik
Umum: Keadaan umum, anemia, tekanan darah berbaring dan
tegak, nadi, jantung, paru, abdomen.
Pemeriksaan neurologis umum:
Kesadaran
Saraf-saraf otak: visus, kampus, okulomotor, sensori di muka, otot
wajah, pendengaran, dan menelan.
C. Fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas) dan fungsi sensorik (hipestesi,
parestesi).
Pemeriksaan khusus Oto-neurologis untuk menentukan lesi sentral dan
perifer.
Fungsi vestibuler/serebelar
1. Tes Nylen Barany atau Dix Hallpike (cara: Lampiran)
2. Tes kalori
3. Tes Romberg, tandem gait, past pointing test, tes Fukuda dll.
Fungsi pendengaran
1. Tes Garputala
2. Audiometri
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: darah rutin, kimia darah, urin, dan
pemeriksaan lain sesuai indikasi.
Pemeriksaan Radiologi: Foto tulang tengkorak leher, Stenvers (pada
neurinoma akustik).
Pemeriksaan neurofisiologi: elektroensefalografi (EEG),
elektromiografi (EMG).
Pemeriksaan Neuro-imaging: CT-Scan kepala, pnemoensefalografi,
Transcranial Doppler.
TATALAKSANA
Terapi simptomatik:
Pengobatan simptomatik vertigo:
Antihistamin (efek antikolinergik dan merangsang inhibitorymonoaminergik dengan akibat inhibisi n. vestibualris):
Cinnarizine 3x25 mg/hr, Dimenhidrinat (Dramamine) 3x50 mg/hr.
171
Terapi rehabilitasi
Latihan visual-vestibular, Metode Brandt-Daroff, Gait exercise.
PENYULIT
KONSULTASI
Dehidrasi
Gangguan elektrolit
THT dan unit pelayanan lain yang terkait sesuai indikasi.
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Rawat inap, terutama bila disertai muntah hebat
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter
LAMA PERAWATAN
Minimal 1 minggu
PROGNOSIS
Tergantung penyebab
172
Tipe Perifer
Lebih mendadak,
intermitten
Berat
(+)
(++)
Tipe Sentral
Lebih lambat, konstan
(+)
(-)
(-)
Selalu ada
(+)
Dapat hilang
Ringan
(-)
(+)
173
174
HIPERSOMNIA
INSUFFICIENT SLEEP ( Sleep Restriction/Deprivation )
Hipersomnia karena kurang tidur, atau pembatasan tidur
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis :
1. Adanya pembatasan jumlah waktu tidur dalam sehari kurang dari 7
jam (6 jam atau kurang).
2. Mengantuk di siang harinya disertai perubahan mood dan
psikomotor.
b. Laboratorium :
Tidak diperlukan
c. Radiologis :
Tidak diperlukan
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS : Hipersomnia sebab lain
TATA LAKSANA
a. Non Medikamentosa:
Meningkatkan waktu tidur total sampai 8 jam atau lebih.
Kadang kadang dibutuhkan perubahan pola hidup dan pekerjaan.
b. Medikamentosa:
Cara non medikamentosa biasanya berhasil, tetapi bila diperlukan obat
stimulan jangka pendek (Methylphenidate, Ritalin 5 20 mg pagi dan
atau siang hari)
PENYULIT :
- Pembatasan tidur parsial (4 6 jam per-malam), jangka pendek (kurang
dari 2 minggu) menyebabkan perubahan mood dan psikomotor serta
perubahan endokrin seperti peningkatan kadar kortisol dan resistensi
insulin yang ringan.
- Pembatasan tidur parsial yang kronis menyebabkan peningkatan angka
kematian karena penyakit jantung dan kematian pada umumnya.
KONSULTASI: Bagian Saraf
JENIS PELAYANAN: Rawat jalan
TENAGA : Spesialis saraf dan atau konsultan sleep disorder
LAMA PERAWATAN : Biasanya berlangsung jangka pendek, jarang kronis
PROGNOSIS : Baik bila diobati dengan benar
175
176
NARKOLEPSI
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis
1. Gejala biasanya mulai dekade ke-2 (umur 20 30 tahun), walaupun
kadang terjadi sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun).
2. Ada 4 gambaran klasik (Classic tetrad) :
a. Hipersomnia : merupakan gejala utama gejala utama yaitu
mengantuk berlebihan pada siang hari yang segera membaik dan
kembali segar setelah tidur singkat kurang dari 30 menit
b. Cataplexy : mendadak kehilangan tonus otot dan berlangsung
sebentar yang khas terjadi pada saat sedang emosi kuat, misalnya
tertawa terbahak-bahak atau marah yang berlebihan. Kelumpuhan
dapat komplit atau parsial dan biasanya singkat (detik menit).
Terjadi kira-kira 70% penderita narkolepsi.
c. Sleep paralysis (Jawa: tindihen) yaitu ketidakmampuan untuk
bergerak atau bicara yang terjadi awal (hipnagogic) atau akhir tidur
(hipnopompic).
d. Hipnagogic hallucination yaitu halusinasi penglihatan atau
pendengaran yang muncul sebagai representasi mimpi dan terjadi
segera pada awal tidur, kadang-kadang terjadi pada saat bangun pagi
(hipnopompic). Halusinasi dapat berupa bayangan orang yang
mengancam, binatang atau biasanya hantu/monster disertai rasa
takut yang hebat dengan atau tanpa sleep paralisis.
3. Gejala penyerta :
a. Automatic behaviour dan amnesia: yaitu saat penderita mengantuk
dan berusaha mengatasinya tiba-tiba muncul aktifitas yang terjadi
dibawah alam sadar. Ia dapat melanjutkan tugasnya dengan benar
tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan yang komplek. Kadang
keluar kata-kata yang tidak mengandung arti dan tidak relevan
dengan pembicaraan dan hal ini mengakhiri serangan disertai
amnesia terhadap apa yang diperbuat tadi.
Serangan berlangsung beberapa detik tetapi kadang sampai beberapa
jam, biasanya saat mengerjakan aktivitas monoton seperti
mengendarai mobil, sehingga sering terjadi kecelakaan. Karena itu
kalau mengantuk sebaiknya berhenti dan tidur singkat (10 30 menit)
sudah bisa segar kembali. Dapat terjadi pada orang normal yang
sangat mengantuk seperti dokter yang praktek sampai jauh malam.
b. Disrupted sleep yaitu terbangun beberapa kali semalam
c. Sleep apneu: 20% penderita laki-laki.
4. Polisomnografi menunjukkan 1 atau lebih sebab :
1. Sleep latency < 10 menit
2. REM sleep latency < 20 menit
3. MSLT yang menunjukkan rata rata sleep latency < 5 menit
4. Sleep-onset REM period (SOREM) < 15 menit, paling sedikit pada 2
dari 5 kesempatan tidur kecil selama rekaman Polysomnography.
5. HLA trapto type-DQB1 0602 dan DR2 positif (terdapat pada 90-100%
penderita narkolepsi tergantung ras-nya)
177
b. Laboratorium
Polisomnografi (PSG)
Khas : Pemendekan sleep onset dan REM latency
Gangguan kerangka tidur, sering terbangun singkat.
Penting untuk menyingkirkan gangguan tidur yang dapat menyebabkan
hipersomnia
MSLT : rata-rata sleep latency <5 menit.
Khas : muncul sleep onset REM (SOREM) kurang dari 15 menit paling
sedikit 2 dari 5 kesempatan tidur kecil.
Pada orang normal MSLT > 10 menit ( 8-10 menit masih dianggap
abnormal.
Onset tidur adalah jangka waktu antara lampu dimatikan dan
munculnya gambaran tidur tahap pertama yaitu NREM.
Pergantian NREM dan REM rata-rata antara 60-90 menit. Dianggap
normal bila REM terjadi kurang dari 15 menit. Dianggap abnormal bila
REM terjadi <15 menit (SOREM)
c. Radiologis
Neuroimaging dilakukan terutama bila hipersomnia dan cataplexy mulai
pada usia < 5 tahun atau sesudah usia 50 tahun.
d. Golden Standard : Polisomnografi dan MSLT
e. Patologi anatomi : DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. DD NARKOLEPSI DG CATAPLEXY
- narkolepsi skunder (symptomatic)
- epilepsy
2. Diagnosis Banding NARKOLEPSI TANPA CATAPLEXY
- Sindroma Obstructive sleep apnoea-hypopnoea
- Kurang tidur pada malam hari
- Circadian rhythm sleep disorders
- Idiopathic central nervous system (CNS) hypersomnia
- Periodic limb movement disorder
- Trauma kepala dan gangguan neurologi lainnya
- Depresi
- Efek samping obat
TATA LAKSANA
a. Medikamentosa
1. Obat stimulan
OBAT
Methylphenidate
MethylphenidateSR
Dextroamphetamin
Pemoline
Modafiline
DOSIS (mg)
5 60 (dosis terbagi)
20 - 60 / hari
5 - 60 / hari
75 150 /hari
100 - 400 ( sekali atau 2 kali sehari)
178
2. Obat cataplexy
OBAT
Clomipramine
Imipramine
Protryptiline
Fluoxetin
Paroxetine
Sertraline
Venlafaxine
Sodium oxybate
DOSIS (mg)
25
75 15 20 20 50 75 3- 9
75
150
20
40
40
200
150
( dosis terbagi pada malam hari)
b. Non Medikamentosa.
1. Informasi
Narkolepsi adalah kelainan/penyakit seumur hidup. Pasien harus
mendapat informasi yang adekuat tentang penyakitnya
Akan lebih baik lagi apabila informasi disampaikan kepada anggota
keluarga, teman, guru, dokter keluarga, dll yang berhubungan dekat
dengan penderita
Beberapa penderita sangat tertolong apabila berkomunikasi dengan
sesama penderita
2. Tidur malam dan tidur siang sebentar
Tidur malam yang cukup, dilakukan pada jam yang teratur untuk
mencegah terjadinya ngantuk siang hari
Tidur siang yang terencana atau tidur singkat di siang hari untuk
mengurangi hipersomnia.
3. Pendidikan dan Pekerjaan
Meskipun narkolepsi tidak mengganggu intelektualitas, hipersomnia
dapat mengganggu konsentrasi dan penampilan di sekolah dan tempat
bekerja.
Guru harus diberi informasi tentang keadaan penderita sehingga
kesulitan anak-anak penderita narkolepsi dapat dilakukan pendekatan
dengan simpatik, diberi jadwal aktifitas yang sesuai, dan dapat tidur
siang sejenak apabila memungkinkan.
Pasien memilih pekerjaan tertentu sehingga terhindar dari bahaya untuk
pasien maupun orang lain
Diperlukan aturan hukum yang relevan untuk penderita narkolepsi
misalnya dalam hal mengemudi kendaraan bermotor
4. Terapi psikologis
Keluhan psikologis, terutama depresi sering terjadi pada narkolepsi
sehingga perlu diberi support psikologis.
PENYULIT : -
179
KONSULTASI :
- Untuk Diagnosa Awal
- Terapi Psikologis Awal
- Kondisi tidak membaik/ memburuk
180
181
182
183
SNORING (Ngorok)
Kriteria diagnosis :
a. Klinis:
- suara gaduh/riuh timbul waktu tidur,saat inspirasi
- ngorok biasanya timbul secara reguler,jika terputus-putus
kemungkinan OSA atau UARS
- daytime sleepiness
- mengganggu pasangan tidur
b. Laboratorium:
c. Radiologis:
- foto X-ray lateral cephalometry,CT scan dan MRI, ini semua untuk
menilai bentuk dan ukuran saluran nafas bagian atas dan level
obstruksinya
- endoskopi/nasendoskopi,dilakukan dalam keadaan bangun dan tidur
Diferensial diagnosis:
UARS dan OSA
Tatalaksana :
- Tujuannya membuat pasangan tidurnya dapat tidur nyenyak
- Sebaiknya pasangan/partner disarankan tidur lebih dahulu dari
penderita.
- Untuk penderita pemasangan mandibular advancement devices cukup
efektif jika snooring semakin memburuk pada posisi supine
- Dilakukan tindakan pada Upper Airway Surgery :
o Nasal surgery
o Palatal surgery
o Tonsilectomy / Adenoidectomy
o Linguoplasty
o Excision of Obstructif mass dan orthognatic surgery
Penyulit : Konsultasi : Bagian Saraf,THT, Bedah Head and Neck, dan Bedah Gigi dan Mulut
Jenis Pelayanan :
Rawat jalan dan rawat inap bila memerlukan tindakan operasi
Tenaga : Spesilis Saraf, THT, Bedah Gigi dan Mulut, Paru.
Lama perawatan : Jangka panjang
Prognosis : Ngorok biasa tidak mempunyai efek yang berat
184
INSOMNIA
INSOMNIA AKUT / TRANSIENT INSOMNIA
Insomnia akut adalah kesulitan tidur yang dialami < 3 minggu, bersifat
temporer, dipicu oleh kecemasan terhadap sesuatu yang diketahuii oleh
penderita.
Kriteria diagnosis :
A. Anamnesa:
1. Riwayat kurang tidur, sering terbangun terutama bila ambang
emosinya turun.
2. Dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Lingkungan tidur yang kurang nyaman seperti suara-suara keras,
cahaya yang terlalu terang, gerakan dan suara mendengkur dari
teman tidurnya.
b. Situasi stress misalnya saat akan menghadapi ujian, memikirkan
kondisi kerja yang tak nyaman, menderita sakit atau nyeri.
c. Higiene tidur yang jelek misalnya: sering minum kopi, alkohol
terutama pada malam hari, pemakaian obat-obat stimulant
d. Sering kumat-kumatan
B. Pemeriksaan fisik biasanya normal, status psikiatri biasanya
cemas/depresi.
Diagnosis banding
1. Insomnia sekunder oleh karena gangguan psikiatrik.
2. Insomnia sekunder oleh karena faktor organik
3. Insomnia primer
Penatalaksanaan
1. Perbaikan gaya hidup
2. Perubahan hygiene tidur yang optimal
Misalnya : - menghindari minum kopi dan alkohol
- menghindari obat-obat stimulan
- menghindari pemakaian diuretik malam hari
3. Terapi penyebab yang mendasari
4. Insomnia yang lebih dari beberapa hari dapat di obati dengan obat
hipnotik sesuai indikasi:
a. DIS (Difficulty in Initiating Sleep)
Terapi:
- Triazolam
- Zolpidem
- Flunitrazepam
- Zopiclon
- Zoliplon
b. DMS (Difficulty in Monitoring Sleep)
Terapi:
- Temazepam
- Zolpidem
- Lormetazepam
- Zopiclon
- Oxazepam
185
First line
Treatment
If Insomnia persist
Revised of Diagnosis
Ineffective
Psychotherapy
Behavioral
therapy
Chrono therapy
Light or
melatonin
therapy
Short
term
hypnotic
186
187
188
GANGGUAN DEPRESI
Kriteria diagnosis :
a. Anamnesa : Kesulitan tidur terjadi pada awal stadium depresi, terutama
pada awal tidur, sering terbangun malam hari, bangun terlalu
dini, mimpi buruk, tidur tak nyenyak berlangsung hampir tiap
hari.
b. Pemeriksaan fisik: Depresi
c. Polysomnografi:
- Pada pubertas : Normal
- Pada dewasa muda: Abnormal ringan
- Pada Usia Lanjut:
- TST
1 & 2 NREM Sleep
- Awakening
3 & 4 N REM Sleep
- EWM (+)
REM Sleep Latency
- Sleep Latency
REM Sleep , Daytime nap
Diagnosis banding : Demensia
Tatalaksana :
A. Medikamentosa
- Anti depressant Trisiklik
- SSRIs
- MAOIs
B. Tindakan
- Light therapy
Penyulit : Percobaan bunuh diri
Konsultasi : Bagian Kesehatan Jiwa
Jenis pelayanan : Rawat jalan
Tenaga : Spesialis Saraf dan Spesialis Kesehatan Jiwa
Lama perawatan : bervariasi
Prognosis : baik
189
INSOMNIA PRIMER
PSYCHOPHYSIOLOGICAL INSOMNIA (CONDITIONED INSOMNIA)
Kriteria diagnosis :
a. Anamnesa:
- Kesulitan mengawali tidur yang terjadi karena perasaan khawatir tidak bisa
tidur
- Penderita berusaha menekan kekhawatiran tersebut
- Sulit tidur nyenyak sepanjang hari
- Mudah capai, lemas, gangguan memori, gangguan konsentrasi
- Gangguan tidur berlangsung lama dan membaik saat liburan
b. Pemeriksaan fisik: tension headache & dizzines
c. Polysomnografi:
- TST
- SL
- I & 2 REM
- Alpha intrusion (+)
- Awakening
- Multiple sleep latency : Normal
Diagnosis banding :
1. Gangguan psikiatrik
2. Circadian rhytm disorders
3. Poor Sleep hygiene
4. Anxiety states
5. Chronic Fatigue syndrome
6. Fibromyalgia
Tatalaksana :
Hypnotic therapy
Perbaikan sleep hygiene
Terapi tingkah laku
Relaksasi
Restriksi tidur
Kontrol rangsangan
Penyulit : Insomnia kronis
Konsultasi : Bagian neurologi dan psikiatri
Jenis pelayanan : rawat jalan
Tenaga : Spesialis saraf dan Jiwa
Lama perawatan : bervariasi
Prognosis : baik
190
191
192
193
194
PARASOMNIA
Diagnosis banding
1. Confusional arousal
2. Sleep walking
3. Sleep talking
4. Epilepsi
5. Episodic Nocturnal wandering
6. REM Sleep behaviour disorder
7. Nightmares
8. Nocturnal Panic Attacks
9. Post Traumatic Stress disorder
Tatalaksana
1. Perawatan umum
1.a. Reassurance dan penjelasan tentang penyakitnya. Hal ini cukup bila
serangannya jarang.
1.b. Nasehat Hygiene tidur, regulasi tidur-bangun yang cukup, hindari
pembatasan tidur.
1.c. Penjadualan bangun 15-30 menit sebelum biasanya terjadi sleep terror.
1.d. Hindari perlukaan pada anak seperti pindahkan barang- barang yang mudah
pecah dan bila perlu kunci pintu dan jendela.
1.e. Gali penyebab psikologis anxietas dan stress yang mungkin mencetuskan
serangan.
1.f. Terapi behaviour penting pada penderita dewasa
2. Medikamentosa
2.1. Benzodiazepin (lorazepam 13 mg, clonazepam 0,52 mg, triazolam 0,125
0,25 mg sebelum tidur) di indikasikan pada penderita dewasa bila sering
terjadi serangan dan disertai akibat yang membahayakan.
2.2. Beta blockers seperti propanolol untuk mengurangi gejala-gejala autonom.
Penyulit
1. Gangguan tidur dan anxietas pada orangtuanya
2. Rasa malu untuk anak-anak
3. Dapat menyebabkan cedera pada anak-anak atau orang lain.
Konsultasi : Bagian Saraf dan Jiwa
Jenis Pelayanan : Pelayanan rawat jalan.
Tenaga : Spesialis Saraf dan Jiwa
Lama perawatan : bervariasi, biasanya menghilang sesudah dewasa.
Prognosis :
1. Pada anak-anak biasanya intermiten, jinak, dan terbatas waktunya
(terbanyak 4 12 tahun)
2. Kejadian pada dewasa kadang-kadang dapat menyebabkan tingkah laku
seksual dan tindak kekerasan atau terluka.
Standar Pelayanan Medis Neurologi
196
Biasanya terjadi pada 1/3 pertama waktu tidur (NREM stadium 3-4)
Penderita bangun duduk ditempat tidur, membuka mata, membuka
selimut, bergerak berputar seperti bertujuan, dan berusaha
meninggalkan tempat tidur
Anak dapat berjalan kekamar tidur orang tua dan memberikan respon
sederhana terhadap pertanyaan dan perintah. Kadang-kadang kencing.
Penderita mencoba berpakaian, kemudian berjalan mengelilingi tempat
tidur tapi menolak rintangan. Mengucapkan beberapa kata, dapat naik
tangga, memakai alat-alat dapur dan berusaha menyiapkan makanan.
Membuka pintu depan rumah, berjalan beberapa jauh, dan bahkan
mengendarai mobil.
Kecelakaan dapat terjadi akibat jatuh dari tangga, jendela, atau sesudah
bejalan di luar rumah. Penderita biasanya mau di ajak kembali ke
tempat tidur tanpa perlawanan.
Usaha untuk menghalang-halangi atau membangunkan harus di hindari
karena menyebabkan kebingungan, kecemasan, dengan keinginan
melarikan diri yang dapat mencetuskan kekerasan mendadak.
Tidak ada mimpi, tidak ingat apa yang terjadi dan sesudahnya segera
tidur lagi.
2. Laboratoris:
Polysomnography untuk membedakan dengan gangguan tidur yang lain.
Rekaman video sangat membantu melihat pola serangan.
3. Radiologis
Tidak ada kelainan
4. Gold Standar
Polysomnography:
Tampak gelombang delta voltase tinggi pada stage 1 dan 2 NREM selama
beberapa detik sebelum terjadinya sleep walking tanpa ada gambaran
klinis epilepsy. Sering terbangun langsung dari stadium 1-2 NREM disertai
sleep walking. Atau dapat juga tanpa sleep walking. Rekaman video
dapat menunjukkan pola aktivitas serangan
5. Patologi Anatomi : Normal
197
Diagnosis banding
1. Sleep terrors
2. Epilepsi
3. Episodic nocturnal wandering
4. Malingering
5. REM sleep behaviour disorder
6. Psychogenic fugues
7. Confusional arousal
Tatalaksana
1. Medikamentosa
1. 1 Benzodiazepin (klonazepam 0,25 2 mg, atau diazepam)
1. 2 Antidepresan kadang-kadang bermanfaat
2.
2.
2.
2.
Non Medikamentosa
1. Hygiene tidur
2. Pengurangan stress dan pembatasan tidur.
3. Dibangunkan secara terjadwal 15-30 menit sebelum waktu biasanya terjadi
sleep walking.
2. 3. Proteksi lingkungan seperti tutup dan kunci jendela, tutup tangga, pasang
bel pada pintu kamar tidur, singkirkan benda-benda tajam dan mudah
pecah.
2. 4. Psikoterapi pada penderita dewasa yang potensial berbahaya.
Penyulit
1. Rasa malu
2. Resiko cedera
Konsultasi : Bagian Saraf dan Jiwa
Jenis Pelayanan : Rawat jalan
Tenaga : Spesialis Saraf dan Jiwa
Lama perawatan : bervariasi
Prognosis :
1. Kemungkinan bisa membaik sangat besar
2. Mengganggu prestasi belajar
3. Pada orang dewasa dilaporkan mempunyai resiko gangguan psikiatri,
gangguan tidur lainnya
198
199
Differential diagnosis
1. Nightmare
2. Confusional arousals
3. Sleep terrors
4. Sleep walking
5. Post-traumatic stress disorders
6. Epilepsi terutama epilepsi lobus temporalis
7. Episodic nocturnal wanderings
8. Bangun mendadak dari tidur REM pada OSA
9. Serangan panik
10. Malingering
Tata laksana
a. Non Medikamentosa
1. Proteksi penderita dan pasangannya, bila disertai tindak kekerasan,
pindahkan benda-benda yang dapat digunakan untuk kekerasan, letakan
kasur dilantai dengan bantal-bantal disekelilingnya.
2. Hindari halangan fisik karena dapat menyebabkan resiko luka.
b. Medikamentosa
Turunkan pelan-pelan obat-obat penyebab seperti venlafaxine dan antidepresi SSRI
Benzodiazepine seperti clonazepam 0,5 4 mg: efektif segera pada 90%
kasus
Melatonin 3 15 mg malam hari sebelum tidur.
Buproprion adalah satu-satunya anti depresan yang tidak menimbulkan
RBD, sehingga dapat diberikan sebagai pengganti anti depresan lain.
Penyulit :
Dapat menyebabkan tindak kekerasan dan luka
Konsultasi :
Bagian Neurologi
Jenis pelayanan : Rawat jalan
Tenaga :
Dokter Spesialis Saraf/Spesialis Saraf konsultan sleep disorder
Lama perawatan :
Untuk mengikuti perkembangan : kontrol secara berkala seumur hidup
Prognosis
- Penyakit seumur hidup, sulit disembuhkan
- Dapat menjadi petanda akan timbulnya penyakit parkinson 4 10 tahun
Standar Pelayanan Medis Neurologi
200
sebelumnya
IV. NIGHTMARE
Kriteria diagnosis
a. Klinis
Biasanya onset terjadi pada usia balita usia 3 6 tahun, laki-laki dan
wanita sama, tetapi pada usia dewasa wanita lebih sering, terjadi pada
1/3 akhir malam
Isi mimpi panjang dan komplek serta menakutkan dan menyebabkan
kecemasan serta ketakutan hebat sewaktu akan bangun tidur. Mimpi
dapat diingat kembali dengan baik, dan sering sulit tidur kembali.
Jarang terjadi gerakan motorik dan tingkah laku kecuali sesudah bangun.
Gejala otonomnya sedikit, seperti peningkatan detak jantung.
Penyebabnya:
- pembatasan tidur yang menyebabkan rebound tidur REM
- narkolepsi
- RBD
- Schizoprenia
- Anxietas
- Obat-obatan seperti L-dopa, beta blocker
- Penghentian obat mendadak seperti anti depresan, alkohol
b. Laboratorium: c. Radiologis: d. Golden Standard: PSG jarang dibutuhkan, dapat menunjukkan peningkatan
densitas REM 10 menit sebelum terbangun dari nightmare
e. Patologi anatomi: Differential diagnosis
RBD
Serangan panik pada malam hari
Narkolepsi
Sleep terror
Tata laksana
a. Non medikamentosa:
Hentikan obat-obat penyebab seperti L-dopa, beta blocker
Kurangi stres dan perbaiki hygiene tidur
Terapi kognitif tingkah laku
b. Medikamentosa : jarang diperlukan, bila menetap dengan cara-cara diatas
dapat diberikan obat supresi tidur REM seperti tricyclic anti depresan
201
Penyulit :
Nightmare menakutkan penderita dan menyebabkan kecemasan untuk
tidur
Menyebabkan bangun malam hari dan sulit kembali tidur
Konsultasi :
Bagian Saraf
Jenis pelayanan : Rawat jalan
Tenaga :
Dokter Spesialis Saraf, Spesialis kedokteran jiwa/Psikolo
Lama perawatan :
Berlangsung terbatas , paling sering sampai usia 10 tahun
Prognosis : baik
202
203
204
205
KONSULTASI
Anak
Psikiatri
THT
Mata
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Psikolog, dokter spesialis saraf, spesialis anak, terapis
PROGNOSIS
IQ 50-70, MR ringan, slow learner, dapat dididik
IQ<50, MR sedang dan berat, dapat dilatih kemampuan sederhana tertentu
IQ<20, MR sangat berat, tidak dapat dilatih, sangat tergantung pada orang lain
206
207
208
209
210
MENINGITIS
Adalah salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang berat dan dapat
menimbulkan gejala sisa yang permanen. Penyebab infeksi adalah bakteri, virus
atau organisme yang lain.
Merupakan salah satu komplikasi dari penyakit tuberkulosis, mempunyai
morbiditas dan mortalitas yang tinggi dengan prognosis yang buruk.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala klasik adalah panas badan, nyeri kepala, kaku kuduk. Pada anak usia
muda (<2 tahun) gejala ini sulit terlihat. Pada anak yang lebih tua gejala seperti
panas badan, nyeri kepala, kaku kuduk atau nyeri pada leher, penurunan
kesadaran, muntah, defisit neurologi fokal, kejang. Pada meningitis yang
disebabkan oleh bakteri gejala ini berlangsung sangat cepat dan dapat terjadi
perburukan dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
Pemeriksaan fisik umum dan neurologis :
- Penurunan kesadaran, febris.
- Kaku kuduk, defisit neurologi fokal
Radiologi :
Foto toraks
CT scan dengan kontras : terdapat penyangatan di daerah basal
Laboratorium :
LED, PPD 5 TU
Pemeriksaan pungsi lumbal
Hasil pemeriksaan LCS
Sel
Predominan lekosit
Protein
Glukosa LCS :serum
Bakteri
500 10.000
PMN
meningkat
menurun
Virus
> 6 500
Limfosit
normal sedikitmeningkat
Normal
TBC
> 6 - 1000
Limfosit
meningkat
menurun
211
Medikamentosa
Rekomendasi terapi antibiotika inisial pada meningitis bakterialis
Usia
Penyebab tersering
Terapi inisial
Ampisilin +
E.coli, grup B streptokokus,
sefotaksim/seftazidim
< 1 bulan
L.monocytogenes
atau ampisilin +
aminoglikosida
E. coli, group B
streptococcus,
Ampisilin +
1 3 bulan
L. monosytogenes,
sefotaksim/seftriakson
H. influenza tipe b,
S.pneumonia
H. influenza, N.
Sefotaksim/seftriakson
meningitidis, L.
atau ampisilin +
3 bulan 18 tahun
monosytogenes,
kloramfenikol
S.pneumonia
Penisilin G atau
S.pneumonia, N.
18 thn 50 thn
ampisilin atau
meningitidis
sefotaksim/seftriakson
S.pneumonia, N.
meningitidis, L.
Ampisilin,
> 50 tahun
monosytogenes,
sefotaksim/seftriakson
batang gram negatif enterik
Dosis antibiotika untuk meningitis bakterialis
Antibiotika
Dosis (kg BB/hari)
Penisilin G
250.000 unit
Ampisilin
200 300 mg
Kloramfenikol
75 100 mg
Sefotaksim
200 mg
Seftriakson
100 mg
Seftazidim
125 150 mg
Vankomisin
50 60 mg
Gentamisin, tobramisin
6 mg
Amikasin
20 30
Nafsilin, oksasilin
200 mg
Interval (jam)
4
6
6
68
12 24
8
6
8
8
6
Suportif
- Monitoring tanda vital
- Evaluasi status neurologi setiap hari
- Monitoring intake dan output, elektrolit
- Pengukuran lingkar kepala
- Antikonvulsan bila ada kejang
- Nutrisi yang baik
- Deksametason diberikan pada anak usia > 2 bulan dengan dosis 0,15
mg/kgBB/kali 15 menit sebelum atau bersamaan dengan antibiotika selama 4
Standar Pelayanan Medis Neurologi
212
Dosis harian
( mg/kgBB/hari )
10
5
15 40
15 40
12
Lama pengobatan
12 bulan
12 bulan
2 bulan
1 3 bulan
4 8 minggu, tap off 2 4 minggu
PENYULIT
Meningitis bakterialis : Oedem otak, hidrosefalus, SIADH
Meningitis TBC : Oedem otak, hidrosefalus, SIADH, arteritis, penjeratan saraf
otak.
KONSULTASI
Bedah saraf, I.K Anak
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA
Paramedis, perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Tergantung klinis pasien
213
214
TICS
KRITERIA DIAGNOSIS
Gerakan involunter sederhana berupa kedipan mata, menyeringai, menjulurkan
lidah, gerakan kepala, gerakan jari kaki, gerakan wajah (twitching), gerakan
leher, gerakan mengangkat bahu, batuk, suara mendengkur, sedangkan gerakan
yang kompleks dapat berupa gerakan menggosok, melompat, berjongkok,
menciumi objek atau bagian tubuh, copropraxia dan echopraxia, berkata-kata,
atau gerakan berurutan yang stereotipik yang bertambah saat anak stres.
Keluhan ini menetap atau menurun bahkan dapat menghilang. Biasanya
berhubungan dengan gangguan kompulsif dan ADD.
Sedangkan sindroma Tourettes bila memenuhi kriteria :
Multipel motor tics (beberapa jenis gerakan anggota badan, batang tubuh,
atau wajah).
Paling sedikit terdapat satu vokal tic, meliputi beberapa suara kecuali batuk
dan sniffing
Gejala timbul sebelum usia 21 tahun
Gejala menetap atau menurun lebih dari 1 tahun
PENATALAKSANAAN
Tujuan : meningkatkan kualitas hidup pasien dengan tics, dan bukan untuk
menghilangkan tics. Bila anak terganggu saat sekolah, obat hanya diberikan saat
sekolah saja.
Non farmakologi
- Situasi kelas / lingkungan sekolah yang tidak menimbulkan stress
- Terapi behaviour
Farmakologi
Prinsip terapi :
1. Mulai dengan dosis rendah dan tingkatkan secara bertahap
2. Evaluasi efektifitas obat dan efek samping yang terjadi
3. Gunakan monoterapi
4. Gunakan Tier 1 terutama pada tics yang ringan
5. Pemeriksaan EKG sebelum menggunakan obat Tier 2
6. Turunkan dosis obat secara bertahap
Tier 1 :
- Klonidin dosis permulaan 0,05 mg, dapat ditingkatkan menjadi 2 x 0.05
mg. Dosis dapat ditingkatkan setiap 5 7 hari dan dapat diberikan sampai
0,1 -- 0,4 mg/hari.
- Guanfasin dosis permulaan 0,5 mg malam hari dan dapat ditingkatkan
secara bertahap sampai 3 mg/hari dibagi dalam dua dosis.
- Klonazepam digunakan sebagai terapi ajuvan pada pasien dengan
kecemasan. Efek samping berupa mengantuk, dizziness, fatigue.
Standar Pelayanan Medis Neurologi
215
Tier 2 :
Apabila pengobatan pertama dengan Tier 1 tidak berhasil dapat diberikan
neuroleptik yang klasik maupun neuroleptik yang atipik.
Neurileptik klasik :
- Pimozid 2 6 mg/hari, mulai dengan dosis 0,5 1 mg/hari sebelum
tidur, dinaikkan secara bertahap.
- Flufenazin 2 4 mg/hari, mulai dengan dosis 1 mg/hari sebelum tidur,
dinaikkan secara bertahap.
- Haloperidol 1 5 mg/hari, mulai dengan dosis 0,5 mg/hari, dinaikkan
secara bertahap.
Neuroleptik yang atipik
- Risperidon maksimal 3 mg/hari dibagi dalam dua dosis, mulai dengan
0,5 mg/hari, malam hari.
- Olanzapin 5 10 mg/hari dalam dosis terbagi, mulai dengan 2,5 mg
sebelum tidur.
Obat lain :
Dopaminergik dopamin antagonis (tetrabenazin 25 100 mg/hari),
dopamin agonis ( Pergolid, 0,1 0,3 mg/hari, dosis terbagi).
Botulinum toxin ( Botox )
216
217
DISTONIA
KRITERIA DIAGNOSIS
Kontraksi simultan otot agonis dan antagonis yang transien sehingga postur
tubuh menjadi tidak biasa. Bila kontraksi otot agonis dan antagonis seimbang
maka gerakan tidak tampak, hanya berupa ketegangan otot.
Gerakan biasanya perlahan, mengenai satu bagian tubuh, sampai maksimal
kemudian bertahan selama satu menit atau lebih, tetapi kadang-kadang bisa
lebih cepat.
Manifestasi distonia yang sering adalah spasmodik torticollis, spasmodik
retrocollis, inversi intermitten sehingga postur menjadi equinovarus, otot-otot
lidah, blepharospasm, writers cramp dystonia, spasmodic dysphonia.
DIAGNOSA BANDING
Kelainan kongenital dan
perkembangan
Kelainan degeneratif dan
penyebab tak diketahui
Penyakit infeksi
Gangguan metabolik
Reaksi obat
Psychogenic
Gangguan tidur
218
PENATALAKSANAAN
Distonia primer :
Triheksyphenidyl :
Dosis 660 mg/hari dalam dosis terbagi, mulai dengan 0,5 mg/hari pada anak
4 tahun sedangkan anak yang lebih besar dapat dimulai dengan dosis 1
mg/hari malam hari dan dinaikkan 1 mg setiap 1 minggu.
Carbidopa / levodopa :
Dosis 45 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi, mulai dengan 1 mg/kgBB/hari
Baclofen :
Dosis 1060 mg/hari dalam dosis terbagi, mulai dari 5 mg malam hari.
BOTOX
Distonia sekunder :
Reserpin 20 g/kg, dinaikkan bertahap sampai 0,25 mg/hari dibagi dalam dua
dosis
Difenhidramin 11,25 mg/kgBB IM atau IV (maks 50 mg), kemudian dilanjutkan
dengan 11,25 mg/kg PO (maks 50 mg) setiap 68 jam selama 13 hari .
219
TUMOR OTAK
Tumor otak pada anak berbeda dengan tumor otak pada orang dewasa dalam
tipe sel yang terlibat maupun terapinya.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis : Gejala sering berhubungan dengan adanya tekanan tinggi intrakranial
yaitu nyeri kepala, muntah (pagi hari), mual, perubahan kepribadian, iritabel,
penurunan kesadaran, penurunan fungsi jantung dan pernafasan.
Menurut lokasi :
Tumor serebri : kejang, gangguan visus, disartria, hemiparesis disertai parese
saraf otak, TTIK, perubahan kepribadian, penurunan kesadaran.
Tumor di batang otak : kejang, gangguan endokrin, perubahan visus atau
penglihatan ganda, nyeri kepala, parese saraf otak dan hemiparese motorik,
perubahan pernafasan, TTIK.
Tumor di serebelum : TTIK, muntah (pagi hari tanpa mual), nyeri kepala,
gangguan koordinasi, gangguan berjalan (ataksia).
Gejala-gejala ini dapat bercampur.
Pemeriksaan neurologis
Penurunan kesadaran, parese saraf otak, hemiparese motorik, gangguan
koordinasi, ataksia, refleks fisiologi meningkat, refleks patologis positif.
Radiologi : CT scan dengan kontras, MRI
Laboratorium : biopsi tumor
Gold standard : CT scan kepala dengan kontras, biopsi
Patologi anatomi : menentukan jenis tumor
DIAGNOSIS BANDING
Abses otak
Tuberkuloma di otak
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa : steroid untuk edem otak ( loading : deksametason 1-2
mg/kgBB sampai 10 mg, kemudian 1-1,5 mg/kgBB/hari, maksimum 16
mg/hari dibagi dalam 4 dosis)
Tindakan :
Operasi
VP shunt
Radiasi
PENYULIT
Kejang, hidrosefalus
KONSULTASI
Bedah syaraf, Radiologi, Patologi Anatomi, Rehabilitasi medis
220
JENIS PELAYANAN
Rawat inap RS
TENAGA
Paramedis, perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Tergantung klinis
221