Anda di halaman 1dari 6

PEMERIKSAAN 1

I. JUDUL
II. METODE
III. TUJUAN

: PEMERIKSAAN TPHA
: TPHA dan Rapid test
:Tes hemaglutinasi untuk
Antibodi terhadap

IV. METODE

menentukan

Treponema pallidum

secara kualitatif dan kuantitatif


:Tes STL (Syphilis TPHA

Liquid)

menggunakan metode Hemaglutinasi tidak


langsung (indirect hemagglutination) untuk
mendeteksi

antibody

spesifik

terhadap

Treponema Pallidum.
V. DASAR TEORI
Sipilis merupakan penyakit menular berbahaya. Penyebabnya kuman
Treponema Palledum. Penyebaran paling banyak melalui hubungan seksual.
Perkembangan penyakit di dalam tubuh melalui beberapa tahapan:

Sipilis Primer (berlangsung antara 4-6 minggu)


Sipilis Sekunder
Sipilis Laten, biasanya tanpa gejala. Penderita biasanya merasakan
bahwa tubuhnya sudah sehat/sembuh. Padahal kuman masih ada dalam

darah
Sipilis Stadium Lanjut (setelah bertahun-tahun)

Sipilis stadium lanjut dapat menginfeksi syaraf. Biasanya terjadi setelah 2-20
bulan sejak tertular. Selain syaraf, kuman juga menginfeksi pembuluh darah.

Biasanya terjadi setelah 7 tahun sejak tertular. Jadi jangan kaget, sipilis juga menjadi
salah satu penyebab stroke. Terjadi setelah 20 tahun sejak terserang.
Untuk mengetahui apakah Anda tertular sipilis atau tidak, Anda harus
melakukan Test TPHA (Treponema Palledum Hemaglutination). Tindakan ini
untuk mengetahui secara spesifik apakah ada reaksi antibodi terhadap kuman
treponema. Jika di dalam tubuh ditemukan adanya kuman ini, maka hasil tes positif.
Pasien dinyatakan positif tertular.
Selain Test TPHA dilakukan juga test VDRL (Venereal Desease Research
Laboratory). Test VDRL dilakukan juga sebagai tindakan skrining awal. Di
laboratorium petugas akan mengambil sampel cairan dari tubuh Anda. Kuman
TREPONEMA PALLEDUM ini awalnya berkembang biak di tempat masuknya.
Bisa dari saluran kencing atau luka infeksi. Kemudian sebagian kuman akan masuk
menyerang kelenjar getah bening yang berdekatan dan peredaran darah. Maka
biasanya pemeriksaan dilakukan dengan mengambil cairan jaringan dari lesi,
kelainan kulit dan darah.
Jika positif dokter biasanya memberikan antibiotik. Setelah selesai pengobatan
terhadap sifilis maka kembali dilakukan test VDRL yang biasanya menjadi negatif
setelah setahun sembuh. VDRL biasanya dipakai untuk menilai hasil efektifitas
pengobatan. Jadi seseorang yang terjena sipilis, selama pengobatan harus melakukan
VDRL berulang. Tes ini akan menjadi negatif setelah 6-24 bulan setelah pengobatan.
Walau pun banyak juga yang tidak berhasil sembuh setelah pengobatan. Bahayanya

lagi, sipilis sering juga disertai dengan penyakit menular seksual (PMS) lainnya.
Seperti Gonoerhoe (kencing nanah). Untuk melakukan 2 test ini Anda tinggal
mendatangi laboratorium klinik di kota Anda.
(http://digilib.unimus.ac.id)
Treponema Pallidum Hemagglutination (TPHA) merupakan suatu pemeriksaan
serologi untuk sipilis dan kurang sensitif bila digunakan sebagai skrining (tahap
awal/primer) sipilis. Manfaat Pemeriksaan Pemeriksaan konfirmasi untuk penyakit
sipilis dan mendeteksi respon serologis spesifik untuk Treponema pallidum pada
tahap lanjut/akhir sipilis.
(http://prodia.co.id/imuno-serologi/tpha)
Sifilis yang mempunyai nama lain Great pox, lues venereum, dan morbus
gallicus merupakan suatu penyakit kronik dan bersifat sistemik yang disebabkan
oleh Treponema pallidum. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat
tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dapat ditularkan
melalui kontak seksual dan dari ibu ke janin. Penyakit ini juga mempunyai stadium
remisi dan eksaserbasi. Di Indonesia insidensinya 0,61% dengan penderita terbanyak
adalah stadium laten, disusul stadium 1 yang jarang, dan yang langka adalah sifilis
stadium II. Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan akuisita (dapatan). Sifilis
kongenital dibagi menjadi sifilis dini (sebelum 2 tahun), lanjut (setelah 2 tahun), dan
stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menurut 2 cara, yaitu secara klinis dan
epidemiologik. Menurut klinis sifilis dibagi menjadi 3 stadium: Stadium I, stadium

II, dan stadium III. Secara epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi: Stadium
dini menular (dalam dua tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium I (9-90 hari),
stadium II (6 minggu-6 bulan atau 4-6 bulan setelah muncul lesi primer, dan stadium
laten dini (dalam 2 tahun infeksi). Stadium lanjut tak menular (setelah dua tahun
sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut (lebih dari 2 tahun), dan stadium III
(3-20 tahun).

VI.

PRA ANALITIK
A. Persiapan pasien
: Tidak ada persiapan khusus
Persiapan sampel
: Serum
B. ALAT
1.
Mikropipet (25 l, 75 l, 100 l).
2.
Rak tabung.
3.
Sentrifugasi.
4.
Spoid.
5.
Sumur TPHA.
6.
Tabung K3.
7.
Tourniqutte.
C.

VII.

BAHAN
1.
Kapas alkohol.
2.
Rapid test.
3.
Reagen TPHA (control cell, test cell, buffer conjugate).
4.
Sampel darah(serum atau plasma)
ANALITIK

Dengan cara Kualitatif :


1. Disiapkan sumur A, B, dan C
2. Ditambahkan 190 L larutan

diluent,

dihomogenkan.

ditambahkan 10 L sampel
3. Dipipet kesumur B dan C sebanyak 75 l
4. Ditambahkan reagen test disumur B sebanyak 75 L
5. Dan ditambahkan reagen kontrol di sumur C sebanyak 75 L

Lalu

6. Dicampur, dihomogenkan dan diinkubasi selama 45-60 menit


Dengan cara Kuantitatif :
1. Dipipet sebanyak 25 L dari sumur B pada uji kualitatif kedalam
sumur A dan B
2. Kemudian dipipet 25 L larutan diluent disumur B dicampur
dihomogenkan, lalu Diambil sebanyak 25l dari lubang B, campur
lalu pindahkan ke C sebanyak 25 l, begitu seterusnya hingga ke
lubang H dan 25 l terakhir disisihkan.
3. Ditambahkan reagen test pada sumur B H sebanyak 75 L.
4. Dicampur, dihomogenkan lalu di inkubasi 45-60 menit.
VIII.

INTERPRETASI HASIL
Hasil Posisitif :Terjadi Aglutinasi kemudian dilanjutkan untuk
tingkatan titer yang lebih besar
Hasil Negatif :Tidak terjadi aglutinas

IX.

HASIL
Pada praktikum yang dilakukan didapatkan hasil sampel yang
diperiksa Negatif (tidak terjadi aglutinasi)

X.

PEMBAHASAN
Sipilis merupakan penyakit menular berbahaya. Penyebabnya kuman
Treponema Palledum. Penyebaran paling banyak melalui hubungan seksual.
Secara garis besar pemeriksaan serologis Treponema palidum dibagi
menjadi 2, yaitu pemeriksaan non treponema (uji Wassermann, Rapid Plasma
Reagin, Venereal Disease Research laboratory) dan pemeriksaan treponema

( TPPA, FTA-Abs, MHA-TP / TPHA, EIA, uji Western Blot). Pemeriksaan


non treponema yaitu uji yang dilakukan dengan menggunakan suspensi dari
sisa jaringan yang telah terinfeksi oleh Bakteri Treponema palidum
sebelumnya. Sementara untuk uji Treponama yaitu uji yang menggunakan
suspense langsung bakteri Treponema plidum.
Uji non-treponema adalah uji yang mendeteksi antibodi IgG dan IgM
terhadap materi-materi lipid yang dilepaskan dari sel-sel rusak dan terhadap
antigen-mirip-lipid (lipoidal like antigen) Treponema pallidum. Karena uji ini
tidak langsung mendeteksi terhadap keberadaan Treponema pallidum itu
sendiri, maka uji ini bersifat non-spesifik. Uji ini akan menjadi negatif 1-4
minggu setelah pertama kali memberi hasil positif (seiring dengan
pengobatan atau menyembuhnya lesi), sehingga hanya digunakan untuk
melihat keberhasilan pengobatan terhadap penyakit sifilis. Uji nontreponemal meliputi VDRL (Venereal disease research laboratory), USR
(unheated serum reagin), RPR (rapid plasma reagin), dan TRUST (toluidine
red unheated serum test).
Pada praktikum kali ini dilakukan uji Treponema terhadap pasien, dan
di perolah hasil negative yang ditandai dengan tidak terbentuknya aglutinasi.

Anda mungkin juga menyukai