Anda di halaman 1dari 40

TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

PROSES-PROSES PEMURNIAN

Makalah di Buat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Teknologi Minyak dan Gas bumi
Disusun Oleh :
Dentri Irtas

(061240411521)

Findi Agustianti

(061240411526)

Nur Wahida Rahmadhani

(061240411532)

Yuhanah

(061240411542)

Kelas 4 EGB
Dosen Pengajar :
Ir. Erlinawati, M.T

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2013/2014

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmatnya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul Teknologi Minyak dan Gas
Bumi dengan tepat waktu sesuai rencana.
Makalah ini merupakan tugas yang dibuat oleh mahasiswa jurusan Teknik
Energi sebagai salah satu syarat memenuhi kontrak perkuliahan. Makalah ini
berisi hal-hal yang berkaitan dengan judul diatas. Makalah ini juga dilengkapi
dengan daftar pustaka yang menjelaskan sumber dari isi makalah kami.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan penulis terima
dengan senang hati. Akhir kata semoga keberadaan makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak baik yang menyusun maupun yang membaca.

Palembang,

Penulis

Juni 2014

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................
i
DAFTAR ISI ...............................................................................................

ii

DAFTAR TABEL .....................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

iv

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................


1.1.
Latar Belakang
............................................................................

1.2.

Rumusan Masalah
.......................................................................

1.3.

Tujuan
......................................................................................

1
2
....

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................


2.1.
Pengertian
Minyak
............................................................
2.2.
Proses Pembentukan Minyak
..........................................
2.3.
Komposisi Penyusun Minyak Bumi dan Gas
...................
2.3.1. Komponen Utama Minyak Bumi ...................................
2.3.2. Zat Zat Pengotor dalam Minyak Bumi .........................
2.4.
Proses Pengeboran Minyak
.................................................
2.5.
Proses Pengolahan Minyak
................................................
2.6.
Kegunaan
Minyak

3
Bumi
3
Bumi
3
Alam
8
8
9
Bumi
10
Bumi
15
Bumi

.............................................................

21

BAB III CADANGAN MINYAK BUMI ................................................


3.1. Cadangan Minyak Bumi di Indonesia .......................................
3.2. Cadangan Minyak Bumi di Dunia ..............................................
3.2.1. Cadangan Minyak Bumi Terbesar di Dunia .....................

23
23
25
25

BAB IV PENUTUP ..................................................................................


4.1. Kesimpulan ................................................................................

26
26

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

27

LAMPIRAN PERTANYAAN ................................................................

28

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Susunan Hidrokarbon Fraksi/Produk Minyak Bumi ..............................

17

2. Cadangan Minyak Bumi di Indonesia pada Tahun 2004 2011 ............

23

3. Produksi Minyak Bumi di Indonesia ......................................................

24

Gambar 1. Diagram Alir Pemurnian dengan Soda


Gambar 2. Sistem Scrubbing Gas SO2
Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Soda Regeneratif
Gambar 4. Diagram Alir Proses Distilat Dua Lapis
Gambar 5. Diagram Alir Proses Gasolin Dua Lapis
Gambar 6. Diagram Alir Ekstraksi Unisol
Gambar 7. Diagram Alir Proses Nalfining
Gambar 8. Sweetening dengan Inhibitor
Gambar 9. Diagram Alir Proses
Gambar 10. Diagram Alir Proses Merox
Gambar 11. Diagram Alir Proses Oksidasi Cooper Sweetening
Gambar 12. Diagram Alir Pemisahan H2S
Gambar 13. Diagram Alir Proses Kombinasi Giammarco-Vetrocoke
Gambar 14. Diagram Alir Proses Claus
Gambar 15. Diagram Alir Proses Beavon

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Diagram Alir Pemurnian dengan Soda ..................................................

2. System Scrubbing Gas SO2

.....................................

3. Pembentukan Batuan Induk ...................................................................

4. Pengendapan Batuan Induk ...................................................................

5. Pembentukan Hidrokarbon Oleh Karbon dan Hidogen ..........................

6. Proses Seismic ........................................................................................

10

7. Proses Drilling And Well Construction ..................................................

11

8. Proses Well Logging ..............................................................................

12

9. Proses Well Testing ................................................................................

12

10. Proses Well Completion .......................................................................

13

11. Proses Production .................................................................................

14

12. Menara Destilasi ...................................................................................

16

13. Peta Persebaran Minyak Bumi di Indonesia .........................................

24

14. Negara dengan Cadangan Minyak Bumi Terbesar di Dunia ................

25

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zat-zat pengotor yang terdapat dalam minyak mentah bervariasi dalam jumlah
dan jenisnya. Zat-zat tersebut terdiri dari senyawa-senyawa organik yang
mengandung sulfur, nitrogen, dan oksigen; logam-logam terlarut dan garamgaram anorganik; garam-garam yang terlarut yang larut dalam air yang terbawa
minyak membentuk emulsi. Zat-zat pengotor yang tidak diingini, biasanya
dipisahkan atau dirubah ke dalam bentuk yang tidak berbahaya
Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk menjaga : a) korosi peralatan,
b) kerusakan katalis, c) menurunkan mutu produk akhir seperti warna yang jelek,
ketidak stabilan terhadap cahaya, korosif, bau yang tidak enak, dan lain-lain.
Beberapa pengolahan secara kimiawi dan gabungan beberapa cara dapat
dipakai, dan kebanyakan memilih satu atau lebih dari klasifikasi pengolahan
sebagai berikut: 1) dengan asam, 2) dengan alkali (soda), 3) dengan pelarut, 4)
dengan oksidasi, 5) dengan adsorpsi lempung.
Pemilihan proses pengolahan untuk situasi kilang tertentu tergantung
pada keadaan alam fraksi minyak yang diolah dan spesifikasi yang diingini untuk
produk akhir atau produk menengah. Pada pengolahan produk-produk rigan
(straight-run), metoda pengolahan kimiawi telah menjadi hal yang tidak menarik
semenjak perkembangan proses hidrogen yang menjadi praktis sebagai suatu hasil
dari produk samping dari reforming katalis. Seiring dengan hal tersebut adalah

meningkatnya kebutuhan dan perkembangan lebih lanjut tentang proses


pemisahan gas-gas asam (H2S) untuk pembuatan sulfur. Sebaliknya fraksi-fraksi
perengkahan katalis tetap memakai pengolahan kimiawi, umumnya dengan variasi
pencucian soda.
1.2.

Rumusan Masalah
Yang menjadi pokok permasalahan pada makalah ini adalah :

1. Bagaimanakah prosesproses pemurnian minyak bumi ?


2. Apa saja tahapan dalam pemurnian minyak bumi?
3. Teknologi apa yang digunakan dalam pemurnian minyak bumi ?
4. Apa saja zat zat pengotor yang terdapat dalam minyak bumi?
5. Bagaimana proses pengolahan minyak bumi sehingga dapat dimanfaatkan ?

1.3.

Tujuan
Tujuan mempelajari minyak bumi pada makalah ini adalah :

1. Mengetahui proses pembentukan terjadinya minyak bumi


2. Mengetahui tahapan dalam pemurnian minyak bumi
3. Mengetahui teknologi apa yang digunakan dalam pemurnian minyak bumi
4. Mengetahui zat zat pengotor yang terdapat dalam minyak bumi
5. Mengetahui proses pengolahan minyak bumi sehingga dapat dimanfaatkan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Klasifikasi Tahapan pengolahan
2.1.1 Pengolahan dengan Soda Kaustik
Pengolahan produk-produk minyak bumi dengan soda adalah setua
industri minyak itu sendiri. Bau dan warna produk diperbaiki dengan memisahkan
asam-asam organik dan senyawa-senyawa sulfur seperti asam naftenik, merkaptan
sulfur, hidrogen sulfida, dan senyawa-senyawa fenol.
Salah satu contoh diagram alir proses soda dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alir Pemurnian dengan Soda


Larutan soda bervariasi antara 5 20 % (berat), dipakai pada suhu 70 110 oF dan tekanan 5 - 40 psig. Suhu dan konsentrasi soda yang tinggi biasanya

dihindari, sebab akan membahayakan warna minyak dan kehilangan kestabilan


pada beberapa distilat. Nisbah soda terhadap produk pengolahan adalah 1 : 1
sampai 1 : 10. Proses-proses yang disertai dengan regenerasi soda sudah
sedemikian populer. Soda pencuci sangat sering dipakai sebagai pengolah
pendahuluan dari beberapa proses yang lain dengan maksud menghemat
pemakaian bahan kimia dan perlindungan katalis. Paten Amerika untuk
pengolahan minyak dengan soda telah lama dikeluarkan semenjak tahun 1863 dan
perbaikan-perbaikannya telah banyak dilakukan sampai hari ini.
Macam-macam proses pengolahan menggunakan soda adalah :
1. Pengolahan Tidak Regeneratif
a.

Pengolahan Sederhana dengan Soda

b. Pengolahan Polisulfida
2. Pengolahan Regeneratif
a. Proses Distilat Dua Lapis
b. Elektrolisa Merkaptan
c. Proses Gasolin Dua Lapis
d. Proses Ferosianida
e. Proses Mercapsol
f. Regeneratif Steam-Solutizer
g. Regenaratif udara-Solutizer
h. Regenaratif Tanin-Solutizer
i. Ekstraksi Merkaptan Unisol
Penggunaan soda kaustik dapat juga dipakai untuk pemurnian gas yang
mengandung senyawa-senyawa belerang dioksida (SO2) dan partikulat-partikulat
yang dilakukan dengan scrubber. Proses ini diaplikasikan pada unit pembakaran
bahan bakar cair (fuel oil) dan padat (batubara) pada ketel (boiler) untuk
pembuatan steam, seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Sistem Scrubbing Gas SO2


2.1.2 Pengolahan Tidak Regeneratif
a. Pengolahan Sederhana dengan Soda
Pengolahan dengan soda yang tidak regeneratif umumnya ekonomis
dipakai apabila kotoran-kotoran minyak berada dalam konsentrasi yang rendah
dan lumpur limbah tidak jadi masalah. H 2S dalam jumlah yang sangat sedikit
(trace) dapat dipisahkan dari gas cair dan gasolin ringan pada berbagai cara
memakai kalsium, amonium, atau larutan NaOH. Cara praktis yang umum dipakai
adalah menggunakan NaOH pada sistem pengolahan tunggal, dengan kontak yang
baik maka H2S dapat direduksi menjadi kurang dari 0,0001 % (berat) disertai
dengan pemisahan sebagian merkaptan. Gasolin rengkahan sering diolah untuk
memisahkan fenol dan merkaptan di dalam sistem dua atau tiga tingkat dengan
penyerap soda.
b. Pengolahan dengan Polisulfida
Proses ini adalah pengolahan kimia non-regeneratif untuk memisahkan
sulfur erlementer dari produk kilang cair. Larutan soda-polisulfida disiapkan
dengan cara melarutkan 1 lb Na2S dan 0,1 lb S2 ke dalam masing-masing satu
galon NaOH 15 oBe. Sulfur harus larut sempurna untuk menghindari kontaminasi
pada waktu pengolahan. Di dalam kilang, Na2S dapat disiapkan dengan

melewatkan H2S melalui larutan soda. Untuk pengolahan polisulfida biasanya


digunakan peralatan pencucian soda dengan suhu dijaga sekitar 120 oF. Peralatan
yang diperlukan antara lain pompa pencampur sentrifugal-pemasukan ganda
(double suction). Keluaran pompa dengan 60 % minyak dan 40 % polisulfida
akan menghasilkan efisiensi penarikan sulfur yang maksimum.

2.1.3 Pengolahan Regeneratif


Pengolahan soda dengan steam-regenerative dimaksudkan untuk
pemisahan secara langsung merkaptan dari gasolin ringan (straight run) seperti
terlihat pada Gambar 3.
Soda diregenerasi dengan menghembuskan steam ke dalam menara
stripping. Keadaan alamiah dan konsentrasi merkaptan yang dipisahkan dapat
mengatur jumlah dan suhu pengolahan. Soda secara perlahan-lahan akan menjadi
jelek karena akumulasi material yang tidak dapat dipisahkan dengan stripping.
Kualitas soda dijaga secara terus menerus dengan membuangnya dan
menggantinya dengan sejumlah kecil larutan soda baru.

Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Soda Regeneratif


a. Proses Distilat Dua Lapis

Proses ini dilisensi oleh Mobil Oil Corp yang mengekstrak bahan-bahan
yang mengandung asam-asam organik (termasuk merkaptan) dari bahan bakar
distilat-distilat murni atau rengkahan menggunakan reagensia dua lapis. Bagan
alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Pada proses ini, diperbaiki stabilitas residu karbon, dan kompatibilitas
minyak-minyak distilat. Reagenesia secara terus menerus disiapkan di dalam
settler, yang dapat memisah menjadi campuran soda dan asam kresilat dengan
kondisi yang diawasi. Lapisan bawah adalah 42 50 % soda jenuh dengan garam
kresilat, dipakai untuk mengolah distilat. Settler juga melakukan pemisahan
distilat (lapisan atas) dan memisahkan kelebihan garam kresilat dan kotorankotoran (lapis tengah). Proses ini beroperasi pada suhu 130 oF dimana distilat dan
reagenesia bercampur dan mengalir ke dalam settler sehingga terjadi 3 lapis cairan
yang dipisahkan dengan bantuan koagulasi elektrik.
b. Proses Gasolin Dua Lapis
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Mobil Oil Corp, merupakan
proses yang regeneratif. Proses ini dipakai untuk mengekstrak merkaptan sulfur
dari LPG, gasolin dan nafta menggunakan reagensia dua lapis. Diagram alir
proses dapat dilihat pada Gambar 5.

Proses ini memperbaiki stabilitas, warna, dan kerentanan TEL dari bahan
bakar yang diolah. Reagensia disiapkan di dalam settler di bawah kondisi yang
dikontrol untuk dapat dipisah menjadi dua fasa yaitu campuran soda dan garam
asam kresilat. Fasa/lapisan atas adalah kalium atau natrium kresilat yang
digunakan sebagai pengolah gasolin. Gasolin yang bebas H 2S dikontakkan dengan
larutan dua lapis (4 6 %) pada suhu 120 oF pada pengolahan dua tingkat. Proses
ini memerlukan 10 lb steam untuk setiap barel gasolin.

Gambar 4. Diagram Alir Proses Distilat Dua Lapis

Gambar 5. Diagram Alir Proses Gasolin Dua Lapis

c. Elektrolisa Merkaptan
Proses ini dikembangkan oleh American Development Corp memakai
larutan soda (biasanya NaOH atau KOH) untuk mengekstrak merkaptan dari
produk-produk kilang. Suatu proses elektrolisa digunakan untuk meregenarasi
larutan. Pada pengolahan ini persoalan limbah diminimalkan dan penggunaan
reagensia dimaksimalkan.
Umpan minyak dicuci dengan soda untuk memisahkan H 2S dan
mengkontakkannya secara berlawanan arah dengan larutan yang sudah diolah di
dalam Menara Ekstraksi Merkaptan. Gasolin olahan keluar dari puncak menara.
Regensia bekas dari bawah menara dicampur dengan sedikit larutan yang telah
diregenerasi bersama dengan produk samping oksigen dari sel ADC. Campuran
ini disaring dan dipompakan ke dalam sel ADC untuk dielektrolisa. Aliran masuk
sel ADC dibagi dua, sebagian besar masuk ke anoda untuk memecah merkaptan
menjadi oksigen dan disulfida, dan sebagian lagi masuk ke katoda yang
menghasilkan hidrogen.
d. Proses Ferosianida
Proses ini adalah pengolahan kimiawi yang regeneratif untuk memisahkan
merkaptan dari nafta ringan (straight-run), LPG, dan gasolin memakai reagensia
soda-natrium ferosianida. Natrium ferosianida ditambahkan ke dalam larutan soda
konsentrasi rendah, yang apabila dikonversi menjadi ferisianida dapat berfungsi
sebagai oksidator baik dalam operasi ekstraksi maupun dalam regenerasi. Operasi
diatur sedemikian rupa sehingga gasolin bertemu dengan soda dan ferosianida
selama estraksi dan soda dengan ferisianida selama sweetening. Larutan bekas
(mengandung merkaptan dan ferosianida) dicampur dengan larutan segar
(mengandung ferisianida) dalam tanki pencampur. Larutan bebas sulfur keluar
dari menara dibagi menjadi dua aliran dimana salah satunya dikembalikan ke
dalam menara ekstraksi. Aliran lainnya dimasukkan kedalam elektrolizer untuk
merubah ferosianida menjadi ferisianida. Efluen dari elektrolizer sebagian dikirim

ke sweetening pada menara ekstraksi dan sebagian lagi bergabung dengan larutan
bekas.
e. Proses Mercapsol
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Purse Oil Co adalah suatu
proses pengolahan kimiawi yang regeneratif untuk mengekstrak merkaptan sulfur
(93 95 %) menggunakan larutan NaOH yang mengandung campuran kresol,
asam-asam, dan fenol sebagai promotor stabilisasi. Melalui pengolahan ini maka
minyak akan diperbaiki stabilitasnya, bau, dan kerentanannya terhadap TEL.
f. Regeneratif SteamSolutizer
Proses pengolahan kimia ini dikembangkan oleh Shell Development Co
untuk ekstraksi merkaptan dari gasolin atau nafta dalam rangka spesifikasi bau
yang sedap (sweet) menggunakan solutizer (kalium isobutirat, kalium alkil
penolat, dsb.) dalam larutan basa kuat KOH. Suhu pengolahan adalah 100 oF.
Regenerasi dilakukan dengan steam pada suhu 270 oF pada kolom stripping.
Steam dan merkaptan dikondensasi dan dipisahkan, sedangkan laurtan solutizer
yang telah diregenerasi dikembalikan kedalam ekstraktor. Konsumsi larutan ini
adalah 10 -

30 lb per barel gasolin yang diolah. Proses ini mula-mula

dikembangkan pada tahun 1939, unit pertama beroperasi di kilang Shell Oil Co di
Wood River-Illinois pada 1940.
g. Regeneratif Udara Solutizer
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Shell Development Co,
digunakan untuk pemisahan merkaptan dari gasolin berat. Proses ini identik
dengan Regeneratif Steam-Solutizer kecuali pada langkah regenerasi yang
menggunakan udara bebas CO2. Larutan solutizer bekas yang bebas gasolin
dikontakkan dengan udara dalam kolom aerator pada suhu 160 oF dan tekanan 40
- 100 psig selama

10 - 20 menit. Disulfida yang terbentuk karena oksidasi

merkaptan diekstraksi dengan nafta pencuci. Larutan solutizer yang telah


diregenerasi ini dilewatkan melalui filter untuk memisahkan sisa produk oksidasi
(trace) sebelum di-recycle ke menara ekstraktor.

h. Regeneratif SolutizerTannin
Proses ini merupakan variasi dari regeneratif udarasolutizer untuk
mengekstrak merkaptan dari gasolin menggunakan tanin sebagai katalis oksidasi
pada langkah regenerasinya. Langkah ekstraksi dilakukan pada suhu 110 - 130 oF
dan dimasukkan ke dalam kolom regenerasi. Melalui hembusan udara maka
merkaptan dioksidasi menjadi disulfida karena adanya tanin sebagai katalis.
Adanya tannin dalam larutan solutizer juga akan membantu konversi merkaptan di
dalam gasolin menjadi disulfida. Proses ini dikembangkan oleh Mobil Oil Corp
bekerja sama dengan Shell Development Co. Larutan solutizer dbuat oleh Shell,
sedangkan teknik regenerasi udara dengan katalis tanin dikembangkan oleh
Socony.
i. Ekstraksi Merkaptan Unisol
Proses ini dikembangkan oleh Atlantic Refining Co dan dilisensi oleh
UOP Co. Unisol adalah proses kimia regeneratif untuk ekstraksi merkaptan sulfur
dan beberapa senyawa nitrogen yang ada dalam gasolin masam atau distilatdistilat. Pada proses ini digunakan larutan NaOH atau KOH yang mengandung
metanol sebagai pelarut. Pemisahan merkaptan dari gasolin hampir sempurna (99
%+) disertai dengan perbaikan kerentanan TEL dan stabilitas produk. Distilatdistilat (minyak pemanas, dsb) diperbaiki bau dan stabilitasnya dengan pemisahan
merkaptan 95 %+.
Langkah ekstraksi pada suhu 100 oF dimana soda masuk dari atas menara
dan metanol dari tengah-tengah menara. Soda bekas diregenerasi dalam menara
stripping pada suhu 290 - 300 oF dimana metanol, air, dan merkaptan dipisahkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Diagram Alir Ekstraksi Unisol


2.2 Pengolahan dengan Asam dan Lempung
2.2.1 Pengolahan dengan Asam
Minyak mentah dan distilat-distilat menengah lainnya diolah dengan
senyawa kimia tertentu untuk memperbaiki sifat-sifatnya seperti stabilitas
terhadap cahaya, bau, kandungan sulfur, dan jumlah bahan-bahan aspaltik.
Pemurnian dengan menggunakan asam, sama halnya dengan pemurnian
menggunakan soda kaustik merupakan cara pemurnian yang telah digunakan
semenjak industri perminyakan ada. Bermacam-macam asam dapat digunakan
seperti HF, HCl, HNO3, H3PO4, tetapi yang lebih umum digunakan adalah asam
sulfat (H2SO4) karena mempunyai kelebihan yaitu dapat menyerap sulfur,
mengendapkan aspal dan menghilangkan bau yang tidak enak.
Pemurnian dengan asam sulfat merupakan pemurnian secara kimia, baik
secara kontinyu maupun secara batch. Reaksi antara asam dengan hidrokarbon
sangat kompleks, umumnya membentuk ester dan polimer, sebagai berikut :
RSH CH2 + H2SO4

RCH2CH2SO4H

RSH CH2

R[ -CH.CH2 -]n

Ester-ester yang terbentuk larut dalam asam, tetapi ia hanya sedikit larut dan sulit
dihidrolisis dengan air, dan pada akhirnya produk yang dihasilkan masih
mengandung sulfur.
Macam-macam proses pengolahan dengan asam adalah :
1. Pengolahan dengan Asam Sulfat
2. Proses Nalfining
a. Pengolahan dengan Asam Sulfat
Pengolahan dengan asam sulfat adalah proses pengolahan secara kimia
baik dengan cara batch ataupun kontinyu dipakai untuk memisahkan sulfur,
mengendapkan bahan-bahan yang mengandung aspal, dan memperbaiki stabilitas,
warna, dan bau dari sejumlah produk-produk kilang. Kebutuhan/jumlah asam
sulfat yang dipakai dan kondisi operasi serta umpan yang diolah dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Kualitas dan Kondisi Pemurnian dengan Asam
Konsent
(%)
93
93 98
93 103
80

Dosis
(lb /
barrel)
1 15
0 60
2
maks 8

Fraksi yang
Diolah

Suhu
(oF)

Kerosin
Pelumas
Gasolin
Min. Bakar
Min. Transport
Distilat (tekan)

90 - 135
110 - 180
65 - 60

Kotoran yang
Disisihkan
Gab. Sulfur
Ter
Sulfur

Waktu
Kontak
(men)
30 40
10
<1

Dist. Sulfur

Konsentrasi asam bervariasi antara 80 100 %, dan yang umumnya


dipakai adalah 93 %. Asam-asam lemah dipakai untuk pengolahan masing-masing
situasi untuk menurunkan sludge yang terbentuk karena reaksi kimia dengan
aromatik, dan/atau hidrokarbon olefin. Suhu dijaga rendah pada 25 - 50 oF untuk
asam kuat, tetapi suhu tinggi 70 130 oF dapat dipakai secara ekonomis. Metoda
standar pengolahan distilat bertekanan yang digunakan bertahun-tahun yang lalu

adalah pengolahan dengan asam, lalu diikuti oleh distilasi dengan steam dan
diikuti lagi pengolahan dengan doctor sweetening.
Pengolahan dari proses ini memerlukan biaya mahal, kehilangan hasil
proses tinggi, dan membutuhkan penyulingan ulang (redistillation) pada beberapa
hasil pengolahan. Pemakaian sekarang adalah pada pengolahan kerosin dan
pelarut-pelarut khusus. Proses pengolahan dengan asam sulfat ini telah lama
dilakukan semenjak awal industri minyak tetapi proses ini telah diganti dengan
proses pencucian dengan soda secara regeneratif, dan pada akhir-akhir ini diganti
lagi dengan cara hidrogenasi.
b. Proses Nalfining
Proses

ini

adalah

suatu

pengolahan

kimiawi

yang

kontinyu

menggunakan asam asetat anhidrid diikuti dengan pembilasan dengan soda pekat,
untuk mengolah nafta ringan dan distilat-distilat. Diagram alir proses ini dapat
dilihat pada Gambar 7.
Pada proses ini dapat diperbaiki warna, stabilitas, dan bau. Langkah
pencucian dengan soda akan menetralisir pembentukan asam asetat yang korosif,
dan pada keseluruhan proses tidak terjadi kehilangan produk yang lebih banyak.

Gambar 7. Diagram Alir Proses Nalfining


2.2.2 Pengolahan dengan Lempung
Pada pengolahan ini dipakai lempung alam dan sintesis sebagai adsorben
untuk mengolah produk-produk kilang dalam rangka : a) untuk memperbaiki
warna dan bau, b) untuk mengurangi kandungan air, kotoran yang terendap,
bahan-bahan yang mengandung aspal dan resin, senyawa-senyawa nitrogen,
senyawa-senyawa teroksidasi, dan beberapa senyawa sulfur; dan c) untuk
menyerap secara khusus senyawa hidrokarbon olefin.
Secara umum terdapat 3 pendekatan metoda yang dilakukan dalam pengolahan
dengan lempung, yaitu : 1) perkolasi melalui lempung kasar (khusus untuk
minyak-minyak pelumas, dan lilin), 2) kontak dengan lempung berbentuk bubuk
(untuk distilat-distiliat ringan dan berat), dan 3) kontak fasa uap melalui unggun
onggokan yang longgar (untuk gasolin dan distilat-distilat ringan).
Saringan perkolasi tingginya 15 - 30 ft dan dapat memuat 100 ton lempung.
Minyak mengalir baik secara gravitasi maupun dengan dipompakan ke dalam
unggun tersebut. Lempung bekas dicuci dengan pelarut dan di-steam secara insitu, kemudian dipisahkan dan diregenerasi dengan pembakaran.
Pengolahan dengan lempung dipakai secara luas pada awal tahun 1940-an.
Semenjak itu karena perkembangan proses-proses treating, penemuan inhibitor
getah minyak (gum), dan kemajuan teknologi perengkahan, maka pengolahan
dengan lempung untuk gasolin dan distilat-distilat pemakaiannya menurun.
Adsorpsi dengan lempung masih dipakai untuk memperbaiki warna minyak
pelumas, tetapi dalam prakteknya proses ekstraksi menggunakan pelarut
merupakan standar pengolahan. Pengolahan dengan lempung sering kali dipakai
sebagai proses akhir setelah ekstraksi menggunakan pelarut.
Macam-macam proses pengolahan dengan lempung :
a. Filtrasi Kontak Kontinyu
b. Perkolasi Thermofor Kontinyu
c. Filtrasi Perkolasi
d. Pengolahan Efluen Alkilasi
e. Pengolahan Lempung Gray

a. Filtrasi Kontak Kontinyu


Proses ini dikembangkan oleh Filtrol Corp, adalah suatu proses
pengolahan lempung secara kontinyu untuk produk akhir pelumas, lilin, atau
minyak-minyak khusus setelah melalui proses pengolahan dengan asam, ekstraksi
menggunakan pelarut, atau distilasi. Adsorben lempung halus dicampur dengan
umpan dan dipanaskan pada 200 - 300 oF membentuk slurry. Slurry kemudian
dimasukkan ke dalam menara steam stripping. Setelah dikeluarkan dari menara
slurry lalu didinginkan dan disaring hampa, kemudian di-strip secara hampa
untuk mengontrol spesifikasi produk (titik nyala, bau, dll). Minyak kemudian
didinginkan, dan dipres kering (blotter-press), lalu di bawa ke tanki penyimpanan.
Yield biasanya diperoleh lebih dari 98 %.
b. Perkolasi Thermofor Kontinyu
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Mobil Oil Corp, adalah suatu
proses pengolahan dengan lempung secara kontinyu dan regeneratif, untuk
menstabilkan dan memperbaiki warna pelumas-pelumas atau lilin yang telah
didistilasi, disuling menggunakan pelarut, atau diolah dengan asam. Umpan
dipanaskan pada 125 - 350 oF dimasukkan ke dalam menara perkolator melalui
distributor banyak lubang (multi nozzle) pada dasar menara. Setelah perkolasi
secara berlawanan arah melalui unggun lempung maka umpan ditarik dari atas
menara dan dilewatkan ke dalam blotter-press, kemudian dimasukkan ke dalam
tanki penyimpanan. Unit pertama proses ini telah diinstalasi pada tahun 1953 pada
kilang Mobil Oil Co di Coryton-Inggris.
c. Filtrasi Perkolasi
Proses ini dikembangkan oleh Mineral & Chemicals Phillips Corp,
adalah suatu proses pengolahan dengan lempung secara kontinyu, regeneratif
siklik, fasa uap, untuk memperbaiki warna, bau, dan stabilitas minyak-minyak
pelumas dan lilin. Minyak disaring melalui unggun yang mengandung 10 - 50 ton
tanah pemucat atau bauksit aktif. Dua atau lebih unggun dipakai secara bergantian

dalam operasi dan regenerasi. Lempung bekas dicuci sehingga bebas minyak
dengan nafta kemudian di-steam untuk memisahkan nafta. Setelah di-steaming,
lempung dibawa ke kiln dan bahan-bahan karbon dipisahkan dengan pembakaran.
d. Pengolahan Efluen Alkilasi
Proses ini dikembangkan secara bersama oleh D.X. Sunray Oil Co dan
M.W. Kellog Co, merupakan suatu proses perkolasi cair secara kontinyu dan
regeneratif untuk memisahkan 90 % asam-asam dan ester netral, dan
memindahkan asam dari efluen alkilasi katalis asam sulfat. Umpan yang berupa
efluen dari alkilasi katalis di-koalesi di dalam vesel yang berisi glass-wool dan
steel mesh, kemudian dimasukkan secara bergantian ke dalam dua menara berisi
bauksit dimana yang diserap mula-mula adalah kotoran-kotoran. Setelah kontak
mencapai sekitar bbd/lb adsorben, lalu perkolasi dijalankan, kemudian
diregenerasi dimana regenerasinya dipengaruhi oleh campuran steam dan gas.
Umur katalis diperkirakan sekitar 150 bbl/lb. Proses ini dituntut lebih efektif dari
proses kaustik yang konvensional, dan dari proses pencucian dengan air.
e. Pengolahan Lempung Gray
Proses ini dilisensi oleh Pure Oil Co yang semula dikembangkan dan
dilisensi oleh Gray Processes Corp, merupakan suatu proses pengolahan lempung
fasa uap secara kontinyu yang dapat diregenerasi maupun non-regeneratif, dipakai
untuk polimerisasi selektif diolefin dan untuk memisahkan bahan-bahan
pembentuk gum yang terdapat dalam gasolin-gasolin termis. Untuk operasi yang
kontinyu dipakai dua atau lebih menara perkolator Gray secara paralel (diameter
10 ft, tinggi 30 ft). tanah pemucat bekas (30/60 mesh) dapat dibuang atau
diregenerasi di dalam kiln. Uap-uap hidrokarbon dilewatkan melalui unggun pada
suhu 250 - 475 oF sedikit di atas titik kondensasinya. Waktu kontak 20 - 400 detik.
Uap hidrokarbon masuk langsung ke menara Gray dari unit perengkahan setelah
pemisahan gas-gas yang tidak dapat dikondensasikan. Polimer diolefin bersama
larutan yang lain dikeluarkan (di-drain) dari dasar menara dan ditampung dalam
akumulator polimer. Polimer yang tertinggal dalam menara perkolator Gray

dipisahkan dari gasolin dengan cara fraksionasi sebelum produk tersebut


dikondensasi dan dikirim ke tanki penyimpanan.
Pengolahan lempung Gray (menara 8 ton) pertama kali diinstalasi secara
komersil pada tahun 1924 untuk mengolah motor fuel pada kilang Barnsdall
Refining Co di Oklahoma. Proses ini secara luas diterima pada tahun 1930 s/d
1940-an. Sejak proses ini erat kaitannya dengan proses-proses termal maka proses
ini lambat laun ditinggallkan.
2.3

Pengolahan Sweetening
Proses sweteening adalah suatu proses untuk memisahkan merkaptan,

hidrogen sulfida, sulfur elementer dari dalam distilat-distilat ringan. Merkaptan


memberikan bau yang kotor, dan secara serius menurunkan angka oktan karena
turunnya kerentanan terhadap TEL. Sulfur erlementer (sendiri-sendiri maupun
yang terikut dengan merkaptan) akan menyebabkan korosi.
Macam-macam cara untuk mencapai kondisi sweetening adalah :
1. Oksidasi Merkaptan menjadi Disulfida
2. Pemisahan Merkaptan
3. Desulfurisasi, yaitu penghancuran dan pemisahan senyawa sulfur lain
yang terikut dengan merkaptan, hidrogen sulfida, dan sulfur.

2.3.1 Oksidasi Merkaptan Menjadi Disulfida


Proses oksidasi ini merubah merkaptan menjadi disulfida yang berbau
besi sedikit. Untuk maksud tersebut sejumlah kelompok proses sweetening telah
dikembangkan. Pemilihan proses tergantung pada situasi kilang tersebut.
Persamaan umum proses oksidasi ini adalah :
4 RSH + O2

2 RSSR + 2 H2O

Disulfida dapat menurunkan kerentanan terhadap TEL dari aliran gasolin,


maka proses ini lambat laun ditinggalkan. Kecenderungan sekarang adalah
memakai proses untuk memisahkan merkaptan secara menyeluruh.

Macam-macam proses oksidasi adalah :


1. Oksidasi Sweetening, terdiri dari :
a. Doctor Sweetening.
b. Inhibitor sweetening.
c. Hypochlorite Sweetening.
d. Proses Bender
e. Proses Merox.
2. Cooper Sweetening, terdiri dari :
a. Philips Cooper Sweetening.
b. UOP Cooper sweetening.
c. Linde Coper Sweetening.
1. Proses Oksidasi Sweetening
a. Sweetening dengan Larutan Doktor
Proses Doctor Sweetening adalah suatu proses pengolahan kimia secara
kontinyu ataupun batch untuk merubah merkaptan yang ada dalam produk kilang
yang masam (sour) menjadi disulfida menggunakan larutan doktor (natrium
plumbit, Na2PbO2) dan sulfur bebas.
Reaksi yang terjadi adalah :
2 RSH + Na2PbO2
(RS)2Pb + S

(RS)2Pb + 2 NaOH
RSSR + PbS

Reagensia disiapkan dengan melarutkan timbal oksida dalam larutan 5 20 %


(berat) NaOH. Jumlah timbal oksida yang dilarutkan (1 3 %) tergantung pada
suhu dan konsentrasi soda. Pada pengolahan kontinyu, umpan masam dicuci
pendahuluan dengan soda kaustik untuk memisahkan H 2S dan komponenkomponen asam lainnya. Sebagian aliran mengambil sejumlah sulfur, lalu
bergabung kembali dengan aliran utama, yang kemudian secara intim bercampur
dengan larutan doktor yang telah diregenerasi pada suhu 85 - 120 oF. Campuran
diendapkan dan dipisahkan di dalam settler, dimana gasolinnya lalu disimpan.
Reagensia bekas dipanaskan dan di-skim didalam settler dan dihembusi udara
pada suhu 150 - 175 oF untuk menyempurnakan regenerasinya, sedangkan

reagensia segar secara periodik ditambahkan ke dalam sistem. Proses pemurnian


doctor sweetening masih tetap dipakai meskipun proses ini sudah tua di dalam
industri minyak. Perkembangan akhir-akhr ini di dalam hydrogen treating telah
mengurangi

peranan

doctor

treating

dalam

mengolah

distilat-distilat.

Kecenderungan pengolahan gasolin sekarang menghindari pemakaian doctor


treating disebabkan karena pengaruh yang merusak oleh disulfida terhadap angka
oktan bensin yang mengandung timbal.
b. Sweetening dengan Inhibitor
Proses ini adalah suatu proses pemurnian kimia yang kontinyu untuk
memperbaiki gasolin yang mengandung sedikit merkaptan dengan menggunakan
inhibitor penilen-diamin, udara, dan soda kaustik. Diagram alir proses ini dapat
dilihat pada Gambar 8.
Gasolin rengkahan yang mengandung sulfur merkaptan rendah dapat di
sweetening dengan inhibitor tanpa adanya soda kaustik, tetapi reaksinya akan
disertai dengan pembentukan peroksida yang berlebihan. Sweetening dengan
inhibitor telah digunakan secara luas dengan berbagai variasi sejak ditemukan
pada tahun 1946, tetapi secara umum berkaitan dengan pencucian soda untuk
mengurangi disulfida dan pembentukan peroksida. Peroksida merupakan
penyumbang terjadinya keburukan terhadap stabilitas bensin bertimbal sehingga
menyebabkan mesin-mesin menjadi kotor. Inhibitor tipe penilen-diamin
dipasarkan oleh UOP Co, Tennes see Eastman Co, E.I.du Pont de Nomours & Co,
Ethyl Corp, dan lain-lain.

Gambar 8. Sweetening dengan Inhibitor


c. Sweetening dengan Hipokhlorit
Proses ini adalah suatu proses kimia untuk merubah merkaptan yang
terdapat dalam gasolin alam atau gasolin ringan (straight-run) menjadi senyawasenyawa sulfur yang kurang berbahaya. Prinsip reaksi adalah menghasilkan
disulfida dengan pembentukan terbatas sulfon dan asam-asam sulfonik, tergantung
pada konsentrasi reagensia. Reagensia yang dipakai berupa natrium ataupun
hipokhlorit. Reagensia yang dipakai berupa natrium ataupun kalium hipokhlorit.
Reagensia dapat disiapkan dikilang dengan melewatkan gas khlor melalui larutan
soda 10 % pada suhu 95 oF, dapat juga disiapkan tepung pemucat (kalsium
hipokhlorit) yang mengandung 65 % khlor. Apabila terdapat trace hidrogen
sulfida lebih banyak, maka pencucian pendahuluan dilakukan dengan alkali akan
menurunkan biaya bahan kimia dan mencegah pembentukan sulfur bebas. Setelah
dipakai untuk pencucian, alkali sering kali dipakai untuk memisahkan produkproduk hasil khlorinasi yang tidak dikehendaki. Suhu pengolahan adalah 95 - 110
o

F.
Proses ini berkembang baik pada tahun 1930-an, tetapi sekarang terbatas

hanya untuk mengolah gasolin alam dan pelarut-pelarut tertentu. Keuntungan


proses ini adalah kesederhanaannya, meskipun tidak ekonomis karena biaya khlor
yang tinggi.
d. Proses Bender

Proses ini dikembangkan oleh Sinclair Refining Co pada tahun 1940 dan
dilisensi oleh Petreco Division of Petrolite Corp, adalah suatu proses pengolahan
dengan katalis unggun tetap yang kontinyu untuk memurnikan (sweetening)
kerosin, minyak-minyak jet menggunakan katalis timbal sulfida. Proses
sweetening dipengaruhi oleh perubahan merkaptan menjadi disulfida. Sejumlah
sulfur, alkali, dan udara yang dikontrol ditambahkan ke dalam aliran umpan dan
dilewatkan ke dalam unggun katalis timbal disulfida. Pengaturan yang tepat
terhadap timbal akan menghasilkan produk-produk yang tidak korosif. Unggun
katalis diregenerasi secara kontinyu. Diagram Alir proses dapat dilihat pada
Gambar 9.
e. Proses Merox
Proses ini dilisensi dan dikembangkan oleh UOP Co adalah suatu proses
gabungan untuk ekstraksi merkaptan dan memurnikan (sweetening) gasolin dan
minyak-minyak yang mempunyai jarak didih rendah. Proses Merox dapat juga
beroperasi secara terpisah yaitu sebagai ekstraktor merkaptan atau sebagai
pemurni (sweetener) merkaptan, tergantung pada keperluannya dan ekonomis
produk. Apabila dipakai untuk sweetening saja maka proses lebih cocok untuk
minyak-minyak jet, kerosin, dan distilat-distilat menengah. Katalis merox pada
dasarnya adalah suatu garam kobal yang tidak larut dalam minyak, tidak korosif,
dan dapat dilarutkan dalam larutan soda, atau dalam support zat padat tertentu.
Ongkos katalis lebih murah jika dipakai katalis dengan support zat padat. Pada
langkah regenerasi, soda kaustik dipompakan dari bawah ekstraktor dan dicampur
dengan udara di dalam oxidizer (regenerator). Disulfida dan udara berlebih
dipisahkan dari reagensia di dalam separator. Kaustik yang sudah diregenerasi
disirkulasikan kembali ke puncak ekstraktor. Diagram alir tipe proses gabungan
yang komersil dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 9. Diagram Alir Proses

Gambar 10. Diagram Alir Proses Merox


Keuntungan utama proses Merox adalah dapat melakukan dua fungsi
ekstraksi, yaitu memisahkan merkaptan dengan mudah, dan merubah merkaptan
yang tersisa menjadi disulfida. Desulfurisasi yang lebih efektif dapat dilakukan

semenjak proses regenerasi lebih sempurna dapat dijalankan dengan ikutnya


katalis di dalam kaustik.
2. Sweetening dengan Tembaga
Pemurnian menggunakan tembaga terhadap hidrokarbon terdiri dari
perubahan merkaptan menjadi disulfida secara kontak dengan oksigen oleh
adanya tembaga khlorida (CuCl). Selama proses konversi merkaptan terjadi
perubahan kupri khlorida menjadi kupro khlorida. Kupro khlorida diregenerasi
dengan oksigen menjadi kupri khlorida. Kupro khlorida diregenerasi dengan
oksigen menjadi kupri khlorida kembali. Reaksi yang terjadi adalah :
4 RSH + 4 CuCl2
4 CuCl + 4 HCl + O2

2 RSSR + 4 CuCl + 4 HCl


4 CuCl2 + H2O

Sweetening dengan tembaga dipakai secara komersil sebagai operasi pengolahan


kontinyu yang terdiri dari tiga variasi, yaitu padat, slurry, dan larutan. Diagram
alir proses kombinasi ini dapat dilihat pada Gambar 11.
Pada umumnya proses padatan dipakai untuk gasolin ringan (straight-run),
sedangkan proses basah dipakai untuk berbagai minyak termasuk distilat-distilat
rengkahan. Produk-produk kilang diolah untuk memisahkan senyawa-senyawa
nitrogen yang reaktif dan senyawa-senyawa sulfur (H2S dan S) yang terkandung
di dalamnya. Oksigen atau udara diinjeksikan ke dalam aliran minyak dan
dikontakkan dengan katalis tembaga khlorida pada suhu 80 - 120 oF.
Pada proses larutan (solution), katalis diregenerasi dengan hembusan
udara di dalam tanki pemisah. Proses sweetening tembaga adalah sederhana tetapi
katalisnya korosif, dan tidak ada pengurangan sulfur total. Proses sweetening
tembaga ini masih tetap dipakai tetapi telah diganti dengan proses yang dapat
memisahkan sulfur. Instalasi pertama dibangun pada awal tahun 1931 yang
menawarkan alternatif lain dari pemurnian dengan larutan doktor.

Gambar 11. Diagram Alir Proses Oksidasi Cooper Sweetening


a. Phillips Cooper Sweetening
Proses ini dikembangkan oleh Phillips Petroleum Co dan dilisensi
sampai dengan tahun 1954, adalah suatu proses solution-solid-slurry yang sampai
sekarang masih komersil. Gasolin distabilkan terhadap warna dan pembentukan
gum oleh adanya udara yang bercampur dan disaring melalui unggun adsorben
padat yang diresapi dengan reagensia tembaga. Umpan yang sensitif terhadap
udara dikontakkan dengan larutan tembaga tanpa mengandung udara, dan larutan
tembaga diregenerasi dalam suatu tanki separator. Gasolin dicuci dengan natrium
sulfida untuk memisahkan trace tembaga. Pada proses cairan, reagensia dibuat
dari tembaga sulfat dan natrium khlorida.
b. UOP Copper Sweetening
Proses ini didapat dari UOP Co merupakan proses unggun tetap untuk
memurnikan gasolin yang menggantikan proses Merox. Umpan gasolin dicuci
dengan kaustik kemudian dicuci lagi dengan asam HCl untuk menetralkan alkali
dan memisahkan senyawa-senyawa basa organik. Kontak dengan reagensia
tembaga dilakukan pada suhu 100 oF di dalam unggun batu apung. Suhu
tergantung pada berat molekul merkaptan. Sisa tembaga (trace) dipisahkan

dengan mengontakkannya dengan seng sulfida atau batu apung. Reagensia terdiri
dari senyawa amonium khlorida dan tembaga sulfat.
c. Linde Copper Sweetening
Proses ini dilisensi oleh Linde Division of Union Carbide Corp yang
dikomersilkan sejak tahun 1935 merupakan proses slurry untuk memurnikan
gasolin dan distilat-distilat ringan (straight-run) dan rengkahan. Regensia dibuat
dari lempung 200 mesh dan kupri khlorida. Umpan minyak mula-mula dipanaskan
lalu ditambahkan oksigen dan dikontakkan dengan slurry lempung-kupri khlorida
pada suhu 80 - 100 oF. Campuran diendapkan dan dipisahkan dimana umpan
olahan dikeluarkan dan dicuci dengan natrium sulfida untuk memisahkan trace
tembaga
2.3.2 Proses Desulfurisasi
Proses ini adalah proses pemurnian gas alam maupun gas-gas kilang
yang mengandung hidrogen sulfida dan senyawa-senyawa asam lainnya. Proses
yang paling populer adalah proses yang menggunakan reagensia yang dapat
diregenerasi dan recover H2S. Pada operasinya dan prinsip operasinya adalah
sama dengan skema umum seperti terlihat pada Gambar 12.12.
Material yang ada dalam gas seperti karbon dioksida, hidrogen sianida,
merkaptan, karbonil sulfida, karbon disulfida, dan uap air akan mempengaruhi
pemilihan proses pemurnian tersebut. Proses-proses yang menggunakan
hembusan udara untuk regenerasi reagensia adalah penyumbang terhadap
pengotoran udara apakah langsung keluar ke atmosfir ataukah untuk umpan dapur
industri. Proses-proses pemisahan H2S dapat dilihat pada Tabel 12.2.

Gambar 12. Diagram Alir Pemisahan H2S

Tabel 2. Macam-Macam Proses Desulfurisasi


Nama Proses
Soda Kaustik
Kapur
Oksida Besi

Reaksi
2 NaOH + H2S NasS + 2 H2O
Ca(OH)2 + H2S CaS + 2 H2O
FeO + H2S FeS + H2O

Seaboard

Na2CO3 + H2S NaHCO3 + NaHS

Thylox

Na2AS2S5O2 + H2S Na4AS2S6O + H2O


Na4AS2S6O + O2 Na4AS2S5O2 + S
2 RNH2 + H2S [RNH3]2S
K3PO4 + H2S KHS + K2HPO4
NaOC6H5 + H2S NaHS + C6H5OH
Na2CO3 + H2S NaHCO3 + NaHS

Girbotol
Fosfat
Penolat
Karbonat

Regenerasi
Tidak perlu
Tidak perlu
Sebagian
dengan udara
Hembusan
udara
Hembusan
udara
Steaming
Steaming
Steaming
Steaming

Proses-proses terbaru untuk memisahkan hidrogen sulfida dari dari


produk-produk kilang juga disempurnakan dengan oksidasi sulfida menjadi sulfur
bebas sebagai bagian dari langkah regenerasi. Sulfur diendapkan sebagai zat padat
halus dan selanjutnya dipisahkan dengan settling atau filtrasi.
Macam-macam proses pengolahan terdiri dari :

1. Proses Girbotol
2. Proses Glikol-Amin
3. Proses Desulfurisasi Fosfat
4. Proses Alkazid
5. Proses Kalium Karbonat Panas
6. Proses Giammarco-Vetrocoke
1. Proses Girbotol
Proses ini dilisensi oleh Girdler Corp, merupakan suatu proses kontinyu
yang regeneratif untuk memisahkan H2S, CO2, kotoran-kotoran asam lainnya dari
gas alam dan gas-gas kilang. Proses ini menggunakan reagensia amina organik
seperti MEA, DEA, dan TEA. Etanol amin adalah basa kuat yang larut dalam air
mempunyai afinitas terhadap H2S pada suhu 160 - 180 oF. Gas yang akan
dibersihkan dikontakkan dengan larutan amin secara berlawanan arah dalam
absorber berupa menara onggok (packed tower) yang berisi raschig-ring pada
suhu 100 - 150 oF. Regenerasi berlangsung pada suhu 200 oF. Unit pertama pada
pemisahan H2S dari gas alam dipakai pada pabrik gas alam Shell Oil di North
Maryland. Sampai dengan tahun 1938, dimulai pemisahan H2S dari gas kilang
menggunakan proses Girbotol pada kilang minyak Atlantic Refining Co di Port
Arthur-Texas.
2. Proses Glikol-Amin
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Fluor Corp. merupakan
proses kontinyu yang regeneratif untuk menarik air dan memisahkan gas-gas asam
secara simultan dari gas alam atau gas-gas kilang. Campuran larutan amin dengan
di- atau tri-etilen-glikol dipakai sebagai reagensia pengolahan. Tipe larutan ini
mengandung 20 % amin, 70 % glikol, dan 10 % air. Gas yang akan dibersihkan
dikontakkan secara berlawanan arah dengan reagensia di dalam menara dulang
gelembung (bubble tray) pada suhu sekitar 100 oF. Regenerasi berlangsung pada
suhu 300 oF.

3. Proses Desulfurisasi Fosfat


Proses ini dikembangkan oleh Shell Development Co merupakan suatu
proses kontinyu yang regeneratif untuk memisahkan H2S dari gas alam, gas
kilang, atau larutan hidrokarbon menggunakan larutan K3PO4. Tipe larutan
reagensia mengandung 30 % K3PO4 dalam air, yang selektif menyerap H2S dalam
gas yang mengandung CO2. Gas yang akan dibersihkan dikontakkan berlawanan
arah dengan reagensia di dalam ekstraktor pelat gelembung (bubble plate) pada
suhu sekitar 100 oF. Regenerasi berlangsung pada suhu 240 oF. Untuk mengekstrak
H2S dari dalam hidrokarbon cair dipakai menara onggok (packed tower).
4. Proses Alkazid
Proses ini untuk memisahkan H2S dan CO2 dari gas alam atau gas-gas
kilang menggunakan larutan pekat asam-asam amina. Proses ini diperkenalkan
dalam industri di Eropa oleh Badische Anilin & Soda Fabrik AG of Ludwigshafen
am Rhein pada tahun 1959. Operasinya terdiri dari proses recycle kontinyu, dan
absorpsi gas-gas dengan pemanasan dan dikembalikan ke dalam absorber melalui
penukar panas dan pendingin. Garam-garam alkazid (alkazid-M dan alkazid-DIK)
tidak mudah menguap dan larutannya adalah cairan-cairan alkali yang reaktif dan
stabil. Kapasitas penyerapan untuk H2S dan CO2 sangat tinggi, tetapi sangat
rendah untuk hidrokarbon. Alkazid-DIK memberikan hasil yang sangat
memuaskan untuk pemisahan selektif H2S mengandung CO2 dan untuk pemurnian
hidrokarbon cair. Larutan alkazid-M dipakai untuk memisahkan H2S dan CO2 dari
gas disertai dengan efisiensi penyerapan yang sangat tinggi (98,6 %+).
5. Proses Kalium Karbonat Panas
Pemakaian proses ini lebih praktis untuk memisahkan gas alam pada
tekanan di atas 250 psi mengandung gas asam 5 - 50 %. Gas asam dapat dikurangi
menjadi 0,5 %. Sejumlah proses karbonat dengan variasi lain telah dirancang oleh
Petrocon Engineering Co, yaitu :

1. Sistem Karbonat split-stream


2. Proses Air-Karbonat
3. Proses Karbonat Dingin sebagian
4. Proses Karbonat-Amin
Keuntungan yangs sangat besar dari proses karbonat adalah biaya operasi
yang sangat rendah. Unitnya fleksibel mudah dirubah menjadi sistem amina.
6. Proses Giammarco-Vetrocoke
Proses ini dikembangkan oleh G. Giammarco of SPA Vetrocoke Italia,
untuk memisahkan H2S dan CO2.
Macam-macam prosesnya adalah : 1) Proses pemisahan CO 2 dari gas-gas yang
bebas H2S dengan regenerasi menggunakan steam; 2) Proses pemisahan selektif
H2S dan merubahnya menjadi sulfur bebas dengan regenerasi menggunakan
udara; 3) Proses kombinasi dari kedua proses di atas untuk pemisahan H sS dan
CO2.
Kedua proses pemisahan tersebut adalah berdasarkan pada absorpsi gas-gas asam
dengan larutan alkali yang mengandung aditif untuk mempercepat absorpsi dan
desorpsi. Larutan pengolahan tidak korosif, dan suhu operasi berkisar 75 - 300 oF.
Pada proses pemisahan H2S larutan reagensia terdiri dari natrium atau kalium
karbonat yang mengandung campuran arsenit dan arsenat. Gas-gas yang diolah
berasal dari sumur dirancang dapat membersihkan H2S kurang dari 1 ppm. H2S
mula-mula diserap dengan mereaksikannya dengan arsenit, senyawa hasil reaksi
kemudian dirubah menjadi monotioarsenat melalui reaksi dengan arsenat.
Dekomposisi menjadi sulfur elementer dan konversi arsen bervalensi 3 menjadi
valensi 5 dapat dilakukan dengan hembusan udara atau suatu kombinasi
asidifikasi dengan CO2 dan hembusan udara. Pemilihannya tergantung pada
persyaratan-persyaratan proses. Sulfur dapat dipisahkan dengan filtrasi atau
flotasi. Diagram alir proses kombinasi dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Diagram Alir Proses Kombinasi Giammarco-Vetrocoke


Pada tahun 1971 telah dikemukakan suatu proses baru dengan efisiensi
pemisahan sulfur sampai dengan 98 % yang dikenal sebagai proses Claus dengan
dua tingkat pemisahan. Setelah itu proses Claus dikembangkan lagi oleh Beavon
dan Vaeli untuk pemisahan sulfur sampai 99,9 % yang dikenal sebagai proses
Beavon. Reaksi yang terjadi pada suhu 2000 3000 oF adalah :
2 H2S + 3 O2 2 SO2 + 2 H2O
2 H2S + SO2 3 S + 2 H2O
Diagram alir proses Claus dan proses Beavon dapat dilihat pada Gambar 14 dan
Gambar 15.

Gambar 14. Diagram Alir Proses Claus

Gambar 15. Diagram Alir Proses Beavon

BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Minyak bumi (Crude Oil) dan gas alam merupakan senyawa hidrokarbon. Rantai
karbon yang menyusun minyak bumi dan gas alam memiliki jenis yang beragam
dan tentunya dengan sifat dan karakteristik masing-masing. Minyak bumi
terbentuk dari sisa fosil mahkluk hidup yang tertimbun jutaan tahun yang lalu.
Pengambilan minyak bumi dilakukan di kilang minyak. Kemudian di
fraksionisasikan sesuai titik didihnya. Minyak bumi memiliki peranan penting
bagu kehidupan, baik sebagai sumber energi maupun sebagai bahan baku industri
petrokimia.

DAFTAR PUSTAKA

Proses pengolahan minyak bumi,


(http://rizkisituyulmungil.blogspot.com/ , diakses 2 juni 2014)
Pemurnian minyak
(http://infotambang.com/proses-pemurnian-minyak-p498-164.htm ,
diakses 2 juni 2014)
Minyak bumi, 2010.( http://dtwh2.esdm.go.id/dw2007/, diakses 2 juni 2014)
Minyak bumi,( http://sherchemistry.wordpress.com/kimia-x-2/minyak-bumi,
diakses 2 juni 2014)
Proses pengolahan minyak bumi, (http://j4ngandibuk4.blogspot.com/p/prosespengolahan-minyak-bumi.html, diakses 2 juni 2014)
Proses pengolahan minyak bumi, 2007.
(http://persembahanku.wordpress.com/2007/02/27/proses-pengolahanminyak-bumi/, diakses 2 juni 2014)
Wikipedia, 2010.("http://id.wikipedia.org/minyak-bumi, diakses 2 juni 2014)

Anda mungkin juga menyukai