I.
PENGERTIAN
Kesehatan jiwa militer adalah upaya untuk melaksanakan program kesehatan
II.
wawancara psikodinamika.
III.
terhadap calon dan anggota TNI yaitu : Kesehatan Umum (Kesum ), Kesehatan
Militer(Kesmil) dan Kesehatan Jiwa (Keswa) yang dituangkan dalam Rumus Urikes :
U AB D G J
Keterangan :
U : Aspek Kesehatan Umum
kondisi
memungkinkan
perkembangan
fisik,
mental
dan
intelektual
berkembang secara optimal selaras dengan perkembangan orang lain. Dengan kata
lain tidak dijumpai adanya syndrome perilaku atau psikologis yang secara klinis
bermakna yang mengakibatkan disfungsi maupun penderitaan bagi seseorang. Hal
ini dibuktikan dengan tidak dijumpai adanya gejala gangguan mental-emosional dan
perilaku baik melalui pemeriksaan klinis psikiatri maupun pemeriksaan tambahan
seperti tes MMPI dan lainnya.
J3., Dijumpai adanya gejala awal/ prodromal atau remisi parsial dari
Secara umum seluruh Korps dibutuhkan kesehatan jiwa dasar yang prima
dimana tidak ada kelainan secara klinis, daya tahan mental baik, daya adaptasi baik,
potensi kinerja secara umum baik. Untuk optimalisasi sumber daya manusia
diperlukan penyesuaian korps terhadap kapasitas mental dan kepribadian yang
dia miliki sehingga performance ( kinerjanya) lebih optimal. Sehingga beberapa
variabel kapasitas mental dan kepribadian kadet disesuaikan dengan tuntutan
profesi / tugas yang berorientasi pada Korps.
Pemeriksaan kesehatan jiwa evaluasi diagnostik multi aksial menerangkan :
Aspek Klinis : ada tidaknya gangguan jiwa
Kepribadian : mengkaji daya tahan kejiwaan
Kondisi medis umum
Identifikasi Stressor Spesifik Afeksi terhadap potensi kinerja .
V.
AKSIS I
AKSIS
:
-
Ada
tidaknya
gangguan
kepribadian
nyata
seperti
dsb
AKSIS III
Neurologis : kelainan fisik, Tanda-tanda halus dari kelainan fungsi
saraf
AKSIS IV
potensial menimbulkan
gangguan jiwa
-
AKSIS V
-
Memberi masukan dan saran kepada pimpinan militer baik di tingkat atas
VI.
Operasi Bhakti
masyarakat umum.
Pembinaan Keswa
Pencegahan secara primer, sekunder Maupun tertier.
bidang jiwa.
-
komisi kesehatan.
1).
Patroli maritim
Gelar pasukan
Latihan
pasukan TNI
M
-
-.
-.
A
gar dapat menilai serta mengetahui adanya distress dalam suatu Kesatuan, perlu
diketahui keadaan moril = spirit pasukan secara keseluruhan
sebagai indikator moril suatu pasukan antara lain :
beberapa alat yang dianggap kurang perlu pada waktu gerakan operasi.
penyalahgunaan NAPZA
PELAYANAN KEPERAWATAN I
A.
UPAYA KESEHATAN :
Setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
TUGAS RS
Memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
C.
FUNGSI RS :
-
Pemeliharaan
dan
peningkatan
kesehatan
perorangan
melalui
D.
dan efektif.
-
bencana.
-
atau miskin.
-
E.
Menolak
keinginan
F.
Memiliki
sistem
bencana
-
by laws)
-
rumah sakit
-
tanpa rokok.
G.
HAK PASIEN
-
di rs
-
Memperoleh
layanan
yang
manusiawi,
adil,
jujur,
dan
tanpa
diskriminasi
-
HAK PASIEN 2
-
lain (second opinion) yang mempunyai SIP baik didalam maupun diluar RS.
-
data-data medisnya.
-
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan
-
HAK PASIEN 3
-
terhadap dirinya.
-
pelayanan melalui
peraturan perundang-undangan.
J.
primer
K.
yaitu:
-
kesehatan
-
(quality
of
care)
(quality of services)
Patient safety
Kenyamanan
Pengetahuan
Kepuasan Pasien
Self Care
Kecemasan
Ners
Perawat vokasional
2.
3.
L.
Ners spesialis
Ners
Perawat vokasional
Ners spesialis/subspesialis
Ners spesialis
Ners
Perawat vokasional
A.
UPAYA KESEHATAN :
Setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
TUGAS RS
Memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
C.
FUNGSI RS :
-
Pemeliharaan
dan
peningkatan
kesehatan
perorangan
melalui
D.
dan efektif.
-
bencana.
-
atau miskin.
-
E.
Menolak
keinginan
F.
Memiliki
sistem
bencana
-
by laws)
-
rumah sakit
-
tanpa rokok.
G.
HAK PASIEN
-
di rs
-
Memperoleh
layanan
yang
manusiawi,
adil,
jujur,
dan
tanpa
diskriminasi
-
HAK PASIEN 2
-
lain (second opinion) yang mempunyai SIP baik didalam maupun diluar RS.
-
data-data medisnya.
-
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan
-
HAK PASIEN 3
-
terhadap dirinya.
-
pelayanan melalui
peraturan perundang-undangan.
J.
primer
K.
yaitu:
-
kesehatan
-
(quality
of
care)
(quality of services)
Patient safety
Kenyamanan
Pengetahuan
Kepuasan Pasien
Self Care
Kecemasan
2.
3.
L.
Ners
Perawat vokasional
Ners spesialis
Ners
Perawat vokasional
Ners spesialis/subspesialis
Ners spesialis
Ners
Perawat vokasional
A.
UMUM
Upaya
kesehatan
adalah
setiap
kegiatan
untuk
memelihara
dan
B.
ada dalam perdagangan dan sediaan farmasi lain yang layak diproduksi, baik
secara alamiah, ekonomi, dan keselamatan sebaiknya diproduksi di rumah
dengan
penderita dan / atau professional kesehatan lain, yang secara langsung terlibat
dalam perawatan penderita.
KESEHATAN PREVENTIVE
A.
KESEHATAN PREVENTIF
Adalah Ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan
sosial
masyarakat.
A. TINGKAT PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer (sebelum menderita sakit)
a.
masalah kesehatan.
daya
tahan
tubuh
terhadap
2.
promt treatment)
-.
-.
Mengobati
dan
menghentikan
proses
sakit,
3.
Pencegahan tertier
C.
Kegiatan:
a.
Penyuluhan kesehatan
b.
c.
e.
2.
c.
Profilaksis
d.Pemeriksaan kesehatan (screening) untuk penemuan kasus pada
anggota & keluarga
e.Mengobati
dan
menghentikan
berlanjutnya
proses
suatu
penyakit/kelainan tertentu.
f. Mencegah tetidak mampuan yg berkaitan dg penularan penyakit.
3.
pantai di seluruh nusantara untuk dapat digunakan sebagai informasi dan data
pada analisa daerah operasi.
Kegiatan:
a. Mengadakan survey penyakit menular (surveylance epidemiologi) pada
daerah pantai di pulau-pulau
b. Mengumpulkan data / informasi penyakit dari pangkalan TNI AL dan
satuan kesehatan TNI serta unsur kesehatan lainnnya yang ada
daerah tersebut.
C. Membuat peta penyakit menular geo MEDIK
D.
E.
PENYAKIT-PENYAKIT
MENULAR
YANG
PERLU
PES
MENDAPATKAN
Surakarta, Yogya,.
Pada tahun 1970 endemis di Boyolali, Temenggung, Wonosobo,
CHOLERA
Endemis sanitasi lingkungan, water suplpy dan penyajian makanan yang
CACAR
Small fox kematian yang tinggi
F.
PENYAKIT MALARIA
Tersebar luas diseluruh kepulauan indonesia (penyakit rakyat) :
G.
PENYAKIT TBC
Merupakan masalah kesehatan yang cukup besar bagi indonesia. Dengan
500.000 / tahun dengan kematian 175.000/tahun (35%)
Pemberantasannya sulit sosial ekonomi
kesadaran unt berobat rendah
pengetahuan rendah
fasilitas kesmas belum memadai
H.
FAKTOR AGENT
Karakteristiknya Dibedakan :
1.
yang berat
4.
5.
respons imunologik
I.
FAKTOR HOST
Genetik
J.
FAKTOR LINGKUNGAN
Lingkungan fisik
Lingkungan biologis
K.
Lewat media:
-
L,
FAKTOR - FAKTOR
YANG
HARUS
DIPERHATIKAN
PERKEMBANGAN PENYAKIT
1.
2.
3.
4.
Perilaku masyarakat
5.
6.
7.
DALAM
A.
10
Upaya
kesehatan
diselenggarakan
dengan
pendekatan
pemeliharaan :
Promotif
: peningkatan kesehatan.
Preventif
: pencegahan penyakit.
Kuratif
: penyembuhan penyakit.
Rehabilitatif
: pemulihan kesehatan,
anggota
Pasal 49 : Sumber daya kesehatan : Semua perangkat keras dan lunak untuk
mendukung upaya kesehatan meliputi : tenaga kesahatan, sarana kesehatan,
perbekalan kesehatan, pembiayaan kesehatan, pengelolaan kesehatan dan
Litbang kesehatan.
B.
PENDAHULUAN
Pembinaan Kesehatan TNI AL ( Binkes TNI AL ) adalah upaya dan kegiatan
TNI AL.
-
serta pelayanan
Penunjang
kesehatan
untuk
menunjang
Dokter Rehabmed.
Perawat Rehabmed.
terselenggaranya
C.
Fisioterapis.
Okupasi Terapis.
KEGIATAN KESKUREHAB
Dilaksanakan di Faskes TNI AL ( tetap dan bergerak ) mengikuti gerakan
Faskes TNI AL yang bersifat tetap meliputi Rumah Sakit Tk I s/d IV, Lembaga
Kesehatan TNI AL, Satuan Kesehatan, Balai Kesehatan, Balai Pengobatan.
Kesehatan Preventif
Bertujuan memperpanjang hidup dan mempertinggi daya tahan tubuh
2.
Kesehatan Pangkalan
Kesehatan Kurehabmed
Bertujuan mempercepat penyembuhan dan upaya mengembalikan
Fungsi
perorangan.
memberikan
pelayanan
kesehatan
Kegiatan
Fungsi
Pelayanan Rehabmed
-
Fungsi
PENYELENGGARAAN KESKUREHABMED
Meliputi :
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengawasan
Pengendalian
Penilaian
rehabilitasi
KESEHATAN GIGI
A.
mulut. Semua benda yang akan masuk ke rongga mulut harus melalui gigi, tanpa
ada gigi akan banyak menimbulkan gangguan pada manusia, bahkan bisa
mendatangkan berbagai macam penyakit akibat kurang sempurnanya proses
pencernaan sebelum dicerna lebih lanjut. Disamping itu, tanpa gigi manusia tidak
bisa tampil dengan sempurna karena keindahan, kecantikan, ketampanan jadi
berkurang tanpa gigi pula manusia tidak bisa berbicara dengan sempurna, karena
pembentukan huruf-huruf yang dikeluarkan melalui udara yang terbentuk tidak ada
yang mendukung.
Jadi pada dasarnya fungsi gigi sebagai berikut :
1.
pencernaan makanan.
2.
3.
kencang.
4.
8 Gigi seri
1)
4 gigi seri RA
2)
b.
c.
2.
4 gigi taring
1)
2 gigi taring RA
2)
2 gigi taring RB
8 gigi geraham
1)
4 gigi geraham RA
2)
4 gigi geraham RB
b.
c.
d.
B.
4 gigi seri RB
8 gigi seri
1)
4 gigi seri RA
2)
4 gigi seri RB
4 gigi taring
1)
2 gigi taring RA
2)
2 gigi taring RB
8 gigi geraham
1)
2)
12 gigi geraham
1)
2)
JENIS GIGI
Jenis gigi seperti disebutkan dengan meliputi :
1.
makanan dan berbentuk runcing dengan akar paling panjang dari seluruh gigi
yang ada. Gigi taring ini berfungsi juga menyangga sudut mulut sehingga pipi
tampak kencang. Gigi ini merupakan gigi yag paling kuat dari sekian gigi yang
ada.
3.
tetapi tidak sekuat geraham besar, karena rata-rata akarnya cuma satu. Pada
gigi anak-anak gigi ini tidak didapatkan.
4.
makanan. Letaknya 3 paling belakang dengan jumlah akar 3 buah untuk atas
dan 2 buah untuk bawah. Gigi ini tumbuhnya tanpa didahului gigi anak
langsung tumbuh umur 6 tahun untuk M1, 12 tahun untuk M2 dan 20 atau 21
tahun untuk M3. Kehilangan 1 gigi jenis gigi ini akan merasa terganggu dalam
hal pengunyahan, karena disamping untuk mengunyah, gigi ini juga berfungsi
sebagai kunci gigitan antara atas dengan bawah.
C.
BAGIAN-BAGIAN GIGI
Gigi merupakan bagian tubuh manusia yang paling keras, bahkan meskipun
manusia itu sudah meninggal tetapi gigi tidak akan termakan oleh tanah sampai
beratus tahun lamanya. Gigi melekat erat pada rahang manusia, karena didukung
adanya jaringan penyangga gigi. Jadi pada dasarnya gigi dibagi menjadi :
Mahkota gigi
Merupakan bagian yang muncul diatas gusi. Dibagi menjadi 3 bagian :
a.
Enamel
1)
2)
3)
terhadap gigi
b.
Dentin
1)
2)
Tebal sekitar 1 2 mm
3)
(seperti
pipa-pipa
kecil)
tempat
mengalirnya
rangsangan
dan
pertahanan jika ada rangsangan dari luar. Setiap ada rangsangan akan
diterima dentin dan diteruskan ke bagian yang lebih dalam dari gigi.
4)
c.
Pulpa
1)
2)
bening
4)
5)
vitalitas gigi karena adanya aliran darah dan persyarafan, juga kelenjar
getah bening.
Akar gigi, merupakan bagian gigi yang masuk kedalam jaringan rongga
mulut. Jaringan penyangga gigi, merupakan jaringan yang menyangga gigi
agar gigi bisa kuat tertanam dalam tubuh manusia. Jaringan ini meliputi :
a.
b.
c.
Membran
Periodental,
merupakan
serabut-serabut
yang
Karies gigi
Karies gigi merupakan penyakit gigi dimana penyakit ini bisa
asam tersebut yang melarutkan enamel gigi sehingga gigi jadi berlubang. Di
samping itu faktor tuan rumah (host) dari gigi sendiri sangat berperan. Pada
gigi yang lemah gampang sekali larut sehingga terjadi karies gigi. Macammacam bakteri rongga mulut seperti jenis streptococcus lactobacillus paling
berperan terhadap terjadinya karies gigi. Bakteri ini selalu ada di rongga
mulut, tujuannya untuk keseimbangan suasana rongga mulut. Jika tidak ada
bakteri tersebut maka jamur-jamur di rongga mulut akan berkembang dengan
pesatnya akibat tidak ada keseimbangan.
Akibat perkawinan manusia kadang muncul genetik-genetik tertentu
yang sifatnya lemah, genetik tersebut berakibat pada gigi pula, sehingga
giginya rentan terhadap karies gigi.
sudah disebutkan diatas, ada faktor lain yang berperan terhadap terjadinya
karies gigi. Faktor tersebut banyak disebabkan oleh makanan, terutama
makanan dengan karbohidrat tinggi yang mengandung banyak gula (sukrosa)
dan makanan lemak. Makanan-makanan ini jika menempel pada gigi dan
tidak segera dibersihkan akan diubah oleh bakteri menjadi suasana asam
sehingga asam tersebut melarutkan enamel gigi, akibatnya gigi bisa
berlubang. Berdasarkan penelitian makanan yang menempel pada gigi
minimal 6 jam dan tidak dibersihkan sudah cukup untuk bisa melarutkan
enamel. Kondisi ini bisa diperparah jika bakteri gigi sendiri (host) kurang
mendukung atau sangat lemah.
Berdasarkan jenisnya, karies gigi dibagi menjadi 3 jenis :
a.
daripada gigi lebih dalam dari superficial, dentin gigi sudah terdeteksi
dengan alat periksa gigi, biasanya mengeluarkan rasa ngilu pada
penderita terutama terhadap rangsangan dingin.
c.
dari gigi, pulpa bisa terbuka atau belum. Bisa menimbulkan rasa sakit
yang hebat bila tersentuh rangsangan baik suhu dingin atau mekanis
seperti akat periksa gigi. Pada malam hari sakit ini bisa lebih hebat
daripada siang hari.
2.
Karang gigi
Karang gigi terbentuk akibat reaksi antara sisa makanan yang
menempel pada gigi dan lama tidak dibersihkan dengan air ludah membentuk
suatu endapan dan menempel pada gigi. Karang gigi jika menempel masuk
pada satu gigi disebut subgingival calculus, bila diatas gingiva dekat leher gigi
disebut supragingival calculus. Jika tidak segera dibersihkan karang gigi akan
mempengaruhi aliran darah ke gingiva sehingga suplai makanan ke gingiva
berkurang, akibatnya perlekatan gingiva terhadap gigi menurun, tulang alveal
gigi akan mengecil sehingga lama kelamaan gigi menjadi goyang bahkan bisa
lepas atau terpaksa dicabut. Karang gigi sering timbul terutama dekat dasar
lidah seperti bagian sisi depan dekat lidah pada gigi rahang bawah, dan sisi
belakang gigi geraham besar atas. Dianjurkan pembersihan karang gigi
minimal 2 x dalam 1 tahun agar gigi dan gusi ( gingiva ) tetap sehat
3.
Gingivitis
Gingivitis berasal dari kata Gingiva (gusi)danitis (radang ).Jadi
gingivitis merupakan radang pada gusi, bisa akibat dari karang gigi atau
benda asing yang tidak diterima gusi seperti ke tusuk duri ikan atau alat tusuk
gigi atau akibat gusi yang berlubang dan infeksi sudah menjalar sangat jauh.
Gingivitis bisa disembuhkan dengan menghilangkan faktor penyebab dan
dibantu dengan pemberian obat-obatan baik secara oral atau melalui
diminum.
Gingivitis ditandai dengan :
Ada faktor penyebab di dekat gusi yang sakit seperti benda asing, gigi
berlubang, karang gigi.
4.
Periodontitis
5.
Abses
Abses merupakan perkembangan lebih lanjut dari periodontitis.
Abses berisi nanah atau cairan yang berisi darah campur nanah
6.
Stomatitis
Merupakan radang pada jaringan lunak di rongga mulut. Radang ini
Jaringan pipi
Gusi
Dasar lidah
5. Contoh penggunaan
Standar Operational Procedure yang selalu up to date akan menciptakan
keteraturan pelaksanaan kegiatan dimanapun kegiatan tersebut dilakukan. Pola
yang teratur ini selaian akan menaikkan kualitas hasil kegiatan pelayanan juga akan
meningkatkan
moral
petugas
untuk
melaksanaan
setiap
kegiatan
secara
bersungguh-sungguh.
Dengan demikian Standar Operational Procedure merupakan suatu keharusan yang
perlu dimiliki oleh setiap instansi pengelola radiasi, karena tidak saja akan
meningkatkan kualitas pengelolaan radiasi tetapi juga akan meningkatkan manfaat
radiasi iru sendiri guna kebutuhan kesehatan masyarakat juga akan meningkatkan
derajat keselamatan dan kesehatan pekerja yang mengelola radiasi serta lingkungan
dimana sumber radiasi itu manfaatkan.
Pengelolaan radiasi yang diselenggarakan untuk pelayanan kesehatan, sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku harus tersedia berbagai
Standar Operasional Prosedur mulai dari awal pengelolaan radiasi sampai akhir
pengelolaan radiasi, termasuk standar prosedur operasional pengelolaan zat atau
sumber radiasi yang sudah tidak digunakan lagi.
Adapun Standar Operasional yang minimal harus tersedia dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan adalah :
1. Standar Prosedur Operasional Pemanfaatan Radiasi.
Setiap pengelola yang menyelenggarakan pelayanan radiasi harus mempunyai izin
operasional pemanfatan radiasi yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Tenaga
Nukiir ( BAPETEN ), yang akan diterbitkan apabila semua persyaratan pemanfaatan
radiasi telah terpenuhi diantaranya adalah :
a. Adanya hasil Survey radiasi yang diukur oleh Petugas Proteksi Radiasi yang
berlisensi dan menyatakan bahwa pesawat dan atau sumber radiasi laik pakai dan
aman untuk dioperasikan dengan ketentuan sebagaiberikut :
1. Radiasi bocor tabung tidak lebih drai 100 m R / Jam pada jarak 1 m dari fokus
2. Tersedianya lampu luas lapangan penyinaran dan diafragma yang berfungsi
dengan baik
3. tingkat paparan radiasi di daerah-daerah yang diperkirakan akan selalu ditempati
oleh pekerja radiasi dan atau masyarakat menunjukan tingkat paparan radiasi yang
aman.
4. Tersedianya tanda bahaya radiasi berupa lampu merah yang akan menyala
secara otomatis apabila pesawat radiasi dan atau sumber ladiasi lainnya
dioperasikan.
5. Tersedinya tanda-tanda adanya bahaya radiasi yang dapat dilihat dengan jelas
b. Tersedianya tenaga pekerja radiasi pengelola radiasi dengan kualifikasi yang telah
ditetapkan sesuai dengan Permenkes 366 Tahun 1997 yaitu : Dokter Spesialis
Radiologi, Radiografer, Fisika Medik dan Petugas Proteksi Radiasi yang berlisensi
( disesuaikan dengan Kalsifikasi Type Rumah Sakit )
c. Tersedianya fasilitas peralatan Proteksi radiasi dalam jumlah dan fungsi yang
cukup memadai ( Apron dengan kesetaraan Pb 0.25 dan 0.5 mm , Gloves, kaca
mata Pb yang semuanya mempunyai ketebalan setara dengan 0.25 mm Pb )
termasuk didalamnya luas ruangan radiasi dan tebal dinding sesuai dengan standar
serta tersedianya alat monitoring perorangan yang dikelola dengan baik dan benar
yang ditandai dengan adanya catatan dosis setiap pekerja radiasi untuk setiap
bulannya dan dilengkapi dengan catatan medik pekerja radiasi.
d. Tersedianya dokumen-dokumen penyerta peralatan radiologi yang tersimpan
dengan baik sehingga bila sewaktu-waktu diperlukan dapat dengan mudah diperoleh
e. Tersedianya prosedur kerja dengan radiasi yang sudah diuji coba sehingga
diyakinkan efektif dan efesien dan dapat dikembangkan sebagaimana mestinya
apabila diperlukan
2. Standar Pelayanan Radiologi.
Standar 1. Falsafah dan Tujuan
Bagian Radiologi di Rumah Sakit memberikan pelayanan radiodaignostik dan
pelayanan radioterapi sebaik-baiknya kepada penderitta yang membutuhkan.
Kriteria
1.1. Pelayanan radiologi disesuaikan dengan pengembangan dan tujuan dari rumah
sakit secara keseluruhan.
Pengertian :
a. Pelayanan radiologi adalah pelayanan kesehatan yang menggunakan energi
pengion dan energi bukan pengion (non-pengion) baik dalam bidang diagnostik
maupun dalam bidang terapi.
b. Memberikan pelayanan rutin, khusus dan gawat darurat.
c. Membicarakan dengan staf mengenai pengertian diagnostik foto dan pemeriksaan
imejing lainnya (USG, CT, Nuklir dan lain-lain) serta tindakan radioterapi.
2.3. Struktur organisasi dan uraian tugas akan ditinjau paling tidak tiap tiga tahun
sekali dan kalu diperlukan dapat dilakukan perubahan.
Pengertian :
Perubahan yang dilakukan didasarkan atas:
a. adanya jabatan baru,
b. perubahan jabatan baru,
c. adanya sasaran baru.
2.4. Laporan hasil pemeriksaan radiodiagnostik dicatat direkam medis pasien dalam
waktu 24 jam setelah interpretasi foto, sedang salinannya harus ada di bagian
radiologi. Ahli radiologi akan memberitahu secepatnya kepada dokter yang mengirim
pasien untuk pemeriksaan radiologi apabila ditemukan hal-hal serius.
2.5. Semua foto dan rekaman imejing lainnya yang sudah dibaca, akan disimpan di
rumah sakit paling tidak untuk jangka waktu 3 5 tahun, ini diperlukan bila pasien
diperiksa ulang.
2.6. Catatan dari film X-ray, film USG, kedokteran Nuklir, CT-scan, MRI dan lain-lain
dibutuhkan untuk pendidikan baik bagi mahasiswa fakultas kedokteran maupun
untuk residen dan pendidikan lainnya yang membutuhkan.
2.7. Statistik yang akurat diperlukan untuk tiap jenis pemeriksaan radiologi.
Standar 3. Staf dan Pimpinan
Bagian radiologi dipimpin oleh seorang dokter spesialis radiologi dan dibantu oleh
staf yang dianggap mampu sehingga tujuan dan pelayanan bisa tercapai.
Kriteria
3.1. Kepala bagian radiologi bisa seorang tenaga purna waktu atau paruh waktu
tergantung kemampuan dari bagian.
3.2 Dokter spesialis radiologi dan radiografer harus siap bila dibutuhkan.
3.4 Tanggung jawab seluruh hasil pemeriksaan radiologi imejing dimengerti oleh
dokter spesialis radiologi dan dokter pengirim (merujuk).
3.5. Staf bagian radiologi imejing selain dokter spesialis juga radiografer, perawat,
tata usaha, staf administrasi yang jumlahnya sesuai dengan kegiatan yang ada.
3.6. Pertemuan reguler staf diadakan untuk menjamin adanya komunikasi yang baik
diantara staf bagian maupun dengan bagian lain dalam rumah sakit.
Standar 4. Fasilitas dan Peralatan
Ruangan peralatan radiologi imejing mempunyai luas yang cukup dan nyaman agar
seluruh pelayanan yang diberikan aman, baik bagi petugas maupun pasien serta
linggkungan.
Kriteria
4.1. Pengamanan radiasi harus harus diperhatikan secara seksama oleh kepala
bagian.
Pengertian :
Tindakan pengamanan selain terhadap bahaya radiasi juga terhadap listrik, mekanik,
api dan bahan-bahan mudah meledak. Apabila kepala bagian tidak ada maka orang
yang bertanggung jawab adalah orang yang ditunjuk oleh kepala bagian.
4.2. Tenaga yang dijalankan peralatan radiologi imejing yang menggunakan sinarsinar pengion harus menggunakan alat monitoring dan secara periodik diperiksa di
laboratorium
yang
hasilnya
dilaporkan
kepada
kepala
bagian
secara
berkesinambungan.
4.3. Tindakan terhadap pengamanan ditujukan untuk melindungi pasien, staf dan
tenaga lain yang bekerja pada peralatan radiologi.
4.4. Untuk pengamanan ruang peralatan radiologi yang menggunakan sinar-sinar
pengion dinilai oleh radiasi. Program perbaikan peralatan direncanakan untuk jangka
waktu sepuluh tahun.
4.5. Untuk flouroskopi harus mempunya image intensifier
Standar 5. Kebijakan dan Prosedur
Agar pelayanan terhadap pasien bisa optimal maka perlu ada prosedur tertulis yang
didasarkan pada pengetahuan dalam bidang radiologi imejing.
Kriteria.
5.1. Kebijakan dan prosedur tata kerja di bagian radiologi imejing harus tertulis.
Pengertian :
Kebijakan dan prosedur dalam pernyataan ini adalah :
a. pemeriksaan radiologi imejing dilakukan hanya berdasrkan permintaan dari
dokter. Dalam surat permintaan tersebut dicantumkan keadaan klinik dan
pemeriksaan fisik dari pasien.
b. Tanggung jawab dari hasil pemeriksaan radiologi imejing adalah dokter spesialis
radiologi.
c. Semua foto seharusnya dibaca oleh seorang dokter spesialis radiologi atau bukan
spelialis radiologi yang sudah mendapat penataran dalam bidang radiologi.
perawat
pasien
sakit
berat.
Harus
ada
prosedur
tertulis
mengenai
Mekanisme dari prosedur ini dengan mengumpulkan data-data evaluasi agar cara
bekerja di bagian radiologi imejing lebih efektif dari pelayanan lebih ditingkatkan agar
tujuan bisa tercapai.k
Kriteria :
7.1. Kriteria ini digunakan untuk menilai penampilan staf oleh kepala bagian setelah
dilakukan konsultasi kepada setiap staf.
7.2. Penilaian penampilan kerja staf berdasarkan data atau fakta yang dikumpulkan
dalam menjalankan tugasnya.
7.3. Seluruh staf mengikuti evaluasi dan ikut merencanakan kegiatan, mengatasi tiap
hal yang tidak efisien.
Standar Prosedur Pelayanan Radiasi Medik Radiodiagnostik
1. Semua permintaan pemeriksaan dan tindakan medik dengan penggunaan radiasi
dilakukan atas dasar adanya permintaan tertulis dari dokter pengirim / merujuk yang
dilengkapai dengan klnis yang jelas.
2. Pemeriksaan dan tindakan medik radiasi harus dilakukan di ruang radiologi
kecuali untuk kasus-kasus tertentu yang karena sesuatu hal menurut keputusan
secara medis tidak mungkin dialkukan di ruang radiologi dapat dilakukan insitu
dengan tetap memperhatikan manfaat dan resiko serta keselamatan dan kesehatan
terhadap radiasi bagi para pekerja lainnya yang bertugas diruang tersebut Ruang
ICU, ICCU, Ruang Bedah, Ruang Perawatan Isolasi, Ruang Luka bakar ).
3. Pemeriksaan dan tindakan medik radiologi harus dilakukan dengan standar
prosedur pemeriksaan medik radiologi yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi
yang disyahkan oleh direktur rumah sakit.
4. Pemeriksaan dan tindakan radiasi medik hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan bidang radiologi yang telah mendapat pendidikan formal bidang radiologi
sesuai dengan kompetensinya.
5. Semua pekerja radiasi yang melakukan pemeriksaan medik radiasi diharuskan
memakai personal motoring yang secara berkala diukur besarnya paparan radiasi
yang diterima oleh setiap pekerja radiasi dan besarnya paparan radiasi yang
diterima harus tercatat pada lembar catatan dosis pribadi bersama catatan medik
pekerja radiasi..
6. Pemeriksaan dan tindakan radiasi medik harus mendahulukan pada pasien
dengan kasus cyto sebagai upaya life saving sesuai dengan prosedur pelayanan
kedaruratan medik.
7. Untuk pemeriksaan dan tindakan radiasi medik yang menggunakan bahan kontras
radiografi guna kepentingan medis harus dimasukan melalui intravasculer hanya
dapat dilakukan apabila telah dilengkapi dengan surat persetujuan pasien ( consen
imform ) setelah terlebih dahulu pasien/ keluarga pasien diberikan penjelasan
tentang resiko tindakan mdik yang akan dilakukan serta resiko pemakaian bahan
kontras radiografi oleh sebab itu dianjurkan untuk memakai bahan kontras yang
cukup aman bagi pasien.
8. Semua pemeriksaan dan tindakan radiasi medik yang menggunakan bahan
kontras hanaya dapat dilakukan oleh dokter spesialis radiologi dan tenaga
kesehatan bidang radiologi sesuai dengan batas kewenangannya.
9. Dalam keadaan belum tersedianya dokter spesialis radiologi disuatu pelayanan
kesehatan hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis lainnya yang diberikan
kewenangan melalui surat tugas/penunjukan yang ditandatangani oleh direktur
rumah sakit dan atau oleh Wakil direktur Pelayanan medik sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan bila telah tersedia dokterspesialis radiologi sudah tersedia, maka
secara otomatis kewenangan yang diberikan tidak berlaku lagi.
10. Semua ekspertise / jawaban hasil pemeriksaan radiasi medik dibuat rangkap dua
yang mempunyai kekuatan medicolegal yang sama dan harus dibubuhi tanda
tangan dan nama jelas oleh dokter spesialis radiologi yang memeriksa.
11. Semua pemeriksaan dan tindakan radiasi medik harus dilakukan berdasarkan
etika medis dan etika profesi tenaga kesehtan yang menghormati hak pasien
sebagai manusia seutuhnya.
Standar prosedur Pemeriksaan Radiografi Diagnostik
1. Pemeriksaan radiografi untuk tujuan diagnostik hanya dilakukan sesuai dengan
permintaan yang tercantun pada formulir permintaan pemeriksaan radiologi.
2. Pemeriksaan radiografi hanya dapat/boleh dilakukan oleh radiografer yang telah
memeiliki surat izin radiografer dan surat izin bekerja yang dikeluarkan oleh menteri
kesehatan indonesia atau pejabat lain yang ditunjuk.
3. Setiap radiografer yang melakukan pemeriksaan radiografi selalu memakai
personal monitoring yang secara berkala harus diukur untuk mengetahi besarnya
paparan radiasi yang diterima dalam selang waktu tertentu dan hasil paparan radiasi
ersebut tercatat dalam lembar catatan dosis pribadi.
4. Pemeriksaan dan tindakan radiografi melalui pemilihan faktor eksposi yang
optimal, posisi dan centrasi yang sesuai dengan jenis dan tujuan pemeriksaan
baik
ditempat
kerja
maupun
dalam
pengangkutan
dengan
1. bila sumber hilang dalam lubang bor, segera diusahakan mengambil kembali
(fhising). Sirkulasi air selama situasi kritis di survei menggunakan detektor logging
(gamma ray)
2. bila sumber radiasi ditemukan, sebelum sambungan terakhir muncul semua orang
yang tidak terlibat harus meninggalkan lantai rig, tidak boleh dipegangang langsung
dengan tangan. Pegang dengan tang penjepit panjang
3. sumber radiasi tidak boleh ditaruh di atas tanah, letakkan dalam kontener yang
telah tersedia atau dekat pelindung yang telah dipasang
4. lakukan tes kebocoran (wife test)
5. bila sumber radiasi rusak atau pecah semua daerah kerja harus diisolasi dan
sumber radiasi harus disimpan dalam konteiner yang terkunci
6. survei semua personel, peralatan dan liingkungan
7. bila ada personel yang terkontaminasi harus segera didekontaminasi
8. peralatan yang terkontaminasi dipisahkan dengan yang lain, disimpan pada
tempat yang khusus dan ditempeli dengan tanda radiasi
9. usahakan agar kontaminasi tidak meluas
10. bilamana perlu mintalah bantuan
11. bila sumber radiasi hilang di luar lubang bor, harus segera dilakukan pencairan
dengan surveimeter. Bila telah ketemu, lakukan langkah-langkah sebagai tercantum
pada nomor 2 sampai nomor 10 di atas
12. harus melapor ke BATAN mengenai sebab-sebabnya, tindakan yang telah
dilakukan dan hasil yang telah dicapai dengan mencantumkan tanggal, nama yang
melakukan pencarian secara terperinci. Pencarian dipimpin oleh PPR setempat
13. bila sumber radiasi tidak bisa dikeluarkan dari lubang bor maka ditanam atau
dikubur dalam lubang bor dengan sekat hidrolik dibuat dari semen yang
panjanganya 20 cm (CANADA) dan 200 feet (US). Di atas tutup semen dipasang
pelindung mekanik. Di atas lubang bor dipasang plakat dari stanless steel.
Tes kebocoran
1. hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang telah terlatih baik mengetahui
prinsip proteksi radiasi
2. pekerjaan iini dilakukan dalam daerah yang khusus terisolasi dan diperlengkapi
dengan pelindung radiasi (Laboratorium khusus)
3. Wipe test dilakukan menggunakan tang jepit panjang untuk menjepit atau
memegang sumber dan alat penghapus yang dibuat dari karet berlapis kertas filter
4. Ambil sumber radiasi yang akan diperiksa dengan tang penjepit dan taruh dengan
cepat sumber radiasi yang akan di test tersebut di atas bantalan khusus yang
dilengkapi dengan penahan radiasi.
5. Basahi kertas filter yang ada pada alat penghapus dengan cairan khusus gosok
seluruh permukaan sumber dan sumber dipegang dengan tang jepit. Lakukan ini
dengan teliti tetapi dalam waktu yang sesingkat mungkin
6. Setelah selesai letakkan sumber ke dalam kontener secepat mungkin dan
masukan kertas filter ke dalam kantong plastik.
7. Ukur aktivitas kertas filter dengan surviemeter yang cukup peka atau menggunkan
detektor logging (gamma ray)
8. Bila laju dosis pada kertas penghapus lebih besar dari 0,25 mrem/jam di atas latar
belakang maka merupakan petunjuk kuat bahwa kapsul sumber pecah atau bocor
9. Bila pengukuran laju dosis tidak lebih dari 0,25 mrem/jam di atas cacah latar
belakang masukkan kertas filter ke dalam amplop plastik lalu ke dalam amplop
khusus, masukan ke dalam kotak baja dan kirim ke laboratorium yang mempunyai
alat pencacah yang lebih peka dan teliti. Data sample yang dikirim harus lengkap
dan bungkusan yang dikirim harus memenuhi syarat dan sesuai dengan ketentuan
penggunaan zat radioaktif
10. Sumber radiasi tidak boleh dipakai lagi sebelum diketahui dengan pasti bahwa
kapsulnya tidak bocor
11. Tes kebocoran dilakukan 6 bulan sekali ( tidak lebih dari 2 tahun) tergantung dari
situasi dan kondisi lapangan kerja.
Perlengkapan
1. suveimeter
2. film badge/dosimeter kantong
3. mobil unit dengan mesin pengangkat kontener
4. batang pengangkat dengan ujung khusus (source handling tool) dan locking PIN
wrennch
5. tabung detektor gauging/logging
6. kontener sumber radiasi berisi sumber radiasi dengan ekor sumber khusus
7. alat bor
8. alat pengaman lain
Prosedur Umum
1. harus ditunjuk seorang penanggung jawab (setiap pekerja radiasi harus jelas
tugasnya)
2. sumber radiasi tidak boleh disentuh dengan tangan
3. laju dosisi di ujung tongkat pengangkat harus dihitung
4. setiap operator harus sudah tahu dan siap melaksankan tugasnya masing-masing
membantu ahli tehnik. Operator tidak diberi wewenang menstranfer sumber radiasi
5. bila laju dosisi terlalu besar, operator harus bergilir
6. survai ujung tongkat dan kontener harus dilakukan setiap mengambil, memasang
dan membuka sumber untuk melihat kemungkinan terjadinya kontaminasi karena
sumber pecah
7. bilamana perlu gunakan kolimator atau pelindung radiasi
8. kontener harus dalam keadaan terkunci, dibuka pada waktu mengambil sumber
radiasi
9. jangan membawa alat pengangkat sumber logging yang masih terisi sumber
radiasi
10. sumber radioaktif selalu dinaikkan ke atas truk terakhir dan yang pertama
diturunkan
11. peti sumber radioaktif harus diikat dengan rantai ke truk
Contoh petunjuk pelaksanaan kerja sumber terbungkus untuk gauging dan logging
menggunakan 60 CO atau 137 Cs
1. pakailah film badge/berdimeter kantong
2. siapkan surveimeter
3. siapkan kontener radiasi berisi radioisotop dan alat-alat gauging/logging didekat
lubang bor dan survei konterner tersebut sebelum dibawa ke lapangan
4. letakakan tabung detektor lebih jauh dari kontener dan ikat ke kerangka katrola
pengangangkat dan penggerak, pada mobil unit.
5. Buka pintu tempat sumber pada tabung detektor dengan alat khusus (source door
wrench atau tacking pin wrench)
6. Buka tutup kontener sehingga ekor sumber terlihat
7. Ambil batang pengangkat dan sekrupkan ke ekor sumber radiasi sehingga
melekat kuat
8. Angkat sumber menjauhi badan dan masukkan ke dalam lubang tempat sumber
yang ada di tabung detektor dengan cepat tetapi hat-hati
9. Lepas batang pengangkata sumber secepatnya dan kunci pintu tempat sumber
pada tabung detektor menggunakan alat khusus (locking pin wrench)
10. Survei ujung batang pengangkat dan kontener bekas sumber
11. Angkat tabung detektor yang telah berisi sumber hingga lebih tingi dari ujung
pipa pada lubang bor
12. Gerakkan tabung detektor ke arah lubang bor hingga tepat di atas lubang (alat
ini ada juga yang dilengkapi dengan pipa plastik fleksibel yang menyelubungi tabung
dan detektor logging waktu bergerak menuju lubang bor)
13. Turunkan tabung detektor ke lubang bor
14. Setelah
mengukur dilakukan
langkah-langkah
yang
berlawanan
untuk