Anda di halaman 1dari 54

KESEHATAN JIWA MILITER

I.

PENGERTIAN
Kesehatan jiwa militer adalah upaya untuk melaksanakan program kesehatan

masyarakat militer dengan penekanan aspek kejiwaan (mental) yang menggunakan


pendekatan dan berorientasi pada komunitas militer dalam hal peningkatan,
konservasi, pencegahan dan penanganan masalah kesehatan jiwa.
Kesehatan jiwa militer matra laut mengandung pemahaman upaya pembinaan
kesehatan jiwa secara komprehensif di lingkungan militer khususnya prajurit yang
berdinas di laut. Hal ini melibatkan segala potensi yang ada berupa sarana dan
prasarana, serta sumber daya manusia berbagai disiplin ilmu baik bersifat medis
maupun penunjang medis.

II.

PERAN DAN FUNGSI

Bidang dukungan kesehatan Jiwa


seleksi
Recruitment calon anggota militer
Gold standa r evaluasi dari status kesehatan mental calon anggota melalui
pemeriksaan dokter psikiatri (psikiater) militer :
-

Pemeriksaan berupa psikometri / tes psikologi atau tes neuro psikiarik

menggunakan alat bantu atau penunjang pemeriksaan.


-

Pemeriksaan psikiatrik oleh Psikiater Militer umumnya menggunakan

wawancara psikodinamika.
III.

UJI DAN PEMERIKSAAN KESEHATAN JIWA


Ada tiga komponen penting yang dievaluasi dalam pelaksanaan Urikes

terhadap calon dan anggota TNI yaitu : Kesehatan Umum (Kesum ), Kesehatan
Militer(Kesmil) dan Kesehatan Jiwa (Keswa) yang dituangkan dalam Rumus Urikes :
U AB D G J
Keterangan :
U : Aspek Kesehatan Umum

A B D G : Aspek Kesehatan Militer


A : Tungkai atas
B : Tungkai bawah
D : Fungsi Pendengaran
G : Fungsi gigi dan mulut
J : Aspek Keswa yang terdiri dari 5 aksis diagnosis yang berorientasi kemiliteran.
Pedoman Status kesehatan (stakes) Jiwa yang dipakai dilingkungan TNI adalah
sebagai berikut :
Stakes Jiwa diberi kode J :

kondisi

J1., Sehat jiwa menurut WHO maupun Depkes RI yaitu suatu


yang

memungkinkan

perkembangan

fisik,

mental

dan

intelektual

berkembang secara optimal selaras dengan perkembangan orang lain. Dengan kata
lain tidak dijumpai adanya syndrome perilaku atau psikologis yang secara klinis
bermakna yang mengakibatkan disfungsi maupun penderitaan bagi seseorang. Hal
ini dibuktikan dengan tidak dijumpai adanya gejala gangguan mental-emosional dan
perilaku baik melalui pemeriksaan klinis psikiatri maupun pemeriksaan tambahan
seperti tes MMPI dan lainnya.

J2., Dijumpai adanya gejala-gejala gangguan mental emosional dan

perilaku ( psikopatologi) yang minimal dan bersifat sementara dan diperkirakan


tidak mengganggu diri, fungsi sosial dan pekerjaan sehari-hari . Hal ini dibuktikan
dengan pemeriksaan klinis maupun tes psikiatri/ psikologis. Misalnya : Cemas
situasional.

J3., Dijumpai adanya gejala awal/ prodromal atau remisi parsial dari

gangguan jiwa. Ataupun dijumpai adanya kecenderungan gangguan jiwa yang


dibuktikan lewat pemeriksaan klinis maupun tes psikiatri/ psikologis.
J3p., Episode akut dari gangguan jiwa sebagaimana tercantum dalam PPADAGJ
/DSM / ICD terkini , Pasien perawatan jiwa., Maksimal 3 episode.

J4., Dijumpai adanya gangguan jiwa sebagai mana tercantum dalam

PPADAGJ/DSM/ICD yang terkini seperti penyalahguna NAPZA, skizofrenia,


gangguan kepribadian, gangguan depresi, bipolar, gangguan neurotic, gangguan
psikoseksual, dan sebagainya yang kambuh / eksaserbasi
IV.

lebih dari tiga kali.

EVALUASI KEJIWAAN UNTUK DUKUNGAN PENJURUSAN KORPS

Secara umum seluruh Korps dibutuhkan kesehatan jiwa dasar yang prima
dimana tidak ada kelainan secara klinis, daya tahan mental baik, daya adaptasi baik,
potensi kinerja secara umum baik. Untuk optimalisasi sumber daya manusia
diperlukan penyesuaian korps terhadap kapasitas mental dan kepribadian yang
dia miliki sehingga performance ( kinerjanya) lebih optimal. Sehingga beberapa
variabel kapasitas mental dan kepribadian kadet disesuaikan dengan tuntutan
profesi / tugas yang berorientasi pada Korps.
Pemeriksaan kesehatan jiwa evaluasi diagnostik multi aksial menerangkan :
Aspek Klinis : ada tidaknya gangguan jiwa
Kepribadian : mengkaji daya tahan kejiwaan
Kondisi medis umum
Identifikasi Stressor Spesifik Afeksi terhadap potensi kinerja .
V.

PENJELASAN DIAGNOSTIK MULTI AKSIAL :

AKSIS I

Klinis gangguan jiwa sesuai ICD / PPADAGJ / DSM-IV


II

AKSIS
:
-

Ada

tidaknya

gangguan

kepribadian

nyata

seperti

psikopat,paranoid, borderline dsb


-

Potensi daya tahan mental

Bibit perilaku berisiko : ceroboh, maniak, lalai

dsb

. Keterbukaan nurani ( conscientiousness )


, Kemampuan memegang komitment ( agreeableness ).

Keterbukaan terhadap orang lain ( extraversi )

Neuroticism : profil tingkat keberanian

AKSIS III
Neurologis : kelainan fisik, Tanda-tanda halus dari kelainan fungsi

saraf

Kelainan penyakit internistik

Zat psikoaktif : napza

AKSIS IV

Mengkaji pola stressor spesifik yang berorientasi pada kegiatan

militer, keluarga dan masyarakat


-

Mengkaji paparan stressor yang

potensial menimbulkan

gangguan jiwa
-

Kemampuan beradaptasi :menghadapi dinamika tinggi

AKSIS V
-

Mengkaji afeksi terhadap profesionalitas dari potensi kinerja, apakah


ada kendala psikologis.

Dukungan kesehatan jiwa lainnya yaitu pembinaan kesehatan jiwa satuan

tempur meliputi: konsultasi, penyuluhan, monitoring dan disposisi bagi anggota


untuk mendukung kesiapan tempur.

Pendampingan hukum terhadap anggota militer : Psikiatri Forensik

Penanggulangan gangguan jiwa di daerah operasi atau daerah latihan.

Memberi masukan dan saran kepada pimpinan militer baik di tingkat atas

sampai bawahan dalam menetapkan kebijakan di bidang kesehatan jiwa.

VI.

DIBIDANG PELAYANAN KESWA

Di rumah sakit : rawat jalan, rawat inap, rehabilitasi.

Rumah sakit kapal

Rumah sakit lapangan : insidental

Operasi Bhakti

Operasi khusus / Satgas khusus

Pelayanan Keswa juga ditujukan terhadap keluarga TNI serta

masyarakat umum.
Pembinaan Keswa
Pencegahan secara primer, sekunder Maupun tertier.

Mendukung pendidikan pengembangan reguler militer di pusat

pendidikan militer seperti di Indonesia yakni KOBANGDIKAL


Mendukung pendidikan umum: D3, S1, S2
-

Peningkatan ketrampilan dan kemampuan personil kesehatan di

bidang jiwa.
-

Pemisahan prajurit yang menderita penyakit jiwa kronis melalui Sidang

komisi kesehatan.

1).

Peranan kesehatan jiwa Dalam Operasi angkatan laut :

Mendukung operasi tempur


-

Patroli maritim

Operasi penegakan hukum di laut

Gelar pasukan

Latihan

Operasi keamanan laut

Operasi bhakti dan lain-lain

pasukan TNI

M
-

oril =spirit = semangat juang / militansi

-.

Stressor moril rendah

-.

Moril rendah kasus perubahan tingkah laku

A
gar dapat menilai serta mengetahui adanya distress dalam suatu Kesatuan, perlu
diketahui keadaan moril = spirit pasukan secara keseluruhan
sebagai indikator moril suatu pasukan antara lain :

Banyaknya anggota yang disersi / mangkir.

Jumlah anggota yang ingin pindah kesatuan lain.

Jumlah alat-alat kesatrian yang hilang, rusak atau dirusak.

Di medan pertempuran indikator moril dapat ditambah dengan:

Penghaburan amunisi dan supply yang diberikan, serta ditinggalkan

beberapa alat yang dianggap kurang perlu pada waktu gerakan operasi.

Jumlah anggota yang mengalami gangguan kejiwaan

Jumlah anggota yang menjalani hukuman / pelanggaran termasuk

penyalahgunaan NAPZA

PELAYANAN KEPERAWATAN I

A.

UPAYA KESEHATAN :
Setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara

terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan
/atau masyarakat. (Bab I Pasal 1 Ayat 11)
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh dan berkesinambungan (pasal 47)
Penyembuhnan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengendalian,
pengobatan, dan/atau perawatan (pasal 63 ayat 2)
Pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan
kemanfaatan dan keamanannya (pasal 63 ayat 3). Pelaksanaan pengobatan
dan/atau perawatan berdasarakan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu (pasal 63 ayat 4)
B.

TUGAS RS
Memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

C.

FUNGSI RS :
-

Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai standar pelayanan rs


-

Pemeliharaan

dan

peningkatan

kesehatan

perorangan

melalui

pelayanan kesehatan paripurna tingkat kedua dan ketiga


-

Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan memberikan

informasi yang benar tentang

pelayanan rumah sakit kepada masyarakat.

D.

KEWAJIBAN RUMAH SAKIT


-

Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi

dan efektif.
-

Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien.

Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada

bencana.
-

Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu

atau miskin.
-

E.

Melaksanakan fungsi social.

KEWAJIBAN RUMAH SAKIT 2


-

Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan

kesehatan di rumah sakit.


-

Menyelenggarakan rekam medis

Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak

Melaksanakan sistem rujukan

Menolak

keinginan

pasien yang bertentangan dengan standar

profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan


Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien

F.

KEWAJIBAN RUMAH SAKIT 3


-

Menghormati dan melindungi hak-hak pasien

Melaksanakan etika rumah sakit

Memiliki

sistem

pencegahan kecelakaan dan penanggulangan

bencana
-

Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara

regional maupun nasional

Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran

atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.


-

Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit (hospital

by laws)
-

Melindungi dan memberikan bantuan hukum

bagi semua petugas

rumah sakit
-

Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan

tanpa rokok.
G.

HAK PASIEN
-

Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku

di rs
-

Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien

Memperoleh

layanan

yang

manusiawi,

adil,

jujur,

dan

tanpa

diskriminasi
-

Memperoleh layanan kes yang bermutu sesuai dengan standar profesi

dan standar prosedur operasional


-

Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien

terhindar dari kerugian fisik dan materi


-

Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan

Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan

peraturan yang berlaku di RS


H.

HAK PASIEN 2
-

Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter

lain (second opinion) yang mempunyai SIP baik didalam maupun diluar RS.
-

Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk

data-data medisnya.
-

Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan

medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan
-

Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan

dilakukan oleh nakes thd penyakit yang dideritanya.

Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis

Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya

selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.


I.

HAK PASIEN 3
-

Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam

perawatan di Rumah Sakit.


-

Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit

terhadap dirinya.
-

Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama

dan kepercayaan yang dianutnya.


-

Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga

memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara


perdata ataupun pidana.
-

Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar

pelayanan melalui

media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.
J.

PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN


-

Upaya kesehatan primer: yankes perorangan dan yankes masyarakat

primer

K.

Upaya kesehatan sekunder

Upaya kesehatan tertier

MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN


Dua faktor yang menentukan mutu pelayanan keperawatan/kesehatan,

yaitu:
-

Peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia atau tenaga

kesehatan
-

(quality

of

care)

Penyediaan sarana dan prasarana menunjang pelaksanaan tugas

(quality of services)

Indicator mutu pelayanan keperawatan :


-

Patient safety

Kenyamanan

Pengetahuan

Kepuasan Pasien

Self Care

Kecemasan

Jenis tenaga perawat sesuai lingkup pelayanan keperawatan


1.

Strata pertama: pelayanan keperawatan primer


-

Ners
Perawat vokasional

2.

3.

L.

Strata dua: pelayanan keperawatan sekunder


-

Ners spesialis

Ners

Perawat vokasional

Strata tiga: pelayanan keperawatan tertier


-

Ners spesialis/subspesialis

Ners spesialis

Ners

Perawat vokasional

PERAN DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


-

Menyiapkan kebijakan nasional/ Permenkes jenjang karir profesional

bekerja sama dengan PPNI dan stakeholder terkait.


-

Penyiapan standar yanwat di RS.

Penyiapan pedoman penyelenggaraan pelayanan keperawatan di RS.

Pendampingan penerapan berbagai model peningkatan mutu dan

kinerja perawat di RS.


baik fisik, mental, maupun sosial bagi segenap personel.
B.

SYARAT - SYARAT KESELAMATAN KERJA


Mencegah dan mengurangi PELAYANAN KEPERAWATAN I

A.

UPAYA KESEHATAN :
Setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara

terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan
/atau masyarakat. (Bab I Pasal 1 Ayat 11)
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh dan berkesinambungan (pasal 47)
Penyembuhnan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengendalian,
pengobatan, dan/atau perawatan (pasal 63 ayat 2)

Pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu


kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan
kemanfaatan dan keamanannya (pasal 63 ayat 3). Pelaksanaan pengobatan
dan/atau perawatan berdasarakan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu (pasal 63 ayat 4)
B.

TUGAS RS
Memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

C.

FUNGSI RS :
-

Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai standar pelayanan rs


-

Pemeliharaan

dan

peningkatan

kesehatan

perorangan

melalui

pelayanan kesehatan paripurna tingkat kedua dan ketiga


-

Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan memberikan

informasi yang benar tentang

pelayanan rumah sakit kepada masyarakat.

D.

KEWAJIBAN RUMAH SAKIT


-

Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi

dan efektif.
-

Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien.

Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada

bencana.
-

Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu

atau miskin.
-

E.

Melaksanakan fungsi social.

KEWAJIBAN RUMAH SAKIT 2

Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan

kesehatan di rumah sakit.


-

Menyelenggarakan rekam medis

Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak

Melaksanakan sistem rujukan

Menolak

keinginan

pasien yang bertentangan dengan standar

profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan


Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien

F.

KEWAJIBAN RUMAH SAKIT 3


-

Menghormati dan melindungi hak-hak pasien

Melaksanakan etika rumah sakit

Memiliki

sistem

pencegahan kecelakaan dan penanggulangan

bencana
-

Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara

regional maupun nasional


-

Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran

atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.


-

Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit (hospital

by laws)
-

Melindungi dan memberikan bantuan hukum

bagi semua petugas

rumah sakit
-

Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan

tanpa rokok.
G.

HAK PASIEN
-

Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku

di rs
-

Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien

Memperoleh

layanan

yang

manusiawi,

adil,

jujur,

dan

tanpa

diskriminasi
-

Memperoleh layanan kes yang bermutu sesuai dengan standar profesi

dan standar prosedur operasional

Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien

terhindar dari kerugian fisik dan materi


-

Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan

Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan

peraturan yang berlaku di RS


H.

HAK PASIEN 2
-

Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter

lain (second opinion) yang mempunyai SIP baik didalam maupun diluar RS.
-

Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk

data-data medisnya.
-

Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan

medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan
-

Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan

dilakukan oleh nakes thd penyakit yang dideritanya.


-

Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis

Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya

selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.


I.

HAK PASIEN 3
-

Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam

perawatan di Rumah Sakit.


-

Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit

terhadap dirinya.
-

Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama

dan kepercayaan yang dianutnya.


-

Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga

memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara


perdata ataupun pidana.
-

Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar

pelayanan melalui

media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

J.

PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN


-

Upaya kesehatan primer: yankes perorangan dan yankes masyarakat

primer

K.

Upaya kesehatan sekunder

Upaya kesehatan tertier

MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN


Dua faktor yang menentukan mutu pelayanan keperawatan/kesehatan,

yaitu:
-

Peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia atau tenaga

kesehatan
-

(quality

of

care)

Penyediaan sarana dan prasarana menunjang pelaksanaan tugas

(quality of services)

Indicator mutu pelayanan keperawatan :


-

Patient safety

Kenyamanan

Pengetahuan

Kepuasan Pasien

Self Care

Kecemasan

Jenis tenaga perawat sesuai lingkup pelayanan keperawatan


1.

Strata pertama: pelayanan keperawatan primer


-

2.

3.

L.

Ners
Perawat vokasional

Strata dua: pelayanan keperawatan sekunder


-

Ners spesialis

Ners

Perawat vokasional

Strata tiga: pelayanan keperawatan tertier


-

Ners spesialis/subspesialis

Ners spesialis

Ners

Perawat vokasional

PERAN DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


-

Menyiapkan kebijakan nasional/ Permenkes jenjang karir profesional

bekerja sama dengan PPNI dan stakeholder terkait.


-

Penyiapan standar yanwat di RS.

Penyiapan pedoman penyelenggaraan pelayanan keperawatan di RS.

Pendampingan penerapan berbagai model peningkatan mutu dan

kinerja perawat di RS.

PENGETAHUAN FARMASI RUMAH SAKIT

A.

UMUM
Upaya

kesehatan

adalah

setiap

kegiatan

untuk

memelihara

dan

meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan


disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya
kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan
penunjang.

Menurut sejarahnya, layanan medis diberikan terutama melalui praktik dokter


di luar dan di dalam rumah sakit. Layanan farmasi untuk penderita yang berkunjung
ke praktik dokter diberikan oleh farmasi komunitas
( apotek ), sedangkan penderita dalam rumah sakit menerima layanan farmasi dari
IFRS ( Instalasi Farmasi Rumah Sakit ).
Prosedur adalah suatu instruksi kepada personel, cara kebijakan dan tujuan
dilakukan dan dicapai. Prosedur berkaitan dengan tiap pernyataan dalam kebijakan
mutu, yang menguraikan cara kelompok manusia
( personel ) dalam departemen / unit yang sama atau dalam berbagai departemen
memadukan upaya mereka memenuhi kebijakan yang telah ditetapkan pimpinan.
Semua persyaratan standar harus dicakup dalam standar harus dicakup dalam
prosedur.
Suatu prosedur terdokumentasi biasanya mencakup:

B.

Maksud suatu kegiatan.

Lingkup suatu kegiatan.

Tanggung jawab : apa yang harus dilakukan dan oleh siapa.

Prosedur: bila, di mana, dan bagaimana harus dilakukan.

Bahan, alat, dan dokumen apa yang harus digunakan.

Dokumentasi : bagaimana itu harus dikendalikan dan direkam.

PENGADAAN PERBEKALAN KESEHATAN


Inti POB ( prosedur operasional baku ) perencanaan pengadaan perbekalan

kesehatan.Semua perbekalan kesehatan / sediaan farmasi yang digunakan di rumah


sakit harus sesuai dengan formularium rumah sakit. Semua perbekalan kesehatan /
sediaan farmasi yang digunakan di rumah sakit harus dikelola hanya oleh IFRS.
IFRS harus menetapkan spesifikasi produk semua perbekalan kesehatan / sediaan
farmasi yang akan diadakan berdasarkan persyaratan resmi. Pemasok perbekalan
kesehatan / sediaan farmasi harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Jika
perbekalan kesehatan / sediaan farmasi diadakan dari suatu pemasok atau industri,
apoteker rumah sakit harus mengunjungi pemasok / industri tersebut untuk
memeriksa kesesuaian penerapan sistem mutu dan jaminan mutu.
1.

Inti POB produksi sediaan farmasi


Sediaan farmasi yang merupakan formula khas rumah sakit yang tidak

ada dalam perdagangan dan sediaan farmasi lain yang layak diproduksi, baik
secara alamiah, ekonomi, dan keselamatan sebaiknya diproduksi di rumah

sakit. Produksi semua sediaan farmasi harus memenuhi persyaratan CPOB,


sedemikian sehingga sediaan farmasi yang diproduksi memenuhi persyaratan
mutu, keamanan, dan keselamatan. Produksi semua sediaan farmasi yang
dilakukan di rumah sakit adalah tanggung jawab dan dikelola oleh IFRS.
2.

Inti POB penyimpanan sediaan farmasi


Semua perbekalan kesehatan / sediaan farmasi harus disimpan di

bawah tanggung jawab IFRS. Penyimpanan wajib dilakukan sesuai


persyaratan cara penyimpanan perbekalan kesehatan / sediaan farmasi yang
baik. Sistem administrasi penyimpanan harus diadakan dengan baik dan
teratur untuk kemudahan untuk memperoleh data yang benar.
3.

Inti POB dalam distribusi perbekalan kesehatan


Pendistribusian semua perbekalan kesehatan / sedian farmasi yang

digunakan semua penderita di rumah sakit adalah tanggung jawab IFRS.


Sistem distribusi perbekalan kesehatan / sediaan farmasi untuk penderita
rawat tinggal dilaksanakan dengan sistem distribusi resep individual
desentralisasi. Dengan menerapkan sistem desentraliasasi, apoteker wajib
melaksanakan praktik farmasi klinik.
C.

PELAYANAN FARMASI KLINIK


Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan farmasi sebagai bagian dari

perawatan penderita yang dilakukan oleh apoteker secara berinteraksi

dengan

penderita dan / atau professional kesehatan lain, yang secara langsung terlibat
dalam perawatan penderita.

KESEHATAN PREVENTIVE

A.

KESEHATAN PREVENTIF
Adalah Ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan

meningkatkan kesehatan fisik, mental dan

sosial

masyarakat.

A. TINGKAT PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer (sebelum menderita sakit)
a.

Promosi Kesehatan (health promotion)


Untuk meningkatkan

masalah kesehatan.

daya

tahan

tubuh

terhadap

b. Perslindungan Khusus (specific protection)


Upaya khusus untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
tertentu contoh : imunisasi, say no to drugs, abcd (aids) dll

2.

Pencegahan Sekunder (setelah mulai sakit)


a.

Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and

promt treatment)
-.

Mencegah penyebaran penyakit bila penyakit menular.

-.

Mengobati

dan

menghentikan

proses

sakit,

menyembuhkan dan mencegah komplikasi.


b. Pembatasan kecacatan (disabilty limitation)
mengatasi kemungkinan cacat agar tidak lebih buruk

3.

Pencegahan tertier

Rehabilitasi upaya agar cacat tidak menjadi hambatan dan


dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan social.

C.

TUGAS DAN FUNGSI KESEHATAN


1. Bidang Preventif
Tugas:
Meliputi upaya dan kegiatan terhadap personil TNI AL antara lain beserta
keluarga dan lingkungannnya, bertujuan untuk mempertinggi daya tahan tubuh
dalam bentuk kegiatan promotif, pencegahan, penanggulangan penyakit serta

keselamatan kelompok dengan jalan mencegah timbulnya penyakit dan


memberantas faktor penyebab penyakit menular maupun tidak menular.
Fungsi:
a. Promosi kesehatan
Membantu dan mendorong anggota TNI AL antara lain guna
memperoleh sikap mental yang positif terhadap kesehatan, sehingga
timbul peran serta secara aktif dari yang bersangkutan untuk
memperbaiki derajat kesehatannya.

Mengetahui kondisi kesehatan mereka sendiri

Memungkinkan untuk mendapatkan diagnosa dini dan tindakan


segera.
Mencegah timbulnya komplikasi yang lebih lanjut.

Kegiatan:
a.

Penyuluhan kesehatan

b.

Peningkatan gizi dan pengawasan makanan

c.

Peningkatan hygiene perorangan


d.Sanitasi lingkungan pemukiman, tempat tugas dan daerah
operasi.

e.

Kependudukan dan keluarga berencana

2.

Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular


Fungsi:
Melaksanakan kegiatan untuk mencegah menular dan meluasnya penyakit

serta bertujuan memberantas berkembangnya penyakit menular.


Kegiatannya:
a.

Imunisasi dan vaksinasi


b.Pengamatan terhadap penyakit (suveylance epidemiologi)

c.

Profilaksis
d.Pemeriksaan kesehatan (screening) untuk penemuan kasus pada
anggota & keluarga

e.Mengobati

dan

menghentikan

berlanjutnya

proses

suatu

penyakit/kelainan tertentu.
f. Mencegah tetidak mampuan yg berkaitan dg penularan penyakit.

3.

Pengumpulan Data Kesehatan Maritim


Fungsi:
Melaksanakan pengumpulan data penyakit menular di daerah-daerah

pantai di seluruh nusantara untuk dapat digunakan sebagai informasi dan data
pada analisa daerah operasi.
Kegiatan:
a. Mengadakan survey penyakit menular (surveylance epidemiologi) pada
daerah pantai di pulau-pulau
b. Mengumpulkan data / informasi penyakit dari pangkalan TNI AL dan
satuan kesehatan TNI serta unsur kesehatan lainnnya yang ada
daerah tersebut.
C. Membuat peta penyakit menular geo MEDIK

D.

PENYAKIT MENULAR DAN PENCEGAHANNYA


Suatu penyakit yang dapat menular ke orang lain dengan melalui kontak

langsung (direct contac) maupun lewat lingkungan/media, yg dapat menimbulkan


kematian apabila tidak ditanggulangi dengan baik.

E.

PENYAKIT-PENYAKIT

MENULAR

YANG

PERLU

PERHATIAN BAGI ANGGOTA TNI AL DAN KELUARGA


Penyakit-Penyakit Yang Dikatagorikan Penyakit Karantina :
1.

PES

MENDAPATKAN

Pandemi abad 16 (the black dead)


Pada tahun 1910, endemis di Surabaya, Malang, Kediri, Madiun

Surakarta, Yogya,.
Pada tahun 1970 endemis di Boyolali, Temenggung, Wonosobo,

Magelang dan Yogyakarta


2.

CHOLERA
Endemis sanitasi lingkungan, water suplpy dan penyajian makanan yang

tidak baik. Pada Th 1972 dalam 6 bulan : 13.327 px 2.262 + (17 %)


3.

CACAR
Small fox kematian yang tinggi

F.

PENYAKIT MALARIA
Tersebar luas diseluruh kepulauan indonesia (penyakit rakyat) :

Thn 1958 30.000.000 px, 12.000 +

Thn 1970 di irian jaya 118.072 px, 87 +

Survey tahun 2001 227 kabupaten di indonesia endemis malaria (66,2 %)

Mortalitas penyakit malaria rendah angka morbiditasnya cukup tinggi-

Menurunkan daya tahan tubuh, kemampuan tempur prajurit rendah

G.

PENYAKIT TBC
Merupakan masalah kesehatan yang cukup besar bagi indonesia. Dengan
500.000 / tahun dengan kematian 175.000/tahun (35%)
Pemberantasannya sulit sosial ekonomi
kesadaran unt berobat rendah
pengetahuan rendah
fasilitas kesmas belum memadai

H.

FAKTOR AGENT
Karakteristiknya Dibedakan :
1.

Infektivitas (infectivity) : kemampuan agent untuk masuk dan

berkembang biak dalam host


2.

Patogenesis (pathogenecity) : kemampuan untuk menghasilkan suatu reaksi

klinis khusus sesudah infeksi terjadi.


3.

Virulensi (virulence) : kemampuan untuk menghasilkan suatu reaksi patologik

yang berat
4.

Toksisitas (toxicity) : kemampuan untuk menghasilkan suatu reaksi beracun.

5.

Invasifitas (invasiveness) : kemampuan unt merangsang suatu

respons imunologik

I.

FAKTOR HOST

Genetik

Resistensi/kekebalan ( bawaan/alami atau di buat)


anggota TNI AL pra tugas perlu diberi kekebalan sesuai dengan ado.

J.

FAKTOR LINGKUNGAN

Lingkungan fisik

Lingkungan biologis

Lingkungan sosial dengan aspek-aspek cultural

K.

FAKTOR MODEL PENULARANNNYA

Kontak langsung ( kissing, sexual contact, jarum suntik dll)

Lewat media:
-

Water Borne Infection

Food Borne Infection

L,

Air Borne Infection

Insect Borne Infection

Etc ( Handuk, Tempat Tidur Dll)

FAKTOR - FAKTOR

YANG

HARUS

DIPERHATIKAN

PERKEMBANGAN PENYAKIT
1.

Perkembangan sosial ekonomi suatu daerah

2.

Pelayanan kesehatan yang ada

3.

Ketersediaan pangan / produksi makanan

4.

Perilaku masyarakat

5.

Perubahan lingkungan fisik

6.

Kondisi kesehatan masyarakat setempat

7.

Adanya adaptasi microbial penyakit

DALAM

KESEHATAN KURATIF DAN REHABILITATIF MEDIK

A.

UNDANG-UNDANG RI NO. 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN


Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan.
Pasal 1 : Kesehatan : Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Upaya kesehatan : Setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.

Tenaga kesehatan : Setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan,


memiliki pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan.

Pengobatan tradisional : Pengobatan / perawatan dengan cara, obat dan


pengobatannya berdasarkan pengalaman dan ketrampilan secara turun
tumurun sesuai dengan norma masyarakat.
Pasal

10

Upaya

kesehatan

diselenggarakan

dengan

pendekatan

pemeliharaan :

Promotif

: peningkatan kesehatan.

Preventif

: pencegahan penyakit.

Kuratif

: penyembuhan penyakit.

Rehabilitatif

: pemulihan kesehatan,

Pasal 12 : Keluarga sehat, kecil, bahagia dan sejahtera adalah keluarga


yang :

Terbentuk atas perkawinan yang sah.

Mampu memberikan kehidupan spiritual, material yang layak.

Memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara


keluarga, masyarakat dan lingkungan.

anggota

Pasal 49 : Sumber daya kesehatan : Semua perangkat keras dan lunak untuk
mendukung upaya kesehatan meliputi : tenaga kesahatan, sarana kesehatan,
perbekalan kesehatan, pembiayaan kesehatan, pengelolaan kesehatan dan
Litbang kesehatan.
B.

PENDAHULUAN
Pembinaan Kesehatan TNI AL ( Binkes TNI AL ) adalah upaya dan kegiatan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan personel TNI AL agar mereka


mampu melaksanakan tugas kewajibannya sesuai dengan spektrum penugasannya
dan mewujudkan derajat kesehatan bagi personel TNI AL dan keluarganya.
1.

Pembinaan Kesehatan TNI AL diarahkan kepada :


-

Mendukung langsung pembinaan dan penggunaan kekuatan

TNI AL.
-

Melayani kesehatan seluruh personel TNI AL dan keluarganya

dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk


memajukan kesejahteraan umum.
-

Menunjang dukungan pembinaan dan penggunaan kekuatan

serta pelayanan

kesehatan personel TNI AL.

Pembinaan kesehatan direncanakan, dikendalikan dan diawasi oleh


unsur kesehatan TNI AL yang diselenggarakan dalam bentuk :

Dukungan kesehatan ditujukan kepada perorangan dan satuan


operasi agar Tupok terlaksana.

Pelayanan kesehatan ditujukan kepada perorangan, kelompok


personel TNI AL dan keluarganya untuk mempertinggi derajat
kesehatan.

Penunjang

kesehatan

untuk

menunjang

dukungan dan pelayanan kesehatan.


2.

Tenaga Rehabilitasi Medik Meliputi :


-

Dokter Rehabmed.

Perawat Rehabmed.

terselenggaranya

C.

Fisioterapis.

Okupasi Terapis.

Ortotis dan Prostetis.

Petugas Sosial ( Sosial Worker ).

Speech Terapi (Terapi Bicara ).

KEGIATAN KESKUREHAB
Dilaksanakan di Faskes TNI AL ( tetap dan bergerak ) mengikuti gerakan

Operasi / Latihan Operasi Militer.

Faskes TNI AL yang bersifat tetap meliputi Rumah Sakit Tk I s/d IV, Lembaga
Kesehatan TNI AL, Satuan Kesehatan, Balai Kesehatan, Balai Pengobatan.

Faskes TNI AL yang bersifat bergerak meliputi : Rumkitlap, Peleton


Kesehatan, Unit Kesehatan Kapal, Unit Kesehatan Kontener.
Sasaran Yankes yaitu kesehatan preventif dan kesehatan Kurehabmed.
1.

Kesehatan Preventif
Bertujuan memperpanjang hidup dan mempertinggi daya tahan tubuh

dengan jalan promosi kesehatan untuk mencegah dan memberantas faktor


penyebab timbulnya penyakit menular maupun tidak menular.
Penanggung jawab secara teknis medis : Diskesal.
Fungsi Komando : Panglima, Gubernur dan Komandan.
Pelaksana :

2.

Kesehatan Pangkalan

Unsur kesehatan yang ada di Lemdik, Ksatrian.

Sasaran : anggota TNI AL dan keluarga.

Kesehatan Kurehabmed
Bertujuan mempercepat penyembuhan dan upaya mengembalikan

fungsi tubuh serta jiwa kearah yang normal.


Dengan Jalan :
a.

Pemeriksaan Kesehatan Perorangan


-

Fungsi

perorangan.

memberikan

pelayanan

kesehatan

Kegiatan

: memeriksa fisik dan mental perorangan

dan memberikan disposisi hasil pemeriksaan.


b.

Pelayanan Rawat Jalan


-

Fungsi

: memberikan yankes kepada penderita yang

tidak memerlukan perawatan.


-

Kegiatan : memeriksa, menentukan diagnose, mengobati,

dan melakukan tindakan medis lainnya terhadap penderita


penyakit umum dan spesialistik termasuk gigi dan mulut.
c.

Pelayanan Rawat Inap


-

Fungsi : Memberikan yankes kepada penderita karena

keadaan penyakitnya memerlukan pengawasan terus menerus


dengan fasilitas menginap untuk memperoleh kesembuhan
secepatnya.
- Kegiatan : memeriksa, menentukan diagnosa, mengobati dan
tindakan medis lainnya serta pencatatan medik penderita .
d.

Pelayanan Rehabmed
-

Fungsi

: memberikan yankes kepada penderita untuk

mengembalikan fungsi dan atau bentuk organ tubuh dan jiwa ke


keadaan semula.
-

Kegiatannya : memberikan layanan fisioterapi, memberikan

alat bantu memberikan pengganti organ tubuh,


mental.
D.

PENYELENGGARAAN KESKUREHABMED
Meliputi :

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengawasan

Pengendalian

Penilaian

rehabilitasi

KESEHATAN GIGI

A.

FUNGSI DAN JUMLAH GIGI


Gigi merupakan salah satu bagian dari organ manusia yang ada di rongga

mulut. Semua benda yang akan masuk ke rongga mulut harus melalui gigi, tanpa
ada gigi akan banyak menimbulkan gangguan pada manusia, bahkan bisa
mendatangkan berbagai macam penyakit akibat kurang sempurnanya proses
pencernaan sebelum dicerna lebih lanjut. Disamping itu, tanpa gigi manusia tidak
bisa tampil dengan sempurna karena keindahan, kecantikan, ketampanan jadi
berkurang tanpa gigi pula manusia tidak bisa berbicara dengan sempurna, karena
pembentukan huruf-huruf yang dikeluarkan melalui udara yang terbentuk tidak ada
yang mendukung.
Jadi pada dasarnya fungsi gigi sebagai berikut :
1.

Gigi dipakai untuk mengunyah makanan atau membantu proses

pencernaan makanan.
2.

Gigi dipakai untuk berbicara.

3.

Gigi berfungsi menyangga otot-otot mulut, sehingga pipi tampak

kencang.
4.

Gigi juga sebagai estetik atau kecantikan.

Gigi sendiri dalam prosesnya mengalami 2 ( dua ) kali pertumbuhan yaitu


pada anak-anak antara umur 6 bulan 2 tahun, dan tumbuh lagi pada usia 6 20
tahun untuk gigi dewasa. Beda antara gigi anak dan dewasa pada jumlah dan besar
kecilnya gigi. Gigi dewasa lebih besar daripada gigi anak.

Jumlah gigi sendiri adalah sebagai berikut :


1.

Gigi anak jumlahnya 20 buah, terdiri dari :


a.

8 Gigi seri
1)

4 gigi seri RA

2)
b.

c.

2.

4 gigi taring
1)

2 gigi taring RA

2)

2 gigi taring RB

8 gigi geraham
1)

4 gigi geraham RA

2)

4 gigi geraham RB

Gigi dewasa jumlahnya 32 buah, terdiri dari :


a.

b.

c.

d.

B.

4 gigi seri RB

8 gigi seri
1)

4 gigi seri RA

2)

4 gigi seri RB

4 gigi taring
1)

2 gigi taring RA

2)

2 gigi taring RB

8 gigi geraham
1)

4 gigi geraham kecil RA

2)

4 gigi geraham kecil RB

12 gigi geraham
1)

6 gigi geraham besar RA

2)

6 gigi geraham besar RB

JENIS GIGI
Jenis gigi seperti disebutkan dengan meliputi :
1.

Gigi seri atau Insisimus (I)


Gigi seri ini ada 8 buah, 4 atas dan 4 bawah, bentuknya pipih berfungsi

untuk memotong makanan atau menggigit makanan


2.

Gigi taring atau Carimus (C)


Gigi ini jumlahnya ada 4, 2 atas dan 2 bawah, berfungsi merobek

makanan dan berbentuk runcing dengan akar paling panjang dari seluruh gigi
yang ada. Gigi taring ini berfungsi juga menyangga sudut mulut sehingga pipi

tampak kencang. Gigi ini merupakan gigi yag paling kuat dari sekian gigi yang
ada.
3.

Gigi geraham kecil atau Premolar (P)


Jumlah ada 8 buah, 4 atas 4 bawah berfungsi mengunyah makanan,

tetapi tidak sekuat geraham besar, karena rata-rata akarnya cuma satu. Pada
gigi anak-anak gigi ini tidak didapatkan.
4.

Gigi geraham besar atau Molar (M)


Jumlah ada 12 buah, 6 atas dan 6 bawah berfungsi mengunyah

makanan. Letaknya 3 paling belakang dengan jumlah akar 3 buah untuk atas
dan 2 buah untuk bawah. Gigi ini tumbuhnya tanpa didahului gigi anak
langsung tumbuh umur 6 tahun untuk M1, 12 tahun untuk M2 dan 20 atau 21
tahun untuk M3. Kehilangan 1 gigi jenis gigi ini akan merasa terganggu dalam
hal pengunyahan, karena disamping untuk mengunyah, gigi ini juga berfungsi
sebagai kunci gigitan antara atas dengan bawah.
C.

BAGIAN-BAGIAN GIGI
Gigi merupakan bagian tubuh manusia yang paling keras, bahkan meskipun

manusia itu sudah meninggal tetapi gigi tidak akan termakan oleh tanah sampai
beratus tahun lamanya. Gigi melekat erat pada rahang manusia, karena didukung
adanya jaringan penyangga gigi. Jadi pada dasarnya gigi dibagi menjadi :
Mahkota gigi
Merupakan bagian yang muncul diatas gusi. Dibagi menjadi 3 bagian :
a.

Enamel
1)

Merupakan jaringan paling keras dari mahkota gigi

2)

Tebal antara 0,7 1 mm

3)

Merupakan perlindungan pertama terhadap setiap rangsangan

terhadap gigi
b.

Dentin
1)

Merupakan lapisan ke-2 dari mahkota gigi setelah enamel gigi

2)

Tebal sekitar 1 2 mm

3)

Dengan mikroskop elektron tampak adanya tubuli-tubuli dentin

(seperti

pipa-pipa

kecil)

tempat

mengalirnya

rangsangan

dan

pertahanan jika ada rangsangan dari luar. Setiap ada rangsangan akan
diterima dentin dan diteruskan ke bagian yang lebih dalam dari gigi.

4)
c.

Sifatnya lebih lunak daripada enamel

Pulpa
1)

Merupakan lapisan ke-3 dari gigi setelah dentin

2)

Bentuknya berupa saluran mulai dibawah dentin sampai ke

ujung akar gigi


3)

Tempat dilewatinya pembuluh darah, syaraf dan kelenjar getah

bening
4)

Saluran ini sangat lunak, lebih lunak daripada dentin

5)

Merupakan pertahanan terakhir daripada gigi dan menjaga

vitalitas gigi karena adanya aliran darah dan persyarafan, juga kelenjar
getah bening.
Akar gigi, merupakan bagian gigi yang masuk kedalam jaringan rongga
mulut. Jaringan penyangga gigi, merupakan jaringan yang menyangga gigi
agar gigi bisa kuat tertanam dalam tubuh manusia. Jaringan ini meliputi :
a.

Tulang Alveal, meruapkan tulang rahang tempat duduknya akar gigi

b.

Cementum, merupakan lapisan semen yang menempel pada akar gigi

c.

Membran

Periodental,

merupakan

serabut-serabut

yang

menghubungkan tulang alveal dengan cementum gigi


d.

Gusi (Bingiva), merupakan jaringan lemak, berwarna merah muda

normalnya, yang meliputi tulang alveal gigi


D.

PENYAKIT GIGI DAN PENYAKIT JARINGAN


1.

Karies gigi
Karies gigi merupakan penyakit gigi dimana penyakit ini bisa

menyebabkan gigi berlubang, akibatnya bila lubang tersebut sangat dalam


akan mengganggu fungsi dari gigi karena dampak lubang gigi tersebut bisa
berupa adanya berbagai macam keluhan seperti dari yang ringan, seperti
sering kemasukan makanan, yang sedang terjadi rasa ngilu atau yang berat
rasa sakitnya cekot-cekot, kepala pusing bahkan bisa bengkak sehingga
wajah menjadi assy metris. Karies gigi pula yang sering mengakibatkan
hilangnya gigi sehingga fungsi pengunyahan akan sangat terganggu jika
kehilangan gigi itu cukup banyak.
Di rongga mulut, karies gigi terjadi karena adanya bakteri-bakteri
rongga mulut yang mengunyah sisa-sisa makanan menjadi asam, suasana

asam tersebut yang melarutkan enamel gigi sehingga gigi jadi berlubang. Di
samping itu faktor tuan rumah (host) dari gigi sendiri sangat berperan. Pada
gigi yang lemah gampang sekali larut sehingga terjadi karies gigi. Macammacam bakteri rongga mulut seperti jenis streptococcus lactobacillus paling
berperan terhadap terjadinya karies gigi. Bakteri ini selalu ada di rongga
mulut, tujuannya untuk keseimbangan suasana rongga mulut. Jika tidak ada
bakteri tersebut maka jamur-jamur di rongga mulut akan berkembang dengan
pesatnya akibat tidak ada keseimbangan.
Akibat perkawinan manusia kadang muncul genetik-genetik tertentu
yang sifatnya lemah, genetik tersebut berakibat pada gigi pula, sehingga
giginya rentan terhadap karies gigi.

Disamping faktor-faktor seperti yang

sudah disebutkan diatas, ada faktor lain yang berperan terhadap terjadinya
karies gigi. Faktor tersebut banyak disebabkan oleh makanan, terutama
makanan dengan karbohidrat tinggi yang mengandung banyak gula (sukrosa)
dan makanan lemak. Makanan-makanan ini jika menempel pada gigi dan
tidak segera dibersihkan akan diubah oleh bakteri menjadi suasana asam
sehingga asam tersebut melarutkan enamel gigi, akibatnya gigi bisa
berlubang. Berdasarkan penelitian makanan yang menempel pada gigi
minimal 6 jam dan tidak dibersihkan sudah cukup untuk bisa melarutkan
enamel. Kondisi ini bisa diperparah jika bakteri gigi sendiri (host) kurang
mendukung atau sangat lemah.
Berdasarkan jenisnya, karies gigi dibagi menjadi 3 jenis :
a.

Karies superficial, adalah karies yang mengenai enamel gigi

dan dangkal, kadang belum menimbulkan keluhan pada penderita,


hanya tampak hitam pada garis-garis gigi. Enamel terasa lunak bila
terkena karies daripada sisi enamel yang utuh.
b.

Karies media, adalah karies yang mengenai lapisan dentin

daripada gigi lebih dalam dari superficial, dentin gigi sudah terdeteksi
dengan alat periksa gigi, biasanya mengeluarkan rasa ngilu pada
penderita terutama terhadap rangsangan dingin.
c.

Karies profunda, adalah karies yang sudah mengenai pulpa

dari gigi, pulpa bisa terbuka atau belum. Bisa menimbulkan rasa sakit
yang hebat bila tersentuh rangsangan baik suhu dingin atau mekanis

seperti akat periksa gigi. Pada malam hari sakit ini bisa lebih hebat
daripada siang hari.
2.

Karang gigi
Karang gigi terbentuk akibat reaksi antara sisa makanan yang

menempel pada gigi dan lama tidak dibersihkan dengan air ludah membentuk
suatu endapan dan menempel pada gigi. Karang gigi jika menempel masuk
pada satu gigi disebut subgingival calculus, bila diatas gingiva dekat leher gigi
disebut supragingival calculus. Jika tidak segera dibersihkan karang gigi akan
mempengaruhi aliran darah ke gingiva sehingga suplai makanan ke gingiva
berkurang, akibatnya perlekatan gingiva terhadap gigi menurun, tulang alveal
gigi akan mengecil sehingga lama kelamaan gigi menjadi goyang bahkan bisa
lepas atau terpaksa dicabut. Karang gigi sering timbul terutama dekat dasar
lidah seperti bagian sisi depan dekat lidah pada gigi rahang bawah, dan sisi
belakang gigi geraham besar atas. Dianjurkan pembersihan karang gigi
minimal 2 x dalam 1 tahun agar gigi dan gusi ( gingiva ) tetap sehat
3.

Gingivitis
Gingivitis berasal dari kata Gingiva (gusi)danitis (radang ).Jadi

gingivitis merupakan radang pada gusi, bisa akibat dari karang gigi atau
benda asing yang tidak diterima gusi seperti ke tusuk duri ikan atau alat tusuk
gigi atau akibat gusi yang berlubang dan infeksi sudah menjalar sangat jauh.
Gingivitis bisa disembuhkan dengan menghilangkan faktor penyebab dan
dibantu dengan pemberian obat-obatan baik secara oral atau melalui
diminum.
Gingivitis ditandai dengan :

Warna gusi menjadi lebih merah ( normalnya merah muda ).

Gusi terasa agak sakit .

Ada faktor penyebab di dekat gusi yang sakit seperti benda asing, gigi
berlubang, karang gigi.

4.

Bau mulut kurang sedap.

Periodontitis

Periodontitis berasa dari kata Periodental atau jaringan penyangga


gigi dan It is berarti radang. Jadi periodontitis merupakan radang jaringan
periodental yang melibatkan struktur penyangga gigi seperti gusi, tulang
alveal, cementum dan membran periodental. Periodontitis bisa terjadi karena :

Gigi karies dengan pulpa terbuka

Gingivitis tidak dirawat

Trauma atau benturan pada gigi

Adanya abses akibat gigi yang infeksi

Periodontitis jika tidak dirawat bisa berakibat :

5.

Gigi jadi goyang

Tulang alveal gigi makin mengecil

Bau mulut tidak sedap

Gigi dan gusi terasa sakit

Abses
Abses merupakan perkembangan lebih lanjut dari periodontitis.

Periodontitis yang bertambah parah akan berubah menjadi abses. Abses


mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Adanya pembengkakan pada pipi

Pembengkakan bersifat lunak, terutama kalau diraba

Abses berisi nanah atau cairan yang berisi darah campur nanah

Abses menimbulkan rasa sakit akibat adanya tekanan nanah


yang semakin banyak

6.

Abses jika dibiarkan bisa berubah menjadi tumor.

Stomatitis
Merupakan radang pada jaringan lunak di rongga mulut. Radang ini

berwarna putih ditengah, tampak kemerahan dipinggir. Penyebab radang ini


dari golongan jamur, bisa disebabkan adanya ketidakseimbangan antara
bakteri dan jamur di rongga mulut. Ditambah dengan adanya luka pada
jaringan lunak rongga mulut tambah memperparah radang tersebut. Radang
tersebut bisa terletak pada :

Jaringan pipi

Gusi

Langit-langit rongga mulut

Dasar lidah

STANDAR OPERATIONAL PROSEDURE ( SOP ).


Standar Operational Procedure adalah cara kerja / operasional dari suatu aktivitas
tertentu yang di tetapkan secara formal ( tertulis ) dan legal ( disah pejabat yang
berwenang ). Standar Operational Procedure berfungsi untuk mempertahankan hasil
kerja dengan kualitas yang dikehendaki dan dapat dilakukan pula oleh orang lain.
Untuk dapat di pertanggungjawabkan, sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu
bagian atau personil dari suatu bagian atau personil dari suatu perusahaan haruslah
mengikuti suatu pokok aturan aturan prosedur yang telah ditetapkan. Prosedurprosedur tersebut atau yang dikenal dengan Standar Operational Procedure baru
dapat ditetapkan setelah mengalami beberapa pertimbangan anatar lain :
1. Prosedur itu merupakan hasil analisa kegiatan yang menghasilkan keluaran
dengan kualitas yang optimal.
2. Prosedur itu tidak menyimpang dari kegiatan yang telah dilakukan.
3. Prosedur itu tidak berbelit, kompleks sehingga membingungkan penerima
tanggung jawab.
4. Prosedur itu haruslah dimengerti oleh bagian-bagian yang berhubungan dengan
kegiatan itu, dan ditetapkan secara formal dan legal.
5. Prosedur itu tidak menyimpang dari hukum yang berlaku.
6. Prosedur itu tidak menyimpang dari hukum yang berlaku.
Dalam kegiatan pelayanan sehari-hari prosedur operasi standar sudah menjadi hal
yang biasa, Standar Operational Procedure berisikan hal-hal sebagai berikut :
1. Sasaran dari kegiatan tersebut
2. Pedoman umum
3. Petunjuk pelaksanaan
4. Form-form yang digunakan

5. Contoh penggunaan
Standar Operational Procedure yang selalu up to date akan menciptakan
keteraturan pelaksanaan kegiatan dimanapun kegiatan tersebut dilakukan. Pola
yang teratur ini selaian akan menaikkan kualitas hasil kegiatan pelayanan juga akan
meningkatkan

moral

petugas

untuk

melaksanaan

setiap

kegiatan

secara

bersungguh-sungguh.
Dengan demikian Standar Operational Procedure merupakan suatu keharusan yang
perlu dimiliki oleh setiap instansi pengelola radiasi, karena tidak saja akan
meningkatkan kualitas pengelolaan radiasi tetapi juga akan meningkatkan manfaat
radiasi iru sendiri guna kebutuhan kesehatan masyarakat juga akan meningkatkan
derajat keselamatan dan kesehatan pekerja yang mengelola radiasi serta lingkungan
dimana sumber radiasi itu manfaatkan.
Pengelolaan radiasi yang diselenggarakan untuk pelayanan kesehatan, sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku harus tersedia berbagai
Standar Operasional Prosedur mulai dari awal pengelolaan radiasi sampai akhir
pengelolaan radiasi, termasuk standar prosedur operasional pengelolaan zat atau
sumber radiasi yang sudah tidak digunakan lagi.
Adapun Standar Operasional yang minimal harus tersedia dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan adalah :
1. Standar Prosedur Operasional Pemanfaatan Radiasi.
Setiap pengelola yang menyelenggarakan pelayanan radiasi harus mempunyai izin
operasional pemanfatan radiasi yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Tenaga
Nukiir ( BAPETEN ), yang akan diterbitkan apabila semua persyaratan pemanfaatan
radiasi telah terpenuhi diantaranya adalah :
a. Adanya hasil Survey radiasi yang diukur oleh Petugas Proteksi Radiasi yang
berlisensi dan menyatakan bahwa pesawat dan atau sumber radiasi laik pakai dan
aman untuk dioperasikan dengan ketentuan sebagaiberikut :
1. Radiasi bocor tabung tidak lebih drai 100 m R / Jam pada jarak 1 m dari fokus
2. Tersedianya lampu luas lapangan penyinaran dan diafragma yang berfungsi
dengan baik
3. tingkat paparan radiasi di daerah-daerah yang diperkirakan akan selalu ditempati
oleh pekerja radiasi dan atau masyarakat menunjukan tingkat paparan radiasi yang
aman.

4. Tersedianya tanda bahaya radiasi berupa lampu merah yang akan menyala
secara otomatis apabila pesawat radiasi dan atau sumber ladiasi lainnya
dioperasikan.
5. Tersedinya tanda-tanda adanya bahaya radiasi yang dapat dilihat dengan jelas
b. Tersedianya tenaga pekerja radiasi pengelola radiasi dengan kualifikasi yang telah
ditetapkan sesuai dengan Permenkes 366 Tahun 1997 yaitu : Dokter Spesialis
Radiologi, Radiografer, Fisika Medik dan Petugas Proteksi Radiasi yang berlisensi
( disesuaikan dengan Kalsifikasi Type Rumah Sakit )
c. Tersedianya fasilitas peralatan Proteksi radiasi dalam jumlah dan fungsi yang
cukup memadai ( Apron dengan kesetaraan Pb 0.25 dan 0.5 mm , Gloves, kaca
mata Pb yang semuanya mempunyai ketebalan setara dengan 0.25 mm Pb )
termasuk didalamnya luas ruangan radiasi dan tebal dinding sesuai dengan standar
serta tersedianya alat monitoring perorangan yang dikelola dengan baik dan benar
yang ditandai dengan adanya catatan dosis setiap pekerja radiasi untuk setiap
bulannya dan dilengkapi dengan catatan medik pekerja radiasi.
d. Tersedianya dokumen-dokumen penyerta peralatan radiologi yang tersimpan
dengan baik sehingga bila sewaktu-waktu diperlukan dapat dengan mudah diperoleh
e. Tersedianya prosedur kerja dengan radiasi yang sudah diuji coba sehingga
diyakinkan efektif dan efesien dan dapat dikembangkan sebagaimana mestinya
apabila diperlukan
2. Standar Pelayanan Radiologi.
Standar 1. Falsafah dan Tujuan
Bagian Radiologi di Rumah Sakit memberikan pelayanan radiodaignostik dan
pelayanan radioterapi sebaik-baiknya kepada penderitta yang membutuhkan.
Kriteria
1.1. Pelayanan radiologi disesuaikan dengan pengembangan dan tujuan dari rumah
sakit secara keseluruhan.
Pengertian :
a. Pelayanan radiologi adalah pelayanan kesehatan yang menggunakan energi
pengion dan energi bukan pengion (non-pengion) baik dalam bidang diagnostik
maupun dalam bidang terapi.
b. Memberikan pelayanan rutin, khusus dan gawat darurat.
c. Membicarakan dengan staf mengenai pengertian diagnostik foto dan pemeriksaan
imejing lainnya (USG, CT, Nuklir dan lain-lain) serta tindakan radioterapi.

d. Bersikap profesional sesuai dengan etik profesi.


e. Membantu menetapkan dan menjaga pelayanan dengan mutu tinggi melalui
analisa, tinjauan dan evaluasi dari gambaran klinik yang ada di rumah sakit.
f. Melakukan riset dan percobaan baru setelah evaluasi.
g. Memberikan informasi tentang tingkat paparan radiasi yang aman bagi pekerja
dan masyarakat di tempat-tempat yang mudah dibaca.
1.2. Pelayanan radiologi khusus dan rutin yang diselenggarakan tergantung dari
tingkatan kelas rumah sakit dan kemampuan dari rumah sakit.
1.3. Jika pimpinan rumah sakit akan mengambil keputusan yang berkaitan dengan
fungsi dan peranan radiologi harus diminta terlebih dahulu pendapat dan sasaran
dari staf radiologi.
Pengertian
Bentuk dari partisipasi yang dimintakan :
a. Partisipasi dalam mengevaluasi pelayanan rumah sakit.
b. Memelihara komunikasi dengan administrator dan staf medis rumah sakit serta
mengikuti pertemuan-pertemuan tim medis rumah sakit antar bagian/unit dan bagian
lain di luar rumah sakit yang ada hubungannya dengan kesehatan.
c. Menghadiri dan berpartisipasi dalam pertemuan berkala dan pertemuan antar
bagian/unit dan badan di luar rumah sakit.
Standar 2. Administrasi dan Pengelolaan
Bagian radiologi yang harus mempunyai bagan organisasi dan uraian tugas yang
jelas bagi semua klasifikasi pegawai yang ada.
Kriteria
2.1. bagan organisasi akan memperhatikan jalur komunikasi dan garis komando
dalam bagian radiologi anatara bidang administrasi, dokter radiologi dan kepala
bagian radiologi dan juga hubungan dengan bagian lain terutama bagian yang sering
meminta bantuan pelayanan radiologi.
2.2. Harus ada uraian tugas tertulis dari tiap-tiap jabatan struktural dan fungsional
yang ada di bagian radiologi.
Uraian tugas ini ditetapkan berdasarkan :
a. kualifikasi dari posisi yang diperlukan,
b. garis wewenang,
c. fungsi dan tanggung jawab,
d. penilaian atas tingkah laku dari tiap anggota staf.

2.3. Struktur organisasi dan uraian tugas akan ditinjau paling tidak tiap tiga tahun
sekali dan kalu diperlukan dapat dilakukan perubahan.
Pengertian :
Perubahan yang dilakukan didasarkan atas:
a. adanya jabatan baru,
b. perubahan jabatan baru,
c. adanya sasaran baru.
2.4. Laporan hasil pemeriksaan radiodiagnostik dicatat direkam medis pasien dalam
waktu 24 jam setelah interpretasi foto, sedang salinannya harus ada di bagian
radiologi. Ahli radiologi akan memberitahu secepatnya kepada dokter yang mengirim
pasien untuk pemeriksaan radiologi apabila ditemukan hal-hal serius.
2.5. Semua foto dan rekaman imejing lainnya yang sudah dibaca, akan disimpan di
rumah sakit paling tidak untuk jangka waktu 3 5 tahun, ini diperlukan bila pasien
diperiksa ulang.
2.6. Catatan dari film X-ray, film USG, kedokteran Nuklir, CT-scan, MRI dan lain-lain
dibutuhkan untuk pendidikan baik bagi mahasiswa fakultas kedokteran maupun
untuk residen dan pendidikan lainnya yang membutuhkan.
2.7. Statistik yang akurat diperlukan untuk tiap jenis pemeriksaan radiologi.
Standar 3. Staf dan Pimpinan
Bagian radiologi dipimpin oleh seorang dokter spesialis radiologi dan dibantu oleh
staf yang dianggap mampu sehingga tujuan dan pelayanan bisa tercapai.
Kriteria
3.1. Kepala bagian radiologi bisa seorang tenaga purna waktu atau paruh waktu
tergantung kemampuan dari bagian.
3.2 Dokter spesialis radiologi dan radiografer harus siap bila dibutuhkan.
3.4 Tanggung jawab seluruh hasil pemeriksaan radiologi imejing dimengerti oleh
dokter spesialis radiologi dan dokter pengirim (merujuk).
3.5. Staf bagian radiologi imejing selain dokter spesialis juga radiografer, perawat,
tata usaha, staf administrasi yang jumlahnya sesuai dengan kegiatan yang ada.
3.6. Pertemuan reguler staf diadakan untuk menjamin adanya komunikasi yang baik
diantara staf bagian maupun dengan bagian lain dalam rumah sakit.
Standar 4. Fasilitas dan Peralatan

Ruangan peralatan radiologi imejing mempunyai luas yang cukup dan nyaman agar
seluruh pelayanan yang diberikan aman, baik bagi petugas maupun pasien serta
linggkungan.
Kriteria
4.1. Pengamanan radiasi harus harus diperhatikan secara seksama oleh kepala
bagian.
Pengertian :
Tindakan pengamanan selain terhadap bahaya radiasi juga terhadap listrik, mekanik,
api dan bahan-bahan mudah meledak. Apabila kepala bagian tidak ada maka orang
yang bertanggung jawab adalah orang yang ditunjuk oleh kepala bagian.
4.2. Tenaga yang dijalankan peralatan radiologi imejing yang menggunakan sinarsinar pengion harus menggunakan alat monitoring dan secara periodik diperiksa di
laboratorium

yang

hasilnya

dilaporkan

kepada

kepala

bagian

secara

berkesinambungan.
4.3. Tindakan terhadap pengamanan ditujukan untuk melindungi pasien, staf dan
tenaga lain yang bekerja pada peralatan radiologi.
4.4. Untuk pengamanan ruang peralatan radiologi yang menggunakan sinar-sinar
pengion dinilai oleh radiasi. Program perbaikan peralatan direncanakan untuk jangka
waktu sepuluh tahun.
4.5. Untuk flouroskopi harus mempunya image intensifier
Standar 5. Kebijakan dan Prosedur
Agar pelayanan terhadap pasien bisa optimal maka perlu ada prosedur tertulis yang
didasarkan pada pengetahuan dalam bidang radiologi imejing.
Kriteria.
5.1. Kebijakan dan prosedur tata kerja di bagian radiologi imejing harus tertulis.
Pengertian :
Kebijakan dan prosedur dalam pernyataan ini adalah :
a. pemeriksaan radiologi imejing dilakukan hanya berdasrkan permintaan dari
dokter. Dalam surat permintaan tersebut dicantumkan keadaan klinik dan
pemeriksaan fisik dari pasien.
b. Tanggung jawab dari hasil pemeriksaan radiologi imejing adalah dokter spesialis
radiologi.
c. Semua foto seharusnya dibaca oleh seorang dokter spesialis radiologi atau bukan
spelialis radiologi yang sudah mendapat penataran dalam bidang radiologi.

d. Prosedur/tata kerja radiologi juga meliputi jadwal pemeriksaan radiologi yang


dilakukan di luar ruang/unit radiologi termasuk penyuntikan kontars oleh paramedis
dan

perawat

pasien

sakit

berat.

Harus

ada

prosedur

tertulis

mengenai

penanggulangan terhadap pasien syok akibat kontras media.


5.2. Buku penuntun prosedur dalam bidang pelayanan radiologi diberikan kepada
semua dokter.
5.3. Penuntun prosedur teknik dan pemeliharaan rutin diberikan kepada radiografer.
5.4. Penuntun prosedur administratif diketahui oleh semua staf.
5.5. Kebijakan dan prosedur akan dikembangkan oleh staf radiologi imejing dan
komite pengamanan radiasi, bekerja sama dengan profesi lain terkait.
5.6. Kebijakan dan prosedur ini akan ditinjau paling tidak dalam tiga tahun
5.7. Staf harus menjalankan kebijakan dan prosedur ini dan mengikuti semua
kegiatan yang ada.
Standar 6. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan.
Program pendidikan diberikan kepada semua staf bagian radiologi
Kriteria
6.1. Staf yang profesional akan didorong untuk aktif dalam menghadiri kursus-kursus
post graduate yang diadakan oleh organisasi profesional atau universitas.
6.2. Dalam program pendidikan berkelanjutan bila ada perkembangan baru dalam
bidang radiologi imejing diinformasikan kepada semua staf.
Pengertian :
Hal-hal yang menyangkut program pendidikan berkelanjutan ini adalah sebagai
berikut :
a. program dan pelatihan dasar,
b. menentukan literatur yang harus dibaca
c. menghadiri konfrensi dan pertemuan-pertemuan ilmiah,
d. diskusi dan evaluasi mengenai pelayanan.
6.3. Instruksi pengamanan terhadap bahaya ditujukan untuk melindungi paisen, staf
dan semua tenaga yang bekerja dengan peralatan yang berbahaya.
6.4. tersedianya perpustakaan.
Standar 7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Prosedur evaluasi akan menilai profesionalisme dalam pelayanan radiologi imejing
dan pengalaman etika profesi setiap staf.

Mekanisme dari prosedur ini dengan mengumpulkan data-data evaluasi agar cara
bekerja di bagian radiologi imejing lebih efektif dari pelayanan lebih ditingkatkan agar
tujuan bisa tercapai.k
Kriteria :
7.1. Kriteria ini digunakan untuk menilai penampilan staf oleh kepala bagian setelah
dilakukan konsultasi kepada setiap staf.
7.2. Penilaian penampilan kerja staf berdasarkan data atau fakta yang dikumpulkan
dalam menjalankan tugasnya.
7.3. Seluruh staf mengikuti evaluasi dan ikut merencanakan kegiatan, mengatasi tiap
hal yang tidak efisien.
Standar Prosedur Pelayanan Radiasi Medik Radiodiagnostik
1. Semua permintaan pemeriksaan dan tindakan medik dengan penggunaan radiasi
dilakukan atas dasar adanya permintaan tertulis dari dokter pengirim / merujuk yang
dilengkapai dengan klnis yang jelas.
2. Pemeriksaan dan tindakan medik radiasi harus dilakukan di ruang radiologi
kecuali untuk kasus-kasus tertentu yang karena sesuatu hal menurut keputusan
secara medis tidak mungkin dialkukan di ruang radiologi dapat dilakukan insitu
dengan tetap memperhatikan manfaat dan resiko serta keselamatan dan kesehatan
terhadap radiasi bagi para pekerja lainnya yang bertugas diruang tersebut Ruang
ICU, ICCU, Ruang Bedah, Ruang Perawatan Isolasi, Ruang Luka bakar ).
3. Pemeriksaan dan tindakan medik radiologi harus dilakukan dengan standar
prosedur pemeriksaan medik radiologi yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi
yang disyahkan oleh direktur rumah sakit.
4. Pemeriksaan dan tindakan radiasi medik hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan bidang radiologi yang telah mendapat pendidikan formal bidang radiologi
sesuai dengan kompetensinya.
5. Semua pekerja radiasi yang melakukan pemeriksaan medik radiasi diharuskan
memakai personal motoring yang secara berkala diukur besarnya paparan radiasi
yang diterima oleh setiap pekerja radiasi dan besarnya paparan radiasi yang
diterima harus tercatat pada lembar catatan dosis pribadi bersama catatan medik
pekerja radiasi..
6. Pemeriksaan dan tindakan radiasi medik harus mendahulukan pada pasien
dengan kasus cyto sebagai upaya life saving sesuai dengan prosedur pelayanan
kedaruratan medik.

7. Untuk pemeriksaan dan tindakan radiasi medik yang menggunakan bahan kontras
radiografi guna kepentingan medis harus dimasukan melalui intravasculer hanya
dapat dilakukan apabila telah dilengkapi dengan surat persetujuan pasien ( consen
imform ) setelah terlebih dahulu pasien/ keluarga pasien diberikan penjelasan
tentang resiko tindakan mdik yang akan dilakukan serta resiko pemakaian bahan
kontras radiografi oleh sebab itu dianjurkan untuk memakai bahan kontras yang
cukup aman bagi pasien.
8. Semua pemeriksaan dan tindakan radiasi medik yang menggunakan bahan
kontras hanaya dapat dilakukan oleh dokter spesialis radiologi dan tenaga
kesehatan bidang radiologi sesuai dengan batas kewenangannya.
9. Dalam keadaan belum tersedianya dokter spesialis radiologi disuatu pelayanan
kesehatan hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis lainnya yang diberikan
kewenangan melalui surat tugas/penunjukan yang ditandatangani oleh direktur
rumah sakit dan atau oleh Wakil direktur Pelayanan medik sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan bila telah tersedia dokterspesialis radiologi sudah tersedia, maka
secara otomatis kewenangan yang diberikan tidak berlaku lagi.
10. Semua ekspertise / jawaban hasil pemeriksaan radiasi medik dibuat rangkap dua
yang mempunyai kekuatan medicolegal yang sama dan harus dibubuhi tanda
tangan dan nama jelas oleh dokter spesialis radiologi yang memeriksa.
11. Semua pemeriksaan dan tindakan radiasi medik harus dilakukan berdasarkan
etika medis dan etika profesi tenaga kesehtan yang menghormati hak pasien
sebagai manusia seutuhnya.
Standar prosedur Pemeriksaan Radiografi Diagnostik
1. Pemeriksaan radiografi untuk tujuan diagnostik hanya dilakukan sesuai dengan
permintaan yang tercantun pada formulir permintaan pemeriksaan radiologi.
2. Pemeriksaan radiografi hanya dapat/boleh dilakukan oleh radiografer yang telah
memeiliki surat izin radiografer dan surat izin bekerja yang dikeluarkan oleh menteri
kesehatan indonesia atau pejabat lain yang ditunjuk.
3. Setiap radiografer yang melakukan pemeriksaan radiografi selalu memakai
personal monitoring yang secara berkala harus diukur untuk mengetahi besarnya
paparan radiasi yang diterima dalam selang waktu tertentu dan hasil paparan radiasi
ersebut tercatat dalam lembar catatan dosis pribadi.
4. Pemeriksaan dan tindakan radiografi melalui pemilihan faktor eksposi yang
optimal, posisi dan centrasi yang sesuai dengan jenis dan tujuan pemeriksaan

dengan memperhatikan limitasi dosis dengan cara membuat luas lapangan


penyinaran yang digunakan sesuai dengan besar/luas obyek yang diperiksa.
5. Setiap hasil pemeriksaan secara radiografi selalu sesuai dengan imaje kriteria
yang telah ditentukan.
6. Sebelum eksposi dilakukan pastikan bahwa tidak ada seorangpun kecuali petugas
kamar radiasi berada diruang radiasi dan pintu masuk kamar radiasi sudah terkunci
sehingga tidak memungkinkan orang lain masuk.
7. Pastikan bahwa identitas pasien yang akan dilakukan pemeriksaan radiografi
adalah benar-benar pasien yang namanya tercantum dalam surat permintaan
pemeriksaan radiologi.
8. Untuk pemeriksaan dengan bahan Kontras pastikan bahwa frormulir consent
inform telah ditanda tangani oleh pasien/keluarga pasien.
9. Pastikan bahwa persiapan untuk menanggulangi keadaan darurat medik akibat
pemasukan bahan kontras telah tersedia sebelum pemeriksaan dilakukan, termasuk
tabung oksigen yang selalu terisi oksigen berikut maskernya.
Standar Pemeriksaan Radiografi Non Kontras (Contoh)
Pemeriksaan Kepala
Persiapan
Proyeksi
Faktor eksposi
Pasien Alat- Alat kV mA Sec mAs SID Focus Grid
Standar Prosedur Operasional Dengan Sumber Terbuka ( Kedokteran Nuklir ).
1. Tidak membawa makanan, makan dan minum serta tidak merokok ditempat kerja
2. Tidak boleh dalam keadaan luka
3. Evaluasi semua data mengenai :
a. jenis dan jumlah radioisotop yang diperlukan
b. tipe alat ukur yang diperlukan, film badge, dosimeter kantong, surviver, TLD
c. pembungkus/tempat limbah radioisotop
d. peralatan proteksi (pakaian kerja, kaus tangan, shoes cover, respirator dll)
e. daerah yang akan diawasi/diteliti
f. sistem pompa/tekanan yang diperlukan
4. siapakan alat pencampur dan pelarut yang baik

5. semua peralatan dilabel dengan tanda radiasi


6. perhitungkan jumlah cairan yang diperlukan
7. pilih metode mencampur yang baik
8. tunjuk seorang penanggung jawab dan tetapkan tugas setiap pekerja radiasi
9. pilih lokasi kantor/pos dengan memperhatikan kenaikan laju latar belakang
setelah pekerjaan dimulai
10. sebelum pekerjaan dimulai semua pekerja radiasi harus memakai pakaian
khusus dan peralatan proteksi yang telah disiapkan (misalnya disposable coverall
atau pakaian kerja, shoes cover, film badge, masker, kaos tangan dan lain-lain).
11. Harus sedia kit dekontaminasi dan tempat limbah cair dan padat
12. Bila pekerjaan telah selesai lakukan survey lingkungan alat-alat dan personel
untuk meneliti kemungkinan terjadi pencemaran lingkungan dan kontaminasi pada
alat-alat dan personal
13. Semua limbah aktif disimpan dalam tempat limbah dan peralatan yang
terkontaminasi dipisahkan dengan yang lain dan disimpan dalam tempat khusus
ditempeli tanda radiasi
14. Semua perunut yang tidak dipakai, bila tidak melebihi batas yang diizinkan boleh
dialirkan ke lobang bor lalu dibilas dengan air bersih atau disimpan dalam botol
tertutup rapat ditaruh dalamwadah berlapis kertas serap secukupnya
15. Sisa perunut untuk isoflow boleh disimpan dalam truk dan harus ditempeli tanda
radiasi/kontaminasi/tanda radiasi khusus untuk kendaraan
16. Tidak boleh membuang sampah ketempat pembuangan umum dan dilarang
mengubur sampah radioaktif. Semua sampah harus diolah atau dibiarkan meluruh
sampai habis
17. Bila ada personal yang terkontaminasi harus segera dilakukan dekontaminasi
oleh PPR yang terlatih
18. Usahakan untuk melakukan dekontamainasi mata/kulit dengan air
19. Bila perlu dekontaminasi pada kulit dapata dilakukan dengan menggunakan
radiacwash
20. PPR harus membuat berita acara terjadinya kontaminasi pada personel atau
lingkungan sekitarnya. Demikian pula harus membuat berita acara bila terjadi
kecelakaan

baik

ditempat

kerja

mencantumkan hal-hal sebagai berikut:

maupun

dalam

pengangkutan

dengan

a. sebab-sebab dan tanggal kejadian


b. cara mengatasi kecelakaan atau melakukan dekontaminasi
c. langkah-langkah untuk mengamankan sekitarnya
d. tanggal, jam/nama orang yang melakukan dekontaminasi atau orang yang
menangani penanggulangan kecelakaan
e. hasil yang telah dicapai dalam melakukan dekontaminasi dan mengadakan
pengamananan lingkungan
21. laporan harus segera disampaikan ke BATAN oleh pimpinan perusahaan atau
instansi oleh PPR atas nama pimpinan.
PROSEDUR DAN PETUNJUK PELAKSANAAN KERJA MEMAKAI SUMBER
TERBUNGKUS
Sumber terbungkus adalah sumber radiasi yang tersimpan atau terbungkus dalam
kapsul berlapis khusus yang tidak dapat dibuka kecuali bila kapsul dirusak. Aktivitas
sumber terbungkus untuk logging hingga 20 Ci, untuk gauging aktivitasnya lebih
rendah hanya tingkat mCi.
Tempat penyimpanan
1. ditaruh dalam kontener Pb (berlapis Poolyethyline/lilin) yang tertutup dan terkunci
2. disimpan dalam bak beton kedap air di bawah permukaan tanah ditutup plat baja
yang terkunci. Laju dosis dipermukaan 2/0,6 mrem/jam. Bak beton ini dilengkapi
dengan alat untuk menurunkan dan menaikan sumber radiasi dalamnya 1,5 m.
3. bangunan bak beton harus jauh dari tempat kerja dan dipagari dengan kawat
pintu agar dapat di kunci kontener,
4. tutup bak dan pagar ditempeli tanda radiasi.
5. Jumlah sumber radiasi yang disimpan dan diambil harus diinventarisasikan.
6. Hanya pekerja radiasi yang boleh masuk atau mendekati daerah penyimpanan
tersebut
7. Bila sumber radiasi yang boleh masuk atau mendekati daerah penyimpanan
tersebut
8. Bila sumber radiasi habis dipakai harus segera disimpan
9. Waktu menyimpan dan mengambil sumber radiasi harus memakai monitor
perorangan dan surveimeter untuk memeriksa apakah sumber radiasi tersebut ada
dalam kontener.
Bila sumber hilang atau rusak

1. bila sumber hilang dalam lubang bor, segera diusahakan mengambil kembali
(fhising). Sirkulasi air selama situasi kritis di survei menggunakan detektor logging
(gamma ray)
2. bila sumber radiasi ditemukan, sebelum sambungan terakhir muncul semua orang
yang tidak terlibat harus meninggalkan lantai rig, tidak boleh dipegangang langsung
dengan tangan. Pegang dengan tang penjepit panjang
3. sumber radiasi tidak boleh ditaruh di atas tanah, letakkan dalam kontener yang
telah tersedia atau dekat pelindung yang telah dipasang
4. lakukan tes kebocoran (wife test)
5. bila sumber radiasi rusak atau pecah semua daerah kerja harus diisolasi dan
sumber radiasi harus disimpan dalam konteiner yang terkunci
6. survei semua personel, peralatan dan liingkungan
7. bila ada personel yang terkontaminasi harus segera didekontaminasi
8. peralatan yang terkontaminasi dipisahkan dengan yang lain, disimpan pada
tempat yang khusus dan ditempeli dengan tanda radiasi
9. usahakan agar kontaminasi tidak meluas
10. bilamana perlu mintalah bantuan
11. bila sumber radiasi hilang di luar lubang bor, harus segera dilakukan pencairan
dengan surveimeter. Bila telah ketemu, lakukan langkah-langkah sebagai tercantum
pada nomor 2 sampai nomor 10 di atas
12. harus melapor ke BATAN mengenai sebab-sebabnya, tindakan yang telah
dilakukan dan hasil yang telah dicapai dengan mencantumkan tanggal, nama yang
melakukan pencarian secara terperinci. Pencarian dipimpin oleh PPR setempat
13. bila sumber radiasi tidak bisa dikeluarkan dari lubang bor maka ditanam atau
dikubur dalam lubang bor dengan sekat hidrolik dibuat dari semen yang
panjanganya 20 cm (CANADA) dan 200 feet (US). Di atas tutup semen dipasang
pelindung mekanik. Di atas lubang bor dipasang plakat dari stanless steel.
Tes kebocoran
1. hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang telah terlatih baik mengetahui
prinsip proteksi radiasi
2. pekerjaan iini dilakukan dalam daerah yang khusus terisolasi dan diperlengkapi
dengan pelindung radiasi (Laboratorium khusus)
3. Wipe test dilakukan menggunakan tang jepit panjang untuk menjepit atau
memegang sumber dan alat penghapus yang dibuat dari karet berlapis kertas filter

4. Ambil sumber radiasi yang akan diperiksa dengan tang penjepit dan taruh dengan
cepat sumber radiasi yang akan di test tersebut di atas bantalan khusus yang
dilengkapi dengan penahan radiasi.
5. Basahi kertas filter yang ada pada alat penghapus dengan cairan khusus gosok
seluruh permukaan sumber dan sumber dipegang dengan tang jepit. Lakukan ini
dengan teliti tetapi dalam waktu yang sesingkat mungkin
6. Setelah selesai letakkan sumber ke dalam kontener secepat mungkin dan
masukan kertas filter ke dalam kantong plastik.
7. Ukur aktivitas kertas filter dengan surviemeter yang cukup peka atau menggunkan
detektor logging (gamma ray)
8. Bila laju dosis pada kertas penghapus lebih besar dari 0,25 mrem/jam di atas latar
belakang maka merupakan petunjuk kuat bahwa kapsul sumber pecah atau bocor
9. Bila pengukuran laju dosis tidak lebih dari 0,25 mrem/jam di atas cacah latar
belakang masukkan kertas filter ke dalam amplop plastik lalu ke dalam amplop
khusus, masukan ke dalam kotak baja dan kirim ke laboratorium yang mempunyai
alat pencacah yang lebih peka dan teliti. Data sample yang dikirim harus lengkap
dan bungkusan yang dikirim harus memenuhi syarat dan sesuai dengan ketentuan
penggunaan zat radioaktif
10. Sumber radiasi tidak boleh dipakai lagi sebelum diketahui dengan pasti bahwa
kapsulnya tidak bocor
11. Tes kebocoran dilakukan 6 bulan sekali ( tidak lebih dari 2 tahun) tergantung dari
situasi dan kondisi lapangan kerja.
Perlengkapan
1. suveimeter
2. film badge/dosimeter kantong
3. mobil unit dengan mesin pengangkat kontener
4. batang pengangkat dengan ujung khusus (source handling tool) dan locking PIN
wrennch
5. tabung detektor gauging/logging
6. kontener sumber radiasi berisi sumber radiasi dengan ekor sumber khusus
7. alat bor
8. alat pengaman lain
Prosedur Umum

1. harus ditunjuk seorang penanggung jawab (setiap pekerja radiasi harus jelas
tugasnya)
2. sumber radiasi tidak boleh disentuh dengan tangan
3. laju dosisi di ujung tongkat pengangkat harus dihitung
4. setiap operator harus sudah tahu dan siap melaksankan tugasnya masing-masing
membantu ahli tehnik. Operator tidak diberi wewenang menstranfer sumber radiasi
5. bila laju dosisi terlalu besar, operator harus bergilir
6. survai ujung tongkat dan kontener harus dilakukan setiap mengambil, memasang
dan membuka sumber untuk melihat kemungkinan terjadinya kontaminasi karena
sumber pecah
7. bilamana perlu gunakan kolimator atau pelindung radiasi
8. kontener harus dalam keadaan terkunci, dibuka pada waktu mengambil sumber
radiasi
9. jangan membawa alat pengangkat sumber logging yang masih terisi sumber
radiasi
10. sumber radioaktif selalu dinaikkan ke atas truk terakhir dan yang pertama
diturunkan
11. peti sumber radioaktif harus diikat dengan rantai ke truk
Contoh petunjuk pelaksanaan kerja sumber terbungkus untuk gauging dan logging
menggunakan 60 CO atau 137 Cs
1. pakailah film badge/berdimeter kantong
2. siapkan surveimeter
3. siapkan kontener radiasi berisi radioisotop dan alat-alat gauging/logging didekat
lubang bor dan survei konterner tersebut sebelum dibawa ke lapangan
4. letakakan tabung detektor lebih jauh dari kontener dan ikat ke kerangka katrola
pengangangkat dan penggerak, pada mobil unit.
5. Buka pintu tempat sumber pada tabung detektor dengan alat khusus (source door
wrench atau tacking pin wrench)
6. Buka tutup kontener sehingga ekor sumber terlihat
7. Ambil batang pengangkat dan sekrupkan ke ekor sumber radiasi sehingga
melekat kuat
8. Angkat sumber menjauhi badan dan masukkan ke dalam lubang tempat sumber
yang ada di tabung detektor dengan cepat tetapi hat-hati

9. Lepas batang pengangkata sumber secepatnya dan kunci pintu tempat sumber
pada tabung detektor menggunakan alat khusus (locking pin wrench)
10. Survei ujung batang pengangkat dan kontener bekas sumber
11. Angkat tabung detektor yang telah berisi sumber hingga lebih tingi dari ujung
pipa pada lubang bor
12. Gerakkan tabung detektor ke arah lubang bor hingga tepat di atas lubang (alat
ini ada juga yang dilengkapi dengan pipa plastik fleksibel yang menyelubungi tabung
dan detektor logging waktu bergerak menuju lubang bor)
13. Turunkan tabung detektor ke lubang bor
14. Setelah

mengukur dilakukan

langkah-langkah

yang

berlawanan

untuk

mengembalikan sumber radiasi ke kontener pengangkut, bilamana perlu dilakukan


penggantian radiografer pada setiap tahap pelaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai