Craniotomi
Craniotomi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi dan adanya perbaikan prosedur pencitraan dan
teknik pembedahan memungkinkan ahli bedah neuro melokalisasi dan
mengatasi lesi intrakranial dengan ketepatan lebih besar dari pada
sebelumnya. Meningkatnya teknik pencitraan, pencahayaan dan pembesaran
yang telah di buat memungkinkan mendapat gambaran tiga dimensi daerah
yang di operasi. Alat-alat bedah mikro diperkenankan digunakan untuk
memisahkan jaringan yang sulit tanpa trauma. Sistem diseksi ultrasonik
memungkinkan otak tertentu dan tumor medula spinalis diangkat dengan cepat
dan tepat. Probe ditempatkan di dalam jaringan otak untuk radiasi interstisial,
hipertermia atau kemoterapi. Bahan penjahit lebih kecil dari sehelai rambut,
yang digunakan untuk menjahit syaraf-syaraf kecil dan pembuluh darah dan
anastomosis.
Terdapat beberapa gejala / kumpulan gejala yang karakteristik pada
penyakit intrakranial yang sering merupakan masalah utama bagi pasien untuk
memperoleh pertolongan medis. Gejala / kumpulan gejala tersebut tidak
jarang menimbulkan persepsi atau interpretasi yang berbeda di antara yang
mengeluh (Pasien). Dengan yang mendengarkannya dalam hal ini tenaga
kesehatan. Tidak jarang pula suatu gejala medis tertentu diekspresikan secara
berbeda beda, bergantung latar belakang pendidikan / sosial budaya pasien
sehingga diperlukan teknik anamnesis yang spesifik untuk menyamakan
persepsi. Tindakan bedah Intrakranial atau disebut juga kraniotomi,
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu :
1. Mampu mengetahui pengertian kraniotomi.
2. Mampu menjelaskan indikasi penggunaan kraniotomi.
3. Menggunakan proses keperawatan sebagai kerangka kerja untuk
perawatan pasien pre, intra dan pasca kraniotomi.
4. Mengidentifikasi beberapa tindakan pada proses penatalaksanaan pasien
bedah.
5. Mengidentifikasi tindakan tindakan keperawatan praoperatif yang
dapat
menurunkan
pascaoperatif.
resiko
terjadinya
infeksi
dan
komplikasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
o
2.2 INDIKASI
Indikasi tindakan kraniotomi atau pembedahan intrakranial adalah sebagai
berikut :
o Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker.
o Mengurangi tekanan intrakranial.
o Mengevakuasi bekuan darah .
o Mengontrol bekuan darah, dan
o Pembenahan organ-organ intrakranial.
o Tumor otak
o Perdarahan (hemorrage)
o Kelemahan dalam pembuluh darah (cerebral aneurysms)
o Peradangan dalam otak
o Trauma pada tengkorak.
PRAOPERASI
Pada penatalaksaan bedah intrakranial praoperasi pasien diterapi
dengan medikasi antikonvulsan (fenitoin) untuk mengurangi resiko
kejang pascaoperasi. Sebelum pembedahan, steroid (deksametason)
dapat diberikan untuk mengurangai edema serebral. Cairan dapat
dibatasi. Agens hiperosmotik (manitol) dan diuretik (furosemid) dapat
diberikan secara intravena segera sebelum dan kadang selama
2.4.2
PASCAOPERASI
Jalur arteri dan jalur tekanan vena sentral (CVP) dapat dipasang
untuk memantau tekanan darah dan mengukur CVP. Pasien mungkin
atau tidak diintubasi dan mendapat terapi oksigen tambahan.
Mengurangi Edema Serebral : Terapi medikasi untuk mengurangi
edema serebral meliputi pemberian manitol, yang meningkatkan
osmolalitas serum dan menarik air bebas dari area otak (dengan sawar
darah-otak utuh). Cairan ini kemudian dieksresikan malalui diuresis
osmotik. Deksametason dapat diberikan melalui intravena setiap 6 jam
selama 24 sampai 72 jam ;
bertahap.
Meredakan Nyeri dan Mencegah Kejang : Asetaminofen biasanya
diberikan selama suhu di atas 37,50C dan untuk nyeri. Sering kali pasien
diberikan
menghilangkan
lewat
sakit
parenteral,
kepala.
Medikasi
biasanya
cukup
antikonvulsan
untuk
(fenitoin,
2.
3.
4.
Infeksi
5.
Kejang
(Brunner & Suddarth. 2002).
2.6 PENGKAJIAN
a) Primery survey (ABCDE) meliputi :
1. Airway. Tanda-tanda objektif-sumbatan Airway
Look (lihat) apakah penderita mengalami agitasi atau kesadarannya
menurun. Agitasi memberi kesan adanya hipoksia, dan penurunan
kesadaran memberi kesan adanya hiperkarbia. Sianosis menunjukkan
hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya oksigenasi dan dapat
dilihat dengan melihat pada kuku-kuku dan kulit sekitar mulut. Lihat
adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas tambahan yang apabila
ada, merupakan bukti tambahan adanya gangguan airway. Airway
(jalan napas) yaitu membersihkan jalan napas dengan memperhatikan
kontrol servikal, pasang servikal kollar untuk immobilisasi servikal
sampai terbukti tidak ada cedera servikal, bersihkan jalan napas dari
segala sumbatan, benda asing, darah dari fraktur maksilofasial, gigi
yang patah dan lain-lain. Lakukan intubasi (orotrakeal tube) jika
apnea, GCS (Glasgow Coma Scale) < 8, pertimbangan juga untuk GCS
9 dan 10 jika saturasi oksigen tidak mencapai 90%.
kain kasa, biarkan cairan atau darah mengalir keluar, karena hal ini
membantu mengurangi TTIK (Tekanan Tinggi Intra Kranial)
f. Semua cairan yang diberikan harus dihangatkan untuk menghindari
terjadinya koagulopati dan gangguan irama jantung.
4. Disability.
a. GCS setelah resusitasi
b. Bentuk ukuran dan reflek cahaya pupil
c. Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak
5. Expossure dengan menghindari hipotermia. Semua pakaian yang
menutupi tubuh penderita harus dilepas agar tidak ada cedera
terlewatkan selama pemeriksaan. Pemeriksaan bagian punggung harus
dilakukan secara log-rolling dengan harus menghindari terjadinya
hipotermi (America College of Surgeons ; ATLS)
b) Secondary survey
1. Kepala dan leher
Kepala. Inspeksi (kesimetrisan muka dan tengkorak, warna dan
distribusi rambut kulit kepala), palpasi (keadaan rambut, tengkorak,
kulit kepala, massa, pembengkakan, nyeri tekan, fontanela (pada
bayi)).
Leher. Inspeksi (bentuk kulit (warna, pembengkakan, jaringan parut,
massa), tiroid), palpasi (kelenjar limpe, kelenjar tiroid, trakea),
mobilitas leher.
2. Dada dan paru
Inspeksi. Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk dan
kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi dada dikerjakan
baik pada saat dada bergerak atau pada saat diem, terutama sewaktu
dilakukan pengamatan pergerakan pernapasan. Pengamatan dada saat
bergerak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi, sifat
dan ritme/irama pernapasan.
Palpasi. Dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keadaan kulit pada
dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi,
dan tactil vremitus (vibrasi yang dapat teraba yang dihantarkan melalui
sistem bronkopulmonal selama seseorang berbicara)
Perkusi. Perhatikan adanya hipersonor atau dull yang menunjukkan
udara (pneumotorak) atau cairan (hemotorak) yang terdapatb pada
rongga pleura.
Auskultasi. Berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang
trakeobronkeal dan untuk mengetahui adanya sumbatan aliran udara.
Auskultasi juga berguna untuk mengkaji kondisi paru-paru dan rongga
pleura.
3. Kardiovaskuler
Inspeksi dan palpasi. Area jantung diinspeksi dan palpasi secara
stimultan untuk mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan atau
dorongan (heaves). Palpasi dilakukan secara sistematis mengikuti
struktur anatomi jantung mulai area aorta, area pulmonal, area
trikuspidalis, area apikal dan area epigastrik
Perkusi. Dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung.
Akan tetapi dengan adanya foto rontgen, maka perkusi pada area
jantung jarang dilakukan karena gambaran jantung dapat dilihat pada
hasil foto torak anteroposterior. (Priharjo, 1996)
4. Ekstermitas
Beberapa keadaan dapat menimbulkan iskemik pada ekstremitas
bersangkutan, antara lain yaitu ;
a. Cedera pembuluh darah
b. Fraktur di sekitar sendi lutut dan sendi siku
c. Crush injury
d. Sindroma kompartemen
e. Dislokasi sendi panggul
Keadaan iskemik ini akan ditandai dengan :
a. Pusasi arteri tidak teraba
b. Pucat (pallor)
c. Dingin (coolness)
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan perfusi
jaringan perifer
Meningkatkan
tingkat kesadaran biasa /
perbaikan,
ognisi
dan
fungsi motorik-sensori.
Rencana Intervensi
Mendemonstrasik
Rasional
Mandiri
1. Tentukan
faktor-faktor
berhubungan
dengan
yang
Menentukan
pilihan
keadaan
neurologis
koma/penurunana
perfusi
potensial
jaringan
otak
dan
tanda-tanda peningkatan
peningkatan TIK.
atau
kegagalan
dalam
TIK
status
neurologis
Mengkaji
adanya
seperti
spontan
(sadar
Menentukan
tingkat
penuh)
membuka
hanya
jika
kesadaran.
malah
menggunakan
bingung;
kata-kata/
frase
Jika
kerusakan
(dari
rangsangan
diberikan
tetapi
verbal
yang
mungkin
juga
luas
pada
korteks
serebral
adanya
terhadap rangsang.
perintah,
berusaha
untuk
respon
yang
tidak
sesuai
secara terpisah.
gerakan
rangsangan
yang
disadari
nyeri
paien
ekstremitas
tubuh).
Tidak
adanya
TD
catat
adanya
berlawanan.
berat.
takikardia,
Hipovelemia
atau
tingkat
atau
kesadaran.
hipertensi
dapat
serebral.
Perubahan pada ritme (paling
yang
mencermikan
adanya
periode
jantung sebelumnya.
apnea
hiperventilasi
setelah
yang
disebut
Nafas
dapat
yang
menunjukkan
tidak
teratur
lokasi
adanya
buatan.
menyempit
dan
kedalaman
persepsi.
dapat
diakibatkan
oleh
kerusakan
juga
intervensi.
o
indikasi.
penggunaan
kompres
selimut,
hangat
saat
akam
mempengaruhi
Penurunan
pilihan
refleks
Batasi
berikan
demam
keamanan pasien.
jika
selimut
hipotermia
menggunakan
(selimut
dingin).
12. Pantau
pemasukan
dan
handuk
kecil
atau
2.
Resiko tinggi
Mempertahankan
terhadap infeksi
nonmotermia, bebas
berhubungan
tanda-tanda infeksi
Mandiri
1.
Berikan
aseptik
dan
perawatan
antiseptik,
Cara
pertama
untuk
dengan invasi MO
Mencapai
penyembuhan luka
(craniotomi) tepat pada
2.
Observasi
yang
waktunya.
o
daerah
mengalami
kulit
infeksi
kerusakan
memungkinkan
pencegahan
yang
selanjutnya.
terpasang
alat
untuk
invasi
terhadap
komplikasi
adanya
menggigil,
diaforesis
perubahan
fungsi
Dapat
mengindikasikan
demam,
dan
mental
dengan segera.
(penurunan kesadaran).
4.
Menurunkan
pemajanan
cegah
infeksi.
pengunjung
yang
bagian atas.
Kolaborasi
1.
Berikan
antibiotik
sesuai
Terapi
profilaktik
dapat
indikasi.
Ambil
bahan
pemeriksaan
Kultur/sensivitas. Pewarnaan
o
Gram
dapat
memastikan
dilakukan
adanya
infeksi
untuk
dan
Gangguan
rasa o
nyaman Nyeri
Melaporkan nyeri
hilang/terkontrol.
Mengungkapkan
metode yang
Mandiri
1.
Kaji
intensitas,
Mungkin
sedang
sampai
nyeri,
atau adanya
perubahan
memberikan
sensasi.
oksipital.
penghilangan.
o
Kesemutan
yang
tidak
Mendemontrasika
n penggunaan
saraf
keterampilan relaksasi
saraf/daerah operasi.
o
2.
Kaji
manifestasi
kembali
atau
sebagai
akibat
dari
Perkembangan/resolusi
edema dan inflamasi pada fase awal
yang
pascaoperasi
dapat
mempengaruhi
nyeri.
Posisi
disesuaikan
dengan
Izinkan
pasien
rogroll
selama
melakukan
perubahan posisi.
4.
perhatian
Demonstrasikan
penggunaan
menurunkan
keterampilan
tertentu,
kurang nyaman.
Menurunkan
rasa
tidak
Berikan
makanan
lunak,
diet
menelan.
pelembab
Teliti
pasien
mengenai
Sebagai
tanda
adanya
keluhan
munculnya
kembali nyeri.
Diberikan
untuk
Kolaborasi
1.
nyeri.
(tylenol)
dengan
kodein.
Relaksan
otot,
siklobenzaprin
seperti
(flexeril):
intraoperasi.
Memberikan kontrol terhadap
diazepam (valium).
2.
Syok
berhubungan
dengan
tindakan asuhan
resiko keperawatan selama 1 X
Pasang
unit
TENS
sesuai
kebutuhan.
1. Auskultasi nadi apical. Awasi
Perubahan
disritmia
dan
hipotensi,
hipoksia,
asidosis,
perdarahan
ketidakseimbangan
terjadi syok
pengisian
kapiler
air
dingin
elektrolit
digunakan
atau
untuk
mengontrol perdarahan.
Asokonstriksi adalah respon
efek vasopressin.
Penurunan perfusi sistemik
dimanifestasikan
dengan
Nyeri
disebabkan
ulkus
iskemia
sehubungan
kulit
untuk
pucat,
atau
perforasi
atau
timbulnya
peritonitis.
Gangguan
pada
sirkulasi
indikasi.
kulit.
Mengobati
hipoksia
dan
Mengidentifikasi hipoksemia,
keefektifan atau kebutuhan untuk terapi.
Mempertahankan
volume
Gangguan
napas
pola Menunjukkn
perbaikan
Mandiri
1.
kedalaman
GDA
dalam
rentang
pernafasan.
Catat
distres pernafasan.
menelan
kemampuan
pasien
Kemampuan
dan
memobilisasi
untuk
untuk
pemeliharaan
jalan
nafas.
menandakan
perlunya
jalan
napas
Angkat
tidur
sesuai
kepala
aturannya,
tempat
posisi
4.
Lakukan
perhisapan
Penghisapan
biasanya
dari sekret.
atau
meningkatkan
yang
menimbulkan
Untuk
mengidentifikasi
7.
Dapat
meningkatkan
Kolaborasi
1.
gas
darah,
Menentukan
tekanan
oksimetri.
Melihat
o
2.
Lakukan
kecukupan
rotgen
kembali
keadaan
toraks
ulang.
atau bronkopneumonia)
Memaksimalkan
oksigen
Berikan oksigen.
pencegahan
pernapasan
hipoksia.
Jika
tertekan
pusat
mungkin
o
4.
kontraindikasi
pada
merupakan
pasien
dengan
akut
rehabilisasi
untuk
dengan
jaringan
kapiler,
adanya
rusak
kemerahan, pembengkakan.
perifer,
mempertahankan
klien
karena
perubahan
sirkulasi
ketidakmampuan
untuk
merasakan tekanan.
2. Lakukan massase dan lubrikasi
melindungi
tidak
permukaan
kulit,
menunjukkan
kemerahan
atau
iritasi.
area tertekan
2. Mengidentifikasi
faktor
resiko
individual
pemahaman tentang
kebutuhan tindakan.
pada
3. Mengungkapkan
4. Berpartisipasi
kulit
o
kulit
tingkat kemampuan
untuk
mencegah
kerusakan kulit
5. Menunjukkan
perilaku peningkatan
penyembuhan.
8. Hindari
menggunakan
tissue
mengandung alkohol.
percobaan.
o
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kraniotomi adalah setiap operasi terhadap kranium. Kraniotomi
mencakup operasi atau pembukaan tulang tengkorak untuk mengangkat
tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan
perdarahan dan serta untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial.
Proses keperawatan sebagai kerangka kerja pada pasien kraniotomi
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi. Adapun
Indikasi penggunaan kraniotomi yaitu : Pengangkatan jaringan abnormal baik
tumor maupun kanker, mengurangi tekanan intrakranial, mengevakuasi
bekuan darah, mengontrol bekuan darah, dan pembenahan organ-organ
intrakranial.
Beberapa tujuan perawatan postoperasi pasien kraniotomi, yaitu
diantaranya menghindari komplikasi insisi kranial, menghilangkan nyeri
akibat proses pembedahan, mempertahankan fungsi fisiologis dan neorologik.
Kraniotomi atau sering lebih disebut sebagai bedah kranial
merupakan salah satu tindakan operasi untuk penanganan pengambilan
jaringan abnormal (kanker, tumor dan lain sejenisnya), memperbarui struktur
anatomi atau fisiologis pada intrakranial. Pembedahan
dilakukan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 3.EGC :
Jakarta.
Doenges, Marilyn E., Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. 1999.Rencana
Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.
Poppy Kumala dkk. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Copy editor,
Bahasa Indonesia; Dyah Nuswantari. Ed.25. EGC: Jakarta
http://en.wikipedia.org/wiki/Craniotomy
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/criteria.html
health.discovery.com/diseasesandcond/encyclopedia/3223.html
www.healthopedia.com/craniotomy
http://www.dhs.vic.gov.au/copyright.htm
http://www.cinn.org/treattech/
http://www.neuro-onkologi.com/?page=home
edisi