2 PDF
2 PDF
Juli 2007
TONSILEKTOMI
Writed by:
Dr. Arwansyah Wanri (2007)
Edited by:
Harry Wahyudhy Utama, S.Ked
Dedicated to:
Dr. H. Hanafi Zainuddin, SpTHT-KL
(Pembimbing kami, Pengajar kami, Bapak kami, dan Penguji kami.
Terima kasih untuk bimbingannya selama 5 minggu di THT kemarin
dan ujiannya yang begitu berkesan)
Nb: Buat kak Arwan, terima kasih untuk bantuan bahan tonsilektomi nya. Buat
ujian...he..he... untung ado kak, dak payah nyari lagi.
TONSILEKTOMI
Arwansyah Wanri
Abstrak
Tonsilektomi merupakan suatu metode pengangkatan dari tonsil. Tonsilektomi
termasuk tindakan operasi yang paling sering dilakukan dalam sejarah operasi.
Tonsilektomi telah dilakukan oleh dokter THT, dokter bedah umum, dokter umum,
dan dokter keluarga selama lebih dari 50 tahun. Namun dalam 30 tahun terakhir,
kebutuhan akan adanya standarisasi teknik operasi menyebabkan pergeseran pola
praktek operasi tonsilektomi. Saat ini di Amerika Serikat tonsilektomi secara
eksklusif dilakukan oleh dokter THT. Seiring dengan berjalannya waktu berkembang
pula berbagai teknik dalam pelaksanaan tonsilektomi
Kata kunci : Tonsil, teknik tonsilektomi
Abstract
Tonsillectomy is method to remove the tonsil. Tonsillectomy has been one of the most
commonly perform procedure in the history of surgery. Tonsillectomy has been
performed by otolaryngologist, general surgeon, general practitioners and family
practitioners over the past 50 years. However, in the last 30 years, recognition of the
need for standardization of surgical technique resulted in a shift practice pattern, so
that today in United State the procedure is performed almost exclusively by
otolaryngologist. As time goes by many technique for tonsillectomy have been
introduced
Key word : Tonsil, Technique of tonsillectomy
Pendahuluan
Tonsilektomi didefinisikan sebagai metode pengangkatan seluruh tonsil,
berasal dari bahasa latin tonsilia yang mempunyai arti tiang tempat menggantungkan
sepatu, serta dari bahasa yunani ektomi yang berarti eksisi. Tonsilektomi sudah sejak
lama dikenal yaitu sekitar 2000 tahun yang lalu. Cornelius celcus seorang penulis dan
peneliti Romawi yang pertama memperkenalkan cara melepaskan tonsil dengan
menggunakan jari dan disarankan memakai alat yang tajam, jika dengan jari tidak
berhasil.
Tahun 1867 dikatakan bahwa sejak tahun 1000 sebelum masehi orang Indian
asiatik sudah terampil dalam melakukan tonsilektomi. Frekuensi tindakan ini mulai
menurun sejak ditemukannya antibiotik untuk pengobatan penyakit infeksi.
Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman, namun hal
ini bukan berarti tonsilektomi merupakan operasi minor karena tetap memerlukan
ketrampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam pelaksanaannya. Di
Amerika, tonsilektomi digolongkan operasi mayor karena kekhawatiran komplikasi,
sedangkan di Indonesia tonsilektomi digolongkan operasi sedang karena durasi
operasi pendek dan tidak sulit.
Di Indonesia data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi atau
tonsiloadenoidektomi belum ada. Namun data yang didapatkan dari RSUPNCM
selama 5 tahun terakhir (1993-2003) menunjukan kecenderungan penurunan jumlah
operasi tonsiloadenoidektomi dengan puncak kenaikan pada tahun kedua (275 kasus)
dan terus menurun sampai tahun 2003 ( 152 kasus).
Teknik operasi
Teknik operasi yang optimal dengan morbiditas yang rendah sampai
sekarang masih menjadi kontroversi, masing-masing teknik memiliki
kelebihan dan kekurangan. Penyembuhan luka pada tonsilektomi terjadi per
sekundam. Pemilihan jenis teknik operasi difokuskan pada morbiditas seperti
nyeri, perdarahan perioperatif dan pasca operatif serta durasi operasi.
Beberapa teknik tonsilektomi dan peralatan baaru ditemukan disamping teknik
tonsilektomi standar.
Di Indonesia teknik tonsilektomi yang terbanyak digunakan saat ini
adalah teknik Guillotine dan diseksi
1. Guillotine
Tonsilektomi guillotine dipakai untu mengangkat tonsil secara cepat
dan praktis. Tonsil dijepit kemudian pisau guillotine digunakan untuk
melepas tonsil beserta kapsul tonsil dari fosa tonsil. Sering terdapat sisa
dari tonsil karena tidak seluruhnya terangkat atau timbul perdarahan yang
hebat.
2. Teknik Diseksi
Kebanyakan tonsilektomi saat ini dilakukan dengan metode diseksi.
Metode pengangkatan tonsil dengan menggunakan skapel dan dilakukan
dalam anestesi. Tonsil digenggam dengan menggunakan klem tonsil dan
ditarik kearah medial, sehingga menyebabkan tonsil menjadi tegang.
Dengan menggunakan sickle knife dilakukan pemotongan mukosa dari
pilar tersebut.
3. Teknik elektrokauter
Teknik ini memakai metode membakar seluruh jaringan tonsil disertai
kauterisasi untuk mengontrol perdarahan. Pada bedah listrik transfer energi
berupa radiasi elektromagnetik untuk menghasilkan efek pada jaringan.
Frekuensi radio yang digunakan dalam spektrum elektromagnetik berkisar
pada 0,1 hingga 4 Mhz. Penggunaan gelombang pada frekuensi ini
mencegah terjadinya gangguan konduksi saraf atau jantung.
4. Radiofrekuensi
Pada teknik ini radiofrekuensi elektrode disisipkan langsung kejaringan.
Densitas baru disekitar ujung elektrode cukup tinggi untuk membuka
kerusakan bagian jaringan melalui pembentukan panas. Selama periode 46 minggu, daerah jaringan yang rusak mengecil dan total volume jaringan
berkurang.
5. Skapel harmonik
Komplikasi Bedah
a) Perdarahan
Merupakan komplikasi tersering (0,1-8,1 % dari jumlah kasus). Perdarahan
dapat terjadi selama operasi,segera sesudah operasi atau dirumah. Kematian
akibat perdarahan terjadi pada 1:35. 000 pasien. sebanyak 1 dari 100 pasien
kembali karena perdarahan dan dalam jumlah yang sama membutuhkan
transfusi darah.
b) Nyeri