Di Susun Oleh:
KELOMPOK 10
FADIA PARADILLA (PO713201191011)
NUR HALISA (PO713201191026)
SITI NURHALISA (PO713201191040)
A. Latar Belakang
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Penyebaran infeksi melalui udara ( air borne droplets), tangan dan ciuman.
Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak ( Soepardi, 2008). Masalah
kesehatan dari tonsil termasuk penyakit yang paling banyak ditemukan pada populasi
umum. Keluhan seperti nyeri tenggorokan, infeksi saluran pernapasan bagian atas
yang sering disertai dengan masalah pada telinga, adalah jumlah terbesar dari klien
keluhan infeksi saluran pernafasan atas, sakit tenggorok dan penyakit- penyakit
telinga dapat disebabkan oleh karena gangguan dari tonsil. Lokasi tonsil pada saluran
sarang (fokal) infeksi, serta bisa juga membesar dan mengganggu proses
etiologi infeksi penyakit ini. Penelitian Universitas Sumatera Utara yang dilakukan di
2007) dari 68.488 kunjungan klien didapati penyakit Tonsilitis Kronis merupakan
penyakit yang paling banyak dijumpai yakni sebanyak 15.067 (22%) penderita
(Awan, 2009). Sementara penelitian yang dilakukan di Malaysia pada poli THT.
Rumah Sakit Sarawak selama 1 tahun dijumpai 8.118 kunjungan klien dan jumlah
penderita penyakit Tonsilitis Kronis menempati urutan keempat yakni sebanyak 657
(8,1%) (Sing, 2007). Dalam analisa tentang kekambuhan penyakit-penyakit kronis
pada saluran nafas atas dilakukan penelitian terhadap total populasi lebih dari 3,5 juta
prevalensi dan pencegahan keluarga dengan Tonsilitis Kronis didapatkan data bahwa
sebanyak 84 (26,3%) dari 307 ibu-ibu usia reproduktif di diagnosa Tonsilitis Kronis
adalah pada anak-anak, tonsilektomy telah meningkat sejak awal tahun 1990-an,
meskipun masih jauh lebih rendah dari tingkat pada tahun 1930-an, ketika seratus
tonsilektomy di sekitar sepertiga dari klien.Data dari National Center for Health
adenoidektomi di Amerika Serikat pada tahun 1996 (Nelson et al., 2010). Data
sebanyak 332 kasus (Rekam medis RSUP dr. Sardjito Yogyakarta). Indikasi dan rata-
rata operasi tonsilektomy bervariasi antar negara (Wilson et al., 2012), tetapi tujuan
pokoknya adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup (Baugh et
al, 2012).
Data rekam medis jumlah klien dengan tonsilitis kronis pada 6 bulan terakhir dari
dikategorikan anak – anak ( usia 5–18 tahun) sebanyak 37 klien, sedangkan dewasa
(usia ≤ 18 tahun ) sebanyak 20 klien. Sedangkan data dari rekam medis lantai 5 ruang
Mangga saja didapatkan jumlah klien yang menderita tonsilitis kronis pada 6 bulan
terakhir dari bulan September 2014 – Februari 2015 sebanyak 29 klien, yang dapat
dikatergorikan anak- anak ( usia 5-18 tahun ) sebanyak 20 klien dan dewasa ( usia ≤
18 tahun ) 9 klien.
Dilakukan observasi terhadap lima klien dengan tonsilitis kronis pro operasi
mengandung pengawet dan pemanis buatan seperti permen dan ice cream dalam
waktu lama. Pada pengkajian status masa lalu didapat riwayat batuk, pilek atau
demam seringkali berulang setiap bulan atau bahkan sebulan dua kali. Dan masuk ke
rumah sakit dengan keluhan yang sama yaitu nyeri menelan dan sakit tenggorokan.
Ditemukan juga cemas tentang perawatan klien pre dan post tonsilektomy termasuk
mulai dari yang ringan bahkan sampai mengancam kematian atau gejala subyektif
pada klien berupa rasa nyeri post bedah dapat saja terjadi. Dalam hal ini perawat
sangat diharapkan tidak hanya terhadap keadaan fisik klien secara umum. Perawat
tertarik untuk mengambil Asuhan keperawatan pre dan post tonsilektomy di Ruang
TINJAUAN PUSTAKA
B. Pengertian Tonsilitis
Tonsilitis merupakan inflamasi atau peradangan yang terjadi pada tonsil, dapat
bersifat akut atau kronis dan biasanya merupakan infeksi virus: ringan dan durasi nya
singkat. (Bilotta et al, 2011)
Tonsilitis yaitu terdapat peradangan umum pembengkakan dari jaringan
tonsilia dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam
kripta. (Rospa & Sri Mulyani, 2011)
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil dan kriptanya. Tonsil merupakan
massa jaringan limfoid yang terletak dirongga faring. Tonsil menyaring dan
melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dan invasi organisme
pathogen dan beberapa dalam pembentukan antībody, meskipun ukuran tonsil
bervariasi. (L. Wonget al. 2009)
Kesimpulan dari beberapa pengertian tentang penyakit Tonsilitis di atas
adalah: Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang bersifat akut atau konis, terjadi
pembengkakan dari jaringan tonsila dengan mengumpulkan leukosit, sel-sel epitel
yang mati dan bakteri patogen dalam kriptanya. Tonsil terdiri dari banyaknya jaringan
limfoid yang disebut folikel, setiap folikel memiliki kanal (saluran) yang ujungnya
bermuara pada permukaan tonsil. Muara tersebut tampak oleh kita berupa lubang
yang disebut kripta.
C. Klasifikasi tonsillitis
1. Tonsilitis Akut (kurang dari 6 bulan)
Merupakan infeksi tonsil akut yang menimbulkan demam lemah, nyeri
tenggorokan, nyeri dan gangguan menelan, dengan gejala dan tanda setempat
radang akut.
2. Tonsilitis Kronis (lebih dari 6 bulan)
Merupakan infeksi yang paling sering ditemui diantara infeksi daerah faring.
Keluhan dan gejalanya hampir sama dengan tonsillitis akut, dan ini berulang kali.
Pada pemeriksaan didapatkan tonsil membesar dengan banyak kripta disertai
tumpukan nanah seperti keju di dalam kripta. (Firman Sriyono, 2006)
D. Etiologi
Etiologi atau penyebab tonsillitis yaitu:
1. Organisme penyebab biasanya bakteri gram-negatif.
2. Alergi dengan pembengkakan mukosa hidung dan aerasi yang buruk.
3. Abses akar dini mungkin merupakan faktor penunjang. 2.2.3.4 Tonsil disebabkan
oleh bakteri Streptokokus group A atau kelompok A Streptokokus beta hemolitik.
Dapat juga di sebabkan oleh bakteri lain atau virus atau dari oral anaerob. (Rospa
& Sri Mulyani, 2011)
E. Patofisiologi
Adanya kuman atau bakteri patogen yang menyerang bagian tonsil,
menimbulkan tonsil besar dan meradang, lama-kelamaan terjadi pembentukan eksudat
yang warnanya keabu-abuan atau kekuning-kuningan. Eksutdat ini menyatu dan
membentuk membrane, selanjutnya bisa menimbulkan selusitis tonsilia dan daerah
sekitarnya terjadi pembentukan abses peritonsilar dan beberapa kasus terjadi necrose
jaringan lokal. (Rospa & Sri Mulyani, 2011)
G. Pemeriksaan Penujang
Menurut (Rospa & Sri Mulyani, 2011:110) yang diperlukan adalah:
1. Laboratorium
a. Kultur tenggorokan memperlihatkan organisme penyebab infeksi
b. Pemeriksaan darah, hitung leukosit serum biasanya memperlihatkan
leukositosis
2. Radiologi
a. Foto lateral jaringan lunak nasofaring
b. Foto polos
H. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Soepardi et al, 2007:223), penatalaksanaan medis pada tonsililitis dibagi 2
dengan pengobatan antibiotika dan pembedahan yaitu:
1. Pengobatan Antibiotika spektrum lebar selama 1 minggu memperbaiki hygiene
mulut, vitamin C vitamin B kompleks. Jika organism penyebab tonsillitis adalah
kelompok A streptokokus beta hemolik, dokter akan menggunakan penicillin,
meskipun antibiotik lainnya dapat digunakan untuk mencegah komplikasi, terapi
antibiotik terus dilanjutkan untuk 10-14 hari. Tonsillitis atau munculnya
komplikasi (hambatan dan tonsil yang membengkak atau abses sekitar tonsil).
2. Pembedahan untuk pengeluaran tonsil, Pembedahan dapat dilakukan bila
penderita telah bebas dan tonsilar atau infeksi saluran pernafasan untuk 3-4
minggu.
B. Pembahasan Kasus
a. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 25 Maret 2021 di ruang THT RSU Luramay
Makassar pukul 08.00 Wita.
1. Biodata
Identitas pasien
Nama : Tn.A
Umur : 21 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Bugis,Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Alamat : Jalan Alauddin
Tanggal Masuk : 25 Maret 2021
No.Register : 99.18.00
Diagnosa Medis : Tonsilitis
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri saat menelan.
f. Pola Psikologis
Pasien kooperatif dengan perawat dan tenaga medis lainnya, hubungan pasien
dengan keluarga baik, terlihat ada keluarga yang mengunjungi pasien.
g. Pola Spiritual
Pasien beragama islam dan keluarga pasien selalu berdoa untuk kesembuhan
pasien.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Data Antropometri :
o TB = 160 cm
o BB = 60 kg
d. Tanda-Tanda Vital :
o TD = 110/80 mmHg
o Nadi = 74 x/menit
o Respirasi = 18 x/menit
o Suhu = 37 ºC
e. GCS : 15
f. Kepala dan Leher
Keadaan kulit kepala dan rambut bersih, rambut pasien berawrna hitam,
distribusi merata, tidak teraba pembesaran getah bening, pasien mengatakan
nyeri ketika menelan, nyeri pada awal tenggorokan dan nyeri menjalar ke
leher seperti berdenyut dengan skala 1 (ringan) rentang 0-5. Pasien tampak
meringis kesakitan ketika nyeri dirasakan. Pasien mengatakan nyeri
berlangsung selama 2-3 menit dengan frekuensi 5- 6 kali sehari.
l. Abdomen
Keadaan cukup bersih, tidak ada edema atau asites, tidak ada nyeri tekan pada
abdomen, tidak ada pembesaran hati, saat diperkusi terdengar timpani bising
usus 8x/menit.
Kimia
Gula darah puasa 91 70-105 mg/dl
SGOT 40 0-46 u/l
SGPT 4,5 0-45 u/l
Albumin 4,5 3,5-5,5 g/dl
Elektrolit
Natrium 140 135-146 mmol/l
Kalium 4,2 3,4-5,4 mmol/l
Chlorida 107 95-100 mmol/l
b) Data Objektif
o Inspeksi
Pasien nampak tidak nafsu makan, penurunan berat badan ±1 kg dari
60 kg menjadi 59 kg. TB 160 cm. Tampak porsi makanan yang
disediakan hanya ½ saja yang dapat dihabiskan. Tampak meringis
kesakitan ketika nyeri dirasakan, tonsil membesar derajat 3 (T3) pada
kiri dan kanan, tonsil tampak merah dan sedikit push. Respirasi =
24x/menit
o Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada daerah leher, akral teraba hangat, temperatur
: 37ºC, nadi : 74x/menit.
o Perkusi
Suara abdomen timpani.
o Auskultasi
Tekanan darah = 110/80 mmHg dan peristaltik usus 8x/menit.
DO :
o Tonsil membesar derajat T3
pada kiri dan kanan.
o Tanda-tanda vital :
TD = 110/80 mmHg
2 Nadi = 74 x/menit
Respirasi = 18 x/menit Defisit nutrisi Ketidakmampuan
Suhu tubuh = 37ºC. menelan
makanan
DS :
o Pasien mengatakan nyeri saat
menelan.
DO :
o Pasien tampak lemah
o Penurunan BB ± 1 kg dari 60
kg menjadi 59 kg. TB = 160
cm.
Berdasarkan analisis data pre operasi (25 Maret 2021) maka muncul prioritas masalah
yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi pada tonsil).
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut Nyeri berkurang o Identifikasi lokasi, o Untuk
berhubungan atau hilang karakteristik, durasi, mengevaluasi
dengan agen setelah dilakukan frekuensi,kualitas, nyeri,
pencedera tindakan dan intensitas nyeri. menentukan
fisiologis keperawatan intervensi dan
(inflamasi selama 1x24 jam menentukan
pada tonsil) dengan kriteria efektivitas terapi.
hasil :
o Identifikasi skala o Untuk
o Keluhan
nyeri. mengevaluasi
nyeri
nyeri
menurun ke
0 atau tidak o Ajarkan teknik o Relaksasi
2 Deficit nutrisi
berhubungan
dengan Deficit nutrisi o Monitor berat badan o Memberikan
o Kolaborasi o Menghilangkan
pemberian medikasi atau menurunkan
sebelum makan ketegangan nyeri
(antimietik). atau spasme.
d. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Pre Operasi Tonsilektomi
Berdasarkan rencana keperawatam yang sudah dibuat dan dilaksanakan pada
implementasi serta evaluasi tindakan maka dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
2. Mengidentifikasi skala
nyeri.
TTD :
Hasil : Skala nyeri yaitu 2
14.30 (sedang)
3. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(terapi relaksasi napas
dalam)
4. Memonitor tanda-tanda
vital
Hasil :
TD : 110/80 mmHg
15.10 N : 74 x/menit
R : 18 x/menit
T : 37ºC
5. Melakukan kolaborasi
dalam pemberian
analgetik dan antibiotic.
Hasil : Pasien
mengonsumsi obat sesuai
anjuran pengobatan.
2 Kamis, 25 16.20 Deficit nutrisi 1. Memonitor berat badan S:
Maret 2021 b.d Keluarga pasien mengatakan
Hasil : BB 60 kg
17.00 ketidakmampuan pasien hanya memakan ½
2. Mengajarkan diet yang
menelan dari porsi makanan yang
diprogramkan (porsi kecil
makanan disediakan.
tapi sering)
(antimietik).
A:
Hasil : Pasien
Masalah deficit nutrisi belum
mengonsumsi obat sesuai
teratasi.
anjuran pengobatan.
P:
Intervensi dilanjutkan 1,2,3
dan 4.
TTD :
3. Frekuensi makan
pasien 2-3 kali sehari
4. Berat badan 61,5 kg
5. Tanda-randa vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 60 x/menit
R : 18 x/menit
S : 36ºC
A:
Masalah deficit nutrisi
teratasi sebagian.
P:
Intervensi dilanjutkan
1,2,3,dan 4
TTD :
5. Tanda-tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36ºC.
P : Intervensi dihentikan
TTD :
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian data yang dilakukan pada tanggal 25 maret 2021 mendapatkan hasil
mengenai gambaran kesehatan pada Tn.A dengan gangguan menelan, pengkajian yang kami
lakukan pada pasien ternyata memiliki kesamaan dengan pengkajian secara teoritis.
Pengkajian merupakan langkah awal dari peroses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data, baik data subjektif maupun objektif. Data subjektif diperoleh
berdasarkan hasil wawancara baik dengan klien maupun dengan orang lain/keluarga klien.
Sedangkan data objektif diperoleh berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan fisik.
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn.A mulai dikaji pada
tanggal 25 maret 2021 di ruang THT RSU Luramay Makassar maka didapatkan data sebagai
berikut:
pengkajian yang dilakukan pada jam 08.00 WITA diketahui keluhan utama pasien saat
datang ke RS adalah nyeri saat menelan pasien mengatakan sudah kurang lebih 1 minggu
yang lalu, amandelnya terasa sakit seperti ada ganjalan ditenggorokannya. Hasil pengkajian
didapatkan TTV TD = 110/180 mmHg, N= 74x/menit, RR= 18x/menit S= 37 o C, kesadaran
Compos mestis, GCS 4,5,6. Pasien mengatakan bahwa adik pasien menderita penyakit yang
sama seperti yang dideritanya saat ini dan ibu dari orang tua pasien menderita penyakit
diabetes Melitus.
Berdasarkan data dan penjelasan diatas maka dirumuskan diagnose keperawatan sesuai
dengan data yang didapatkan saat pengkajian Tn.A dengan kasus Tonsilitis kronis.
B. Diagnosa keperawatan
C. Intervensi keperawatan
Adapun rencana asuhan keperawatan pada diagnosa deficit nutrisi berhubungan dengan
ketidak mampuan menelan makanan adalah:
1. Monitor berat badan.
2. Ajarkan diet yang diprogramkan (porsi kecil tapi sering).
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu sesuai.
4. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (antimietik).
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
diharapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan manifestasi koping.
Komunikasi yang digunakan dalah komunikasi terapeutik dan menjalin hubungan saling
percaya, sehingga klien dan keluarga merasa nyaman saat dilakukan tindakan keperawatan
terhadapnya. Asuhan keperawatan berupa tindakan yang telah dilakukan kepada klien selama
perawatan dengan diagnose sebagai berikut:
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi pada tonsil).
Berdasarkan data yang didapatkan saat pengkajian, didapatkan:
Data Subjektif (DS):
Pasien mengatakan nyeri ketika menelan.
P : Nyeri saat menelan
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Pasien mengatakan nyeri pada awal tenggorokan dan menjalar ke leher
S : Skala nyeri 1 (ringan)
Relaksasi napas dalam adalah satu bentuk aktiivitas yang dapat membantu mengatasi nyeri
dan stress. Teknik relaksasi ini melibatkan pergerakan badan secara mudah dan dapat
dilakukan dimana saja . menurut beberapa penelitian , orang yang rajin memperaktekkan
relaksasi cederung lebih tenang.
Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan. Berdasarkan data
yang didapatkan saat pengkajian, didapatkan:
Data Subjektif (DS):
a. Pasien mengatakan nyeri saat menelan.
b. Pasien mengeluh nafsu makan menurun.
Data Objektif (DO) :
Untuk diagnose Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan,
yaitu:
S :
Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien sudah baik, pasien makan terus.
O:
1. Nafsu makan pasien sudah kembali normal.
2. Tampak makanan yang disediakan dihabiskan oleh pasien.
3. Frekuensi makan 3 kali sehari.
4. Berat badan 61,5 kg
5. Tanda-tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36ºC.
P : Intervensi dihentikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas bahwa tonsillitis merupakan inflamasi yang terjadi pada
tonsil, dapat bersifat akut atau kronis dan biasnaya merupakan infeksi virus : ringan
dan durasinya singkat. Tonsillitis dapat dijumpai pada anak dan dewasa.
Berdasarkan Asuhan Keperawatan Pada Tn.A yang terlampir pada BAB III, dapat
disimpulkan bahwa pasien dengan diagnosis Tonsilitis kronis yang disebabkan
bakteri, kemungkinan didapatkan karena kebiasaan jajan di sekolah maupun
dikampus. Pasien dirawat di RSU Luramay Makassar diruang THT. Pasien sangat
kooperatif pada saat dilakukan proses keperawatan. Keluarga juga berpartisipasi
dalam tindakan proses keperawatan yang telah dilakukan.
Implementasi yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien
adalah dengan mengajarkan teknik nonfarmakologis dengan melakukan teknik
relaksasi napas dalam dan melakukan kolaborasi pemberian obat analgesic.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien maka diberikan makanan
sedikit demi sedikit tapi sering sesuai dengan diet TKTP.
Evaluasi dari diagnosa keperawatan tidak ada masalah keperawatan yang tidak
teratasi maupun teratasi sebagian. Dan dari dokumentasi keperawatan tonsillitis yang
bernama Tn.A terlampir pada BAB III.
B. Saran
Jika dalam penulisan asuhan keperawatan ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami
mohon maaf. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
agar kami dapat membuat yang lebih baik lagi dikemudian hari.