Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PRE TONSILEKTOMI

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Di Susun Oleh:

KELOMPOK 10
FADIA PARADILLA (PO713201191011)
NUR HALISA (PO713201191026)
SITI NURHALISA (PO713201191040)

DIII KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin

Waldeyer. Penyebaran infeksi melalui udara ( air borne droplets), tangan dan ciuman.

Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak ( Soepardi, 2008). Masalah

kesehatan dari tonsil termasuk penyakit yang paling banyak ditemukan pada populasi

umum. Keluhan seperti nyeri tenggorokan, infeksi saluran pernapasan bagian atas

yang sering disertai dengan masalah pada telinga, adalah jumlah terbesar dari klien

yang datang berkunjung ke pelayanan kesehatan terutama anak-anak. Keluhan-

keluhan infeksi saluran pernafasan atas, sakit tenggorok dan penyakit- penyakit

telinga dapat disebabkan oleh karena gangguan dari tonsil. Lokasi tonsil pada saluran

pernafasan dan pencernaan menyebabkan ia tidak jarang terkena infeksi/menjadi

sarang (fokal) infeksi, serta bisa juga membesar dan mengganggu proses

menelan/pernafasan, sehingga tonsilitis kronis tanpa diragukan merupakan penyakit

yang paling sering dari semua penyakit tenggorokan yang berulang.

Banyak faktor lingkungan dan sosial diyakini bertanggung jawab terhadap

etiologi infeksi penyakit ini. Penelitian Universitas Sumatera Utara yang dilakukan di

Departemen THT Islamabad-Pakistan selama 10 tahun (Januari 1998- Desember

2007) dari 68.488 kunjungan klien didapati penyakit Tonsilitis Kronis merupakan

penyakit yang paling banyak dijumpai yakni sebanyak 15.067 (22%) penderita

(Awan, 2009). Sementara penelitian yang dilakukan di Malaysia pada poli THT.

Rumah Sakit Sarawak selama 1 tahun dijumpai 8.118 kunjungan klien dan jumlah

penderita penyakit Tonsilitis Kronis menempati urutan keempat yakni sebanyak 657
(8,1%) (Sing, 2007). Dalam analisa tentang kekambuhan penyakit-penyakit kronis

pada saluran nafas atas dilakukan penelitian terhadap total populasi lebih dari 3,5 juta

jiwa populasi di Amerika Serikat mendapatkan prevalensi penderita Tonsilitis Kronis

sebesar 15,9/1.000 penduduk (Otvagin, 2007). Menurut penelitian di Rusia mengenai

prevalensi dan pencegahan keluarga dengan Tonsilitis Kronis didapatkan data bahwa

sebanyak 84 (26,3%) dari 307 ibu-ibu usia reproduktif di diagnosa Tonsilitis Kronis

(Khasanov et al, 2006).

Menurut laporan HTA (2010) di Inggris, gejala sakit tenggorokan yang

mengakibatkan 90.000 prosedur tonsilektomy dilakukan, sekitar separuh di antaranya

adalah pada anak-anak, tonsilektomy telah meningkat sejak awal tahun 1990-an,

meskipun masih jauh lebih rendah dari tingkat pada tahun 1930-an, ketika seratus

ribu operasi telah dilakukan sekolah di inggris, adenoidectomy dilakukan dengan

tonsilektomy di sekitar sepertiga dari klien.Data dari National Center for Health

Statistic menunjukkan sebanyak 418.000 tonsilektomy dengan atau tanpa

adenoidektomi di Amerika Serikat pada tahun 1996 (Nelson et al., 2010). Data

nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomy atau adenotonsilektomy di Indonesia

belum ada. Di RSUP dr. SardjitoYogyakarta, selama 5 tahun terakhir (2006-2011)

sebanyak 332 kasus (Rekam medis RSUP dr. Sardjito Yogyakarta). Indikasi dan rata-

rata operasi tonsilektomy bervariasi antar negara (Wilson et al., 2012), tetapi tujuan

pokoknya adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup (Baugh et

al, 2012).

Data rekam medis jumlah klien dengan tonsilitis kronis pada 6 bulan terakhir dari

bulan September – Februari 2015 di RSUD Cengkareng sebanyak 57 klien, yang

dikategorikan anak – anak ( usia 5–18 tahun) sebanyak 37 klien, sedangkan dewasa

(usia ≤ 18 tahun ) sebanyak 20 klien. Sedangkan data dari rekam medis lantai 5 ruang
Mangga saja didapatkan jumlah klien yang menderita tonsilitis kronis pada 6 bulan

terakhir dari bulan September 2014 – Februari 2015 sebanyak 29 klien, yang dapat

dikatergorikan anak- anak ( usia 5-18 tahun ) sebanyak 20 klien dan dewasa ( usia ≤

18 tahun ) 9 klien.

Dilakukan observasi terhadap lima klien dengan tonsilitis kronis pro operasi

tonsilektomy di Ruang perawatan Umum lantai 5 didapatkan pengkajian dan

responden mempunyai kebiasaan makan makanan yang di goreng, makanan yang

mengandung pengawet dan pemanis buatan seperti permen dan ice cream dalam

waktu lama. Pada pengkajian status masa lalu didapat riwayat batuk, pilek atau

demam seringkali berulang setiap bulan atau bahkan sebulan dua kali. Dan masuk ke

rumah sakit dengan keluhan yang sama yaitu nyeri menelan dan sakit tenggorokan.

Ditemukan juga cemas tentang perawatan klien pre dan post tonsilektomy termasuk

diet yang disarankan untuk dikomsumsi.

Tonsilektomy adalah suatu pembedahan yang merupakan tindakan manipulasi

yang dapat menimbulkan trauma dengan risiko kerusakan jaringan. Komplikasi

mulai dari yang ringan bahkan sampai mengancam kematian atau gejala subyektif

pada klien berupa rasa nyeri post bedah dapat saja terjadi. Dalam hal ini perawat

sangat diharapkan tidak hanya terhadap keadaan fisik klien secara umum. Perawat

hendaknya menjelaskan bagaimana perawatan pre dan post tonsilektomy. Perawat

tertarik untuk mengambil Asuhan keperawatan pre dan post tonsilektomy di Ruang

Mangga RSUD Cengkareng.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Tonsil


Tonsilitis istilah penyakit yang sering ditemui dan dikenal banyak orang
dengan sebutan amandel, untuk mengetahui struktur dan fungsi organ tubuh yang di
serang penyakit tersebut berikut penjelasannya:
Tonsil atau amandel merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak mengandung
limfosit dan merupakan pertahanan infeksi. Tonsil terletak pada kerongkongan di
belakang kechus ujung lipatan belakang mulut. Ia juga bagian dari struktur yang
disebut Ring of Waldever (cincin waldeyer), kedua tonsil terdiri juga atas jaringan
limfe, letaknya di antara lengkung langit-langit dan mendapat persediaan limfosit
yang melimpah di dalam cairan yang ada pada permukaan dalam sel-sel tonsil. Fungsi
dari tonsil yaitu untuk menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta saluran
pencernaan dan invasi organisme pathogen dan beberapa dalam pembentukan
antibody. Anak-anak umumnya memiliki tonsil lebih besar dari pada remaja atau
orang dewasa.
Beberapa pasang tonsil merupakan bagian massa jaringan limfoid yang
mengelilingi hidung dan faring oral, yang disebut sebagai cincin tonsil waldeyer.
Tonsil palatin atau fausial terletak di kedua sisi orofaring, di belakang dan di bawah
pilar fauce (lubang mulut). Permukaan tonsil palatin biasanya dapat terlihat selama
pemeriksaan oral. Tonsil palatin adalah tonsil yang di buang ketika tonsillektomi.
Tonsil faringeal, disebut juga adenoid, terletak di atas tonsil palatin pada dinding
posterior nasofaring. Kedekatan jarak tonsil-tonsil ini ke hidung dan tuba eustacius
menyebabkan kesulitan jika terjadi inflamasi. Tonsil lingual terletak di bagian dasar
lidah. Tonsil tuba, ditemukan didekat lubang nasofaring posterior dari tuba eustacius,
bukan merupakan bagian dari cincin tonsilar Waldeyer. (L. Wonget al, 2009)
Tonsil terdiri atas beberapa bagian yaitu:
1. Tonsil palatine
Tonsil palatine adalah suatu masa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval
dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam jaringan tonsil.
2. Kapsul Tonsil
Bagian permukaan lateral tonsil ditutupi oleh suatu membran jaringan ikat
yang di sebut kapsul, walaupun para pakar anatomi menyangkal adanya kapsul
ini, tetapi para klinis menyatakan bahwa kapsul adalah jaringan ikat putih yang
menutupi 4/5 bagian tonsil.
3. Plika Triangolaris
Di antara pangkal lidah dan bagian anterior kutub bawah tonsil terdapat
plika embrio. Serabut ini dapat menjadi penyebab kesukaran saat pengangkatan
tonsil dengan jerat. Komplikasi yang sering terjadi adalah terdapatnya sisa tonsil
atau terpotongnya pangkal lidah.
4. Pendarahan
Tonsil mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri karotis eksterna yaitu:
a. Arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris
dan arteri palatine asenden.
b. Arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatine desenden.
c. Arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal.
d. Arteri faringeal asenden, kutub bawah tonsil.

Bagian anterior dipendarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian


fosterior oleh arteri palatine asenden di antara kedua daerah tersebut di perdarahi
oleh arteri tonsilkaris kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden
dan arteri palatine desenden.

5. Tonsil Faringeal (Adenoid)


Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut
tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah dengan celah atau
kantong di antaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daeah yang rendah di
bagian tengah di kenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus.
Adenoid terletak didinding belakang nasofaring jaringan adenoid di nasofaring
terutama di temukan ada dinding atas dan posterior walaupun dapat meluas ke
fosa rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada
masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal
antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regres
6. Tonsil Lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh
ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior masa ini terdapat
foramen sekum pada apeks yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata.
7. Imunologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosid.
Limfosit B membentuk kira-kira 50-60% dari limfoid tonsilar. Sedangkan
limfosid T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang.
(Soepardi, Efiary Arsyad, dkk 2007)

B. Pengertian Tonsilitis
Tonsilitis merupakan inflamasi atau peradangan yang terjadi pada tonsil, dapat
bersifat akut atau kronis dan biasanya merupakan infeksi virus: ringan dan durasi nya
singkat. (Bilotta et al, 2011)
Tonsilitis yaitu terdapat peradangan umum pembengkakan dari jaringan
tonsilia dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam
kripta. (Rospa & Sri Mulyani, 2011)
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil dan kriptanya. Tonsil merupakan
massa jaringan limfoid yang terletak dirongga faring. Tonsil menyaring dan
melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dan invasi organisme
pathogen dan beberapa dalam pembentukan antībody, meskipun ukuran tonsil
bervariasi. (L. Wonget al. 2009)
Kesimpulan dari beberapa pengertian tentang penyakit Tonsilitis di atas
adalah: Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang bersifat akut atau konis, terjadi
pembengkakan dari jaringan tonsila dengan mengumpulkan leukosit, sel-sel epitel
yang mati dan bakteri patogen dalam kriptanya. Tonsil terdiri dari banyaknya jaringan
limfoid yang disebut folikel, setiap folikel memiliki kanal (saluran) yang ujungnya
bermuara pada permukaan tonsil. Muara tersebut tampak oleh kita berupa lubang
yang disebut kripta.

C. Klasifikasi tonsillitis
1. Tonsilitis Akut (kurang dari 6 bulan)
Merupakan infeksi tonsil akut yang menimbulkan demam lemah, nyeri
tenggorokan, nyeri dan gangguan menelan, dengan gejala dan tanda setempat
radang akut.
2. Tonsilitis Kronis (lebih dari 6 bulan)
Merupakan infeksi yang paling sering ditemui diantara infeksi daerah faring.
Keluhan dan gejalanya hampir sama dengan tonsillitis akut, dan ini berulang kali.
Pada pemeriksaan didapatkan tonsil membesar dengan banyak kripta disertai
tumpukan nanah seperti keju di dalam kripta. (Firman Sriyono, 2006)

D. Etiologi
Etiologi atau penyebab tonsillitis yaitu:
1. Organisme penyebab biasanya bakteri gram-negatif.
2. Alergi dengan pembengkakan mukosa hidung dan aerasi yang buruk.
3. Abses akar dini mungkin merupakan faktor penunjang. 2.2.3.4 Tonsil disebabkan
oleh bakteri Streptokokus group A atau kelompok A Streptokokus beta hemolitik.
Dapat juga di sebabkan oleh bakteri lain atau virus atau dari oral anaerob. (Rospa
& Sri Mulyani, 2011)

E. Patofisiologi
Adanya kuman atau bakteri patogen yang menyerang bagian tonsil,
menimbulkan tonsil besar dan meradang, lama-kelamaan terjadi pembentukan eksudat
yang warnanya keabu-abuan atau kekuning-kuningan. Eksutdat ini menyatu dan
membentuk membrane, selanjutnya bisa menimbulkan selusitis tonsilia dan daerah
sekitarnya terjadi pembentukan abses peritonsilar dan beberapa kasus terjadi necrose
jaringan lokal. (Rospa & Sri Mulyani, 2011)

F. Tanda dan gejala


Tanda dan gejals pada tonsilitis akut menurut (Rospa & Sri Mulyani, 2011:109)
Gejala dan tanda yang sering di temukan adalah nyeri tenggorokan dan nyeri
waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri sendi-
sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga ini (otalagia). Rasa nyeri di telinga
ini karena nyeri alih (referred pain) melalui saraf nervus glosofaringeus (N.IX). Pada
pemeriksaan tonsil membengkak, hipermesis dan terdapat detritus terbentuk folikel.
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur
jarak antara kedua pilar anterior di bandingkan dengan jarak permukaan medial kedua
tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi:
T0 : Tonsil masuk di dalam fossa
T1 : <25% volume tonsil di bandingkan dengan volume orofaring
T2 : 25-50% volume tonsil di bandingkan dengan volume orofaring
T3 : 50-75% volume tonsil di bandingkan dengan volume orofaring
T4 : >75% volume tonsil di bandingkan dengan volume orofaring

G. Pemeriksaan Penujang
Menurut (Rospa & Sri Mulyani, 2011:110) yang diperlukan adalah:
1. Laboratorium
a. Kultur tenggorokan memperlihatkan organisme penyebab infeksi
b. Pemeriksaan darah, hitung leukosit serum biasanya memperlihatkan
leukositosis
2. Radiologi
a. Foto lateral jaringan lunak nasofaring
b. Foto polos

H. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Soepardi et al, 2007:223), penatalaksanaan medis pada tonsililitis dibagi 2
dengan pengobatan antibiotika dan pembedahan yaitu:
1. Pengobatan Antibiotika spektrum lebar selama 1 minggu memperbaiki hygiene
mulut, vitamin C vitamin B kompleks. Jika organism penyebab tonsillitis adalah
kelompok A streptokokus beta hemolik, dokter akan menggunakan penicillin,
meskipun antibiotik lainnya dapat digunakan untuk mencegah komplikasi, terapi
antibiotik terus dilanjutkan untuk 10-14 hari. Tonsillitis atau munculnya
komplikasi (hambatan dan tonsil yang membengkak atau abses sekitar tonsil).
2. Pembedahan untuk pengeluaran tonsil, Pembedahan dapat dilakukan bila
penderita telah bebas dan tonsilar atau infeksi saluran pernafasan untuk 3-4
minggu.

Penatalaksanaan pre operasi tonsilektomi:


A. Lakukan pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggokan secara seksama dan
dapatkan kultur yang diperlukan untuk menentukan ada tidak dan sumber infeksi.
B. Ambil specimen darah untuk pemeriksaan pre operasi, untuk menentukan adanya
resiko pendarahan: waktu, pembekuan, pulsan, masa protrombin, masa
tromboplastin parsial.
C. Lakukan pengkajian pre operasi
Perdarahan pada anak atau keluarga, kaji status dehidrasi, siapkan anak khusus
untuk menghadapi apa yang diharapkan pada masa pasca operasi, gunakan tehnik-
tehnik yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak (buku, boneka, gambar),
bicaralah pada anak tentang hal-hal baru yang akan di lihat di kamar operasi, dan
jelaskan, anjurkan orang tua tetap bersama anak dan membantu memberikan
perawatan.
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Kasus
Tn.A berusia 30 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan nyeri saat menelan.
Keluarga pasien mengatakan sudah kurang lebih 1 minggu yang lalu pasien mengeluh
ada ganjalan di tenggorokan dan amandelnya terasa sakit. Hasil pengkajian
didapatkan Tanda-tanda vital seperti TD = 110/80 mmHg, Nadi = 74x/menit,
Respirasi = 18 x/menit Suhu tubuh = 37ºC, Kesadaran compos mentis, GCS 4,5,6
(Respon membuka mata spontan, respon verbal baik, dan respon motorik mengikuti
perintah).

B. Pembahasan Kasus
a. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 25 Maret 2021 di ruang THT RSU Luramay
Makassar pukul 08.00 Wita.

1. Biodata
 Identitas pasien
Nama : Tn.A
Umur : 21 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Bugis,Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Alamat : Jalan Alauddin
Tanggal Masuk : 25 Maret 2021
No.Register : 99.18.00
Diagnosa Medis : Tonsilitis

 Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. F
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung

2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri saat menelan.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Ayah pasien mengatakan kurang lebih 1 minggu yang lalu pasien mengeluh
ada ganjalan ditenggorokan dan amandelnya terasa sakit, kemudian dibawa ke
Puskesmas Tamalate diberi obat dan kurang dari 4 hari berikutnya keluhan
tidak dirasakan lagi. Namun pada tanggal 24 Maret 2021 pasien merasakan
amandelnya sakit lagi dan nyeri saat menelan dan kembali dibawa ke
Puskesmas Tamalate dan dokter menganjurkan amandelnya segera dioperasi,
kemudian orang tua pasien memutuskan untuk masuk RSU Luramay
Makassar pada tanggal 25 Maret 2021.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Ayah pasien mengatakan bahwa pasien sering jajan makanan disekolah dan
sejak umur 5 tahun sudah ada amandelnya tetapi masih kecil. Pasien baru kali
ini masuk rumah sakit, pasien mengalami keluhan pada amandelnya kurang
lebih satu tahun yang lalu, keluarga pasien tidak mengetahui bahwa anaknya
telah menderita tonslitis kronik. Pasien tidak pernah menderita penyakit asma,
hipertensi, hepatitis dan penyakit menular lainnya.

 Riwayat penyakit keluarga


Ayah pasien mengatakan bahwa adik pasien menderita penyakit yang sama
seperti yang diderita pasien saat ini dan ibu dari orang tua pasien menderita
penyakit diabetes mellitus. Didalam keluarga pasien tidak ada yang
mengalami penyakit seperti asma, hipertensi,hepatitis dan penyakit menular
lainnya.

3. Pola Kesehatan Fungsional


a. Pola Aktivitas dan Istirahat
- Sebelum sakit  Aktivitas pasien sebelum sakit adalah Mahasiswa. Pasien
tinggal bersama ayah dan ibunya. Pasien mampu melakukan aktivitas secara
mandiri, pasien jarang tidur siang, tidur malam ± 8 jam, dan tidak ada keluhan
dengan tidur pasien.
- Selama sakit  Hanya berbaring, duduk ditempat tidur atau dilantai. Pasien
mengatakan ia dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain.
Tidur siang ± 1-2 jam, tidur malam ± 6-7 jam. Pasien kadang terbangun bila
nyeri.
b. Pola Nutrisi
- Sebelum sakit  Dirumah frekuensi makan 3 kali, jenis nasi putih, lauk dan
syaur, minum ± 7-8 gelas sehari. Pasien tidak mempunyai pantangan makanan.
Pasien menyukai hampir semua jenis makanan. Pasien menyukai makanan
yang manis dan minum es.
- Selama sakit  Frekuensi makan3 kali sehari dengan diet BB TKTP (Bubur
Biasa Tinggi Kalori Tinggi Protein). Pasien mengeluh nafsu makan menurun
dan nyeri saat menelan makanan. Porsi makanan yag disediakan hanya ½ saja
yang hanya dapat dihabiskan.
c. Pola Personal Hygiene
- Sebelum sakit  Pasien mandi dirumah 3 kali dalam sehari, gosok gigi 2 kali
sehari, keramas 2 hari sekali, ganti baju bila kotor, potong kuku bila panjang.
- Selama sakit  Mandi 1 kali sehari, gosok gigi 1 kali sehari, dan kuku pasien
tampak bersih.
d. Pola Eliminasi
- Sebelum sakit  Dirumah Buang Air Besar 2 kali sehari, konsistensi lembek,
masalah Buang Air Besar tidak ada. Buang air kecil ± 5-6 kali sehari, warna
kuning jernih.
- Selama sakit  Buang air besar 1 kali sehari, konsistensi lembek, keluhan saat
buang air besar tidak ada. Buang air kecil ± 3-4 kali sehari, warna kuning jernih
dan tidak ada masalah.
e. Pola Seksualitas
Pasien masih berusia 21 tahun dan belum menikah.

f. Pola Psikologis
Pasien kooperatif dengan perawat dan tenaga medis lainnya, hubungan pasien
dengan keluarga baik, terlihat ada keluarga yang mengunjungi pasien.
g. Pola Spiritual
Pasien beragama islam dan keluarga pasien selalu berdoa untuk kesembuhan
pasien.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Data Antropometri :
o TB = 160 cm
o BB = 60 kg
d. Tanda-Tanda Vital :
o TD = 110/80 mmHg
o Nadi = 74 x/menit
o Respirasi = 18 x/menit
o Suhu = 37 ºC
e. GCS : 15
f. Kepala dan Leher
Keadaan kulit kepala dan rambut bersih, rambut pasien berawrna hitam,
distribusi merata, tidak teraba pembesaran getah bening, pasien mengatakan
nyeri ketika menelan, nyeri pada awal tenggorokan dan nyeri menjalar ke
leher seperti berdenyut dengan skala 1 (ringan) rentang 0-5. Pasien tampak
meringis kesakitan ketika nyeri dirasakan. Pasien mengatakan nyeri
berlangsung selama 2-3 menit dengan frekuensi 5- 6 kali sehari.

g. Penglihatan dan mata


Kedua mata simetris, pergerakan bola mata baik atau normal, keadaan mata
cukup bersih, konjungtiva pasien tidak anemis, sclera tidak ikterik, pasien
tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

h. Hidung dan Penciuman


Keadaan cukup bersih, struktur hidung simetris, tidak ada sekret atau darah
yang keluar dari hidung pasien. Fungsi penciuman pasien baik (pasien dapat
membedakan bau kapas yang diberi alkohol dan tidak), pasien tidak
menggunakan NGT.
i. Pendengaran dan Telinga
Keadaan struktur kiri dan kanan simetris, kebersihan cukup bersih, tidak ada
sekret atau pendarahan, fungsi pendengaran baik, pasien dapat mendengarjan
detak arloji yang didekatkan ke telinga, pasien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.

j. Mulut dan Gigi


Kebersihan mulut bersih, keadaan gigi utuh, keadaan gusi normal tidak ada
perdarahan, keadaan lidah bersih, dan mukosa bibir agak kering. Pasien
mengatakan terasa bengkak pada awal tenggorokannya. Keadaan tonsil
membersar derajat T3 kiri dan kanan, warna merah dengan sedikit push,
kemampuan bicara seperti tertahan.

k. Dada, pernapasan dan sirkulasi


Bentuk dada pasien simetris, tidak ada keluhan nyeri dada, tidak ada trauma
dada. Pasien tidak mengeluh sesak napas, tidak menggunakan alat bantu
pernapasan. Frekuensi napas pasien 16x/menit. Tidak terdapat bunyi napas
tambahan seperti wheezing atau ronkhi. Bunyi jantung normal, S1 S2 tunggal
dan irama jantung reguler. CRT kembali < 2 detik.

l. Abdomen
Keadaan cukup bersih, tidak ada edema atau asites, tidak ada nyeri tekan pada
abdomen, tidak ada pembesaran hati, saat diperkusi terdengar timpani bising
usus 8x/menit.

m. Kulit dan Kuku


Keadaan kulit pasien cukup bersih, warna kulit pasien sawo matang, turgor
kulit elastis saat dicubit kembali kurang dalam 2 detik, tidak ditemukan ikterik
dan sianosis.

n. Genetalia dan Reproduksi


Pasien berjenis kelamin laki-laki. Pasien tidak mengeluh nyeri saat BAK dan
BAB.

o. Ekstremitas Atas dan Bawah


Struktur ekstremitas atas dan bawah antara kiri dan kanan tampak simetris,
tidak ada kelainan bentuk. Pada ekstremitas kiri atas terpasang infus RL 16
tetes/menit. Skala kekuatan otot pasien 5 (gerakan normal penuh menentang
gravitasi).

5. Pemeriksaan Diagnostik dan Pengobatan


a) Pemeriksaan Laboratorium tanggal 25 Maret 2021
Jenis pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Hematologi
Hb 14,5 11,00-16,00 g/dl
Leukosit 8,9 4,0-10,5 ribu/ul
Eritrosit 5,23 4,00-5,50 juta/ul
Hematokrit 40,4 32,00-44,00 vol %
Trombosit 426 150-450 ribu/ul

Kimia
Gula darah puasa 91 70-105 mg/dl
SGOT 40 0-46 u/l
SGPT 4,5 0-45 u/l
Albumin 4,5 3,5-5,5 g/dl

Elektrolit
Natrium 140 135-146 mmol/l
Kalium 4,2 3,4-5,4 mmol/l
Chlorida 107 95-100 mmol/l

b) Pengobatan Tanggal 26 Maret 2021


o Infus RL 18 tetes/menit. Indikasi : memberikan kebutuhan volume cairan
tubuh yang hilang ( cairan elektrolit ) melalui intravena.
o Cefadroxil 3 x 1. Indikasi : Infeksi saluran pernapasan seperti tonsilitis
dengan pemberian obat secara oral.

6. Data Fokus Pre Tonsilektomi


Pre operasi tanggal 25 Maret 2021
a) Data Subjektif
o Pasien mengatakan nyeri ketika menelan, nyeri pada awal tenggorokan
dan nyeri menjalar ke leher ( seperti ditusuk-tusuk).
o Pasien mengatakan terasa bengkak pada awal tenggorokan.
o Pasien mengatakan nyeri berlangsung 2-3 menit dengan frekuensi 5-6
kali sehari.
o Pasien mengatakan nafsu makan menurun.
o Skala nyeri 1(ringan) rentan 0-5.

b) Data Objektif
o Inspeksi
Pasien nampak tidak nafsu makan, penurunan berat badan ±1 kg dari
60 kg menjadi 59 kg. TB 160 cm. Tampak porsi makanan yang
disediakan hanya ½ saja yang dapat dihabiskan. Tampak meringis
kesakitan ketika nyeri dirasakan, tonsil membesar derajat 3 (T3) pada
kiri dan kanan, tonsil tampak merah dan sedikit push. Respirasi =
24x/menit

o Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada daerah leher, akral teraba hangat, temperatur
: 37ºC, nadi : 74x/menit.

o Perkusi
Suara abdomen timpani.

o Auskultasi
Tekanan darah = 110/80 mmHg dan peristaltik usus 8x/menit.

7. Data Fokus THT


a) Pada telinga
o Bentuk telinga : simetris kiri dan kanan
o Kondisi telinga :
1. Daun telinga = bentuk dan letak telinga simetris
2. Liang telinga = pada liang telinga serumen minimal
3. Vertigo = tidak ada
4. Fungsi pendengaran = pasien dapat mendengar suara bisikan. Pada
pemeriksaan tes wiber dan rine +/+. Hantaran suara terdengar baik.

b) Inspeksi pada hidung


o Bentuk hidung : simetris kiri dan kanan
o Pemeriksaan hidung luar : tidak terdapat kelainan
o Rhinoskopi anterior : mukosa normal, warna merah muda, sputum
normal, terletak ditengah dan lurus.
o Potensi hidung : adalah tes ada tidaknya sumbatan pada rongga hidung
bagian bawah, normal dan tidak ada kelainan.

c) Inspeksi pada tenggorokan


o Keadaan mulut : keadaan gigi masih utuh, tidak ada stomatitis, lidah
tidak kotor.
o Bibir : normal tidak ada kelainan, mukosa bibir agak kering.
o Kedudukan trakea : normal, tidak bergeser kearah satu sisi.
o Kesulitan atau gangguan bicara : kemampuan bicara seperti tertahan.
o Tonsil : membesar derajat T3 kiri dan kanan, warna merah dengan
sedikit push.

b. Analisa Data Pre Operasi


Berdasarkan hasil dari pengkajian dan analisis data maka muncullah diagnosis masalah
pada pasein seperti tabel dibawah ini :

No Data Masalah Etiologi


1 DS : Nyeri akut Agen pencedera
o Pasien mengatakan nyeri ketika fisiologis
menelan. (inflamasi pada
tonsil)
o P : Nyeri saat menelan

Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk


R : Pasien mengatakan nyeri
pada awal tenggorokan dan
menjalar ke leher.
S : Skala nyeri 1 (ringan)
T : Waktunya 2-3 menit

DO :
o Tonsil membesar derajat T3
pada kiri dan kanan.

o Tonsil merah dan sedikit push.

o Pasien tampak meringis


kesakitan ketika nyeri
dirasakan.

o Tanda-tanda vital :

TD = 110/80 mmHg

2 Nadi = 74 x/menit
Respirasi = 18 x/menit Defisit nutrisi Ketidakmampuan
Suhu tubuh = 37ºC. menelan
makanan
DS :
o Pasien mengatakan nyeri saat
menelan.

o Pasien mengeluh nafsu makan


menurun.

DO :
o Pasien tampak lemah

o Penurunan BB ± 1 kg dari 60
kg menjadi 59 kg. TB = 160
cm.

o Tampak porsi makan yang


disediakan hanya ½ saja yang
dapat dihabiskan.

Berdasarkan analisis data pre operasi (25 Maret 2021) maka muncul prioritas masalah
yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi pada tonsil).
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.

c. Rencana Asuhan Keperawatan


Berdasarkan prioritas masalah pre operasi tonsilektomi yang sudah ditentukan, maka
rencana asuhan keperawatan yang sudah direncanakan dan dibuat dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :

No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut Nyeri berkurang o Identifikasi lokasi, o Untuk
berhubungan atau hilang karakteristik, durasi, mengevaluasi
dengan agen setelah dilakukan frekuensi,kualitas, nyeri,
pencedera tindakan dan intensitas nyeri. menentukan
fisiologis keperawatan intervensi dan
(inflamasi selama 1x24 jam menentukan
pada tonsil) dengan kriteria efektivitas terapi.
hasil :
o Identifikasi skala o Untuk
o Keluhan
nyeri. mengevaluasi
nyeri
nyeri
menurun ke
0 atau tidak o Ajarkan teknik o Relaksasi

ada nyeri nonfarmakologis mengurangi


untuk mengurangi ketegangan otot
o Meringis
rasa nyeri (terapi dan distraksi
menurun
relaksasi napas mengalihkan
o Tekanan dalam) perhatian pasien
darah dari rasa sakit.
membaik
o Monitor tanda-tanda o Untuk
(normal vital mengetahui
120/80 perkembangan
mmHg) pasien.

o Tonsil tidak o Kolaborasi dalam o Terapi analgetik


merah dan pemberian analgetik dapat
tidak ada dan antibiotic. mengurangi
push. nyeri dan
antibiotic dapat
mengurangi
inflamasi.

2 Deficit nutrisi
berhubungan
dengan Deficit nutrisi o Monitor berat badan o Memberikan

ketidakmamp adekuat dalam 1 x informasi


uan menelan 24 jam perawatan berhubungan
makanan dengan kriteria dengan
hasil : kebutuhan
o Porsi makan nutrisi.
o Ajarkan diet yang
yang
diprogramkan (porsi o Sedikit tapi
dihabiskan
kecil tapi sering) sering akan
meningkat
toleransi
o Nafsu makan terhadap
o Sajikan makanan
membaik lambung.
secara menarik dan
o Pasien tidak suhu sesuai. o Untuk
lemah lagi menambah nafsu
makan pasien.

o Kolaborasi o Menghilangkan
pemberian medikasi atau menurunkan
sebelum makan ketegangan nyeri
(antimietik). atau spasme.
d. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Pre Operasi Tonsilektomi
Berdasarkan rencana keperawatam yang sudah dibuat dan dilaksanakan pada
implementasi serta evaluasi tindakan maka dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No Hari/Tanggal Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Kamis, 25 14.00 Nyeri akut b.d 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Pasien mengatakan nyeri
Maret 2021 agen pencedera karakteristik, durasi, sudah berkurang
fisiologis frekuensi,kualitas, dan
(inflamasi pada intensitas nyeri. O:
tonsil) P : Nyeri saat menelan
Hasil :
Q : Nyeri seperti berdenyut
P: Pasien masih
R : Nyeri pada awal
merasakan nyeri saat
tenggorokan dan menjalar ke
menelan.
leher.
Q : Nyeri seperti ditusuk-
S : Skala nyeri 2 (ringan)
tusuk
T : Sewaktu-waktu
R : Pasien mengatakan
nyeri pada awal
A : Masalah nueri akut
tenggorokan dan menjalar
teratasi
ke leher.
S : Skala nyeri 2
P : Intervensi dihentikan
(sedang)
T : Waktunya 2-3 menit.
14.10

2. Mengidentifikasi skala
nyeri.
TTD :
Hasil : Skala nyeri yaitu 2

14.30 (sedang)

3. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(terapi relaksasi napas
dalam)

Hasil : Pasien tampak


15.00
mengikuti anjuran
perawat.

4. Memonitor tanda-tanda
vital

Hasil :
TD : 110/80 mmHg

15.10 N : 74 x/menit
R : 18 x/menit
T : 37ºC

5. Melakukan kolaborasi
dalam pemberian
analgetik dan antibiotic.

Hasil : Pasien
mengonsumsi obat sesuai
anjuran pengobatan.
2 Kamis, 25 16.20 Deficit nutrisi 1. Memonitor berat badan S:
Maret 2021 b.d Keluarga pasien mengatakan
Hasil : BB 60 kg
17.00 ketidakmampuan pasien hanya memakan ½
2. Mengajarkan diet yang
menelan dari porsi makanan yang
diprogramkan (porsi kecil
makanan disediakan.
tapi sering)

Hasil : Pasien tampak O:


menghabiskan ½ porsi 1. Pasien nampak tidak
makan yang disediakan. nafsu makan.
17.10
2. Makanan yang
3. Menyajikan makanan
dihabiskan hanya ½
secara menarik dan suhu
dari porsi yang
sesuai. disediakan.

Hasil : Pasien tampak 3. Berat badan 60 kg


menghabiskan ½ porsi
17.25 4. Tanda-tanda vital :
makan yang disediakan.
TD : 110/80 mmHg

4. Melakukan kolaborasi N : 74 x/menit

pemberian medikasi R : 18 x/menit

sebelum makan S : 37ºC

(antimietik).
A:
Hasil : Pasien
Masalah deficit nutrisi belum
mengonsumsi obat sesuai
teratasi.
anjuran pengobatan.

P:
Intervensi dilanjutkan 1,2,3
dan 4.
TTD :

3 Home Care 16.00 Deficit nutrisi 1. Memonitor berat badan S:


Minggu, 28 b.d Keluarga pasien mengatakan
Hasil : BB 61,5 kg
Maret 2021 16.20 ketidakmampuan pasien hanya makan bubur.
2. Mengajarkan diet yang
menelan
diprogramkan (porsi kecil
makanan O:
tapi sering)
1. Nafsu makan pasien
Hasil : Pasien makan nasi sudah kembali
lembek atau bubur dan normal.
dapat menghabiskan ½
2. Tampak makanan
dari porsi makanan yang
yang disediakan
disediakan orang tuanya.
dapat dihabiskan
pasien.

3. Frekuensi makan
pasien 2-3 kali sehari
4. Berat badan 61,5 kg

5. Tanda-randa vital :

TD : 100/70 mmHg
N : 60 x/menit
R : 18 x/menit
S : 36ºC

A:
Masalah deficit nutrisi
teratasi sebagian.

P:
Intervensi dilanjutkan
1,2,3,dan 4

TTD :

4 Senin, 29 16.00 Deficit nutrisi 1. Memonitor berat badan S :


Maret 2021 b.d Keluarga pasien mengatakan
Hasil : BB 61,5 kg
16.20 ketidakmampuan nafsu makan pasien sudah
2. Mengajarkan diet yang
menelan baik, pasien makan terus.
diprogramkan (porsi kecil
makanan
tapi sering)
O:
Hasil : Pasien makan nasi 1. Nafsu makan pasien
lembek atau bubur dan sudah kembali normal.
porsi dapat dihabiskan
2. Tampak makanan yang
dari porsi yang disediakan
disediakan dihabiskan
orang tuanya.
oleh pasien.

3. Frekuensi makan 3 kali


sehari.
4. Berat badan 61,5 kg

5. Tanda-tanda Vital :

TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36ºC.

A : Masalah deficit nutrisi


teratasi.

P : Intervensi dihentikan

TTD :

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian data yang dilakukan pada tanggal 25 maret 2021 mendapatkan hasil
mengenai gambaran kesehatan pada Tn.A dengan gangguan menelan, pengkajian yang kami
lakukan pada pasien ternyata memiliki kesamaan dengan pengkajian secara teoritis.
Pengkajian merupakan langkah awal dari peroses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data, baik data subjektif maupun objektif. Data subjektif diperoleh
berdasarkan hasil wawancara baik dengan klien maupun dengan orang lain/keluarga klien.
Sedangkan data objektif diperoleh berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan fisik.
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn.A mulai dikaji pada
tanggal 25 maret 2021 di ruang THT RSU Luramay Makassar maka didapatkan data sebagai
berikut:
pengkajian yang dilakukan pada jam 08.00 WITA diketahui keluhan utama pasien saat
datang ke RS adalah nyeri saat menelan pasien mengatakan sudah kurang lebih 1 minggu
yang lalu, amandelnya terasa sakit seperti ada ganjalan ditenggorokannya. Hasil pengkajian
didapatkan TTV TD = 110/180 mmHg, N= 74x/menit, RR= 18x/menit S= 37 o C, kesadaran
Compos mestis, GCS 4,5,6. Pasien mengatakan bahwa adik pasien menderita penyakit yang
sama seperti yang dideritanya saat ini dan ibu dari orang tua pasien menderita penyakit
diabetes Melitus.
Berdasarkan data dan penjelasan diatas maka dirumuskan diagnose keperawatan sesuai
dengan data yang didapatkan saat pengkajian Tn.A dengan kasus Tonsilitis kronis.
B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia


status kesehatan atau resiko perubahan pola dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi mencegah dan merubah.
Berdasarkan analisis data pre operasi (25 maret 2021) maka muncul prioritas masalah yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pendcedera fisiologis (inflamasi pada tonsil).
2. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan.

C. Intervensi keperawatan

Perencanaan Keperawatan adalah deskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan


oleh pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Tindakan atau perencanaan
keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan dan
tujuan pemulangan.
Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan dengan menggunakan kaidah yang
sesuai dengan sistematis SMART yaitu specific (khusus), Measurable (dapat diukur),
Archievable (dapat tercapai), Time (waktu).
Berdasarkan prioritas masalah pre operasi tonsilektomi yang sudah ditentukan, maka rencana
asuhan keperawatan pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(inflamasi pada tonsil) adalah:
A. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas, dan intensitas nyeri.
B. Identifikasi skala nyeri.
C. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (terapi relaksasi napas
dalam).
D. Monitor tanda-tanda vital.
E. Kolaborasi dalam pemberian analgetik dan antibiotic.

Adapun rencana asuhan keperawatan pada diagnosa deficit nutrisi berhubungan dengan
ketidak mampuan menelan makanan adalah:
1. Monitor berat badan.
2. Ajarkan diet yang diprogramkan (porsi kecil tapi sering).
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu sesuai.
4. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (antimietik).

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
diharapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan manifestasi koping.
Komunikasi yang digunakan dalah komunikasi terapeutik dan menjalin hubungan saling
percaya, sehingga klien dan keluarga merasa nyaman saat dilakukan tindakan keperawatan
terhadapnya. Asuhan keperawatan berupa tindakan yang telah dilakukan kepada klien selama
perawatan dengan diagnose sebagai berikut:
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi pada tonsil).
Berdasarkan data yang didapatkan saat pengkajian, didapatkan:
Data Subjektif (DS):
Pasien mengatakan nyeri ketika menelan.
P : Nyeri saat menelan
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Pasien mengatakan nyeri pada awal tenggorokan dan menjalar ke leher
S : Skala nyeri 1 (ringan)

T : Waktunya 2-3 menit

Adapun implementasi nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


(inflamasi pada tonsil), yaitu:
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas, dan intensitas nyeri.
Hasil :
P: Pasien masih merasakan nyeri saat menelan.
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Pasien mengatakan nyeri pada awal tenggorokan dan menjalar ke leher.
S : Skala nyeri 2 (sedang)
T : Waktunya 2-3 menit.
2. Mengidentifikasi skala nyeri.
Hasil : Skala nyeri yaitu 2 (sedang)
3. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (terapi relaksasi napas
dalam)
Hasil : Pasien tampak mengikuti anjuran perawat.
4. Memonitor tanda-tanda vital
Hasil :
TD : 110/80 mmHg
N : 74 x/menit
R : 18 x/menit
T : 37ºC

Data Objektif (DO) :

1. Tonsil membesar derajat T3 pada kiri dan kanan.


2. Tonsil merah dan sedikit push.
3. Pasien tampak meringis kesakitan ketika nyeri dirasakan.
4. Tanda-tanda vital :
TD = 110/80 mmHg
Nadi = 74 x/menit
Respirasi = 18 x/menit
Suhu tubuh = 37ºC.

Relaksasi napas dalam adalah satu bentuk aktiivitas yang dapat membantu mengatasi nyeri
dan stress. Teknik relaksasi ini melibatkan pergerakan badan secara mudah dan dapat
dilakukan dimana saja . menurut beberapa penelitian , orang yang rajin memperaktekkan
relaksasi cederung lebih tenang.

Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan. Berdasarkan data
yang didapatkan saat pengkajian, didapatkan:
Data Subjektif (DS):
a. Pasien mengatakan nyeri saat menelan.
b. Pasien mengeluh nafsu makan menurun.
Data Objektif (DO) :

1. Pasien tampak lemah.


2. Penurunan BB ± 1 kg dari 60 kg menjadi 59 kg. TB = 160 cm.
3. Tampak porsi makan yang disediakan hanya ½ saja yang dapat dihabiskan.
Adapun implementasi deficit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan
makanan, yaitu:
a. Memonitor berat badan
Hasil : BB 60 kg
b. Mengajarkan diet yang diprogramkan (porsi kecil tapi sering)
Hasil : Pasien tampak menghabiskan ½ porsi makan yang disediakan.
c. Menyajikan makanan secara menarik dan suhu sesuai.
Hasil : Pasien tampak menghabiskan ½ porsi makan yang disediakan.
d. Melakukan kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (antimietik).
e. Hasil : Pasien mengonsumsi obat sesuai anjuran pengobatan.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi Keperawatan adalah fase akhir dalam proses keperawatan dengan cara
perawat dapat memberikan pendapat pada kuantitas dan kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan. Evaluasi keperawatan menunjukkan penilaian tentang keefektifan atau
keberhasilan struktur, proses dan hasil berdasarkan norma dan kriteria.
Evaluasi tindakan keperawatan didasarkan pada respon klien yang dinilai secara SOAP
dan berdasarkan beberapa diagnose sebagai berikut:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan
menggunakan metode SOAP untuk diagnose Nyeri akut berhubungan dengan agen
pendcedera fisiologis (inflamasi pada tonsil), yaitu:
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O:
P : Nyeri saat menelan
Q : Nyeri seperti berdenyut
R : Nyeri pada awal tenggorokan dan menjalar ke leher.
S : Skala nyeri 2 (ringan)
T : Sewaktu-waktu
A : Masalah nueri akut teratasi
P : Intervensi dihentikan

Untuk diagnose Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan,
yaitu:
S :
Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien sudah baik, pasien makan terus.
O:
1. Nafsu makan pasien sudah kembali normal.
2. Tampak makanan yang disediakan dihabiskan oleh pasien.
3. Frekuensi makan 3 kali sehari.
4. Berat badan 61,5 kg
5. Tanda-tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36ºC.

A : Masalah deficit nutrisi teratasi.

P : Intervensi dihentikan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas bahwa tonsillitis merupakan inflamasi yang terjadi pada
tonsil, dapat bersifat akut atau kronis dan biasnaya merupakan infeksi virus : ringan
dan durasinya singkat. Tonsillitis dapat dijumpai pada anak dan dewasa.

Berdasarkan Asuhan Keperawatan Pada Tn.A yang terlampir pada BAB III, dapat
disimpulkan bahwa pasien dengan diagnosis Tonsilitis kronis yang disebabkan
bakteri, kemungkinan didapatkan karena kebiasaan jajan di sekolah maupun
dikampus. Pasien dirawat di RSU Luramay Makassar diruang THT. Pasien sangat
kooperatif pada saat dilakukan proses keperawatan. Keluarga juga berpartisipasi
dalam tindakan proses keperawatan yang telah dilakukan.

Berdasarkan hasil pengkajian biopsikososial dan spiritual, pasien mengeluh nyeri


saat menelan. Pasien dirawat dirumah sakit dan telah menjalani operasi
tonsilektomi. Selanjutnya melakukan perawatan dirumah selama 2 hari sesuai
dengan proses keperawatan maka didapatkan 2 diagnosis keperawatan pre operasi
tonsilektomi yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi pada
tonsil).
2. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.

Implementasi yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien
adalah dengan mengajarkan teknik nonfarmakologis dengan melakukan teknik
relaksasi napas dalam dan melakukan kolaborasi pemberian obat analgesic.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien maka diberikan makanan
sedikit demi sedikit tapi sering sesuai dengan diet TKTP.

Evaluasi dari diagnosa keperawatan tidak ada masalah keperawatan yang tidak
teratasi maupun teratasi sebagian. Dan dari dokumentasi keperawatan tonsillitis yang
bernama Tn.A terlampir pada BAB III.

B. Saran
Jika dalam penulisan asuhan keperawatan ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami
mohon maaf. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
agar kami dapat membuat yang lebih baik lagi dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai