Valuta Asing Presentasi
Valuta Asing Presentasi
Internasional
Disusun oleh:
Agastya Swastika Adi (02)
Daniel Manurung (09)
Mardame P P Sormin (21)
Muhammad Zaky M (23)
Rika Mudya Wulandari (30)
Yusuf Nur Febrianto (37)
atas
rahmat-Nya
lah
kami
dapat
menyelesaikan
baik
pada
teknis
penulisan
maupun
materi,
tanpa campur tangan pemerintah. Kurs yang ditentukan oleh pasar tanpa
campur tangan pemerintah.
3. Kurs mengambang terkendali
Sistem kurs yang ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran
namun pemerintah dapat juga mempengaruhi nilai tukar melalui intervensi
pasar. kurs penentuan kurs valas yang terjadi karna adanya campur
tangan pemerintah yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valas
melalui berbagai kebijakannya di bidang moneter, fiskal, dan perdagangan
luar negeri.
2. Kurs Mata Uang Asing
Dalam suatu transaksi internasional tidak dapat dihindari adanya
kemungkinan penggunaan mata uang yang berbeda dengan mata uang
dasar (base curency) yang dipakai sebagai pengukur transaksi wajib pajak
dalam pembukuan. Sesuai dengan pasal 28 ayat (4) UU KUP pengukuran
transaksi dalam pembukuan harus dengan menggunakan satuan mata
uang Rupiah. Padahal dalam transaksi internasional nilai yang disepakati
para pihak bisa jadi menggunakan mata uang asing, misalnya Dollar
Amerika Serikat, Euro, Yen dan lain sebagainya. Ketika wajib pajak
mengonversi transaksi dengan mata uang asing ini ke mata uang Rupiah,
nilai kurs konversi yang digunakan akan mempengaruhi kewajiban pajak
yang harus dibayar.
Untuk kepentingan pemajakan dikenal beberapa jenis kurs
konversi, di
antaranya :
a. Kurs Bank Indonesia. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter
mengeluarkan nilai kurs konversi. Kurs konversi yang dikeluarkan
oleh BI ada dua yaitu kurs jual dan kurs beli. Dalam praktek dikenal
istilah kurs tengah. Kurs tengah adalah rata-rata kurs jual dan kurs
beli yang dihitung kurs jual ditambah dengan kurs beli kemudian
dibagi dua.
Contoh :
Kurs Transaksi Bank Indonesia tanggal 29 Juni 2010 adalah
sebagai berikut:
Kurs beli Rp 8988,00 untuk dolar Amerika Serikat (USD) 1.00
Kurs jual Rp 9078,00 untuk dolar Amerika Serikat (USD) 1.00
Maka kurs tengah bank Indonesia adalah Rp9.033,00 atau (8.988 +
9.078):2
b.
pasal 22, PPh pasal 23 , PPh pasal 26 dan PPh Final pasal 4 ayat
(2).
Contoh:
Kurs Pajak yang Berlaku dari 27 Februari 2013 - 5 Maret
2013 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor Keputusan
Menteri Keuangan No. 12/KM.11/2013 tanggal 26 Februari 2013.
9.707,00
9.999,37
9.533,49
1.725,32
1.251,59
3.129,07
8.134,08
1.726,60
14.815,21
7.837,07
1.521,86
10.464,87
10.380,71
11,26
178,95
34.346,47
98,92
238,56
2.588,34
76,28
325,11
7.837,71
12.871,48
1.555,88
8,96
2)Kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang sebenarnya berlaku pada
akhir tahun, pembebanannya dilakukan pada setiap akhir tahun
berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang sebenarnya
berlaku pada akhir tahun.
Kerugian yang terjadi karena selisih kurs, dapat diakui sebagai pengurang
penghasilan sepanjang Wajib Pajak tersebut mempunyai sistem
pembukuan yang diselenggarakan secara taat asas, sesuai dengan bukti
dan keadaan yang sebenarnya, dan dalam rangka kegiatan usahanya
atau berkaitan dengan usahanya.
Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 memperjelas
perlakuan PPh atas keuntungan atau kerugian selisih kurs ini, terutama
dalam hal selisih kurs yang terkait dengan penghasilan yang dikenakan
PPh Final dan penghasilan yang bukan objek pajak.
Pasal 9 ayat (1) menegaskan kembali prinsip umum sebagaimana sudah
dinyatakan dalam Undang-undang PPh, yaitu bahwa keuntungan atau
kerugian selisih kurs mata uang asing diakui sebagai penghasilan atau
biaya berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara
taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di
Indonesia.
Pasal 9 ayat (2) menegaskan bahwa keuntungan atau kerugian selisih
kurs yang terkait langsung dengan kegiatan usaha Wajib Pajak yang
dikenakan PPh final atau yang bukan objek pajak, tidak diakui sebagai
penghasilan atau biaya.
Contoh:
PT A bergerak di bidang penyewaan apartemen. Sesuai dengan kontrak,
sewa apartemen tiap bulan adalah sebesar US$1,000 dan diterbitkan
invoice setiap tanggal 1.
Pada tanggal 1 September 2010 PT A menerbitkan invoice sebesar US$
1,000 kepada penyewa. Pada tanggal tersebut, kurs yang berlaku adalah
Rp9.000,00 per 1 US$. Pada tanggal 1 September 2010 tersebut PT A
mengakui penghasilan atas sewa apartemen sebesar Rp9.000.000,00
(US$ 1,000 x Rp9.000,00).
Pada tanggal 15 September 2010 penyewa membayar sewa apartemen.
Pada tanggal tersebut, kurs yang berlaku adalah Rp8.700,00 per 1 US$,
sehingga nilai sewa yang dibayar adalah sebesar Rp8.700.000,00 (US$
1,000 x Rp8.700,00).
Contoh:
PT A yang bergerak di bidang penyewaan apartemen, pada bulan
September 2010 mendapatkan pinjaman sebesar US$ 10,000,000 yang
digunakan masing-masing sebesar US$ 9,000,000 untuk membangun
apartemen, dan sebesar US$ 1,000,000 untuk membeli alat transportasi
yang akan dipergunakan untuk usaha jasa angkutan.
Atas keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing yang berasal
dari pinjaman sebesar US$ 1,000,000 tersebut dapat diakui sebagai
penghasilan atau biaya karena:
* tidak berkaitan langsung dengan usaha PT A di bidang penyewaan
apartemen yang atas penghasilannya dikenai PPh final; dan
* merupakan pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan lainnya berupa usaha jasa angkutan yang dikenai tarif umum
Pasal 17 UU PPh.
Contoh
PT ABC sebuah melakukan ekspor sejumlah garmen ke XYZ Inc sebuah
perusahaan yang berkedudukan di Amerika senilai USD 100,000.00
tanggal 11 Mei 2010 saat nilai kurs transaksi USD1.00 sama dengan Rp
9.073. Pelunasan pembayaran baru diterima PT ABC tanggal 3 Juni 2010
saat nilai kurs transaksi USD1.00 sama dengan Rp 9.190. Penghitungan
keuntungan (kerugian) selisih kurs sebagai berikut :
100,000
9.190
Rp
100,000
9.073
Rp
= Rp 11.700.000
Contoh:
PT ABC sebuah melakukan ekspor sejumlah garmen ke XYZ Inc sebuah
perusahaan yang berkedudukan di Amerika senilai USD 100,000.00
tanggal 23 Desember 2009 saat nilai kurs transaksi USD1.00 sama
dengan Rp 9.505,00. Pelunasan pembayaran baru diterima PT ABC
tanggal 5 Januari 2010 saat nilai kurs transaksi USD1.00 sama dengan
Rp 9.308,00. Diketahui Kurs Bank Indonesia pada tanggal 31 Desember
2009 sebagai berikut:
Dalam kasus ini pada tanggal neraca yaitu 31 Desember 2009 nilai
piutang PT ABC atas penjualan ekspor dalam mata uang asing dilaporkan
ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank
Indonesia. Kurs tengah BI pada tanggal 31 Desember 2009 sebesar
9.400,00 yaitu (9.447,00 + 9.353,00) : 2. Dengan demikian pada tanggal
31 Desember 2009 akan diakui keuntungan (kerugian) selisih kurs mata
uang asing dengan penghitungan sebagai berikut :
31 Desember 2009 (tanggal neraca)
100,000
x
9.400
=
Rp
940.000.000
23 Desember 2009 (tanggal transaksi) 100,000
x
9.505
=
Rp
950.500.000