Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA

Lunturnya Nilai Pancasila Di Dalam Diri


Generasi Muda

Disusun oleh :
Elza Reskiana
Fakultas ekonomi
Manajemen 1D

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL


TAHUN 2014

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
Lunturnya Nilai Pancasila di Dalam Diri Generasi Muda. Makalah ini
penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Nurcholis, M.Pd
sebagai Dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila karena beliau telah
membimbing dan bersedia membagikan ilmunya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyusun makalah ini. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada orang tua yang selalu mendoakan penulis, dan pihak-pihak lain
yang turut membantu penyusunan makalah ini sehingga dapat dinikmati
oleh pembaca.
Akhir kata, penulis bersedia menerima baik kritik maupun saran
yang dapat membangun baik penulis maupun pembaca agar dapat berkarya
dengan baik lagi. Selain itu penulis meminta maaf

jika terdapat

kekurangan dalam makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat,


Terima kasih.

Tegal, 26 September 2014

LUNTURNYA NILAI PANCASILA DI DALAM DIRI


GENERASI MUDA
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Jika dibandingkan pemahaman masyarakat tentang Pancasila dengan
lima belas tahun yang lalu, sudah sangat berbeda, saat ini sebagian
masyarakat cenderung menganggap Pancasila hanya sebagi suatu simbol
negara dan mulai melupakan nilai-nilai filosofis yang terkandung di
dalamnya.
Lunturnya nilai-nilai Pancasila pada sebagian masyarakat dapat
berarti awal sebuah malapetaka bagi bangsa dan negara kita. Fenomena itu
sudah bisa kita saksikan dengan mulai terjadinya kemerosotan moral,
mental dan etika dalam bermasyarakat dan berbangsa terutama pada
generasi muda.
Pemuda zaman sekarang memang sangat banyak terlibat kasus
hukum. Hal ini disebabkan karena lunturnya nilai pancasila di diri generasi
muda, mereka sudah tidak memahami pentingnya nilai-nilai pancasila
tersebut.
Lunturnya nilai-nilai Pancasila pada sebagian masyarakat daoat
berarti awal sebuah malapetka bagi bangsa dan negara kita. Fenomena itu
sudah bisa kita saksikan dengan mulai terjadinya kemerosotan moal, metal
dan etika dalam bermasyarakat dan berbangsa terutama pada generasi
muda.

Pemuda merupakan sekelompok orang yang mempunyai semangat


dan sedang dalam tahap pencarian jati diri. Pemuda juga merupakan
generasi penerus bangsa. Beberapa orang mengatakan, pemuda tidak dilihat
dari usianya melainkan dari semangatnya. Maju mundurnya suatu bangsa
tidak lepas dari peranan para pemuda.
Sedangkan identitas atau jati diri merupakan sikap atau sifat yang
ada dalam diri seseorang. Pada saat usia masih mudahlah biasanya orang
mulai melakukan pencarian jati diri atau mengenali identitas dirinya.
Dalam tahap pencarian identitas inilah terkadang masih menemukan
kendala. Apalagi dizaman yang serba bebas sekarang ini, pergaulan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi terbentuknya jati diri
pemuda. Mulai dari tawuran antar pelajar, perkelahian antar geng, narkoba
dan tindak asusila lain. Dari contoh tersebut dapat dikatakan bahwa moral
pemuda zaman sekarang sudah menurun dibanding dengan pemuda
generasi sebelumnya. Pemuda zaman sekarang tidak lagi menghiraukan
nilai-nilai pacasila. Pemuda mulai kehilangan jati dirinya karena mereka
cenderung ikut-ikutan ke dalam pergaulan bebas yang sedang in saat ini.

Penyebab Lunturnya Nilai Pancasila Di Diri Generasi Muda


Dirasakan menurunnya jiwa nasionalisme, dan patriotisme di
kalangan generasi muda karena tidak peduli terhadap
Indonesia
Kurangnya pengajaran atau pendidikan karakter bangsa yang
berlandaskan pancasila
Adanya generasi muda yang menderita fisik dan mental

Pergaulan

bebas

yang

awalannya

ikut-ikutan

teman,

meningkatkan kenakalan remaja, penyalagunaan narkotika


Menganggap pancasila hanya sebagai dasar negara
Hal inilah yang membuat prihatin beberapa pihak, salah satunya
KNPI, seperti yang dikutip pada salah satu media cetak dibawah ini:
Jakarta (ANTARA News) Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat
Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Taufan Eko Nugroho
Rotorasiko meminta pemerintah mengembalikan pelajaran Pancasila dan
budi pekerti.
Kami ingin terutama Mendikbud mengembalikan pelajaran budi
pekerti dan Pancasila agar pemuda Indonesia ke depan terisi semangat yang
baik, katanya seusai diterima Presiden Yudhyono di Kantornya, Jakarta,
Minggu.
Menurut Taufan, lunturnya nilai-nilai Pancasila dan budi pekerti di
kalangan generasi muda telah mengakibatkan berkembangnya perilaku
negatif yang merusak.
Selain itu, pihaknya juga mendesak pemerintah meningkatkan
program-program pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan terutama di
daerah tertinggal dan terluar guna mengurangi kesenjangan antara pusat
dan daerah.
Di sisi lain, DPD KNPI mengarapkan pemerintahh juga melibatkan
pemuda dalam melakukan pembangunan terutama terkait Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Hal ini mengingat potensi yang luar biasa dari para pemuda dalam
mendukung pembangunan nasional terutama melaluo MP3EI.

Contoh lunturnya nilai Pancasila dalam diri generasi pemuda adalah


dengan terjadinya kasus pembunuhan yang dilakukan anatara pelajar, yaitu
Kasus Tewasnya Galih Masrukhi dan mengakibatkan 13 orang pelaku yang
juga masih seorang pelajar diancam 10 tahun penjara.
Slawi Sebanyak 13 Pelajar Sekolah Usaha Perikanan Menengah
(SUPM) Negeri Tegal menjalani sidang perdana di Pengadilan Negeri (PN)
Slawi kemarin. Mereka didakwan terlibat penganiayaan yang menyebabkan
siswa kelas X, Galih Masrukhi, 16, tewas pada juni lalu.
Para pelajar tersebut masih di bawah umur, sehingga persidangan
digelar secara tertutup. Para terdakwa hanya didampingi satu orang tua
saat menjalani sidang, sedangkan kerabat terdakwa tidak boleh memasuki
ruangan sidang.
Para pelajar tersebut berinisial PR, RDS, WP, ES, H, HM, TI, DI
WDA, FAS, IR, HH dan AM. Mereka merupakan para senior korban di
SUPM Tegal.
Dalam sidang tersebut di pimpin hakim Chondro Wihowo dengan
anggota majelis Dewi Sulistiarasih dan Sony Nugroho. Sementara para
terdakwa didampingi penasehat hukum Suskoco.
Usai sidang, Suskoco mengatakan, agenda sidang pertama yaitu
pembacaan dakwaan oleh jaksa penuntut umum M. Taufik. Dakwaan
kepada para tersangka di anataranya yaitu, pasal 107 ayat 2 KUHP tentang
pengeroyokan Yang Menyebabkan Korban Meninggal Dunia. Mereka (para
pelajar) mendapat ancaman penjara maksimum 10 tahun dan pasal 351 ayat
3 KUHP tentang Penganiayaan Berencana dengan ancaman 7 tahun
penjara. Para terdakwa masih tercatat seagai pelajar aktif di sekolah.

Adapun, sidang berikutnya akan digelar pada Rabu (20/8) mendatang,


kata Suskoco.
Jaksa penutut yang juga Kasi Pidum Kejari Slawi M. Taufik
mengatakan, selain 13 terdakwa tersebut, masih ada sembilan terdakwa lain
yang berkas perkaranya akan disidangkan secara terpisah. Ada sembilan
pelajar lain yang belum disidangkan. Mereka tergolong usia dewasa
sehingga perlakuannya berbeda dengan 13 pelajar yang disidang hari ini
(kemarin-red), ungkap Taufik. Berkas perkara sembilan pelajar tersebut
sudah masuk ke PN dan tinggal menunggu penetapan waktu persidangan.
Seperti diketahui, Galih menghembuskan nafas terkahirnya dengan
luka lebam di dadanya akibat pukulan para seniornya. Peristiwa itu terjadi
saat Galih dan rekannya kelas 1 diundang acara syukuran oleh kaka
kelasnya itu pada 22 Juni silam. Dalam acara tersebut, siswa kelas X
disuruh bediri berjejer dan dipukuli satu persatu oleh siswa kelas XI. Galih
yang beralamat di Desa Sigentong, Warureja, tumbang karena tak kuasa
menahan pukulan. (muh)

Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang


dikalangan para remaja. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, longgarnya pegangan terhadap agama.
Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu
hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan
beragam mulai mendesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol,
larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi.
Dengan longgarnya pegangan seorang pada ajaran agama, maka hilanglah
kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan demikian satusatunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah
masyarakat dengan hukum dan pengatur moral yang dimilikinya adalah
masyarakat dengan hukum dan peraturannya. Namun biasanya pengawasan
masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karena,
pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau
tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang
hati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukumhukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak orang yang
melakukan pelanggaran moral, dengan sendirinya orang yang kurang iman
tadi tidak akan mudah pula meniru melakukan pelanggaran-pelanggaran
yang sama.
Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta
menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya
pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya
sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan
Tuhan. Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama,
semakin sudah memelihara moral orang dalam masyarakt itu, dan semakin

kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak,


hukum dan nilai moral.
Kedua, kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan
oleh rumahtangga, sekolah, maupun masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak
berjalan menurut semestinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral
dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil,
sesuai dengan kemamuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum
mengerti mana yang benar mana yang salah, dan belum tahu batas-batas
dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa
dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik untuk menumbuhkan
moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Pembinaan
moral pada anak dirumah tangga bukan dengan cara menyruh anak
menghapalan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus dibiasakan.
Zakiah Drajat mengatakan, moral buankanlah suatu pelajaran yang dapat
dicapai dengan mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari
sejak kecil, moral itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak
sebaliknya.
Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun dapat mengambil peranan
yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat
diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan mental dan moral anak didik. Di samping tempat pemberian
pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain,
supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-anak, dimana
pertumbuhan mental, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian
berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang demikan itu,

pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang


diteroma dirumah tidak akan berkembang bahkan mungkin terhalang.
Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam
pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu segera
diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat
dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat bersar pengaruhnya
dalam pembinaan moral anak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan
pelajar dan generasi muda sebagai mana disebutkan diatas, karena tidak
efektifnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral.
Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang,
tidak seirama dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.
Ketiga, Dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan
sekualaristis.
Sekarang ini sering kita dengaar dari radio atau bacaan dari surat
kabar tentang anak-anak sekolah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi
mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat kontrasepsi seperti
kondom, dan benda-benda tajam. Semua alat-alat tersebut biasnaya
digunakan untuk hal-al yang dapat merusak moral. Namun gejala
penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang semata-mata
mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak mengindakan
nilai-nilai agama.
Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus
budaya materalistis, hedonistis dan sekularistis yang disalurkan melalui
tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukanpertunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus budaya yang demikain itu
didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk

keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa


memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya
yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam
menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.
Keempat, belum adanya kemauan yang sungguh-sunggu dari
pemerintah
Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang,
teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum
menunjukan kemauan yang sungguh-sungguh untuk melakukan pembinaan
moral bangsa. hal yang demikian semakin diperparah lagi oleh adanya ulah
sebagian elit penguasa yang semata-mata mengerjar kedudukan, peluang,
kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi,
kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya tanda-tanda untuk
hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan, materi dan sebagainya
dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan
dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak
mau mendengarkan lagi apa yang disarankan dan dianjurkan pemerintah,
karena secara moral mereka sudah kehilangan daya efektifitasnya.
Sikap

sebagai

elit

penguasa

yang

demikian

itu

semakin

memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan,


uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya
digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan
aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.

Itulah

diantara

fakto-faktor

yang

menyebabkan

timbulnya

kemerosoan moral bangsa. Dan bagaimanakah strategi pendidikan agama


dan moral efektif untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, sepertinya
harus dirumuskan.
Padahal seperti yang kita ketagui generasi muda memiliki banya
sekali potensi, diantaranya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kreativitas
Keberanian Mengambil Resiko
Optimis dan Semangat
Disiplin
Peduli
Bertanggung Jawab
Patriotisme dan Nasionalisme
Kemampuan menguasai ilmu dan teknologi
Menciptakan Inspirasi

Adapun cara mengatasi masalah generasi muda adalah:


1. Kepercayaan kepada generasi muda
2. Pengajaran yang berkaitan dengan nilai-nilai pancasila dan
penerapannya
3. Memberikan pengertian

bahwa

semua

terselesaikan dengan kepala dingin


4. Pengawasan terhadap generasi muda

KESIMPULAN

masalah

dapat

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa generasi muda


zaman sekarang kenapa banyak terlibat kasus hukum, salah satu faktornya
yaitu lunturnya nilai pancasila di diri generasi muda zaman sekarang.
Padahal, Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia, perilaku
warga negara telah diatur dan dirumuskan menjadi 5 sula di dalamnya. oleh
karena itu, sebaiknya kita mencintai dan mengikuti sila-sila tersebut,
namun tidak dapat dipungkiri bahwasannya generasi muda zaman sekarang
lebih memandang pancasila hanya sebagai dasa negara yang sama sekali
tidak ada arti pentingnya. Hal ini dapat terlihat dai cerminan perilaku
generasi muda zaman sekarang yang cenderung melakukan tinadakan
kriminalitas yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur pancasila tersebut,
seperti pergaulan bebas, tawuran antar geng dan masih banyak lagi
tindakan yang sangat membuat prihatin banyak pihak.
Penyebab lunturnya nilai pancasila di diri generasi muda zaman
sekarang adalah kurangnya rasa nasionalisme, patriotisme, kurangnya
pengetahuan dan pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai pancasila,
pergaulan bebas yang awalnya ikut-ikutan teman dan masih banyak lagi.

DAFTAR BACAAN

http://ririnafifah.blogspot.com/2012/11/bab-i-pendahuluan1.html
http://blog.tp.ac.id/faktor-faktor-penyebab-timbulnya-perilakumenyimpang-pada-remaja
Surat Kabar Radar Slawi dikutip pada hari Kamis, tanggal

21 Agustus 2014
Surat Kabar ANTARA News

Anda mungkin juga menyukai