discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/234507831
READS
5,641
3 authors:
Nurrahmi Handayani
Deana Wahyuningrum
7 PUBLICATIONS 15 CITATIONS
38 PUBLICATIONS 56 CITATIONS
SEE PROFILE
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Molecularly imprinted polymers nanofiber: synthesis, characterization and their application for water
and waste water treatment View project
All content following this page was uploaded by Deana Wahyuningrum on 28 January 2014.
The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
Pendahuluan
Enzim merupakan katalis yang potensial
digunakan dalam skala laboratorium maupun skala
industri karena sifatnya yang menguntungkan,
seperti bersifat regio- dan stereoselektif sehingga
produk samping sedikit, tidak membutuhkan
banyak energi, serta bersifat biodegradable. Akan
tetapi, penggunaan enzim juga memiliki berbagai
keterbatasan seperti tidak dapat digunakan kembali
setelah digunakan, biaya operasional yang mahal,
serta ketidakstabilannya terhadap suhu yang tinggi,
pelarut organik, asam, basa, maupun pengocokan
secara mekanik. Hal ini dapat diatasi dengan
melakukan imobilisasi enzim pada solid support
yang sesuai. Oleh karena itu, diperlukan
serangkaian penelitian yang berguna untuk
mencari solid support yang sesuai untuk
memediasi enzim sehingga dapat bekerja secara
optimum.
Sintesis dan Karakterisasi Poli(eter-sulfon) dan Poli(eter-sulfon) ternitrasi sebagai Material Membran
untuk Imobilisasi Lipase
kemudian ditambahkan asam nitrat pekat (65%100%) pada rentang suhu (5-25oC).. Setelah reaksi
selesai, pengendapan PES-NO2 dilakukan dengan
menambahkan sejumlah air dan pemisahan
endapan PES-NO2 dengan larutan dilakukan
dengan filtrasi. Setelah itu, polimer yang
terkumpul ditimbang, dikarakterisasi dengan uji
titik leleh, uji KLT, dan IR.
Penentuan Massa molekul dan Viskositas
Intrinsik Polimer. Penentuan massa molekul (Mv)
polimer dilakukan secara metode viskometri
dengan menggunakan viskometer ostwald.
Pertama-tama,
sederetan
larutan
dengan
konsentrasi yang berbeda-beda disediakan untuk
mengetahui waktu alir masing-masing larutan.
Pelarut yang digunakan adalah N-metil pirolidon
(NMP). Oleh karena itu, NMP digunakan sebgai
blanko. Waktu alir dilakukan dengan menghitung
waktu saat cairan mengalir dari garis (index line)
pertama ke index line ke dua. Konsentrasi larutan
yang digunakan yaitu 1x 10-2 M, 7,5 x 10-3 M,
5x10-3 M, 2,5x10-3 M, dan 1,25x10-3 M. Saat
pengukuran waktu alir, larutan diinkubasi terlebih
dahulu pada suhu 50oC dan pengukuran pun
dilakukan pada suhu tersebut. Setelah tetapan
Mark Houwink PES diketahui, viskositas intrinsik
yang telah diketahui melalui kurva kemudian
dikonversi untuk mendapatkan massa molekul
polimer.
Hasil dan Pembahasan
Sintesis Poli(eter sulfon). Poli(eter sulfon) atau
yang biasa disebut sebagai PES memiliki gugus
eter dan sulfon pada tulang punggungnya. Subunit
dari polimer ini adalah (-O-aril-O-aril-SO2-aril)n.
Pada dasarnya, PES diproduksi melalui reaksi
kondensasi antara difenol dan 4,4-diklorodifenil
sulfon dengan menghasilkan produk samping
berupa garam klorida. Reaksi umumnya adalah
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
10
itu,
perbedaan
metode
sintesis
juga
mempengaruhi tingkat kemurnian dari polimer
yang dihasilkan. Pencucian dilakukan dengan
air-metanol, air mendidih, metanol, dan aseton.
Namun dari ketiga produk polimerisasi tersebut,
salah satunya memiliki kelarutan yang baik
dalam aseton, sehingga tahap pemurnian tidak
dilakukan dengan menggunakan aseton.
PES yang disintesis dengan bantuan
microwave memiliki wujud yang kaku, keras,
dan berwarna coklat. Melalui hasil yang
diperoleh dari uji KLT, PES yang disintesis
dengan bantuan microwave ini masih
mengandung banyak air. Hal ini diakibatkan
oleh tidak dilakukannya pengusiran air yang
terbentuk dari reaksi kondensasi. Oleh karena itu,
dilakukan pencucian berulang kali dengan
aseton untuk menghilangkan prekursor awal
yang larut dalam aseton ataupun pengotorpengotor yang lain. Selain itu juga dilakukan
penguapan agar air yang terjebak dalam molekul
polimer dapat dihilangkan.
Berat produk yang dihasilkan juga
memberikan perbedaan yang cukup signifikan.
PES yang disintesis dengan menggunakan
toluen dan Dean-stark trap memiliki rendemen
sebesar 24,11%. Kemudian, berat PES yang
disintesis tanpa menggunakan toluen dan Deanstark trap memiliki rendemen sebesar 38,40%.
Sementara itu, berat PES yang disintesis dengan
bantuan microwave memiliki rendemen sebesar
24,24%. Perbedaan berat produk bagi tiap PES
yang disintesis dengan metode yang berbeda
menunjukkan bahwa jumlah produk utama dan
produk samping yang terbentuk juga
dipengaruhi oleh teknik dan kondisi reaksi.
Uji kelarutan dilakukan dengan melarutkan
tiga PES sintesis dengan metode berbeda
tersebut dengan pelarut tertentu. Hasilnya adalah
PES
yang
disintesis
dengan
refluks
menggunakan toluen larut dalam kloroform,
PES yang disintesis tanpa toluen larut dalam
aseton, dan PES yang disintesis dengan
microwave larut dalam NMP. Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa PES yang disintesis
dengan refluks tanpa toluen memiliki kepolaran
yang paling tinggi dari ketiga PES tersebut dan
PES yang disintesis dengan microwave memiliki
kepolaran yang paling rendah dibandingkan
kedua PES lainnya.
Berdasarkan hasil uji titik leleh, PES sintesis
dengan menggunakan toluen memiliki nilai titik
leleh yang lebih tinggi dibandingkan PES
Pembuatan Elastomer Termoplastik Menggunakan Inisiator Potassium Persulfate Dan Ammonium Peroksi
Disulfate
Nilai Rf
0,77
0,90
0,86
0,89
0,89 (tailing)
11
Serapan
(cm-1)
1323,9 dan 1137,3
1265,4
1327,7 dan 1156,7
1282,1
Jenis
getaran
SO2
C-O-C
SO2
C-O-C
SO2
C-O-C
SO2
C-O-C
Tabel 3 Perbandingan sinyal proton pada PES standar dan sintesis melalui spektroskopi NMR
Senyawa
PES standar
Jenis H
C-H aromatik (posisi orto dengan O-)
C-H aromatik (posisi orto dengan SO2)
PES sintesis
12
(ppm)
7,91
Multiplisitas
Doublet
7,09
7,87
7,02
Doublet
Multiplet
Multiplet
Pembuatan Elastomer Termoplastik Menggunakan Inisiator Potassium Persulfate Dan Ammonium Peroksi
Disulfate
Nitrohidroquinon 1
Nitrohidroquinon 2
Nitrohidroquinon 3
Pelarut
n-heksana
Kloroform
toluen
Tidak larut
Larut
Tidak larut
Larut
Tidak larut
Larut
Larut
(lama)
Larut
(lama)
Larut
(lama)
Serapan
(cm-1)
1688,7
1308,6
Nitrohidrokuinon
2
1650,7
1304,9
Nitrohidrokuinon
3
1655,1
1304,9
Hidrokuinon
3292,3
(broad)
Jenis getaran
Gugus NO2
aromatik
Ikatan C-N
aromatic
Gugus NO2
aromatik
Ikatan C-N
aromatic
Gugus NO2
aromatik
Ikatan C-N
aromatik
Gugus OH
fenolik
13
(ppm)
Keterangan
7,2400
Multiplisitas :
singlet
Integrasi : 1
Integrasi : 4
187,165
136,473
14
Nilai Rf
Eluen:
kloroform:aseton
(1:1)
Kelarutan
Spektrum IR
Hasil
0,525 gr (hasil dari
polimerisasi dengan komposisi
0,01 mol prekursor ). Persen
rendemen <20%
0,94
Pembuatan Elastomer Termoplastik Menggunakan Inisiator Potassium Persulfate Dan Ammonium Peroksi
Disulfate
Hasil
32%
0,94
Larut hanya dalam NMP
1304,9 dan 1118,2 (SO2)
1266,5 (C-O-C)
1666,2 (NO2 aromatik)
15
30
25
20
y = 2300x + 0.94
R2 = 0.9857
15
10
5
0
0
0.002
0.004
viskositas tereduksi
0.006
0.008
0.01
30
25
20
y = 2300x + 0.94
R2 = 0.9857
15
10
5
0
0
0.012
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
konsentrasi (g/mL)
konsentrasi (g/mL)
5.
6.
7.
8.
9.
Pustaka
1. Polyethersulfon Technicals Literature, Mitsui
Chemical, Inc., 2009, 4 Maret, 1-28.
2. Weisse, H., Keul, H., Hocker, H., A New Route
Carboxylated Poly(ether sulfone)s: Synthesis and
Characterization, Polymer, 2001, 42, 5973-5978.
3. Rajasekaran, R., Alagar, M., Mechanical
Properties of Polyethersulfone Modified epoxy/
3,3-bis(maleimidophenyl)phenylphosphine oxide
(BMI) Intercrosslinked Matrices, Bull. Mater. Sci.,
2008, 31, 853858.
4. Krishnan, N.N, Kim, H.J.,Prasanna, M., Cho, E.,
Shin, E.M., Lee, S.Y., Oh, I.H.,Hong, S.A.,Lim,
T.H., Synthesis and characterization of sulfonated
16