Emulsi PDF
Emulsi PDF
Penggunaan emulsi:
Sediaan farmasi maupun kosmetika bentuk emulsi banyak sekali dijumpai baik
untuk pemakaian topikal maupun sistemik, misalnya:
Per-oral : Kebanyakan adalah tipe o/w. Bentuk ini mempunyai banyak keuntungan
selain mudah diabsorsi, homogenitas dosis mudah didapat, dll.
Per-injeksi : Pada sediaaninimemerlukan perhatian khusus karena menyangkut
preparat steril. Topikal : Dalam sediaan farmasi topikal maupun kosmetika, tipe emulsi
baik olw maupun w/o banyak sekali digunakan tergantung maksud penggunaannya.
STABILISASI BUTIR-BUTIR TETESAN
Dalam emulsi, butir-butir tetesan (fase dispers) dapat distabilkan dengan cara:
1. Penurunan tegangan antarmuka.
2. Terbentuknya lapisan ganda listrik.
3. Terbentuknya film antarmuka.
1. Penurunan tegangan antarmuka.
Bila dalam suatu tabung reaksi dengan luas penampang 1 cm2 kita
masukkan 1 ml air 1 ml minyak, maka kontak antara kedua cairan tersebut (yang
disebut antarmuka) adalah 1 cm2. Bila kita umpamakan, dengan suatu pengadukan
yang intensif/kuat minyak tersebut dapat ispersi dalam air dalam bentuk tetes-tetes
yang berdiameter 1 rim. Dalam keadaan demikian dispers tersebut akan terdiri dan
1,909 x 109 butir sferis. Maka permukaan total antarmuka minyak menjadi 6 x i04
cm2.
Penaikan yang sangat tinggi dan luas antarmuka air-minyak tersebut akan
menjadi yebab atau salah satu penyebab sehingga emulsi yang didapat menjadi
tidak stabil.
Kalau kita melihat gaya-gaya yang ada antara molekul-molekul dalam suatu
cairan, maka molekul walaupun dia mobile, mempunyai gaya tank antar molekul
yang serupa. Gaya ini disebut gaya kohesi. Gaya ini juga yang menyebabkan satu
cairan tetap berada dalam wadahnya, karena molekul-molekulnya berada dalam
keseimbangan.
Keadaan permukaannya berbeda (antara udara-cairan) karena molekulmolekul dipermukaan tersebut tidak dikelilingi oleh molekul sejenisnya.
Umpamakan dalam suatu segiempat ABCD yang dibuat dan benang metal
yang tipis sisi CD yang panjangnya 1 dapat bergerak/mobile. Jika segiempat
tersebut kita rnasukkan kedalam larutan sabun lalu dikeluarkan, maka akan
terbentuk lapisan film yang sangat tipis pada segiempat ABCD tersebut.
Jika panjang AB = 1 dan panjang AD = d, maka luas lapisan film = 2.l.d
(dikalikan 2 karena mempunyai permukaan rangkap). Jika pada sisi CD (yang
mobil) digerakkan dengan suatu gaya F sepanjang Ad, sehingga segiempat
sekarang
menjadi
ABCD,
mhka
kerja
yang
dilaksanakan
tuk
Jika adalah gaya yang ada tiap unit panjang, maka gaya:
F = 2. . 1 (kali 2 karena 2 muka)
sehingga persamaan 1) menjadi:
W
= F. d
= 2. . 1. d
W
s
2)
, dapat diartikan sebagai kerja (dalam Joule) yang
= W/ s menjadi AB = W/ s atau
W = AB. s
Kerja emulsifikasi berbanding langsung dengan hasil tegangan antarmuka
dengan adanya penaikan permukaan kontak antara 2 cairan. Dengan kata lain
makin tinggi tegangan antarmuka maka makin besar juga kerja untuk menghasilkan
suatu dispersi yang baik. Atau energi bebas permukaan (sama dengan kerja)
menjadi makin tinggi bila tegangan antarmuka kedua cairan juga tinggi.
W = AB. s atau
E = AB. s
Karena semua sistem yang membutuhkan energi yang tinggi secara
termodinamika tidak stabil dan secara spontan akan berusaha menernukan
keadaan energi yang minimum. Demikian juga sistem dispersi seperti emulsi
dimana tegangan antarmukanya tinggi akan berusaha menemukan keadaan energi
yang paling rendah dengan cara mengurangi permukaannya dengan cara berfusi
atau penggabungan antara tetes-tetes, sampai terjadinya pemisahan yang
sempurna dari fase-fasenya (keadaan energi minimum). Maka supaya sistem
emulsi mempunyai stabilitas yang cukup, harga tegangan antarmuka antara 2
cairan harus diturunkan atau harus rendah.
Dalam praktek, dapat digunakan sebagai patokan sbb:
AB> 10 mN/m : Emulsi sulit dibuat
AB = 5-10 mN/m : Emulsi mudah dibuat
AB << 1 mN/m : Emulsi terjadi searea spontan
untuk itu bila kita bisa menambahkan zat yang bisa mengurangi tegangan
antarmuka 2 cairan maka akan menambah kestabilan butir- butir tetes fase
dispers. E = AB. s, maka AB << akibatnya E <<.
Contoh :
Upaya mendispersikan 500 ml minyak zaitun di dalam air, diketahui S mula-mula
600 cm2; eter setelah dispersi 10 um; y minyak-air adlah 23 dyne/cm.
Maka :
1. Volume partikel =
2. Jumlah partikel =
d3
=
(10 3 ) 3 ml
6
6
500 ml
5,236 x 10 -10
= 5,236 x 10-10 ml
= 9,54 x 10-11
4. Total luas permukaan = (9,54 x 10-11) x (3,14 x 10-6) cm2 = 3 x 106 cm2
W= . s
Semula:
W=23{(3x106)-(600)}
= 6,9x107 erg
= 6,9 Joule
= 1,6 kalori
Setelah ditambah surfaktan yang bisa menurunkan teg. Muka dari 23 menjadi 3
dyne/cm
W= . s
Menjadi:
= 9 x 106 erg
= 0,9 Joule
= 0,2 kalori
Karena ionisasi pada permukaan dan zat yang terdispersi karena terdapat
dalam miliu air.
Adsorpsi pada permukaan ion-ion yang berasal dan miliu (misalnya adsorpsi
molekul SAA ionik)
Contoh : R-COONa dalam air akan terhidrolisa menjadi R-COO- dan Na+
Apapun asal dari muatan listrik, disekitar partikel dapat diskemakan sbb : (misalkan
partikel bermuatan negatif)
2. Penurunan agak tajam dan potensial dalam lapisan stern yang disebabkan adanya
penetralan sebagian dan counter-ion.
3. Penurunan secara progresif dan potensial dalam lapisan difuse sampai mencapai
penetralan (pada garis c-c). Perbedaan antara lapisan stern (b-b) dan titik
penetralan (c-c) disebut zeta potensial, atau potensial elektrokinetika dan partikel.
Teori lapisan ganda listrik atau baji terarahinimenjelaskan bagaimana butirbutir tetes distabilkan sehingga tidak terjadi pengumpulan partikel karena saling tolak
menolak.
Contoh : Lecithin.
|
CH - OOC - R
I
Span dan Tween diberi nomer yang menunjukkan jenis rantai asam
lemak yang meng-ester-kan sorbitan, misalnya:
20 Asam laurat (C 12)
40 Asam palmitat (C 16)
60 Asarn stearat (C 18)
80 Asam oleat (C 18=)
65 Tri stearat
85 Tri oleat
83 Sesqui oleat (2 inti sorbitan untuk 3 asam lemak)
HYDROPHILE-LYPOPHILE BALANCE (HLB)
HLB adalah suatu karakteristik spesifik yang dipunyai oleh surfaktan nonionik yang menunjukkan hidrofihisitas dari suatu surfaktan. Makin tinggi
harga HLB makin hidrofil suatu surfaktan dan makin rendah harga HLB
makin lipofil suatu surfaktan
PERHITUNGAN HLB
Ada beberapa peneliti yang membenikan rumus bagaimana cara
menghitung harga HLB, salan satu diantaranya adalah Griffin. Menurut
Griffin perhitungan HLB adalah:
HLB =20 (1 - S)
A
dimana
S = Bilangan wster.
A = Bilangan asam dan asam bebas nya.
dengan kata lain HLB = 1/5 dari % berat bagian hidrofil. Secara teoritis bila
suatu surfaktan non ionik terdiri dan 100% bagian hidrofil (dalam
kenyataannya tidak ada) sehanrusnya akan didapatkan 100. Namun supaya
nilainya
tidak
terlalu
tinggi,
dikalikan
1/5
supaya
memudahkan
164
Asam laurat
200
20 EO
:
880
----------- +
1.244
Air esterifikasi
:
18
----------- +
1.226
BM bagian hidrofil :
Sorbitan
164
20 EO
:
880
----------- +
1.044
1-4
3-6
6-8
8 - 10
10 - 13
6. Terjadi larutanjernih
> 13
Span 80
= 30/100 x 4,3
HLB campuran
= 1,3
--------- +
= 11,8
10,4
10,8
11,2
11,6
12,0
kemudian kita amati pada nilai HLB berapa emulsi paling stabil. Misal emulsi
ternyata paling stabil pada nilai HLB 10,8.inidapat dikatakan bahwa HLB ideal
dari emulsi tersebut adalah
Tahap III: Pemilihan surfaktan ideal.
Pada tahap ini kita buat lagi satu seri formulasi emulsi dengan beberapa
jenis surfaktan aunun campuran surfaktan, tetapi harus pada nilai HLB ideal
tersebut yaitu 10,8. Misalkan kita gunakan campuran:
Tween80 - Span 80
Tween60 - Span 60
Tween40 - Span 40
Tween 20 - Span 20 dsb. dsb.
kemudian kita amati emulsi yang mana yang paling stabil. Misalkan kita
dapatkan emulsi dengan surfaktan Tween 40 - Span 40 adalah emulsi yang
paling stabil, berarti surfaktan ideal untuk emulsi tersebut adalah campuran
Tween 40- Span 40.
Dari ketiga tahap tersebut dapat kita simpulkan bahwa : Emulsi dengan
menggunakan minyak dan fase air pada formula yang dicoba paling ideal kalau
dipergunakan surfaktan Tween 40 dan Span 40 pada nilai HLB 10,8. Tinggal
kita menghitung berapa bagian Tween 40 dan Span 40 yang diperlukan untuk
mendapatkan nilai HLB 10,8
Kita membuat satu sen emulsi pada nilai HLB:
6,0
8,0
10,0
12,0
14,0
kemudian kita amati pada HLB yang mana emulsi paling stabil. Misal terlihat
bahwa emulsi paling stabil pada HLB 10,0 dan 12,0
Tahap II : Pemilihan HLB ideal.
Karena emulsi yang stabil pada tahap I adalah HLB 10,0 dan 12,0 maka
dapat diartikan bahwa emulsi yang paling stabil adalah antara 10,0 dan 12,0.
Pada tahap II ini kita lakukan perobaan seperti pada tahal I tetapi dengan jarak
nilai HLB yang lebih sempit, misalnya pada HLB:
10,0
10,4
10,8
11,2
11,6
12,0
kemudian kita amati pada nilai HLB berapa emulsi paling stabil. Misal emulsi
ternyata paling stabil pada nilai HLB 10,8. Ini dapat dikatakan bahwa HLB ideal
dari emulsi tersebut adalah 10,8
Tahap III : Pemilihan surfaktan ideal.
Pada tahap ini kita buat lagi satu seri formulasi emulsi dengan beberapa
jenis surfaktan maupun campuran surfaktan, tetapi harus pada nilai HLB ideal
tersebut yaitu 10,8. Misalkan kita gunakan campuran;
Tween 80 - Span 80
Tween60 - Span 60
Tween 40 - Span 40
Tween 20 - Span 20 dsb. dsb.
kemudian kita amati emulsi yang mana yang paling stabil. Misalkan kita
dapatkan emulsi dengan ampuran surfaktan Tween 40 - Span 40 adalah emulsi
yang paling stabil, berarti surfaktan ideal untuk emulsi tersebut adalah
campuran Tween 40 - Span 40.
Dari ketiga tahap tersebut dapat kita simpulkan bahwa : Emulsi dengan
menggunakan fase minyak dan fase air pada formula yang dicoba paling iea1
kalau dipergunakan surfaktan canipuran Tween 40 dan Span 40 pada nilai HLB
10,8. Tinggal kita menghitung berapa bagian Tween 40 dan Span 40 yang
diperlukan untuk mendapatkan nilai HLB 10,8
HLB optimum untuk campuran fase minyak.
Tabel diatas dapat dipergunakan sebagai prakiraan harga HLB untuk
menghasilkan emulsi o/w yang paling baik. Dari tabel tersebut dapat dihitung
HLB optimum untuk campuran fase minyaknya.
Misal kita akan membuat emulsi tipe o/w dan fase minyak yang terdiri
dari campuran:
30 % esense mineral
50 % cotton oil
20 % kior parafin
yang diemulsikan dalam air. HLB optimum campuran adalah:
Esense mineral
= 4,2
Cotton oil
= 3,0
Klor parafin
= 1,6
--------------- +
= 8,8
Untuk itu dibuat emulsi pada range HLB 8-10. Tentunya hasil akan
didapat bahwa emulsi ing baik pada HLB 8,8 seperti pada perhitungan tersebut,
baik itu dengan mempergunakan surfaktan tunggal atau campuran.
Penentuan harga HLB Optimum emulsi o/w
HLB optimum emulsi o/w ditentukan dengan mengemulsikan fase
minyak sebanyak 20% kurang, kemudian dipergunakan emulgator surfaktan
sebanyak 2,5% - 5% sedemikian rupa sehingga diperoleh harga range HLB
antara 4-18 dengan interval 2. Minyak yang emulsikan bila pada cair dapat
dicampurkan dengan emulgator pada suhu kamar sedangkan minyak yang pa
padat dicampurkan pada suhu 10C diatas titik lebur . Air ditambahkan dengan
pengadukan, pada suhu kamar untuk fase minyak yang cair atau 15C lebih
tinggi dari suhu fase minyaknya. Setelah didapat emulsi, dibuat lagi seperti
diatas dengan interval HLB yang lebih
Tanda-tanda emulsi pada HLB optimum adalah:
1. Emulsi paling stabil.
2. Viskositasnya paling rendah.
3. Diameter rata-rata partikel paling kecil.
4. Ada reflek biru pada dinding botol, atau reflek kemerahan bila disinarkan
pada matahari.
2. HIDROKOLOID.
Emulgator
hidrokoloid
dapat
menstabilkan
emulsi
dengan
cara
Jika YPA < YPM, cos 0 positif ---> 0 < 90o padatan terbasahi air hingga
membentuk emulsi tipe
Jika YPM < YPA, cos 0 negatif ---> 0 > 90 o padatan terbasahi minyak hingga
membentuk emulsi
Secara teoritis jika YPA = YPM ---> cos 0 = 0 0 = 90o maka
padatan terbasahi oleh air dan minyak.
Makin halus padatan, semakin naik sifat sebagai emulgator. Dari sini
dapat dijelaskan mengapa oksida-oksida atau hidroksida yang dibuat baru
(recente paratus) dan hidrat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
bentuk keringnya.
Contoh :
dinaikkan
supaya
viskositas
masa
turun,
sehingga
4. Ultra Turrax.
Prinsip kerja alat ini adalah dengan cara memberikan gelombang
ultrasonik melalui dengan frekwensi 20-50 kilocycles/ detik. Dengan adanya
gelombang tersebut akan mengakibatkan partikel pecah menjadi ukuran
yang lebih kecil. Alatinicocok untuk pembuatan emulsi yang cair atau
dengan viskositas menengah.
KETIDAK STABILAN EMULSI.
Ketidak stabilan emulsi yang dimaksud adalah suatu peristiwa
perubahan fisik dan emulsi yang terjadi sewaktu pembuatan atau setelah
penyimpanan. Karena perubahan fisik tersebut, dikatakan emulsi tidak stabil.
Peristiwa tersebut adalah:
1. Emulsi pecah/breaking.
Pecahnya emulsi ini karena terjadi penurunan luas antarmuka
antara fase dispers dan medium dispers yang relatif sangat cepat sampai
suatu luas antarmuka yang minimal, sehingga kelihatan terjadi 2 fase yang
memisah total (peristiwa koalesensi). Penurunan luas antarmuka ini sebagai
upaya menurunkan energi bebas permukaan karena tegangan antarmuka
yang sangat tinggi. Peristiwa ini kebanyakan bersifat irreversible.
2. Creaming.
Adalah suatu peristiwa dimana emulsi terbagi menjadi 2 bagian,
yang satu lebih banyak mengandung fase intern sedang yang lain
mengandung lebih banyak fase ekstem. Keadaan ini masih bersifat
reversible.
Peristiwa creaming ini merupakan peristiwa flokulasi, yang bilamana
proses berlanjut dapat terjadi peristiwa koalesensi (jecahnya emulsi).
Perbedaan peristiwainidapat digambarkan sbb:
Flokulasi : o o ---> oo
Koalesensi : o o ---> oo ---> 0
3. Inversi.
Adalah peristiwa dimana terjadi pembalikan tipe emulsi, yang
semula o/w menjadi w/o atau sebaliknya. Penyebab peristiwainidapat
bermacam-macam misalnya : suhu, komposisi bahan penyusun emulsi.
Pada
umumnya
peristiwainihanya
terjadi
pada
emulsi
yang
yang dekat dengan perubahan sifat hidrofil dan lipofil. Pada emulsi dengan
emulgator hidrokoloid peristiwa ini hampir tidak pemah terjadi karena
hidrokoloid lebih bersifat hidrofil. .
KONTROL EMULSI.
Kontrol emulsi dimaksudkan untuk mengetahui sifat fisika dari emulsi
dan dipergunakan untuk mengevaluasi kestabilan emulsi
Dalam bidang produksi keseragaman sifat fisika tersebut terutama dan
batch satu ke batch yang lain sangat penting. Pernakai tidak selalu
mempergunakan sediaan dengan nomer batch yang sama apalagi untuk
konsumen yang rutin mempergunakannya.
Kontrol emulsi ada beberapa cara:
1. Determinasi tipe emulsi.
a. Metoda pengenceran : dalam tabung reaksi yang benisi air ditambahkan
beberapa tetes emulsi. Bila terjadi campuran homogen atau emulsi
terencerkan oleh air maka emulsi bertipe o/w dan sebaliknya.
b. Metoda pewarnaan : emulsi tipe o/w akan terwarnai oleh zat wama yang
larut dalam air. Demikian sebaliknya untuk emulsi yang bertipe w/o
dapat diwarnai oleh zat wama yang larut dalam minyak.
c. Konduktibilitas elektnik : pada umumnya air merupakan konduktor yang
lebih baik dibanding minyak. Bila emulsi dapat menghantar aliran listrik
maka emulsi tersebut bertipe o/w. Sebaliknya bila tidak menghantar
listrik bertipe w/o. Jika suatu emulsi distabilkan dengan surfaktan
nonionik
kemungkinan
konduktabilitasnya
lemah
sekali.
Untuk
pengendapan
viskositasnya
saja
ataupun
namun
terjadinya
setiap
creaming.
perubahan
sifat
Tidak
hanya
rheologi
akan