Anda di halaman 1dari 6

MODULE ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA
DALAM KRISIS
Pendahuluan
Reuben Hill pada tahun 1949 meneliti tentang faktor-faktor yang menentukan cara
adaptasi keluarga yang mengalami stress. Dalam penelitiannya, Hill mengemukakan
sebuah model stress pada keluarga yang tersusun atas stressor, sumber daya
keluarga, tingkat kekuatan stressor, dan kerentanan terhadap krisis sebuah
keluarga. Model ini kemudian dikembangkan oleh para ahli psikologi keluarga dan
keperawatan keluarga (seperti McCubbin & Petterson 1983, dan McCubbin &
McCubbin 1993) menjadi beberapa teori yang masih digunakan sampai dengan saat
ini. Pada minggu ini, Anda akan mempelajari keterkaitan stress, stressor dan koping
sebagai dasar untuk mengembangkan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
tahap perkembangan keluarga.

Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan proses pembelajaran mandiri dalam minggu ini, Anda
diharapkan mampu untuk:

Menjelaskan kembali teori tentang stress pada keluarga

Mengidentifikasi sumber stressor pada keluarga

Mendiskusikan dampak stress pada keluarga

Mendiskusikan strategi koping terhadap stress pada keluarga

Bacaan Wajib

Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2003). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga: Riset Teori dan Praktik. In A. Yani, A. Sutarna, N. B. Subekti, D.
Yulianti & N. Herdina (Eds.), (pp. 69-70): Pearson.

Stress, Stressor dan Koping Keluarga


Secara umum, stress, stressor dan koping adalah komponen yang berkaitan satu
sama lain sebagai rangkaian siklus aksi dan reaksi. Pendapat umum mendefinisikan
stress sebagai reaksi akibat tuntutan actual (stressor) yang membutuhkan
penyelesaian. Reaksi terhadap stress beragam, termasuk diantaranya ketegangan
dalam diri seseorang maupun hubungan dalam sistem interaksi sosial (pertemanan,
kekeluargaan, dan kemasyarakatan), dan seringkali termanifestasi pada gejala
fisiologis, seperti hipertensi, hiperglikemia, dan eksitasi.
Stressor adalah pemicu yang mengakibatkan stress pada seseorang. Dalam
konteks keluarga, stressor dapat berupa fase penyesuaian diri terhadap status baru
(seperti, bertambah/berkurangnya anggota keluarga, diagnosis penyakit kronis dan
akut, dan penyesuaian sosial budaya baru), dan kerusakan lingkungan pendukung
(bencana alam, stigma, perang, dan terorisme).
Reading activity 1
Sheidow, A. J., Henry, D. B., Tolan, P. H., & Strachan, M. K. (2014). The Role of
Stress Exposure and Family Functioning in Internalizing Outcomes of Urban
Families. J Child Fam Stud, 23(8), 1351-1365. doi: 10.1007/s10826-0139793-3

Sheidow et al. (2014) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa keluarga di


daerah perkotaan rentan terhadap stressor. Sebagai salah satu dampaknya, remaja
sebagai anggota keluarga dapat merasa tertekan, terjerumus pada tindakantindakan negatif yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, dan menimbulkan
sumber stressor sekunder bagi keluarga. Hal ini karena remaja meninterpretasikan
stressor dengan cara yang berbeda jika dibandingkan dengan anggota keluarga lain.
Hasil penelitian Sheidow et al. (2014) menunjukkan bahwa family functioning dapat
meredam

dampak

stress

yang

dihadapi

remaja

sehingga

menurunkan

kecenderungan munculnya stressor baru keluarga, dan membuat remaja mampu


menghadapi stressor.
Reading activity 2
Martin, S., Calabrese, S. K., Wolters, P. L., Walker, K. A., Warren, K., & Hazra, R.
(2012). Family functioning and coping styles in families of children with cancer
and
HIV
disease.
Clin
Pediatr
(Phila),
51(1),
58-64.
doi:
10.1177/0009922811417300

Martin et al. (2012) memberikan contoh stressor berupa kesakitan kronis (kanker
dan HIV/AIDS) yang menimpa anak-anak melalui sudut pandang keperawatan
keluarga. Martin et al. (2012) menemukan bahwa terdapat strategi koping yang
berbeda pada keluarga dengan anak yang menderita kanker dengan keluarga
dengan anak yang menderita HIV/AIDS. Jika keluarga dengan anak penderita
kanker berorientasi untuk mendapatkan dukungan social dari lingkungan eksternal,
sebaliknya pada keluarga dengan anak yang menderita HIV/AIDS lebih berusaha
untuk mengukuhkan dukungan social internal. Dalam pernyataannya, Martin et al.
(2012) menambahkan bahwa hal ini terkait dengan adanya stigma yang melekat
pada penderita HIV/AIDS.

Keluarga Krisis, Koping dan Adaptasinya


Krisis dalam keluarga diartikan sebagai kekacauan system keluarga akibat
kegagalan sumber dan strategi adaptif keluarga dalam menghadapi stressor.
McCubin & McCubin (1993) menggambarkannya sebagai teori stress (gambar 1).
Kondisi krisis dapat diakibatkan oleh peristiwa perkembangan (misal: menjadi orang
tua baru, pension dst.) dan peristiwa situasional (misal: kematian, diagnosis penyakit
kronis).

Sumber
koping (B)
Stressor

Krisis (X)

keluarga
(A)
Persepsi thd
stressor (C)

Gambar 1. Teori Stress Keluarga menurut Hill (1949)


Koping keluarga diartikan sebagai proses aktif untuk memanfaatkan sumber yang
ada dan mengembangkan sumber lain untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan
oleh stress. Secara rentang waktu, koping keluarga akan berbeda pada periode
antestress, stress aktual dan pascastress.
Secara garis besar, Friedman, Bowden, and Jones (2003) strategi koping keluarga
dapat dikategorikan menjadi koping positif dan koping disfungsional. Lebih jauh,
koping positif tersusun atas strategi internal (mengandalkan hubungan, kognitif dan
komunikasi internal anggota keluarga) dan strategi koping eksternal (dukungan
sosial, dan spiritual). Sedangkan koping disfungsional melibatkan penyangkalan
masalah dan eksploitasi anggota keluarga (ancaman, dan pengkambinghitaman),
mitos, sampai dengan kekerasan dalam rumah tangga. Hal-hal demikian tentunya
akan mempengaruhi kesejahteraan kesehatan keluarga baik secara kelompok
maupun individual.
Bacaan Wajib
Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2003). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga: Riset Teori dan Praktik. In A. Yani, A. Sutarna, N. B. Subekti, D.
Yulianti & N. Herdina (Eds.), (pp. 429-471): Pearson.

Tugas Kelompok (+1000 kata)


Setelah mempelajari tentang konsep stress, stressor, dan koping pada keluarga
yang mengalami krisis, jelaskan:
1. Sumber-sumber stressor keluarga menurut kategorinya!
2. Keluarga yang bagaimanakah yang dikatergorikan rentan terhadap krisis!
3. Apakah yang terjadi pada keluarga dalam fase antestress, stress aktual, dan
pascastress?
4. Bagaimanakah pemahaman anda tentang koping positif dan koping
disfungsional keluarga?
Gunakan sedikitnya 3 referensi dalam penjelasan anda (jurnal yang digunakan
dalam materi ini tidak dihitung).
Dalam bentuk .doc atau .docx atau .pdf font size 12 spasi 1.5, kumpulkan tugas ini
kepada koordinator kelas anda untuk dikirimkan ke setho.h@fkp.unair.ac.id dalam
bentuk compressed folder (.zip atau .rar) sebelum 10 Desember 2015.

Rangkuman
Dalam topik minggu ini kita sudah mempelajari beberapa aspek tentang stress,
stressor dan strategi koping melalui sudut pandang keperawatan keluarga. Melalui
aktifitas ini, Anda dapat mempelajari bahwa terdapat banyak sumber stress dan
koping yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga Menilik peran penting dalam
memberikan asuhan keperawatan pada keluarga, perawat dituntut untuk memahami
strategi yang dapat digunakan dalam menghadapi masalah yang dapat terjadi pada
setiap keluarga.

Pustaka
Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2003). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga: Riset Teori dan Praktik. In A. Yani, A. Sutarna, N. B. Subekti, D.
Yulianti & N. Herdina (Eds.), (pp. 69-70): Pearson.
Martin, S., Calabrese, S. K., Wolters, P. L., Walker, K. A., Warren, K., & Hazra, R.
(2012). Family functioning and coping styles in families of children with cancer
and
HIV
disease.
Clin
Pediatr
(Phila),
51(1),
58-64.
doi:
10.1177/0009922811417300
Sheidow, A. J., Henry, D. B., Tolan, P. H., & Strachan, M. K. (2014). The Role of
Stress Exposure and Family Functioning in Internalizing Outcomes of Urban
Families. J Child Fam Stud, 23(8), 1351-1365. doi: 10.1007/s10826-0139793-3

Anda mungkin juga menyukai