Anda di halaman 1dari 8

RESUME

STRESS DAN KOPING DALAM KELUARGA

OLEH :
KELOMPOK 7
1. SITI IFTITAH ADHIKAISMI (P07120119087)
2. SRI WAHYUNINGSIH (P07120119088)
3. THARIQ ZIADI (P07120119089)
4. YULIYANTI (P07120119090)
5. HIDAYATUL FATMAWATI (P07120118061)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2021
STRESS DAN KOPING KELUARGA
A. Stress
Banyaknya permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
membuat seseorang atau keluarga menjadi kebingungan dan stres. Sumber stres
pada umumnya meliputi peristiwa yang sangat menekan secara terus-menerus,
masalah-masalah hubungan jangka panjang, kesepian, dan kekhawatiran akan
finansial karena kepala rumah tangga sebagai pencari nafkah menjadi korban
bencana (Maryam, 2017).
Untuk mengatasi stres yang dialami, setiap keluarga dituntut untuk
lebih konsentrasi dalam menyelesaikan berbagai masalah. Dengan demikian
keluarga perlu mengembangkan strategi adaptasi yang memadai yang disebut
strategi “coping” (Ostlund dan Friedman, 1998), yang mengatakan bahwa
“coping” keluarga adalah respon perilaku positif yang digunakan keluarga untuk
memecahkan suatu masalah atau mengurangi stress yang diakibatkan oleh suatu
peristiwa tertentu. Keluarga diharapkan mampu berperan dalam menyelesaikan
masalah melalui strategi coping yang efektif. Apabila keluarga mampu
melakukan coping dengan baik, akan berdampak positif terhadap keberfungsian
keluarga ( Sheidow, Henry, Tolan, & Strachan, 2014).
1. Pengertian Stress
Stres merupakan istilah yang membingungkan karena adanya pendapat-
pendapat yang sangat beranekaragam. Dalam arti umum stres merupakan pola
reaksi serta adaptasi umum, dalam arti pola reaksi menghadapi stresor, yang
dapat berasal dari dalam maupun luar individu yang bersangkutan, dapat
nyata maupun tidak nyata sifatnya. Stres sendiri dapat berbentuk
bermacam-macam tergantung dan ciri-ciri individu yang bersangkutan,
kemampuan untuk menghadapi (coping skills) dan sifat stresor yang
dihadapinya (Cameron dan Meichenbaum). ini semua menurut Kaplan dan
Sadock ditinjau dari segi dinamik, merupakan fungsi dan ego. Mereka
menekankan pula adanya sumber- sumber pribadi serta mekanisme pertahanan
sebagai ciri yang khusus individu tersebut. Bila ego berfungsi baik maka
semuanya berada dalam keseimbangan. Apabila stresor yang dihadapi dapat
diatasi secara memadai tidak akan timbul stres. Bila terjadi ketidakmampuan,
baru akan timbul stres. Tidak selamanya seseorang yang punya kemampuan
mengatasi berhasil dengan pengatasan stresor. Sesudah stresor dapat diatasi
individu akan cenderung kembali kepada keseimbangan semula.
Secara garis besar ada empat pandangan mengenai stres, yaitu:
stres merupakan stimulus, stres merupakan respon, stres merupakan interaksi
antara individu dengan lingkungan, dan stress sebagai hubungan antara
individu dengan stressor
2. Stress keluarga : model dan pengukurannya
Keluarga menjadi unit terkecil dalam lingkup masyarakat yang
memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap suatu kondisi. Dalam ruang
lingkup keluarga terdapat sistem-sistem yang menyeluruh dalam
menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga merupakan kesatuan yang
utuh yang akan menciptakan dinamisasi dalam berinteraksi, memberikan
keputusan, dan pemecahan masalah. Jika dalam satu keluarga mengalami
stress keluarga maka akan mempengaruhi sistem yang terdapat dalam keluarga
tersebut
Menurut Friedman (1998) dijelaskan bahwa keluarga secara konstan
akan terus mengalami perubahan demi perubahan sesuai dengan persepsi dan
hidup keluarga. Perubahan ini dipengaruhi oleh stimulus dari dalam
internal keluarga maupun dari dalam eksternal keluarga. Melalui internal
keluarga munculnya stressor yang melibatkan seluruh anggota keluarga akan
membentuk perubahan dari dalam internalnya. Mengubah kebutuhan-
kebutuhan perkembangan yang normal dan berkelanjutan hingga menyeluruh
pada perkembangan setiap anggota keluarga. Disamping itu, perubahan yang
bersumber dari eksternal yaitu lingkungan masyarakat tentang pola hidup,
sistem, dan teori-teori perkembangan keluarga juga akan berpengaruh pada
tingkat kualitas hidup keluarga dalam setiap perubahannya.
Dalam teori stres keluarga dijelaskan mengenai sebuah krisis timbul
karena sumber-sumber dan strategi adaptif tidak secara efektif mengatasi
ancaman-ancaman stressor, sehingga keluarga tidak dapat terampil dalam
memecahkan masalah dan keluarga menjadi kurang bermanfaat (Robins,
2001). Bahkan menurut Cox dan Ferguson (1991) menjelaskan bahwa krisis
atau stres keluarga dicirikan oleh ketidakstabilan dan kesemerawutan
keluarga, pada saat stres muncul biasanya keluarga merasa tidak nyaman
dan keluarga biasanya bersifat reseptif terhadap nasehat-nasehat dan
informasi.
Oleh karena itu keluarga memerlukan suatu upaya positif untuk
beradaptasi dalam memecahkan masalah-masalah yang berhubungan
langsung dengan setiap individu keluarga dengan menggunakan strategi
koping keluarga, sehingga keluarga akan berhasil dalam menghadapi
tuntutan-tuntutan perubahan yang datang dari internal keluarga maupun
eksternalnya.

B. Coping
1. Pengertian Coping
Coping adalah perilaku yang terlihat dan tersembunyi yang dilakukan
seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan psikologi
dalam kondisi yang penuh stres (Yani,1997). Menurut Sarafino (2002),
coping adalah usaha untuk menetralisasi atau mengurangi stress yang
terjadi. Dalam pandangan Haber dan Runyon (1984), coping adalah
semua bentuk perilaku dan pikiran (negatif atau positif) yang dapat
mengurangi kondisi yang membebani individu agar tidak menimbulkan
stres.
Lazarus dan Folkman (1984) mengatakan bahwa keadaan
stres yang dialami seseorang akan menimbulkan efek yang kurang
menguntungkan baik secara fisiologis maupun psikologis. Individu tidak
akan membiarkan efek negatif ini terus terjadi, ia akan melakukan suatu
tindakan untuk mengatasinya. Tindakan yang diambil individu dinamakan
strategi coping. Strategi coping sering dipengaruhi oleh latar belakang
budaya, pengalaman dalam menghadapi masalah, faktor lingkungan,
kepribadian, konsep diri, faktor sosial dan lain- lain sangat berpengaruh pada
kemampuan individu dalam menyelesaikan masalahnya.
Dari beberapa pengertian coping yang telah dikemukakan di atas
dapat disimpulkan bahwa coping merupakan:
a. Respon perilaku dan fikiran terhadap stress
b. Penggunaan sumber yang ada pada diri individu atau lingkungan
sekitarnya
c. Pelaksanaannya dilakukan secara sadar oleh individu
d. Bertujuan untuk mengurangi atau mengatur konflik-konflik yang
timbul dari diri pribadi dan di luar dirinya (internal or external conflict),
sehingga dapat meningkatkan kehidupan yang lebih baik.
Perilaku coping dapat juga dikatakan sebagai transaksi yang dilakukan
individu untuk mengatasi berbagai tuntutan (internal dan eksternal) sebagai
sesuatu yang membebani dan mengganggu kelangsungan hidupnya.
Strategi coping bertujuan untuk mengatasi situasi dan tuntutan
yang dirasa menekan, menantang, membebani dan melebihi sumberdaya
(resources) yang dimiliki. Sumberdaya coping yang dimiliki seseorang
akan mempengaruhi strategi coping yang akan dilakukan dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan.
Jenis-jenis Strategi Coping. Menurut Stuart dan Sundeen (1991)
terdapat dua jenis mekanisme coping yang dilakukan individu yaitu coping
yang berpusat pada masalah (problem focused form of coping
mechanism/direct action) dan coping yang berpusat pada emosi (emotion
focused of coping/palliatif form).
Yang termasuk mekanisme coping yang berpusat pada masalah adalah:
1. Konfrontasi adalah usaha-usaha untuk mengubah keadaan atau
menyelesaikan masalah secara agresif dengan menggambarkan tingkat
kemarahan serta pengambilan resiko.
2. Isolasi yaitu ndividu berusaha menarik diri dari lingkungan atau tidak
mau tahu dengan masalah yang dihadapi.
3. Kompromi yaitu mengubah keadaan secara hati-hati, meminta bantuan
kepada keluarga dekat dan teman sebaya atau bekerja sama dengan
mereka.
Sedangkan mekanisme coping yang berpusat pada emosi adalah
sebagai berikut:
1. Denial yaitu menolak masalah dengan mengatakan hal tersebut
tidak terjadi pada dirinya.
2. Rasionalisasi yaitu menggunakan alas an yang dapat diterima oleh
akal dan diterima oleh orang lain untuk menutupi ketidakmampuan
dirinya. Dengan rasionalisasi kita tidak hanya dapat membenarkan apa
yang kita lakukan, tetapi juga merasa sudah selayaknya berbuat
demikian secara adil.
3. Kompensasi yaitu menunjukkan tingkah laku untuk menutupi
ketidakmampuan dengan menonjolkan sifat yang baik, karena frustasi
dalam suatu bidang maka dicari kepuasan secara berlebihan dalam
bidang lain. Kompensasi timbul karena adanya perasaan kurang mampu.
4. Represi yaitu dengan melupakan masa-masa yang tidak menyenangkan
dari ingatannya dan hanya mengingat waktu-waktu yang
menyenangkan.
5. Sublimasi yaitu mengekspresikan atau menyalurkan perasaan,
bakat atau kemampuan dengan sikap positif.
6. Identifikasi yaitu meniru cara berfikir, ide dan tingkah laku orang lain.
7. Regresi yaitu sikap seseorang yang kembali ke masa lalu atau
bersikap seperti anak kecil.
8. Proyeksi yaitu menyalahkan orang lain atas kesulitannya sendiri atau
melampiaskan kesalahannya kepada orang lain
9. Konversi yaitu mentransfer reaksi psikologi ke gejala fisik.
10. Displacement yaitu reaksi emosi terhadap seseorang kemudian
diarahkan kepada seseorang lain

Kesimpulan
Dalam teori stres keluarga dijelaskan mengenai sebuah krisis
timbul karena sumber-sumber dan strategi adaptif tidak secara efektif
mengatasi ancaman-ancaman stresor, sehingga keluarga tidak dapat
terampil dalam memecahkan masalah dan keluarga menjadi kurang
bermanfaat (Robins, 2001). Gejala stres mencakup gejala psikis, fisik dan
perilaku, misalnya gejala psikis kelelahan mental, diikuti gejala fisik
seperti gangguan kulit, dan perubahan perilaku yaitu penurunan kualitas
hubungan interpersonal.Oleh karena itu keluarga memerlukan suatu upaya
positif untuk beradaptasi dalam memecahkan masalah-masalah yang
berhubungan langsung dengan setiap individu keluarga dengan
menggunakan strategi koping keluarga sehingga keluarga akan berhasil
dalam menghadapi tuntutan-tuntutan perubahan yang datang dari internal
keluarga maupun eksternalnya.
DAFTAR PUSTAKA

Siti Maryam, 2016. Stress Keluarga : Model dan Pengukurannya. Jurnal


Psikoislamedia. Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh.
Siti Maryam, 20117. Strategi Koping : Teori dan Sumber Dayanya. Jurnal Konseling
Andi Mattapa. Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Anda mungkin juga menyukai