PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan
dengan
penyulit
kelahiran
prematur
dan
terjadinya
infeksi
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan lapsus ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi ketuban pecah dini
2. Untuk mengetahui etiologi ketuban pecah dini
3. Untuk mengetahui pathogenesis ketuban pecah dini
4. Untuk mengetahui diagnosis dari ketuban pecah dini
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan ketuban pecah dini
1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai penyakit di bidang obstetri dan ginekologi
khususnya ketuban pecah dini pada kehamilan.
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 Identitas Pasien
No Reg
: 04164557
Nama penderita
: Ny. Dp
Umur penderita
: 28 tahun
Alamat
Pekerjaan penderita
: IRT
Pendidikan penderita
: SMA
Nama suami
: Faridudin
Umur suami
: 28 tahun
Pekerjaan suami
: Buruh
Pendidikan suami
: SMA
2.2 Anamnesa
Masuk rumah sakit tanggal : 8 6 - 2016
Keluhan Utama
Pasien mengeluh keluar air dari jalan lahir sejak pukul 04.30 ( 8 - 6 -2016)
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh perut terasa kencang-kencang jarang dan keluar cairan dari
jalan lahir sejak hari rabu, 8 Mei 2016 pukul 04.30 WITA. Cairan berwarna jernih,
tidak berbau, tidak berdarah, menurut pasien pada awalnya air yang keluar sedikit,
tetapi hingga siang hari air yang keluar semakin banyak, mengalir seperti kencing
yang merembes tidak dapat ditahan. Kemudian pasien langsung datang ke puskesmas
dimana pasien rutin mengontrol kehamilannya, lalu dirujuk ke RSUD Soedjono
Selong.
Rabu, 8 Mei 2016 pasien dibawa ke RSUD Soedjono Selong, dan tiba di RS
Soedjono Selong Pukul 18.30 WITA pasien masuk ruang VK IGD RSUD Soedjono
Selong, dan dilakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan pembukaan 1cm. Pasien
mengaku perut terasa kencang jarang dan gerakan janin masih dirasakan. Tidak ada
nyeri saat janin bergerak. Tidak ada demam, tidak ada rasa sakit didaerah kemaluan,
tidak ada mual ataupun muntah dan keluhan pusing tidak dirasakan pasien. BAK dan
BAB tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan ini baru pertama kali dialami pasien. Riwayat hipertensi, diabetes
mellitus maupun asma sebelum masa kehamilan, alergi disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus maupun
asma.
Riwayat Menstruasi
Menarche
Siklus haid
Lama haid
Jumlah darah haid
Hari pertama haid terakhir
Taksiran persalinan
: 15 tahun.
: 29 hari / teratur.
: 5 hari.
: 2 kali ganti pembalut.
: 15 9 - 2015.
: 22 6 - 2016.
Riwayat Pernikahan
Untuk pertama kali, pasien menikah pada usia 23 tahun dengan lama
pernikahan selama 5 tahun.
Riwayat Obstetrik
No Hami
.
l ke
1.
Ini
Tempa Umur
Jenis
Penolong
kehamila
Persalina
Persalina
Partus
RSU
9 bln
vacum
dokter
Jenis
Keadaa
Penyul
Kelami
it
n/ Berat Sekaran
Badan
Laki
laki
anak
Sehat
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas
Suhu
: 120/80 mmHg
: 80 kali/menit
: 20 kali/menit
: 37 C
Status Generalisata
Kepala
(-), Malar rash (-), Parese N VII (-), Hiperpigmentasi (-), Nyeri tekan kepala
(-).
Mata
:
o Simetris.
o Alis : normal.
o Exopthalmus (-/-).
o Ptosis (-/-).
o Nystagmus (-/-).
o Strabismus (-/-).
o Udema palpebra (-/-).
o Konjungtiva: anemia (-/-), hiperemia (-/-).
o Sclera: icterus (-/-), hyperemia (-/-), pterygium (-/-).
o Pupil : isokor, bulat, miosis (-/-), midriasis (-/-).
o Kornea : normal.
o Lensa : normal, katarak (-/-).
o Pergerakan bola mata ke segala arah : normal
Telinga
:
o Bentuk : normal simetris antara kiri dan kanan.
o Lubang telinga : normal, secret (-/-).
o Nyeri tekan (-/-).
o Peradangan pada telinga (-)
o Pendengaran : normal.
Hidung
:
o Simetris, deviasi septum (-/-).
o Napas cuping hidung (-/-).
o Perdarahan (-/-), secret (-/-).
o Penciuman normal.
Tenggorokkan
Leher
o
o
o
o
o
o
o
Simetris (-).
Kaku kuduk (-).
Scrofuloderma (-).
Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-).
Trakea : di tengah.
JVP : R+2 cm. (Tidak Meningkat)
Pembesaran thyroid (-).
Mulut :
Simetris.
Bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-), pursed lips breathing (-).
Gusi : hiperemia (-), perdarahan (-).
Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-),
kemerahan di
pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-).
Gigi : caries (-)
Mukosa : normal.
Thoraks
Pulmo :
Inspeksi :
Bentuk: simetris.
Ukuran: normal
Pergerakan dinding dada : simetris. Retraksi (-)
Permukaan dada : petekie (-), purpura (-), ekimosis (-),
spider nevi (-), vena kolateral (-), massa (-), sikatrik (-)
hiperpigmentasi (-).
Fossa supraclavicula
cekungan simetris
Fossa jugularis: trakea di tengah.
Tipe pernapasan torakoabdominal, frekuensi napas 28
dan
fossa
infraclavicula
Palpasi :
Sonor (+/+)
Perkusi :
: ICS II sinistra
Auskultasi :
Cor :
Palpasi : Iktus cordis teraba ICS V midklavikula line sinistra, thriil (-).
Abdomen:
Inspeksi :
Bentuk : cembung
Auskultasi :
Ekstremitas:
Superior
Inferior
Inspeksi
: membesar arah memanjang, striae (-), linea (-).
Palpasi
: Tinggi fundus uteri : 29 cm.
Leopold I
: Teraba bagian janin lunak, batas tidak tegas, kesan
bokong.
Leopold II
Leopold III
kesan kepala
Leopold IV : belum masuk pintu atas panggul (konvergen)
Taksiran Berat Janin (Johnson)
: (29-11) x 155 gram : 2790 gram.
His
: + (1 x dalam 10 menit lama 5 detik)
Auskultasi
: Denyut jantung janin : 150 kali / menit
Vaginal toucher
: Pembukaan 1 cm /kepala/ ketuban (-) di Hodge 1,
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
HbsAg
: 14 mm3
: 12.1 gr/dl
: 35,8 %
: non reaktif
Follow Up
Tanggal/Jam
Follow Up
8 6 - 2016
18. 30
20.30
22. 00
23. 00
00.00
9 6 -2016
00.25
00.35
02.35
03.30
05.30
07.00
Laporan Persalinan
11
Lahir bayi spontan dengan jenis kelamin laki-laki, BB 2900 gr, PB 48 cm dengan
Apgar Score 8-9-10. Plasenta lahir spontan tidak lengakap,eksplorasi kesan bersih. Dilakukan
episiotomi perineum grade 2 dan dilakukan hecting, perdarahan pervaginam kurang lebih 150
cc, observasi perdarahan 2 jam post partum.
Follow Up
Post Partum pervaginam Hari ke-0
Keluhan Subjektif : perdarahan (+) sedikit, ASI sudah keluar,
Sudah bisa buang air kecil, belum bisa buang air besar
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Pernapasan : 20 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,7 C
Status Generalisata
Kepala :
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)
Gigi dan mulut : dalam batas normal
Telinga : Peradangan (-), tumor (-)
Faring : Hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid
(-), peningkatan tekanan vena jugularis (-)
Dada :
Payudara : Peradangan (-), retraksi puting susu (-), air susu ibu
12
(+)
Paru : Gerakan napas simetris, retraksi interkostal (-), fremitus
raba simetris, suara napas vesikuler, wheezing (-), ronki (-)
Jantung : Pelebaran batas jantung (-), S1S2 tunggal regular, gallop
(-), murmur (-)
Abdomen : Cembung, TFU sepusat
Urogenital : perdarahan (+) sedikit
Ekstremitas : dalam batas normal
Diagnosa :
P2A0 post partum spontan a/i KPD
Penatalaksanaan :
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
14
15
Semakin tinggi paritas ibu akan makin mudah terjadi infeksi cairan amnion
akibat rusaknya struktur serviks akibat persalinan sebelumnya.2
5. Faktor tingkat sosio-ekonomi
Sosio-ekonomi yang rendah, status gizi yang kurang akan meningkatkan
insiden KPD, lebih-lebih disertai dengan jumlah persalinan yang banyak, serta jarak
kelahiran yang dekat.2
6. Faktor-faktor lain
Inkompetensi serviks atau serviks yang terbuka akan menyebabkan pecahnya
selaput ketuban lebih awal karena mendapat tekanan yang langsung dari kavum uteri.
Beberapa prosedur pemeriksaan, seperti amniosintesis dapat meningkatkan risiko
terjadinya ketuban pecah dini. Pada perokok, secara tidak langsung dapat
menyebabkan ketuban pecah dini terutama pada kehamilan prematur. Kelainan letak
dan kesempitan panggul lebih sering disertai dengan KPD, namun mekanismenya
belum diketahui dengan pasti. Faktor-faktor lain, seperti : hidramnion, gamelli,
koitus, perdarahan antepartum, bakteriuria, pH vagina di atas 4,5, stres psikologis,
serta flora vagina abnormal akan mempermudah terjadinya ketuban pecah dini.2
Berdasarkan sumber yang berbeda, penyebab ketuban pecah dini mempunyai
dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
Serviks inkompeten.
Ketegangan rahim yang berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion.
Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum
16
Prevalensi KPD berkisar antara 3-18% dari seluruh kehamilan. Saat aterm, 810 % wanita hamil datang dengan KPD dan 30-40% dari kasus KPD merupakan
kehamilan preterm atau sekitar 1,7% dari seluruh kehamilan. KPD diduga dapat
berulang pada kehamilan berikutnya, menurut Naeye pada tahun 1982 diperkirakan
21% rasio berulang, sedangkan penelitian lain yang lebih baru menduga rasio
berulangnya sampai 32%. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya risiko
morbiditas pada ibu atau pun janin. Komplikasi seperti : korioamnionitis dapat terjadi
sampai 30% dari kasus KPD, sedangkan solusio plasenta berkisar antara 4-7%.
Komplikasi pada janin berhubungan dengan kejadian prematuritas dimana 80% kasus
KPD preterm akan bersalin dalam waktu kurang dari 7 hari. Risiko infeksi meningkat
baik pada ibu maupun bayi. Insiden korioamnionitis 0,5-1,5% dari seluruh kehamilan,
3-15% pada KPD prolonged, 15-25% pada KPD preterm dan mencapai 40% pada
ketuban pecah dini dengan usia kehamilan kurang dari 24 minggu. Sedangkan insiden
sepsis neonatus 1 dari 500 bayi dan 2-4% pada KPD lebih daripada 24 jam.2
Proporsi KPD di Rumah Sakit Sanglah periode 1 Januari 2005 sampai 31
Oktober 2005 dari 2113 persalinan, proporsi kasus KPD adalah sebanyak 12,92%.
Sedangkan proporsi kasus KPD preterm dari 328 kasus ketuban pecah dini baik yang
melakukan persalinan maupun dirawat secara konservatif sebanyak 16,77%
sedangkan sisanya adalah KPD dengan kehamilan aterm. Kontribusi KPD ini lebih
besar pada sosial ekonomi rendah dibandingkan sosial ekonomi menengah ke atas.2
3.1.4. Patofisiologi KPD
Pecahnya selaput ketuban saat persalinan disebabkan oleh melemahnya
selaput ketuban karena kontraksi uterus dan peregangan yang berulang. Daya regang
ini dipengaruhi oleh keseimbangan antara sintesis dan degradasi komponen matriks
ekstraseluler pada selaput ketuban.2
17
18
seimbangan
ketuban dan meningkatkan aktivitas dari MMP-1 dan MMP-33. Indikasi terjadi
infeksi pada ibu dapat ditelusuri metode skrining klasik, yaitu temperatur rektal ibu
dimana dikatakan positif jika temperatur rektal lebih 38C, peningkatan denyut
jantung ibu lebih dari 100x/menit, peningkatan leukosit dan cairan vaginal berbau.2
Diagnosis KPD
21
didiamkan dan cairan amnion tersebut akan memberikan gambaran seperti daun
pakis.8
Pemeriksaan spekulum pertama kali dilakukan untuk memeriksa adanya
cairan amnion dalam vagina. Perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari
ostium uteri eksternum apakah ada bagian selaput ketuban yang sudah pecah.
22
Gunakan kertas lakmus. Bila menjadi biru (basa) adalah air ketuban, bila merah
adalah urin. Karena cairan alkali amnion mengubah pH asam normal vagina. Kertas
nitrazine menjadi biru bila terdapat cairan alkali amnion. Bila diagnosa tidak pasti,
adanya lanugo atau bentuk kristal daun pakis cairan amnion kering (ferning) dapat
membantu. Bila kehamilan belum cukup bulan penentuan rasio lesitin-sfingomielin
dan fosfatidilgliserol membantu dalam evaluasi kematangan paru janin. Bila
kecurigaan infeksi, apusan diambil dari kanalis servikalis untuk pemeriksaan kultur
serviks terhadap Streptokokus beta group B, Clamidia trachomatis dan Neisseria
gonorea.4
3. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan penipisan dan dilatasi
serviks. Pemeriksaan vagina juga mengindentifikasikan bagian presentasi janin dan
menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat. Periksa dalam harus dihindari kecuali
jika pasien jelas berada dalam masa persalinan atau telah ada keputusan untuk
melahirkan.4
4. Pemeriksaan penunjang
Dengan tes lakmus, cairan amnion akan mengubah kertas lakmus merah
menjadi biru.
Pemeriksaan leukosit darah, bila meningkat > 15.000 /mm 3 kemungkinan ada
infeksi.
USG untuk menentukan indeks cairan amnion, usia kehamilan, letak janin, letak
23
Konservatif
induksi.
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal
selama 2 hari, deksametason i.m 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.7
Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal pikirkan seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50g intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri jika :
a. Bila skor pelvik < 5, lakukanlah pematangan serviks, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.9
24
25
26
24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50%
persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan
terjadi
terlalu
dini
menyebabkan
berdasarkan
umur
dari
kehamilan,
penatalaksanaan
dan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Ny. Dp usia 28 tahun datang ke
Soedjono Selong 8 Juni 2016 pukul 18.30 WITA dengan keluhan utama keluar air dari
jalan lahir. Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
27
penunjang maka didapatkan diagnosis G2P1A0 gravid 38-39 minggu+ Tunggal hidup
+ presentasi kepala +Ketuban Pecah Dini
Diagnosis KPD didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium. Diagnosis KPD yang tepat sangat penting untuk
menentukan penanganan selanjutnya. Oleh karena itu, usaha untuk menegakkan
diagnosis KPD harus dilakukan dengan cepat dan tepat.
4.1.
Anamnesis
Pada kasus, berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan yang sesuai dengan
teori ,yaitu pasien mengeluhkan keluar air-air dari jalan lahir sejak tanggal 8 Juni
2016 pukul 04.30. Air yang keluar tersebut jernih dan tidak berbau amis. Perut
kencang-kencang yang dirasakan semakin hari semakin sering. Pasien rutin periksa
kehamilan di bidan.
Berdasarkan teori, diagnosis KPD 90% dapat ditegakkan melalui anamnesis.
Dari anamnesis didapatkan pasien merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan
cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas dan perlu juga
diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut. His belum teratur atau belum ada serta
belum ada pengeluaran lendir darah.
Teori
Kasus
Pasien merasa basah pada vagina.
Pasien datang dengan keluhan keluar air Mengeluarkan cairan banyak tiba
air dari jalan lahir
Riwayat keluar air ketuban dari jalan
-tiba dari jalan lahir.
Warna cairan diperhatikan.
lahir sejak pukul 04.30 wita (8-6-2016)
Belum ada pengeluaran lendir darah
sebelum masuk rumah sakit.
dan berbau khas
Cairan yang keluar jernih dan berbau
28
amis
Perut kencang jarang
Kasus
Tidak ada tanda-tanda infeksi:
Suhu ibu 37o C
Nadi 80 kali / menit
spekulum.
Riwayat keluar air ketuban.
Cairan jernih, pH diperiksa dengan
dan pHnya
Air ketuban yang keruh dan berbau
kertas Lakmus
persalinan.
Selaput ketuban
tidak
dapat
dievaluasi
30
Pada pasien ini dilakukan tes lakmus.. Tes Lakmus (tes nitrazin), jika kertas
lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
Teori
Kasus
Leukosit: 14.000
yanda-tanda infeksi
31
Teori
Kasus
Pada
tanda-tanda infeksi
pasien
ini
tidak
pernah
dalam
pemeriksaan
waktu
yang
20
menit
disertai
adanya
dasar
(baseline)
denyut
32
4.7 Penatalaksanaan
Pada kasus ini, keluar air ketuban dari jalan lahir atau dalam hal ini pecahnya
ketuban dicurigai terjadi 13 jam sebelum masuk rumah sakit, sementara belum ada
tanda-tanda inpartu pada pemeriksaan dalam, tidak dilakukan pemeriksaan NST
untuk menilai keadaan janin dan pasien diobservasi.
Kebanyakan penulis sepakat mengambil 2 faktor yang harus dipertimbangkan
dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap pasien KPD, yaitu umur kehamilan
dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Pemberian antibiotik profilaksis dapat
menurunkan infeksi pada ibu. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan
segera setelah diagnosis KPD ditegakkan. Beberapa penulis menyarankan bersikap
aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam dengan
alasan pasien akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Induksi dilakukan dengan
memperhatikan Bishop score, jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya jika < 5,
dilakukan pematangan serviks, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio
sesarea.
Teori
Kasus
Pemberian antibiotik profilaksis dapat Diberikan terapi antibiotik oral
lakukan
33
Pasien Ny. Dp yang berusia 28 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan
utama riwayat keluar air dari jalan lahir. Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang, maka didapatkan G2P1A0 UK 38-39 minggu+
Tunggal hidup Intrauteri + presentasi kepala + ketuban pecah dini. Pada pasien ini
dilakukan persalinan spontan pervaginam.
Diagnosis akhir pada pasien ini adalah P2-2A0 partus aterm + ketuban pecah
dini. Secara umum penegakkan diagnosis maupun penatalaksanaan pada pasien ini
sudah tepat dan sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA
34
35