Struktur gigi terbagi dalam dua bagian yaitu bagian mahkota dan bagian
akar. Pada bagian mahkota merupakan bagian gigi yang terlihat dalam
mulut, sedangkan pada bagian akar merupakan bagian yang tertanam di
dalam tulang rahang.
1. Stomatitis Apthous
- Stomatitis akut
Stomatitis akut adalah stomatitis yang disebabkan oleh trauma
akibat sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Bila dibiarkan saja
stomatitis ini akan sembuh dengan sednirinya dalam beberapa
hari.
- Stomatitis kronis
2. Oral thrush/moniliasis
3. Stomatitis herpetic
- Stres
1. Trauma
- Trauma makanan
- Prosedur Dental
2. Infeksi
Tidak terdapat fakta yang menunjukkan bahwa stomatitis
secara langsung disebabkan oleh mikroba karena hanya sebagian
kecil yang disebabkan oleh infeksi silang dari Streptococci.
Biasanya, untuk mencegah infeksi rongga mulut dapat digunakan
providone-iodine (obat kumur). 1 1
3. Abnormalitas Imunologi
4. Penyakit Gastrointestinal
Walaupun diketahui bahwa ulser dapat menyebabakn
penderitan sukar mencerna makanan, namun hal tersebut jarang
dihubungkan dengan penyakit gastrointestinal. Tetapi lebih sering
dihubungkan dengan defisiensi vitamin B12. Akan tetapi, ditemukan
bahwa 5% psien dengan penyakit tersebut disebabkan oleh penyakit
gastrointestinal. 1 1
5. Defisiensi Hematologi
6. Faktor Hormonal
7. Stres
8. Infeksi HIV
4. Nervus Trigeminus
Cabang-cabang N.Trigeminus :
Nervus Opthalmicus
Saraf ini merupakan cabang pertama bersifat sensoris yang
pempersarafi bulbus, glandula lacrimalis, conjuntiva, mukasovakum
nasi, kulit hidung, palpebra, dahi, kulit kepala. Membentang ke
ventral didinding sinus lateral cavernosus dibawah n.okulamotorius
dan troghlearis. Menerima serabut simpatis dari pleksus corotikus
internus serta memberikan cabang romus tentorii/ meningeus.
Sebelum memasuki fissura orbitaris.
Nervus Maksilaris
Cabang-cabang N.maksilaris :
5. EKSODONSIA
Eksodonsia adalah salah satu cabang ilmu bedah mulut
yang bertujuan untuk mengeluarkan seluruh bagian gigi
bersama jaringan pathologisnya dari dalam socket gigi serta
menanggulangi komplikasi yang mungkin timbul.
Komplikasi eksodonsia:
Fraktur : Mahkota gigi yang akan dicabut, Akar gigi yang akan
dicabut, Tulang alveolar.
Dislokasi : Gigi sebelahnya, Sendi temporo mandibula
6. JENIS ANESTHESI
Anastesi Lokal
Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk
sementara pada satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan
topikal atau suntikan tanpa menghilangkan kesadaran. Pencegahan rasa
sakit selama prosedur perawatan gigi dapat membangun hubungan baik
antara dokter gigi dan pasien, membangun kepercayaan, menghilangkan
rasa takut, cemas dan menunjukkan sikap positif dari dokter gigi. Teknik
anastesi lokal merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam
perawatan pasien anak. Ketentuan umur, anastesi topikal, teknik injeksi
dan analgetik dapat membantu pasien mendapatkan pengalaman positif
selama mendapatkan anastesi lokal. Berat badan anak harus
dipertimbangkan untuk memperkecil kemungkinan terjadi reaksi toksis
dan lamanya waktu kerja anastetikum, karena dapat menimbulkan trauma
pada bibir atau lidah.
Anak-anak dapat ditangani secara anastesi lokal dengan kerja sama
dari orangtua dan tidak ada kontra indikasi. Anak-anak diberitahu dengan
kata-kata sederhana apa yang akan dilakukan, jangan membohongi anak.
Sekali saja anak kecewa, sulit untuk membangun kembali kepercayaan
anak. Lebih aman mengatakan kepada anak-anak bahwa dia akan
mengalami sedikit rasa tidak nyaman seperti tergores pensil atau digigit
nyamuk daripada menjanjikan tidak sakit tetapi tidak mampu memenuhi
janji tersebut. Bila seorang anak mengeluh sakit selama injeksi pertimbang
kembali situasinya, injeksikan kembali bila perlu tapi jangan minta ia
untuk menahan rasa sakit.
Macam Anastesi Lokal
Anastesi Topikal
Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena
yang dikenai hanya ujung-ujung serabut urat syaraf. Bahan yang
digunakan berupa salf.
Anastesi Infiltrasi
Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun
rahang bawah. Mudah dikerjakan dan efektif. Daya penetrasi
anastesi infiltrasi pada anak-anak cukup dalam karena komposisi
tulang dan jaringan belum begitu kompak.
Anastesi Blok
Digunakan untuk pencabutan gigi molar tetap.
Anastesi Infiltrasi
Anestesi infiltrasi adalah anestesi yang bertujuan untuk
menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi pada atau sekitar
jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan hilangnya
rasa dikulit dan jaringan yang terletak lebih dalam misalnya daerah
kecil dikulit atau gusi (pencabutan gigi).
Anestesi ini sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang
atas ataupun rahang bawah. Mudah dikerjakan dan efektif. Daya
penetrasi anastesi infiltrasi pada anak-anak cukup dalam karena
komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak.
Alat dan bahan yang digunakan untuk anestesi infiltrasi pada gigi sulung saat
pencabutan antara lain :
1. Syringe
2. Cartridge
Biasanya terbuat dari kaca bebas alkali dan pirogen untuk
mengindari pecah dan kontaminasi dari larutan. Sebagaian besar cartridge
mengandung 2,2 ml atau 1,8 ml larutan anestesi lokal. Cartridge dengan
kedua ukuran tersebut dapat dipasang pada syringe standart namun
umumnya larutan anestesi sebesar 1,8 ml sudah cukup untuk prosedur
perawatan gigi rutin.
3. Jarum
Petunjuk:
4. Jarum yang digunakan harus tajam dan lurus dengan bevel yang relatif
pendek, dipasangkan pada syringe. Gunakan jarum sekali pakai
(disposable) untuk menjamin ketajaman dan sterilisasinya. Penggunaan
jarum berulang dapat sebagai transfer penyakit.
4. Lidocain
5. Mepivacain
6. Prilocain
7. Vasokonstriktor
Daerah bukal/labial/RA/RB
Anastesi Intraligamen
2. Masukkan jarum ke dalam sulkus gingiva pada bagian mesial distal gigi
dengan bevel jarum menjauhi gigi.
3. Tekan beberapa tetes larutan ke dalam sulkus gingiva untuk anastesi
jaringan di depan jarum Injeksi intra ligamen pada anak.
4. Gerakkan jarum ke apikal sampai tersendat diantara gigi dan crest alveolar
biasanya kira-kira 2 mm.
8. Dapat pula diberikan penyuntikan di bagian mesial dan distal akar tetapi
dianjurkan bahwa tidak lebih dari 0,4 ml larutan disuntikan ke tiap akar.
9. Cartridge harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pasien yang lain,
walaupun sedikit sekali larutan yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2010. Sariawan dan Stomatitis. Diakses dari
http://kesehatangigi.blogspot.com/208/01/sariawanstomstitis.h
tml pada tanggal 10 Juli 2011.
2. Suwondo. 2010. Mengenali Sariawan. Diakses dari
http://www.tabloid-wanita-indonesia.com/929/sehat.htm pada
tanggal 10 Juli 2011.
3. Anis,Suarni. 2010. Sariawan Kecil tapi Menyengsarakan.
Diakses dari http://id.shvoong.com/medicine-and-
health/1611761-sariawan-kecil-tapi-menyengsarakan/ pada
tanggal 10 Juli 2011.
4. Hartono,Rudi. 2010. Jenis-jenis Stomatitis. Diakses dari
http://www.wawasandigital.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=17224&Itemid=32 pada
tanggal 10 Juli 2011.
5. Policetyawati,Tridara. Mengenal Lebih dekat Sariawan.
Diakses dari http://www.republika.co.id/cetak_berita.asp?
id=236166&kat_id=105&edisi=Cetak pada tanggal 10 Juli
2011.
6. Uttiek. 2010. Sariawan. Diakses dari http://mail-
archive.com/milis-nikita@news.gramedia-
majalah.com/msg03970.html pada tanggal 10 Juli 2011.
7. Cawson,R.A,et al. 2002, cawsons Essentials of Oral
Pathology and Oral Medicine, 7th edition,New York,Churchill
Living Stone,13:192-193
8. Departemen Kesehatan. 2010. Data Tingkat Kejadian
Stomatitis. Diakses dari
www.bmf.litbang.depkes.go.id/index.php?
option=content&task=view&id=130<emid=53 pada tanggal
10 juli 2011.
9. Anonim. 2010. Penyebab Terjadinya Stomatitis. Diakses dari
www.smokingcard.info/?jdl=adt&bid=17 pada tanggal 10 Juli
2011.
10. Greenberg MS,Michael Glick. Burkets Oral Medicine
Diagnosis and Treatment. 10th ed.Philadelpia: BC Decker Inc:
2003.pp.63-64
11. Lewis, M.A.o dan Lamey,P-J. Tinjauan Klinis Penyakit
Mulut.Editor: Alih Wirawan. Jakarta : 1998.pp.48-49
12. Carpenter, M.B, 1983, Human neuroanatomy, 8th
edition, William and Wilkins, Baltimore, p.393-402
13. Fitz Gerald, M.T.J, 1985, Neuroanatomy basic and
applied, Bailliare Tindall, East Sussex. P.238-243
14. Heimer, L, 1995, The human brain and spinal cord, 2nd
edition, Springer Verlag, New York, p.247-249
15. Marshaal, B.L.C., 1985. The mixed cranial nerves, John
Willy & Sons, New York, p.34-50
16. Netter, F.H.N.D, Nervous systems in the ciba collection
of medical illustration, vol.1, part 1, Ciba-Geigy Corporation,
New York, p.94,97,101,167.
17. Peter Duus, 1989, Topycal dignosis in neurology, Georg
Thieme Verlag, Stuttgart, Germany, p.101-107
18. William De Myer, 1988, Neuroanatomy, Harwal
Publishing Philadelphia, p. 131-178