Anda di halaman 1dari 15

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

A.

Latar Belakang SIMRS


Sistem Informasi Manajemen (SIM) bagi suatu rumah sakit merupakan hal yang
sangat penting untuk segera diterapkan.Hal ini mengingat semakin kompleksnya
permasalahan yang ada dalam data medik pasien maupun data-data administrasi yang
ada di rumah sakit.Namun menyediakan SIM bukanlah hal yang mudah, terutama jika
dikaitkan dengan biaya pengadaan SIM yang relatif sangat besar.
Penerapan sistem informasi pada suatu rumah sakit memerlukan suatu
perencanaan yang matang. Bila dilakukan secara tergesa-gesa tanpa melakukan
perencanaan terlebih dahulu dikhawatirkan akan memakan biaya yang mahal,
kemungkinan ada biaya baru baik untuk riset kelayakan dan lain-lain akan menambah
biaya selanjutnya. Dalam penerapan sistem informasi maka masalah finansial
merupakan faktor yang sangat penting.
Sistem Informasi Manajemen terdiri dari tiga kata yaitu sistem, informasi dan
manajemen. Sistem adalah suatu himpunan dari unsur, komponen atau variabelvariabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan
terpadu. Informasi adalah data yang telah disusun sedemikian rupa, sehingga bermakna
dan bermanfaat karena dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan
menggunkannya untuk membuat keputusan. Manajemen adalah tindakan memikirkan
dan mencapai hasil-hasil yang diinginkan melalui usaha kelompok yang terdiri dari
tindakan mendayagunakan bakat-bakat manusia dan sumber-sumber daya.Sehingga
Sistem Informasi Manajemen berarti suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola
organisasi maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas
organisasi. Jika lebih spesifik lagi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)

adalah suatu prosedur pemrosesan data-data baik data-data umum Rumah Sakit
maupun data-data medik pasien sehingga dapat mendukung proses pengambilan
keputusan manajemen.
Sistem Informasi Manajemen yang dimaksudkan adalah suatu sistem yang telah
berbasiskan komputer untuk mengolah data-data medik pasien maupun data-data
administrasi yang dimiliki rumah sakit.Selama ini jika kita bicara tentang rumah sakit,
yang paling mudah diingat adalah pelayanannya yang tidak memuaskan ketika
melakukan administrasi atau waktu yang terlalu yang dibutuhkan oleh perawat untuk
mencari data-data medik pasien.
Beberapa hambatan-hambatan yang sering dialami oleh pihak Rumah Sakit yang
disebabkan oleh system informasi yang belum dikelola dengan baik adalah pencatatan
yang berulang yang menyebabkan penduplikasian data, data yang belum terintegrasi
atau masih tersebar, pencatatan data masih dilakukan secara manual sehingga banyak
terdapat kesalahan dan informasi terlambat disebarkan. Oleh karena system informasi
manajemen untuk Rumah Sakit sangat perlu dilakukan agar dapat memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat, dapat menyajikan laporan akurat sehingga dapat
memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen.
Sebelum menerapkan suatu system informasi manajemen untuk Rumah Sakit, kita
harus mengetahui kelas dan status dari Rumah Sakit tersebut.Dimana masing-masing
Rumah Sakit memiliki kebutuhan system informasi berbeda-beda. Status dan kelas
Rumah Sakit dapat dibagi menjadi empat (4), yaitu :

Rumah Sakit Vertikal

Rumah Sakit Umum Daerah

Rumah Sakit Umum Swasta

Rumah Sakit specialist

Sedangkan untuk melakukan penerapan sistem informasi rumah sakit dibutuhkan


biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Banyak yang harus benar-benar dipersiapkan agar
hasil yang akan diperoleh seperti apa yang diharapkan. Komponen utama untuk
menunjang terlaksananya penerapan sistem informasi yang benar dan sesuai kebutuhan
:

Software (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit)

Hardware (seperangkat komputer)

Networking (Jaringan LAN, wireless)

SOP (Standar Operasional Prosedur)

SDM (Sumber Daya Manusia)


Ketika system informasi telah disiap diimplementasikan ternyata ada beberapa
kendala yang terjadi di lapangan, antara lain ketidaksiapan pihak Rumah Sakit dalam
menerapkan system informasi yang terintegrasi dan berbasis komputer, sulitnya
merubah pola kerja yang telah terbiasa dengan system manual menjadi komputerisasi,
dan penyajian data yang belum semuanya dalam bentuk elektronik yang akan
memudahkan proses migrasi data.
Secara garis besar, ruang lingkup DigIS-RS ini bisa digambarkan sebagai berikut:

Proses registrasi pasien umum dan pasien penjamin selain ASKES

Proses registrasi pasien ASKES


Alur pelayanan perawatan pasien rawat jalan
Alur pelayanan Pasien UGD
Alur pelayanan pasien di unit penunjang

B.

Strategi SIMRS
Strategi adalah pendekatan pola pikir,perencanaan dan pengambilan keputusandalam
situasi bisnis yang mengharuskanmanajer untuk mengetahui, memahami,menerima dan

mendukung misi organisasi,atau unit di dalam organisasi, danmenghubungkan misi tersebut


denganlingkungan ditempat keputusan-keputusantersebut akan diimplementasikan.driving
force di balik pola pikir, perencanaan dan manajemen strategis adalah misiorganisasi.
Manajemen strategis adalah kegiatan kolektif yang menyangkut pemahaman tentang
hakekat danimplikasi dari perubahan eksternal, kemampuanuntuk mengembangkan strategi yang
efektif dalammenghadapi perubahan, dan kemauan sertakemampuan untuk mengelola secara
aktifmomentum organisasisuatu keharusan bagi manajer rumah sakit, untukmemahami
perubahan-perubahan

yang

terjadi

dilingkungannya;

mereka

tidak

hanya

responsif

terhadapperubahan tetapi harus mampu menciptakan masadepanmanajemen strategis disusun


sebagai pendekatan atau filosofi untuk mengelola organisasi yang sangat kompleks.
Enam elemen dari manajemen strategis pendekatan manajemen strategis pada organisasi
yang kompleks seperti rumah sakit, dalam melaksanakan manajemen strategis diperlukan
pendekatan analitis maupun pendekatan kedaruratan ( emergent/contingency) : pendekatan
analitik atau rasional bergantung pada pengembangan langkah-langkah atau proses yang logis
(linear thinking) model emergent, bergantung pada pemikiran intuitif, kepemimpinan, dan
pembelajaran dan merupakan bagian dari manajemen kedua pendekatan ini dibutuhkan dan
dipandang sebagai satu single model pendekatan analitis dapat disamakan dengan
peta,sedangkan model emergent merupakan kompasnya
Model manajemen strategis yang mencakup pendekatan analitis dan emergent biasanya
terdiri dari tiga elemen : pola pikir strategis (strategic thinking) perencanaan strategis (strategic
planning) momentum strategis (strategic momentum)
1.

Strategic thinking

Strategic thinking mengenali kenyataan tentang perubahan mempertanyakan asumsi dan


kegiatan terkini membangun pemahaman sistem melihat kemungkinan masa depan menciptakan
ide-ide baru mempertimbangkan kesesuaian organisasi dengan lingkungan eksternal. \
Strategic thinking melakukan asesmen terhadap: perubahan kebutuhan dari stake holders
(pemangku kepentingan) perubahan menyangkut teknologi, sosial dan demografi, ekonomi,
politik/perundangan tuntutan kompetitif.
2. Strategic planning
Strategic planning adalah process secara periodik dalam mengembangkan satuperangkat
langkah-langkah dalam organisasi untuk mencapai misi dan visinya dengan menggunakan pola
pikir strategis.
Strategic planning menyiapkan proses langkah demi langkah yang berurutan untuk

3.

menciptakan strategi
melibatkan kegiatan-kegiatan periodic group strategic thinking (brainstorming)
membutuhkan data/informasi
membangun fokus untuk organisasi
memfasilitasi pengambilan keputusan yang konsisten
konsensus akan kebutuhan guna penyesuaian organisasi dengan lingkungan eksternal
hasilnya adalah perencanaan strategis yang terdokumentasi.
Strategic momentum
Strategic momentum menyangkut kegiatansehari-hari untuk mengelola strategi guna

pencapaian sasaran strategis dari organisasi. strategic momentum:

kegiatan nyata untuk mencapai sasaran spesifik menyangkut proses pengambilan keputusan

dan dampaknya
menghasilkan budaya dan style
memunculkan antisipasi, inovasi dan keunggulan
mengevaluasi kinerja strategi melalui pengendalian
suatu proses pembelajaran
bergantung pada peningkatan pola pikir strategis dan perencanaan
Strategis periodikmomentum strategis menjamin filosofi yang berkelanjutan dalam
mengembangkan dan mengatur perencanaan, kegiatan dan pengendalian dari organisasi.
Tata kelola sistem informasi yang baik harus selaras dengan fungsi, visi, misi dan
strategi organisasi. Secara generik fungsi Rumah Sakit (menurut WHO tahun 1957), memberikan

pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana
output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, Rumah Sakit juga
merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelayanan rujukan medik spsialistik dan sub spesialistik dengan fungsi utama
menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitasi pasien).
Dengan demikian secara umum sistem informasi Rumah Sakit harus selaras dengan
bisnis utama (core bussines) dari Rumah Sakit itu sendiri, terutama untuk informasi riwayat
kesehatan pasien atau rekam medis (tentang indentitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien), informasi kegiatan operasional
(termasuk informasi sumber daya manusia, material, alat kesehatan, penelitian serta bank data.
C.

Proses Bisnis SIMRS


Pertumbuhan teknologi komunikasi dan informasi telah menyentuh banyak lapisan
kehidupan, termasuk dalam bidang kesehatan.Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) merupakan salah satu bagian penting dalam penyelenggaraan rumah sakit terutama
kaitannya dalam melakukan pencatatan dan pelaporan. Bahkan kewajiban menyelenggarakan
SIMRS ini telah tercantum dalam UU Nomor 44 tahun tentang Rumah Sakit dan Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 82 tahun 2013 tentang SIMRS.
Namun saat ini masih banyak rumah sakit yang belum menerapkan SIMRS secara
optimal.Permasalahan yang masih terjadi saat ini adalah antrian calon pasien yang mengantri
berjam-jam untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan pengantrian data
dilakukan 2 kali untuk menerbitkan Surat Elegibitas Peserta (SEP) dan Pendaftaran Rumah
Sakit, ungkap Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan Dr. dr. Nurshanty Sapada. M.Kes dalam

sambutannya pada acara Pertemuan Monitoring dan Evaluasi Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit Open Source (SIMRS GOS) di Bali, Senin (1/9).
Pertemuan ini membahas berbagai perkembangan sistem informasi manajemen RS,
terutama kaitannya dengan SIMRS GOS dan integrasi sistem informasi JKN (Bridging System).
Saat ini, tim IT Kementerian Kesehatan mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit Generik
Open Source (SIMRS GOS). Dengan menggunakan SIMRS GOS ini didapat berbagai manfaat,
salah satunya membantu dalam hal bisnis proses Manajemen Rumah Sakit.
Selain itu, aplikasi ini dapat diperoleh secara gratis tanpa perlu membayar lisensi dan
dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan pihak Rumah Sakit, Baik secara
mandiri, bersama pusat dan atau pihak ke-3, jelasnya dihadapan para peserta yang terdiri dari
Tim IT Rumah Sakit Vertikal, Tim IT Rumah Sakit Pilot Project SIMRS GOS dan Tim IT Rumah
Sakit yang telah mengajukan permohonan ke Kementerian Kesehatan.
Untuk mendapatkan SIMRS GOS ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh
Pihak Rumah Sakit yaitu mempunyai Infrastruktur IT (Jaringan LAN, Komputer Client dan
Server), dan memiliki minimal 1 (satu) orang SDM IT yang akan dilatih dan yang memiliki
kompetensi dalam bidang pemograman.
Kemudian kaitannya dengan pelaksanaan Jaminan Kesehatan nasional (JKN),
pengembangan SIMRS ini tentu saja menjadi salah satu bagian penting dalam menyukseskan
program ini.Dalam upaya meningkatkan mutu layanan yang lebih baik kepada peserta, bahkan
saat ini RS BPJS Kesehatan telah mengembangkan Bridging System.
Sistem ini memungkinkan dua sistem berbeda melakukan dua proses pada saat yang
sama, tanpa adanya intervensi satu sistem ke sistem lainnya secara langsung. Sehingga calon
pasien kini tidak perlu mengantri berjam-jam di loket pendaftaran, jelasnya.

Maka, penting sebuah RS untuk terus meningkatkan pelayanan melalui pengembangan


Sistem Informasi RS. Dengan diterapkannya sistem yang optimal, pelayanan akan lebih lancar,
efektif, efisien. Kepastian pembiayaan dan kecepatan klaim akan semakin baik, serta terjadinya
kepuasan konsumen baik pasien, rumah sakit, maupun stake holder lainnya.
Pengelolaan data yang sangat besar baik berupa data medis pasien (medical record)
maupun data administrasi yang dimiliki oleh Rumah Sakit mengakibatkan beberapa hambatan /
kendala, antara lain:

Redudansi Data, pencatatan data yang berulang-ulang menyebabkan duplikasi data sehingga
kapasitas yang di perlukan membengkak dan pelayanan menjadi lambat, tumpukan filing
sehingga memerlukan tempat filing yang cukup luas.

Unintegrated Data, penyimpanan data yang tidak terpusat menyebabkan data tidak sinkron,
informasi pada masing-masing bagian mempunyai asumsi yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing unit /Instalasi.

Human Error, proses pencatatan yang dilakukan secara manual menyebabkan terjadinya
kesalahan pencatatan yang semakin besar dan tidak singkrong dari unit satu ke yang lainya dan
akan menimbulkan banyaknya perubahan data (efeknya banyak pelayanan akan berdasarkan
sesuka perawat/dokter sehinga dokter / perawat bisa menambah bahkan mengurangi data/tarif
sesuai dengan kondisi saat itu, misal yang berobat adalah saudaranya maka dengan seenaknya
dokter/perawat memberikan diskon tanpa melalu prosedur yang tepat, sehingga menimbulkan
kerugian pada pihak rumah sakit.

Terlambatnya Informasi, dikarenakan dalam penyusunan informasi harus direkap secara manual
maka penyajian informasi menjadi terlambat dan kurang dapat dipercaya kebenarannya.

Untuk mengatasi hambatanhambatan dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit,


keberadaan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit sangat dibutuhkan, sebagai salah
satu langkah strategis dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan memenangkan
persaingan bisnis
1.

Pelayanan Utama (Front Office)


Setiap Rumah Sakit memiliki prosedur yang unik (berbeda satu dengan lainnya), tetapi
secara umum/generik memiliki prosedur pelayanan terintegrasi yang sama yaitu proses
pendaftaran, proses rawat (jalan atau inap) dan proses pulang.
Setiap Rumah Sakit memiliki prosedur yang unik (berbeda satu dengan lainnya) tetpi
secara umum/generik memiliki prosedur pelayanan terintegrasi yang sama yaitu proses
pendaftaran, proses rawat (jalan atau inap) dan proses pulang.
Data yang dimasukan pada proses rawat akan digunakan pada proses rawat dan pulang.
Selama proses perawatan, pasien akan menggunakan sumber daya, mendapat layanan dan
tindakan dari unit-unit seperti farmasi, laboratorium, radiologi, gizi, bedah, invasive, diagnostic,
non invasive dan lainnya. Unit tersebut mendapat order/pesanan dari dokter (mialnya berupa
resep untuk farmasi, formulir lab dan sejenisnya) dan perawat. Jadi dokter dan perawat sebagai
aktor/SDM inti pada proses bisnis Rumah Sakit (seluruh order berasal dari mereka). Karena itu

2.

kami menyebutkan inti sistem ini sebagai order communication system.


Pelayanan Administratif (Back Office)
Proses umum Back Office diantaraya perencanaan,

pembelian/pengadaan,

pemelihaaraan stok/inventory, pengelolaan aset, pengelolaan SDM, pengelolaan uang (hutang,


piutang, kas, buku besar, dan lainnya). Proses Back Office ini berhubungan dengan proses pada
Front Office.
Rumah Sakit merupakan unit yang mengelola sumber daya fisik (manusia, uang,
mesin/alat kesehatan/aset, material seperti obat, reagen, alat tulis kantor, barang habis pakai dan
sejenisnya). Walaupun proses bisnis setiap Rumah Sakit unik tapi tetap terdapat proses umum,

diantaranya perencanaan, pembelian/pengadaan, pemeliharaan stok/inventory, pengelolaan Aset,


pengelolaan SDM, pengelolaan uang (hutang, piutang, kas, buku besar dan lainnya). Proses back
office ini berhubungan/link dengan proses pada front office, digambarkan berikut ini. Proses
bisnis data tidak terstruktur. Proses-proses bisnis tersebut di atas yang melibatkan data-data
terstruktur, yang dapat dikelola dengan relational database management system, selain itu
terdapat proses bisnis yang melibatkan data yang tidak terstruktur seperti alur kerja, surat
diposisi, email, manajemen proyek, kolaborasi, team work, manajemen dokumen dan sejenisnya.

D.

Arsitektur Infrastruktur SIMRS


Untuk kebutuhan Sistem informasi RS saja, tetapi juga harus mampu digunakan untuk
berbagai hal, seperti jalur telepon IP, CCTV, Intelegent Building, Medical Equipment dan lainlain.
Kebutuhan infrastruktur jaringan komputer kedepan bukan hanya untuk kebutuhan
Sistem informasi RS saja, tetapi juga harus mampu digunakan untuk berbagai hal, seperti jalur
telepon IP, CCTV, Intelegent Building, Medical Equipment dan lain-lain.
Untuk mendukung pelayanan tersebut, maka infrastruktur jaringan komunikasi data yang

disyaratkan adalah:
1. Meningkatkan unjuk kerja dan memudahkan untuk melakukan manajemen lalu lintas data pada
2.

jaringan komputer, seperti utilisasi, segmentasi jaringan, dan security.


Membatasi broadcase domain pada jaringan, duplikasi IP address dan segmentasi jaringan

3.

menggunakan VLAN (virtual LAN) untuk setiap gedung dan atau lantai.
Memiliki jalur backbone fiber optik dan backup yang berbeda jalur, pada keadaan normal jalur
backup digunakan untuk memperkuat kinerja jaringan/redudant, tapi dalam keadaan darurat

backup jaringan dapat mengambil alih kegagalan jaringan.


4. Memanfaatkan peralatan aktif yang ada, baik untuk melengkapi kekurangan sumber daya
maupun sebagai backup
5. Dianjurkan pemasangan oleh vendor jaringan yang tersertifikasi (baik perkabelan maupun
perangkat aktif).

6.

Dokumentasi sistem jaringan lengkap (perkabelan, konfigurasi, uji coba, dan sejenisnya) baik

hardcopy maupun softcopy.


7. Mengingat penggunaan jaringan yang komplek kedepan, maka perangkat aktif mengharuskan
a.

pengelolaan bertingkat, seperti adanya:


Core switch yang merupakan device vital dalam local area network di Rumah Sakit dimana
core switch ini sebagai bacbone lan dan sentral switch yang berperan dalam prosessing semua

b.

paket dengan memproses atau men-switch traffic secepat mungkin).


Distribution switch yang merupakan suatu device antara untuk keperluan pendistribusian akses
antar core switch dengan access switch pada masing-masing gedung, dimana antara sebaiknya

distribution switch dan core switch terhubung melalui fiber optic.


c. Acces switch yang merupakan suatu device yang menyediakan user port untuk akses ke
network.
E.

Arsitektur Data
Arsitektur Data untuk menghasilkan informasi yang baik, diperlukan data yang
homogen.Agar dapat dihasilkan data homogen maka perlu dibuat arsitektur data yang baik.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam membangun arsitektur data: Kodefikasi
Kodefikasi selain keharusan utk otomatisasi/ komputerisasi, juga diperlukan untuk integrasi dan
penglolaan lebih lanjut seperti statistik. Mapping Karena sering berbeda keperluan kode- fikasi
data, maka diperlukan mapping data untuk integrasi dan pengelolaan lebih lanjut, misalnya
mapping kodefikasi antara tarif dengan kode perkiraan/chart of account, mapping kode
kabupaten/kota dengan provinsi dan sejenisnya.

F.

Arsitektur Aplikasi

Mengingat kompleksnya proses bisnis pada Rumah Sakit, berikut ini gambaran arsitektur
minimal dan variabel SIMRS yang dapat mengakomodir kebutuhan informasi.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) merupakan prosedur pemrosesan
data rumah sakit memanfaatkan teknologi informasi yang terintegrasi untuk menghasilkan
informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan bagi
pihak manajemen, sehingga dalam tahapannya akan membuat beberapa SOP (standard operating
procedure) baru guna menunjang kelancaran penerapan SIMRS yang tertata dengan baik dan
rapi.
1.

Front Office
Selama proses perawatan, pasien akan menggunakan sumber daya, mendapat layanan dan
tindakan dari unit-unit seperti farmasi, laboratorium, radiologi, gizi, bedah,invasive, diagnostic
non invasive dan lainnya. Unit tersebut mendapat order/pesanan dari dokter (misalnya berupa
resep untuk farmasi, formulir lab dan sejenisnya) dan perawat.
Jadi dokter dan perawat sebagai aktor/SDM inti pada proses bisnis Rumah Sakit
(seluruh order berasal dari mereka). Karena itu kami menyebutkan inti sistem ini sebagai order
communation system. Front Office SIMRS meliputi:

Antrian registrasi
Modul appointment
Registrasi
Pelayanan informasi
Pengaduan
Pelayanan informasi
Publik

2.

Back office

Rumah Sakit merupakan unit yang mengelola sumber daya fisik (manusia, uang,
mesin/alat kesehatan/aset, material seperti obat, reagen, alat tulis kantor, barang habis pakai dan
sejenisnya). Walaupun proses bisnis setiap Rumah Sakit unik tapi tetap terdapat proses umum,
diantaranya perencanaan, pembelian/pengadaan, pemeliharaan stok/inventory, pengelolaan Aset,
pengelolaan SDM, pengelolaan uang (hutang, piutang, kas, buku besar dan lainnya). Proses back
office ini berhubungan/link dengan proses pada front office, digambarkan berikut ini.
a.

Komuniasi dan Kolaborasi


Komunikasi
One Medic One Solutions for Health Information System merupakan suatu aplikasi
piranti lunak yang telah dikembangkan sejak tahun 2008. Protocol komunikasi yang tersedia
telah dilengkapi dengan system keamanan sehingga dapat menekan berbagai tindakan cyber
crime oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Desain

aplikasi SIMRS One

melakukan integrasi dengan

Medic berbasis Web dimana

pengguna

pihak-pihak internal maupun eksternal secara online.

dapat
Manfaat

Intergasi secara Online bertujuan untuk mengantisipasi pengulangan pekerjaan administrasi yang
dapat memicu terjadinya human error sehingga potensi kerugian Rumah Sakit dapat ditekan.
Fitur-fitur SIMRS One Medic sebagai solusi untuk menjawab tantangan masa depan industri
pelayanan medik:

Security system: modul ini dapat mengatur informasi dan data yang diperbolehkan untuk
diaksesbaik oleh pihak internal maupun eksternal. Pengaturan tersebut dilakukan selain untuk
melindungi kerahasiaan data pasien juga untuk menghindari penyalahgunaan informasi penting

lainnya oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.


MPI server solutions: adalah sistim komunikasi online yang dirancang untuk menjembatani
komunikasi antar sistem. Aplikasi MPI server solutions dapat digunakan sebagai alat

konfirmasi hak-hak pasien terhadap jenis tindakan medis dan obat-obatan yang dapat diberikan
oleh Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan Pihak Penjamin.a

Billing records system: seluruh data tindakan medik dan obat-obatan yang diberikan pada
pasien otomatis terekam secara online dan dapat diatur sesuai dengan format penagihan yang
ditetapkan oleh Pihak Penjamin. Feature ini dapat mempersingkat proses pekerjaan administrasi
penagihan sehingga dapat menekan angka piutang.
Untuk media komunikasi informasi antara unit dapat digunakan media komputer yang
sudah terintegrasi dengan jaringan LAN dengan menggunakan aplikasi Messenger atau chating,
selain itu juga sudah ada nya telepon lokal yang membantu hubungan komunikasi antar
unit.Sedangkan untuk akses komunikasi ke luar instansi menggunakan akses internet yang
terintegrasi melalui jaringan Pemerintah Kota.

Kolaborasi
Salah satu kolaborasi untuk mengembangkan SIMRS adalah dalam bentuk Kerjasama
Operasional (KSO) atau Build Operational Transfer (BOT).MenurutPSAK no 39, KSO
merupakan bentuk kerjasama antara 2 belah pihak atau lebih dimana masing-masing pihak
sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama dengan menggunakan asset dan/atau hak usaha
yang dimiliki dan secara bersama-sama menanggung resiko atas usaha tersebut. RSmempunyai
peluang pasar berupa kunjungan pasien sedangkan konsultan/vendor akanbertindak sebagai
investor untuk menyediakanteknologi informasi yang selalu update baik berupa 1)Perangkat
keras

(Server,

PC

&Jaringan),

2)Perangkat

lunak (Software) maupun

sumber

daya

manusia (Brainware) baik tenaga operator ( Data Entry), Programmer maupun tenaga lainnya.
Manfaat utama dari kegiatan KSO SIMRS ini adalah adanya jaminan berkelanjutan serta
proses pendampingan/transfer knowledge SIMRS,sehingga akan meminimalkan resiko-resiko
kegagalan implementasi di pihak RS dan akan menekan cost/biaya yang dikeluarkan

untuk investasi teknologi informasi yang senantiasa selalu update.Pihak rumah sakit
berkewajiban

untuk menyediakan

fasilitas

sarana/prasarana

untuk menunjang

kegiatan

operasional KSO SIMRS tersebut. Rumah Sakit akan melakukan pengembalian investasi dengan
beberapa alternatif, antara lain pembebanan ke pasienper registrasi/kunjungan/resep atau dana
dari komponen unit Bahan Habis Pakai (BHP),komponen unit Jasa Akomodasi maupun
daritingkat efisiensi operasional RS. Pihak konsultan mempunyai kewajiban melakukan
pengembangan/update, tailor-made(customize) sistem sesuai kebutuhan RS, Transfer Knowledge
dan pendampingan operasional selama masa kerjasama tersebut.Rumah Sakit akan menerima
sistem secara keseluruhan baik modul aplikasi, source code maupun blue print sistem pada masa
akhir kerjasama sehingga RS diharapkan akan menjadi mandiri dalam mengelola SIMRSpasca
masa KSO tanpa ketergantungan dari pihak konsultan dan bisa menjadi revenuecenter karena
bisa mengembangkan sistem yang ada ke RS yang lain.
Berdasarkan definisi di atas, maka kita dapat membagi SIMRS menjadi 6 komponen
utama guna menunjang terlaksananya penerapan SIMRS yang benar dan sesuai kebutuhan:

Software (Sistem Informasi Manajeman Rumah Sakit)


Hardware (perangkat Keras berupa komputer, printer dan lainnya)
Networking (jaringan LAN, wireless dan lainnya)
SOP (Standard Operating Procedure)
Komitmen (komitmen semua unit / departemen / instalasi yang terkait untuk sama-sama

mejalankan sistem karena sistem tidak akan berjalan tanpa di-input)


SDM (sumberdaya manusia adalah faktor utama suksesnya sebuah sistem dimana data di-input
dan diproses melalui tenaga SDM tersebut)

Anda mungkin juga menyukai