Lapsus Trama Oculi - Wismoyo Indra Zoelman - 10542015810 (Edit Versi Dr. Soraya)
Lapsus Trama Oculi - Wismoyo Indra Zoelman - 10542015810 (Edit Versi Dr. Soraya)
LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEI 2016
OLEH :
Wismoyo Indra Zoelman
10542 0158 10
PEMBIMBING :
dr. Sitti Soraya, Sp.M
HALAMAN PENGESAHAN
NIM
: 10542 0158 10
Judul Referat
Makassar,
Mei 2016
Pembimbing
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
HALAMAN PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
10
BAB IV KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
32
BAB I
PENDAHULUAN
Mata mempunnyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak,
dan jaringan lemak retrobulbar,selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata
masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada
bola mata dan kelopak, saraf mata serta rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat
mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma
pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih
berat yang akan mengakibatkan kebutaan.
Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah atau menjadi
gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata: palpebrae,
konjungtiva, cornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita. Trauma mata
merupakan keadaan gawat darurat pada mata.
Trauma mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada anak dan dewasa
muda; kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Segala umur
dapat terkena rudapaksa mata walaupun beberapa kelompok umur tersering terkena (50 %)
yaitu umur kurang dari 18 tahun (di USA). Dewasa muda-terutama pria-merupakan
kelompok yang kemungkinan besar mengalami cedera tembus mata. Kecelakaan dirumah,
kekerasan, ledakan aki, cedera akibat olahraga dan kecelakaan lalu lintas merupakan
keadaan-keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata.
Trauma pada mata sering mengalami kesukaran dalam menilai kerusakan yang
diakibatkannya. Kadang-kadang pukulan mempunyai kesan tidak keras dan kerusakan
matapun sepintas lalu tidak nampak. Tetapi ternyata membawa akibat berat bahkan sampai
timbul kebutaan. Memang keadaan ini sering mengherankan terutama bagi para sejawat
bukan dokter mata, oleh karena memang tidak mempunyai perlengkapan atau perhatian yang
cukup untuk menemukan kerusakan yang diakibatkannya. Bahkan bagi dokter mata sendiri
kadang-kadang mengalami kesulitan atau tidak menduga adanya kelainan yang dapat
membawa kebutaan.
Untunglah bola mata, mendapat perlindungan yang cukup baik oleh kelopak mata,
tulang mata, rima orbita, jaringan orbita, kedipan kelopak mata, gerakan menghindari dari
kepala, alis mata, gerakan dari bola mata ke atas. Sebaiknya bila ada trauma mata segera
dilakukan pemeriksaan dan pertolongan karena kemungkinan fungsi penglihatan masih dapat
dipertahankan.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. J
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 34 tahun
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Bugis/Indonesia
Pekerjaan
Alamat
: SAMATA
No. Register
: 43.67.32
Tanggal Pemeriksaan
: 11 Mei 2016
Rumah Sakit
Pemeriksa
: dr. Y
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Luka robek pada kelopak mata atas kanan
Anamnesis Terpimpin :
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Syekh Yusuf dengan keluhan luka robek pada
kelopak mata atas kanan sejak 3 jam yang lalu. Keluhan tersebut bersamaan dengan nyeri (+),
perdarahan (+) dan bengkak pada kelopak mata kanan (+).
Awalnya, pasien sedang bekerja sebagai kuli bangunan di dekat rumah, bersama
dengan suaminya. Pasien berada di lantai 1 bangunan dan suaminya berada di lantai 2
bangunan. Pada lokasi kerjanya tersebut terdapat kail kosong yang biasanya tergantung
sebuah ember yang dihubungkan dengan katrol guna membantu pekerjaannya dalam
mengangkut alat bangunan dari lantai bawah ke atas atau sebaliknya. Pada saat suami pasien
sedang mengangkat tali yang terhubung dengan kail tersebut, pasien tidak melihat bahwa ada
kail yang berada di depan wajahnya. Pasien merasa terkejut dan segera berteriak saat melihat
ada kail di depannya. Tiba-tiba si suami yang mendengar teriakan istrinya tersebut panik dan
segera menarik tali tersebut lebih kuat lagi. Kail mata yang awalnya belum mengenai pasien
segera menancap pada kelopak mata atas kanan pasien hingga robek.
Keluhan lain : rasa mengganjal (+), air mata berlebih (-), kotoran mata berlebih (-),
rasa gatal (-), rasa silau (-), riwayat penggunaan kacamata (-), riwayat demam (-).
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Pasien datang dari UGD RSUD Syekh Yusuf
Gowa dan segera dikonsul ke poli mata.
Riwayat Penyakit Keluarga dan sosial
Tidak ada riwayat penyakit yang sama pada keluarga pasien.
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
1
Pemeriksaan Inspeksi
Palpebra
OD
OS
Edema (-)
Laserasi 2.5cm
Silia
Apparatus
Lakrimalis
Lakrimasi (-)
Lakrimasi (-)
Konjungtiva
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
Membesar
Normal
Keruh
Jernih
Bilik Mata
Depan
Sulit dievaluasi
Normal
Iris
Sulit dievaluasi
Pupil
Sulit dievaluasi
Bulat, Sentral
Lensa
Sulit dievaluasi
Jernih
Mekanisme
Sulit dievaluasi
Bola mata
Kornea
muscular
Ke
segala
arah
Pemeriksaan Palpasi
Palpasi
OD
OS
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
pemeriksaan
pemeriksaan
Nyeri tekan
(+)
(-)
Massa tumor
(-)
(-)
Tensi Okuler
Glandula preaurikuler
Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan
Visus
VOD VOS
20/30
Campus Visual
Tidak dilakukan Pemeriksaan
Color sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
Light Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
Diafanoskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan
Penyinaran Oblik
No.
Pemeriksaan
OD
OS
Palpebra
2.
Konjungtiva
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
3.
Kornea
Jernih
4.
Normal
Normal
5.
Iris
6.
Pupil
7.
Lensa
Keruh
Jernih
SLOD : Tampak laserasi pada palpebra superior 2.5cm, edema (+), Hiperemi (+),
Konjungtiva hiperemis; BMD sulit dievaluasi.
SLOS : Tampak Konjungtiva hiperemis (+), Kornea jernih, Iris coklat, Kripte (+),
Pupil bulat sentral RC (+), Lensa jernih.
11 Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan
RESUME
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Syekh Yusuf dengan keluhan luka robek pada
kelopak mata atas kanan sejak 3 jam yang lalu. Keluhan tersebut bersamaan dengan nyeri (+),
perdarahan (+) dan bengkak pada kelopak mata kanan (+). Keluhan lain : rasa mengganjal
(+), air mata berlebih (-), kotoran mata berlebih (-), rasa gatal (-), rasa silau (-), riwayat
penggunaan kacamata (-), riwayat demam (-), riwayat trauma (+).
Pada pemeriksaan oftalmologi (visus) VOD : sulit dinilai, VOS : 20/30. Pada
pemeriksan slit lamp, didapatkan : OD tampak laserasi pada palpebral superior, sedangkan
pada OS dalam batas normal. Pada pemeriksaan palpasi ditemukan nyeri tekan pada mata
kanan (+).
C. DIAGNOSIS KERJA
O.D. Trauma Oculi
D. DIAGNOSIS BANDING
-
Katarak Traumatik
Ulkus Kornea
E. TERAPI
Non Medikamentosa
-
Bed Resting
Medikamentosa
-
IVFD RL 20tpm
Xytrol EO 3 dd gtt I
Operatif
-
Hecting + Eksplorasi
F. PROGNOSIS
-
Qua ad vitam
: Dubia
Qua ad sanationam
: Dubia
Qua ad functionam
: Dubia ad Bonam
Qua ad cosmeticam
: Dubia ad Bonam
G. DISKUSI
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Syekh Yusuf dengan keluhan luka
robek pada kelopak mata atas kanan sejak 3 jam yang lalu. Keluhan tersebut
bersamaan dengan nyeri (+), perdarahan (+) dan bengkak pada kelopak mata kanan
(+). Keluhan lain : rasa mengganjal (+), air mata berlebih (-), kotoran mata berlebih
(-), rasa gatal (-), rasa silau (-), riwayat penggunaan kacamata (-), riwayat demam (-),
riwayat trauma (+).
Pada pemeriksaan oftalmologi (visus) VOD : sulit dinilai, VOS : 20/30. Pada
pemeriksan slit lamp, didapatkan : OD tampak laserasi pada palpebral superior, sedangkan
pada OS dalam batas normal. Pada pemeriksaan palpasi ditemukan nyeri tekan pada mata
kanan (+).
Inspeksi langsung pada mata mata terlihat merah, palpebra tampak udem dan
laserasi pada daerah medial palpebral superior. Pemeriksaan pada bagian mata
selanjutnya memberikan gambaran kornea yang agak keruh, ini menandakan gejala
penglihatan kabur yang mungkin disebabkan oleh terganggunya fungsi kornea sebagai
media refraksi.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang kemudian mengarahkan
diagnosis kerja pada O.D. Trauma Oculi. Maka penatalaksanaan dilakukan sesuai
penatalaksanaan yang ada.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. DEFINISI
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak sengaja yang menimbulkan
perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang
ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan
mata.
2)
3)
Mekanis :
Tumpul
Tajam
Bahan Kimia :
Asam
Basa
Fisik :
Cahaya
Ledakan
Kebakaran
Diagnosis
alergi.
Pemeriksaan Fisik
Periksa tekanan bola mata secara palpasi. Jika tekanan bola mata terasa
lembek, maka curiga perforans, namun bila tidak maka non perforans.
2 Gerak bola mata dan tes konvergensi untuk melihat fungsi otot ekstra okuler.
Pemeriksaan Penunjang
1 Seidel Test : Jika subkonjungtiva dan kornea terlibat.
2 Funduskopi jika TIO normal
Diagnosis
Diagnosis trauma okuli perforans dapat di tegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang jika tersedia. Pada anamnesis informasi
yang di peroleh dapat berupa mekanisme dan onset terjadinya trauma, bahkan
penyebab trauma dan pekerjaan untuk mengetahui objek penyebabnya. Anamnesis
harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera sesudah cedera.
Harus di catat apakah gangguan penglihatan bersifat prograsif lambat atau berawitan
mendadak. Cedera pada anak dengan riwayat yang tidak sesuai dengan cedera yang
diderita, harus di curigai akan adanya penganiayaan anak. Riwayat kejadian harus
diarah secara khusus pada detail terjadinya trauma, riwayat pembedahan okuler
sebelumnya, riwayat penyakit, pengobatan sebelumnya dan alergi.
Pemeriksaan fisik dilakukan secara hati-hati dan manipulasi sedapat mungkin
diminimalisir. Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan
ketajaman penglihatan. Apabila ganguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi
cahaya, diskriminasi dua titik, dan adanya defek pupil eferan. Periksa motilitas mata
dan sensasi kulit perorbita dan lakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi
tulang orbita. Pada pemeriksaan kornea dan konjungtiva bila luka tidak menyebabkan
ruptur bola mata, maka dilakukan eversi kelopak mata untuk mengetahui lokasi benda
tersebut sejelas-jelasnya. Kedalaman dan kejernihan kamera anterior dicatat. Ukuran
bentuk dan reaksi terhadap cahaya dari pupil harus dibandingkan dengan mata yang
lain untuk memastikan apakah terdapat defek pupil di mata yang cedera.
Pemeriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat kedalam cedera di
segmen anterior bola mata. Tes fluoresisn dapat digunakan untuk mewarnai kornea,
sehingga cedera kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan tonometri perlu dilakukan untuk
mengetahui tekanan bola mata. Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan
oftalmoskop indirek penting untuk dilakukan untuk mengetahui adanya benda asing
intraokuler. Bila benda asing yang masuk cukup dalam, dapat dilakukan tes seidel
untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan dengan cara
memberi anestesi pada mata yang akan di periksa, kemusian diuji pada strip
fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru, sehingga
akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada pengeluaran cairan
mata.
Pemeriksaan Ct-scan dan USG B-Scan digunakan untuk mengetahui posisi
benda asing. MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda logam.
Electroretinography (ERG) berguna untuk mengetahui ada tidaknya degenarasi pada
retina dan sering digunakan pada pasien yang tidak berkomunikasi dengan pemeriksa.
Bila dalam inspeksi terlihat rupture bola mata , atau adanya kecenderungan
rupture bola mata, maka tidak dilakukan pemeriksaan lagi. Mata dilindungi dengan
pelingdung tanpa bebat, kemudian dirujuk ke se spesialis mata. Dokumentasi foto
bermanfaat untuk tujuan-tujuan medikolegal pada semua kasus trauma eksternal.
Penatalaksanaan
Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat darurat dan harus
segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya seperti:
-
Infeksi
Mempertahankan penglihatan
Pada setiap keadaan, harus dilakukan usaha untuk mempertahankan bola mata bila
masih terdapat kemampuan melihat.
BERDASARKAN PENYEBABNYA
1)
TRAUMA MEKANIS
TRAUMA TUMPUL
Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda yang
tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang)
ataupun lambat.
Tingkatan dari rudapaksa mata ini tergantung dari besar, berat, energi kinetik dari
obyek.
Mekanisme :
Gelombang tekanan akibat dari rudapaksa mata menyebabkan :
1. Tekanan yang sangat tinggi dan jelas dalam waktu yang singkat didalam bola
mata.
2. Perubahan yang menyolok dari bola mata.
3. Tekanan dalam bola mata akan menyebar antara cairan vitreous yang kental
dan jaringan sclera yang tidak elastis.
4. Akibatnya terjadi peregangan dan robeknya jaringan pada tempat dimana ada
perbedaan elastisitas, mis: daerah limbus, sudut iridocorneal, ligamentum
Zinii, corpus ciliare.
Respon dari jaringan terhadap rudapaksa mata tumpul :
Gambar 2. Hematom
Palpebra B.
B. KONJUNGTIVA
Edema Konjungtiva
Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik
pada setiap kelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Bila kelopak
terpajan ke dunia luar dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa
dapat mengedip, maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan edema pada
konjungtiva.
Gambar 3. Edema
Subkonjungtiva
Hematoma Subkonjungtiva
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau
dibawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera.
Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan
bahwa tidak terdapat robekan dibawah jaringan konjungtiva atau sklera.
Kadang-kadang hematoma subkonjungtiva menutupi keadaan mata yang
lebih buruk seperti perforasi bola mata. Pemeriksaan funduskopi adalah perlu
pada setiap penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat trauma. Bila
tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam penglihatan
menurun dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan
eksplorasi bola mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus
okuli.
Pengobatan ini pada hematoma subkonjungtiva ialah dengan kompres
hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2
minggu tanpa diobati.
Gambar 4. Hematom
Subkonjungtiva
KORNEA
Edema Kornea
Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat
mengakibatkan edema kornea malahan ruptur membran descement. Edema
kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi
sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat
keruh dengan uji placido yang positif.
Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel
radang dan neovaskularisasi kedalam jaringan stroma kornea.
Pengobatan yang diberikan adalah larutan hipertonik seperti NaCl 5%
atau larutan garam hipertonik 2-8%, glukose 40% dan larutan albumin.
Bila terdapat peninggian tekanan bola mata maka diberikan azetolamida.
Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam
penglihatan dengan lensa kontak lembek dan mungkin akibat kerjanya
menekan kornea terjadi pengurangan edema kornea.
Penyulit trauma kornea yang berat berupa terjadinya kerusakan membran
descement yang lama sehingga mengakibatkan keratopati bulosa yang akan
memberikan keluhan rasa sakit dan menurunkan tajam penglihatan akibat
astimagtisme ireguler.
Erosi Kornea
Anterior,
Gambar 7. Hyfema
istirahat
Akhirnya
Rakusin
mengatakan
bahwa
dalam
parenteral,
berguna
untuk
menekan/menghentikan
Dengan
demikian
diharapkan
terjadinya
perdarahan
tekanan
intraokuler. Bahkan
Gombos
dan Yasuna
E. IRIS
1.
Iridodialisis
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga
bentuk pupil menjadi berubah. Pasien akan melihat ganda dengan satu
matanya.
Gambar 8. Iridodialisis
F. LENSA
a. Dislokasi Lensa. Dislokasi lensa terjadi pada putusnya zonula zinn yang
akan mengakibatkan kedudukan lensa terganggu.
Gambar 9. Dislokasi
Lensa
b. Subluksasi Lensa. Terjadi akibat putusnya sebagian zonula zinn sehingga
lensa berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan
akibat pasien menderita kelainan pada zonula zinn yang rapuh (sindrom
Marphan). Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang.
Subluksasi lensa akan memberikan gambaran pada iris berupa
iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa
yang elastic akan menjadi cembung, dan mata akan menjadi lebih
miopik. Lensa yang menjadi sangat cembung mendorong iris ke depan
sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik mata menjadi sempit
pada mata ini mudah terjadi glaucoma sekunder.
c. Luksasi Lensa Anterior. Bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus
akibat trauma maka lensa dapat masuk ke dalam bilik mata depan.
Akibat lensa terletak dalam bilik mata depan ini maka akan terjadi
gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata sehingga akan timbul
glaucoma kongestif akut dengan gejala-gejalanya. Pasien akan mengeluh
penglihatan menurun mendadak, disertai rasa sakit yang sangat, muntah,
mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat,
edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke
belakang dengan pupil yang lebar. Tekanan bola mata sangat tinggi.
d. Luksasi Lensa Posterior. Pada trauma tumpul yang keras pada mata
dapat terjadi luksasi lensa posterior akibat putusnya zonula zinn di
TRAUMA TAJAM
Trauma tajam pada mata adalah suatu trauma dimana seluruh lapisan jaringan
atau organ mengalami kerusakan.
ETIOLOGI
Trauma tajam disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam
bola mata.
TANDA DAN GEJALA
1. Tajam penglihatan yang menurun
2. Tekanan bola mata rendah
3. Bilikmata dangkal
4. Bentuk dan letak pupil berubah
5. Terlihat adanya ruptur pada cornea atau sclera
6. Terdapat jaringan yang prolaps seperti caiaran mata iris,lensa,badan kaca
atau retina
7. Konjungtiva kemotis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing .Pemeriksaan ultra
sonographi untuk menentukan letaknya, dengan pemeriksaan ini dapat
diketahui benda tersebut pada bilik mata depan, lensa, retina.
b. Pemeriksaan Computed Tomography (CT)
Suatu tomogram dengan menggunakan komputer dan dapat dibuat
scanning dari organ tersebut.
PENATALAKSANAAN
Bila terlihat salah satu tanda diatas atau dicurigai adanya perforasi bola
mata, maka secepatnya dilakukan pemberian antibiotik topical, mata ditutup,
dan segera dikirim kepada dokter mata untuk dilakukan pembedahan.
Sebaiknya dipastikan apakah ada benda asing yang masuk ke dalam mata
dengan membuat foto. Pada pasien dengan luka tembus bola mata selamanya
diberikan antibiotik sistemik atau intravena dan pasien dikuasakan untuk
kegiatan pembedahan. Pasien juga diberi antitetanus provilaksis, dan kalau
perlu penenang. Trauma tembus dapat terjadi akibat masuknya benda asing
ke dalam bola mata. Benda asing didalam bola mata pada dasarnya perlu
dikeluarkan dan segera dikirim ke dokter mata. Benda asing yang bersifat
magnetic dapat dikeluarkan dengan mengunakan magnet raksasa. Benda
yang tidak magnetic dikeluarkan dengan vitrektomi. Penyulit yang dapat
timbul karena terdapatnya benda asing intraokular adalah endoftalmitis,
panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan ptisis bulbi.
2)
TRAUMA KIMIA
TRAUMA ASAM
Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk
kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat kimia bersifat asam dengan pH < 7.
Beberapa zat asam yang sering mengenai mata adalah asam sulfat, asam asetat,
hidroflorida, dan asam klorida. Jika mata terkena zat kimia bersifat asam maka
akan terlihat iritasi berat yang sebenarnya akibat akhirnya tidak berat. Asam akan
menyebabkan koagulasi protein plasma. Dengan adanya koagulasi protein ini
menimbulkan keuntungan bagi mata, yaitu sebagai barrier yang cenderung
membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut. Hal ini berbeda dengan basa
yang mampu menembus jaringan mata dan akan terus menimbulkan kerusakan
lebih jauh. Selain keuntungan, koagulasi juga menyebabkan kerusakan
konjungtiva dan kornea. Dalam masa penyembuhan setelah terkena zat kimia
asam akan terjadi perlekatan antara konjugtiva bulbi dengan konjungtiva tarsal
yang disebut simblefaron.(Susanto, 2004; Vaughan, 2000)
Penatalaksanaan yang tepat pada trauma kimia adalah irigasi dengan
menggunakan salin isotonic steril dan memeriksa pH permukaan mata dengan
meletakkan seberkas kertas indicator di forniks. Ulangi irigasi apabila pH tidak
terletak antara 7,3-7,7. (Vaughan, 2000).
TRAUMA BASA
Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan iritasi ringan pada mata
apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma
basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea,
camera oculi anterior, dan sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan
kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea.
Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai
dengan dehidrasi.
Menurut klasifikasi Thoft, trauma basa dapat dibedakan menjadi:
Derajat 1 : terjadi hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata
Derajat 2 : terjadi hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel kornea
Derajat 3 : terjadi hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan
lepasnya epitel kornea
Derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%
Tindakan bila terjadi trauma basa adalah secepatnya melakukan irigasi
dengan garam fisiologik selama mungkin. Bila mungkin irigasi dilakukan paling
sedikit 60 menit setelah trauma. Penderita diberi sikloplegia, antibiotika, EDTA
untuk mengikat basa. EDTA diberikan setelah 1 minggu trauma basa, diperlukan
untuk menetralisir kolagenase yang terbentuk pada hari ketujuh. Penyulit yang
dapat terjadi adalah simblefaron, kekeruhan kornea, edema, dan neovaskularisasi
kornea, katarak, disertai dengan ptisis bola mata.
3)
TRAUMA FISIK
CAHAYA
Cahaya yang berasal dari matahari atau alat untuk las mengandung ultraviolet
yang dapat mengakibatkan konjungtivitis dan keratitis, sedangkan cahaya dari
pembikinan kaca (Glass Blomers) banyak mengandung infra red yang dapat
mengakibatkan katarak.
-
Anamnesa :
Pemeriksaan :
Hiperemi konjungtiva
Pengobatan :
KEBAKARAN
Dengan adanya reflek perlindungan menutup palpebra sering kornea dan
konjungtiva terhindar dari bahaya kebakaran, sehingga kelainan terbatas pada
palpebra.
Pengobatan
LEDAKAN
Ledakan yang cukup kuat dapat menimbulkan bermacam-macam kerusakan.
Pengobatan diberikan.
Anamnesa :
Adanya trauma
Visus menurun
Nyeri
Diplopia
Mual
Muntah
Pemeriksaan :
Pengobatan :
BAB IV
KESIMPULAN
Trauma pada mata dapat terjadi dalam bentuk-bentuk antara lain trauma mekanik
(tumpul dan tajam), trauma kimia (asam dan basa), dan trauma fisik. Pemeriksaan awal pada
trauma mata antara lain meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan
segera
sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progesif lambat atau
berawitan mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraocular apabila terdapat riwayat
memalu, mengasah atau ledakan.
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan.
Apabila gangguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya, diskriminasi duatitik dan adanya defek pupil aferen. Periksa motilitas mata dan sensasi kulit periorbita dan
lakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi tulang orbita. Pada pemeriksaan
bedside, adanya enoftalmus dapat ditentukan dengan melihat profil kornea dari atas alis.
Apabila tidak tersedia slit-lamp di ruang darurat, maka senter, kaca pembesar atau
oftalmoskop langsung pada + 10 ( nomor gelap ) dapat digunakan untuk memeriksa adanya
cedera dipermukaan tarsal kelopak mata dan segmen anterior.
Permukaan kornea diperiksa untuk mencari adanya benda asing, luka dan abrasi.
Dilakukan inspeksi konjungtiva bulbaris untuk mencari adanya perdarahan, benda asing atau
laserasi. Kedalaman dan kejernihan kamera anterior dicatat. Ukuran, bentuk dan reaksi
terhadap cahaya dari pupil harus dibandingkan dengan mata yang lain untuk memastikan
apakah terdapat defek pupil aferen di mata yang cedera. Apabila bola mata tidak rusak, maka
kelopak, konjungtiva palpebra dan forniks dapat diperiksa secara lebih teliti, termasuk
inspeksi setelah eversi kelopak mata atas. Oftalmoskop langsung dan tidak langsung
digunakan untuk mengamati lensa, korpus vitreosus, diskus optikus, dan retina. Dokumentasi
foto bermanfaat untuk tujuan-tujuan medikolegal pada semua kasus trauma eksternal. Pada
semua kasus trauma mata, mata yang tampak tidak cedera juga harus diperiksa dengan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Penerbit
FKUI
2. Radjamin R.K.et all. 1998. Ilmu Penyakit mata. 3rd edisi. Surabaya : Airlangga University
Press.
3. Ilyas,Sidharta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
4. James, Bruce, et al. 2006 . Lecture Notes Oftalmologi, 9th eds. Surabaya : Airlangga.
5. Government. Contusio Bulbi. Available on http.//www. NCBI, nlm. Nih. Gov/enter
contusion_bulbi access on May 18th 2016. US : NCBI.