Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1. Menjelaskan prinsip penentuan kadar nitrogen dalam cuplikan dengan metode mikro
kledahl secara benar dan jelas.
2. Menjelaskan tahapan proses penentuan kadar nitrogen dalam cuplikan.
3. Mengoperasikan proses destruksi, destilasi, dan titrasi sesuai prosedur.
4. Melakukan percobaan penentuan nitrogen atau protein dengan metode kjedahl di
laboratorium.
5. Menghitung kadar nitrogen total atau protein dalam cuplikan berdasarkan hasil
percobaan.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Prinsip Dasar Teori
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen
total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel
didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga
akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang
terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara
titrasi. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan
secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan
waktu analisa yang pendek. Metode ini kurang akurat bila diperlukan pada senyawa yang
mengandung atom nitrogen yang terikat secara langsung ke oksigen atau nitrogen. Tetapi
untuk zat-zat seperti amina,protein,dan lain lain hasilnya lumayan.
Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan
makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar
nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi 6,25,
diperoleh nilai protein dalam bahan makanan itu. Untuk beras, kedelai, dan gandum angka
konversi berturut-turut sebagai berikut: 5,95, 5,71, dan 5,83. Angka 6,25 berasal dari
angka konversi serum albumin yang biasanya mengandung 16% nitrogen.
Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah sebagai berikut: mula-mula bahan didestruksi
dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn.
Amonia yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator. Cara Kjeldahl
pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimakro.
1. Cara makro Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi dan
besar contoh 1-3 g
2.

Cara semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang

dari 300 mg dari bahan yang homogen.


Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi nitrogen dalam bentuk
ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah yang besar. Kekurangan
cara analisis ini ialah bahwa purina, pirimidina, vitamin-vitamin, asam amino besar,
2

kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun
demikian, cara ini kini masih digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran
kadar protein dalam bahan makanan.
Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan
yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
1. Tahap destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO 2
dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk
mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4
dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4. Dengan
penambahan katalisator tersebut titk didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi
berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi, kadang-kadang juga
diberikan Selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut
selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke
valensi rendah atau sebaliknya.
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:
H

destruksi

R-C-COOH
H2SO4
NH2
CuSO4
Asam amino
Na2SO4

NH3 + CO2 + H2O

(protein)
NH3 + H2SO4

(NH4)2SO4
Hasil Destruksi

2. Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH 3) dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama destilasi tidak
terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar
maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan
ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4 % dalam jumlah yang berlebihan. Agar
supaya kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung
3

destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan
berlebihan maka diberi indikator misalnya BCG + MR atau PP.
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:
(NH4)2SO4 + NaOH

NH3 + H2O + Na2SO4

NH3 + HCl 0,1 N

NH4Cl

Berlebihan
3. Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam khlorida maka sisa asam khorida
yang bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir titrasi
ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang
selama 30 detik bila menggunakan indikator PP.
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:
HCl 0,1 N + NaOH 0,1 N

NaCl + H2O

Kelebihan
Kandungan nitrogen kemudian dapat dihitung sebagai berikut:
%N = ml NaOH blanko ml NaOH sampel N. NaOH 14,008 100%
Gram bahan x 1000
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat
yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam
khlorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan perubahan
warna larutan dari biru menjadi merah muda.
Kandungan nitrogen kemudian dapat dihitung sebagai berikut:
%N = ml NaOH blanko ml NaOH sampel N. HCl 14,008 100%
Gram bahan x 1000
Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan
suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada persentase
N yang menyusun protein dalam suatu bahan.
Kadar protein (%) = % N x faktor konversi

Nilai faktor konversi berbeda tergantung sampel:

Sampel
1. Bir, sirup, biji-bijian,

Factor konversi (f)


6,25

ragi, makanan ternak,


buah-buahan, teh, malt,
anggur
2. Beras

5,95

3. Roti, gandum, makroni,

5,70

bakmi
4. Kacang Tanah

5,46

5. Kedelai

5,75

6. Kenari

5,18

7. Susu kental manis

6,38

Apabila faktor konversi tidak diketahui, faktor 6,25 dapat digunakan . Faktor ini
diperoleh dari fakta rata-rata nitrogen dalam protein adalah 16 %.
Kadar Protein (%)

= N x 100/16
= N x 6,25

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat Dan Bahan
Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Hot plate
Magnetic Strrier
Corong Gelas
Batang Pengaduk
Gelas Kimia 250 ml
Gelas Kimia 500 ml
Bahan
GelasUkur 50 ml
1. 1,50 gram susububuk nestle
Gelas Kimia 100 ml
danco w
Seperangkat alat destruksi
2. 30 gram garamkjedahl
buchi
3. 100 ml H2SO4 98%
10. Seperangkat alat destilasi
4. 200 gram kristalNaOH
Kjedahl
5. 100 ml HCL 0,1 N
11. Gelas Kimia plastik 2 L
6. Indicator campuran
12. Statif dan Klem7. Indicator MM
8. 10 gram asamborat
9. 2 gram boraks
10.
Aquades

3.2 Prosedur Kerja


Membuat
10 gram

500 mL

asam borat aquades

Panaskan

Diperoleh 2%

Sampai larutam

larutan asam borat 500 mL

homogen

Larutan Asam Borat 2 %

masing-masing 100 mL
Larutan asam borat
+ 3 tetes mixed indikator

Standarisasi HCl

Analit yang digunakan : Boraks (Na2B4O7..10H2O)


Boraks

Menimbang

aquades

Melarutkan

indikator

Penambahan
indikator

HCl

Titrasi dg HCl

Catat V HCl &


Lakukan perhitungan

Destruksi
7

Rangkai
MMasukkan sampel ke
Masukkan
cuplikan
dan
peralatan
Masukkan
batu
didi
h
Masu
dalPasang
a
m
tiga
tabung
tabung
garam
hydrat
ke
dalam
destruksi
Nyala
masi
n
g-masi
n
g
2
buah
Masukkan
tabung
dan
kkan
destruksi
Putpada
a
r
pemanas
tabung
PutSetelah
aairr pemanas
ke
angka
kanpemanas
berwarna
hijau
muda,
putar
pada
l
e
mari
Hpemanastabung
Tunggu
sampai
di
n
gin,
setelah
dingin
air
ke
Masukkan
aquadest
100ml
dengan
5pemanas
setelah
gas
hil
a
ng
Ambil
erlenmeyer
l
a
lu
ke
angka
0
lalu
mati
k
an
asam
Buka
sal
u
ran
keran
matikan
dan
l
e
pas
t
u
tup
pelan-pelan
angka
7
Ambil
tabung tu runkan pelan-pelan
bagi
2
kemudian
bilpembuangan
a s dengan aquadest
dengan penjepit

Destilasi
8

Hubungka
n
a
l
a
t
HiAlTe kidraupkakna nt oNanmbolaOi rHke" deorn"a nn ,gayat unnggun meg m 10bukame kan i tt u p A, t u t u p
BukaTurdeTuts tuuiplnkaakaskai tndetuupepnr BlgaB.e ndanmeAmalni syttuerttriku lpa rkau ttaunp daC.l aTunggu
s
a
m
pa
i
m
t
a
b
ung
KeketBiunte rmlhlauuubungsbak pirmelkipasanme yatdetaeanlbnaaungghgas kalnadrndeaulatdiaasl tanrtdeuabedeksbsungrtsiwlt aialsarins ia hi t a m a t a u bi r u .
volpede ns utarmemu kspunglia mer u tdian ngas tdiilliaret ker l e npemem ybuae r nmegannj a d i 175 mL.
dade rs it raulksa t idedas nt i lbukaa s i . ka t u p C

Titrasi
9

SUT i l at a r p na k sg ai n d p a be n ru c rc o e a bt t a d t a n l a r u t a n H C l
yvd aoe nl u g m a t n e l saH a h mC d l p i by e al kn 2 ug , 3 k , a d n a n u n t u k t i t r a s i
sdb a il tam a n m p k e ob l a h k a n

10

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembuatan Larutan Asam Borat 2%
Berat asam borat = 10 gram
Volume

= 500 mL

% Asam borat

berat asam borat


x 100
Volume

10
x 100
500

=2%
4.2 Pembuatan Larutan NaOH 33,33%
Massa kristal NaOH
= 200 gram
Volume aquadest
= 600 mL
berat NaOH
x 100
% NaOH =
Volume
=

200
x 100
600

= 33,33 %
4.3 Standarisasi HCl
a. Berat Boraks
= 0,1762 gr
Mr Boraks
= 382 gr/mol
Valensi Boraks
=2
Volume HCl
= 10,7 mL
0,1762 x 2 x 1000
NHCl
=
= 0,0862 N
382 x 10,7
b. Berat Boraks
= 0,1770 gr
Boraks
= 382 gr/mol
Valensi Boraks
=2
Volume HCl
= 10,7 mL
0,1770 x 2 x 1000
NHCl
=
= 0,0866 N
382 x 10,7
NHCl rata-rata

0,0862+ 0,0866
2

4.4 Presentase Nitrogen Dalam Sampel


11

= 0,0864 N

Tabel 2 Data Percobaan


NO

Berat Sampel/Susu
(gram)
1
Blanko
2
0,25
3
0,5
4
0,75
Keterangan :

Berat garam
kjedahl (gram)
7,5
7,5
7,5
7,5

Volume asam
sulfat (mL)
20
20
20
20

Volume asam
klorida (mL)
0,2
6,1
0,75
17,9

Untuk data yang ketiga atau sampel 2 tidak digunakan karena volume HCl
yang didapat sangat berbeda
a. Sampel 0,0 gram (Blangko)
Volume HCl untuk titrasi blanko (V0)
N=

= 0,2 ml

[ ( VaVo ) N 14 100 ]
[ p]

0
b. Sampel 0,25 gram
Volume HCl untuk titrasi sampel (Va)
Volume HCl untuk titrasi blanko (V0)
Konsentrasi HCl (N)
Berat eqivalen nitrogen
Berat Sampel (p)
[ ( VaVo ) N 14 100 ]
N=
[ p X 1000 ]

= 6,1 ml
= 0,2 ml
= 0,0864 N
= 14 gr/mol
= 0,25 gram

[ ( 6,1 0,2 ) 0,0864 x 14 x 100 ]


[ 0,25 X 1000 ]

= 2,8546 %
c. Sampel 0,5 gram
Volume HCl untuk titrasi sampel (Va)

= 0,75 ml

Volume HCl untuk titrasi blanko (V0)

= 0,2 ml

Konsentrasi HCl (N)

= 0,0864 N

Berat eqivalen nitrogen

= 14 gr/mol

Berat Sampel (p)

= 0,5 gram

N=

[ ( VaVo ) N 14 100 ]
[ p X 1000 ]
12

[ ( 0,75 0,2 ) 0,0864 x 14 x 100 ]


[ 0,5 X 1000 ]

= 0,1330 %
d. Sampel 0,75 gram
Volume HCl untuk titrasi sampel (Va)

= 17,9 ml

Volume HCl untuk titrasi blanko (V0)

= 0,2 ml

Konsentrasi HCl (N)

= 0,0864 N

Berat eqivalen nitrogen

= 14 gr/mol

Berat Sampel (p)

= 0,75 gram

N=

[ ( VaVo ) N 14 100 ]
[ p X 1000 ]

[ ( 17,9 0,2 ) 0,0864 x 14 x 100 ]


[ 0,75 X 1000 ]

= 2,8546 %
% Nitrogen rata rata
% N rata-rata =

2,8546 +2,8546
2

= 2,8546
4.5 Kadar Protein dalam sampel
Harga f (faktor konversi kandungan N) pada susu bubuk = 6,25
% protein = f x % Nrata-rata
% protein dalam sampel = f x % Nrata-rata
= 6,25 x 2,8546 %
= 17,8412 %
Sampel

% Nitrogen

0,25 gram

2,8546 %

% Protein

% Protein yang

berdasarkan praktek

tertera pada sampel

13

0,75 gram
Rata-Rata

2,8546 %
2,8546 %

18,8412 %

11 %

4.6 Pengamatan Saat Praktek


No. Proses
1.
Destruks

Pengamatan
Muncul gas, tetapi tidak

banyak. Gas hilang lebih


cepat.

Larutan

berubah

warna menjadi kehitaman,


kemudian
angsur

berangsur-

berubah

warna

menjadi hijau bening serta

gas perlahan hilang.


Larutan yang mengandung
susu

kandungan

airnya

berkurang paling banyak.

14

Gambar

2.

Distilasi

Setelah dialirkan larutan


NaOH,

larutan

yang

mengandung

sampel

menjadi

berwarna

gelap.
Larutan

asam

hitam

borat

indikator yang diletakkan


pada penampungan distilat,
sebelumnya

berwarna

merah muda, dan setelah


didestilasi berubah menjadi

hijau bening.
Setelah dialirkan NaOH,
Larutan

pada

tabung

destruksi berubah warna


menjadi

biru,

berubah

warna

kemudian
menjadi

hitam.

15

3.

Titrasi

Hasil

Distilat

yang

hijau

bening

berwarna

dititrasi dengan HCl (


0,0864 N) hingga warna
distilat

kembali

seperti

warna

semula

(merah

muda). Volume HCl yang


digunakan

untuk

titrasi

berbeda-beda antara blanko


dan

masing-masing

samplenya.
4.6 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan kadar protein dalam susu sampel
dengan metode Kjeldahl. Sampel yang digunakan adalah susu bubuk sachet dengan merk
Nestle Dancow. Untuk mengetahui kadar protein dalam sampel, percobaan ini
dilakukan melalui 3 proses, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Sebelum 3 proses itu
dikerjakan, dilakukan persiapan untuk larutan yang akan didestruksi, destilasi dan titrasi
terlebih dahulu. Larutan dibuat dalam 4 tabung, dengan 3 tabung diisi sampel dengan
massa sebesar 0.25 gram (tabung 2), 0.50 gram (tabung 3) dan 0.75 gram (tabung 4) dan
tabung 1 tidak diisi sampel dan digunakan sebagai blanko. Setelah itu, 4 tabung tersebut
diisi masing-masing 7.5 gram garam Kjeldahl (sebagai katalis), 20 ml H 2SO4 98% (pekat)
untuk mengubah amonia menjadi amonium sulfat sehingga amonia dapat berubah
menjadi ionnya lalu ditambahkan 2 buah batu didih yang berfungsi sebaga perangkap
panas dan menyebarkan panas secara merata sehingga akan mencegah terjadinya
keretakan pada tabung.
Setelah semuanya telah siap, dilakukan tahap destruksi yang bertujuan untuk
mempercepat proses reaksi dan hidrolisis protein. Destruksi ini dilakukan didalam lemari
asam. Pada tahap destruksi, sampel didegradasi dengan memanaskan sampel dalam H2SO4
pekat sehingga terjadi penguraian sampel menjadi unsur-unsurnya yaitu unsur C, H, O, N,
16

S dsn P. Unsur N dalam protein ini dipakai untuk menentukan kandunga protein dalam
susu sampel. Hasil destruksi adalah ion NH4+ yang menunjukan keberadaan protein. Ion
ammonium breaksi dengan ion sulfat membentuka ammonium sulfat. Reaksi dikatalisis
dengan adanya garam Kjeldhal.
Garam Kjeldahl berfungsi untuk mempercepat proses destruksi dengan menaikan
titik didih H2SO4 serta menaikan suhu H2SO4, sehingga destruksi berjalan lebih cepat dan
lebih sempurna . garam Kjeldahl tersebut terdiri dari campuran Na 2SO4 anhidrat dan
CuSO4. Ion logam Cu akan menaikan titik didih H 2SO4 sedangkan Na2SO4 anhidrat akan
menarik air yang terdapat dalam sampel. Karena titik didih menjadi lebih tinggi, maka
H2SO4 akan membutuhkan waktu yang lama untuk menguap. Karena hal ini, kontak
H2SO4dengan sampel akan lebih lama sehingga proses destruksi akan berjalan lebih
efektif. Asam sulfat yang bersifat uksidator kuat akan mendestruksi sampel menjadi
unsur-unsurnya. Selama proses destruksi, terjadi raksi berikut :
Senyawa N + H2SO4

CO2 + H2O + (NH4)2SO4

Proses destruksi ditandai dengan perubahan warna larutan dari warna kehitaman menjadi
warna hijau muda.Sampel yang sudah didestruksi, akan didinginkan yang kemudian akan
berwarna hijau beningagaktoscasetelahditambahkanaquades. Waktu yang dibutuhkan
untuk destruksi tersebut berbeda antara larutan blanko dengan ketiga larutan sampel. Pada
larutan blanko, perubahan warna relatif lebih cepat dibandingkan dengan ketiga larutan
sampel. Hal ini terjadi karena tidak ada kontak antara asam sulfat dengan protein.
Pada saat menunggu larutan dalam keempat tabung berubah warna menjadi hijau
muda, dilakukan persiapan larutan untuk proses selanjutnya, yaitu tahap destilasi.larutan
yang digunakan adalah asam borat 2% yang telah ditambahkan mixed indicator, sehingga
larutan menjadi merah muda. Setelah siap, larutan yang sudah dibuat dimasukkan masingmasing 100 ml kedalam erlenmeyer. Setelah itu, ketika semua larutan didalam labu
Kjeldahl berubah warna menjadi hijau muda, larutan didinginkan terlebih dahulu
kemudian diencerkan denga menambahkan aquadest sebanyak 100 ml dan satu per satu
dilakukan destilasi.

17

Pada dasarnya tujuan destilasi adalah untuk memisahkan zat yang diinginkan,
yaitu dengan memecah ammonium sulfat menjadi amonia (NH3) dengan meambahkan
beberapa ml NaOH hingga tepat basa, kemudian larutan sampel dipanaskan. Prinsip
destilasi adalah memisahkan cairan atau larutan berdasarkan perbedaan titik didih. Fungsi
penambahan NaOH adalah untuk mempercepat pelepasan amonia dengan menciptakan
suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam. Reaksi yang
berlangsung, sebagai berikut :
(NH4)2SO4 + 2NaOH

2NH3 + Na2SO4 + 2H2O

Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi amonia (NH 3) dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan oleh pemnas dalam alat destilasi
melalui steam. Selain itu sifat NaOH yang menghasilkan panas apabila ditambah dengan
aquadest (meski energinya tidak terlalu besar jka dibandingkan dengan pemanasan dari
alat destilasi) ikut memberikan masukan energi pada proses destilasi. Panas tinggi yang
dihasilkanalat destilasi juga berasal dari reaksi antara NaOH dengan (NH 4)2SO4yang
merupakan reaksi yang sangat eksoterm sehingga energinya sangat tinggi.
Erlenmeyer yang berisi 100 ml asam borat 2% ditambahkan dengan mixed
indicatoryang sudah dibuat sebelumnyaditempatan dibagian kanan bawah alat destilasi.
Erlenmeyer ini digunkan untuk menangkap amoniak hasl reaksi NaOH dengan
(NH4)2SO4. Asam borat (H3BO4) berfungsi sebagai penangkap NH3 sebagai destilat berupa
gas yang bersifat basa. Agar amonia dapat ditangkap secara maksimal, maka ujung alat
destilasi harus tercelup semua kedalam larutan asam borat 2%.
Selama proses desilasi, lama-kelamaan erlenmeyer yang berisi larutan asam borat
akan berubah warna menjadi hijau, hal ini karena larutan menangkap adanya amonia
dalam bahan yang besifat basa sehingga mengubah warna merah muda menjadi hijau.
Reaksi yang terjadi :
2NH3 + H3BO4 (merah muda) NH4+ + H2BO3- (hijau muda)
Reaksi destilasi akan berakhir bila terjadi perubahan warna larutan dalam
erlenmeyer menjadi hijau muda akibat reaksi indicator pada suasana basa akibat
menangkap amonia. Ini menunjukan larutan telah bersifat basa dan destilasi dihentiakan.
18

Setelah destilasi selesai, larutan yang berada didalam tabung berwarna keruh,
sedangkan larutan asam borat 2% dalam erlenmeyer berwarna hijaukarena dalam suasana
basa akibat menangkap ammonia. Ammonia yang terbentuk selama destilasi dapat
ditangkap sebagai destilat setelah diembunkan (kondensasi) oleh pendingin balik dibagian
belakang alat destilasi dan dialirkan kedalam erlenmeyer.
Langkah terakhir dalam proses penentuan kadar protein adalah titrasi. Titrasi
asam-basa digunakan untuk menentukan kadar protein dalam sampel. Karena NH3 yang
terbentuk adalah asam lemah, digunakan HCI baku 0.0864 N untuk menitrasi asam borat
yang telah mengankap ammonia hasil destilasi, titik akhir ditandai dengan perubahan
warna menjadi merah muda karena adanya indikator metil merah pada kondisi sedikit
basa ( mendekati netral). Reaksi yang terjadi :
4NH3 + 2H3BO4 NH4+ + H2BO3-......................................(1)
H2BO3- + H+H3BO4 ..............................................................(2)
Reaksi (1) adalah reaksi penangkapan ammonia distilat oleh asam borat, dan
reaksi (2) adalah reaksi penetralan pada titrasi asam-basa. Dari reaksi di atas, bahwa 1
mol HCL akan bereaksi dengan 1 mol ammonia (dalam bentuk ionnya H + ). Sehngga
banyaknya protein dalam sampel dapat dihitung dari konversi HCI yang digunakan
dialkali dengan faktor konversi nitrogen protein.
Setelah dilakukan perhitungan, diketahui bahwa presentase nitrogen didalam
sampel yang digunakan 2,8546 %. Kemudian, nilai tersebut dikalikan dengan faktor
konversi, yaitu sebesar 6.25 untuk mengetahui presentase protein dalam sampel.
Penggunaan faktor konversi sebesar 6,25 karena unsur-unsur penyusun sampel belum
diketahui secara pasti. Angka 6,25 berasal dari angka konversi serum albumin yang
biasanya mengandung 16% nitrogen. Kadar protein yang didapat sebesar 18,8142 %
sedangkan data yang tertera pada label sampel yang dianalisis sebesar 11%. Terjadi
perbedaan diperkirakan karena terjadi penimbangan sampel yang tidak menggunakan
neraca analitik.

19

20

BAB V
KESIMPULAN
1.1 Kesimpulan
Konsentrasi HCl yang digunakan dalam titrasi sebesar 0,0862 N untuk boraks

pertama dan dan 0,0866 N untuk yang kedua.


NaOH yang digunakan memiliki konsentrasi 33,33 %.
Konsentrasi Asam Borat sebesar 2%.
Kadar Nitrogen total dalam sampel sebesar 2,8546 %.
Kadar Protein dalam sampel sebanyak 18,8142 %.

21

DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun Analitik Instrument.2011.Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Instrumen
KKTK-1073. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Hidayatulloh, Syarif. 2013. Penentuan Kadar Protein dan Senyawa Bernitrogen.
http://www.scribd.com.

22

Anda mungkin juga menyukai