Akut Abdomen
Akut Abdomen
PENDAHULUAN
menyebabkan sejumlah besar kunjungan ke rumah sakit dan dapat terjadi pada
mereka yang sangat muda, sangat tua, laki-laki maupun perempuan, dan semua
tingkatan sosioekonomi (Brewer,1999).
Lebih dari tujuh juta pasien datang dengan akut abdomen ke Instalasi Gawat
Darurat setiap tahunnya diseluruh dunia. Dimana, 25-41% merupakan kasus akut
abdomen dengan penyebab yang tidak spesifik. Sebagian besar merupakan kasus
ringan dengan prognosis yang baik namun demikian, beberapa kasus mengancam
jiwa dapt berujung kepada kematian akibat misdiagnosis, termasuk diantaranya
ruptur aorta, aneurisma, appendicitis, kehamilan ektopik, dan infark miokard
(Medina, 2011).
Semua pasien dengan nyeri abdomen harus menjalani evaluasi untuk menegakkan
diagnosis sehingga pengobatan tepat waktu dan dapat mengurangi morbiditas dan
mortalitas. Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua kunjungan
gawat darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat (Graff, 2001).
1
Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke gawat darurat
mengeluh nyeri perut. Diagnosis bervariasi sesuai untuk kelompok usia, yaitu
anak dan geriatri. Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering
disebabkan oleh apendisitis , sedangkan penyakit empedu, usus diverticulitis,
dan infark usus lebih umum terjadi pada bayi (Cordell, 2002).
BAB II
ISI
A. DEFINISI
Akut abdomen adalah suatu kondisi abdomen yang terjadi secara mendadak
pada umumnya diikuti nyeri perut akibat dari radang, luka, penyumbatan
(obstruksi), kerusakan organ (ruptur), sehingga memerlukan tindakan bedah
darurat (Cakmoki, 2007). Siegenthaller (2007) mendefinisikan bahwa akut
abdomen adalah suatu keadaan nyeri perut hebat yang terjadi dalam hitungan
jam dan tidak diketahui diketahui penyebabnya, dimana dianggap sebagai
keadaan darurat bedah karena tanda dan gejala klinisnya.
B. EPIDEMIOLOGI
Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua kunjungan gawat
darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat (Graff LG, Robinson
D, 2001). Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke
gawat darurat mengeluh nyeri perut (Cordell WH et all, 2002). Diagnosis
bervariasi sesuai untuk kelompok usia, yaitu anak dan geriatri. Sebagai contoh
nyeri perut pada anak-anak lebih sering disebabkan oleh apendisitis,
sedangkan penyakit empedu, usus diverticulitis, dan infark usus lebih umum
terjadi pada bayi (Graff LG, Robinson D, 2001).
C. ETIOLOGI
Banyak kondisi yang dapat menimbulkan akut abdomen, apapun penyebabnya
gejala utama yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah abdomen. Secara
garis besar, akut abdomen dapat disebabkan oleh infeksi atau inflamasi, oklusi
obstruksi, dan perdarahan. Keadaan infeksi atau peradangaan misalnya pada
kasus apendisitis, kolesistitis, atau penyakit Crohn. Keadaan oklusi obstruksi
misalnya pada kasus hernia inkaserata atau volvulus. Sedangkan keadaan
perdarahan misalnya pada kasus trauma organ abdominal, kehamilan ektopik
terganggu, atau rupture tumor (Sinha, 2010).
3
dari
anatomi
rongga
perut
dan
organ-organ
visera
persarafan
somatik
sesuai
dengan
segmen
nerve
roots
(Diethelm,1997).
Rangsangan
pada
permukaan
peritoneum
parietal
akan
abdomen yaitu serabut aferen viseral dan saraf somatik menghasilkan pola
nyeri yang khas yang membantu dalam diagnosis. Misalnya, nyeri pada
apendisitis akut nyeri akan muncul pada area periumbilikalis dan nyeri akan
semakin jelas terlokalisir ke kuadran kanan bawah
melibatkan
peritoneum
parietal.
Stimulasi
pada
saat peradangan
saraf
perifer
akan
viseral,
seperti
halnya
iskemia.
Kanker
dapat
menyebabkan
somatik
yang
terkait
dengan
gangguan
intraabdominal
akan
menyebabkan nyeri yang lebih inten dan terlokalisir dengan baik. Referred
pain merupakan sensasi nyeri dirasakan jauh dari lokasi sumber stimulus yang
sebenarnya. Misalnya, iritasi pada diafragma dapat menghasilkan rasa sakit di
7
E. PATOFISIOLOGI
Nyeri viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam
rongga perut, misalnya cedera atau radang. Peritoneum viserale yang
menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka
terhadap perabaan, atau pemotongan. Dengan demikian sayatan atau
penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa rasa nyeri pada pasien. Akan tetapi
bila dilakukan penarikan atau peregangan organ atau terjadi kontraksi yang
berlebihan pada otot sehingga menimbulkan iskemik, misalnya pada kolik
atau radang pada appendisitis maka akan timbul nyeri. Pasien yang mengalami
nyeri viseral biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri
sehingga biasanya ia menggunakan seluruh telapak tangannya untuk
menunjuk daerah yang nyeri. Nyeri viseral kadang disebut juga nyeri sentral
(Sjamsuhidajat et all,2004).
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional
organ yang terlibat. Saluran cerna berasal dari foregut yaitu lambung,
duodenum, sistem hepatobilier dan pankreas yang menyebabkan nyeri di ulu
hati atau epigastrium. Bagian saluran cerna yang berasal dari midgut yaitu
8
pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti labia
mayora pada wanita atau testis pada pria (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris
akibat cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal adalah nyeri
phantom setelah amputasi, atau nyeri perifer setempat akibat herpes zooster.
Radang saraf pada herpes zooster dapat menyebabkan nyeri yang hebat di
dinding perut sebelum gejala tau tanda herpes menjadi jelas (Sjamsuhidajat,
dkk., 2004).
Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada peradangan
pada rongga di bawahnya. Pada akut abdomen, tanda ini sering ditemukan
pada peritonitis setempat maupun peritonitis umum. Nyeri peritoneum
parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya peritoneum sehingga
penderita dapat menunjuk dengan tepat lokasi nyerinya, dan pada tempat itu
terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk serta tanpa rangsangan
peritoneum lain dan defans muskuler yang sering disertai hipersetesi kulit
setempat. Nyeri yang timbul pada pasien akut abdomen dapat berupa nyeri
kontinyu atau nyeri kolik (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Nyeri kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus
menerus karena berlangsung terus menerus, misalnya pada reaksi radang. Pada
saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot
dinding perut menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi
bagian yang meraadang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat
(Sjamsuhidaja, dkk., 2004).
10
Nyeri kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan
biasanya diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi
usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini
timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena
kontraksi berbeda maka kolik dirasakan hilang timbul (Sjamsuhidajat, dkk.,
2004).
Kolik biasanya disertai dengan gejala mual sampai muntah. Dalam serangan,
penderita sangat gelisah. Yang khas ialah trias kolik yang terdiri dari serangan
nyeri perut yang hilang timbul mual atau muntah dan gerak paksa.
Nyeri iskemik
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan
tidak mereda. Nyeri merupakan tanda adanya jaringan yang terancam
nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia,
keadaan umum yang jelek dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan
nekrosis.
F. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
i. Anamnesis
12
13
Palpasi
Palpasi akan menunjukkan 2 gejala yaitu nyeri dan muscular rigidity/
defense musculaire. Nyeri yang memang sudah dan akan bertambah saat
palpasi sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada
peritonitis lokal akan timbul rasa nyeri di daerah peradangan dan daerah
penekanan dinding abdomen. Defense musculaire/ muscular rigidity
ditimbulkan karena rasa nyeri peritonitis diffusa dan rangsangan palpasi
bertambah sehingga terjadi defense musculaire.
Kebanyakan kasus nyeri epigastrik atau nyeri perut atas akan didapatkan
nyeri tekan. Ada beberapa teknik palpasi khusus murphy sign (palpasi
dalam di perut bagian kanan atas menyebabkan nyeri hebat dan
berhentinya nafas sesaat) untuk cholecystitis, rovsing sign (nyeri di perut
kanan bawah saat palpasi di daerah kiri bawah/samping kiri) pada
appendicitis. Nyeri lepas di perut kanan bawah pada appendicitis dan nyeri
lepas di hampir seluruh bagian perut pada kasus peritonitis. Palpasi pada
kasus akut abdomen memberikan rangsangan peritoneum melalui
peradangan atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari
luasnya daerah yang terkena iritasi.
Hepatomegali menandakan hepatitis dan abses hepar jika hebar teraba
lunak, atau ca liver jika teraba keras dan berbenjol-benjol. Benjolan di
daerah epigastrik dapat berupa kanker lambung atau pancreas.
Perkusi
Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal yaitu perasaan nyeri
oleh ketokan jari yang disebut sebagai nyeri ketok dan bunyi timpani
karena meteorismus disebabkan distensi usus yang berisikan gas karena
ileus obstruksi letak rendah. Pekak hati yang menghilang merupakan tanda
khas terjadinya perforasi (tanda pneumoperitoneum, udara menutupi pekak
hati).
15
Auskultasi
Auskultasi dapat memberikan informasi yang berguna tentang saluran
pencernaan dan sistem vaskular. Suara usus biasanya dievaluasi kuantitas
dan kualitasnya.
Data ini kemudian dapat dibandingkan dengan temuan selama palpasi dan
dievaluasi untuk konsistensi. Meskipun beberapa pasien sengaja mencoba
untuk menipu dokter mereka, beberapa mungkin melebih-lebihkan
keluhan rasa sakit mereka sehingga tidak dapat diabaikan atau dianggap
enteng.
Cruveilhier-Baumgarten sign, adanya murmur pada auskultasi caput
medusa pasien dengan hipertensi portal, akibat rekanalisasi dari vena
umbilical dengan aliran balik dari vena porta.
Rectal Toucher
Pemeriksaan rectal toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga
merupakan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma rektum
atau keadaan ampulla recti apakah berisi faeces atau teraba tumor.
Colok dubur dapat membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis
usus karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan
pada obstruksi usus ampulanya kolaps. Pemeriksaan vagina menambah
informasi kemungkinan kelainan di organ ginekologis (Sjamsuhidajat,
dkk., 2004).
1. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah rutin
pemeriksaan hematokrit.
17
Pencitraan
Ultrasonografi
CT
CT dengan media kontras IV
CT dengan media kontras IV dan oral
Ultrasonografi
3. Pemeriksaan khusus
1) Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih
dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari
rongga peritoneum setelah dimasukkan 100--200 ml larutan NaCl
0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
2) Pemeriksaan laparoskopi
Bila
dijumpai
perdarahan
dan
anus
perlu
dilakukan
rektosigmoidoskopi.
18
4) NGT
Pemasangan nasogastric tube (NGT) untuk memeriksa cairan yang
keluar dari lambung pada trauma abdomen.
Dari data yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan tambahan dan pemeriksaan khusus dapat diadakan
analisis data untuk memperoleh diagnosis kerja dan masalahmasalah sampingan yang perlu diperhatikan. Dengan demikian
dapat ditentukan tujuan pengobatan bagi penderita dan langkahlangkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan pengobatan.
G. DIAGNOSIS BANDING
Kadang sukar membedakan kelainan akut di perut yang disertai nyeri perut
dengan kelainan akut di toraks yang menyebabkan nyeri perut. Umumnya
pada anamnesis nyata bahwa penyakit organ toraks tidak didahului atau
disertai dengan mual atau muntah. Kelainan perut umumnya tidak mulai
dengan panas tinggi atau menggigil (kecuali pada apendisitis dan tifus
abdominalis), sedangkan panas tinggi yang disertai menggigil lazim
ditemukan sebagai tanda awal kelainan akut toraks seperti pleuritis. Pada
pemeriksaan perut pun tidak ditemukan tanda rangsangan peritoneum.
Nyeri perut juga dapat disebabkan oleh kelainan organ kelamin dan saluran
kemih. Radang akut (pielitis) atau pionefros serta kolik ureter (batu atau
gumpalan darah) mungkin menyebabkan tanda yang mirip akut abdomen.
19
Paraumbilical:
1. Ileus obstruksi
2. Appendicitis
3. Pancreatitis acute
4. Trombosis A/V
mesentrial
5. Hernia Inguinalis
strangulata
6. Aneurisma aorta yang
pecah
20
Epigastric
Left hypocondriac
Pancreatitis
Cholecystitis
Gastritis
Biliary colic
Pepti colic
Hepatitis
Myocardial
infarction
Right lumbar
Umbilical
Left lumbar
Renal colic
Small bowel
obstruction
Renal colic
Appendicitis
Right iliac
Hypogastric
Left Iliac
Appendicitis
Cystitis
Sigmoid diverticulitis
Crohns disease
Urinary Retention
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan Akut abdomen antara lain, adalah :
1) Penyelamatan jiwa penderita
2) Meminimalisasi kemungkinan terjadinya cacat dalam fungsi fisiologis alat
pencemaan penderita.
Biasanya langkah-langkah itu terdiri dari :
1) Tindakan penanggulangan darurat
21
usus
dan
menyelamatkan
iga,
22
23
BAB III
PENUTUP
Istilah akut abdomen merupakan tanda dan gejala yang disebabkan penyakit intra
abdominal dan biasanya membutuhkan terapi pembedahan. Banyak penyakit yang
menimbulkan gejala di perut, beberapa di antaranya tidak memerlukan terapi
pembedahan, sehingga evaluasi pasien dengan nyeri abdomen harus dilakukan
dengan cermat (Brewer,1999).
Berbagai penyebab pada keadaan akut abdomen dapat berasal dari intra dan ekstra
abdomen. Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh kecepatan penanganan yang
sangat tergantung dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Diperlukan pengetahuan yang luas, mencakup anatomi, fisiologi, pemeriksaan
fisik dasar, dan pengalaman klinis multidisiplin. Selain itu juga perlu teliti,
waspada, dan peka terhadap perkembangan dari waktu ke waktu, serta mampu
menggunakan rasio setepat mungkin .
Pada akut abdomen, apapun penyebabnya, gejala utama yang menonjol adalah
nyeri akut pada daerah abdomen. Kadang-kadang penyebab utama sudah jelas
seperti pada trauma abdomen berupa vulnus abdominis penetrans namun kadangkadang diagnosis akut abdomen baru dapat ditegakkan setelah pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan
radiologi yang lengkap dan masa observasi yang ketat.
24