Anda di halaman 1dari 32

UPTD PUSKESMAS DTP PALIMANAN

UPTD PUSKESMAS DTP PALIMANAN

Sejarah UPTPuskesmas DTP Palimanan


Adapun sejarah berdirinya Puskesmas DTP Palimanan

Sebelum tahun 1960 merupakan POLIKLINIK Desa Palimanan Kecamatan Palimanan


Kabupaten Cirebon.

Tahun 1960 Tahun 1963 berubah menjadi Balai Pengobatan.

Tahun 1963 sampai sekarang berubah menjadi Pusat Kesehatan Masyarakat.

Tahun 1976 dibangun puskesmas pembantu Cipanas.

Penyusutan Puskesmas tahun 1989 berubah dari 18 desa menjadi 10 desa.

Tahun 1991 dibangun puskesmas pambantu Cengkuang.

Penyusutan Puskesmas tahun 2005 berubah dari 10 desa menjadi 7 desa.

Tahun 2008 dibangun UPT Puskesmas Palimanan dengan sarana bertingkat yang terletak
disebelah barat puskesmas lama, dan diresmikan oleh Bupati Cirebon ( Bpk. Drs. H. Dedi
Supardi, MM ), pada tanggal 12 November 2008.

Berdasarkan SK Bupati Cirebon tanggal 29 Mei 2009 No. 36 Tahun 2009, UPT Puskesmas
Palimanan dinyatakan sebagai UPT Pusat Kesehatan Masyarakat dengan Tempat Perawatan
( Puskesmas DTP).
Jika diperhatikan wilayah UPT Puskesmas DTP Palimanan terletak dilokasi yang
strategis. Dengan adanya pengembangan gedung baru dengan sarana yang cukup memadai,
sehingga bangunan lama dimanfaatkan untuk pelayanan UGD 24 jam, rawat inap, dan
pertolongan persalinan normal.

Gambaran Umum Wilayah Kerja UPT Puskesmas DTP Palimanan


UPT Puskesmas DTP Palimanan terletak di desa Palimanan Timur Kecamatan Palimanan
Kabupaten Cirebon merupakan puskesmas yang berada di wilayah pantura yang sangat
strategis, suhu di siang hari mencapai 34C s/d 38C.
Luas wilayah kerja UPT Puskesmas DTP Palimanan : wilayah 286.21.231 Ha terdiri 7
( tujuh ) desa 2 diantaranya termasuk desa IDT.
Batasbatas wilayah kerja UPT Puskesmas DTP Palimanan adalah sebagai berikut :
1.

Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kecamatan Arjawinangun


Puskesmas Arjawinangun )

( wilayah kerja

2.

Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Klangenan

( wilayah kerja

Puskesmas Klangenan )
3.

Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Palimanan

( wilayah kerja

Puskesmas Kepuh )
4.

Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Gempol ( wilayah kerja Puskesmas
Gempol )

Peta Wilayah Kerja UPT Puskesmas DTP Palimanan

Wahhh,,,luas juga yahhh....wilayah kerjanya 7 desa,,,

Tercatat 37.509 jiwa, terdiri dari laki laki 18.479 jiwa dan perempuan 19.030 jiwa.

Sumber : Kecamatan Palimanan tahun 2010

MOTO UPT Puskesmas DTP Palimanan

a.

Motto UPT Puskesmas DTP Palimanan

SENYUMKU ADALAH KESEMBUHANMU

b.

Motto Petugas UPT Puskesmas DTP Palimanan


RAIHLAH PRESTASI DENGAN RASA CINTA,
KEBERSAMAAN .

KEIKHLASAN DAN

Visi UPT Puskesmas DTP Palimanan


Terwujudnya UPT Puskesmas DTP Palimanan sebagai puskesmas unggulan dalam kualitas
pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Cirebon.

Misi UPT Puskesmas DPT Palimanan


Untuk menetapkan visi yang ditetapkan, maka UPT Puskesmas DTP Palimanan
menetapkan misi sebagai berikut :
1.

Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan


mendekatkan pelayanan melalui Poskesdes.

2.

Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak dengan menggerakkan pembangunan


berwawasan kesehatan untuk kepentingan pembangunan kesehatan masyarakat.

3.

Memberdayakan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan untuk


berpartisipasi aktif dalam masalah kesehatan secara mandiri.

4.

Menjadi pusat informasi kesehatan sebagai panutan perubahan perilaku masyarakat untuk
hidup sehat.

5.

Melengkapi sarana prasarana untuk meningkatkan profesionalisme dan kinerja petugas.


Berdasarkan visi dan misi, maka UPT Puskesmas DTP Palimanan
menetapkan tujuan sebagai berikut :
Mewujudkan puskesmas sebagai unit kesehatan mandiri sehingga dapat dicapai upaya
kesehatan dasar yang efektif yaitu mampu memuaskan masyarakat dan responsif terhadap
berbagai masalah kesehatan masyarakat dalam wilayah kerja puskesmas diantaranya :

1.

Memberi kepuasan terhadap masyarakat sehingga akses masyarakat ke puskesmas


meningkat.

2.

Masyarakat terlindungi dari berbagai bencana penyakit dan masalah kesehatan lainnya.

3.

Menurunkan kematian ibu dan anak.

4.

Meningkatkan kemitraan dengan dukun paraji.

5.

meningkatkan PHBS institusi maupun masyarakat.

6.

Meningkatkan keluarga mandiri di masyarakat.

7.

Meningkatkan sarana dan prasarana di puskesmas.

Prestasi yang telah diraih UPT Puskesmas DTP Palimanan, diantaranya:

UPT Puskesmas DTP Palimanan sebagai Juara I lomba Puskesmas Berprestasi Tingkat
Kabupaten Cirebon tahun 1989

UPT Puskesmas DTP Palimanan sebagai Juara II lomba Puskesmas Berprestasi Tingkat
Provinsi Jawa Barat tahun 1996

UPT Puskesmas DTP Palimanan sebagai Juara I lomba Puskesmas Berprestasi Tingkat
Kabupaten Cirebon tahun 2007

UPT Puskesmas DTP Palimanan sebagai Unit Kerja Pelayanan Publik ( UKPP )
Berprestasi di Provinsi Jawa Barat tahun 2008

UPT Puskesmas DTP Palimanan sebagai juara II lomba Puskesmas Berprestasi Tingkat
Propinsi tahun 2009

SUSUNAN ORGANISASI UPT PUSKESMAS DTP


PALIMANAN

DENAH RUANGAN UPT PUSKESMAS DTP


PALIMANAN

Keadaan Tenaga di UPT Puskemas DTP Palimanan


Tahun 2010
No

Jenis Tenaga

Jumlah

Dokter Umum

Dokter Gigi

2
3

Perawat

11

Bidan

14

Perawat Gigi

Sanitarian

Laboratorium

SPAG

TU

10

SMA Tata Usaha

11

SMP

12

SMA

13

Farmasi

14

Sopir

15

Pesuruh

Jumlah

51

Sumber : TU Puskesmas DTP Palimanan tahun 2010

Adapun program program kesehatan yang ada di UPT Puskesmas DTP Palimanan
adalah sebagai berikut :
a. Upaya Kesehatan Wajib
Promosi Kesehatan
Kesehatan Lingkungan
KIA/KB

Perbaikan Gizi
P3M ( Imunisasi, Diare, ISPA, TB Paru, DBD, Kusta)
Pengobatan termasuk labortorium
b. Upaya Kesehatan pengembangan
Lansia
Kesehatan Mata
Kesehatan Jiwa
Keperkom
Batra
Kesehatan Kerja
UKS
c.

Upaya Kesehatan Inovatif

Penanggulangan IMS di wilayah kerja UPT Puskesmas DTP Paliamanan


d. Upaya Kendali Mutu
Indek Kepuasan Masyarakat

Alur Pelayanan Kesehatan di Puskesmas DTP Palimanan

Jenis pelayanan Perawatan di Puskesmas DTP Palimanan

Ruang BP Umum

Ruang BP Gigi

Ruang Laboratorium

Ruang Imunisasi

Ruang KIA

Ruang Gizi dan Ruang Sanitasi

Ruang Obat

Ruang UGD
a . Rawat jalan
- Pengobatan umum 24 jam
- UGD 24 jam

b. Rawat inap
- Observasi kasus UGD
- Rawat inap kasus umum
Puskesmas Palimanan juga menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakatguna tercapainya pembangunan kesehatan di wilayah kerja UPT
Puskesmas DTP Palimanan.
Salah satu kegiatan itu, seperti :
*Melaksanakan kegiatan penyuluhan, yang meliputi :

Penyuluhan kelompok didalam dan luar gedung

Penyuluhan perorangan dalam gedung ( konseling ) dan luar gedung


rumah )

( kunjungan

Selain fasilitas tersebut Puskesmas Palimanan juga memiliki APOTEK HIDUP

Kasus
DIARE
1. tinjauan umum tentang penyakit diare
Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan
kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok usia bisa
diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada
bayi dan anak balita. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per
tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab
kematian. Di negara berkembang, anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian
diare per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun
atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare.
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan diare yang
menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Angka kesakitan diare di Indonesia dari
tahun ke tahun cenderung meningkat.
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer
lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.

Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai
darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak, konsistensi encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005)
2. Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare akut, diare persisten dan
diare kronis. (Asnil et al, 2003).
a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung kurang dari 14 hari, dengan
pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai lendir dan darah
b. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare
akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare kronis
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi,
seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama
diare kronik lebih dari 30 hari.
3. Faktor Penyebab Diare
1.
a.

Faktor infeksi
Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama

diare pada anak meliputi infeksi enternal sebagai berikut :


1) Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Stigella, Campilobacter, Yersinia, Aeromonas
dan sebagainya.
2) Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis).
3) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides).
b. Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut
(OMA), tonsilitis / tonsilofaringis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

2. faktor malabsorsi
Malabsorsi karbohidrat disakarida, lemak dan protein.
3.

Faktor Makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.


4.

Faktor Psikologis

Rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
4.
1.

Cara Penularan Diare


Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila seseorang

menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar
selama perjalanan sampai ke rumah-rumah atau tercemar pada saat disimpan di
rumah.pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila
tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
2.

Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus/bakteri dalam

jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut
hinggap di makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya.
5.

Pencegahan Penyakit Diare

1.

Buang air besar di jamban atau kakus yang sehat

2.

Gunakan sumber air minum yang bersih

3.

Makanan dan minuman yang dimasak

4.

Kebersihan perorangan
Membiasakan cara hidup sehari-hari, seperti : mencuci tangan dengan sabun.

5.
a.

Menjaga kebersihan alat-alat rumah tangga


Biasakan mencuci alat-alat makan dan minum dengan sabun.

b. Jangan mencuci pakaian penderita ke sungai dan sumber air lainnya.


6.

Makanan yang bergizi


Makanan yang bergizi bukan berarti makanan yang mahal. Supaya tidak

membosankan, penyajian makanan dapat berganti-ganti.


7.

Lingkungan yang bersih dan sehat

DITRIBUSI PENYAKIT MENURUT ORANG, YEMPAT DAN WAKTU


A.orang (person)
Perbedaan sifat keadaan karateristik personal/individu secara tidak langsung dapat
memberikan perbedaan pada sifat/keadaan keterpaparan faktor resiko penyakit Diare maupun

derajat resiko penyakit Diare serta reaksi individu terhadap setiap keadaan keterpaparan,
sangat berbeda dan dipengaruhi oleh berbagai sifat karateristik tertentu. Sifat karateristik itu
antara lain: umur, jenis kelamin, kelas sosial, jenis pekerjaan, penghasilan, golongan etnik,
status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
B. tempat (place)
Karateristik tempat sebagai wilayah administratif sering digunakan untuk melakukan
perencanaan kebijakan kesehatan, sedangkan karateristik tempat yang menunjukkan batasbatas alam sering digunakan untuk menjelaskan etiologi penyakit.
Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit disuatu daerah dengan batas-batas alam
adalah: keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembaban, curah hujan,
ketinggian diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap
pengaruh luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri,
pelayanan kesehatan, bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan dalam
pembangunan, faktor sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau
pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya vektor lingkungan
tertentu, reservoir penyakit menular tertentu, dan susunan genetika).
C. waktu (time)
Distribusi epidemiologi berasarkan waktu digunakan untuk menentukan masa inkubasi
penyakit, penyebaran penyakit berdasarkan musim, dan seringkali digunakan untuk
menentukan apakah suatu wilayah merupakan endemis dari suatu penyakit, dan juga
digunakan untuk menghitung standar deviasi untuk menentukan kriteria wabah atau KLB
pada suatu wilayah, serta untuk membantu perencanaan program-program kesehatan untuk
mencegah penyakit khususnya yang merupakan penyakit musiman. Berdasarkan data
distribusi penyakit yang diperoleh dari Unit Surveilans Penyakit Puskesmas Puuwatu, sifat
karateristik penderita Diare menurut variabel waktu dikelompokan berdasarkan bulan. Data
yang diambil merupakan data kejadian diare yang terjadi pada tiga tahun terakhir, yaitu data
tahun 2007, data tahun 2008, dan data bulan Januari-Oktober tahun 2009. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat distribusi epidemiologi penyakit diare berdasarkan trend tiga
tahunan.

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Mewujudkan masyarakat yang berbudaya sehat tentu merupakan salah satu cita-cita
pembangunan nasional yang telah terpatri sejak bangsa ini mendeklarasikan
kemerdekaannya. Negara sudah sepatutnya menjamin setiap sendi-sendi kehidupan
masyarakat tak terkecuali kesehatan setiap orang. Menciptakan masyarakat yang sehat artinya
pemerintah juga mempersiapkan sumber daya manusia yang berkompeten dan mampu
bersaing dari segi intelektualitas.
Salah satu langkah nyata yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah dengan
menyediakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas) sebagai wadah untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas memiliki banyak peranan vital,
mulai dari peran preventif, promotif, kuratif, hingga rehabilitatif, sehingga dianggap sebagai
unit pelayanan kesehatan tingkat pertama yang paling banyak digunakan oleh masyarakat.
Maka perlu kiranya bagi pemerintah untuk melestarikan keberadaan puskesmas dan terus
melakukan perbaikan bukan hanya pada sumber daya yang ada di puskesmas itu sendiri
melainkan pula sumber daya manusia yang ada di puskesmas secara berkesinambungan.
Puskesmas secara detail juga memiliki fungsi untuk mencatat bagaimana penyebaran
penyakit yang terjadi di suatu wilayah. Itulah kenapa kemudian peranan tenaga epidemiologi
di puskesmas menjadi sangat penting. Secara menyeluruh, tenaga epidemiologi bertanggung
jawab dalam mengelola prevalensi dan insidensi penyakit dan memperhatikan betul
bagaimana bentuk evaluasi dari temuan penyakit tersebut. Belum lagi kegiatan surveilans
epidemiologi di puskesmas yang secara umum bertugas untuk mengumpulkan, mengelola,
interpretasi, hingga evaluasi nyata dengan memperhatikan beberapa faktor risiko seperti
lingkungan, perilaku, dan hal lainnya.
Pola pencatatan penyakit terbanyak di puskesmas setiap tahunnya perlu menjadi
perhatian setiap petugas puskesmas. Dengan adanya tampilan data terkait jumlah kejadian
penyakit, maka pemerintah dapat lebih efektif dalam menentukan prioritas permasalahan apa
yang harus segera ditanggulangi. Pengamatan yang detail disertai data-data yang real
mendorong semua oknum kesehatan untuk melakukan evaluasi terkait kinerja dan kebutuhan
apa yang harus segera dipenuhi. Jadi penting adanya untuk terus melakukan interpretasi data
terhadap penyakit terbanyak yang terjadi di wilayah tertentu mulai dari catatan harian,
mingguan, bulanan, hingga tahunan, agar kontrol lebih mudah dilakukan.

B.

Tujuan

1.

Mengetahui gambaran umum puskesmas kassi-kassi.

2.

Meninjau statistik pasien berdasarkan umur dan pendidikan.

3.

Mengetahui data 10 penyakit terbanyak yang terjadi di puskesmas kassi-kassi selama tahun
2014.

4.

Menganalisis deskriptif tentang penyakit nasofaringitis akut yang terjadi di puskesmas


kassi-kassi tahun 2014.

5.

Mengetahui bentuk evaluasi dari tenaga surveilans terhadap terjadinya penyakit


nasofaringitis akut di puskesmas kassi-kassi.

C.

Manfaat

1.

Bagi Dinas Kesehatan


Sebagai masukan dalam perencanaan program kesehatan masyarakat agar dapat melakukan
pemberantasan penyakit secara terarah.

2.

Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang penyakit yang paling riskan terjadi dan dampaknya terhadap
kesehatan.

3.

Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman nyata yang sangat berharga tentang mekanisme pengambilan data
surveilans di puskesmas dan dapat memperkaya pengetahuan kita akan penyebaran penyakit
di daerah tersebut.

4.

Bagi Ilmu Pengetahuan


Memberikan tambahan referensi bagi pembaca.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Gambaran Umum Puskesmas Kassi-Kassi


Puskesmas kassi-kassi merupakan salah satu Puskesmas Pemerintah Kota Makassar dan
merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Makassar. Berdiri sejak tahun
1978/1979, dan merupakan puskesmas perawatan ke-VI di Makassar. Puskesmas ini terletak
di jalan Tamalate I no.43 Kelurahan Kassi-Kassi Kecamatan Rappocini Kota Makassar,
dengan luas wilayah kerja kurang lebih 7,32 Ha. Dari 9 kelurahan terdapat 79 RW dan 496
RT.
Dari data sekunder yang diperoleh, jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas kassikassi disajikan pada tabel berikut :
JUMLAH PERJENIS KELAMIN
Laki-laki
Perempuan
NO. KELURAHAN
1.
Ballaparang
5.596
6.285
2.
Rappocini
4.479
4.321
3.
Buakana
5.222
5.686
4.
Tidung
7.145
7.668
5.
Bontomakkio
3.664
3.564
6.
Kassi Kassi
7.923
8.812
7.
Mappala
6.202
6.072
8.
Banta-Bantaeng
9.510
10.293
9.
Karunrung
5.912
6.342
JUMLAH
55.653
59.043
Sumber: Kantor Kecamatan Rappocini 2014.

JUMLAH
11.881
8.800
10.908
14.813
7.228
16.735
12.274
19.803
12.254
114.696

Jumlah penduduk terpadat ditemukan pada kelurahan banta-bantaeng berdasarkan jenis


kelamin juga terbanyak pada kelurahan tersebut dengan perbandingan hampir sama. Jumlah
penduduk terbanyak ditemukan pada kelompok umur 20-24 tahun sebanyak 17.703 jiwa
sedang jumlah penduduk terendah pada kelompok umur 70-74 tahun sebanyak 1.079 jiwa.
Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah kerja puskesmas kassi-kassi terdiri dari :
1.

Rumah sakit umum

: 2 buah

2.

Rumah Sakit Bersalin

: 1 buah

3.

Puskesmas

: 1 buah

4.

Puskesmas Pembantu

: 2 buah

5.

Balai/Klinik Pengobatan

: 2 buah

6.

Dokter Praktek

: 30 orang

7.

Bidan Praktek Swasta (BPS) : 20 orang

8.

Apotik

: 10 buah

9.

Posyandu

: 78 buah

Di puskesmas tersebut terdapat dua orang tenaga sarjana kesehatan masyarakat yaitu
tenaga epidemiologi 1 orang dan tenaga kesling 1 orang. Struktur organisasi Puskesmas
terdiri atas :
1.

Kepala Puskesmas

2.

Kepala Subag Tata Usaha

3.

Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas

a.

Unit Kesehatan Masyarakat

b.

Unit Kesehatan Perorangan

4.

Unit Jaringan Pelayanan Puskesmas

a.

Unit Puskesmas Pembantu (Pustu)

b.

Unit Puskesmas Keliling (Puskel)

c.

Unit Bidan Komunitas

B.

Statistik Pasien Berdasarkan Umur dan Pendidikan


Dua variabel yang selalu menjadi penentu dalam mendeskripsikan pasien dalam sebuah
puskesmas tak dapat dilepaskan dari umur dan pendidikannya. Kedua variabel ini menjadi
indikator yang kuat untuk menganalisis lebih jauh kenapa sebuah penyakit dapat terjadi.
Umur menentukan interval waktu yang paling riskan bagi seseorang mengidap suatu
penyakit, sedangkan pendidikan menjadi penentu tingkat kematangan berpikir seseorang
yang akan mempengaruhi gaya hidup orang tersebut nantinya.
Berdasarkan data yang kami peroleh, statistik berdasarkan tingkat umur digambarkan
sebagai berikut :

Dari data di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa umur masyarakat yang paling rentan
mengalami sakit adalah di umur 15-19 tahun dengan jumlah kejadian 5093 atau dengan
persentase 35,8%. Diikuti oleh umur 1 bulan > 1 tahun dan umur 55-59 tahun dengan
masing-masing berjumlah 1478 (10,4%) dan 1305 (9,2%). Jadi yang harus menjadi perhatian

serius pihak puskesmas adalah kelompok masyarakat di umur 15-19 tahun atau kelompok
remaja yang memang merupakan umur yang sangat labil dan merupakan proses pencarian jati
diri. Wajar jika mereka masih sangat akrab dengan penyakit.
Adapun statistik pasien berdasarkan latar belakang pendidikannya digambarkan di
bawah ini :
Dari data sekunder yang didapat, maka kita dapat menyimpulkan bahwa masyarakat yang
paling sering menderita suatu penyakit adalah masyarakat yang tingkat pendidikannya
SMA/SLTA/MA berjumlah 5606 atau 39,4%. Disusul oleh tingkat masyarakat yang
Tidak/Belum Sekolah dengan jumlah 4494 atau 31,6%, dan SD/MI melengkapi 3 besar
tingkat pendidikan masyarakat yang rentan terkena penyakit dengan jumlah 1565 atau
berkisar 11%. Hal ini selaras dengan hasil statistik berdasarkan tingkat umur yang
menunjukkan bahwa umur remaja atau umur anak SMA paling rentan mengalami penyakit di
daerah kassi-kassi.
Alhasil, dari dua variabel yang telah disajikan, maka kita dapat mengetahui bahwa
program intervensi terbesar harusnya dilakukan pada umur 15-19 tahun untuk mengurangi
angka penderita penyakit dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
C.

Data 10 Penyakit Terbanyak yang Terjadi di Puskesmas Kassi-Kassi Selama Tahun 2014
Penyebaran penyakit di puskesmas kassi-kassi begitu kompleks. Terdapat temuan
beberapa penyakit yang menjangkit masyarakat selama kurung waktu 2014. Hal ini tentu saja
mendorong perlunya ada penggolongan data penyakit terbanyak yang diderita oleh
masyarakat sebagai nantinya bahan acuan atau landasan dalam melakukan upaya
penanggulangan dan pemberantasan penyakit.
Keadaan demografi dan pola hidup masyarakat sekitar sering kali menjadi faktor
penentu terjadinya suatu penyakit. Dari pemaparan data yang disajikan dalam bentuk online,
terdapat ada 10 penyakit terbanyak yang terjadi di tahun 2014 sebagai berikut :

Dari data di atas, maka diperoleh bahwa nasofaringitis akut merupakan penyakit yang
paling banyak terjadi dengan persentase 22,9 % atau berjumlah 1607 penderita dari total 7011
masyarakat yang menderita penyakit. Sedangkan penyakit terbanyak kedua adalah hipertensi
dengan persentase 18,5 % atau berjumlah 1299 penderita, dan Infeksi Saluran Pernapasan

Atas (ISPA) menduduki peringkat ketiga dengan jumlah kejadian 1116 atau 15,9 %. Secara
keseluruhan urutan 10 penyakit terbanyak di puskesmas kassi-kassi selama tahun 2014 adalah
nasofaringitis akut, hipertensi, ISPA, dispepsia, diare dan gastroenteritis, batuk, necrosis of
pulp, diabetes melitus, sakit kepala, serta disorders of tooth development and eruption.
Peningkatan tiap bulannya juga terbilang signifikan. Dari data yang diperoleh misalnya
pada kejadian nasofaringitis akut, bulan agustus jumlah penderita adalah 139 meningkat
menjadi 630 di bulan september, dari bulan september ke oktober meningkat menjadi 1.034,
dan meningkat lagi di bulan november menjadi 1341, dan akhirnya setelah di total di bulan
desember mencapai 1607. Artinya hampir setiap bulannya terjadi peningkatan penderita
penyakit dengan rata-rata 400-an.
Fakta bahwa nasofaringitis akut merupakan penyakit terbanyak yang diderita
mendorong untuk dilakukan peninjauan lebih jauh terkait apa sebenarnya yang
melatarbelakangi seringnya terjadi penyakit tersebut di sekitaran wilayah kassi-kassi serta
gambaran umum tentang penyakit tersebut, meliputi pula pencegahan, pengobatan,
manifestasi klinis, dan lain-lain.
D.

Deskriptif tentang Penyakit Nasofaringitis Akut di Puskesmas Kassi-Kassi


Jumlah penderita nasofaringitis akut yang sangat tinggi di puskesmas kassi-kassi tentu
saja sangat mengkhawatirkan. Diperlukan adanya upaya penanggulangan untuk mengurangi
angka penderita penyakit ini. Untuk mewujudkan hal itu, maka dibutuhkan pengetahuan
dasar terkait penyakit ini. Maka perlu kiranya melakukan penjelasan secara deskriptif tentang
penyakit yang sering menderita anak ini. Berikut beberapa penjelasannya :

1.

Definisi Nasofaringitis Akut


Nasofaringitis akut merupakan keadaan infeksi anak yang paling lazim, tetapi kemaknaannya
terutama tergantung pada frekuensi relatif dari komplikasi yang terjadi. Pada anak-anak
sindrom ini lebih luas daripada orang dewasa, sering melibatkan sinus paranasal dan telinga
tengah serta nasofaring.

2.

Etiologi
Penyakit disebabkan oleh lebih dari 200 agen virus yang berbeda secara serologis. Agen
utamanya adalah rhinovirus, yang menyebabkan lebih dari sepertiga dari semua kasus cold;
koronavirus menyebabkan sekitar 10%. Masa infektivitas berakhir dari beberapa jam sebelum
munculnya gejala sampai 1-2 hari sesudah penyakit nampak. Streptokokus grup A adalah
bakteri utama yang menyebabkan nasofaringitis akut.

3.

Epidemiologi

Kerentanan terhadap agen yang menyebabkan nasofaringitis akut adalah universal, tetapi
karena alasan yang kurang dimengerti kerentanan ini bervariasi pada orang yang sama dari
waktu ke waktu. Walaupun infeksi terjadi di sepanjang tahun, di Belahan Bumi Utara ada
puncak kejadian pada bulan September kira-kira pada saat sekolah di mulai, pada akhir
Januari, dan mendekati akhir bulan April. Kerentanan dapat bertambah karena nutrisi jelek;
komplikasi purulen bertambah pada malnutrisi.
4.

Patologi
Perubahan yang pertama adalah edema dan vasodilatasi pada submukosa. Infiltrat sel
mononuklear menyertai, yang dalam 1-2 hari, menjadi polimorfonuklear. Perubahan
struktural dan fungsional silia mengakibatkan pembersihan mukus terganggu.

5.

Manifestasi Klinis
Cold lebih berat pada anak kecil daripada anak yang lebih tua dan dewasa. Pada umumnya,
anak yang berumur 3 bulan sampai 3 tahun menderita demam pada awal perjalanan infeksi,
kadang-kadang beberapa jam sebelum tanda-tanda yang berlokalisasi muncul. Bayi yang
lebih muda biasanya tidak demam, dan anak yang lebih tua dapat menderita demam ringan.
Komplikasi purulen terjadi lebih sering dan lebih parah pada umur-umur yang lebih muda.
Sinusitis persisten dapat terjadi pada semua umur.
Manifestasi awal pada bayi yang umurnya lebih dari 3 bulan adalah demam yang timbul
mendadak, iritabilitas, gelisah, dan bersin. Ingus hidung mulai keluar dalam beberapa jam,
segera menyebabkan obstruksi hidung, yang dapat mengganggu pada saat menyusu; pada
bayi kecil yang mempunyai ketergantungan lebih besar padapernapasan hidung, tanda-tanda
kegawatan pernapasan sedang dapat terjadi. Selama 2-3 hari pertama membran timpani
biasanya mengalami kongesti, dan cairan dapat ditemukan di belakng membrana tersebut,
yang selanjutnya dapat terjadi otitis media purulenta atau tidak. Sebagian kecil bayi mungkin
muntah , dan beberapa penderita menderita diare. Fase demam berakhir dari beberapa jam
sampai 3 hari; demam dapat berulang dengan komplikasi purulrn. Pada anak yang lebih tua
dan gejala awalnya adalah kekeringan dan iritasi dalam hidung dan tidak jarang, di dalam
faring. Gejala ini dalam beberapa jam disertai bersin, rasa menggigil, nyeri otot, ingus hidung
yang encer, dan kadang-kadang batuk. Nyeri kepala, lesu, anoreksia, dan demam ringan,
mungkin ada.

6.

Komplikasi
Komplikasi merupakan akibat dari invasi bakteri sinus paranasal dan bagian-bagian lain
saluran pernapasan. Limfonodi servikalis dapat juga menjadi terlibat dan kadang-kadang
bernanah. Mastoiditis, selulitis peritonsiler, sinusitis, atau selulitis periorbital dapat terjadi.

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah otitis media, yang ditemukan pada bayi-bayi
kecil sampai sebanyak 25 persennya.
7.

Pengobatan
Tidak ada terapi spesifik. Antibiotik tidak memengaruhi perjalanan penyakit atau mengurangi
insidens komplikasi bakteri. Tirah baring biasanya dianjurkan, tetapi tidak terdapat bukti
bahwa cara ini memperpendek perjalanan penyakit. Asetaminofen atau ibu protein biasanya
membantu dalam mengurangi iritabilitas, nyeri, dan malaise selama hari pertama dan hari
kedua infeksi, tetapi penggunaan yang berlebihan harus dihindari.
Sebagian besar kegawatan adalah karena obstruksi hidung dan harus dilakukan upaya untuk
melegakannya jka keadaan tersebut mengganggu pada saat tidur atau pada saat minum atau
makan. Pemasukan obat-obatan melalui hidung merupakan metode efektif untuk melegakan
obstruksi hidung. Pada bayi, pemasukan salin steril dapat membantu mengeluarkan fisik
mukus yang berlebihan.
Tetes hidung palin baik diberikan 15-20 menit sebelum makan dan pada waktu sebelum tidur.
Sementara anak pada posisi terlentang dengan leher ekstensi, 1-2 tetes dimasukkan pada
setiap lubang hidung. Karena cara ini sering menimbulkan pengerutan membrana mukosa
anterior saja, 1-2 ttes dapat dimasukkan 5-10 menit kemudian. Pemasukan dekongestan
hidung dengan aplikator berujung kapas tidak dianjurkan. Anak yang lebih tua dapat
menggunakan semprot hidung tetapi hanya dengan pengawasan, karena aplikasi demikian
cenderung digunakan berlebihan.
Obstruksi hidung sukar diobati pada bayi. Pengisapan dengan sedotan lunak kadang-kadang
sangat penting untuk membersihkan saluran hidung secara adekuat untuk memungkinkan
bayi muda menyusu. Drainase yang terbaik biasanya dapat dicapai dengan menempatkan bayi
pada posisi menelungkup, jika hal ini tidak mengganggu pernapasan lebih lanjut.

8.

Pencegahan
Sebagai tenaga kesehatan masyarakat, diperlukan peran yang lebih aktif dalam melaukan
upaya pencegahan terhadap penyakit ini. Penempatan tenaga kesmas dalam puskesmas harus
sesuai dengan proporsi dan disiplin ilmunya. Dari penjelasan secara klinis di atas, kita dapat
mengetahui beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesmas dalam melukakan
upaya pencegahan terhadap penyakit ini, diantaranya :

Memperhatikan pemberian nutrisi kepada masyarakat, khususnya pada anak-anak.

Memperbaiki drainase tempat penampungan bayi.

Memperhatikan sistem sanitasi lingkungan, dan hygiene individu.

Memberikan penyuluhan atau sosialisasi tentang bahaya penyakit ini serta faktor risiko
yang mendorong terjadinya penyakit ini.

Melakukan pembersihan hidung dan pengecekan kondisi tubuh anak secara rutin dan
berkesinambungan.

Melakukan deteksi dini apabila terjadi gejala awal pada penyakit ini.

Usahakan untuk beristirahat dan selalu dalam keadaan hangat dan nyaman.

Perbanyak minum air dan mengonsumsi makanan yang bergizi.

E.

Bentuk Evaluasi dari Tenaga Surveilans Terhadap Terjadinya Penyakit Nasofaringitis Akut
Di Puskesmas Kassi-Kassi
Sebagaimana diketahui, surveilans adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan
terus-menerus terhadap suatu penyakit dengan cara pengumpulan (host, agent, environment,
dan determinan) pengolahan, analisis, interpretasi, sampai dengan desiminasi informasi
kepada unit terkait yang membutuhkan untuk mengambil tindakan. Tujuan surveilans
epidemiologi nantinya adalah tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai dasar
pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program dan
peningkatan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
Dalam menilai efektivitas kinerja petugas surveilans, kita dapat melihat apakah ciri-ciri
surveilans telah dijalankan dengan baik. Ada 5 garis besar ciri-ciri surveilans yaitu :

1.

Adanya keteraturan dalam pengumpulan dan interpretasi data

2.

Adanya upaya terus-menerus

3.

Kesederhanaan, artinya mudah didapat dan dikerjakan

4.

Harus mudah dimengerti

5.

Ada indikator yang dapat mengukur keberhasilan kegiatan surveilans.


Tingginya insiden penyakit nasofaringitis akut tentu saja mendorong perlunya ada
upaya evaluasi dari seluruh petugas puskesmas, khususnya petugas surveilans di puskesmas
kassi-kassi sebagai komponen penting. Untuk mewujudkan keberhasilan petugas surveilans,
keteraturan data dan hasil penelitian perlu dipaparkan secara jelas.
Angka yang menunjukkan jumlah penderita 10 penyakit terbanyak yang mencapai
14.244 orang tentu saja menjadi hal yang miris. Oleh karenanya, beberapa hal yang harus
dievaluasi tenaga surveilans di puskesmas kassi-kassi sebagai upaya perbaikan ke depannya
adalah :

1.

Transparansi data

Puskesmas kassi-kassi harus lebih transparan dalam mengungkap temuan-temuan yang


didapat agar memberikan kemudahan dalam melakukan evaluasi bersama-sama.
2.

Pembuatan Program Kesehatan yang Sesuai Keadaan Masyarakat


Kebijakan pihak puskesmas untuk menerapkan suatu program kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat sekitar agar program yang dibuat dapat efektif dan berjalan baik.

3.

Pencatatan Angka Kejadian Penyakit Secara Rutin


Pencatatan secara rutin memang harus dilakukan oleh petugas surveilans. Mulai dari catatan
harian, mingguan, bulanan, hingga tahunan, dan terus berkesinambungan agar data yang
diperoleh benar-benar valid dan sesuai fakta yang terjadi di lapangan. Kekacauan data akan
mempengaruhi pula upaya penanggulangan nantinya.

4.

Evaluasi Menyeluruh Terhadap Struktur Pengurus Surveilans Puskesmas


Jika memang dalam struktur kepengurusan surveilans ada pihak yang tidak mampu
menjalankan tugasnya dengan baik, maka alangkah baiknya dilakukan evaluasi kinerja yang
nyata. Bahkan jika dibutuhkan harus ada sanksi yang tegas dan aturan yang ketat agar semua
pihak surveilans dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Dari pembahasan data yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa :
Total masyarakat yang menderita penyakit selama tahun 2014 adalah 14.244 dan dibagi
dalam 10 penyakit terbanyak di puskesmas kassi-kassi. Adapun 10 penyakit terbanyak yang
diderita masyarakat di daerah kassi-kassi yaitu nasofaringitis akut, hipertensi, ISPA,
dispepsia, diare dan gastroenteritis, batuk, necrosis of pulp, diabetes melitus, sakit kepala,
serta disorders of tooth development and eruption. Penyakit yang tertinggi adalah
nasofaringitis akut dengan jumlah 1.607 atau dengan persentase 22,9%.Nasofaringitis akut

merupakan keadaan infeksi anak yang paling lazim, tetapi kemaknaannya terutama
tergantung pada frekuensi relatif dari komplikasi yang terjadi.
Umur 15-19 tahun adalah umur pemduduk yang paling banyak menderita penyakit, dan
latar belakang pendidikan SMA/SLTA/MTS menjadi kelompok masyarakat yang paling
riskan mengalami penyakit dikarenakan keterbatasan tingkat pengetahuan.
Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan adalah transparansi data, pembuatan program
kesehatan yang sesuai keadaan masyarakat, pencatatan angka kejadian penyakit secara rutin,
dan evaluasi menyeluruh terhadap struktur pengurus surveilans puskesmas.
B.

Saran
Semoga adanya laporan ini dapat memberikan gambaran tentang temuan kejadian penyakit di
puskesmas kassi-kassi sehingga bentuk tindak lanjut berupa evaluasi kinerja dan program
kesehatan dapat diterapkan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Riezkhy. Nasofarngitis


Akut. Online. https://riezkhyamalia.wordpress.com/2014/09/10/nasofaringitis-akut/.
Diakses: 23 januari 2015.

Data Sekunder Puskesmas Kassi-Kassi tahun 2014.

Imron, Muhammad. Praktik Surveilans Penyakit Kusta


Mb. Online.http://imronskm.blogspot.com/2013/05/laporan-praktik-surveilanspenyakit.html. Diakses: 04 desember 2014.

Kesehatan Complementer. Pengobatan


Nasofaringitis. Online.http://kesehatancomplementer.blogspot.com/2011/11/pengobatannasofaringitis.html. Diakses: 23 januari 2015.

Laporan Tahunan Puskesmas Kassi-Kassi tahun 2014.

Riri. Nasofaringitis Akut. Online. http://santaisukses.blogspot.com/2011/11/nasofaringitis-akut.html. Diakses: 23 januari 2015.

Anda mungkin juga menyukai