Anda di halaman 1dari 7

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

ANDIKAPANDU SILVAWAN(RRA1B116011)
INDAH WIJAYA PUTRI(RRA1B116009)
DESTIANA SUPARMAN(RRA1B116015)
PRODI PENDIDIKAN BAHASA BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA(H)

SINOPSIS CERPEN ISTRIKU, MADAME SCHILTZ DAN SANG


RAKSASA
Karya Umar Kayam

Hingga saat aku menulis cerpen ini, istriku masih belum


juga senang tinggal di New York. Dia selalu merasa menjadi
kekejaman New York. Menurut fantasinya, New York adalah salah
satu pemakan manusia. Raksasa ini entah karena kena penyakit
apa, tidak pernah merasa kenyang biarpun sudah memamkan
ribuan manusia.
Aku tahu sebenarnya istriku merasa sangat kesepian.
Dalam tiga bulan pertama kami tinggal di apartemen kami, dan
tidak seorangpun dari tetangga yang kami kenal. Kami tinggal di
tingkat lima. Dia mulai kange kesenian ngobrol sesame tetangga
seperti yang biasa dia lakukan di rumah kami, di Kabayoran.
Suatu waktu istriku memintaku mencatatkan semua nama
tetangga di tingakat ini. Tanpa banyak berpikir, aku menurutinya.
Kami membaca nama-nama itu satu demi satu. Harry E smith,

John D Anderson, L. Ambrose, D Duffy, Madame Schlitz. Menurut


istriku, nama Madame Schlitz sangat menarik. Aku dan istriku
mencoba menerka-nerka dengan teori kami. Mengapa ada nama
Madame di depan dan apakah sesungguhnya arti nama Madame
Schlitz itu entahlah.
Suatu sore, pulang dari kuliah, aku melihat wajayh istriku
bersinar-sinar. Dia senang. Ternyata istriku sedang kedatangan
tamu. Tak lain adalah Madame Schlitz. Ia datang dengan seekor
anjing chiuahua. Istriku menyuruh Madame Schlitz masuk di
ruang tamu kami. Maklumlah, Madame Schlitz adalah tamu
pertama di New York, Istriku mengobrol banyak dengan Madame
Schlitz> Madema Schlitz bercerita ternyata almarhum suaminya
dulu adalag orang Australia. Tapi Madame Schlitz adalah orang
Amerika tulen. Istriku bertanya lagi kepada Madame Schlitz
tentang alhamrhum suaminya. Istruku menganggap bahwa
suami Madame Schlitz seorang baron karena kata Schlitz sangat
aristokratis buat telinga istriku. Madame Schlitz menjawab
suaminya bukan seorang baron seoerti yang di duga oleh istriku.
Namun suaminya adalah seorang aristokratis dalam pengertian
sendiri. Suami Madame Schlitz adalah seorang chef restoran.
Masakan adalah masakan aristocrat. Suami Madame sudah
mingginal sejak lima tahun lalu. Ternyata kedatangan Madame
Schlizt ke apartemen kami hanyalah untuk memintaku menjadi
pelatih yoga Madame Schlitz tentu istriku menjelaskan bahwa
aku bukanlah pelatih yoga seperti yang ia pikirkan.
Istriku penasaran dengan Madame Schlitz. Lalu ia pergi ke
apartemen, Madame Schlitz. Tentu saja dengan kedok ingin
meminjam gula. Terdengar dari luar Madame Schlitz sedang
berbicara dengan seeorang. Istriku bingung. Dengan siapa
sebenarnya Madame Schlitz berbicara. Siapakah Erich. Bukanlah
itu nama suaminya. Suara Erich tidak terdengar. Hanya suara
cihuahua yang kedengaran melengking. Setelah istriku masuk ke
dalam apartemen Madame Schlitz, ternyata istriku tahu siapa
Erich itu sekarang. Rupanya, semua yang di cintai poleh Madame
Schlitz bernama Erich. Anjing cihuahua itu di beri nama Erich
oleh Madame. Dia juga berkata, bahkan jika Madame punya anak
laki-laki, akan ia beri nama Erich juga. Dilihat jam sudah
menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Itu tandanya anak
kami segera bangun dan minta makan.

Keesokan harinya, sore=sore pulang dari kerja istiku


muram saja wajahnya. Ternyata ia ketahui bahwa Madame
Schlitz sudah pindah apartemen nya. Bukan itu yang dipikirkan
istriku, namun cara Madame Schlitz begitu misterius. Tiga hari
yang lalu, senor Ramiriez mendapat telpon dari kantir James Felt
& Co, kantor yang mengurus gedung tempat apartemen kami
tinggal. Telpon itu memeberitahukan Ramirez bahwa Madame
Schlitz tidak akan kembali ke apartemennya. Ramiriez
melanjutkan bahwa suami darmi Madame Schlitz memeberinya
surat isinya karena hal yang mendesal memaksa Madame Schlitz
harus tiba-tiba pindah dari apartemennya. Tetapi istriku
berteriak, bagaimana mungkin suami Madame Schlitz mengirim
surat padahal Madame Schlitz bercerita bahwa suaminya
meninggal sekitar lima tahun yang lalu. Ramirez melanjutkan
Madame Schlitz bisa bercerita apa saja kepada istriku, dia nisa
melakukan apa saja serta menulis namanya dengan Madame
Schlitz. Istriku tentu sangta kecewa mendengar penjelsan dari
Ramirez. Kesimpulannya adalah kami, bahkan istriku tidak akan
bisa tahu dimana Madame Schlitz dan apakah Erich suaminya
sudah meninggal. Tiba-tiba istriku berkata bahwa sang raksasa
telaj menelan Madame Schlitz. Dengan serius istriku menatapku.
Aku melihat keluar jendela. Ribuan pencakap langit kelihatan
seperti gunduk-gunduk bukit yang hitam, kaku, Gerang.

Analisis tema dan amanat pada cerpen


Tema pada cerpen istriku madame schiltz dan sang raksasa
adalah kebohongan/misterius
Bukti:tetapi tuan Ramirez istriku berteriak Erich Schlitz sudah
meninggal lima tahun yang lalu. Madame Schlitz sendiri yang
bercerita kepadaku. Tuan kan tahu juga dia tinggalsendirian di
sini? Ya, aku tahu pasti dia tinggal sendirian di sini. Tapi apa itu
bearti Erich Schlitz sudah meninggal lima tahun lamanya? Oh
dia bisa menulis apa saja di papan namanya. Tapi itu semua tidak
membuktikan kalau Erich Schiltz sudah mati bukan?

Amanat pada cerpen istriku madame Schlitz dan sang raksasa


adalah jangan mudah terlalau percaya kepada orang lain,apalagi
kepada orang yang baru dikenal. Kita tidak tahu apakah dia
orang yang jujur atau malah seseorag pembohong.
Bukti:Tetapi Madame Schiltz yang bercerita sendiri
kepadaku.Oh, dia bisa bercerita apa saja kepada nyonya.Dan
dia bisa menulis nama nya juga Madame Schlitz.Oh dia bisa
menulis apa saja di papan nama nya.
Tetapi belum tentu pula Erich yang datang di kantor James Felt
adalah Erich Schlitz yang sesungguhnya. Belum tentu surat yang
ditulis Madame Schlitz adalah surat yang betul-betul ditulis oleh
nyonya itu.

Sinopsis cerpen jalur jalur mebenam


Karya Wildan Yatim
Cerpen jalur jalu membenam berkisah tentang seorang
laki-laki bernama Idris seorang dosen ITB yang sedang
melalkukan perjalana pulang ke kampung halamannya Talu.
Dalam perjalanan itu ia terkenang akan masa lalunya dahulu
dengan seorang wanita yang di cintai bernama Haznah, seorang
penari panggung. Ia dihadapi rasa haru dan rindu yang
mendalam. Namun sudah hampi 17 tahun lamanya mereka tidak
pernah bertemu. Kabar terakhir bahwa Hasnah sudah meniha
dengan seorang saudagar kaya di daerah itu. Saat menunggu
bus sambungan dan mengniap di lepau Bagindo, ia bermimpi
bertemu Hasnah. Ia cobak bertanya-tanya tentang Hasnah
kepada Bagindo pemilik lepau. Dari situ ia mendapat informasi
bahwa saudagar kaya yang bernama Engku Nurdin baru saja
pindah dari Padang Sidempuan setahun yang lalu, istrinya
bernama Hasnah dan sring di panggil bu Aa. Ia meyakini dialah
Hasnah kekasihnya dulu. Ia teringat akan rambutnya yang dijalin
dua dan bibirnya kemerahan. Ia pergi menjumpai Hasnah. Ketika
ia bertemu, ia mendapati Hasnah masih seperti yang dulu,

rambutnya dijalin dua, bibirnya kemerahan dan cara tertawanya


mengekik, menutup mulutnya dengan takupan tapak tangan
mencekuk sedikit di kerongkongan. Dan ia tetap cantik.
Saat itu melepas kerinduan yang mendalam saat
bertemu Hasnah. Hasnah memeluk erat tubuhnya dalam tangis
yang penuh haru dan kerinduan. Ia tau bahwa ia masih mencintai
Hasnah namun ia juga sadar bahwa Hasnah bukalah jodohnya.
Ketika Haznah meminta untuk tinggal dirumah nya sampai bus
dtang, ia menolak. Keesokan harinya ia pulang ke kampungnya,
di Talu. Ia tak pernah datang lagi kerumah Engku Nurdin. Ketika
hendak pulang ke Bandung, ia lewat depan rumah Engku Nurdin.
Hasnah ada di situ , ia melambaikan tangan. Hasnah hanya
menatap seperti patung, setelah mobil itu jauh Hasnah berlari
merunduk masuk kerumah. Idris mengerjap-ngerjap di samping
sopir dan berusaha tidak mengusap matanya.

Analisis tema dan amanat pada cerpen


Tema pada cerpen jalur jalur membenam adalah kasih tak
sampai dan harapan
Bukti: sudah berapa lamakah itu? Yakni ketika kita masih samasama dulu? Kau tentu tak pernah menghitung-hitung dan
mengingat-ingatnya lagi, Ris. Hanya aku sendiri. Suaranya jadi
serak,menghirup ingus. Idris ketika itu telah sadar juga dalam
kesibukannya menyesuaikan diri setengah mati dengan kuliah
bahasa asing semata bahwa Hasnah bukanlah jodohnya dan tak
mungkin menunggunya. Tapi sekarang Idris melihat perasaan
merekan dulu kembali mengambang. Anehnya, tadi malam pun
dia kemimpikan, pikirnya. Tidak, as . Aku harus pergi sekarang.
Maafkan aku, As. Namun, aku selalu mencintaimu.
Amanat pada cerpen jalur jalur membenam adalah jangan lah
mencoba merusak rumah tangga oaring lain dengan mencoba
kembali kepada cinta di masa lalu karena msekipun perasaan itu
hadir, salah jika kita berfikir bahwa diri kita lebih, penting
dibandingkan keluarga.

Bukti: mungkin nyonya merasa aneh dan ganjil perbuatan


mereka itu. Segera ia menyembunyikan muka di dada Idris. Idris
meraih dagunya. Kini melihat nyonya betul-betul menangis.
Dagu it kembal jatuh ke dadanya dan terdengar

Sinopsis cerpenwarisan
Karya Ayatrohaedi
Sepanjang yang bisa aku ingat hanya dibawakannya sarung
tenun buat kakak dan aku. Seolah Cuma sarung tenun, selalu aku
merasa sangat bahagia, karena aku tahu itulah pemberian dari
seorang kakek yang belum pernah kulihat wajahnya. Tapi
kegembiraan ku ketika aku menerima hadiah sekali, tak berapa
besar jika dibandingkan dengan biasanya. Karena aku telah
menyia-nyiakan kedatangan seorang kakek, menyia-nyiakan
orang yang selalu jarang datang. Menyesal sekali aku, sungguh
menyesal, mengapa kemarin aku tak mendekatinya. Dan
pertemuan kedua pun tak juga berlangsung lama. Aku tak ingat
lagi, pada peristiwa apakah kejadian itu. Pertemuan sekali ini tak
pula lama. Cuma setengah jam saja. Entah mau berangkat
kemana pula, aku tak tahu. Yang terang, setengah jam saja
Cuma kakek ada di tengah kami, anak dan cucu-cucunya.
Dan sore itu, aku paling jalan-jalan dengan beberapa prang
kawan. Di pintu aku sambut ayah tiriku yang tetap juga ku
panggil oom:kau mau ikut ke Pekalongan?
Ada apa?aku balik bertanya. Karena aku tak mungkin
menerima penjelesan dari oom, maka aku pergi mendapatkan
ibu, dan bertanya:
Ada apa sebenarnya, bu? Kulihat wajah ibu muram. Buti-butir
air mata hamper jatuh dari rangkaiannya. Aku jadi tambah
penasaran jadinya. Dan kutanya lagi, dengan makin hilang sabar.
Dan akhirnya jawaban pun kuterima juga:
Bapa meninggal.
Bapa meninggal? Siapa yang bilang, Bu? Tanyaku tidak
percaya. Bapa meninggal? Tanyaku dalam hati. Lalu dalam
benakku kubayangkan seorang kakek dengan uban memenuhi
kepala, peci putih dan sarung tenun, terbujur kaku. Kembali aku

meras sangat menyesal, mengapa ketika dulu kakek datang tak


aku hiraukan. Dan kini dengan hati tertusuk-tusuk lantaran sedih,
kutinggalkan kuburan itu. Tanah yang masih merah, Nisan yang
belum lagi diganti, Masih basah. Kemeja itu kusimoan dengan
rapi dalam lemari. Dan bersama dengan itu< dalam hatiku pun
tersimpan pula dengan rapinya sebuah bayangan seorang kakek
dengan uban memenuhi kepala, peci putih dan sarung
membungkus tubuh. Tapi mukanya senantiasa hanya tanda
Tanya.

Anlisis tema dan amanat pada cerpen


Tema pada cerpen warisan adalah penyesalan
Bukti: Aku takut kepadanya, dan tak berani mendekat. Begitu
besar sesalku, tak bisa kulukiskan. Entah kapan aku bisa ketemu
lagi dengannya. Dan pertemuan yang sehari itu, telah pula aku
sia-siakan, Cuma karena rasa takut saja.
Amanat pada cerpen warisan adalah janganlah melewatkan
kesempatan sekali apapun kalau tidak ingin berakhir dengan
penyesalan.
Bukti:menyesal sekali aku, sungguh menyesal, mengapa
kemarin aku tak mendekatinya.

Anda mungkin juga menyukai