ANDIKAPANDU SILVAWAN(RRA1B116011)
INDAH WIJAYA PUTRI(RRA1B116009)
DESTIANA SUPARMAN(RRA1B116015)
PRODI PENDIDIKAN BAHASA BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA(H)
Sinopsis cerpenwarisan
Karya Ayatrohaedi
Sepanjang yang bisa aku ingat hanya dibawakannya sarung
tenun buat kakak dan aku. Seolah Cuma sarung tenun, selalu aku
merasa sangat bahagia, karena aku tahu itulah pemberian dari
seorang kakek yang belum pernah kulihat wajahnya. Tapi
kegembiraan ku ketika aku menerima hadiah sekali, tak berapa
besar jika dibandingkan dengan biasanya. Karena aku telah
menyia-nyiakan kedatangan seorang kakek, menyia-nyiakan
orang yang selalu jarang datang. Menyesal sekali aku, sungguh
menyesal, mengapa kemarin aku tak mendekatinya. Dan
pertemuan kedua pun tak juga berlangsung lama. Aku tak ingat
lagi, pada peristiwa apakah kejadian itu. Pertemuan sekali ini tak
pula lama. Cuma setengah jam saja. Entah mau berangkat
kemana pula, aku tak tahu. Yang terang, setengah jam saja
Cuma kakek ada di tengah kami, anak dan cucu-cucunya.
Dan sore itu, aku paling jalan-jalan dengan beberapa prang
kawan. Di pintu aku sambut ayah tiriku yang tetap juga ku
panggil oom:kau mau ikut ke Pekalongan?
Ada apa?aku balik bertanya. Karena aku tak mungkin
menerima penjelesan dari oom, maka aku pergi mendapatkan
ibu, dan bertanya:
Ada apa sebenarnya, bu? Kulihat wajah ibu muram. Buti-butir
air mata hamper jatuh dari rangkaiannya. Aku jadi tambah
penasaran jadinya. Dan kutanya lagi, dengan makin hilang sabar.
Dan akhirnya jawaban pun kuterima juga:
Bapa meninggal.
Bapa meninggal? Siapa yang bilang, Bu? Tanyaku tidak
percaya. Bapa meninggal? Tanyaku dalam hati. Lalu dalam
benakku kubayangkan seorang kakek dengan uban memenuhi
kepala, peci putih dan sarung tenun, terbujur kaku. Kembali aku