Konsep Reklamasi Pantai Berwawasan Lingkungan
Konsep Reklamasi Pantai Berwawasan Lingkungan
Lingkungan
07 Dec 2009
Indo Pos
Nasional
Hindarkan Eksploitasi Sumber Daya Alam
JAKARTA-Pertumbuhan penduduk kota yang sangat pesat menyebabkan tekanan yang
sangat besar pada kawasan pesisir. Ini perlu planning yang baik. "Oleh karena itu, untuk
mendapatkan tambahan lahan bagi pemukiman dan kegiatan usaha, reklamasi kawasan
pantai, kadang-kadang diperlukan," ujar Prof. Ir. Hang Tuah Salim M. OcE. PhD., guru
besar Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung (ITB) pada makalahnya yang
disampaikan pada Civil Engineering National Seminar Universitas Indonesia yang
bertema Reklamasi Pantai Berwawasan Lingkungan di Hotel Bo-robudur, Jakarta, Rabu
(18/11).
Di samping itu, pertambahan penduduk juga menuntut tambahan lahan untuk pertanian.
Di mana, lahan rendah yang selama ini tidak dimanfaatkan direklamasi untuk keperluan
pertanian. Sah. reklamasi kawasan pantai harus dimasukkan dalam bagian sistem
pengelolaan kawasan pesisir terpadu (integrated coastal zone management) yang
pembangunannya harus berkelanjutan.
"Harus dihindarkan kerusakan yang permanen dan eksploitasi sumber daya alam yang
berlebihan yang merusak kelestarian lingkungan. Makanya, dibutuhkan pengetahuan
yang mendalam mengenai ekosistem dan lingkungan kawasan yang akan direklamasi. Di
samping itu, perlu keterlibatan stake holder dalam proses pengambilan keputusan," jelas
pria kelahiran 5 Maret, 1950. itu.
Selain itu. harus memperhatikan metode reklamasi. Pada umumnya ada tiga metode yang
umum dilakukan. Urukan, polder, dan drainase. Metode urukan dilakukan dengan cara
menguruk tanah timbunan berupa pasir yang diperoleh dari dasar laut dan darat atau
berupa tanah lempung, material sisa pembakaran batu bara, limbah padat, dan lainnya.
Jika volume material urukan sangat terbatas, maka dapat dipertimbangkan metode polder
untuk mereklamasi daerah pantai. Metode ini adalah mengeringkan air laut dengan cara
membuat tanggul di sekeliling air yang akan dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan
pompa. Saluran-saluran drainase dibuat di dalam areal yang direklamasi.
Metode ini, lanjut lulusan Sl Teknik Sipil ITB pada 1974 itu, cukup rumit. Sebab,
memerlukan perencanaan yang sangat matang."Diperlukan pengetahuan yang mendalam
mengenai prilaku hidraulik dari laut, air tanah, dan sistem saluran yang berada di lokasi
reklamasi. Di samping itu, diperlukan perencanaan yang dapat diandalkan untuk tanggul
pelindung polder. Keamanan dari tanggul adalah sangat tinggi, karena kegagalan tanggul
akan mengakibatkan kerugian jiwa dan harta yang sangat besar." ungkap alumnus Master
of Ocean Engineering, Ocean Engineering Program, Oregon State University, Corvallis,
OR, USA, pada 1980, tersebut.
Sedangkan metode drainase dipakai untuk daerah yang datar dan relatif datar dari daerah
di sekitarnya. Tetapi, imbuh Hang Tuah, elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi dari
elevasi muka air laut. Daerah ini bisa berupa daerah rawa pasang surut atau daerah rawa
yang tidak dipengaruhi pasang surut. Dengan membuatkan sistem drainase yang baik
beserta pintu-pintu pengatur, daerah ini dapat dimanfaatkan untuk daerah pemukiman dan pertanian.
Di Indonesia, metode drainase banyak dipakai untuk reklamasi daerah rawa pasang surut
di Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya. "Digunakan sebagai lahan tranmi-grasi. Saat ini,
proyek pengembangan lahan sejuta hektare di Kalimantan Tengah menggunakan metode
ini," tambah peraih gelar PhD. Ocean Engineering Program, Oregon State University,
Corvallis, OR, USA, pada 1982, itu.
Langkah-langkah yang diperlukan untujt melaksanakan reklamasi di antaranya meliputi,
pengumpulan data skunder dan survgi pendahuluan. Pengumpulan data primer
pendahuluan dan pembuatan master plan, studi analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL), penyusunan action plan, dan pengumpulan data primer yang lebih lengkap
dan pembuatan desain awal. Di samping itu, pembuatan engineering detailed design,
pelaksanaan konstruksi, dan monitoring O M. (zul)
Entitas terkaitDaerah | Digunakan | Diperlukan | Hang | Hotel | Irian | Keamanan |
Master | Metode | Ocean | Pengeringan | Pengumpulan | Pertumbuhan | Rabu |
Kalimantan Tengah | Ocean Engineering | Oregon State | Hang Tuah Salim |
Reklamasi Pantai Berwawasan Lingkungan | Sl Teknik Sipil ITB | Hindarkan
Eksploitasi Sumber Daya Alam | Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung | Civil
Engineering National Seminar Universitas Indonesia | Ringkasan Artikel Ini
PhD., guru besar Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung (ITB) pada
makalahnya yang disampaikan pada Civil Engineering National Seminar
Universitas Indonesia yang bertema Reklamasi Pantai Berwawasan Lingkungan di
Hotel Bo-robudur, Jakarta, Rabu (18/11). "Harus dihindarkan kerusakan yang
permanen dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan yang merusak
kelestarian lingkungan. Sebab, memerlukan perencanaan yang sangat
matang."Diperlukan pengetahuan yang mendalam mengenai prilaku hidraulik dari
laut, air tanah, dan sistem saluran yang berada di lokasi reklamasi. Dengan
membuatkan sistem drainase yang baik beserta pintu-pintu pengatur, daerah ini
dapat di- manfaatkan untuk daerah pemukiman dan pertanian. Pengumpulan data
primer pendahuluan dan pembuatan master plan, studi analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL), penyusunan action plan, dan pengumpulan data primer
yang lebih lengkap dan pembuatan desain awal.
Tempo/Tony Hartawan
TEMPO Interaktif, Tangerang: Pemerintah Kabupaten Tangerang menyatakan telah
mendapat izin dari Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) untuk
mereklamasi 9000 hektar dipesisir pantai utara Tangerang. Izin itu dikeluarkan pada 23
September 2010 yang isinya antara lain, mengijinkan pembangunan kota baru Tangerang
di kawasan pantai utara Tangerang dengan cara mereklamasi laut.
Sebelum reklamasi BPKRN meminta kami melakukan kajian dan mempersiapkan
analisis mengendai dampak lingkungan (Amdal), kata Wakil Bupati Tangerang Rano
Karno, Selasa (19/10). Menurut Rano, BPKRN menilai pembangunan kawasan kota baru
itu tidak menyalahi tataruang kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,
Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur). Penataaan kawasan itu sesuai dengan amanat
peraturan presiden. Intinya dikeluarkan ijin ini karena sudah memenuhi semua syarat.
Setelah mendapat rekomendasi, Pemerintah Kabupaten Tangerang melalui tim Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) mulai mempersiapkan kegiatan reklamasi.
Salah satunya adalah berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi
Banten, ujar Rano yang juga menjabat sebagai Ketua BKPRD Kabupaten Tangerang.
Rencananya, proyek reklamasi ini mulai dicanangkan awal tahun 2011.
Proyek reklamasi pantai utara Tangerang sudah dibuat Pemerintah Kabupaten Tangerang
sejak puluhan tahun terakhir. Rencana ini semakin gencar ketika daerah tersebut
kehilangan sumber pendapatan asli daerah dari tujuh wilayah potensial yang kini menjadi
Kota Tangerang Selatan. Pembentukan Kota Tangerang Selatan membuat pemerintahan
induk kehilangan potensi pendapatan asli daerah hingga 600 milyar atau sekitar 40 persen
dari pendapatan asli daerah itu.
Rano mengatakan, Pemerintah Kabupaten Tangerang akan membangun dan menata
wilayah utara Tangerang menjadi sebuah kawasan kota moderen dan terpadu. Proyek
inilah yang akan menjadi sumber pendapatan dan sentra ekonomi bisnis baru wilayah
berpenduduk 3 juta lebih itu. Kawasan kota baru tersebut nantinya akan dilengkapi
dengan hotel-hotel, pusat perniagaan modern, permukiman, apartemen, pelabuhanan, dan
peti kemas.
Rano Karno menjamin, proyek reklamasi ini ramah lingkungan dan sesuai dengan
program global warming. Kami tidak membangun di atas laut, tapi reklamasi yang akan
diterapkan dengan sistem polder, katanya. Sistem polder yaitu mengeringkan dasar laut
melalui pembuatan tanggul dan sistem pengaturan drainase.
Megaproyek dengan investasi sedikitnya Rp 20 triliun ini akan dikerjakan oleh
konsorsium dari Cina dan Singapura. Reklamasi dianggap sebagai satu-satunya jalan
untuk mengatasi kerusakan pantai akibat abrasi. Pengikisan bibir pantai oleh gelombang
laut di kawasan pantai Tangerang ini sudah semakin parah mencapai 3 meter setiap
tahunnya. Hutan mangrove yang dianggap bisa mencegah abrasi dikawasan pantai itu
juga rusak dan terancam musnah.
Pakar kelautan dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor
(IPB), DR Alan A. Karapitan mengatakan, reklamasi akan mengakibatkan sejumlah
dampak negatif seperti eutrofikasi. Artinya, disatu sisi reklamasi menahan gelombang air
laut namun di sisi lain gelombang laut akan menumpuk dan menyebabkan pola arus
gelombang air laut berubah. Jika terjadi penumpukan gelombang air laut itu jadi bau dan
mengakibatkan matinya beberapa jenis biota laut, ujar Alan.
Kasus seperti itu sudah terjadi pada sejumlah pantai di pantai utara Jakarta. Padahal,
reklamasi di pantai utara Jakarta itu masih skala kecil. Sedangkan reklamasi skala besar
bisa menimbulkan halangan jalur hidrologi atau saluran air dari darat ke laut. Akibatnya
banjir di daratan tidak terelakkan. Kasus seperti ini sudah terjadi di beberapa Negara
ASEAN seperti Vietnam. Apalagi di Tangerang itu ada Sungai Cisadane yang arus dan
volume airnya sangat besar, ujar Alan.
Selain itu reklamasi juga akan menyebabkan penurunan permukaan tanah. Karena, tidak
mungkin di daerah pantai yang sudah direklamasi tidak didirikan bangunan-bangunan
komersil seperti hotel, apartemen, dan tempat-tempat wisata. Karena, para investor akan
menderita kerugian jika mereka tidak membangun bangunan itu yang bernilai ekonomis.
Tentunya bangunan-bangunan itu akan menyedot air tanah yang sangat banyak,
ujarnya.
Akibat penyedotan air secara besar-besaran itu, per tahun diperkirakan akan terjadi
penurunan permukaan tanah hingga mencapai 20-25 sentimeter.
Menurut Alan, selain reklamasi sebenarnya ada beberapa upaya yang bisa dilakukan
untuk mengatasi abrasi. Diantaranya dengan merevitalisasi pantai secara alami.
Revitalisasi alami itu seperti meningkatkan upaya konservasi hutan mangrove dan
menghentikan penambangan pasir liar.
Solusi lainnya bisa dengan merekayasa pantai seperti yang sudah dilakukan Italia dan
Dubai. Kedua negara itu telah menghitung gelombang laut dari berbagai arah. Setelah itu,
mereka membangun tanggul pemecah gelombang. Namun untuk membangun itu
membutuhkan dana yang sangat besar.
Secara terpisah, Ketua Yayasan Peduli Lingkungan Hidup Tangerang, Uyus Setiabakti,
menambahkan reklamasi akan menguntungkan pengembang dan investor saja.
Pengembang hanya mementingkan prinsip ekonomi supaya modal bisa lekas kembali,
sehingga sulit bagi mereka untuk membantu pembangunan ekonomi masyarakat kata
dia.
Uyus mengatakan, jika reklamasi pantai utara Tangerang dilakukan, akan menimbulkan
sejumlah dampak negative. Yaitu, ekosistem laut seperti terumbu karang dan hutan
mangrove akan rusak. Selain itu, permukaan tanah pantai yang tidak menjadi bagian dari
reklamasi akan tergerus hilang.
Uyus mengusulkan, untuk mengatasi abrasi sebaiknya pemerintah melakukan konservasi
hutan bakau. Menurutnya, persoalan kerusakan hutan mangrove bukan karena kuatnya
arus gelombang semata. Tetapi, lebih dikarenakan karena persoalan kejelasan
kepemilikan tanah.
http://www.tempointeraktif.com/hg/tata_kota/2010/10/19/brk,20101019-285748,id.html
Tidak Boleh Ada Pembangunan di Atas Tanah Reklamasi
Andi Saputra - detikNews
<p>Your browser does not support iframes.</p>
<a href='http://us.openx.detik.com/delivery/ck.php?
n=a59ecd1b&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img
src='http://us.openx.detik.com/delivery/avw.php?
zoneid=24&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a59ecd1b'
border='0' alt='' /></a>
Jakarta - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyambut baik
putusan kasasi Mahkamah Agung (MA) atas gugatan perusahaan pengembang reklamasi.
Walhi yang juga sebagai pihak terintervensi menilai tidak boleh ada pembangunan
reklamasi di wilayah yang diperkarakan.
"Jika pengembang masih meneruskan pembangunannya berarti kegiatan itu adalah ilegal
dan tidak menghormati proses hukum yang sudah diputuskan oleh MA," kata Manajer
Kampanye Pesisir dan Laut Walhi, Carmelita Mamonto kepada detikcom, Senin
(31/5/2010).
Definisi Reklamasi
Diposkan oleh diqky_genx di 20.48 Label: Lingkungan