Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Etika Profesi

“Pelanggaran Etika Profesi dalam bidang Konstruksi”

Di Susun oleh :

1. Rachmat Noldy Tueno


2. Moh. Sharil Mobonggi
3. Febriyani Eksan
4. Gusti Rangga
5. Beyzulnandar Djauhari
6. Dedi Datau

Prodi Teknik Sipil


Fakultas Teknik
Universitas Gorontalo
Tahun 2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam.Hanya dengan
rahmat, Karunia, hidayah serta izinNya lah makalah ini dapat selesai tanpa hambatan yang
berarti.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Ayah dan
Ibunda tercinta yang selalu memberikan support kepada penulis serta Dosen Pembimbing
Etika Profesi yang telah banyak membantu dalam penulisan makalah ini.

Makalah Etika Profesi ini membahas tentang Etika Profesional dalam Konstruksi.baik
di dalam provinsi Gorontalo maupun di luar provinsi Gorontalo.

Mugkin dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Namun, harapan
penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi Pembaca . Aamiin. Wassalam.

Gorontalo, 06 November 2017

Penulis
Bab I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Selama ini banyak sekali berbagai macam penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukan
oleh profesional konstruksi sehingga banyak merugikan konsumen. Mulai dari kolusi,
penipuan serta mutu produk konstruksi yang tidak memenuhi standar. Sebagian besar
konsumen merasa tidak puas dengan hasil kinerja para profesional konstruksi.

Hal ini mendorong beberapa peneliti dan organisasi konstruksi di dunia untuk melakukan
survey. Sehingga dari hasil survey tersebut dibuat beberapa peraturan/ kode etik untuk
mengurangi keluhan ketidak puasan konsumen terhadap hasil produk konstruksi.

Konstruksi merupakan industri yang hasil produksinya digunakan oleh banyak orang.
Dimana industri konstruksi sangat berhubungan dengan kepuasan dan keselamatan banyak
orang.

2. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai berbagai macam pelanggaran etika profesi
khususnya dalam bidang konstruksi baik di daerah provinsi Gorontalo maupun di luar daerah
provinsi Gorontalo.

3. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini antara lain :

- Menjelaskan tentang pelanggaran etika profesi bidang konstruksi di provinsi Gorontalo.

- Menjelaskan tentang pelanggaran etika profesi bidang konstruksi di luar provinsi


Gorontalo
Bab II

PEMBAHASAN

I. Proyek Nasional

A. Reklamasi Teluk Jakarta

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) memaparkan paling tidak ada 19 alasan mengapa
proyek reklamasi di Teluk Jakarta harus dihentikan. Berbagai alasan tersebut antara lain
merusak lingkungan dan hanya bermanfaat bagi kalangan tertentu, yakni pemodal besar.

Berikut 19 alasan tersebut:

1) Melanggar hak rakyat yang dijamin Konstitusi UUD 1945

Menurut Walhi, reklamasi telah melepaskan hak penguasaan negara atas bumi Indonesia
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat kepada pengusaha properti. Hal tersebut tentu
melanggar Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.

Reklamasi juga mengurangi wilayah kelola nelayan tradisional dan memperparah


pencemaran. Dengan itu, nelayan tradisional kehilangan sumber kehidupannya.

Hal ini melanggar Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang menjamin Hak atas Pekerjaan dan
Penghidupan yang Layak bagi Kemanusiaan dan bagi semua warga negara.

Jika dilanjutkan, proyek ini akan menggusur permukiman nelayan atas nama penertiban.
Padahal proyek ini ditujukan untuk pembangunan bagi segelintir kelas ekonomi atas.

Ini jelas melanggar Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 yang menjamin Hak untuk Bertempat
Tinggal dan Mendapatkan Lingkungan yang Baik dan Sehat bagi semua warga negara.

2) Jakarta akan tenggelam

Dengan pembangunan reklamasi, banjir di Jakarta akan semakin menggila. Reklamasi


menghilangkan fungsi daerah tampungan yang memperbesar aliran permukaan.

Aliran sungai akan melambat sehingga terjadi kenaikan air di permukaan. Akibatnya,
sedimentasi bertambah dan terjadi pendangkalan muara yang berefek pembendungan yang
signifikan.

Menurut Walhi, frekuensi banjir pun meningkat karena kapasitas tampung sungai yang
terlampaui oleh debit sungai. Belum lagi Teluk Jakarta menjadi tempat bermuara sekitar 13
sungai.
Tidak hanya itu, Jakarta Utara menghadapi penurunan muka tanah sejak 1985-2010 yang
mencapai -2,65 meter di Cilincing hingga -4,866 meter di Penjaringan. Data ini merupakan
penelitian Nicco Plamonia dan Profesor Arwin Sabar.

Beban pembangunan telah melampaui daya dukung dan daya tampung (carrying capacity)
Jakarta yang memperparah bencana ekologis berupa banjir rob di sepanjang teluk Jakarta.

Pada saat ini saja, di setiap musim hujan Jakarta selalu terendam banjir. Banjir dalam skala
luas bisa terjadi akibat reklamasi pantai utara Jakarta.

3) Proyek warisan Orde Baru yang berpihak pada pemodal

Proyek ini pertama kali ditetapkan oleh Keppres Nomor 52 Tahun 1995 tanpa adanya kajian
dan pertimbangan lingkungan hidup (sebelum adanya UU`PPLH dan Tata Ruang) serta
penuh dengan kolusi dan korupsi.

Reklamasi adalah proyek orde baru tanpa partisipasi dan konsultasi masyarakat serta prinsip
perlindungan warga nelayan tradisional dan lingkungan hidup. Kini, Keppres 52 Tahun 1995
telah dicabut oleh Perpres Nomor 54 Tahun 2008.

4) Merusak lingkungan hidup

Reklamasi telah dinyatakan tidak layak dan merusak lingkungan melalui Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2003 tentang Ketidaklayakan Rencana Reklamasi dan
Revitalisasi Teluk Jakarta.

Putusan pengadilan memang membatalkan, tetapi tidak menghilangkan penilaian


ketidaklayakan lingkungan hidup dari Reklamasi Pantura Jakarta.

5) Menghancurkan ekosistem sumber pasir urugan

Setiap hektar pulau reklamasi akan membutuhkan pasir sebanyak 632.911 meter kubik. Jika
dikalikan luas pulau reklamasi yang direncanakan 5.153 hektar, maka akan membutuhkan
sekitar 3,3 juta ton meter kubik pasir.

Pengambilan bahan urugan (pasir laut) dari daerah lain akan merusak ekosistem laut tempat
pengambilan bahan tersebut. Hal ini juga dikhawatirkan memicu konflik berdarah dengan
nelayan lokal seperti di Lontar, Serang-Banten.

6) Mengancam Jakarta sebagai Kawasan Strategis Nasional

Jakarta ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang berfungsi penting bagi
kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
Jika reklamasi diteruskan dengan berbagai dampak lingkungan hidup di atas, maka akan
menghancurkan Jakarta sebagai ibu kota negara, situs sejarah nasional, dan kawasan ekonomi
nasional yang penting.

7) Reklamasi adalah sebuah proyek rekayasa lingkungan

Bentang alam Jakarta terbentuk secara alamiah melalui proses akresi yang berlangsung dalam
waktu lama. Proses tersebut terjadi dengan terbentuknya 13 sungai yang mendorong
sedimentasi dan kemudian mencapai hilir di Teluk Jakarta.

Hasil sedimentasi ini lalu mengeras dalam waktu ratusan hingga ribuan tahun. Karena terjadi
secara alamiah, maka proses ini tidak merusak lingkungan.

Jadi, tidak pernah terjadi reklamasi alamiah di Jakarta, karena reklamasi merupakan rekayasa
lingkungan yang mengabaikan kondisi Teluk Jakarta.

8) Menghancurkan ekosistem di Kepulauan Seribu

Pertumbuhan karang di Kepulauan Seribu akan terganggu akibat tekanan bahan pencemar
dan sedimen. Gangguan pertumbuhan akan semakin parah dengan adanya perubahan arus
yang semakin meningkat dan menghantam pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu. Perubahan
arus akan menggerus gugusan pulau kecil dari Kepulauan Seribu yang terdekat Teluk Jakarta.
Akibatnya pulau-pulau ini akan rusak dan bahkan lenyap. Salah satu pulau kecil yang
bersejarah dan bisa terdampak adalah Pulau Onrust sebagai situs sejarah perkembangan VOC
di Indonesia.

9) Merusak tata air di wilayah pesisir

Jika reklamasi dilakukan seluas 5.100 hektar, maka sistem tata air di wilayah pesisir lama
akan rusak. Kerusakan sistem tata air terjadi setidaknya pada radius 8-10 meter.

Pasalnya, reklamasi akan menambah beban sungai Jakarta di saat musim hujan. Jika air
sungai terhambat keluar, maka akan menyebabkan penumpukan debit air di selatan.

10) Menghancurkan mangrove muara angke dan habitat satwa yang dilindungi

Hutan bakau sebagai tempat bertelur dan habitat ikan-ikan kecil (nursery) dan hutan
mangrove penangkal abrasi akan digantikan oleh tumpukan pasir dan semen.

Pada tahun 1992, Jakarta memiliki 1.140,13 hektar yang dikonversi seluas 831,63 hektar
menjadi permukiman elit, lapangan golf, kondominium dan sentra bisnis di kawasan
pemukiman Pantai Indah Kapuk (PIK).
Saat ini, hutan mangrove di Teluk Jakarta tersisa seluas 25,02 hektar dan akan rusak secara
perlahan karena sirkulasi arus yang berubah. Tanggul laut juga akan menambah tekanan dan
mengakibatkan kerusakan suaka marga satwa tersebut.

Jakarta Green Monster mencatat seluruhnya ada 91 jenis burung, yakni 28 jenis burung air
dan 63 jenis burung hutan, yang hidup di wilayah ini. Sekitar 17 jenis di antaranya adalah
jenis burung yang dilindungi.

B. Proyek Sport Center Hambalang

a) Pelanggaran Kode Etik Profesi Pada Proyek Hambalang

Jenis badan hukum dari proyek Hambalang adalah BUMN.BUMN merupakan


perusahaan yang mayoritas kepemilikannya milik pemerintah. Namun, dalam kasus proyek
hambalang ini ditemukan prosedur prosedur yang tidak sesuai dengan prosedur seharusnya.
Berikut prosedur yang dilanggar dalam proyek hambalang , yaitu sebagai berikut :

1) a. Kepala BPN menerbitkan surat keputusan pemberian hak pakai tanggal januari 2010
bagi Kemenpora atas tanah seluas 312.448 m2 di desa Hambalang. Padahal, persyaratan
berupa surat pelepasan hak dari pemegang hak sebelumnya patut diduga palsu.

b. Kabag Persuratan dan Kearsipan BPN atas perintah Sestama BPN menyerahkan SK
hak pakai bagi Kemenpora kepada IM tanpa ada surat kuasa dari Kemenpora selaku
pemohon hak, sehingga diduga melanggar kep ka. BPN tahun 2005 jo kep. Ka. BPN 1
tahun 2010.

2) Bupati Bogor menandatangani site plan meskipun Kemenpora belum/tidak melakukan


studi Amdal terhadap proyek pembangunan P3SON Hambalang, sehingga diduga
melanggar UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan diduga melanggar Peraturan Bupati Bogor Nomor 30 tahun 2009 tentang Pedoman
Pengesahan Master Plan, site plan dan peta situasi

3) Kepala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor menerbitkan IMB meskipun


Kemenpora belum melakukan studi Amdal terhadap proyek pembangunan P3SON
sehingga diduga melanggar Perda Kabupaten Bogor Nomor 12 tahun 2009 tentang
Bangunan Gedung.

4) Direktur Penataan dan Lingkungan Kementerian PU memberikan pendapatan teknis yang


dimaksud dalam PMK 56/PMK.02/2010, tanpa memperoleh pendelegasian dari Menteri
Pekerjaan umum sehingga diduga melanggar Permen PU Nomor 45 tahun 2007.

5) Menteri Keuangan dan Dirjen Anggaran setelah melalui proses penelaahan secara
berjenjang menyetujui memberikan disperisasi perpanjangan batas waktu revisi RKA-KL
tahun 2010 dan didasarkan pada data dan informasi yang tidak benar, yaitu sebagai
berikut :

Sesmenpora mengajukan permohonan revisi RKA-KL tahun 2010 pada tanggal 16


November 2010, sehingga diduga melanggar PMK 69/PMK.02/2010 dan 180/PMK.02/
2010.

6) a. Sesmenpora menandatangani surat permohonan persetujuan kontrak tahun jamak tanpa


memperoleh pendelegasian dari menpora sehingga diduga melanggar PMK
56/PMK.52/2010.

b. Menpora diduga membiarkan Sesmenpora melaksanakan wewenang Menpora dan


tidak melaksanakan pengendalian serta pengawasan sebagaimana dimaksud PP 60 tahun
2008.

7) Menteri Keuangan menyetujui kontrak tahun jamak dan dirjen anggaran menyelesaikan
proses persetujuan kontrak tahun jamak setelah melalui proses penelaahan secara
berjenjang secara bersama-sama meskipun diduga melanggar PMK 56/PMK.52/2010
antara lain sebagai berikut.

a. Tidak seluruh unit bangunan yang hendak dibangun secara teknis harus dilaksanakan
dalam waktu lebih dari satu tahun anggaran.

b. Permohonan persetujuan kontrak tahun jamak tidak diajukan oleh menteri atau
pimpinan lembaga.

c. RKA-KL kemenpora 2010 (revisi) yang menunjukkan kegiatan lebuh dari satu tahun
anggaran belum ditandatangani oleh dirjen anggaran.

8) Dirjen anggaran menetapkan RKA-KL Kemenpora tahun 2011 dengan skema tahun
jamak sebelum penetapan proyek tahun jamak disetujui. Dirjen anggaran diduga
melanggar PMK 104/PMK.02/2010

9) a. Sesmenpora menetapkan pemenang lelang konstruksi dengan nilai kontrak di atas Rp


50 miliar tanpa memperoleh pendelegasian dari Menpora. Sehingga diduga melanggar
Keppres 80 tahun 2003.

b. Menpora diduga membiarkan Sesmenpora melaksanakan wewenang Menpora


tersebut dan tidak melakukan pengendalian dan pengawasan melainkan diatur oleh
rekanan yang direncanakan akan menang. Diduga melanggar Keppres Nomor 80 Tahun
2003.

c. Proses evaluasi dan prakualifikasi dan teknis terhadap pekerjaan konstruksi


pembangunan P3SON Hambalang (bukan) dilakukan oleh panitia pengadaan melainkan
diatur oleh rekanan yang direncanakan akan menang. Sehingga diduga melanggar
Keppres 80 tahun 2008.
d. Adanya rekayasa proses pelelangan pekerjaan konstruksi pembangunan P3SON
Hambalang untuk memenangkan kerja sama operasi (KSO) AW yang dilakukan dengan
cara sebai berikut:

1. Mengumumkan lelang dengan informasi yang tidak benar.

2. Untuk mengevaluasi kemampuan dasar (KD) KSO-AW digunakan dengan cara


penggabungan nilai dua pekerjaan sedangkan untuk peserta lain KD digunakan dengan
nilai proyek tertinggi yang pernah digunakan, sehingga menguntungkan KSO- AW. Hal
ini diduga melanggar PP 29 tahun 2000 dan Keppres 80 Tahun 2003.

11) Pelaksanaan pekerjaan konstruksi KSO-AW menyubkontrakkan pekerjaan utamanya


(konstruksi) kepada perusahaan lain sehingga diduga melanggar keppres 80 tahun 2003.

http://www.merdeka.com/peristiwa/10-pelanggaran-proyek-hambalang-menurut-audit-
bpk/pencairan-anggaran-tahun-2010.html

b) Ketidak Jujuran Hasil Survey (Lokasi Bukit Hambalang Tidak Layak di Bangun
Komlpek Sport Centre)

Ketidak jujuran hasil survey/ penipuan data survey adalah salah satu pelanggaran
Dewan Akreditasi Rekayasa dan Teknologi (ABET) kode etik insinyur atas dasar prinsip
point ke II yang berbunyi “Bersikap jujur dan tidak memihak, dan melayani dengan kesetiaan
masyarakat, petinggi mereka dan klien”. Dalam hal ini konsultan perencana tidak bertindak
jujur tidak menunjukan hasil survey yang sebenarnya karena pada kawasan hambalang tidak
layak untuk dibangun gedung sarana olah raga Sport Centre.

Salah satu kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh seorang perencana / insinyur
adalah melakukan survey lokasi / study kelayakan untuk menentukan apakah layak atau
tidaknya kawasan tersebut dibangun sebuah gedung atau bangunan lainnya sehingga
bangunan tersebut dapat kokoh berdiri sesuai dengan umur rencana.

Namun pada kenyataanya sebagian lahan proyek Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sarana
Olahraga Nasional Hambalang, Bogor, Jawa Barat, ternyata memiliki struktur tanah yang
sangat labil. Pertengahan Desember tahun lalu, sebagian area di pusat olahraga tersebut
ambles, yang mengakibatkan dua bangunan, yakni gedung bulu tangkis dan power house
(rumah genset), hampir roboh.

Hal ini diakui konsultan perencana proyek Hambalang, Imanul Aziz, saat dicecar
Panitia Kerja Evaluasi Proyek Hambalang Komisi Pendidikan dan Olahraga Dewan
Perwakilan Rakyat saat mengunjungi proyek tersebut, Selasa (29/5/2012) kemarin.
Kontraktor proyek berbiaya Rp 1,2 triliun itu adalah PT. Adhi Karya.

Menurut Azis, struktur labil itu lantaran tanah di Hambalang berjenis clay soil atau
lempung. "Di sini jenis tanahnya clay soil formasi Jatiluhur, jadi sama dengan (jenis) tanah di
jalan tol cipularang”. Menurut Azis, tanah jenis ini memiliki ciri khusus apabila terkena
hujan. Air hujan akan menerobos masuk hingga 1-2 meter dan, saat air menyentuh lapisan
lempung, tanah akan mengembang dan membahayakan bangunan material di atasnya.
"Sementara itu, saat panas, tanah akan menyusut. Itu yang terjadi”.

Hal itu diketahui setelah pihaknya mengupas tanah di beberapa tempat, dan menemukan
kandungan lempung yang ekspansif. Namun ia berdalih telah mengantisipasinya dengan
memasang turap (beronjong) di zona paling bawah proyek Hambalang, yakni lokasi gedung
power house yang tanahnya ambles.
Drainase atau saluran air dalam tanah juga telah dibuat di bawah setiap gedung. Namun, ia
beralasan, posisi rumah genset yang ambles berada paling bawah. "Airnya berkumpul di sini.
Inilah yang merusak tanah,

Konsultan manajemen konstruksi proyek Hambalang dari PT Ciriajasa, E. Ginting,


membantah melakukan kesalahan dalam perencanaan. Tahapan penelitian sudah dilalui.
"Melihat sudut tanah sudah kami lakukan. Atas dasar itulah dilakukan penempatan bangunan
genset dan bulu tangkis. Jadi, dari segi penelitian, sudah layak," katanya. Namun Ginting
mengakui amblesnya tanah pada rumah genset dan gedung bulu tangkis di luar perkiraan.

Sumber : http://news.detik.com/read/2012/05/30/145624/1928503/10/

c) Adanya Mark Up Anggaran Proyek

Salah satu isu-isu yang melanggar kode etik profesi pada peroses pembangunan
sarana olah raga sport centre adalah adanya Mark UpAnggaran proyek. Mark Up anggaran
proyek biasanya dilakukan kontraktor untuk menghindari kerugian akibat naiknya harga
barang/ material. Namun pada kasus proyek hambalang Mark Up anggaran sengaja dilakukan
oleh beberapa pihak untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Mark Up yang seperti
inti bisa dikategorikan dalam tindak pidana korupsi.

Komisi Pemberantasan Korupsi mengaku telah menemukan bukti kuat proyek gedung
olahraga di Bukit Hambalang, Sentul, Bogor, telah di-markup atau digelembungkan. Menurut
Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas, penggelembungan dana proyek itu cukup besar.

"Ada penggelembungan (dana) secara cepat sekali dalam jumlah yang spektakuler," kata
Busyro di kantornya, Selasa, 10 Juli 2012.

Menurut Busyro, bukti-bukti ihwal penggelembungan dana proyek tersebut sudah


dikantongi satuan tugas yang menangani kasus ini. Meski menolak memerinci apa saja bukti
tersebut, ia menyatakan bahwa bukti itu akan dikaji secara mendalam hingga dipaparkan
dalam gelar perkara atau ekspose Hambalang pekan ini. "Bukti itu harus ditakar. Menakarnya
sesuai hukum pembuktian materiil”.

Proyek Hambalang dikerjakan oleh PT Adhi Karya (Persero) sejak 2010 dengan nilai
Rp 1,2 triliun. Dalam proyek ini, Adhi Karya memegang saham 70 persen, dan sisanya
dipegang PT Wijaya Karya. Proyek ini mengemuka saat M. Nazaruddin, bekas Bendahara
Umum Partai Demokrat, menuduh Ketua Demokrat Anas Urbaningrum mengambil dana dari
proyek itu sebesar Rp 50 miliar pada Januari 2010. Duit itu dipakai untuk merebut kursi ketua
umum dalam Kongres Partai Demokrat di Bandung pada Mei tahun lalu. Anas membantah
tudingan tersebut.

Sumber Tempo di lembaga antikorupsi itu menyatakan terdapat dua pejabat


Kementerian Pemuda dan Olahraga dibidik menjadi calon tersangka pertama kasus ini.
Mereka adalah Kepala Biro Perencanaan Deddy Kusdinar dan Kepala Bidang Evaluasi dan
Diseminasi Wisler Manalu. Deddy menjadi ketua tim pencari tanah sekaligus pejabat
pembuat komitmen proyek tersebut. Sedangkan Wisler ketua panitia lelang proyek.
Keduanya diduga terlibat penggelembungan dana proyek. “Nama mereka sudah ada dalam
berkas penyidikan,” kata dia.

Busyro mengatakan memang peran dua orang pejabat Kementerian itu sedang
didalami untuk kasus Hambalang. Namun ia menyatakan bahwa keduanya belum ditetapkan
tersangka karena menunggu ekspose digelar.

Ketua KPK Abraham Samad mengatakan bahwa gelar perkara kemungkinan


dilaksanakan Jumat, 13 Juli. Namun ia menolak menjelaskan apakah kedua orang tersebut
akan ditetapkan tersangka atau tidak dalam gelar perkara itu. "Tunggu hasil gelar perkara
dulu," ucapnya saat dihubungi melalui telepon selulernya, Selasa, 10 Juli.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/07/10/063416034/Bukti-Markup-Proyek-
Hambalang-Sangat-Kuat

d) Pelanggaran Prinsip Dasar Dan Etika Panitia Lelang

Pada saat melaksanakan pelelangan pekerjaan pada instansi pemerintah, setiap panitia
lelang harus tunduk pada ketentuan yang berlaku, yaitu Keppres nomor 80 tahun 2003 serta
perubahannya ataupun aturan yang baru, yaitu Perpres nomor 54 tahun 2010. Dalam
mengambil sebuah keputusan, mereka harus berpegang pada prinsip-prinsip dasar dan juga
harus mengikuti etika pengadaan seperti yg sudah ditentukan oleh aturan-aturan tsb.

Prinsip dasarnya adalah sbb:

1. efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan
daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-
singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan;
2. efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran
yang ditetapkan;
3. terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia
barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di
antara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan;
4. transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa,
termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi,
penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa
yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya;
5. adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak
tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun;
6. akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi
kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai
dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.
Pada kasus pembangunan sarana olah raga sport centre ada beberapa kasus pelanggaran prinsip
dasar dan etika panitia lelang, diantaranya adala sebagai berikut :
1) Dalam proyek pembangunan sarana olah raga sport centre, pihak yang memenangkan
tender, yaitu PT Adhi Karya , mensubkontrakkan kembali PT yang lain dalam pembangunan
nya. Penelusuran Tempodi Hambalang juga menemukan Dutasari ternyata menggarap
rekrutmen personel satuan keamanan proyek. Pekerjaan Dutasari pun ada yang
disubkontrakkan lagi ke perusahaan lain, antara lain PT Kurnia Mutu yang menyuplai pipa
tembaga untuk penyejuk udara dan PT Bestindo Aquatek Sejahtera yang menyediakan sistem
pengolahan limbah domestik.

2) Proses pemenangan tender yang terkesan asal-asalan .Hal ini terbukti PT adhi karya yang
merupakan pihak yang memenangkan tender,padahal ada suatu hal yang menyebabkan Adhi
tidak menang, namun tetap diloloskan.

3) Proses pembangunan yang tiadk di di pantau lebih lanjut pelaksanaanya, hal kini terlihat
dalam proses proyek , pihak kemenpora membiarkan dalam artian menyerahkan sepenuhnya
pada sesmenpora bertindak sendiri dalam menjalankan proyek. Disini cukup membuktikan
bahwa SDM yang terlibat dalam proyek hambalang ini mengandung aspek SDM yang tidak
berkualitas sehingga mengakibatkan buruknya pengendalian dalam pelaksanaan proyek yang
ada.

C. Kongkalikong di dalam Tender Proyek


Praktik kongkalikong dalam proses tender masih banyak terjadi. Hal itu
dibuktikan banyaknya pengaduan yang diterima Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU).
Pelakunya diduga dilakukan oknum di kalangan panitia tender dan pelaku usaha.
Rata-rata kasus tender yang ditangani KPPU ben tuknya baik persekongkolan ten -
der horisontal, ataupun vertikal. Persekongkolan vertikal biasanya melibatkan
pejabat publik yang merupakan panitia tender dalam pengadaan barang atau jasa
yang dibiayai APBN atau APBD. Sedangkan persekongko lan horizontal terjadi
antara peserta tender yang biasanya terjadi karena panitia tender melakukan
pembiaran.

Ketua KPPU Tadjuddin Noer Said mengatakan, pengusaha pun sering kali
melakukan pelanggaran atau kongkalikong. Akibat nya, banyak pelaku bisnis
yang memiliki kompetensi bagus, tapi langkahnya terhambat kar ena dijegal
lawan bisnisnya yang memakai cara-cara kotor.

“Kalau hal ini terus dibiarkan, maka akan mempengaruhi bisnis dan
perekonomian Indonesia. Banyak pecundang yang mela kukan cara-cara kotor
dalam berbisnis. Kita memiliki potensi kemajuan ekonomi yang lebih besar jika
para pengusaha melakukan usaha-usahanya dengan cara yang benar,” katanya
kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, belum lama ini. Dikatakan, pelaku kongkali-
kong banyak juga dilakukan oknum para pejabat pemerintah pusat dan daerah.
Hal itu sudah berlangsung sejak lama dan banyak diadukan ke KPPU. Tapi, sa -
yangnya hal itu kurang mendapatkan respons positif dari pemerintah.

“Hampir semua yang melapor itu adanya indikasi keterlibatan pejabat pemerintah
pusat dan daerah. Pengusaha bekerj a sama dengan pejabat. Itu yang dilapor -
kan,”ujarnya. Menurutnya, saking banyaknya pelanggaran, KPPU bisa meng-
hukum seribu pengusaha dalam satu hari yang melanggar peraturan bisnis. Meski
begitu, hal itu bukanlah solusi yang baik, mengingat tindakan seperti sudah
kerap dilakukan tapi belum bisa merubah perilaku dunia usaha.

Dijelaskan, untuk kasus-kasus yang berindikasi korupsi dan merugikan negara,


KPPU sudah melaporkannya kepada kepolisian dan kejaksaan. “Hukuman harus
berdampak pada perubahan. Itu yang lebih penting. Kalau negara ini mau maju,
hukum persaingan usaha harus ditegakkan,” tegasnya.

Menurutnya, praktik manipulasi terjadi pada sebagian besar pro ses tender dalam
proyek yang menggunakan dana APBN. Ber dasarkan jumlah aduan yang diterima
KPPU, sekitar 40 persen dari Rp 1.275 triliun dana anggaran pemerintah tahun
lalu atau sekitar Rp 500 triliun dialokasikan untuk pembiayaan proyek. Untuk
proyek minyak dan gas misalnya, ham pir tiap tahun tender, nilainya bisa
mencapai 100 juta dolar AS atau sekitar Rp 10 triliun. Akibat proses tender tidak
benar ini ada pembengkakan harga. “Banyak tender konsesi, eksplorasi, pem ba-
ngunan terminal eksplorasi di laut. 90 persennya pemenangnya hasil
kongkalikong,” ungkapnya.

Dijelaskan, pihak pengusaha tidak hanya terlibat dalam kongkalikong pengaturan


pemenangan tender, tapi juga turut memanipulasi harga barang atau material
proyek di pasaran. Misalnya, ada beberapa peralatan yang dibeli dari harga Rp
10 juta dinaikkan menjadi Rp 30 juta.

Selain itu, dari 50 ribu panitia tender hanya sekitar 5 persen pa nitia di antaranya
yang jujur. Selebihnya, panitia terlibat dalam pengaturan pemenang proyek atau
pengaturan tender dengan puluhan ribu pengusaha hitam.

Hal ini semestinya menjadi perhatian dan pertimbangan pemerintah sebagai


bahan evaluasi dan membuat regulasi pengawasan proses tender. Sebab, yang ter -
libat dalam kongkalikong pengelolaan uang negara tersebut ju ga sebagian dari
kalangan BUMN, dan pejabat pemerintah yang masuk dalam kepa nitiaan tender.
“Tiap tahun kami menerima seribu aduan mengenai hal itu,” tuturnya.

Tiap Tahun Hukum 30 Perkara Persekongkolan Tender Komisioner KPPU Benny


Pasaribu mengatakan, setiap tahun rata-rata KPPU menghukum 30 perkara
peserta tender dan panitia yang terbukti bersekongkol. “Dalam setiap kasus
biasanya ada tiga pelaku atau badan usaha. Dari situ setiap tahun kami bisa
menghukum 90 sampai 100 orang atau badan usaha,” katanya. Meski sudah
memutuskan banyak perkara, namun belum ju ga bisa mengubah perilaku peserta
tender dan pelaku usaha. Benny mengharapkan ada pembenahan yang dilakukan
pemerintah supaya bisa memberikan efek jera bagi para pelanggar tender. “Yang
kita lakukan belum cukup memberikan efek je ra dan mengubah perilaku peserta
tender dan pelaku usaha,” sesalnya.

Diusulkan, Perpres 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa segera
disahkan menjadi Undang-undang, supaya pihak aparat penegak hukum seperti
kejaksaan, kepolisian dan KPK bisa masuk menanganinya, karena selama ini,
KPPU lah yang menghukum. “Kami harapkan Perpres itu seger dijadikan
Undang-undang untuk membantu kinerja KPPU, dan perekonomian negara,” pin-
tanya. Selama ini pemerintah juga dianggap terlalu fokus terhadap Ke pres Nomor
80 Tentang Pengadaaan Barang dan Jasa, sementara hukuman terhadapa
pelanggarannya masih minim.

“Tidak ada hukuman kurungan. Paling-paling hanya denda. Itu yang membuat
belum adanya perubahan. Sanksi saja belum cukup, penegak hukum seperti KPK
harus turun tangan,” jelasnya. Selain itu Benny juga mengharapkan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerin tah (LKPP) diberikan wewenangan
untuk membatalkan tender-tender yang terindikasi terjadi kongkalikong atau
merugikan negara. Selama ini LKPP hanya memberikan rekomendasi saja.

Apalagi, kata dia, potensi praktik kongkalikong bisa terjadi di ins tansi
pemerintah hampir di semua provinsi yang mengadakan tender. Sementara,
KPPU hanya memiliki 300 anggota. “Pasukan yang kita miliki belum bisa meng -
cover seluruh wilayah Indonesia. Berbeda dengan kejaksaan dan kepolisian,”
ujarnya.

KPPU pun berharap diberikan taji untuk menindaklanjuti ada nya praktik
monopoli diskriminasi harga, merger dan akuisi pe rusahaan. Dengan kewennagan
itu KPPU yakin akan bisa lebih fokus menangani kartel-kartel ekonomi yang
berdampak kepada perekonomian yang lebih besar dan menyangkut hajat hidup
orang banyak “Kewenangan seperti itu yang bisa menekan kartel -kartel ekonomi.
Sehingga kita bisa lebih fokus mengungkap pelanggaran -pelanggaran dalam
dunia usaha,” harapnya.

Diungkapkan, selama 2010-2011 KPPU menemukan 52,1 persen tender


pengadaan barang dan jasa pemerintah dilakukan de ngan persekongkolan. Se-
banyak 35 dari 43 putusan tender yang terbukti bersekongkol de ngan nilai
mencapai Rp 1,2 triliun.

Nilai tender untuk 43 putusan dari 2010 -2011 mencapai Rp 2,3 triliun. Pada
2010, hanya 6 dari 34 tender yang terbukti bersih dari pelanggaran. Sedangkan
pada 2011, KPPU mendapati 7 dari 9 tender melakukan pelang garan. Untuk
tahun ini, KPPU masih mengawasi 5 tender yang sedang berjalan. “Masih banyak
tender yang nilainya lebih besar lagi,” ucapnya.

Modus utama yang ditemukan dalam penyimpangan tender -tender tersebut


berupa pengkondisian yang melibatkan panitia, sehingga ada pihak tertentu yang
akhirnya memenangkan tender. Selama ini KPPU belum memiliki kompilasi data
yang dapat menunjuk instansi pemerintah dengan tingkat penyelewengan tender
tertinggi. Sedangkan, selama 2000-2012, KPPU telah menangani 265 perkara.
Dari jumlah itu, 70 persen di antaranya , atau sebanyak 186 perkara, merupakan
tender pengadaan barang dan jasa.

Dalam kurun 2000-2011, KPPU menerima 3.885 laporan du gaan pelanggaran


terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat . Menurutnya, salah satu kendala
pencegahan persekongkolan tender adalah sanksi. Di dunia internasional, praktik
persaingan usaha tidak sehat dikategorikan sebagai kartel, sehingga dianggap
sebagai sebuah kriminal, yang sanksinya adalah penjara. Sementara KPPU
Indonesia masih menganggap persaingan usaha tidak sehat sebagai kesalahan
administratif. Sanksi yang diberikan adalah denda maksimal Rp 25 miliar.

Saat ini sudah dilakukan nota kesepahaman antara Polri, dan KPPU untuk
melakukan pemanggilan, serta pengambilan dokumen secara paksa. Kalau itu
berjalan jalan, maka orang akan berpikir dua kali melakukan persekongkolan
tender. Menurutnya, semestinya negara tidak perlu berhutang ke luar negeri
untuk mencari dana pembangunan. Dengan mengefektifkan pasal 22 Undang-
Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
Indonesia akan makmur.

II. Proyek Dalam Provinsi

A. Proyek Jalan Taludaa

Kejaksanaan tinggi Gorontalo berhasil membawa ‘pulang’ tersangka dugaan korupsi proyek
jalan Taludaa Liem Mei Yien alias Ci’ Mey dan Reymond Chandra ke Gorontalo, setelah
sempat dinyatakan buron pada tahun 2015 lalu. Ci’mei ketika itu ditangkap tim Kejaksaan
Agung di Jakarta dan dijeblos ke Lapas Cipinang. Rabu (6/4) kemarin, dijemput Jaksa
dikirim ke Gorontalo dengan pengawalan Sipir Cipinang.

Kasus berbanderol Rp 65 miliar ini mendapat perhatian serius Kejaksaan tinggi Gorontalo.
Kejati Gorontalo kembali menetapkan tersangka terhadap Reymond Chandra dan langsung
diteruskan dengan menahan anak kandung Ci’ Mey ini di Lembaga Peasyarakatan Kelas II A
Gorontalo.

Tak hanya itu, setelah berkas sudah dinyatakan rampung dan memenuhi persyaratan untuk
dilaksanakannya sidang, Kejati Gorontalo akhirnya resmi memindahkan Ci’ Mey ke Lapas
Kelas IIA Gorontalo, rabu (6/4) pagi, dari LP Cipinang Jakarta.

Ci Mey tiba di Gorontalo, rabu (6/4) sekitar pukul 10.30 wita, dengan pesawat Lion Air.
Kontraktor yang namanya cukup dikenal luas ini, tiba dengan pengawalan ketat petugas. Ci’
Mey yang saat itu menggunakan kemeja putih dan berkaca mata hitam, setibanya di Bandara
Jalaludin Gorontalo, langsung digelandang ke Mobil Tahanan, Kejaksaan Tinggi Gorontalo
dan dijebolos ke Lapas.

Bahkan proses penjemputan terhadap kontraktor berwajah oriental ini, dipimpin langsung
oleh Aspidsus Kejati Gorontalo, Meran Djemar, SH. Setibanya di Lapas Kelas IIA Gorontalo,
tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Ci’ Mey langsung masuk ke Lapas Kelas IIA
Gorontalo dengan pengawalan ketat dari petugas pengamanan.
Meran Djemar, SH, Aspidsus Kejati Gorontalo saat ditemui Gorontalo Post usai
dilakukannya proses pemindahan Ci’ Mey mengungkapkan, proses pemindahan yang
dilakukan oleh Kejati Gorontalo terhadap tersangka Ci’ Mey, dilakukan untuk mempermudah
proses pelaksanaan sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Gorontalo, yang rencananya
akan segera dilakukan dalam waktu dekat.

Meran menambahkan, berkas perkara atas kasus dugaan tindak pidana korupsi, proyek jalan
Gorontalo-Taludaa sudah dinyatakan lengkap dan sudah diserakan kepada jaksa penuntut
umum untuk kemudian dilimpahkan ke pihak Pengadilan Tipikor Gorontalo. “Pemindahan
ini dilakukan karena berkas perkaranya sudah lengkap, dan rencananya minggu ini akan kami
serahkan kepada pengadilan untuk disidangkan,” tegasnya.

Meran juga mengatakan, Ci’ Mey sendiri diduga kuat ikut terlibat dalam dugaan kasus
korupsi jalan Gorontalo – Taludaa dengan nilai proyek Rp. 65 Milliar Rupiah dengan
kerugian negara mencapai Rp. 15 Milliar rupiah. “Ci’ Mey adalah rekanan dari RC Kuasa
Direktur dari PT. Mitha Chasea, yang sebelumnya juga telah ditetapkan tersangka dan sudah
ditahan lebih dulu di LP Gorontalo,” tambahnya.

Kepala Kejaksaan Tinggi Gorontalo Herman Koedoeboen saat dilakukan penangkapan


mengungkapkan, alasan penangkapan terhadap Ci Mey dan Raymon karena keduanya
dianggap tidak koperatif dan menghambat proses penyidikan perkara. “Kita sudah
memanggil enam kali tetapi penggilan tersebut tak pernah digubris dengan menghadiri
panggilan tersebut,”kata Herman Koedoeboen.

Sumber : http://hargo.co.id/berita/ini-dia-tersangka-proyek-taludaa-saat-dijemput- jaksa.html

B. Benteng Otanaha Rusak Akibat Proyek Dispar Kota Gorontalo

Proyek penataan ruang diduga telah merusak situs perbentengan Otanaha di Kota Gorontalo.

Perusakan situs berupa pembuatan beton rabat yang menempel pada dinding bastion I
(Benteng Ulupahu).

Sejumlah mahasiswa teknik Universitas Negeri Gorontalo dan organisasi profesi arsitektur
Gorontalo memprotes perusakan ini. Mereka meminta Pemerintah Kota Gorontalo untuk
menaati ketentuan Undang-Undang yang mengatur pembangunan di kawasan cagar budaya.
“Peninjauan kami menemukan hasil pekerjaan penataan lingkungan Benteng Otanaha tidak
sesuai dengan aspek pelestarian cagar budaya,” kata Zakaria Kasimin, Kepala Balai
Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo, Senin (2/10/2017).

Temuan lain adalah pekerjaan jalan setapak tanpa melakukan pengupasan aspal. Sehingga
menambah tinggi permukaan jalan di sekitar benteng yang menyebabkan perubahan
ketinggian bastion benteng Ulupahu atau mengubah lapisan budaya asli dari situs Benteng
Otanaha.

Pada bastion Otanaha juga terdapat kerusakan material penyusun struktur dinding benteng.
Menanggapi temuan ini, Matris Lukum, Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Gorontalo
mengakui adanya beton rabat.Namun ia menyalahkan pelaksana proyek yang telah
membuang sisa material cor di tempat ini.

“Jalan tapak sejak dulu sudah diaspal, kami menutupi dengan paving agar tidak lagi berkesan
sebagai tempat parkir,” kata Matris Lukum. Atas dugaan perusakan situs cagar budaya
nasional ini, BPCB akan melayangkan surat ke Wali Kota Gorontalo. Mereka menegaskan
agar pelaksana pembangunan penataan kawasan ini dikonsultasikan dan diasistensi oleh
tenaga ahli dari BPCB.

Sumber : http://travel.kompas.com/read/2017/10/04/074000927/benteng-otanaha-rusak-
akibat-proyek-dispar-kota-gorontalo

C. Proyek Revitalisasi Danau Limboto "Akal-Akalan"

Proyek revitalisasi danau limboto di nilai “bohong belaka” jika pada pelaksanaannya
langsung pada danau limboto artinya sasaran program ini tidak tepat, sebab yang di kerjakan
bukan penyebabnya melainkan akibatnya,

Hal ini di sampaikan Abdulah Kariem selaku Anggota DPRD Provinsi gorontalo,
menurutnya dana pemerintah pusat yang di tujukan untuk membantu masyarakat gorontalo
dalam rangkan penanggulangan pendangkalan danau limboto akan mubazir jika
pengerjaannya tidakk tepat sasaran.

Abdulah yang di temui di kediamannya mengatakan, bahwa biaya yang dikeluarkan


pemerintah pusat guna penangulangan danau limboto ini sudah ratusan miliar, sejak dulu
untuk penghijauan atau penghutanan kembali daerah hulu sungai, guna mengurangi
sedimentasi yang saat ini makin mempercepat pendangkalan danau limboto, namun demikian
oleh penguna program tidak di manfaatkan sebaik-baiknya.

Memang anggaran tersebut dikeluarkan sesuai nilai, tetapi pelaksanaannya yang tidak benar,
kenyataannya sampai saat ini di mana pohon-pohon yang di tanam, malah saat ini hanya di
tanam di kebun-kebun rakyat yang pada akhirnya tidak tumbuh dan berakhir pada
mubazirnya bantuan pemerintah pusat dalam penghijauan atau penghutanan kembali daerah
aliran sungai (DAS).

Sementara itu, lingkungan danau limboto kalau hanya untuk penangulangan berupa
pembuatan cekdam - cekdam pada titik-titik tertentu bias, namun demikian sampai kapan
penangulanngannya dapat bertahan, kemungkinan saja sampai dua tahun sudah terjadi
pengucuran sedimentasi dasyat seperti saat ini, karena daerah penyerapan di hulu sungai
sudah menipis, sehingga percuma saja segala anggaran yang di kucurkan jika hanya itu-itu
saya yang dikerjakan, dan kalau untuk jalan lingkar di seputaran danau limboto tidak
bermasalah, tapi kalau untuk penangulangan permukaan danau, tidak memungkinkan jika
pelaksanaannya hanya di laksanakan di danau limboto saja, lewat pengerukan atau yang
lainnya sementara di hulu sungai tetap gundul.

Saat ini ada Kucuran Anggaran sekitar 93 miliar guna merevitalisasi danau limboto menurut
Abdulah kesempatan ini sangat membanggkan bagi rakyat gorontalo, namun demikian jika
hanya untuk jalan lingkar dan tidak terpadu oleh penghijauan kembali, jangan harap
permukaan danau akan aman.

Abdulah pesimis, bila pengelolaan anggaran tersebut hanya di kucurkan untuk danau limboto
saja, sementara jika ditinjau masalah transportasi, kenyataannya masih belum
“menggembirakan” sebab akses transportasi yang merupakan tulang punggung perekonomian
disekitarnya masih belum memadai, sebab jalan lingkar dilingkungan limboto juga dapat
meningkatkan income masyarakat gorontalo, dan bisa membuat percepatan kesejahteraan
masyarakat gorontalo,

“Saya benar-benar pesimis akan program ini, tidak mungkin jika jalan lingkar ini dapat
mengembalikan danau limboto ke semula” untuk sementara proyek tersebut tampak bagus
tapi tunggu dua tahun kemudian masalah pendangkalan akan kembali ancam danau limboto.
Harusnya ada komitmen pemerintah tentang berbagai aspek kegiatan di hulu sungai, percuma
semua atau bohong semua program danau limboto dengan kucuran anggaran yang besar jika
programnya tidak tepat sasaran, saya berani jamin kalau programnya akan menjadi bohong
belaka.
Sementara itu di tempat berbeda Kepala Balai Sungai Wilayah Sulawesi II Ir. Ruhban
Ruzziyatno, MT mengatakan kucuran dana 93 miliar untuk danau limboto, karena wujud
kepedulian pemerintah pusat lewat menteri pekerjaan umum sangat diharapkan untuk
kesejahteraan masyarakat propinsi gorontalo, hal ini menurut Ruhban saat seminar danau
nasional danau limboto, adalah salah satu danau yang harus di selamatkan.

Tahap pertama yang akan di lakukan oleh Balai Sungai Wilayah II yakni program
penangulangan sedimentasi berupa pembuatan cekdam-cekdam pada beberapa titik guna
menghambat laju sedimentasi yang luar biasa dari hulu sungai, hal ini karena penggundulan
hutan di Provinsi Gorontalo cukup besar, bahkan kalau bicara hutan tidak ada lagi hutan
sehingga tidak ada lagi lahan penyerapan ketika hujan, air langsung turun ke sungai sehingga
mengakibatkan erosi lahan, jadi tanah-tanah, lumpur semua masuk ke sungai dan sungai
masuk ke danau lewat 23 anak sungai, makanya akan di antisipasi lewat 20 sapuden di 23
anak sungai tersebut, yang di lanjutkan dengan pembuatan batas danau baru badan danau
yang akan di bentuk lewat wingbed guna menghalangi erosi lahan.

Menurut Ir. Ruhban sangat di harapkan bantuan semua pihak yang terlibat dalam revitalisasi
sehingga kedepan rakyat gorontalo akan semakin sejahtera, dan diharapkan setelah di
revitalisasi secara tidak langsung biota-biota danau akan semakin berkembang bahkan dengan
adanya jalan lingkar danau limboto di harapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat gorontalo, baik sektor pariwisata, olahraga dan sektor perikanannya.
Keseluruhan program danau limboto ini di rencanakan selama lima tahun yakni bertahap
setiap tahunnya. (hengky/tiar/dandi)

Sumber : http://www.transaktual.com/fullpost/daerah/1332923385/abdulah -
kariem--proyek-revitalisasi-danau-limboto-akalakalan.html
BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :


1. etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Kode Etik juga dapat
diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan
atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku.
2. Banyak sekali pelanggaran-pelanggaran dalam kasus proyek hambalang ini ditemukan
prosedur prosedur yang tidak sesuai dengan prosedur seharusnya.
3. Adanya Mark Up anggaran pada kasus proyek hambalang. Mark Upanggaran sengaja
dilakukan oleh beberapa pihak untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya demi
kepentingan pribadi. Mark Up yang seperti inti bisa dikategorikan dalam tindak pidana
korupsi.
4. Ketidak jujuran hasil survey/ penipuan data survey adalah salah satu pelanggaran Dewan
Akreditasi Rekayasa dan Teknologi (ABET) kode etik insinyur atas dasar prinsip point ke II
yang berbunyi “Bersikap jujur dan tidak memihak, dan melayani dengan kesetiaan
masyarakat, petinggi mereka dan klien”. Dalam hal ini konsultan perencana tidak bertindak
jujur tidak menunjukan hasil survey yang sebenarnya karena pada kawasan hambalang tidak
layak untuk dibangun gedung sarana olah raga Sport Centre.

Anda mungkin juga menyukai