Anda di halaman 1dari 34

MODUL

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN


PROFESI GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

RENCANA ANGGARAN BIAYA


Disusun Oleh :
Ir, Drs, Sugeng Haryanto. MPM

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2009
DAFTAR ISI

Halaman

1.Tujuan
2.Konsep Isi

......

.............. 4

A. Jenis RAB Proyek ..... 4


B. Metode Perkiraan Biaya Proyek ........................................................... 6
C. Komponen Rencana Anggaran Biaya ............................................... 12
D. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya ........................................... 17
3. Rangkuman Materi .....................................................................................
19
A. Pekerjaan Tanah dan Pondasi Batu Kali ......................................... 20
B. Pekerjaan Beton Bertulang ................................................................ 24
C. Pekerjaan Dinding ............................................................................... 28
D. Pekerjaan Konstruksi Baja ................................................................. 30
Referensi

.........................................................................................................

34

Judul:

RENCANA ANGGARAN BIAYA


Penulis:
Ir, Drs, SUGENG HARYANTO, MPM.

1. Tujuan
Tujuan dari penyampaian modul ini pada Program Pendidikan dan Latihan (Diklat) Profesi
Guru SMK (Bidang Teknologi dan Kepariwisataan) adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Peserta memahami jenis-jenis rencana anggaran biaya proyek dan berbagai metode
perhitungannya.
Peserta dapat mendefinisikan jenis-jenis pekerjaan sebuah proyek berdasarkan gambar
perencanaan dan gambar kerja.
Peserta dapat menentukan satuan dan menghitung volume masing-masing jenis pekerjaan
pada sebuah proyek.
Peserta dapat menggunakan analisa harga satuan pekerjaan berdasarkan standar yang ada
untuk menentukan harga satuan masing-masing pekerjaan pada sebuah proyek.
Peserta dapat menghitung rencana anggaran biaya pada sebuah proyek.
Peserta dapat menghitung kebutuhan bahan yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan
sebuah proyek.

2. Materi
A. Pendahuluan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) memegang peranan penting dalam penyelenggaraan
proyek. Pada taraf pertama digunakan untuk mengetahui berapa besar biaya yang diperlukan untuk
membangun proyek (investasi), selanjutnya memiliki fungsi dengan spektrum yang amat luas yaitu
merencanakan dan mengendalikan sumber daya lainnya. RAB disusun dengan memperkirakan
biaya komponen-komponennya dengan memperhatikan faktor waktu pelaksanaan pekerjaan. Sesuai
dengan namanya yaitu rencana (estimate), maka RAB mengandung arti bahwa angka yang
dihasilkan tidak akan 100 % akurat.
Meskipun memiliki kegunaan yang sama, namun masing-masing tim peserta proyek
memiliki penekanan yang berbeda-beda tentang RAB. RAB sesungguhnya merupakan suatu
perencanaan terinci perkiraan biaya dari bagian atau keseluruhan kegiatan proyek yang dikaitkan
dengan waktu (time-phased). Menyusun RAB berarti melihat masa depan, memperhitungkan dan
mengadakan prakiraan atas hal-hal yang akan dan mungkin terjadi berdasarkan pada pengkajian
dan pembahasan biaya kegiatan di masa lalu.
Perkiraan biaya menurut National Estimating Society USA sebagai berikut Perkiraan
biaya adalah seni memperkirakan (the art of approximating) kemungkinan jumlah biaya yang
diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu.
3

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa perkiraan biaya erat hubungannya dengan
analisis biaya, berupa pekerjaan yang menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu
yang akan dipakai sebagai bahan untuk menyusun perkiraan biaya.
B. Konsep/Isi
1). Jenis RAB Proyek
Sesuai dengan fungsinya, RAB proyek dibuat pada suatu periode tertentu dalam siklus
proyek oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamanya. Secara umum jenis anggaran biaya proyek
ditinjau dari waktu estimasi (di dalam siklus proyek) serta oleh dan untuk siapa rencana anggaran
biaya tersebut dibuat. Semakin jauh kita memasuki siklus perkembangan proyek akan semakin jelas
dan terperinci anggaran biaya proyek.
Besarnya RAB sangat tergantung dari siapa di dalam tim proyek yang
membuatnya dan untuk kepentingan apa. Bagi pemilik angka yang
menunjukkan jumlah perkiraan biaya akan menjadi salah satu patokan untuk
menentukan kelanjutan investasi. Bagi kontraktor, keuntungan finansial yang
akan diperoleh tergantung kepada seberapa jauh kecakapannya membuat
perkiraan biaya, jika terlalu tinggi tidak akan memenangkan tender dan jika
terlalu rendah akan mengalami kerugian. Bagi konsultan RAB yang diajukan
kepada pemilik sebagai jumlah usulan biaya terbaik untuk berbagai kegunaan
sesuai perkembangan proyek dan sampai derajat tertentu, kredibilatasnya
terkait dengan kebenaran atau ketepatan angka-angka yang diusulkan.
Sebagai dasar pengembangan desain yang baik menurut Asworth 1993 sebagai berikut :
Perencanaan denah bangunan yang baik harus mengandung unsur Fungsi, Teknologi, Estetika.
Desain yang baik

Fungsi

Kegunaan

Teknologi

Kenyamanan

Metode pemasangan

Estetika

Penampilan

BIAYA

Secara umum anggaran biaya proyek dikategorikan ke dalam 4 (empat) jenis, yaitu:
1. Rencana anggaran biaya kasar
4

Rencana anggaran biaya kasar ini dibuat sangat global dan dibutuhkan oleh pemilik untuk
memutuskan apakah ide untuk membangun proyek jadi dilaksanakan atau tidak. RAB yang
disusun saat ini dilakukan dengan mempertimbangkan segala aspek dari studi kelayakan
proyek. Besarnya rencana anggaran biaya ini biasanya didasarkan pada standar-standar harga
bangunan yang telah ada.
2. Rencana anggaran biaya pendahuluan
Rencana anggaran biaya ini dibuat ketika desain (gambar dan R.K.S) telah selesai dibuat,
sehingga menghasilkan anggaran biaya yang lebih teliti dari anggaran biaya kasar. Rencana
anggaran biaya pendahuluan yang dibuat oleh pemilik, dikenal dengan istilah harga perkiraan
sendiri (Owner Estimate OE). Rencana anggaran biaya pendahuluan yang dibuat oleh
konsultan perencana dikenal dengan istilah Engineering Estimate (EE). Kedua rencana
anggaran biaya ini (OE dan EE) yang biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan
ikatan kontrak.
3. Rencana anggaran biaya detail
Rencana anggaran biaya ini umumnya dibuat oleh kontraktor setelah mempelajari gambar dan
R.K.S dengan memperhitungkan segala kemungkinan yang terjadi dengan melihat lokasi,
mempertimbangkan metode pelaksanaan, mempertimbangkan stok bahan-bahan tertentu dan
sebagainya, sehingga lebih terinci dan teliti. Rencana anggaran biaya detail ini dijabarkan
dalam bentuk penawaran (RAB Penawaran) oleh kontraktor pada waktu pelelangan, dan
menjadi fixed price (harga pasti/tertentu) bagi pemilik setelah salah satu rekanan ditunjuk
sebagai pemenang. Setelah memenangkan tender umumnya kontraktor akan membuat kembali
rencana anggaran biaya pelaksanaan (RAB Pelaksanaan) yang isinya lebih jelas dan terperinci
menerangkan biaya-biaya yang akan dikeluarkan dalam pelaksanaan sebuah proyek. Perbedaan
yang mendasar antara RAB Penawaran dan Pelaksanaan adalah:

Koefisien yang digunakan pada RAB Penawaran menggunakan koefisien standar yang
telah ada seperti BOW, SNI dan HSPK, sedangkan pada RAB Pelaksanaan umumnya
menggunakan koefisien kontraktor yang bersangkutan berdasarkan pengalamannya di
lapangan.

Harga satuan upah, bahan dan alat pada RAB Penawaran umumnya menggunakan harga
satuan tertinggi daerah setempat yang dikeluarkan oleh instansi terkait, sedangkan RAB
Pelaksanaan menggunakan harga satuan hasil survey di lapangan.

RAB Penawaran hanya terdiri dari biaya langsung proyek (direct cost) ditambah PPN,
sedangkan RAB Pelaksanaan terdiri dari biaya langsung (direct cost) dan biaya tak langsung
(indirect cost).
4. Anggaran biaya sesungguhnya
Anggaran biaya sesungguhnya adalah segala pengeluaran yang sesungguhnya (real of cost)
untuk menyelesaikan sebuah proyek dan hanya diketahui oleh kontraktor. RAB ini diperlukan
untuk melakukan evaluasi dan sebagai data untuk proyek di kemudian hari. Anggaran biaya
detail yang telah diajukan pada waktu pelelangan dikurangi dengan (real of cost) ini adalah
keuntungan sesungguhnya yang diperoleh oleh kontraktor.

2). Metode Perkiraan Biaya Proyek


Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyusun RAB antara lain metode
parametrik, memakai daftar indeks harga atau informasi proyek terdahulu, menganalisis unsurunsurnya, metode faktor, quantity take-off dan harga satuan. Penggunaan masing-masing metode
tergantung dari jenis RAB yang akan dibuat.
a). Metode Parametrik
Pendekatan yang dipakai dalam metode ini adalah mencoba meletakkan dasar hubungan
matematis yang mengaitkan biaya dengan karateristik fisik tertentu dari obyek seperti volume, luas,
berat dan lain-lain. Misalnya biaya per luas lantai (Rp/m2), biaya per murid (Rp/org), biaya per
kapasitas produksi (Rp/ton), biaya per km jalan (Rp/km) dan lain-lain. Metode ini amat praktis
untuk melakukan pengujian secara cepat dalam suatu kegiatan menganalisis biaya. Hal ini tepat
digunakan pada waktu belum tersedianya data dan informasi untuk membuat perkiraan biaya yang
lebih akurat.
Terdapat beberapa rumus matematis yang biasa digunakan untuk menghubungkan biaya
dengan variabel fisik pada metode parametrik ini, antara lain:
1. Kurva linier
y = ax
dimana : y = biaya
x = variabel
a = parameter yang menerangkan hubungan antara y dengan x
atau
y = px + y
dimana : y = biaya
px = komponen biaya variabel
q = komponen biaya tetap
2. Kurva Pangkat
X
Y2 Y1 2
X1

dimana : Y1
Y2
X1
X2
n

= biaya pembangunan proyek A


= biaya pembangunan proyek B
= kapasitas proyek A
= kapasitas proyek B
= indeks harga yang lazimnya = 0,6

Contoh Soal:
Sebuah proyek perumahan dengan tipe yang sama berjumlah 750 unit dibangun dengan biaya Rp.
45.000.000.000,-. Perkirakan biaya pembangunan proyek yang sama dengan jumlah 1000 unit,
dengan menggunakan pendekatan rumus kurva pangkat!
Jawaban:
6

X2

X1

Y2 Y1

1000
Y2 45.000.000.000

750

0,6

Y2 53.478.000.000,

Jadi biaya pembangunan proyek perumahan yang sama dengan jumlah 1000 unit adalah Rp.
53.478.000.000,b). Metode Indeks Harga dan Informasi Proyek Terdahulu
Indeks harga adalah angka perbandingan antara harga pada suatu waktu (tahun tertentu)
terhadap harga pada suatu waktu (tahun) yang digunakan sebagai dasar. Secara matematis
rumusannya adalah sebagai berikut:
Indeks h arg a tahun A

Harga di tahun A = Harga di tahun B x Indeks h arg a tahun B

Angka indeks dapat digunakan untuk membuat perkiraan kasar. Penggunaan metode ini dianggap
paling baik untuk menyiapkan perkiraan biaya pendahuluan karena menghasilkan angka yang
masih dalam batas kewajaran, tanpa mengeluarkan usaha dan tenaga yang terlalu banyak. Terdapat
banyak jenis indeks harga yang dikeluarkan oleh instansi atau perusahaan tertentu.
Selain itu data-data dari manual, hand-book, katalog dan penerbitan berkala sangat
membantu dalam memperkirakan biaya proyek. Data dan informasi dari proyek sejenis yang
terdahulu amat berguna sebagai panduan atau referensi. Data dan informasi yang diperoleh dari
berbagai sumber dapat dikumpulkan, dikaji dan diolah yang akan menghasilkan grafik-grafik
korelasi yang sejenis. Dengan melakukan berbagai penyesuaian seperti eskalasi, perbedaan teknis
dan lingkup proyek data-data tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya biaya
proyek.
Contoh Soal:
Harga pembangunan sebuah proyek jalan pada tahun 1993 adalah Rp. 25.000.000,-/km. Perkirakan
harga pembangunan jalan tersebut pada tahun 2003 jika indeks harga pembangunan jalan tersebut
pada tahun 1993 adalah 599 dan pada tahun 2003 adalah 1154!
Jawaban:
Harga di tahun 2003 = 25.000.000 x

1154
599

= 48.163.000,Jadi biaya pembangunan jalan tersebut di tahun 2003 diperkirakan Rp. 48.163.000,-/km.
c). Metode Menganalisis Unsur-Unsurnya
Metode lain yang dapat digunakan untuk memperkirakan biaya proyek adalah dengan
menganalisis unsur-unsurnya (elemental analysis cost estimating). Pada metode ini lingkup proyek
diuraikan menjadi unsur-unsur menurut fungsinya. Struktur yang diperoleh menjadi sedemikian
rupa sehingga perbaikan secara bertahap dapat dilakukan sesuai dengan kemajuan proyek, dalam
7

arti masukan yang berupa data dan informasi yang baru diperoleh, dapat ditampung dalam rangka
meningkatkan kualitas perkiraan biaya.
Agar penggunaannya dalam perkiraan biaya efektif, maka hendaknya pemilihan fungsi
didasarkan pada:
Jelas menunjukkan hubungan antara komponen-komponen proyek, dan bila telah diberi beban
biaya, berarti menunjukkan komponen-komponen biaya proyek.
Dapat dibandingkan dengan komponen biaya proyek lain yang sejenis.
Mudah diukur atau diperhitungkan dan dinilai perbandingannya (rasio) terhadap data standar.
Penentuan angka rasio terhadap dasar atau standar memegang peranan yang sangat penting
dalam penggunaan metode ini. Pengembangan rasio dapat dilakukan dari penelitian atas data
proyek terdahulu ataupun informasi dari sumber lain. Bila pengelompokan unsur-unsur berdasarkan
fungsi telah tersusun, maka perkiraan biaya dapat dimulai sejak awal proyek (membuat perkiraan
biaya kasar) sampai kepada anggaran yang amat akurat. Penggunaan metode ini dalam perkiraan
biaya seringkali dijumpai pada proyek-proyek gedung.
d). Metode Faktor
Metode faktor memperkirakan biaya proyek dengan menggunakan asumsi bahwa terdapat
angka korelasi (faktor) di antara harga peralatan utama dengan komponen-komponen lainnya yang
terkait. Di sini biaya komponen-komponen tersebut dihitung dengan cara memakai faktor perkalian
terhadap harga peralatan utama. Metode ini memerlukan design engineering sampai suatu tahapan
tertentu sehingga diperoleh data dan informasi mengenai jumlah, ukuran dan spesifikasi peralatan
utama sehingga dapat diperhitungkan perkiraan harganya.
Sistematika perkiraan biaya proyek dengan metode faktor ini selanjutnya adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan harga yang telah pasti dari peralatan utama (PCE).
2. Mengitung biaya pemasangan sampai peralatan utama berungsi (PPC). Perhitungan ini
dilakukan dengan menggunakan berbagai faktor yang tergantung dari jenis proses dan material
(f1 fn) dapat dilihat pada Tabel 1.
PPC = PCE (1 + f1 + f2 + ... + fn)
3. Menjumlahkan PPC dan biaya engineering (fe), biaya kontigensi (fc) dan fee kontraktor (ff)
sehingga akan diperoleh modal tetap proyek.
Modal tetap = PPC (1 + fe + fc + ff)
4. Menjumlahkan modal tetap dan modal kerja (diperkirakan 5 10 %) sehingga diperoleh total
biaya proyek.
Total biaya proyek = modal tetap + modal kerja

Tabel 1
Berbagai Angka Metode Faktor
Diskripsi
f1
f2
f3
f4
f5
f6
f7
f8
fe
fc
ff

Memasang peralatan
Pipa terpasang
Instrumen terpasang
Alat listrik
Bangunan
Utiliti
Tempat penampungan
Pekerjaan tanah
Desain engineering
Kontigensi
Fee kontraktor

Fluida
0,40
0,70
0,20
0,10
0,30
0,50
0,15
0,05
0,30
0,10
0,05

Jenis Proses
Fluida-padat
0,45
0,45
0,15
0,10
0,20
0,45
0,20
0,05
0,25
0,10
0,05

padat
0,50
0,20
0,10
0,10
0,15
0,25
0,25
0,05
0,20
0,10
0,15

Selain itu terdapat beberapa rumusan lain dalam menghitung biaya proyek dengan
menggunakan metode faktor, antara lain Rumus Lang, Faktor Tenaga Kerja dan Rumus Hirsch
dan Glazier.
Rumus Lang:
Modal Tetap = FL x PCE
dimana : PCE = harga pembelian peralatan utama
FL = faktor lang (3,1 untuk instalasi yang memproses material yang sebagian
besar padat ; 4,7 untuk instalasi yang memproses material yang sebagian
besar cair ; 3,6 memproses campuran padat-cair)
Pengelompokkan lain dari metode faktor adalah dengan memisahkan tenaga kerja, seperti
diperlihatkan pada Tabel 2.
Rumus Hirch dan Glazier :
I = E [A (1 + Fl + Fp + Fm) + B + C]
dimana : I = total investasi
A = total biaya pembelian-fob
B = total biaya terpasang
C = biaya material alloy untuk mencegah korosi
E = biaya tidak langsung (overhead, engineering, kontigensi dan laba), dipakai
angka 1,4
Fl = faktor biaya tenaga kerja lapangan
Fm = faktor biaya untuk bermacam-macam butir (instrumen, isolasi, pondasi,
bangunan sipil dan lain-lain)
Fp = faktor biaya untuk pipa
Tabel 2
Metode Faktor Tenaga Kerja
9

Komponen Biaya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pembelian peralatan utama


Material curah
Tenaga kerja yang berkaitan dengan peralatan
Tenaga kerja berkaitan dengan material curah
Kepenyeliaan konstruksi
Biaya konstruksi tidak langsung
Biaya kantor pusat (termasuk engineering)
Total

Rendah
100
76
10
62
8
16
28
300

Faktor
Menengah
100
95
13
77
10
20
35
350

Tinggi
100
152
21
123
16
32
56
500

Contoh Soal:
Hitunglah perkiraan biaya total proyek industri yang memproses bahan cair, jika total biaya
peralatan utama adalah Rp. 12.000.000.000,-. Hitunglah perkiraan biaya total proyek dengan
menggunakan metode faktor sesuai Tabel 1 dengan mengambil modal kerja 10 %!
Jawaban:
Harga pembelian peralatan utama (PCE) adalah Rp. 12.000.000.000,Jumlah faktor f1 f8 sesuai dengan Tabel 1 di atas adalah 2,4.
PPC = PCE (1 + f1 + f2 + ... + f8)
= 12.000.000.000 (1 + 2,4)
= 40.800.000.000,Jumlah fe, fc dan ff adalah 0,45
Modal tetap = PPC (1 + fe + fc + ff)
= 40.800.000.000 (1 + 0,45)
= 59.160.000.000,Modal kerja 10 %
Total biaya proyek = Modal tetap (1 + 10%)
= 59.160.000.000 (1 + 0.1)
= 65.0760.000.000,Jadi biaya pembangunan proyek industri tersebut diperkirakan Rp. 65.0760.000.000,e). Quantity Take-Off dan Harga Satuan
Metode Quantity Take-Off dan Harga Satuan adalah metode yang sering dipakai untuk
memperhitungkan rencana anggaran biaya proyek secara lebih terinci. Metode Quantity Take-Off
memperkirakan biaya dengan mengukur kuantitas komponen-komponen proyek dari gambar,
spesifikasi dan perencanaan. Prosedur yang harus ditempuh jika menggunakan Metode Quantity
Take-Off adalah sebagai berikut:
1. Membuat klasifikasi komponen pekerjaan.
2. Membuat diskripsi dari butir-butir komponen pekerjaan.
3. Menentukan dimensi dari butir-butir pekerjaan.
4. Memberi beban jam-orang
5. Memberi beban biaya
Metode Quantity Take-Off dapat diterapkan apabila berbagai spesifikasi (R.K.S) dan
gambar-gambar yang diperlukan telah tersedia. Metode ini biasanya digunakan oleh konsultan dan
10

kontraktor dalam menghitung biaya tender. Apabila angka yang menunjukkan volume total
pekerjaan belum dapat dihitung dengan pasti, tetapi biaya per unitnya telah dapat dihitung maka
perkiraan biaya dapat menggunakan Metode Harga Satuan. Terdapat beberapa cara menganalisa
harga satuan antara lain dengan menggunakan Analisa B.O.W, SNI, HSPK, Man-Day, Man-Hour.
Cara-cara tersebut dalam pemakaiannya masih harus disesuaikan dengan faktor-faktor tertentu
berdasarkan pengalaman masing-masing.
3). Komponen Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya proyek yang lengkap dan teliti adalah rencana anggaran biaya yang
dibuat oleh kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan. Hal ini dimaklumi karena kontraktor ingin
mendapatkan pekerjaan dengan keuntungan yang wajar. Secara umum komponen rencana anggaran
biaya proyek terdiri dari:
1. Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya langsung adalah biaya yang langsung berhubungan dengan konstruksi/bangunan proyek,
yang terdiri dari:
a. Bahan/material
b. Upah buruh/labor/man power
c. Biaya peralatan/equipment
2. Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)
Biaya tak langsung adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan
konstruksi/bangunan tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek, yang terdiri dari:
a. Overhead cost
b. Biaya tak terduga
c. Keuntungan/profit
a). Bahan/material
Dalam perhitungan RAB biaya material kira-kira 70 % dari total biaya proyek, sehingga
dalam perhitungannya perlu mendapat perhatian serius. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menghitung biaya material adalah:
Bahan sisa yang terbuang (waste) diusahakan seminimal mungkin.
Harga loco dan franco.
Cari harga terbaik yang masih memenuhi RKS.
Cara pembayaran kepada penjual (supplier).
Analisis bahan/material meliputi perhitungan seluruh kebutuhan volume dan biaya material
yang digunakan untuk setiap komponen bangunan, baik material pekerjaan pokok maupun
penunjang. Biaya material diperoleh dengan menerapkan harga satuan yang berlaku pada saat
dibeli. Harga satuan material merupakan harga di tempat pekerjaan jadi sudah termasuk
memperhitungkan biaya pengangkutan, menaikkan dan menurunkan, pengepakan, asuransi,
pengujian, penyusutan, penyipanan di gudang dan lain sebagainya.
b). Upah Buruh
11

Perhitungan upah buruh hendaklah dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan proyek. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam perhitungan upah buruh adalah sebagai berikut:
Upah buruh dibedakan atas upah harian, borongan per unit volume atau borong keseluruhan.
Tarif upah harap memperhatikan tingkat kemampuan dan produktivitas pekerjanya.
Buruh hendaklah diperoleh dari daerah setempat.
Undang-undang perburuhan yang berlaku
Estimasi komponen biaya tenaga kerja/upah buruh merupakan aspek yang memiliki tingkat
ketidakpastian sangat tinggi, karena banyak sekali faktor yang mempengaruhinya (Istimawan
Dipohusodo, 2004). Upah buruh dalam prakteknya dikelompokkan menjadi upah borongan dan
upah harian. Besarnya upah borongan umumnya didasarkan pada volume pekerjaan, sedangkan
besarnya upah harian ditentukan berdasarkan produktivitas pekerja.
c). Peralatan
Dalam memperhitungkan biaya peralatan konstruksi hendaklah diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
Untuk peralatan yang disewa perlu diperhatikan ongkos sewa, biaya keluar masuk proyek,
ongkos operator, bahan bakar dan biaya reparasi kecil.
Untuk peralatan yang dibeli perlu diperhatikan bunga investasi, depresiasi, reparasi besar,
pemeliharaan dan ongkos mobilisasi.
Perkiraan biaya peralatan antara lain meliputi pembelian atau sewa alat, mobilisasi dan
demobilisasi, pemindahan, transportasi, pemasangan, pembongkaran dan pengoperasian selama
proses konstruksi berlangsung. Perhitungan biaya peralatan sebaiknya dihubungkan dengan masa
pakainya, lama pemakainnya pada suatu proyek dan volume pekerjaan yang harus diselesaikan
(Istimawan Dipohusodo, 2004).
d). Overhead Cost
Overhead cost umumnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) jenis biaya, yaitu:
Overhead cost proyek
Overhead cost proyek adalah salah satu jenis biaya tak langsung yang pasti dikeluarkan di
lapangan selama pelaksanaan proyek. Overhead cost proyek sesungguhnya dapat dihitung
dengan menggunakan matematika biasa pada saat menentukan harga penawaran, meskipun
tingkat keakuratannya sangat bervariasi tergantung dari data dan informasi yang dimiliki.
Overhead cost proyek meliputi biaya personil lapangan, fasilitas sementara proyek (gudang,
kantor, penerangan, pagar, komunikasi, transportasi dan sebagainya), bank garansi, bunga bank,
ijin bangunan, pajak, administrasi, biaya quality control (tes beton, baja, sondir dan
sebagainya), biaya pengukuran, rapat-rapat dan lain-lain.
Overhead cost kantor
Overhead cost kantor adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh kantor selama menangani
sebuah proyek. Meskipun masih sulit diperkirakan namun hasilnya akan lebih mendekati angka
pasti, karena data dan informasi yang dimiliki lebih akurat dibandingkan dengan overhead cost
12

proyek. Overhead cost kantor antara lain meliputi biaya sewa kantor, fasilitas, gaji karyawan,
ijin-ijin usaha, prakualifikasi, tender referensi bank, keanggotaan asosiasi dan lain-lain.
e). Biaya Tak Terduga
Karena berbagai faktor perkiraan biaya tidak akan menghasilkan angka yang 100 % akurat.
Dalam hal ini diperlukan suatu biaya, berupa biaya tak terduga untuk siap menutupi kekurangan
tersebut. Tidak ada sebuah rumusan yang baku untuk menentukan besarnya biaya tak terduga
sebuah proyek meskipun berbagai metode, rumus dan grafik telah diusulkan oleh beberapa peneliti.
Hal ini tergantung pada kualitas perkiraan biaya maupun pengalaman seorang estimator atau
perusahaan yang bersangkutan dalam menentukan sebuah judgment. Biasanya biaya tak terduga
diambil 0,5 5 % dari biaya langsung.
Unsur-unsur biaya tak terduga pada sebuah proyek sangat bervariasi, antara lain:
Kontigensi (Contigencies)
Kontigensi adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau anggaran untuk dialokasikan
pada butir-butir yang belum ditentukan, yang menurut pengalaman dan data statistik
menunjukkan selalu diperlukan (Iman Soeharto, 1997). Tidak ada rumusan yang baku dalam
menentukan besarnya biaya kontigensi, lazimnya digunakan angka 10 13 % dari total biaya
proyek. Metode lain dalam menentukan besarnya kontigensi adalah dengan menggunakan
angka yang berbeda bagi masing-masing komponen biaya, sesuai dengan besarnya risiko, yang
kemudian dijumlahkan menjadi total kontigensi yang sering dikenal dengan metode average
contigensi. Asumsi yang dipakai adalah lebih banyak diketahui perihal biaya tiap komponen
proyek, dan semakin kurangnya faktor tidak menentu sehingga jumlah kontigensi yang
diperlukan semakin rendah. Jadi dalam metode ini, lingkup kegiatan proyek terlebih dahulu
diuraikan menjadi komponen-komponennya kemudian diberi beban biaya serta prosentase
kontigensi yang bersangkutan.

Allowance
Allowance adalah alokasi biaya untuk butir-butir dalam perkiraan biaya yang diketahui pasti
akan dibutuhkan, tetapi belum dapat ditentukan besarnya (Iman Soeharto, 1997). Misalnya
sewaktu membuat anggaran biaya proyek dimana lingkup kerja proyek telah diidentifikasi
komponen-komponennya, tetapi karena terbatasnya informasi dan waktu belum memungkinkan
untuk menentukan besarnya biaya masing-masing dengan rinci. Bila hal ini terjadi, maka dibuat
daftar butir-butir komponen berikut allowance-nya.
Inflasi
Inflasi sering diartikan sebagai kenaikan harga barang. Dalam hubungan ini salah satu yang
paling sulit adalah yang berkaitan dengan memperkirakan pergerakan atau perubahan harga
barang, upah tenaga kerja dan lain-lain terhadap waktu. Padahal masalah tersebut dampaknya
terhadap total biaya proyek dapat berkisar antara 7 15 % per tahun. Untuk proyek-proyek
yang berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama (lebih dari 3 tahun) inflasi mempunyai
dampak yang cukup besar terhadap total biaya proyek, sehingga perlu mendapat perhatian
serius.
13

Eskalasi
Eskalasi mempunyai makna yang lebih penting, karena mencerminkan perubahan harga akibat
inflasi ditambah faktor-faktor lain, seperti upah tenaga kerja, subkontrak dan lain-lain yang
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi pada saat proyek tersebut dikerjakan. Atau dengan kata lain,
dalam menganalisis ekskalasi perkiraan biaya proyek, estimator menghadapi kenyataan bahwa
harga penjualan barang dan jasa yang sesungguhnya, sebagian besar dipengaruhi oleh kegiatan
usaha atau situasi ekonomi pasar saat itu, tidak hanya oleh biaya sesungguhnya yang
dikeluarkan oleh manufakturer untuk memproduksinya. Eskalasi dapat dikatakan sebagai
provisi atau cadangan pada perkiraan biaya yang dimaksudkan untuk menutup kenaikan tingkat
harga karena waktu. Cara yang lazim dipakai untuk menghitung eskalasi adalah dengan
menggunakan indeks harga atau faktor indeks yang diterbitkan oleh kalangan dagang dan
industri atau oleh pemerintah.

f). Keuntungan/Profit
Keuntungan (profit) merupakan motivasi utama seseorang atau sebuah perusahaan mau
mengambil risiko menjadi rekanan/kontraktor. Kalau tanpa keuntungan siapa yang akan mau
menjadi kontraktor dengan segala risiko yang harus dihadapi. Dalam melakukan penawaran
terhadap sebuah pekerjaan kontraktor telah menghitung segala biaya yang diperlukan untuk
penyelenggaraan proyek ditambah dengan keuntungan sebagai imbalan terhadap jasa yang telah
diberikan. Perlu dipahami bersama bahwa keuntungan bukanlah gaji. Keuntungan adalah hasil jerih
payah dari sebuah keahlian ditambah hasil dari faktor risiko (Paulus Nugraha, dkk, 1985).
Biaya-biaya langsung dan tak langsung yang disebutkan di atas adalah biaya-biaya yang
harus dikeluarkan untuk dapat menyelenggarakan proyek, sehingga mau tak mau harus dikeluarkan
dan tidak dapat dikurangi apabila segala sesuatunya berjalan sesuai rencana. Biaya-biaya tersebut
harus dimasukkan secara keseluruhan di dalam menentukan harga penawaran. Satu-satunya
komponen biaya yang dapat dikurangi atau ditambahkan dalam menentukan harga penawaran
adalah keuntungan/profit. Sehingga nilai keuntungan sebuah proyek memiliki tingkat
ketidakpastian yang sangat tinggi. Karena nilai keuntungan memiliki tingkat ketidakpastian yang
sangat tinggi, maka tidak dapat ditentukan melalui perhitungan matematis biasa.
Besarnya keuntungan sangat tergantung pada masing-masing kontraktor yang dianggap
pantas untuk mendapatkan sebuah kontrak. Sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan
besarnya keuntungan antara lain adalah besarnya risiko pekerjaan, kesulitan-kesulitan yang
dihadapi pada saat melaksanakan pekerjaan ataupun dari cara pembayaran pemberi pekerjaan
(owner). Besarnya keuntungan yang akan diambil haruslah dikaji dengan lebih mendalam sehingga
dapat memenangkan kontrak dan dalam pelaksanaannya akan menghasilkan sebuah nilai yang
wajar. Bila ingin memenangkan sebuah penawaran sedangkan terdapat banyak saingan, satusatunya komponen biaya yang dapat diturunkan adalah keuntungan. Secara praktis untuk proyek
kecil keuntungan diambil 15 %, untuk proyek sedang 12,5 % dan untuk proyek besar 8 % dari
biaya langsung.
4). Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
14

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyusun RAB antara lain Metode
Parametrik, Daftar Indeks Harga atau Informasi Proyek Terdahulu, Menganalisis Unsur-unsurnya,
Metode Faktor, Quantity Take-Off (BOQ) dan Analisa Harga Satuan. Penggunaan masing-masing
metode tergantung dari jenis RAB yang akan dibuat.
Metode Quantity Take-Off (BOQ) dan Analisa Harga Satuan adalah metode yang sering
dipakai untuk memperhitungkan rencana anggaran biaya proyek secara lebih terinci. Penyusunan
RAB dengan menggunakan kedua metode ini dapat dilakukan berdasarkan flow chart pada Gambar
1. Metode Quantity Take-Off (BOQ) memperkirakan biaya dengan mengukur kuantitas komponenkomponen proyek dari gambar, spesifikasi dan perencanaan. Analisa Harga Satuan
memperhitungkan harga per satuan pekerjaan dengan menggunakan koefisien-koefisien tertentu.
Prosedur yang harus ditempuh dalam perhitungan RAB dengan menggunakan kedua metode
tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar &
RKS
Penentuan
Jenis Pekerjaan
Perhitungan
Volume

Analisa Biaya Langsung


Bahan
Upah
Peralatan

Analisa Biaya Tak


Langsung
Overhead
Biaya tak terduga

Harga
Satuan
RAB
Proyek
Gambar 1.
1. Meneliti gambar dan RKS
yang
ada.
Flow Chart
Penyusunan RAB
Gambar perencanaan maupun pelaksanaan yang telah dibuat dan RKS yang ada harus diteliti
dengan baik, sehingga tidak akan terjadi kekeliruan dalam menentukan jenis pekerjaan yang
ada, perhitungan volume dan analisa harga satuan.
2. Membuat klasifikasi jenis pekerjaan.
15

3.

4.

5.

6.

7.

Jika gambar perencanaan telah ada dan RKS telah lengkap maka jenis pekerjaan dapat
ditentukan. Penentuan jenis pekerjaan biasanya telah dilakukan oleh konsultan perencana dan
telah ada pada saat penjelasan pekerjaan (aanwyzing). Penentuan jenis pekerjaan diusahakan
sejelas dan sedetail mungkin. Meskipun pada kenyataannya seringkali terdapat jenis pekerjaan
yang tidak dapat dijelaskan dengan gambar dan RKS.
Menghitung volume pekerjaan.
Perhitungan volume pekerjaan dapat dilakukan berdasarkan gambar yang ada. Perhitungan
volume diawali dengan menentukan dimensi dari jenis-jenis pekerjaan, kemudian dengan
menggunakan rumusan yang ada volume pekerjaan dapat dihitung. Satuan volume/kuantitas
pekerjaan harus dihitung berdasarkan analisa harga satuan yang telah ada, jika menggunakan
harga satuan Rp/m2, maka perhitungan volumenya harus menggunakan m 2. Jenis dan volume
pekerjaan inilah yang sering diistilahkan dengan Bill of Quantity (BOQ).
Membuat analisa harga satuan pekerjaan
Analisa harga satuan pekerjaan adalah perhitungan biaya proyek yang didasarkan pada harga
per satuan unit pekerjaan tertentu. Analisa harga satuan dihitung berdasarkan koefisienkoefisien tertentu, seperti BOW (Burgerlijke Openbare Werken), Standar Nasional Indonesia
(SNI), Harga Satuan Pokok Kegiatan Daerah Setempat (HSPK), maupun koefisien yang
didasarkan pada pengalaman masing-masing perusahaan. Koefisien antara RAB Tender dan
RAB Pelaksanaan umumnya berbeda. Analisa harga satuan diperoleh dengan menjumlahkan
hasil perkalian koefisien bahan, upah dan peralatan suatu item pekerjaan dengan harga
satuannya. Harga satuan bahan, upah dan peralatan juga umumnya berbeda antara RAB Tender
dan RAB Pelaksanaan.
Menghitung total harga pekerjaan
Total harga pekerjaan dapat dihitung dengan mengalikan volume dengan harga satuan
pekerjaan. Pada RAB Tender total harga pekerjaan yang diperoleh adalah merupakan
penggabungan antara biaya langsung (direct cost) dan biaya tak langsung (indirect cost). Pada
RAB Pelaksanaan hasil ini hanya merupakan biaya langsung, sedangkan biaya tak langsung
dihitung secara terpisah.
Rencana anggaran biaya
RAB Tender diperoleh dengan langsung menjumlahkan total harga pekerjaan, sedangkan RAB
Pelaksanaan masih harus ditambahkan dengan biaya tak langsung.
Perhitungan kebutuhan material, upah dan peralatan.
Perhitungan kebutuhan material, upah dan peralatan dapat dilakukan dengan mengalikan
koefisien upah, bahan dan peralatan pada analisa harga satuan dengan volume pekerjaan. Untuk
material tertentu seperti besi, kayu dan material yang dapat dihitung kebutuhannya secara
matematis, maka perhitungan kebutuhan materialnya dilakukan dengan berdasarkan pada
gambar kerja yang ada.

C. Rangkuman Materi
Dari uraian di atas, maka rangkuman materi dari Modul Rencana Anggaran Biaya ini adalah
sebagai berikut:
16

1. Perkiraan biaya adalah seni memperkirakan (the art of approximating) kemungkinan jumlah
biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada
waktu itu.
2. Jenis rencana anggaran biaya terdiri dari rencana anggaran biaya kasar, rencana anggaran biaya
pendahuluan, rencana anggaran biaya detail dan anggaran biaya sesungguhnya.
3. Metode perkiraan anggaran biaya proyek terdiri dari metode parametrik, metode indeks harga
dan informasi proyek terdahulu, metode menganalisis unsur-unsurnya, metode faktor, quantity
take-off dan harga satuan.
4. Komponen rencana anggaran biaya proyek terdiri dari biaya langsung (bahan, upah, peralatan)
dan biaya tak langsung (overhead cost, biaya tak terduga, keuntungan).
5. Langkah penyusunan rencana anggaran biaya proyek terdiri dari:

Meneliti gambar dan RKS

Menentukan klasifikasi jenis pekerjaan berdasarkan gambar dan RKS

Menghitung volume pekerjaan dengan menggunakan rumus-rumus dasar


matematika.

Menghitung analisa harga satuan pekerjaan berdasarkan standar yang ada, antara
lain HSPK, BOW, SNI dan pengalaman perusahaan.

Menghitung jumlah harga pekerjaan dengan mengalikan volume dan harga satuan.

Menghitung rencana anggaran biaya dengan menjumlahkan keseluruhan jumlah


harga pekerjaan.
6. Perhitungan kebutuhan bahan dapat dilakukan dengan cara:

Mengalikan koefisien pada analisa harga satuan dengan volume pekerjaan

Berdasarkan gambar kerja


3. Kegiatan
1).

Ceramah :
Pendahuluan (5 Menit)
Konsep/Isi Materi (40 Menit)
Rangkuman Materi (5 Menit)
Latihan Soal (150 Menit)

2).
4. Latihan
A. Pekerjaan Tanah dan Pondasi Batu Kali
Diketahui penampang melintang pondasi batu kali 1 : 4 seperti diperlihatkan pada gambar di bawah
ini (satuan mm). Jika diketahui bahwa panjang pondasi tersebut adalah 87,43 m, hitunglah
rencana anggaran biaya dan kebutuhan material pekerjaan pondasi tersebut!

17

600

200

300

200

Pas. Bt. Kali 1 : 4

Aanstamping 20 cm

100

Urugan Pasir 10 cm
800
1800

Penyelesaian:
1. Meneliti gambar dan RKS yang ada.
Gambar dan RKS sederhana dapat dilihat pada kasus tersebut di atas.
2. Membuat klasifikasi jenis pekerjaan.
Berdasarkan gambar dan RKS yang ada, klasifikasi jenis pekerjaan adalah sebagai berikut :
a) Galian Tanah
b) Urugan Pasir
c) Aanstamping
d) Pasangan Batu Kali 1 : 4
e) Urugan Kembali
3. Menghitung volume pekerjaan.
a). Galian Tanah
a b

x t x p
V =
2

1,8 0,8

x 0,90 x 87,43
=
2

= 102,29 m3
b). Urugan Pasir
V =pxlxt
= 87,43 x 0,80 x 0,10
= 6,99 m3
c). Aanstamping
V =pxlxt
= 87,43 x 0,80 x 0,20
= 13,99 m3
d). Pasangan Batu Kali 1 : 4
a b

x t x p
V =
2

18

0,8 0,3

x 0,80 x 87,43
=
2

= 38,47 m3
e). Urugan Kembali
V = Vgalian Vurugan pasir Vaanstamping Vbatu kali
a b

x t x p
Vbatu kali =
2

0,8 0,43

x 0,60 x 87,43
=
2

= 32,13 m3
= 102,29 - 6,99 - 13,99 - 32,13
= 49,18 m3
4. Membuat analisa harga satuan pekerjaan (HSPK).
a). Galian Tanah (m3)
A. Upah :
Mandor
o.h
0.0250 x 60,000.00
Pekerja
o.h
0.7500 x 25,000.00
Total upah
Harga Satuan Pekerjaan

b). Urugan Pasir (m3)


A. Bahan :
Pasir Urug
B. Upah :
Mandor
Pekerja Terampil
C. Alat :
Sewa alat bantu (1 set
@ 3 alat)

c). Aanstamping (m3)


A. Bahan :
Batu Kali Pecah 15/20
B. Upah :
Mandor
Kepala Tukang Batu
Tukang Batu

=
=
=
=

1,500.00
18,750.00
20,250.00
20,250.00

m3

1.2000

66,600.00 =
Total bahan =

79,920.00
79,920.00

o.h
o.h

0.0100
0.3000

x
x

60,000.00 =
30,000.00 =
Total upah =

600.00
9,000.00
9,600.00

jam

0.0213 x

1,000.00 =

21.25

Total bahan =
Harga Satuan Pekerjaan (A+B+C) =

21.25
89,541.25

m3

1.2000 x 122,500.00 =
Total bahan =

o.h
o.h
o.h

0.0170 x
0.0150 x
0.1500 x

60,000.00 =
50,000.00 =
40,000.00 =

147,000.00
147,000.00
1,020.00
750.00
6,000.00
19

0.3500 x

o.h

25,000.00 =
Total upah =
Harga Satuan Pekerjaan (A+B) =

Pekerja

d). Pasangan Batu Kali 1 : 4 (m3)


A. Bahan :
Batu Kali Pecah 15/20 m3
PC @ 50 kg
zak
Pasir Pasang
m3
B. Upah :
Mandor
Kepala tukang
Tukang batu
Pekerja

o.h
o.h
o.h
o.h

8,750.00
16,520.00
163,520.00

1.2000 x 122,500.00
2.8612 x 40,000.00
0.5202 x 79,400.00
Total bahan

=
=
=
=

147,000.00
114,448.00
41,303.88
302,751.88

0.1800
0.1200
1.2000
3.6000

x
x
x
x

60,000.00
50,000.00
40,000.00
25,000.00
Total upah

=
=
=
=
=

10,800.00
6,000.00
48,000.00
90,000.00
154,800.00

0.7000 x

50,000.00

35,000.00

0.0600 x

1,000.00

60.00

Total alat
Harga Satuan Pekerjaan (A+B+C)

=
=

35,060.00
492,611.88

=
=
=
=

375.00
4,687.50
5,062.50
5,062.50

C. Alat :
Sewa Concrete Mixer
jam
0.50 M3 (min 3 jam)
Sewa alat bantu (1 set @
jam
3 alat)

e). Urugan Kembali (m3)


A. Upah :
Mandor
Pekerja

o.h
o.h

0.0063 x
0.1875 x

60,000.00
25,000.00
Total upah
Harga Satuan Pekerjaan (A)

5. Rencana Anggaran Biaya.


No. Uraian Pekerjaan
1
2
3
4
5

Galian Tanah
Urugan Pasir
Aanstamping
Pas. Batu Kali 1:4
Urugan Kembali

Sat.
m3
m3
m3
m3
m3

Volume
102.29
6.99
13.99
38.47
49.18

Harga Satuan
(Rp.)
20,250.00
89,541.25
163,520.00
492,611.88
5,062.50
Total

Jumlah Harga
(Rp.)
2,071,435.28
625,893.34
2,287,644.80
18,950,384.93
248,973.75
24,184,332.10

6. Perhitungan Kebutuhan Bahan.


20

Perhitungan kebutuhan bahan dapat diketahui dengan mengalikan koefisien bahan pada analisa
harga satuan dengan volume pekerjaan, sebagai berikut:
Pekerjaan Urugan Pasir:
Pasir Urug
m3
1.2000 x
6.99 =
8.39
Pekerjaan Aanstamping:
Batu Kali Pecah 15/20 cm
m3
1.2000 x
13.99 =
16.79
Pekerjaan Pondasi Batu Kali 1:4
Batu Kali Pecah 15/20 cm
m3
1.2000 x
38.47 =
46.16
Semen portland @ 50 kg
zak
2.8612 x
38.47 = 110.07
Pasir Pasang
m3
0.5202 x
38.47 =
20.01
Rekapitulasi Kebutuhan Bahan:
=
Batu Kali
62.9510 = 63.0000
m3
=
Semen Portland @ 50 kg
110.0681 = 110.0000
zak
=
8.0000
Pasir Urug
8.3880 =
m3
=
Pasir Pasang
20.0117 = 20.0000
m3

B. Pekerjaan Beton Bertulang


150

150

4 12
8 - 100

Berikut diberikan gambar penampang kolom sebuah rumah


tinggal satu lantai (satuan mm). Jumlah kolom tersebut adalah
16 buah dengan tinggi bersih adalah 3,75 m. Ukuran sloof 15 x
20 cm dan ring balk adalah 15 x 15 cm. Diketahui selimut beton
20 mm dengan mutu beton 1 : 2 : 3. Pelaksanaan pengecoran
dilakukan secara konvensional. Hitunglah rencana anggaran
biaya pekerjaan kolom tersebut?

Penyelesaian:
1. Meneliti gambar dan RKS yang ada.
Gambar dan RKS sederhana dapat dilihat pada kasus tersebut di atas.
2. Membuat klasifikasi jenis pekerjaan.
Berdasarkan gambar dan RKS yang ada, klasifikasi jenis pekerjaan adalah sebagai berikut :
a).
Pekerjaan Beton 1 : 2 : 3
b).
Pekerjaan Pembesian
c).
Pekejaan Acuan/Bekisting
3. Menghitung volume pekerjaan.
a). Pekerjaan Beton 1 : 2 : 3
V = PxLxTxJ
= 0,15 x 0,15 x 3,75 x 16 = 1.35 m
b). Pekerjaan Pembesian
Volume pekerjaan pembesian dapat dihitung dengan menggunakan Bestat atau Bar
Bending Schedule seperti dilihat pada Tabel 3. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
volume pekerjaan pembesian adalah 375,40 kg.
21

c). Pekerjaan Acuan/Bekisting


Pekerjaan acuan memiliki dua cara perhitungan volume ada yang didasarkan pada volume
beton (m3) dan ada yang didasarkan pada luas permukaan bekisting (m2) tergantung pada
analisa harga satuan pekerjaan yang akan digunakan. Untuk contoh soal ini, karena akan
menggunakan koefisien SNI, maka volume acuan didasarkan pada satuan m2.
V = SxLxTxJ
= 4 x 0,15 x 3,75 x 16
= 36.00 m2.
4. Membuat analisa harga satuan pekerjaan (SNI)
a). Pekerjaan Beton 1 : 2 : 3 (m3)
A. Bahan :
m3
0.8100 x 125,000.00 = 101,250.00
Batu pecah
m3
0.5400 x 80,000.00 = 43,200.00
Pasir
6.7200 x 40,000.00 = 268,800.00
Semen portland @ 50 kg zak
Total bahan= 413,250.00
B. Upah :
Tukang batu
OH
0.3500 x 40,000.00 = 14,000.00
Kepala tukang
OH
0.0350 x 50,000.00 = 1,750.00
Pekerja
OH
2.0000 x 25,000.00 = 50,000.00
Mandor
OH
1.0000 x 60,000.00 = 60,000.00
Total upah= 125,750.00
Harga Satuan Pekerjaan (A+B)= 539,000.00

No.

Diameter Panjang Banyak


Total
Besi
Potongan Potongan Panjang
(mm)
(m)
(bh)
(m)

Skets/Bentuk

Berat
(kg)

0.12
12

4.30

64

275.20

244.38

331.71

131.03

4.06

0.12

Tabel 3.
Bestat/Bar Bending Schedule

0.11

2
0.11

0.064
0.064

0.57

584

0.11

22

0.11

Total Berat

375.40

b). Pekerjaan Pembesian (kg)


A. Bahan :
Besi
Kawat Bendrat
B. Upah :
Tukang besi
Kepala tukang
Pekerja
Mandor

kg
kg

OH
OH
OH
OH

1.0500 x 5,500.00 =
0.0150 x 10,000.00 =
Total bahan =

40,000.00 =
50,000.00 =
25,000.00 =
60,000.00 =
Total bahan =
Harga Satuan Pekerjaan (A+B) =

c). Pekerjaan Acuan/Bekisting (m2)


A. Bahan :
Kayu terentang
Paku biasa 2" - 5"
Minyak bekisting
Balok kayu borneo
Plywood tebal 9 mm
Dolken kayu galam -8-10/4 m

0.0070 x
0.0007 x
0.0070 x
0.0003 x

m3
kg
ltr
m3
lbr
btg

0.040 x 1,600,000 =
9,200 =
0.400 x
2,600 =
0.200 x
1,400,000
=
0.015 x
86,500 =
0.350 x
8,750 =
2.000 x
Total bahan =

5,775.00
150.00
5,925.00
280.00
35.00
175.00
18.00
508.00
6,433.00

64,000
3,680
520
21,000
30,275
17,500
136,975

B. Upah :
23

OH
OH
OH
OH

0.300 x 25,000 =
0.330 x 40,000 =
0.033 x 50,000 =
0.006 x 60,000 =
Total bahan =
Harga Satuan Pekerjaan (A+B) =
Harga Satuan Pekerjaan 4 Kali Penggunaan ((A+B)/4) =

Pekerja
Tukang kayu
Kepala tukang
Mandor

7,500
13,200
1,650
360
22,710
159,685
39,921

d). Analisa Harga Satuan Pekerjaan Beton Bertulang (m3)


Untuk 1 m3 pekerjaan beton, membutuhkan besi sebanyak : 375,40/1,35 = 278,0769 kg dan
acuan sebanyak : 36/1,35 = 26,6667 m2.
a. Pekerjaan Beton
m3
1.0000 x 539,000.00 = 539,000.00
b. Pekerjaan Pembesian
kg 278.0769 x 6,433.00 = 1,788,868.70
c. Pekerjaan Acuan
m2
26.6667 x 39,921.25 = 1,064,568.00
Harga Satuan Pekerjaan (a+b+c) = 3,392,436.70
5. Rencana anggaran biaya
No.

Uraian Pekerjaan

1. Pekerjaan Beton Kolom

Harga Satuan
Jumlah
(Rp.)
Harga (Rp.)
1.3500 3,392,436.70 4,579,789.54

Sat. Volume
m3

C. Pekerjaan Dinding
Dari gambar dapat diketahui sebuah rumah tinggal satu lantai dengan ukuran 9 x 18 m. Tinggi
dinding rumah tersebut adalah 4 m. Rumah tersebut memiliki 8 pintu dengan ukuran 1 x 2,25 m
dan 10 jendela dengan ukuran 0,7 x 1,8 m. Dinding rumah tersebut menggunakan pasangan bata
dan diplester dengan menggunakan campuran 1 : 4 Hitunglah rencana anggaran biaya dan
kebutuhan material untuk pekerjaan tersebut!
Penyelesaian:
1. Membuat klasifikasi jenis pekerjaan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat diidentifikasi jenis pekerjaan dinding rumah
tersebut adalah:
a)
Pas. Bata (1:4)
b)
Plester Halus (1:4)
2. Menghitung volume pekerjaan.
a)
Pas. Bata (1:4)
V = [(2x(p+l)) x t] (8xpxl) (10xpxl)
= [(2x(18+9)) x 4] (8x1x2,25) (10x0,7x1,8)
= 216,00 18,00 12,60
= 185,40 m2.
b)
Plester Halus (1:4)
V = 2 x Vbata
= 2 x 185,40
24

= 370,80 m2
3. Membuat analisa harga satuan pekerjaan (SNI).
a)
Pas. Bata 1:4 (m2)
A. Bahan :
Pasir Pasang
m3
0.0430 x
Semen portland @ 50 kg zak
0.2300 x
Batu Bata 22x11x5
bh 70.0000 x
B. Upah :
Tukang batu
Kepala tukang
Pekerja
Mandor

b)

79,400.00
40,000.00
300.00
Total bahan

=
=
=
=

3,414.20
9,200.00
21,000.00
33,614.20

40,000.00
50,000.00
25,000.00
60,000.00
Total upah
Harga Satuan Pekerjaan (A+B)

=
=
=
=
=
=

4,000.00
500.00
8,000.00
900.00
13,400.00
47,014.20

79,400.00 =
40,000.00 =
Total bahan =

2,117.33
6,944.00
9,061.33

OH
OH
OH
OH

0.1000
0.0100
0.3200
0.0150

x
x
x
x

Plester Halus (1:4) t = 20 mm (m2)


A. Bahan :
Pasir Pasang
m3 0.0267 x
Semen portland @ 50 kg zak 0.1736 x
B. Upah :
Tukang batu
Kepala tukang
Pekerja
Mandor

OH
OH
OH
OH

8,750.00
122,950.00
35,000.00
94,250.00
Total upah
Harga Satuan Pekerjaan (A+B)
0.2000
0.0200
0.2500
0.0125

x
x
x
x

=
=
=
=
=
=

1,750.00
2,459.00
8,750.00
1,178.13
14,137.13
23,198.46

4. Rencana Anggaran Biaya.


No. Uraian Pekerjaan
1 Pas. Bata (1:4)
2 Plester Halus (1:4)

Sat.
m2
m2

Harga Satuan
(Rp.)
185,40
47,014.20
370,80
23,198.46
Total

Volume

Jumlah Harga
(Rp.)
8.716.432,68
8.601.988,35
17.318.421,03

5. Perhitungan Kebutuhan Bahan.


Perhitungan kebutuhan bahan dapat diketahui dengan mengalikan koefisien bahan pada analisa
harga satuan dengan volume pekerjaan, sebagai berikut:
Pek. Pasangan Batu Bata 1 : 4:
Pasir Pasang
m3
0.0430 x
185.40 =
7.97
Semen portland @ 50 kg
zak
0.2300 x
185.40 =
42.64
Batu Bata 22x11x5
bh
70.0000 x
185.40 = 12,978.00
25

Pek. Plester Halus 1 : 4:


Pasir Pasang
m3 0.0267
Semen portland @ 50 kg
zak 0.1736
Rekapitulasi Kebutuhan Bahan:
Pasir Pasang
=
12.92
Semen portland @ 50 kg
=
74.83
Batu Bata 22x11x5
= 12,978.00

x
x
=
=
=

185.40 =
185.40 =

4.94
32.19

13.00 m3
75.00 zak
12,978.00 bh

D. Pekerjaan Konstruksi Baja


Sebuah gudang rangka baja dengan ukuran 20,00 x 14,00 m mempunyai rangka kuda-kuda seperti
diperlihatkan pada gambar (satuan m). Oversteak atap adalah 0,50 m, jarak antar kuda-kuda adalah
4,00 m dan jarak antar gording 1,10 m, dengan sudut kemiringan atap 22 o. Kuda-kuda tersebut
menggunakan baja profil WF 300.150.6,5 dan gordingnya menggunakan CNP 150.65.20, dengan
sambungan las.

Penyelesaian:
1. Meneliti gambar dan RKS yang ada.
Gambar dan RKS sederhana dapat dilihat pada kasus tersebut di atas.
2. Membuat klasifikasi jenis pekerjaan.
Berdasarkan gambar dan RKS yang ada, klasifikasi jenis pekerjaan adalah sebagai berikut :
a).
Pekerjaan Kuda-kuda WF 300.150.6,5.6
b).
Pekerjaan Gording CNP 150.65.20
3. Menghitung volume pekerjaan.
Untuk pekerjaan konstruksi baja, perhitungan volume pekerjaan umumnya dilakukan setelah
membuat gambar kerja (shop drawing). Gambar kerja konstruksi atap baja tersebut selanjutnya
dapat dilihat pada gambar berikut. Perhitungan volume pekerjaan konstruksi baja tersebut
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Dari Tabel 4 tersebut di atas dapat dilihat bahwa hasil
perhitungan volume untuk pekerjaan tersebut adalah:
a).
Pekerjaan Kuda-kuda WF 300.150.6,5.6 = 11.527,47 kg
b).
Pekerjaan Gording CNP 150.65.20 = 2.841,30 kg

26

Tabel 4.
Perhitungan Volume Konstruksi Baja
NO.

SKETSA POTONGAN

1 A.

PROFIL

PANJANG
JUMLAH
POTONGAN POTONGAN
(M)
(BH)

TOTAL
PANJANG
(M)

BERAT/M'

BERAT

(KG/M')

(KG)

WF 300.150.6,5.6

12

72.00

36.70

2,642.40

WF 300.150.6,5.6

18.00

36.70

660.60

WF 300.150.6,5.6

8.09

12

97.08

36.70

3,562.84

WF 300.150.6,5.6

3.03

18.18

36.70

667.21

WF 300.150.6,5.6

2.99

12

35.88

36.70

1,316.80

WF 300.150.6,5.6

2.45

12

29.40

36.70

1,078.98

WF 300.150.6,5.6

2.22

12

26.64

36.70

977.69

WF 300.150.6,5.6

1.41

12

16.92

36.70

620.96

Total Berat WF =

11,527.47

12
B.
3
2
8.09
3
3.03
4
2.99
5
2.45
6
2.22
7
1.41

8 A.

CNP 150.65.20

12

18

216.00

7.52

1,623.60

CNP 150.65.20

18

162.00

7.52

1,217.70

Total Berat CNP =

2,841.30

12
B.
9

4. Membuat analisa harga satuan pekerjaan (HSPK).


Pekerjaan Pabrikasi dan Pemasangan Baja (ELEKTRODE ) Kg
Mandor
0.0003 O.H
60,000
Tukang Besi
0.0600 O.H
35,000
Pekerja / Buruh Tak Terampil
0.0800 O.H
20,000

18.00
2,100.00
1,600.00
27

Sewa Welding Set (min 5 jam)


Elektroda Baja

0.0700 jam
1.0000 Kg

30,000
2,100.00
12,850 12,850.00
Nilai HSPK : 18,668.00

a).

Pekerjaan Kuda-kuda WF 300.150.6,5.6


Pekerjaan Besi Baja Profil WF <= 200 s/d 400mm (Kg)
Besi Profil WF <= 200 mm
s/d 400 mm
1.1000
kg
10,250 11,275.00
Elektroda Baja (20%)
0.2000
kg
18,668 3,733.60
Harga Satuan 15,008.60

b).

Pekerjaan Gording CNP 150.65.20


Pekerjaan Besi Baja C 100 - 150 mm (kg)
Besi Profil C 100 mm s/d 150
mm
1.1000
Elektroda Baja (20%)
0.2000

kg
kg

10,000 11,000.00
18,668 3,733.60
Harga Satuan 14,733.60

5. Rencana Anggaran Biaya.


No. Uraian Pekerjaan
1 Pekerjaan Kudakuda WF
300.150.6,5.6
2 Pekerjaan Gording
CNP 150.65.20

Sat.

kg
kg

Harga Satuan
(Rp.)

Volume

11.527,47
2.841,3
0

Jumlah Harga
(Rp.)

15,008.60

173.011.186,2
4

14,733.60
Total

41.862.577,68
214.873.763,92

6. Perhitungan Kebutuhan Bahan.


Perhitungan kebutuhan bahan untuk pekerjaan konstruksi baja dilakukan dengan cara
matematis. Adapun cara perhitungan kebutuhan bahan dapat dilihat pada Tabel 5. Untuk
perhitungan elektroda dapat dilakukan dengan mengalikan koefisien elektroda baja dengan
volume pekerjaan baja, sebagai berikut:
Elektroda Baja =
0.02
x
14,368.77
=
287.38 Kg
SISA
PANJANG
JUMLAH
PEMBELIAN
Perhitungan
Kebutuhan
Bahan,
dapat
dilihat
bahwa
kebutuhan
material adalah
NO. Dari
SKETSATabel
POTONGAN
PROFIL
POTONGAN
POTONGAN
BANYAK PANJANG
PAKAI KE(M)
(BH)
(BTG)
(BTG)
(M)
sebagai berikut:
1 A.
WF 300.150.6,5.6
12
6
6
6
a). WF12300.150.6,5.6 = 6 + 4 + 12 + 2 + 2 + 3 + 2
B.
WF 300.150.6,5.6
3
6
4
4
= 31 batang
3
= 18 + 188.09
2 b). CNP 150.65.20
WF 300.150.6,5.6
12
12
12
3.91
3
8.09
6
0.88
ss. 3
= 36 batang
3

WF 300.150.6,5.6

3.03

2.91

0.04
6.02

3.03
4

WF 300.150.6,5.6
2.99

Tabel 5. 2
2.99
12
1
1
Perhitungan Kebutuhan Bahan

WF 300.150.6,5.6

2.45

12

2.20

WF 300.150.6,5.6

2.22

12

2
1

0.90
1.58

WF 300.150.6,5.6

1.41

12

CNP 150.65.20

12

18

18

18

CNP 150.65.20

18

18

18

3.00

2.45
6
2.22
7

28

1.41
8 A.
12
B.
9

5. Referensi
-----------. 2007. Standar Biaya dan Harga Satuan Belanja Daerah, Surabaya: Sekretariat
Daerah Pemerintah Kota Surabaya
-----------. 2002. Standar Nasional Indonesia Kumpulan Analisa Biaya Konstruksi Bangunan
Gedung dan Perumahan. Bandung: Badan Standarisasi Nasional
Ashworth, Allan. 1994. Perencanaan Biaya Bangunan. Jakarta: PT. Gramedia
Mukomoko, J.A. 2000. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan. Jakarta: Gaya Media
Pratama
Soedradjat, A. 1994. Analisa (Cara Modern) Anggaran Biaya Pelaksanaan. Bandung: Nova
Dani, Hasan. Mas Suryanto HS. 2006. Manajemen Proyek I. Surabaya: Unesa Press.
Paulus, Nugraha., dkk. 1985. Manajemen Konstruksi 1. Surabaya: Kartika Yudha,
29

Soeharto, Iman. 1997. Managemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta:
Erlangga.

Ujian
Hari/tgl
Mata Pel
Waktu

: Kunci Jawaban Post Tes Diklat Guru SMK Teknik Bangunan


: Rabu, 29 Juli 2009
: RENCANA ANGGARAN BIAYA
: menit

Jawab pertanyaan dibawah ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada
lembar jawaban yang saudara anggap paling tepat.
1. Disain rumah yang baik menurut Asworth tahun 1993 tergantung :
a. Fungsi, Teknologi, Estetika.
b. Anggaran yang disediakan dari pihak Owner.
30

c. Program alat bantu komputer yang canggih.


d. Gambar tampak yang baik.

2. Secara umum RAB dikatagorikan dalam empat jenis antara lain:


a. RAB murni, RAB kasar, RAB non Pajak, RAB detail.
b. RAB terjadwal, RAB kasar, RAB detail, RAB sesungguhnya.
c. RAB kasar, RAB pendahuluan, RAB detail, RAB terjadwal.
d. RAB kasar, RAB detail, RAB non pajak, RAB terjadwal.
3. RAB untuk pemasangan dinding bata dihitung berdasarkan :
a. Kualitas bata merah, jenis campuran besi yang dipakai
b. Ketebalan dinding, jarak kolom dan campuran spesi.
c. Penggunaan andang, tinggi bangunan, dan jenis campuran yang dpakai.
d. Upah kerja dan harga bahan, sumber dana yang tersedia dan kualitas bahan.
4. Berapa kg kebutuhan besi dalam meter kubik beton untuk pelat beton satu arah
tulangan yang memakai tulangan diameter 10mm, jarak 10cm, untuk tulang
lapangan dan tebal pelat 12cm, berat besi diameter 10mm = 0,616 kg/m
a. 51,33 kg/m
b. 61,6 kg/m
c. 120 kg/m
d. 72,3 kg/m
5.

Satuan upah, bahan an alat pada RAB penawaran umumnya menggunakan :


a. Harga satuan terendah daerah setempat yang dikeluarkan instasi terkait.
b. Harga satuan tertinggi daerah setempat yang dikeluarkan instasi terkait.
c. Harga pengalaman kontraktor.
d. Harga acuan konsultan pengawas.

6. Harga yang diperlukan dalam menghitung biaya material antara lain:


a. Bunga bank dan harga kredit atau koran.
b. Harga kredit dengan prediksi kenaikan harga BBM.
c. Harga memenuhi RKS dan kualitas beton.
d. Harga loco dan franco, cara pembayaran supplier, harga memenuhi RKS,
dan sisa bahan yang terbuang seminimal mungkin.
7. Gambar bestat besi dipakai untuk :
a. Perhitungan bahan pelaksanaan proyek.
b. Mengetahui jumlah batang dan berat besi
c. Untuk melengkapi gambar bestek.
d. Memudahkan penyimpanan besi diproyek.
8. RAB untuk pelaksanaan suatu proyek menggunakan :
31

a. Owner dan kontraktor.


b. Owner dan konsultan perencana.
c. Konsultan perencana dan kontraktor.
d. Owner dan konsultan pengawas.
9. Perhitungan kebutuhan dalam kg besi untuk pelat lantai beton yang biasa dipakai
dalam penawaran suatu proyek dinyatakan :
a. Dalam satu meter panjang pelat.
b. Dalam satu meter kubik pelat.
c. Dalam satu meter persegi pelat.
d. Dalam satu lonjor batang besi.
10. Biaya tak langsung terdiri atas :
a. Jasa kontraktor, akomodasi, dan transportasi.
b. Pajak, propit, dan transportasi.
c. Akomodasi, overhead cost, dan profit.
d. Overhead cost, biaya tak terduga, dan profit.

JAWABAN PRETEST MATA PELAJARAN RENCANA ANGGARAN BIAYA

1. Disain rumah yang baik menurut Asworth tahun 1993 tergantung :


a. Fungsi, Teknologi, Estetika.
b. Anggaran yang disediakan dari pihak Owner.
c. Program alat bantu komputer yang canggih.
d. Gambar tampak yang baik.

32

Secara umum RAB dikatagorikan dalam empat jenis antara lain:


e. RAB murni, RAB kasar, RAB non Pajak, RAB detail.
f. RAB terjadwal, RAB kasar, RAB detail, RAB sesungguhnya.
g. RAB kasar, RAB pendahuluan, RAB detail, RAB terjadwal.
h. RAB kasar, RAB detail, RAB non pajak, RAB terjadwal.

3.

RAB untuk pemasangan dinding bata dihitung berdasarkan :


i. Kualitas bata merah, jenis campuran besi yang dipakai
j. Ketebalan dinding, jarak kolom dan campuran spesi.
k. Penggunaan andang, tinggi bangunan, dan jenis campuran yang dpakai.
l. Upah kerja dan harga bahan, sumber dana yang tersedia dan kualitas bahan.

4. Pihak-pihak yang terlibat dalam RAB antara lain:


m. Owner dan kontraktor.
n. Owner dan konsultan perencana.
o. Konsultan perencana dan kontraktor.
p. Owner dan konsultan pengawas.
5, RAB satuan upah bahan,dan alat pada RAB penawaran umumnya menggunakan :
a. Harga satuan terendah daerah setempat yang dikeluarkan instasi terkait.
b. Harga satuan tertinggi daerah setempat yang dikeluarkan instasi terkait.
c. Harga pengalaman kontraktor.
d. Harga acuan konsultan pengawas.
6. Harga yang diperlukan dalam menghitung biaya material antara lain:
a. Bunga bank dan harga kredit atau koran.
b. Harga kredit dengan prediksi kenaikan harga BBM.
c. Harga memenuhi RKS dan kualitas beton.
d. Harga loco dan franco, cara pembayaran supplier, harga memenuhi RKS,
dan sisa bahan yang terbuang seminimal mungkin.
7. Gambar bestat besi dipakai untuk :
a. Perhitungan bahan pelaksanaan proyek.
b. Mengetahui jumlah batang dan berat besi
c. Untuk melengkapi gambar bestek.
d. Memudahkan penyimpanan besi diproyek.
8. RAB untuk pelaksanaan suatu proyek menggunakan :
a. Owner dan kontraktor.
b. Owner dan konsultan perencana.
c. Konsultan perencana dan kontraktor.
d. Owner dan konsultan pengawas.
9. Biaya langsung terdiri atas :
33

a. Harga bahan, upah kerja, dan biaya peralatan.


b. Harga bahan, biaya akomodasi, dan bunga bank.
c. Harga bahan, biaya peralatan, dan bunga bank.
d. Upah kerja, bunga bank, dan biaya transportasi.
10. Biaya tak langsung terdiri atas :
a. Jasa kontraktor, akomodasi, dan transportasi.
b. Pajak, propit, dan transportasi.
c. Akomodasi, overhead cost, dan profit.
d. Overhead cost, biaya tak terduga, dan profit.

34

Anda mungkin juga menyukai