Anda di halaman 1dari 57

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


BALAI PRASARANA PERMUKIMAN WILAYAH KALIMANTAN SELATAN
Jalan Bina Praja Barat, Komplek Perkantoran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan

DATA TEKNIS

PEKERJAAN
REHABILITASI DAN RENOVASI PRASARANA SEKOLAH PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN 1

TAHUN
ANGGARAN
2023

LOKASI:

SMPN 3, KOTA BANJARBARU


DATA TEKNIS
REHABILITASI DAN RENOVASI PRASARANA SEKOLAH PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN 1
Tahun Anggaran 2023

UNIT / LEMBAGA : Balai Prasarana Permukiman Wilayah Kalimantan Selatan


Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Kalimantan
Selatan
UNIT ORGANISASI : Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR
PROGRAM : Pembangunan dan Rehabilitasi Prasarana Pendidikan,
Prasarana Pendidikan Dasar dan Menengah, Pembangunan
Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Madrasah.
SASARAN PROGRAM : • Terlaksananya konstruksi fisik rehabilitasi dan renovasi
prasarana madrasah, secara berkualitas, tepat waktu,
dalam batas biaya yang tersedia, serta diselenggarakan
secara tertib administrasi.
• Tersedianya bangunan gedung/ruang kelas belajar
dengan keunggulan mutu pendidikan dan lingkungan
belajar, yang menciptakan SDM unggul.

DETIL KEGIATAN : Pekerjaan Pelaksanaan Rehabilitasi Dan Renovasi Prasarana


Sekolah dari pekerjaan persiapan dan pematangan lahan,
pekerjaan struktural, pekerjaan arsitektural, pekerjaan
Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing (MEP), pekerjaan
elektronika, pekerjaan lansekap dan penunjang, serta
penerapan sistem manajemen keselamatan konstruksi
(SMKK).

UraianPendahuluan
1. Latar Belakang Berdasarkan arahan Presiden RI pemanfaatan Belanja Barang direalokasikan
untuk belanja-belanja yang lebih prioritas, yang diantaranya adalah percepatan
prasarana infrastruktur pendidikan dimana sebelumnya kegiatan tersebut
dibawah kewenangan Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pembangunan Prasarana infrastruktur akan diimplementasikan dan
dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada
TA. 2023 (SYC) Dukungan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat tersebut melingkupi Renovasi Sekolah Dasar dan Menengah Negeri
serta Madrasah yang rusak berat dan rusak sedang. Total alokasi yang
disediakan untuk prasarana infrastruktur pendidikan bersumber dari alokasi
anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat TA. 2023
(SYC). Kegiatan Pembangunan/Renovasi Prasarana infrastruktur Pendidikan
ini adalah terbangunnya kembali sekolah, madrasah di wilayah 3T (terdepan,
terluar, tertinggal) dan desa berkembang dalam rangka percepatan
pembangunan prasarana infrastruktur pendidikan yang terhenti, sehingga
dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Pembangunan/renovasi prasarana infrastruktur Satuan Pendidikan dapat
dilaksanakan secara efektif, diterima dan bermanfaat bagi masyarakat dengan
terlebih dahulu dilakukan proses identifikasi, verifikasi lapangan, penyiapan
pengorganisasian, penyiapan desain, pelaksanaan konstruksi dan paska
konstruksi. Untuk mewujudkan pendekatan tersebut, maka diperlukan Panduan
Pembangunan Prasarana Infrastruktur Satuan Pendidikan.
Pada Tahun Anggaran 2023 (SYC) melalui sumber dana APBN akan
dilaksanakan kegiatan Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Sekolah Provinsi
Kalimantan Selatan 1. Untuk menjamin bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan
sesuai perencanaan dan spesifikasi teknis.
Lokasi pekerjaan Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Sekolah Provinsi
Kalimantan Selatan 1 berada di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan
dan sekolah yang akan direhabilitasi dan renovasi adalah SMPN 3 Banjarbaru.
Latar belakang kegiatan tersebut adalah menindaklanjuti Surat Walikota
Banjarbaru kepada Kementrian PUPR yang menyebutkan bahwa sekolah
tersebut terdampak kebakaran. Bangunan yang terdampak kebakaran adalah
1 massa bangunan yaitu Ruang Tata Usaha, Ruang Kepala Sekolah, Ruang
Guru/BK, Koperasi dan 2 Ruang Kelas. Setelah melakukan identifikasi
menyeluruh terhadap sekolah tersebut ternyata pada massa bangunan lainnya
juga terdapat kerusakan dengan tingkat kerusakan kecil sampai dengan sedang
yaitu kerusakan pada Plafond, Atap, Dinding dan Lantai. Atas dasar tersebut
maka dilakukan kegiatan Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Sekolah
Provinsi Kalimantan Selatan 1 untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan
proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

2. Maksud dan A. Maksud


Tujuan Maksud Pengadaan Jasa Konstruksi ini adalah untuk mendapatkan
Penyedia Jasa yang akan melakukan kegiatan konstruksi rehabilitasi
sekolah pada setiap tahapan pembangunan dan memastikan terpenuhinya
kualitas hasil pembangunan (mutu,waktu, kuantitas, kualitas, dan biaya) dan
tertib administrasi mulai dari tahap pelaksanaan konstruksi sampai dengan
masa pemeliharaan.
B. Tujuan
Tujuan Pengadaan Jasa Konstruksi ini adalah terbangunnya fisik bangunan
sekolah sesuai dengan spesifikasi teknis, rencana kerja & syarat serta BOQ
yang telah direncanakan. Terlaksananya kegiatan konstruksi secara
mendetail yang memuat pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai dengan
selesai dengan dilengkapi dengan rincian kemajuan pekerjaan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

3. Sasaran • Terarahnya pelaksanaan fisik Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana


Sekolah Provinsi Kalimantan Selatan 1;
• Terkendalikannya kegiatan pelaksanaan Rehabilitasi dan Renovasi
Prasarana Sekolah Provinsi Kalimantan Selatan 1 secara berkualitas, tepat
waktu, tepat biaya dan tertib dalam adminitrasi.
4. Lokasi SMPN 3, Kota Banjarbaru
Pekerjaan

Lokasi Pekerjaan

Koordinat: -3.467946775008019, 114.85103238876778


1. Sumber Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBN Single Years Contract
Pendanaan (SYC) Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi Kalimantan
Selatan, PPK. Prasarana Strategis dan BPB Tahun Anggaran 2023 dengan
total pagu anggaran sebesar Rp. 7.704.356.000,- (Tujuh Miliyar Tujuh Ratus
Empat Juta Tiga Ratus Lima Puluh Enam Ribu Rupiah).
2. Nama dan Nama Pejabat Pembuat Komitmen: PPK Prasarana Strategis dan BPB, Satuan
Organisasi Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Kalimantan Selatan, Balai
Pejabat Prasarana Permukiman Wilayah Kalimatan Selatan, Direktorat Jenderal Cipta
Pembuat Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Komitmen
Data Penunjang
3. Data Dasar a. Informasi tentang pekerjaan yang akan di rehab dan renov:
1) Pekerjaan pondasi, struktur beton, rangka atap baja ringan, penutup
atap Genteng Metal Berpasir, pekerjaan dinding, pekerjaan kusen pintu
dan jendela, instalasi elektrikal, toilet.
b. Luas area: 18.652,69 m2, Tinggi bangunan maksimal: 3,75 m,
bangunan: beton bertulang
c. Bahan Utama Komponen:
- Pondasi: Pas. Batu gunung
- Kolom: Beton bertulang
- Atap: Rangka Baja Ringan Trust, Genteng Metal Berpasir
- Lantai : Keramik 40 x 40 cm
- Plint Keramik 10 x 40 cm
- Dinding : Pasangan bata ringan
- Plafond : gypsum board dan kalsium silikat board
- Pintu/ Jendela : Kayu Ulin, Aluminium, ACP
d. Kondisi kerusakan bangunan : Kerusakan pondasi, atap, plafond, dinding,
dan lantai
e. Kondisi kerusakan utilitas : Sanitasi, Instalasi listrik, air bersih
f. Melaksanakan pengerjaan proyek sesuai dengan peraturan dan Spesifikasi
yang telah direncanakan dan ditetapkan di dalam dokumen kontrak.
1. Membuat dan melaporkan progress pada proyek yang meliputi
laporan harian, mingguan, dan bulanan kepada pengguna jasa.
Laporan ini memuat hal-hal berikut ini:
2. Pelaksanaan pekerjaan.
3. Capaian pekerjaan.
4. Jumlah tenaga kerja yang bekerja.
5. Jumlah bahan yang digunakan.
6. Keadaan cuaca dan faktor-faktor lainnya.
7. Tanggung Jawab Pihak Penyedia Jasa Pada Proyek
8. Selain itu, Penyedia Jasa juga memiliki tanggung jawab terhadap
proyek yang dilaksanakannya dan juga kepada pihak Pengguna
Jasa.

4. Standar Teknis a. SNI 1727-2020 tentang Beban Minimum untuk perancangan bangunan
gedung dan struktur lain
b. SNI 1726-2019 tentang Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
struktur bangunan gedung
c. SNI 2052-2017 tentang Baja tulangan beton
d. SNI 2847-2019 tentang Persyaratan beton structural bangunan gedung
e. SNI 7656-2012 tentang Tata cara pemilihan campuran beton untuk beton
normal, beton berat dan beton massa.
f. SNI 8153-2015 tentang Sistem plumbing pada bangunan gedung
g. SNI 8399-2017 tentang Profil baja ringan.
h. SK SNI 03-1994-03, Spesifikasi peralatan pemasangan dinding bata dan
plesteran
i. SNI 03-2410-1991/ SK SNI T-11-1990-F, Tata cara pengecatan dinding
tembok dengan cat emulsi
j. SNI 03-2835-1992/ SK SNI T-01-1991-03, Tata cara perhitungan harga
satuan persiapan dan tanah untuk bangunan sederhana
k. SNI 03-2i836-1992/ SK SNI T-01-1991-03, Tata cara perhitungan harga
satuan pondasi batu belah untuk bangunan sederhana
l. SNI 1726: 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non-Gedung.
m. SNI 1729: 2020 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural.

n. SNI 2847: 2019 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan gedung.


o. SNI 1727: 2020 Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan gedung dan
Struktur Lain.
p. SNI SNI-03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung.
q. SNI-2837-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk
konstruksi bangunan gedung dan perumahan.
r. SNI-6897-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk
konstruksi bangunan gedung dan perumahan.
s. SNI-2839-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk
konstruksi bangunan gedung dan perumahan.
t. SNI-7394-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk
konstruksi bangunan gedung dan perumahan.
u. SNI-7395-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan penutup lantai dan
dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan.
v. SNI 04-7018-2004 Sistem Pasokan Daya Listrik Darurat dan Siaga.
w. SNI-03-3989-2000 Sprinkler Otomatik.
x. SNI 16-7063-2004 Sistem Pasokan Daya darurat.
y. SNI 03-7065-2005 Tata cara perencanaan Plumbing.
z. SNI 8153:2015 Sistem plumbing pada bangunan gedung.
aa. SNI 04-7019-2004 Sistem pasokan daya Listrik darurat menggunakan energi
tersimpan (SPDDT).
bb. RSNI T-15-2002 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pipa dan saniter.
cc. SNI 03-3989- 2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler
otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
dd. SNI 03-6386-2000 Spesifikasi Tingkat Bunyi dan Waktu Dengung Dalam
Bangunan Gedung dan Perumahan.
ee. SNI 04-0225-2020 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2020).
ff. SNI 03-2410-2002 Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan Cat Emulsi.
gg. SNI 03-3436-1994 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Atap Untuk
Bangunan dan Gedung.
hh. Standar teknis dan standar profesi terkait lainnya.

5. Kriteria Kriteria yang dimaksud pada penugasan ini adalah Penyedia Jasa Pelaksana
Konstruksi harus memperhatikan persyaratan–persyaratan sebagai berikut:
1) Persyaratan Umum Pekerjaan
Setiap bagian dari pekerjaan Pelaksanaan Konstruksi harus dilakukan secara
benar dan tuntas sampai dengan memberi hasil yang telah ditetapkan dan
diterima dengan baik oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
2) Persyaratan Obyektif
Pelaksanaan pekerjaan pengaturan dan pengamanan yang obyektif untuk
kelancaran pelaksanaan, baik yang menyangkut macam, kualitas dan kuantitas
dari setiap bagian pekerjaan.
3) Persyaratan Fungsional
a. Pelaksanaan Konstruksi yang berkaitan dengan waktu, mutu dan biaya
pekerjaan harus dilaksanakan dengan profesionalisme yang tinggi.
b. Memastikan terpenuhinya semua persyaratan pembangunan gedung dan
fungsional sekolah;

4) Persyaratan Prosedural
a. Penyelesaian administratif sehubungan dengan pekerjaan di lapangan,
dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku yang
mengacu kepada Peraturan dan UU yang berlaku;
b. Standar Nasional Indonesia (SNI) antara lain namun tidak terbatas pada:
- SNI 1726: 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung.
- SNI 1729: 2020 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural.
- SNI 2847: 2019 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan gedung.
- SNI 1727: 2020 Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan gedung
dan Struktur Lain.
- SNI SNI-03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi
dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung.
- SNI-2837-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran
untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan.
- SNI-6897-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding
untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan.
- SNI-2839-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-
langit untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan.
- SNI-7394-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton
untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan.
- SNI-7395-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan penutup
lantai dan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan.
- SNI 04-7018-2004 Sistem Pasokan Daya Listrik Darurat dan Siaga.
- SNI-03-3989-2000 Sprinkler Otomatik.
- SNI 16-7063-2004 Sistem Pasokan Daya darurat.
- SNI 03-7065-2005 Tata cara perencanaan Plumbing.
- SNI 8153:2015 Sistem plumbing pada bangunan gedung.
- SNI 04-7019-2004 Sistem pasokan daya Listrik darurat menggunakan
energi tersimpan (SPDDT).
- RSNI T-15-2002 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pipa dan
saniter.
- SNI 03-3989- 2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem
springkler otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung.
- SNI 03-6386-2000 Spesifikasi Tingkat Bunyi dan Waktu Dengung Dalam
Bangunan Gedung dan Perumahan.
- SNI 04-0225-2020 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL
2020).
- SNI 03-2410-2002 Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan Cat
Emulsi.
- SNI 03-3436-1994 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Atap
Untuk Bangunan dan Gedung.
- Standar teknis dan standar profesi terkait lainnya.

6. Studi-Studi pada 1. Rehabilitasi Dan Renovasi Sarana Prasarana Madrasah Kota


pekerjaan Banjarmasin, Kab. Banjar, Kab. Barito Kuala, Tahun Anggaran 2019
Terdahulu 2. Rehabilitasi Dan Renovasi Sarana Prasarana Madrasah Kab. Banjar,
Kab. Barito Kuala, Tahun Anggaran 2019
3. Rehabilitasi Dan Renovasi Sarana Prasarana Madrasah Kabupaten
Tanah Bumbu, Tapin dan Hulu Sungai Selatan, Tahun Anggaran 2020
4. Rehabilitasi Dan Renovasi Sarana Prasarana Madrasah Kabupaten
Hulu Sungai Tengah, Balangan, Hulu Sungai Utara Dan Tabalong,
Tahun Anggaran 2020
5. Rehabilitasi Dan Renovasi Sarana Prasarana Sekolah Kabupaten
Tanah Bumbu, Kotabaru, Tapin Dan Hulu Sungai Selatan, Tahun
Anggaran 2020-2021
6. Rehabilitasi Dan Renovasi Sarana Prasarana Sekolah Kabupaten
Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan Dan Tabalong,
Tahun Anggaran 2020-2021

7. Referensi 1. Undang-Undang Nomor: 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung;


Hukum 2. Undang-Undang no. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
3. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Buku III Tentang Perikatan);
4. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2021 tentang Jasa Konstruksi;
5. Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2021 tentang Bangunan Gedung
peraturan pelaksana;
6. Perpres 16/2018 beserta perubahannya Perpres 12/2021 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
7. Peraturan Presiden No. 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara;
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
06/PRT/M/2017 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Nomor 05/PRT/M/2016 tentang Izin Mendirikan
Bangunan Gedung;
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
14/PRT/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung;
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
01/PRT/M/2022 tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan biaya Pekerjaan
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
05/PRT/M/2015 tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi
Berkelanjutan pada Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan
Umum Dan Permukiman;
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2014 tentang
Pengelolaan Air Hujan pada Bangunan Gedung dan Persilnya;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang
Persyaratan Teknis Sistim Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan;
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
27/PRT/M/2018 tentang Setifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
7/PRT/M/2019 tentang Standard dan Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi Melalui Penyedia;
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 10 Tahun
2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi;
19. SE Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 15/SE/M/2019
tentang Tata Cara Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu Pekerjaan
Konstruksi di KEMEN PUPR
20. Surat Edaran Menteri PUPR No.02/SE/M/2021 tentang Perubahan SE
Menteri PUPR 30/SE/M/2020 tentangTransisi Layanan Sertifikat Badan
Usaha dan SertifikasiKompetensi Kerja Jasa Konstruksi;
21. Surat Edaran Menteri PUPR Nomor: 17/SE/M/2021, Tentang Mekanisme
Pembayaran Pengadaan Jasa Konstruksi Dalam Penanganan Keadaan
Darurat DiKementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat;
22. Surat Edaran Nomor 18/SE/M/2021 Tentang Pedoman Operasional Tertib
Penyelenggaraan Persiapan Pemilihan Untuk Pengadaan Jasa Konstruksi
Di Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat;
23. Surat Edaran Nomor 19/SE/M/2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tertib
Evaluasi Kewajaran Harga Pada Tender Pekerjaan Konstruksi Di
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat;
24. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
22/SE/M/2020 Tahun 2020 tentang Persyaratan Pemilihan dan Evaluasi
Dokumen Penawaran Pengadaan Jasa Konstruksi sesuai Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2020
tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi melalui
Penyedia;
25. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
18/SE/M/2020 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Tatanan Dan Adaptasi
Kebiasaan Baru (New Normal) Dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
26. Instruksi Menteri PUPR No. 02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan
Penyebaran Covid-19 dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
27. Mengacu pada Perpres 16 tahun 2018, Permen PUPR No.07/PRT/M/2019
dan Perlem LKPP No.09 Tahun 2018, konsultan pengawasan konstruksi
akan bertindak sebagai pelaksana fungsi Direksi Teknis/ wakil Pejabat
Pembuat Komitmen selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi berjalan
sampai dengan dilakukan serah terima kedua.
28. Perlem LKPP No 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia.

Ruang Lingkup
13. Lingkup 1. Klasifikasi pekerjaan konstruksi termasuk kategori sederhana, dengan
Pekerjaan jenis pekerjaan meliputi:
- Pekerjaan Struktur
- Pekerjaan Arsitektur
- Pekerjaan MEP
- Pekerjaan Landscape/Hardscape
2. Pembongkaran
2.1. Pembongkaran bangunan rusak berat harus dilakukan penghapusan
asset milik Pemerintah Daerah dan proses pembongkaran sampai
pelelangan hasil bongkaran dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

2.2. Apabila dalam pekerjaan rehabilitasi dan renovasi diperlukan


pembongkaran material eksisting yang rusak merupakan tanggung
jawab Penyedia Jasa.

3. Pekerjaan Pondasi
3.1. Pekerjaan Pondasi Batu Gunung
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang
baik.
b. Pekerjaan pondasi batu gunung ini meliputi seluruh detail
yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.
2. Contoh Bahan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor/Penyedia
Jasa harus memberikan contoh-contoh material : batu
gunung, pasir untuk mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk
memeriksa/menerima material yang dikirim oleh
Kontraktor/Penyedia Jasa ke site.
c. Kontraktor/Penyedia Jasa diwajibkan membuat tempat
penyimpanan contoh-contoh yang telah disetujui di
Bangsal Konsultan Pengawas.
3. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan
a. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan
tertutup, kering, tidak lembab dan bersih.
b. Tempat penyimpanan bahan harus cukup untuk proyek ini,
bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan jenisnya.
c. Kontraktor/Penyedia Jasa bertanggung jawab terhadap
kerusakan selama pengiriman dan penyimpanan.
4. Syarat Pengamanan Pekerjaan
a. Untuk keperluan proses pengerasan pasangan, maka
selama minimum 3 hari setelah pelaksanaan pekerjaan,
pondasi harus dilindungi dari benturan keras dan tidak
dibebani.
b. Kontraktor/Penyedia Jasa diwajibkan melindungi pekerjaan
tersebut dari kerusakan yang diakibatkan oleh pekerjaan-
pekerjaan lainnya.
c. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor/Penyedia Jasa
diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak
mengurangi mutu pekerjaan. Segala biaya perbaikan
menjadi tanggung jawab Kontraktor/Penyedia Jasa.
5. Bahan/Produk
a. Semen Portland
a) Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri
dari satu jenis merk dagang atau atas persetujuan
Konsultan Pengawas.
b) Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya
tidak untuk digunakan.
b. Pasir
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan
bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung
dan sebagainya.
c. Batu Gunung
a) Batu gunung yang digunakan
adalah batu pecah, tidak berpori, keras, tidak mudah
pecah dan minimal memiliki 3 sisi bidang pecah serta
tidak bulat.
b) Ukuran batu gunung max. 20 cm.
d. Air
Air yang digunakan harus:
a) Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak,
benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara
visual dan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan
mutu pekerjaan;
b) Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih
dari 2 gram/liter;
c) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan
merusak campuran adukan (asam-asam, zat organik,
dan lain-lain);

d) Kandungan klorida (C1) < 0.50 gram/liter, dan


senyawa sulfat <1 gram/liter sebagai SO3;
e) Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat
minta kepada Kontraktor/Penyedia Jasa supaya air
yang dipakai diperiksa di laboratorium Pemeriksaan
bahan yang resmi dan sah atas biaya
Kontraktor/Penyedia Jasa.
6. Pelaksanaan
a. Batu gunung yang digunakan untuk pondasi harus batu
pecah, sudut runcing, berwarna abu-abu hitam, keras, tidak
porous.
b. Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu dibuat profil-
profil pondasi dari kayu pada setiap pojok galian, yang
bentuk dan ukurannya sesuai dengan penampang pondasi.
c. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug
setebal minimum 10 cm, disiram dan diratakan, pemadatan
tanah dasar harus sedikitnya mencapai 80% compacted.
d. Pondasi batu gunung menggunakan adukan dengan
campuran 1 PC: 3 Pasir pasang.
e. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air
campuran 1 PC: 2 Pasir setinggi 20 cm, dihitung dari
permukaan atas pondasi ke bawah.
f. Adukan harus mengisi rongga diantara batu gunung
sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian dari pondasi
yang berongga/tidak padat.
g. Untuk sloof dibagian atas pondasi batu gunung dibuat stek-
stek sedalam 30 cm tiap 1 m’ dengan diameter besi
minimum 10 mm.
h. Tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan 1 m3
pondasi batu gunung adalah Pekerja, Tukang Batu, Kepala
Tukang dan Mandor.

4. Pekerjaan Beton
4.1. Umum
Semua pekerjaan beton harus berdasarkan SNI terkait pekerjaan
beton yang sudah disebutkan pada standar yang digunakan.
Kontraktor/Penyedia Jasa harus mempelajari terlebih dahulu metoda
kerja dari pekerjaan beton ini, dengan mengacu pada peraturan
tersebut, serta spesifikasi ini.
Kegagalan pekerjaan beton yang terjadi akibat menyimpang dari
spesifikasi ini harus diperbaiki, dan seluruh biayanya menjadi
tanggung jawab Kontraktor/Penyedia Jasa.
Secara umum, elevasi dari permukaan lantai beton adalah 5 cm di
bawah elevasi arsitektur, kecuali pada basin, sum pit, dan pekerjaan-
pekerjaan lain yang tidak menggunakan finishing arsitektur, elevasi
struktur adalah sama dengan elevasi arsitektur. Perbedaan elevasi
pada daerah toilet, hanya perbedaan finishing. Berikut adalah
ketentuan umumnya :
1. Persyaratan-persyaratan Konstruksi Beton, istilah teknis dan
syarat-syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan
dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain
dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton
harus sesuai dengan referensi di bawah ini :
a) SNI 03 2834:2000 Tata cara pembuatan rencana campuran
beton normal.
b) SNI 2052:2017 Baja Tulangan Beton.
c) SNI 2847:2019 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung.
d) SNI 03 2834:2000 Tata cara pembuatan rencana campuran
beton normal.
2. Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan ini dengan
ketetapan dan kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis
ini, gambar rencana dan instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh
Konsultan Pengawas, semua pekerjaan yang tidak memenuhi
persyaratan harus dibongkar dan diganti atas biaya Penyedia
Jasa sendiri.
3. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai
persyaratan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Konsultan
Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan-
bahan tersebut dan Penyedia Jasa bertanggung jawab atas
segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh
Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari proyek /site
dalam waktu 3 x 24 jam.

4.2. Lingkup Pekerjaan


1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan beton sesuai dengan gambar kerja dan Bill Of Quantity
(BQ) termasuk pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan
pembantu pada pekerjaan beton normal.
2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan
dan bagian- bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam
beton.
4.3. Bahan yang Digunakan
1. Semen Portland
Untuk beton normal, semen yang digunakan harus baru, tidak
ada bagian - bagian yang membatu dan dalam zak yang tertutup
seperti yang disyaratkan dalam SNI 15-2049-2004 atau type I
menurut ASTM memenuhi S.400 menurut Standar Semen
Portland yang digariskan oleh Asosisasi Semen Indonesia. Merk
yang dipilih tidak ditukar-tukar dalam pelaksanaan kecuali atas
pertimbangandan persetujuan tertulis dari Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas, yang hanya dapat dilakukan
dalam keadaan :
a) Tidak adanya stock di pasaran dari merk yang tersebut di
atas.
b) Penyedia Jasa memberikan jaminan data-data teknis
bahwa kualitas semen penggantinya adalah dengan
kualitas yang setara dengan mutu semen yang tersebut di
atas.
c) Batas-batas pembetonan dari penggunaan merk semen
berlainan jenis harus diketahui.
2. Agregat
a) Agregat kasar, kualitas aggregat harus memenuhi syarat-
syarat SNI 03 2834 : 2000.
b) Agregat halus, pasir butir-butir tajam, keras, bersih, dan
tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan organis, kadar
lumpur dari pasir serta memenuhi kriteria seperti yang
disyaratkan pada SNI 03 2834 : 2000.
3. Air
a) Air yang dipakai untuk semua beton, spesi/mortar dan spesi
injeksi harus bebas dari lumpur, minyak, asam dan bahan
organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam
jumlah yang dapat merusak.
b) Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air yang dipakai,
dianjurkan untuk mengirim contoh air itu ke Lembaga
Pemeriksaan bahan-bahan yang disetujui Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor,
untuk diselidiki sampai seberapa jauh air itu mengandung
zat-zat yang dapat merusak beton/ tulangan.
c) Air yang digunakan harus memenuhi kriteria yang
disyaratkan pada SNI 03 2834 : 2000.
4. Acuan (Bekisting dan Perancah pada Beton Normal)
Acuan (bekisting) yang digunakan adalah dari plywood tebal 12
mm dengan rangka kayu pengaku secukupnya, harus
dipergunakan untuk pencetakan semua kolom (kecuali kolom
praktis), semua listplank dan semua tangga-tangga gedung.
Perancah (scafolding) dapat dipergunakan dari pipa-pipa besi
yang direncanakan rangkaiannya sedemikian rupa sebagai
perancah yang memenuhi syarat, atau dapat pula dari kayu
dolken/bambu bulat dengan diameter minimum 8 cm, jarak
minimal antar tiang perancang adalah 50 cm. Semua perancah
harus memenuhi kriteria yang terdapat dalam SNI 03 3631:1994.
5. Baja Tulangan
Jika tidak ditentukan lain dalam gambar-gambar struktur, jenis
dan mutu besi beton yang dipakai dalam pekerjaan struktur beton
ini adalah baja ulir diameter 10 mm, 13 mm, 16 mm sampai 25
mm, mempunyai kekuatan tarik leleh minimum 420 MPa atau
BJTS 420B seperti yang diatur dalam SNI 2052 : 2017. Untuk
beton non struktur menggunakan tulangan baja polos diameter 8
mm dan 10 mm dengan kuat tarik leleh 280 MPa. Khusus untuk
jenis-jenis baja tulangan yang berdiameter 13 mm dan lebih
besar, didatangkan dalam keadaan lurus (tidak boleh ditekuk) dari
pabriknya. Untuk pembuktian nilai tegangan leleh dari mutu baja.
Konsultan Pengawas/MK dapat menginstruksikan adanya
pengetesan terhadap batang baja tulangan yang ada di lapangan.
Biaya pengetesan ini adalah tanggung jawab Kontraktor/Penyedia
Jasa.
Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar-
gambar atau mendapat persetujuan Konsultan Pengawas/MK.
Hubungan antara besi beton satu dengan yang lain harus
menggunakan kawat beton, diikat dengan teguh, tidak bergeser
selama pengecoran beton dan tidak menyentuh lantai kerja atau
papan acuan.
Sebelum beton dicor, besi beton harus bebas dari minyak,
kotoran, cat, karet lepas, kulit giling atau bahan-bahan lain yang
merusak. Semua besi beton harus dipasang pada posisi yang
tepat.
6. Mutu Beton
Jika tidak ditentukan lain dalam gambar struktur, mutu beton yang
digunakan adalah fc’ 21,7 MPa untuk beton struktural dengan
tegangan tekan hancur karakteristiknya untuk silinder beton
ukuran 150 x 300 mm seperti yang tercantum dalam SNI
2847:2019, pada usia 28 hari dengan derajat konfidensi = 0,95
dan fc’14,5 MPa untuk beton non struktural. Pada semua beton
struktural Kontraktor harus melakukan uji tekan trialmix.
7. Admixture (Bahan-bahan tambahan dalam adukan beton)
Untuk pembetonan pada umumnya tidak diharuskan
menggunakan admixtures, bila diperlukan dapat diusulkan
kepada Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas.
Bahan tambahan campuran beton harus digunakan sesuai
dengan petunjuk dari produsen bahan tersebut.
Apabila Kontraktor/Penyedia Jasa menganggap perlu
menggunakan bahan tambahan campuran beton ini,
Kontraktor/Penyedia Jasa harus meminta persetujuan Konsultan
Pengawas/MK.
Metoda pemakaian, jumlah yang akan digunakan, dan jenis
bahan tambahan campuran beton ini harus diajukan oleh
Kontraktor/Penyedia Jasa pada Konsultan Pengawas/MK
sebelum dilaksanakan.
8. Penyimpanan
a) Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan pada
umumnya harus sesuai dengan waktu dan urutan
pelaksanaan.
b) Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah
(utuh) sesuai dengan berat dari apa yang tercantum pada
zak (tidak terdapat kekurangan), setelah diturunkan
disimpan pada gudang-gudang yang kering dan terlindung
dari pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai
yang bebas dari tanah. Jika ada semen yang mulai
mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan dan jumlahnya tidak boleh melebihi
5% dari berat semen.
c) Besi beton harus bebas dari tanah dengan menggunakan
bantalan-bantalan kayu yang bebas dari lumpur atau zat-
zat asing lainnya (misalnya : minyak dan lain-lain).
d) Agregat harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup
terpisah dari satu dan lain jenisnya/gradasinya dan diatas
lantai beton ringan untuk menghindari tercampurnya
dengan tanah.

4.4. Campuran Beton


Adukan beton harus memenuhi syarat-syarat SNI 2834:2000 - Tata
Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal dan SNI 03-
3449:2002 - Tata cara perancangan campuran beton ringan dengan
agregat ringan. Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan
dan penggunaan beton adalah sebagai berikut :
1. Beton struktural Site Mix 1 lantai dengan kekuatan karakteristik
Beton Mutu f’= 21.7 MPa Campuran beton yang digunakan adalah
beton dengan kekuatan karakteristik fc’ fc’25 MPa untuk seluruh
komponen Beton Struktural dan fc’ 14.5 Mpa untuk Komponen
Beton Non Struktural. Campuran Beton tersebut harus
direncanakan dengan melakuan pengujian material di laboratorium
dan Membuat Mix Design. Index yang ada dalam agregat campuran
beton hanya berlaku untuk membantu dalam penawaran, untuk
pelaksanaan kontraktor berkewajiban membuat Mix Design dan
melakukan pengujian terhadap material yang digunakan dan
disetujui oleh Pengawas.
2. Dalam menentukan campuran beton, terutama gradasi agregat dan
kekentalannya yang perlu diperhatikan pula peruntukan beton
tersebut dan ukuran potongan beton yang akan dicor, agar beton
dapat dipadatkan dengan baik, dan tidak terjadi pemisahan
agregat.
3. Beton juga harus diperhitungkan untuk tidak mengalami
pengendapan selama pengangkutan dan pengecorannya. Beton
yang mudah mengendap tidak diperkenankan dipergunakan.
4. Ukuran maksimum agregate untuk beton struktur adalah 2 cm.
Untuk struktur – struktur dengan penampang tipis ukuran agregate
maksimum yang dipakai adalah 1 cm, sedangkan untuk struktur
yang memiliki ukuran penampang dan jarak antar tulangan yang
besar, ukuran agregat yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Jumlah semen minimum dalam setiap m3 beton


Type Struktur Minimum Cement
Content Setiap m3
Beton ( kg)
Beton di dalam ruang bangunan dengan
keadaan keliling korosif disebabkan oleh 325
kondensasi atau uap-uap korosif.

Beton di luar ruang bangunan terlindung


dari hujan terik matahari langsung. 275

Beton yang masuk ke dalam tanah dan


mendapat pengaruh sifat alkali dari arah 375
tanah atau air tanah.

5. Setelah Kontraktor mendapat persetujuan dari Konsultan


Pengawas tentang campuran beton akan dipakai, serta bahan-
bahan yang akan digunakan dalam campuran beton tersebut.
Kontraktor harus tetap menggunakan campuran serta bahan-
bahan tadi selama pekerjaan beton, kecuali apabila dilakukan
trialmix yang baru dan mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
Nilai Slump untuk setiap pekerjaan beton
Slump (cm)
Type Struktur
Minimum Maximum

Konstruksi bawah tanah 2.5 9.0

Balok kolom dan pelat 7.5 15.0


Nilai Faktor air semen maksumum
Type Struktur Hubungan dengan

Non Korosif Korosif

Beton di dalam ruang 0.60 0.52


bangunan
Beton di luar ruang 0.60 0.60
bangunan
Beton yang masuk ke dalam 0.55 0.52
tanah
Beton yang kontiniu 0.57 0.52
berhubungan dengan air
4.5. Campuran Beton yang Dilakukan di Site
Dalam melakukan pencampuran beton, baik semen, agregat, maupun
air harus dicampur dengan perbandingan berat. Apabila akan
dilakukan dengan perbandingan volume, Kontraktor/Penyedia Jasa
harus mengajukan metoda dan alat penakar kepada Konsultan
Pengawas/MK untuk disetujui.
Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin
(bacthmixer), tipe dan kapasitasnya harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas/MK. Metoda pengadukan, kecepatan
pengadukan harus disesuaikan dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat mesin tersebut. Kapasitas mesin pengaduk tidak boleh
dilampaui.
Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan
berada dalam mesin pengaduk. Mesin pengaduk yang sudah tidak
dipakai dalam waktu 30 menit harus dibersihkan terlebih dahulu
sebelum digunakan untuk menghindarinya adanya kotoran beton yang
sudah mengeras dalam mesin pengaduk.
1. Mix Design Dan Trial Mix
Sebelum melakukan pengecoran beton, Kontraktor/Penyedia Jasa
harus terlebih dahulu memberikan Mix design dan melaksanakan
Trial mix dengan bahan-bahan yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas/MK. Trial mix yang dilaksanakan harus berhasil, dalam
arti memenuhi kriteria kekuatan tekan beton karakteristik, slump,
serta syarat-syarat lainnya. Biaya dari trial mix serta pengetesannya
adalah merupakan sepenuhnya tanggung jawab
Kontraktor/Penyedia Jasa.
Beton dari hasil trial mix ini mula-mula harus diperiksa terhadap
kekentalannya, kohesi dan segregasinya. Jika hasil-hasil tersebut
memenuhi syarat, kemudian dilakukan test kubus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di SNI 2834 : 2000 - Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal dan SNI 03-3449 : 2002 - Tata
cara perancangan campuran beton ringan dengan agregat ringan.
Apabila ternyata hasil trial test yang dilaksanakan oleh
Kontraktor/Penyedia Jasa tersebut tidak memenuhi syarat,
Kontraktor/Penyedia Jasa harus melakukan trial test kembali
dengan mengubah komposisi dari adukan bahan yang dipakai.
Hal-hal yang perlu dicatat dan diserahkan oleh Kontraktor/Penyedia
Jasa kepada Konsultan Pengawas/MK adalah :
a) Tipe gradasi dari agregat.
b) Sumber agregat dan test laboratorium.
c) Sumber air dan test laboratorium.
d) Tipe dan merek semen yang akan dipakai dan hasil test
laboratoriumnya.
e) Berat masing-masing komponen yang akan digunakan dalam
trial mix/mix design.
f) Mutu beton yang akan dicapai dan karakteistik lainnya.
g) Hasil test secara keseluruhan.
h) Admixture yang akan digunakan.
2. Transport Beton
Pengangkutan beton harus diperhitungkan sedemikian rupa
sehingga tidak mempengaruhi kekuatan serta sifat-sifat fisik dari
beton tersebut, seperti misalnya pemisahan beton, kekentalan
beton dan lain sebagainya.
Pengangkutan beton harus kontinu, direncanakan juga tempat
pengecoran yang memungkinkan dan metoda pengangkutan beton
di dalam site (terutama untuk pengecoran yang dilakukan di
ketinggian).
Ketinggian jatuh dari adukan beton perlu diperhatikan, tempat
jatuhan beton tersebut harus bersih dari segala macam kotoran.
Apabila pemisahan adukan beton terjadi, beton harus diaduk
kembali (remixed) sebelum dilakukan pengecoran. Beton yang
sudah tercemar bahan-bahan lain tidak diperkenankan untuk
dipakai.
Apabila Kontraktor/Penyedia Jasa bermaksud menggunakan
pompa beton atau alat-alat lain, Kontraktor/Penyedia Jasa harus
mengajukan data-data sebagai berikut untuk disetujui Konsultan
Pengawas/MK:
a) Tipe peralatan
b) Susunan serta suport dari pipa pompa
c) Prosedur pengisian dan pengosongan kembali pipa
d) Prosedur pengoperasian pompa
e) Prosedur apabila ada penundaan pengadaan adukan beton
Diameter dalam dari pipa tidak boleh lebih kecil dari 3 x diameter
agregat maksimum yang digunakan. Pipa alumunium tidak
diperkenankan untuk digunakan.
3. Pengecoran Beton
Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum
pemasangan besi beton selesai diperiksa dan mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas/MK.
Sebelum pengecorn dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor
terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran
(potongan kayu, batu, tanah dan lain-lain) dan dibasahi dengan air
semen.
Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan
menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian
yang akan menyebabkan pengendapan agregat.
Pengecoran dilakukan secara terus menerus. Adukan yang tidak
dicor dalam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari mesin
adukan beton dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan
tidak diperkenankan untuk dipakai lagi.
Pada pengecoran baru (sambungan antara beton lama dan beton
baru), maka permukaan beton lama terlebih dahulu harus
dibersihkan dan dikasarkan dengan menyikat sampai agregat kasar
tampak, kemudian disiram dengan air semen. Lokasi dari
Construction joint ini harus disetujui Konsultan Pengawas/MK.
Pada bagian struktur yang memiliki kedalaman yang cukup besar
(dinding/kolom), pengecoran beton harus bertahap sesuai
ketentuan SNI 03-2847-2019.
Metoda pentahapan dari pengecoran beton ini harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas/MK.
Beton tidak diperkenankan dicor dalam keadaan hujan.
Kontraktor/Penyedia Jasa harus menyediakan pelindung atau
metoda pelaksanaan lain pada saat hujan. Ketentuan ini harus
ditaati dan disebut dalam berkas perijinan cor. Berikut adalah
penjelasan untuk tahapan pengecoran beton :
a) Kualitas beton yang harus dicapai dalam pekerjaan struktur
beton ini adalah dan fc’ 21,7 MPa. Evaluasi penentuan
karakteristik ini digunakan ketentuan- ketentuan SNI 2847 :
2019.
b) Penyedia Jasa harus memberikan jaminan atas kemampuannya
membuat kualitas beton ini dengan memperlihatkan data-data
pelaksanaan di lain tempat dengan mengadakan trialmix.
c) Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut
ketentuan- ketentuan dalam SNI 2847:2019.
d) Penyedia Jasa harus membuat laporan tertulis atas data-data
kualitas beton yang dibuat dengan disahkan oleh Direksi
Lapangan/ Konsultan Pengawas, laporan tersebut harus
dilengkapi dengan harga karakteristiknya.
e) Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium
yang disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas atas
biaya Penyedia Jasa. Pengujian silinder selanjutnya secara
periodik mengikuti ketentuan-ketentuan dalam SNI 2847 : 2019.
f) Jika perlu digunakan juga pembuatan silinder percobaan umur
7 (tujuh) hari dengan ketentuan hasilnya tidak boleh kurang dari
85% kekuatan yang diminta pada 28 hari. Jika hasil tekan benda
uji tidak memberikan angka kekuatan yang diminta, maka harus
dilakukan pengujian beton di tempat dengan cara- cara seperti
ditetapkan dalam SNI 2847:2019.
g) Perawatan silinder percobaan tersebut adalah dalam pasir
basah yang tidak tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan
selanjutnya dalam udara terbuka.
h) Pengadukan beton dalam angker tidak boleh kurang dari 75
detik terhitung setelah seluruh komponen adukan masuk ke
dalam mixer.
i) Penyampaian beton (adukan) dari mixer ke tempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan
terjadinya degradasi komponen-komponen beton.
j) Harus menggunakan vibrator untuk pemadatan beton yang
memenuhi ketentuan dalam SNI 2847 : 2019.
k) Penempatan siar-siar pelaksanaan sepanjang tidak ditentukan
lain dalam gambar struktur, harus mengikuti ketentuan dalam
SNI 2847:2019 dan sebelum pengecoran beton dilaksanakan
Penyedia Jasa harus membuat gambar pelaksanaan (shop
drawing) siar-siar tersebut yang telah disetujui oleh Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas.
l) Siar-siar tersebut harus dibasahi terlebih dahulu dengan air
semen yang diberi campuran bahan pengikat (calbond atau
sejenis) atas persetujuan Direksi Lapangan/Konsultan
Pengawas.
m) Selama pelaksanaan pengecoran beton berlangsung, harus
diperhatikan letak penulangan agar tidak berubah tempatnya.
Jika kelalaian akan hal ini terjadi sehingga menyebabkan
perubahan kekuatan konstruksi maka segala resiko yang timbul
akibatnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
n) Pengecoran tidak diperkenankan selama hujan turun, air semen
atau spesi tidak boleh dihamparkan pada siar-siar pelaksanaan.
Air semen atau spesi yang hanyut dan terhampar harus dibuang
dan diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan. Pengecoran yang
sudah dimulai pada suatu bagian tidak boleh terputus sebelum
selesai.
o) Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja
tulangan beton, pemasangan instalasi-instalasi yang harus
ditanam, penyokongan dan pengikata serta penyiapan
permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran
harus mendapat perseujuan dari Direksi Lapangan/Konsultan
Pengawas.
p) Sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat
pengecoran harus bersih dari zat-zat asing yang akan
mempengaruhi/emngurangi kekuatan hasil pengecoran. Beton
tidak diperkenankan berhubungan dengan air yang mengalir
sebelum beton tersebut cukup keras.
q) Penyedia Jasa harus memasang lantai kerja (blinding course)
yang merata di atas permukaan tanah, yang terdiri dari lapisan
beton setebal 5 cm dan mempunyai sifat menyerap (absorbtive),
hal ini diperlukan untuk mempermudah pemasangan tulangan
dan pengecoran beton di atas dasar permukaan tanah.
r) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal
penutup beton, untuk itu tulangan harus dipasang dengan
penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling
sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Bila tidak
ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk
blok- blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang
sebanyak minimum 8 buah setiap meter cetakan atau lantai
kerja. Penahan-penahan jarak tersebut adalah bagian pekerjaan
itu.
s) Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas akan memeriksa hasil
pekerjaan pembetonan terhadap kemungkinan adanya cacat-
cacat. Apabila terdapat cacat pada pkerjaan pembetonan maka
Kontraktor harus memperbaikinya kembali atas biaya
Kontraktor.
t) Bentuk atau cara-cara perbaikan cacat pada pekerjaan
pembetonan tersebut adalah menjadi wewenang Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas dan Kontraktor wajib
melaksanakannya.
u) Untuk beton SCC pada perkuatan kolom, permukaan beton
eksisting dichipping sehingga menjadi permukaan kasar, bersih
dan dalam kondisi lembab (pre saturated) sebelum pengecoran
dilakukan.
v) Pada kolom yang diperkuat (jacketing), sebelum pengecoran
dilakukan, stek angkur harus di pasang pada beton eksisting
untuk memperkuat lekatan antara beton lama dengan beton
baru.
w) Tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan 1 m3
pekerjaan beton adalah Pekerja, Tukang Batu, Kepala Tukang
dan Mandor
4. Pemadatan Beton
Beton dipadatkan dengan menggunakan suatu vibrator selama
pengecoran berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak merusak acuan maupun posisi tulangan.
Kontraktor/Penyedia Jasa harus menyediakan vibrator-vibrator
untuk menjamin efisiensi tanpa adanya penundaan, ditambah
dengan 2 (dua) vibrator yang juga bekerja baik sebagai cadangan
Penyediaan vibrator di atas harus ditaati dan disebutkan dalam
berkas ijin cor.
Pemadatan yang berlebihan sehingga mengakibatkan
pengendapan agregat, kebocoran-kebocoran melalui acuan dan
lain-lain harus dihindarkan.
Pada unsur-unsur vertikal seperti kolom dan dinding, pipa vibrator
harus dapat dimasukkan sehingga pemadatan yang dihasilkan
baik. Pengecoran tidak dilakukan tepat di atas tulangan atau
peralatan lain yang kelak akan berada di dalam beton.
Vibrator tidak boleh digunakan untuk meratakan beton secara
horisontal, pergerakan horisontal harus dihindari selama beton
dipadatkan dengan vibrator. Setelah beton dipadatkan dengan baik,
beton harus dibiarkan sampai mengeras.
5. Beton Pada Suhu Udara Tinggi
Kontraktor/Penyedia Jasa harus mengambil tindakan-tindakan
pencegahan terhadap kemungkinan beton mengalami perubahan
akibat suhu udara yang tinggi, terutama terhadap sifat plastis dan
kekuatan beton tersebut.
Pada suhu udara yang terlalu tinggi, Konsultan Pengawas/MK
dapat menunda pengecoran atau menginstruksikan
Kontraktor/Penyedia Jasa untuk melakukan tindakan-tindakan
tertentu sebelum pengecoran dilanjutkan.
Apabila suhu udara sekeliling melebihi 32˚C, suhu beton harus
diusahakan serendah mungkin dengan cara menghindari
penyinaran langsung matahari terhadap agregat dan mixer atau
dengan menggunakan air pencampur yang dingin. Acuan
(bekisting) harus disemprot dahulu dengan air untuk menurunkan
suhunya, dengan memperhatikan aliran keluarnya air tersebut dari
dalam acuan.
Apabila dianggap perlu Konsultan Pengawas/MK dapat meminta
monitoring terhadap suhu beton maupun suhu udara sekeliling.
Apabila suhu udara siang hari ternyata terlalu tinggi,
Kontraktor/Penyedia Jasa harus melaksanakan pengecoran pada
malam hari. Beton harus dicor secepat mungkin setelah
pengadukan untuk menghindari pengaruh panas matahari terhadap
setting time beton.
Untuk pengecoran beton dalam volume yang besar,
Kontraktor/Penyedia Jasa harus memperhitungkan kemungkinan
crack akibat suhu yang tinggi dari beton ≤35˚C.
6. Construction Joint
a) Posisi pengaturannya harus mendapat persetujuan Konsultan
Konsultan Pengawas/MK.
b) Siar dalam kolom sebaiknya di tempat sedekat mungkin dengan
bidang bawah dari balok tertinggi.
c) Siar dalam balok dan pelat ditempatkan di tengah-tengah
bentang pelat/balok yang bersangkutan.
d) Siar vertikal dinding sebaiknya dihindarkan, siar harus dibuat
sekecil mungkin, dan atas persetujuan Konsultan
Pengawas/MK.
e) Sebelum pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama
harus dibersihkan terlebih dahulu dari segala macam kotoran,
dan dikasarkan. Kotoran-kotoran disingkirkan dengan cara
menyemprotkan permukaan dengan air dan menyikat sampai
agregat kasar tampak. Setelah permukaan siar tersebut bersih,
bubur semen (grout) yang tipis dilapiskan merata ke seluruh
permukaan. Kondisi construction yang harus mendapatkan ijin
dari KMK sebelum dimulainya pengecoran.
f) Kontraktor/Penyedia Jasa harus memasang waterstop untuk
semua siar pelaksanaan pada pelat basement dan dinding yang
berada di bawah muka air tanah.
g) Lokasi pemberhentian pengecoran pelat basement pada ¼ L.
7. Pemeliharaan Beton (Curing)
a) Beton harus dilindungi selama berlangsungnya proses
pengerasan terhadap matahari, pengeringan oleh angin, hujan
atau aliran air dan pengrusakan secara mekanis atau
pengeringan sebelum waktunya.
b) Semua permukaan beton yang terbuka harus dijaga tetap
basah, selama 4 hari dengan menyemprotkan air atau
menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut.
c) Metoda pemeliharaan beton harus diajukan oleh
Kontraktor/Penyedia Jasa pada Konsultan Pengawas/MK untuk
disetujui. Selain menggunakan air, apabila diperlukan
pemeliharaan beton dapat dilakukan dengan campuran kimia
untuk pemeliharaan beton. Campuran kimia ini harus benar-
benar telah dibersihkan pada saat pekerjaan finishing dimulai.

4.6. Test Material (Beton)


1. Test mutu beton maupun material-material beton harus
dilaksanakan oleh laboratorium independen yang telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas/MK
2. Jumlah dan Frekwensi Pembuatan Benda Uji
3. Jumlah minimum benda uji per hari sama dengan 1 benda uji,
frekwensi pengambilan benda uji , diambil kondisi yang terlebih
dahulu terpebuhi dari :
a) 1 pasang benda uji untuk setiap pengecoran 120 m3 beton.
b) 1 pasang benda uji untuk setiap pengecoran 500 m2
pengecoran pelat beton.
c) 1 pasang benda uji untuk setiap pengecoran 500 m2 dinding
beton.
d) Jumlah total benda uji minimum sama dengan 5 buah per mutu
beton.
4. Jika dari frekwensi pembuatan benda uji yang diatur di atas
menghasilkan jumlah benda uji kurang dari 5 buah, maka harus
dilakukan randomisasi dengan interval volume pengujian yang
sama, supaya diperoleh minimal sejumlah 5 benda uji.
5. Toleransi untuk jumlah total pengecoran kurang dari 40m3,
diperbolehkan tidak dilakukan sampling dan pembuatan benda uji,
jika dapat dijamin dan bukti terpenuhinya kuat tekan diserahkan dan
disetujui oleh pengawas atau Konsultan Pengawas/MK.
6. Pengambilan adukan beton, pencetakan dan curingnya harus di
bawah pengawasan Konsultan Pengawas. Prosedurnya harus
memenuhi syarat-syarat SNI 2847:2019.
7. Pengambilan beton silinder uji dilakukan pada lokasi yang akan
dicor, untuk beton yang menggunakan concrate pump, spesimen
diambil setelah beton dipompa.
8. Untuk pembuatan campuran beton dilapangan, maka pengambilan
sampel pengujian setidaknya dua silinder berukuran 150 mm x 300
mm atau tiga silinder berukuran 100 mm x 200 mm yang terbuat
dari beton dengan sampel yang sama dan berusia 28 hari, atau usia
pengujian saat beton mencapai fc’ seperti yang disyaratkan dalam
SNI 2847 : 2019.
9. Konsultan Pengawas berhak meminta setiap saat kepada
Kontraktor untuk membuat uji coba dari adukan yang dibuat.
10. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan silinder uji menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
11. Silinder uji harus ditandai untuk identifikasi dengan suatu kode yang
ada menunjukkan tanggal pengecoran, pembuatan adukan bagian
struktur yang bersangkutan dan lain - lain setelah selesai
percobaan.
12. Cara pembuatan silinder beton adalah sebagai berikut : Isi cetakan
dengan adukan beton dalam 3 lapis, setiap lapis diisi kira- kira 1/3
isi cetakan. Masing- masing lapis dipadatkan dengan tongkat
pemadat sebanyak 25 kali secara merata. Kemudian ratakan
permukaan beton. Biarkan beton dalam cetakan selam 24 jam dan
letakkkan pada tempat yang bebas getaran. Setelah waktu 24 jam.
Keluarkan benda uji dari cetakan dan rendam benda uji kedalam
bak yang berisi air, agar proses pemotongan (cuting) beton
berlangsung dengan baik, maka perendam dilakukan sampai batas
pengujian kuat tekan.

4.7. Pasangan Benda Uji


Satu uji kuat tekan harus merupakan nilai kuat tekan rata-rata dari 2
(dua) contoh uji silinder yang berasal dari adukan beton yang sama
dan diuji pada umur beton 28 hari atau pada umur uji yang ditetapkan
untuk penentuan nilai fc’ (kuat tekan beton yang disyaratkan).

4.8. Evaluasi dan Penerimaan Mutu Beton


1. Apabila ternyata hasil test 28 hari tidak memenuhi syarat,
Kontraktor harus membongkar dan mengganti seluruh volume
beton yang dicor dan segal biaya yang menjadi konsekwensinya
adalah tanggung jawab Penyedia Jasa.
2. Sebelum melakukan pembongkaran struktur Kontraktor dapat
mengusulkan untuk melakukan core test pada struktur-struktur
yang sudah selesai dicor.
3. Kontraktor juga dapat mengusulkan untuk melaksanakan loading
test pada struktur tertentu. Metoda pelaksanaan loading test harus
terlebih dahulu disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Semua biaya pengetesan, pembongkaran maupun pengecoran
kembali menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

4.9. Tindakan Jika Mutu Beton Tidak Memenuhi Persyaratan


Tindakan yang harus diambil jika terjadi hasil evaluasi menunjukan
mutu beton tidak memenuhi syarat adalah sebagai berikut :
1. Analisa struktur unutk menjamin bahwa tahanan struktur dalam
memikul beban masih dalam batas aman.
2. Jika analisa struktur menunjukan bahwa struktur berkurang
kekuatannya secara signifikan, dilakukan uji contoh beton inti
(coring) pada lokasi yang bermasalah, sebanyak minimal 3 (tiga)
contoh uji beton inti pada tiap nilai yang bermasalah.
Penerimaan mutu beton dari pengujian beton inti (coring), dianggap
memenuhi syarat jika :
1. Tidak ada nilai dari hasil pengujian dengan beton inti yang kurang
dari 75% (tujuh puluh lima persen) dari nilai fc’.
2. Tidak ada nilai kuat tekan rata-rata dari 3 (tiga) sample beton inti
(coring yang kurang dari 85% (delapan puluh lima persen) dari nilai
fc’.
Jika dari hasil pengujian beton inti (coring) masih tidak memenuhi
syarat, maka langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Dilaksanakan uji beban jika diperintahkan oleh Pengawas Internal
atau Konsultan Perencana.
2. Ditambahkan perkuatan pada struktur yang bermasalah, jika
memungkinkan dan dijinkan oleh Pengawas Internal atau
Konsultan Pengawas/MK.
3. Struktur yang bermasalah dilakukann pembobgkaran dan di cor
ulang dengan memenuhi standar struktural yang berlaku.
Pengambilan adukan beton, pencetakan kubus coba dan curingnya
harus dibawah pengawasan Konsultan Pengawas/MK. Semua biaya
untuk pembuatan dan percobaan kubus coba menjadi tanggung jawab
Kontraktor/Penyedia Jasa. Semua biaya pengetesan, pembongkaran
maupun pengecoran kembali menjadi tanggung jawab
Kontraktor/Penyedia Jasa.
5. Pekerjaan Besi/ Pembesian
1. Peralatan
Alat yang digunakan:
- Bender besi beton
- Cutter besi beton
2. Pelaksanaan:
a. Pembengkokan besi beton harus dilakukan secara hati-hati dan
teliti, tepat pada ukuran posisi pembengkokan sesuai dengan
gambar dan tidak menyimpang dari SNI 2847 : 2019.
b. Pembengkokan itu dilakukan oleh tenaga yang ahli, dan dengan
menggunakan alat-alat sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan cacat, patah, retak-retak dan sebagainya.
c. Sebelum penyetelan dan pemasangan dimulai,
Kontraktor/Penyedia Jasa harus membuat rencana kerja
pemotongan dan pembengkokan baja tulangan (bar bending
schedule), yang sebelumnya harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas/MK untuk disetujui.
d. Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil sesuai dengan
gambar dan sudah diperhitungkan terhadap toleransi
penurunannya.
Pemasangan dengan menggunakan pelindung beton (beton
decking) sesuai dengan gambar. Apabila hal tersebut tidak
tercantum di dalam gambar atau dalam spesifikasi ini, maka dapat
digunakan ketentuan sesuai tabel berikut.
Lokasi Selimut beton minimum
Beton yang berhubungan 7.5 cm
dengan tanah tanpa acuan
Beton yang berhubungan 5 cm
dengan tanah dengan acuan
Kolom :
Tulangan utama 4 cm
Sengkang 2.5 cm
Dinding 2.5 cm
> diameter tulangan
Balok :
Tulangan utama 2.5 cm
Sengkang 1.5 cm
Pelat :
Tulangan utama 1.5 cm
Tulangan pembagi 1.0 cm
Pada pengakhiran tulangan 2.5 cm, > 2xdiameter
Pembengkokan kembali besi ulir tidak diperkenankan. Apabila
baja polos yang sudah dicor beton, jari-jari pembengkokan
minimal harus 2 kali diameter dari tulangan tersebut.
Semua pemotongan, pembengkokan, dan toleransi
pembengkokan harus sesuai dengan SNI 03-6816:2002 - Tata
Cara Pendetailan Penulangan Beton.
Semua tulangan harus diikat dengan baik dengan kawat beton
sehingga tidak mengalami perubahan posisi saat pengecoran
beton. Akhir dari tulangan harus dibengkokan ke arah dalam dan
tidak diperkenankan untuk ditembuskan ke selimut beton.
Pemotongan/ketentuan penempatan sambungan harus sesuai
dengan gambar atau ditempat yang ditentukan dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas/MK.
Tulangan yang telah terpasang tetapi belum dicor harus dilindung
sepenuhnya terhadap korosi, sesuai pengarahan yang diberikan
oleh Konsultan Pengawas/MK.
Apabila tulangan selesai dipasang, Kontraktor/Penyedia Jasa
harus melaporkannya kepada Konsultan Pengawas/MK untuk
diperiksa dan disetujui. Kontraktor/Penyedia Jasa tidak
diperkenankan melakukan pengecoran sebelum tulangan yang
terpasang diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/MK.
Tulangan yang telah terpasang dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas/MK tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari
Konsultan Pengawas/MK.

6. Pekerjaan Bekisting
5.1 Umum
1. Acuan, baik yang sementara maupun yang permanen,
dimaksudkan untuk membentuk struktur-sturktur beton dengan
segala detailnya. Acuan yang dibuat harus dapat dipertahankan
bentuknya, baik selama pemasangan tulangan maupun
pengecorannya.
2. Perancah termasuk segala jenis unsur-unsurnya seperti pengaku,
balok, pengikat dan tiang, juga termasuk pondasi sementara yang
diperlukan untuk memikul acuan tanpa menimbulkan settlement.
3. Baik acuan maupun perancah harus dilaksanakan oleh Kontraktor,
untuk menyangga berat maupun tekanan dari beton dalam
keadaan basah dan peralatan yang mungkin ada diatasnya, serta
beban-beban kejut dan getaran. Kesemuanya ini harus
direncanakan dengan metoda ereksi dan pembongkaran yang
sederhana sehingga memudahkan pemasangan, penambahan
maupun pembongkarannya.
4. Deflekasi (lendutan) yang diijinkan terjadi adalah 1/900 bentang
dan balok kantilever, lendutan yang diijinkan adalah 1/300
bentang.
5. Bracing-bracing harus dipasang untuk menghindari pergerakan
horizontal, transversal maupun longitudinal yang terjadi.
6. Gambar-gambar yang menunjukkan detail dari acuan maupun
perancah, perhitungan perancah, elevasi dari acuan maupun
perancah harus diajukan oleh Penyedia Jasa untuk disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
5.2 Bekisting yang Digunakan
1. Acuan dibuat dari multipleks dengan ketebalan minimum 10 mm.
Atau material lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2. Acuan yang dipakai harus bersih dari segala macam kotoran,
apabila akan digukana kembali acuan harus bersih, acuan yang
sudah rusak dan tidak lurus lagi tidak diperkenankan dipakai
kembali.
3. Untuk mengejar kecepatan pengecoran, diisyaratkan agar
Kontraktor membuat panel-panel bekisting yang standar untuk
acuan bagian konstruksi yang tipikal.
5.3 Pelaksanaan Pekerjaan
1. Multipleks yang digunakan untuk acuan harus ditumpu sepanjang
tepinya. Kaso-kaso, pengaku dan penumpu harus dipasang
sedemikian rupa sehingga dapat dipertahankan kelurusannya dan
kekuatannya selama pengecoran mapun pemadatan beton
dilakukan.
2. Pengaku, acuan serta perancah yang dibuat harus dipersiapkan
terhadap kemungkinan settlement dari perancah tersebut. Acuan
harus diperbaiki apabila ternyata perancah mengalami settlement.
3. Semua tiang perancah harus dipasang dengan pengaku vertikal
horizontal maupun diagonal. Barcing lateral harus dari dua arah
dan bracing diagonal harus dua sisi, baik horizontal maupun
vertikal. Apabila tiang ternyata perlu disambung, pemasangan
bracing harus diatur sesuai dengan lokasi penyambungan
tersebut.
4. Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan, semua unsur
yang harus berada di dalam beton tersebut sudah ditempatkan
secara benar, termasuk pengaturan selimut betonnya.
5. Seluruh perancah dan acuan harus diperiksa kembali pada saat
pengecoran beton akan dimulai. Apabila ternyata ada bagian
perancah atau acuan yang berubah posisi, perancah maupun
acuan tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum
pengecoran dilaksanakan.
5.4 Waktu untuk Melepas Bekisting
1. Acuan dapat dilepaskan dari beton apabila pembongkarannya
dapat dipastikan tidak mengakibatkan kerusakan beton, dan
acuan tersebut sudah mudah dilepaskan dari beton.
2. Waktu untuk melepas acuan dan perancah tergantung dari cuaca,
metoda pemeliharaan beton, kekuatan beton type dari struktur dan
beban rencana. Dalam segala hal, waktu untuk melepas acuan
dan perancah tidak kurang dari yang disyaratkan.
3. Pekerjaan pembongkaran acuan harus dilaporkan dan disetujui
sebelumnya oleh Konsultan Pengawas.
Waktu Pembongkaran Bekisting
No. Unsur Struktur Waktu

1 Samping balok, didinding, kolom yang 24 jam


tidak dibebani
2 Balok ( acuannya saja) 7 hari
3 Perancah pelat diantara balok 14 hari
4 Perancah balok dan plat slab
7. Pekerjaan Kuda-Kuda Baja Ringan
6.1. Ketentuan Umum
Sebelum pekerjaan pembuatan dan pemasangan atap genteng metal
dilakukan, maka :
1. Kontraktor/Penyedia Jasa wajib mengadakan pemeriksaan,
pengukuran di lapangan agar sesuai dengan ukuran di lapangan.
2. Kontraktor/Penyedia Jasa harus mengajukan terlebih dahulu
contoh-contoh bahan yang akan digunakan untuk mendapatkan
persetujuan MK/Pengawas, Pemberi Tugas dan Perencana.
3. Bahan-bahan yang cacat tidak boleh digunakan, bahan yang
dipasang harus sesuai contoh yang sudah disetujui MK/Pengawas,
Pemberi Tugas dan Perencana.
4. Kontraktor/Penyedia Jasa harus membuat shop drawing.

6.2. Lingkup Pekerjaan


1. Bagian ini mencakup ketentuan/syarat-syarat (material,
pengiriman, penyimpanan, pemasangan).
2. Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke site, perangkaian
(assembling) dan ereksi (erection), seluruh pekerjaan pemasangan
baja ringan seperti tercantum dalam gambar kerja meliputi :
a. Pekerjaan rangka atap (roof truss).
b. Pekerjaan reng (batten).
c. Pekerjaan jurai dalam (valley gutter).
d. Pekerjaan jalusi atap (sofi-sofi atap).

6.3. Referensi
1. Semua pekerjaan harus merefer ke standar pemasangan atap
genteng metal.
2. Quality Assurance :
Kualifikasi manufaktur : produk yang digunakan disini harus
diproduksi oleh perusahaan yang sudah terkenal dan mempunyai
pengalaman yang sukses dan diterima oleh MK/Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas.
3. Kualifikasi pekerja :
a. Sedikitnya harus ada 1 orang yang sepenuhnya mengerti
terhadap bagian ini selama pelaksanaan, paham terhadap
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan, material, serta metode
yang dibutuhkan selama pelaksanaan.
b. Tenaga kerja terlatih yang tersedia harus cukup serta memiliki
skill yang dibutuhkan.
c. Dalam penerimaan atau penolakan pekerja, MK/ Konsultan
Pengawas, dan Pemberi Tugas tidak mengijinkan tenaga kerja
tanpa atau kurang skill-nya.
6.4. Submittals (Pengiriman)
1. Kontraktor/Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh bahan dan
sistem pemasangan yang lengkap dengan teknikal spesifikasi dan
label dari pabrik pembuat.
2. Mengirimkan schedule pemasangan yang dikoordinasikan dengan
bagian-bagian terkait lain pada area yang sama untuk disetujui
MK/Konsultan Pengawas, dan Pemberi Tugas.

6.5. Penyimpanan dan Perawatan


1. Produk dikirim dalam keadaan tertutup terkemas dari pabrik,
tanpa cacat.
2. Material harus disimpan dan dirawat di permukaan yang datar.
6.6. Garansi
1. Garansi tertulis dari fabrikator untuk kualitas, ketahanan dan warna
bahan.
2. Garansi untuk kualitas kerja pemasangan dari Kontraktor/Penyedia
Jasa / installer yang tepat, baik dan sesuai dengan yang disebutkan
dalam spesifikasi dan gambar perencanaan.

6.7. Persyaratan Bahan


A. Material
1. Properti mekanis baja (Steel Mechanical Properties) :
a. Baja Mutu Tinggi G550
b. Tegangan Leleh Minimum (Minimum Yield Strength):
550Mpa
c. Modulus Elastisitas : 2,1 x
10 MPa
5

d. Modulus Geser : 8 x 104 MPa


2. Lapisan pelindung terhadap korosi (Protective Coating) :
Lapisan pelindung seng dan aluminium (Zincalume/AZ) dengan
komposisi sebagai berikut :
a. 55 % Aluminium (Al)
b. 43,5 % Seng (Zinc)
c. 1,5 % Silicon (Si)
d. Ketebalan Pelapisan : 50 gr/m2 (AZ 50)

3. Profil Material:
a. Rangka Atap, profil yang digunakan untuk rangka atap
adalah profil lip-channel.
b. C75.100 (tinggi profil 75 mm dan tebal dasar baja 1,00 mm),
berat 1,29 Kg/M’
c. C75.75 (tinggi profil 75 mm dan tebal dasar baja 0,75 mm),
berat 0,97 Kg/M’
d. Reng (batten), Profil yang digunakan untuk reng adalah
profil top hat ( U terbalik).
e. TS. 41.055 (tinggi 41 mm dan tebal 0,55 mm), berat 0,66
Kg/M’.
f. Talang jurai dalam (valley gutter).
g. Talang yang dimaksud disini adalah talang jurai dalam
dengan ketebalan dasar baja 0.45 dan telah dibentuk
menjadi talang lembah.

6.8. Syarat Pelaksanaan


A. Pemeriksaan
Periksa permukaan atas dari semua gording atau rangka penumpu
terletak pada suatu bidang datar, perbaiki jika perlu dengan
mendesak atau menyetel bagian-bagian ini dan struktur
penumpunya.
B. Persiapan
1. Desain rangka atap harus didukung oleh analisis perhitungan
yang akurat serta memenuhi kaidah-kaidah teknik yang benar
dalam perancangan standard batas desain struktur baja cetak
dingin (Limit State Cold Formed Steel Structure Design). Desain
harus menggunakan software computer khusus untuk aplikasi
baja cetak dingin, yang telah mendapat rekomendasi dari Ahli
Konstruksi Indonesia.
2. Kontraktor/Penyedia Jasa wajib menyerahkan mill certificate
(sertifikat pabrik) dari material baja yang akan digunakan serta
dokumen data-data produk.
3. Kontraktor/Penyedia Jasa wajib meneliti kebenaran dan
bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang
tercantum dalam gambar Kerja. Pada prinsipnya ukuran pada
gambar kerja adalah ukuran jadi/finish.
4. Setiap bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang tertulis
disini yang diakibatkan oleh kurang teliti dan kelalaian
Kontraktor/Penyedia Jasa akan ditolak dan harus diganti
kewajiban yang sama juga berlaku untuk ketidakcocokan
kesalahan maupun kekurangan lain akibat Kontraktor/Penyedia
Jasa tidak teliti dan cermat dalam koordinasi dengan gambar
pelengkap dari Arsitek, Struktur, Mekanikal, dan Elektrikal.
Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambah dalam hal ini harus
dikerjakan atas biaya Kontraktor/Penyedia Jasa tidak dapat
diklaim sebagai biaya tambah.
5. Perubahan bahan/detail karena alasan tertentu harus diajukan
ke Pengawas dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan
persetujuan secara tertulis. Semua perubahan yang disetujui
dapat dilaksanakan tanpa adanya biaya tambahan yang
mempengaruhi kontrak, kecuali untuk perubahan yang
mengakibatkan pekerjaan kurang akan diperhitungkan sebagai
pekerjaan tambah-kurang.
6. Sebaiknya sebanyak mungkin bahan untuk konstruksi baja
ringan difabrikasi di workshop, baik workshop permanen atau
workshop sementara. Kontraktor/Penyedia Jasa bertanggung
jawab atas semua kesalahan detail, fabrikasi dan ketetapan
pemasangan semua komponen struktur konstruksi baja ringan.
C. Pemasangan
1. Sambungan
Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan
untuk fabrikasi dan instalasi adalah baut menakik sendiri (self
drilling screw) dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Kelas Ketahanan Korosi Minimum (Minimum Corrosion
Rating) : Class 2
b. Ukuran baut untuk struktur rangka atap (Truss Fastener)
adalah type 12-14x20. dengan ketentuan sebagai berikut:
Diameter ulir: 12 Gauge (5,5 mm)
Jumlah ulir per inchi (Threads per inch/TPI) : 14
TPI
Panjang : 20 mm
Ukuran kepala baut : 5/16” (8 mm
hex. socket)
Material : AISI 1022
Heat treated carbon steel
Kuat geser rata-rata (Shear, Average) : 8.8 kN
Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 15.3 kN
Kuat torsi minimum (Torque, min) : 13.2 kNm
c. Ukuran baut untuk struktur reng (batten fartener) adalah
type 10-16x16, dengan ketentuan sebagai berikut:
Diameter ulir : 10 Gauge
(4,87 mm)
Jumlah ulir per inchi (Threads per inch/TPI) : 16
TPI
Panjang : 16 mm
Ukuran kepala baut : 5/16” (8 mm
hex. socket)
Material : AISI 1022
Heat treated carbon steel
Kuat geser rata-rata (Shear, Average) : 6.8 kN
Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 11.9 kN
Kuat torsi minimum (Torque, min) : 8.4 kNm

d. Pemasangan jumlah baut harus sesuai dengan detail


sambungan pada gambar kerja.
e. Pemasangan baut harus menggunakan alat bor listrik 560
watt dengan kemampuan putaran alat minimal 2000 rpm.
2. Pemotongan material
a. Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus
menggunakan peralatan yang sesuai, alat potong listrik dan
gunting, dan telah ditentukan oleh pabrik.
b. Alat potong harus dalam kondisi baik.
c. Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
d. Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih.
D. Pengetesan (kontrol mutu)
1. Batang baja ringan harus lurus dan tidak terdapat bekas patahan
atau lekukan
2. Lapisan material tidak terkelupas
E. Perlindungan, Pemeliharaan dan Pembersihan
1. Lindungi permukaan disekitar area dari kerusakan dan
kepudaran. Bersihkan permukaan dari benda-benda dan bekas-
bekas pekerjaan yang tidak perlu.
2. Lindungi permukaan dari benda-benda berat dan tidak
dianjurkan untuk ditempati benda-benda seperti chiller dan
sebagainya yang berkaitan dengan instalasi ME pada atap.
3. Kontraktor/Penyedia Jasa wajib memperbaiki pekerjaan yang
rusak/cacat, sampai dengan perbaikkan pekerjaan tersebut
diterima oleh MK/Pengawas. Perbaikan dilaksanakan
sedemikian rupa hingga tak mengganggu pekerjaan finishing
lainnya. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan menjadi
tanggung jawab Kontraktor/Penyedia Jasa.
4. Kontraktor/Penyedia Jasa wajib mengadakan perlindungan dan
pengamanan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan.
5. Sesudah pekerjaan atap metal selesai, permukaan atap harus
dijaga terhadap kemungkinan-kemungkinan terkena cairan-
cairan dan benda-benda lain seperti chiller dan sebagainya yang
berkaitan dengan instalasi ME pada atap yang mungkin bisa
menimbulkan cacat, noda-noda dan sebagainya.
6. Apabila hal ini terjadi, Kontraktor/Penyedia Jasa harus
memperbaiki cacat tersebut hingga pulih kembali seperti semula,
sampai hasil perbaikan tersebut dapat diterima dan disetujui oleh
MK/Pengawas. Biaya perbaikan ditanggung oleh
Kontraktor/Penyedia Jasa.
F. Syarat Penerimaan
Kontraktor/Penyedia Jasa wajib memberikan:
1. Garansi tertulis dari fabrikator untuk kualitas, ketahanan dan
warna bahan.
2. Garansi untuk kualitas kerja pemasangan dari
Kontraktor/Penyedia Jasa / installer yang tepat, baik dan sesuai
dengan yang disebutkan dalam spesifikasi dan gambar
perencanaan.

7. Pekerjaan Penutup Atap dan Listplank


7.1. Ketentuan Umum
Sebelum pekerjaan pembuatan dan pemasangan atap genteng metal
dan Lisplank dilakukan, maka :
1. Kontraktor/Penyedia Jasa wajib mengadakan pemeriksaan,
pengukuran di lapangan agar sesuai dengan ukuran di lapangan.
2. Kontraktor/Penyedia Jasa harus mengajukan terlebih dahulu
contoh-contoh bahan yang akan digunakan untuk mendapatkan
persetujuan MK/Pengawas, Pemberi Tugas dan Perencana.
3. Bahan-bahan yang cacat tidak boleh digunakan, bahan yang
dipasang harus sesuai contoh yang sudah disetujui MK/ Konsultan
Pengawas, Pemberi Tugas dan Perencana.
4. Kontraktor/Penyedia Jasa harus membuat shop drawing.

7.2. Lingkup Pekerjaan


1. Bagian ini mencakup ketentuan/syarat-syarat (material,
pengiriman, penyimpanan, pemasangan).
2. Meliputi pekerjaan atap metal berpasir dan lisplank beserta rangka-
rangka pendukungnya.
3. Untuk pekerjaan rehabilitasi ketentuan dan penggunaan material
mengikuti jenis material eksisting sesuai gambar.

7.3. Referensi
1. Semua pekerjaan harus merefer ke standar pemasangan atap
genteng metal.
2. Quality Assurance :
Kualifikasi manufaktur : produk yang digunakan disini harus
diproduksi oleh perusahaan yang sudah terkenal dan mempunyai
pengalaman yang sukses dan diterima oleh MK/Pengawas dan
Pemberi Tugas.
3. Kualifikasi pekerja:
a. Sedikitnya harus ada 1 orang yang sepenuhnya mengerti
terhadap bagian ini selama pelaksanaan, paham terhadap
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan, material, serta metode
yang dibutuhkan selama pelaksanaan.
b. Tenaga kerja terlatih yang tersedia harus cukup serta memiliki
skill yang dibutuhkan.
c. Dalam penerimaan atau penolakan pekerja, MK/ Konsultan
Pengawas, dan Pemberi Tugas tidak mengijinkan tenaga kerja
tanpa atau kurang skill-nya.

7.4. Submittals (Pengiriman)


1. Kontraktor/Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh bahan dan
sistem pemasangan yang lengkap dengan teknikal spesifikasi dan
label dari pabrik pembuat.
2. Mengirimkan shop drawing yang menunjukkan sistem
pemasangan atap dan hubungan dengan bagian-bagian kain
seperti tangki baja, dinding, talang dan sebagainya untuk disetujui
MK/Pengawas,dan Perencana.
3. Mengirimkan schedule pemasangan yang dikoordinasikan dengan
bagian-bagian terkait lain pada area yang sama untuk disetujui
MK/Pengawas, dan Pemberi Tugas.
7.5. Penyimpanan dan Perawatan
1. Produk dikirim dalam keadaan tertutup terkemas dari pabrik,
tanpa cacat.
2. Material harus disimpan dan dirawat dalam gudang tertutup,
aman, terlindung, lengkap disimpan dengan label, tipe, baik dan
sesuai dengan yang disebutkan dalam spesifikasi dan gambar
perencanaan.

7.6. Garansi
1. Garansi tertulis dari fabrikator untuk kualitas, ketahanan dan warna
bahan.
2. Garansi untuk kualitas kerja pemasangan dari Kontraktor/Penyedia
Jasa/installer yang tepat, baik dan sesuai dengan yang disebutkan
dalam spesifikasi dan gambar perencanaan.

7.7. Persyaratan Bahan


A. Material
1. Material atap terbuat dari baja lembaran berlapis lindung
paduan seng dan aluminium.
2. Pewarnaan material dilakukan di pabrik dengan lapisan
silicone polyster melalui oven baked.

7.8. Syarat Pelaksanaan


A. Pemeriksaan
Periksa permukaan atas dari semua gording atau rangka
penumpu terletak pada suatu bidang datar, perbaiki jika perlu
dengan mendesak atau menyetel bagian-bagian ini dan struktur
penumpunya.
B. Persiapan
1. Untuk melindungi permukaan lembaran-lembaran dan
keamanan pekerja, disarankan agar hanya ditangani oleh para
pekerja yang menggunakan sarung tangan yang bersih dan
kering, lembaran-lembaran tidak boleh ditarik diatas
permukaan yang kasar, diatas lembaran yang lain.
2. Sekrup-sekrup yang digunakan memiliki kemampuan untuk
mendukung umur bangunan yang dirancang, diperlukan
rekomendasi untuk penggunaan produk tersebut.
3. Seluruh asesori yang akan digunakan dalam pekerjaan ini
harus sesuai dengan standard produk yang digunakan.
C. Pemasangan
1. Seluruh metode pemasangan harus sesuai dengan petunjuk
produk yang digunakan dan diperlihatkan dalam shop drawing.
2. Pemasangan lembaran metal, nok, dan komponen lain yang
diperlukan sesuai instruksi produk.
3. Pemasangan atap metal beserta detail seperti pekerjaan
penutup sudut, pengakhiran pada punggung gelombang,
pengakhiran tepi harus mengikuti petunjuk dari produk yang
digunakan sehingga terjamin dari kebocoran-kebocoran.
D. Pengetesan (kontrol mutu)
1. Sebelum seluruh permukaan ditutup/dilindungi terhadap
pekerjaan lain, lakukan pengetesan dengan air untuk
mengetahui kebocoran, aliran air secara benar.
2. Perbaiki bagian-bagian yang rusak, dan ulangi pengetesan
sampai benar-benar aman dan tidak bocor.
E. Perlindungan, Pemeliharaan dan Pembersihan
1. Lindungi permukaan disekitar area dari kerusakan dan
kepudaran. Bersihkan permukaan dari benda-benda dan
bekas-bekas pekerjaan yang tidak perlu.
2. Lindungi permukaan dari benda-benda berat dan tidak
dianjurkan untuk ditempati benda-benda seperti chiller dan
sebagainya yang berkaitan dengan instalasi ME pada atap.
3. Kontraktor/Penyedia Jasa wajib memperbaiki pekerjaan yang
rusak/cacat, sampai dengan perbaikkan pekerjaan tersebut
diterima oleh MK/ Konsultan Pengawas. Perbaikan
dilaksanakan sedemikian rupa hingga tak mengganggu
pekerjaan finishing lainnya. Biaya yang timbul untuk pekerjaan
perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor/Penyedia Jasa.
4. Kontraktor/Penyedia Jasa wajib mengadakan perlindungan
dan pengamanan terhadap pekerjaan yang telah
dilaksanakan.
5. Sesudah pekerjaan atap metal selesai, permukaan atap harus
dijaga terhadap kemungkinan-kemungkinan terkena cairan-
cairan dan benda-benda lain seperti chiller dan sebagainya
yang berkaitan dengan instalasi ME pada atap yang mungkin
bisa menimbulkan cacat, noda-noda dan sebagainya.
6. Apabila hal ini terjadi, Kontraktor/Penyedia Jasa harus
memperbaiki cacat tersebut hingga pulih kembali seperti
semula, sampai hasil perbaikan tersebut dapat diterima dan
disetujui oleh MK/Pengawas. Biaya perbaikan ditanggung oleh
Kontraktor/Penyedia Jasa.

F. Syarat Penerimaan
Kontraktor/Penyedia Jasa wajib memberikan :
1. Garansi tertulis dari fabrikator untuk kualitas, ketahanan dan
warna bahan.
2. Garansi untuk kualitas kerja pemasangan dari
Kontraktor/Penyedia Jasa / installer yang tepat, baik dan
sesuai dengan yang disebutkan dalam spesifikasi dan gambar
perencanaan.
8. Pekerjaan Dinding dan Plesteran
8.1. Pekerjaan Dinding
8.1.1. Lingkup Pekerjaan
1. Dinding sisi luar bangunan, pekerjaan dinding lainnya sesuai
gambar.
2. Dinding toilet, dinding pembatas ruangan dan lain-lain.
3. Untuk pekerjaan rehabilitasi ketentuan dan penggunaan material
mengikuti jenis material eksisting sesuai gambar.

8.1.2. Bahan
1. Material
a. Batu bata yang digunakan adalah jenis bata ringan
b. Kontraktor/Penyedia Jasa wajib memberikan contoh pada
Konsultan Pengawas/Manajemen Konstruksi Pemberi
Tugas untuk dimintakan persetujuannya.
c. Apabila bahan-bahan yang datang dianggap tidak
memenuhi syarat oleh Konsultan Pengawas/Manajemen
Konstruksi/Pemberi Tugas, maka Konsultan
Pengawas/Manajemen Konstruksi/Pemberi Tugas berhak
menolak bahan-bahan tersebut dan Kontraktor/Penyedia
Jasa wajib untuk segera mengeluarkan dari lokasi
pembangunan dan menggantikan yang baru (yang
disetujui).
2. Produk/Merek batu bata: Tabel Spesifikasi Material.
3. Semen atau Semen Instant
a. Semen yang datang di proyek, harus disimpan di dalam
gudang yang lantainya kering dan minimum 30 cm lebih
tinggi dari permukaan tanah disekitarnya. Penyimpanan
semen tidak boleh lebih dari 1 bulan untuk menghindari agar
semen tidak membatu.
b. Bilamana pada setiap pembukaan kantong, ternyata
semennya sudah lembab dan menunjukkan gejala
membatu, maka semen tersebut tidak boleh dipergunakan
dan harus segera dikeluarkan dari lokasi pembangunan.
c. Supplier/Pedagang yang mengirim semen ke pekerjaan
hendaknya dapat menunjukkan sertifikat dari pabriknya.

8.1.3. Jenis Pasangan dan Adukan yang Digunakan


Ada dua jenis pasangan dan alternatif jenis adukan yang dapat
digunakan, yaitu:
1. Pasangan Kedap Air (Trasraam)
Jika menggunakan adukan Mortar Siap Pakai (MSP).
Menggunakan adukan MSP dan air dengan sistem adukan
sesuai petunjuk pabrik pembuat. Digunakan untuk semua
pasangan bata yang kedap air
2. Pasangan Biasa
Jika menggunakan adukan MSP.
Menggunakan adukan MSP dan air dengan sistem adukan
sesuai petunjuk pabrik pembuat. Digunakan untuk semua
pasangan bata diluar pasangan kedap air.
Pelaksanaan pembuatan adukan MSP :
1) Tuang MSP ke dalam ember dan dituang air secara
bertahap dan sesuai petunjuk pabrik pembuat agar
menghasilkan campuran yang merata.
2) Harus menggunakan alat pengaduk elektrik (Mixer).
3) Biarkan selama 1 menit sebelum digunakan.
4) Sebelum pekerjaan dilaksanakan, Kontraktor/Penyedia
Jasa harus membuat mock up terlebih dahulu untuk
mendapatkan persetujuan MK/Pengawas.

8.1.4. Pelaksanaan Pembuatan Dinding


1. Kontraktor/Penyedia Jasa harus mengerjakan pengukuran
bangunan (uit-zet) serta letak-letak dinding yang akan
dilaksanakan secara teliti dan sesuai dengan gambar.
2. Pasangan batu bata ringan, dengan menggunakan adukan MSP
(Mortar Siap Pakai).
3. Adukan MSP dari campuran air dengan MSP. Rasio campuran
adalah 9,5 – 10,5 liter air untuk 40 kg MSP atau sesuai petunjuk
pada kemasan.
4. Air yang digunakan harus bersih agar daya rekat MSP dapat
maksimal.
5. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap
terdiri maksimum 8-10 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor
kolom praktis.
6. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama
sekali tidak diperkenankan.
7. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan
dengan setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi
penguat stek-stek besi beton diameter 6 mm jarak 75 cm, yang
terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan
beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata ringan
sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
8. Tidak diperkenankan memasang bata yang patah 2 (dua)
melebihi dari 2 %. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh
digunakan.
9. Pemasangan bata yang dilaksanakan harus dipasang tegak, dan
lajur penaikannya diukur tepat dengan tiang lot, dan kecuali
bilamana tidak diperlihatkan dalam gambar-gambar maka setiap
lajur naik, bata harus putus sambungan dengan lajur
dibawahnya.
10. Beton untuk kolom dan balok praktis dipasang untuk setiap luas
dinding maksimum 12 m2 dengan pembesian sesuai dengan
persyaratan penulangan kolom praktis.
11. Semua angker, pipa-pipa, peralatan dan lain-lain yang akan
ditanam dalam dinding bata, harus dipasang pada saat
pekerjaan pasangan bata dilaksanakan. Sisa-sisa adukan yang
berserakan pada saat pemasangan harus dibersihkan.

8.2. Pekerjaan Plesteran


8.2.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan bahan plesteran, penyiapan dinding / bidang
yang akan diplester, serta pelaksanaan pekerjaan pemlesteran
itu sendiri pada dinding-dinding yang akan diselesaikan dengan
cat, sesuai dengan yang tertera dalam gambar denah dan notasi
penyelesaian dinding. Seluruh dinding pasangan bata baik yang
terlihat ataupun tidak terlihat (pasangan block beton ringan aerasi
di atas plafond dan dinding shaft) harus tetap diplester.

8.2.2. Bahan
1. Jika menggunakan adukan semen dan pasir pasang
a. Persyaratan Teknis
1) Agregat untuk Plesteran
- Bentuk dan ukuran
Bentuk dan ukuran agregat untuk plesteran
harus memenuhi:
• Agregat halus alami hasil disintegrasi batu
alam;
• Agregat halus hasil olahan diproses khusus
sehingga bentuk dan ukuran sesuai Tabel
persyaratan Gradasi Agregat Alam untuk
Plesteran Lapisan Kamprot dan Badan;
• Agregat yang berbutir bulat dan berukuran
seragam tidak boleh digunakan.
- Unsur Perusak
Untuk perusak yang terkandung dalam agregat
harus dibatasi sebagai berikut:
• Partikel yang mudah pecah maksimum 1.0%;
• Tidak mengandung zat organik;
• Partikel ringan yang terapung pada cairan
dengan berat jenis 2.0 maksimum 0.5 %;
• Kadar lumpur maksimum 5 %;
• Bebas dari kotoran yang dapat merusak
warna.
- Sifat fisik
Sifat fisik agregat untuk plesteran harus
memenuhi:
o Gradasi agregat untuk lapisan pertama dan
lapisan kedua mengikuti ketentuan tabel di
bawah ini:
Tabel Gradasi Agregat Alam untuk Plesteran Lapisan
Kamprot dan Badan
Persen Lolos
Saringan
Maksimum Minimum
No. 4 (4.76 mm) 100 ----
No. 8 (2.36 mm) 90 100
No. 16 (1.18 mm) 60 90
No. 30 (600 um) 35 70
No. 50 (300 um) 10 30
No. 100 (150 um) 0 5
No. 200 (75 um) 0 3

o Besar butir yang tertinggal di antara dua


saringan yang berurutan tersebut pada
bentuk dan ukuran agregat halus alami hasil
disintegrasi batu alam di atas harus tidak
lebih dari 50 %; antara saringan No. 50 dan
No. 100 tidak lebih dari 25 %;
o Nilai modulus kehalusan antara 2,0 sampai
dengan 3.0; bila lebih kecil dari 2,00 atau
lebih besar dari 3,00 perlu pengaturan
proporsi kembali;
o Agregat untuk lapisan ketiga harus lolos
saringan No. 30;
o Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh garam
sulfat, yaitu bagian yang hancur maksimum
10%, jika dipakai larutan jenuh Natrium Sulfat
atau; bagian yang hancur maksimum 15%,
jika dipakai larutan jenuh Magnesium Sulfat;
o Agregat ringan yang digunakan untuk
plesteran harus memenuhi:
➢ Berat isi agregat ringan tidak boleh
kurang dari 96 Kg/m3 dan tidak lebih
dari 192 Kg/m3, untuk perlit tidak boleh
kurang dari 96 kg/m3, dan tidak lebih
dari 160 kg/m3 untuk vermikulit;
➢ Gradasi agregat ringan harus sesuai
dengan Tabel dibawah ini:
Tabel Gradasi Agregat Olahan untuk Plesteran
Persen Lolos
Saringan
Perlit Vermikulit
---- ----
No. 4 (4.76
100 100
mm)

No. 8 (2.36
95 100 90 100
mm)

No. 16 (1.18
40 95 25 60
mm)

No. 30 (600
5 55 5 35
um)

No. 50 (300
2 25 2 25
um)

No. 100
0 15 0 10
(150 um)

2) Agregat untuk Adukan


- Bentuk dan ukuran
Bentuk dan ukuran Agregat untuk adukan harus
sesuai dengan Bentuk dan ukuran agregat untuk
Plesteran.
- Unsur Perusak
Unsur Perusak Agregat untuk adukan harus
sesuai dengan Unsur Perusak Agregat untuk
Plesteran.
- Sifat Perusak
Sifat fisik agregat untuk adukan harus
memenuhi:
• Gradasi Agregat untuk lapisan 1 dan
Lapisan 2 sesuai dengan tabel di bawah ini:
Tabel Gradasi Agregat untuk Adukan
Saringan Persen Lolos
--------
Pasir Alam Pasir Olahan

No. 4 (4.76
100 100
mm)
No. 8 (2.36
99-100 95-100
mm)
No. 16 (1.18
70-100 70-100
mm)
No. 30 (600
40-75 40-75
um)
No. 50 (300
10-35 20-40
um)
No. 100 (150
2-15 10-25
um)
No. 200 (75
0 0-10
um)

• Besar butir yang tertinggal diantara dua saringan


yang berurutan tersebut diatas harus tidak lebih
dari 50 %; ayakan antara No. 50 dan No. 100 tidak
lebih dari 25 %;
• Bila nilai modulus kehalusan bervariasi lebih dari
0.2 dari nilai yang diambil untuk pemilihan
proporsi adukan, agregat tidak boleh dipakai
tanpa melakukan pengaturan proporsi kembali;
3) Syarat Agregat Halus
Syarat Agregat Halus dalam plesteran dan adukan
harus sebagai :
- Bahan Pengisi;
- Penahan Penyusutan;
- Penambahan Kekuatan.
2. Jika menggunakan MSP (Mortar Siap Pakai), yang
direkomendasikan menggunakan produk yang sudah terkenal
(Tabel Spesifikasi Material). Dalam penggunaannya harus
mengikuti petunjuk pabrik pembuat.
3. Air yang digunakan harus :
a. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, benda
terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual dan
bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan;
b. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2
gram/liter;
c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan
merusak campuran adukan (asam-asam, zat organik, dan
lain-lain);
d. Kandungan klorida (C1) < 0.50 gram/liter, dan senyawa
sulfat <1 gram/liter sebagai SO3;
e. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat
minta kepada Kontraktor/Penyedia Jasa supaya air yang
dipakai diperiksa di laboratorium Pemeriksaan bahan yang
resmi dan sah atas biaya Kontraktor/Penyedia Jasa.
8.2.3. Jenis Plesteran
Jenis-jenis plesteran dan adukan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Plesteran dinding kedap air / trasraam
Jika menggunakan MSP (untuk jenis bata ringan):
Adukan MSP dan air bersih sesuai petunjuk pabrik
pembuat. Digunakan pada sloof sampai 20 cm diatas lantai
dan untuk area toilet dari lantai sampai ketinggian dinding
1,5 m
2. Plesteran dinding biasa
Jika menggunakan MSP (untuk bata ringan) :
Adukan MSP dan air bersih sesuai petunjuk pabrik
pembuat. Digunakan pada bagian selain daripada plesteran
trassram.

8.2.4. Persiapan Dinding yang Akan Diplester


1. Semua siar dipermukaan dinding dikerok sedalam + 1 cm
agar bahan plesteran dapat lebih merekat.
2. Permukaan bidang yang akan diplester harus dibersihkan
dan disiram air sebelum bahan plester dimulai (permukaan
dinding harus basah pada waktu diplester).
3. Semua bidang plesteran harus dijaga kelembabannya
selama seminggu sejak penempelan plesterannya (dengan
jalan menyiramnya dengan air).
4. Untuk pekerjaan plesteran pada dinding beton, bidang
beton itu harus dikasarkan terlebih dahulu sebelum
pekerjaan plesteran dimulai.

8.2.5. Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran dan Acian


Pekerjaan Plesteran dan acian harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Adukan Plesteran dan Acian
Semua bahan plesteran harus diaduk dengan mesin atau
dengan tangan sesuai persyaratan MK/Konsultan
Pengawas/Perencana/Pemberi Tugas. Apabila dipandang
perlu dan sesuai dengan rencana, Kontraktor/Penyedia
Jasa diperkenankan menggunakan bahan-bahan kimia
sebagai campuran.
Hanya semen yang baik yang boleh dipergunakan.
Untuk plesteran dengan adukan MSP, campuran air dan
MSP dibuat dengan rasio 6-6,5 liter air untuk 40 kg MSP
atau sesuai petunjuk pada kemasan.
Apabila tembok terpapar matahari, maka gunakan
pelindung atau terpal agar tidak mengering terlalu cepat.
Biarkan plesteran selama 2-3 minggu, ketika penyusutan
telah berhenti, baru dilakukan pengacian.
Untuk acian dengan adukan MSP, campuran ait dan MSP
dibuat dengan rasio 3,5-14,5 liter air untuk 40 kg MSP atau
sesuai petunjuk pada kemasan. Gunakan roskam dengan
gerakan searah, kemudian acian dihaluskan dengan kuas
basah dan digosok dengan kertas semen.
2. Contoh-contoh
Kontraktor/Penyedia Jasa harus membuat contoh (mock up)
bidang plesteran dari setiap macam pekerjaan plesteran
sesuai dengan yang diminta, sehingga jenis/macam
pekerjaan tersebut dapat diterima oleh Perencana/Pemberi
Tugas.
Dan untuk seterusnya semua pekerjaan plesteran harus
sama dengan contoh yang dibuat.
Untuk dapat mencapai tebal plesteran yang rata, sebaiknya
diadakan pemeriksaan secara silang oleh pelaksana
dengan menggunakan garisan panjang yang digerakkan
secara vertikal dan horizontal (silang) dan atau dengan alat
bantu lainnya. Tebal plesteran harus diukur supaya
mendapatkan ketebalan yang sama pada kedua muka
dinding dan hasil akhir dari dinding tembok setelah diplester
adalah 15 cm kecuali ditentukan lain. Setelah itu baru
diadakan pengacian.
Pengacian dilakukan untuk dinding-dinding dengan finish
cat. Sedangkan untuk dinding dengan finish interior wall
paper tidak perlu dilakukan pengacian.
3. Sudut-Sudut Plesteran
Semua sudut vertikal dan horizontal, luar dan dalam harus
dilaksanakan secara sempurna, tegak dan siku.
4. Perbaikan Bidang Plesteran
Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak (tidak
rata) harus diperbaiki secara sempurna. Bagian-bagian
yang akan diperbaiki hendaknya dibobok secara teratur
(dibuat bobokan yang berbentuk segi empat) dan plesteran
baru harus rata dengan sekitarnya.

5. Naad Plesteran
a. Naad-naad harus dibuat sesuai dengan gambar
rencana.
b. Besarnya naad akan ditentukan kemudian.
c. Pembuatan naad harus lurus dan rata baik horizontal
maupun vertikal, dan kedalamannya harus sama.
d. Pembuatan naad harus menggunakan list kayu (sesuai
ukuran naad) dan tali untuk mengukur kelurusan
horizontal/vertikal agar rapi.
9. Penutup Lantai (Keramik untuk Lantai dan Dinding, Guiding Block dan
Warning Block)
9.1. Ketentuan Umum
Ukuran dan jenis keramik yang digunakan:
- Keramik ukuran 40 x 40 cm polish untuk ruangan
- Keramik ukuran 40 x 40 cm unpolish untuk selasar dan toilet
- Keramik ukuran 20 x 25 cm untuk dinding kamar mandi
Sebelum pekerjaan finishing lantai dan dinding dilakukan, maka :
1. Kontraktor/Penyedia Jasa wajib mengadakan penelitian terhadap
kemiringan lantai agar sesuai gambar rencana.
2. Lapisan waterproofing harus sudah selesai dipasang untuk daerah-
daerah toilet, dan tempat-tempat/ruangan-ruangan yang lebih
rendah dari permukaan tanah dan plat atap beton.
3. Pekerjaan finishing lantai tidak boleh dimulai sebelum seluruh
pekerjaan plafond dan dinding-dinding selesai dikerjakan, kecuali
pemasangan panel akustik.
4. Pekerjaan dan bahan-bahan untuk hal ini terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan dari MK/Konsultan Pengawas, Pemberi
Tugas dan Perencana.
5. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor/Penyedia Jasa diwajibkan
untuk mengajukan gambar kerja pelaksanaan.

9.2. Lingkup Pekerjaan


1. Bagian ini mencakup ketentuan/syarat-syarat untuk pekerja,
bahan/material, pengiriman, penyimpanan, pemasangan, dan
penerimaan.
2. Bagian yang termasuk :
a. Keramik untuk lantai dan dinding, termasuk seperti
nozing/skirting;
b. Guiding Block;
c. Additive dan grouting yang diperlukan.

9.3. Referensi
1. Semua pekerjaan harus merefer ke standar:
a. SII 00023-73 Ceramic Tile
b. ASTM C 1028.84
c. ASTM C 241
2. Quality Assurance
Kualifikasi manufaktur: produk yang digunakan disini harus
diproduksi oleh perusahaan yang sudah terkenal dan mempunyai
pengalaman yang sukses dan diterima oleh MK/Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas.
3. Kualifikasi Pekerja
a. Sedikitnya harus ada 1 orang yang sepenuhnya mengerti
terhadap bagian ini selama pelaksanaan, paham terhadap
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan, material, serta metode
yang dibutuhkan selama pelaksanaan.
b. Tenaga kerja terlatih yang tersedia harus cukup serta memiliki
skill yang dibutuhkan.
c. Dalam penerimaan atau penolakan pekerja, Manajemen
Konstruksi, Pemberi Tugas, dan Perencana tidak mengijinkan
tenaga kerja tanpa atau kurang skill-nya.

9.4. Pengiriman dan Penyimpanan


1. Keramik yang dikirim harus dalam keadaan tertutup dan terkemas
dari pabrik, tanpa cacat, pecah.
2. Simpan semua kemasan diatas peninggian lantai dan tempat yang
kering.

9.5. Persyaratan Bahan


A. Bahan Keramik / Homogeneous Tile
1. Jenis bahan yang digunakan adalah :
a. Keramik : Tabel Spesifikasi Material
b. Step Nosing : Tabel Spesifikasi Material
c. Guiding Block dan Warning Block:
Persyaratan :
1) Ubin pengarah (guiding block) bermotif garis berfungsi untuk
menunjukkan arah perjalanan.
2) Ubin peringatan (warning block) bermotif bulat berfungsi untuk
memberikan peringatan terhadap adanya perubahan situasi
disekitarnya.
3) Ubin pengarah (guiding block) dan ubin peringatan (warning
block) harus dipasang dengan benar sehingga dapat
memberikan orientasi yang jelas kepada penggunanya;
4) Ubin pengarah (guiding block) dan ubin peringatan (warning
block) harus dibuat dari material yang kuat, tidak licin, dan
diberikan warna yang kontras dengan warna ubin eksisting
seperti kuning, jingga, atau warna lainnya sehingga mudah
dikenali oleh penyandang gangguan penglihatan yang hanya
mampu melihat sebagian (low vision).
- Ukuran : 30 x 30 cm
- Ukuran tekstur :
• Bagian bawah : 2.5 cm
• Bagian atas : 3.5 cm
• Ketebalan tekstur : 0.5 cm
2. Schedule untuk tipe, ukuran dan warna keramik dijelaskan dalam
spesifikasi material finishing arsitektur.
3. Contoh kemasan harus diperlihatkan kepada MK/Konsultan
Pengawas, Pemberi Tugas dan Perencana dan semua keramik
yang digunakan harus sesuai dengan sample yang telah disetujui
dan dalam kemasan asli dari pabrik.
4. Extra Stock.
a. Jumlah: setelah pekerjaan selesai, Kontraktor/Penyedia
Jasa harus mengirimkan extra stock sebanyak 5% dari tiap-
tiap warna, tipe, dan keterangan-keterangan keramik yang
digunakan dalam bekerja.
b. Pengemasan : harus tertutup rapat dan tertera jelas label
dengan isi dan lokasi digunakan.
c. Tidak ada extra payment terhadap extra stock ini.
5. Warna yang dipakai secara visual harus sama pada semua
kondisi.
6. Keramik yang digunakan pada area basah harus memiliki water
absorption antara 0,5 persen atau kurang.
7. Keramik yang digunakan bukan pada area bawah harus memiliki
water absorption antara 0,5 persen sampai 3 persen.
8. Semua keramik untuk area lantai harus dari jenis non-slip.
9. Toleransi :
a. Kerataan dari setiap permukaan ubin : 1,0 mm diagonal.
b. Terhadap lebar setiap ubin : 0,6 %
c. Terhadap panjang pada 2 sisi berlawanan setiap ubin :
0,8mm
10. Jangan memasang ubin yang patah, retak, warna yang pudar
atau tidak memiliki finishing yang baik. Hal-hal seperti ini akan
ditolak.
B. Bonding materials
1. Sesuai yang direkomendasikan oleh pabrik.
2. Rekomendasi merk : Tabel Spesifikasi Material
3. Perekat : disesuaikan untuk daerah basah dan daerah kering.
C. Grouting Materials
1. Sesuai yang direkomendasikan oleh pabrik keramik dan harus
memiliki warna yang sama dengan warna keramik
2. Rekomendasi merk : Tabel Spesifikasi Material
3. Grouting: disesuaikan untuk daerah basah dan daerah kering.

9.6. Persyaratan Pelaksanaan


A. Persiapan, pengiriman shop drawing dan Mock up
Kontraktor/Penyedia Jasa harus mengirimkan kepada Pemberi
Tugas, MK/Pengawas dan Perencana beberapa hal berikut sebelum
pekerjaan :
1. Mock-up keramik, Guiding Block & Warning Block dan setiap
pola keramik sesuai perencanaan.
2. Contoh-contoh harus mewakili keseluruhan sistem yang dipakai.
3. Sample dalam ukuran sebenarnya dan warna keramik untuk
dinding yang diusulkan sebagai material approval.
4. Foto copy technical specification dari manufactur dan instruksi
pemasangannya.
5. Shop drawing yang menunjukkan pola, metode pemasangan dan
detail-detail terhadap pekerjaan/bagian yang terkait.
B. Inspeksi / Pemeriksaan
1. Kontraktor/Penyedia Jasa harus mengkoreksi semua permukaan
yang tidak sesuai berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Permukaan harus kuat, kering, bersih, dan bebas dari
minyak, kotoran, dan sebagainya.
b. Pertemuan, angker, pengait, penggantung untuk pekerjaan
mekanikal dan elektrikal pada atau dibelakang lantai
keramik sebelum keramik dipasang.
c. Dinding-dinding toilet, pantry, dan area basah lain harus
dipastikan memiliki pasangan trasraam setinggi 1,5 m dari
permukaan lantai.
2. Pemeriksaan Permukaan
Periksa semua permukaan yang akan dipasang keramik, alas
dan perlengkapan yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan,
deviasi dalam toleransi yang diijinkan untuk permukaan yang
akan menerima ubin.
Perbedaan maximum pada permukaan vertikal adalah 4,0 mm
dalam panjang 2,4 meter.
C. Pemasangan
1. Umum
a. Layout: pola harus digelar untuk memungkinkan pengaturan
keramik/ homogeneous tile dengan pemotongan yang
minimum. Ukuran-ukuran harus dikontrol untuk menghindari
pengaturan lebih kecil dari setengah (1/2) ukuran keramik
b. Penempatan keramik harus dipasang sesuai gambar untuk
semua lantai dan area dinding, permukaan harus lurus dan
rata terhadap garis acuan yang diinginkan. Naad/siar-siar
harus saling tegak lurus.
c. Penempatan keramik harus sedapat mungkin mengurangi
pemotongan ke arah pasangan terbaik. Perubahan
fractional dalam ukuran-ukuran tanpa mengganggu
kesatuan hubungan lebar masih diijinkan.
Bila dibutuhkan, keramik dipotong dengan peralatan yang
sesuai dan permukaan harus dihaluskan. keramik yang
rusak dan jelek harus diganti.
d. Jangan memulai pekerjaan bila pekerjaan-pekerjaan lain
masih lalu-lalang didalam area pemasangan.
2. Keramik, Guiding Block dan Warning Block untuk Lantai
a. Ratakan permukaan yang kasar dan tidak rata dengan
peralatan plesteran.
b. Dengan hati-hati tempatkan keramik/homogeneous tile
dengan benar dan rata sesuai dengan yang diinginkan.
c. Dimana floor drain terjadi/ada, miringkan lantai untuk
mendapatkan drainage yang baik.
3. Mortar Bed
a. Terapkan adukan dengan tekanan ke seluruh area yang
tidak lebih dari pada permukaan yang dapat ditutup oleh
ubin dimana adukan masih plastis.
b. Terapkan dengan rata tanpa berlubang.
c. Sisirlah / ratakan adukan tanpa menimbulkan lubang dalam
10 menit sebelum keramik/homogeneous tile dipasang.
d. Tebal bantalan adukan adalah sekitar 10 mm sampai 15
mm.
4. Pengaturan keramik
a. Jangan merendam keramik.
b. Tekan keramik dengan secukupnya pada adukan yang
masih plastis.
c. Ratakan ke arah permukaan yang benar.
d. Tekan dan ketok keramik untuk mendapatkan minimum
80% permukaan adukan tertutup pada setiap unit
keramik/homogeneous tile tersebut.
e. Aturlah keramik sebelum pemasangan sehingga bagian
sudut setiap keramik/homogeneous tile rata dengan bagian
sudut keramik disebelahnya.
f. Berilah adukan tambahan bila masih kurang rata, pengisian
dengan semen murni tidak diijinkan.
5. Grout
a. Penuhi naad dengan maksimum grout.
b. Sebelum grout diberi, goreslah naad-naad tersebut.
c. Isi naad/siar dengan grouting dan ratakan.
d. Grouting harus memiliki kesamaan warna, rata, tanpa
berlubang, dan sebagainya.
e. Rekomendasi merk : lihat spesifikasi material
f. Grouting : disesuaikan kebutuhan dan lokasi.

D. Toleransi Pemasangan
Level toleransi dan toleransi kerataan:
1. Proyeksi terhadap tinggi antara 2 ubin adalah 0,5 mm.
2. Kerataan dan kelurusan vertikal pada 2 meter tepi lurus adalah
4mm.
3. Lebar naad : 2,6 mm atau 2 tepi ubin.
E. Proteksi dan Pembersihan
1. Bersihkan permukaan sedapat mungkin setelah penyelesaian
grouting.
2. Bersihkan grouting yang tidak rapi dengan acid atau bahan kimia
sesuai petunjuk dari pembuatnya/manufaktur.
3. Bersihkan semua permukaan keramik/homogeneous tile dengan
air bersih sebelum dan sesudah pemakaian bahan kimia. Jangan
biarkan acid atau chemical cleaner memasuki floor drain.
Gosoklah permukaan seluruh keramik/homogeneous tile dengan
kain yang lembut.
4. Pekerjaan selesai bila sudah bersih dan bebas dari bintik-bintik,
ngelotok, retak atau keramik/homogeneous tile tergores.
5. Tutup ruangan terhadap lalu-lintas dan pekerjaan-pekerjaan lain
selama pemasangan, setidak-tidaknya 3 (tiga) hari setelah
pekerjaan selesai.
6. Bila terjadi dimana terdapat lalu-lintas atau pekerjaan lain,
pemasangan keramik dilindungi dengan lapisan plywood.
F. Syarat Pemeliharaan dan Perlindungan
1. Kontraktor/Penyedia Jasa wajib memperbaiki pekerjaan yang
rusak/cacat, dan memeliharanya sampai dengan perbaikkan
pekerjaan tersebut diterima oleh MK/Pengawas. Perbaikan
dilaksanakan sedemikian rupa hingga tak mengganggu
pekerjaan finishing lainnya. Biaya yang timbul untuk pekerjaan
perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor/Penyedia Jasa.
2. Kontraktor/Penyedia Jasa wajib mengadakan perlindungan dan
pengamanan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan.
3. Sesudah pekerjaan keramik permukaan tile harus dijaga
terhadap kemungkinan-kemungkinan terkena cairan-cairan dan
benda-benda lain yang mungkin bisa menimbulkan cacat, noda-
noda dan sebagainya.
4. Apabila hal ini terjadi, Kontraktor/Penyedia Jasa harus
memperbaiki cacat tersebut hingga pulih kembali seperti semula,
sampai hasil perbaikan tersebut dapat diterima dan disetujui oleh
MK/Pengawas. Biaya perbaikan ditanggung oleh
Kontraktor/Penyedia Jasa.
G. Syarat Penerimaan
Kontraktor/Penyedia Jasa wajib memberikan:
1. Garansi tertulis dari fabrikator untuk kekuatan dan warna bahan
keramik.
Kontraktor/Penyedia Jasa harus memberi garansi 10 tahun
terhadap kualitas dan hasil pekerjaan, ketepatan dan kebenaran
metode pemasangan sesuai petunjuk dan instruksi pabrik pembuat.

10. SMKK
Sesuai Permen PUPR Nomor 10/PRT/M/2021, Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disingkat SMKK adalah bagian
dari sistem manajemen pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk menjamin
terwujudnya Keselamatan Konstruksi.

14. Keluaran 1. Tersedianya bangunan gedung sekolah dengan memenuhi standar


bangunan gedung Indonesia;
2. Laporan pelaksanaan konstruksi fisik, notulensi rapat-rapat lapangan,
laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan, laporan kemajuan
pekerjaan, laporan persoalan yang timbul atau dihadapi, dan surat-
menyurat lainnya sesuai dinamika pelaksanaan di lapangan;
3. Pekerjaan Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Sekolah Provinsi
Kalimantan Selatan 1 yang memenuhi standart teknis.
4. Laporan pelaksanaan konstruksi fisik, notulensi rapat-rapat lapangan,
laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan, laporan kemajuan
pekerjaan, laporan persoalan yang timbul atau dihadapi, dan surat-
menyurat lainnya sesuai dinamika pelaksanaan di lapangan.
5. Gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan (as built drawings)
yang selesai sebelum serah terima pertama, setelah disetujui oleh
penyedia jasa manajemen konstruksi atau penyedia jasa pengawasan
konstruksi dan diketahui oleh penyedia jasa perencanaan konstruksi.
6. Terciptanya kenyamanan dalam proses belajar mengajar.
7. Laporan Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK)
8. Laporan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

15. Peralatan, Disediakan dari Pemilik Pekerjaan:


Material, 1) Buku Kontrak Jasa Konstruksi serta Spesifikasi Teknis pekerjaan fisik
Personel dan yang bersangkutan
Fasilitas dari 2) Format Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK)
Pejabat 3) PPK akan menunjuk Direksi Lapangan yang sekaligus bertindak sebagai
Pembuat Direksi Teknis dalam rangka pelaksanaan jasa konsultasi
Komitmen 4) Studi terdahulu terkait Rehab dan Renov Sarpras Sekolah.

16. Pekerjaan 1. SMK3


Utama 2. Pekerjaan Pondasi
3. Pekerjaan Beton
4. Pekerjaan Bekisting
5. Pekerjaan Besi/Pembesian
6. Pekerjaan Kuda-kuda Baja Ringan
7. Pekerjaan Penutup Atap
8. Pekerjaan Dinding dan Plesteran
9. Pekerjaan Penutup Lantai
10. Pekerjaan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing
17. Peralatan dan 1. Agar Pelaksanaan pekerjaan tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya
Material dari kontraktor pelaksana harus memiliki kemampuan menyediakan
Penyedia Jasa
peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan,yaitu:
Konstruksi

Peralatan Utama
No. Jenis Alat Kapasitas Jumlah Keterangan
1 Concrete Mixer ≥ 0,35 M3 1 Unit Milik/Sewa
Beli/Sewa
2 Dump Truck 4-6 m3 1 Unit Milik/Sewa
Beli/Sewa
3 Pick Up ≥ 1 M3 1 Unit Milik/Sewa
Beli/Sewa
4 Concrete Vibrator ≥ 8000 rpm 1 Unit Milik/Sewa
Beli/Sewa
5 Generator Set ≥ 10 Kva 1 Unit Milik/Sewa
Beli/Sewa

Peralatan Pendukung
No. Jenis Alat Kapasitas Jumlah Keterangan
1 Scafolding - 100 Unit Milik/Sewa
Beli/Sewa
2 Cutter besi beton 2 Unit Milik/Sewa
Beli/Sewa
3 Bender besi beton 2 Unit Milik/Sewa
Beli/Sewa
2. Agar Pelaksanaan pekerjaan tepat mutu dan tepat biaya yang ditangani
kontraktor pelaksana harus memiliki kemampuan menjamin mutu
bahan utama untuk pelaksanaan pekerjaan,yaitu:

No Item/Bahan Spek Keterangan


1 Besi SNI, BjTS 420 B, Sertifikat dan Dukungan
Terdaftar pada
Kemenperin
2 Daun Atap SNI, Genteng Metal Sertifikat dan Dukungan
Berpasir tebal 0,4 mm,
Terdaftar pada
Kemenperin
3 Rangka SNI, Baja Ringan tebal Sertifikat dan Dukungan
Atap 0,75 mm, Terdaftar pada
Kemenperin
4 Lantai SNI, Keramik 40 x Sertifikat dan Dukungan
40cm, Terdaftar pada
Kemenperin
5 Dinding Bata Ringan tebal 10 cm, Sertifikat dan Dukungan
Terdaftar pada
Kemenperin
6 Plafond Kalsium silikat board Sertifikat dan Dukungan
tebal 4 mm dan Gypsum
board tebal 9 mm,
Terdaftar pada
Kemenperin
7 Rangka Rangka Besi Hollow Sertifikat dan Dukungan
Plafon Galvanis 40.40 mm,
Modul 60 x 60 cm,
Terdaftar pada
Kemenperin
8 Kusen SNI Alumunium/ Kayu disesuaikan dengan Lokasi
Ulin, Terdaftar pada pada DED
Kemenperin
9 Cat Interior Easy Clean, matte, Sertifikat dan Dukungan
Terdaftar pada
Kemenperin
10 Cat Wheather shield 10 Sertifikat dan Dukungan
Eksterior tahun, Terdaftar pada
Kemenperin
11 Pipa AW, , Terdaftar pada Sertifikat dan Dukungan
Kemenperin
12 Kabel NYM 2X2,5 mm, Terdaftar Sertifikat dan Dukungan
pada Kemenperin

Surat dukungan bahan material sebagai berikut:


a. Surat Dukungan Besi Beton sesuai spesikasi teknis yang ditawarkan
disertai brosur, dimana didalamnya terdapat surat perjanjian antara
penyedia dengan distributor yang telah ditunjuk oleh pihak pabrikan serta
sekurang-kurangnya menjelaskan mengenai spesifikasi, Surat
keabsahan/garansi keaslian, jaminan ketersediaan barang, surat asal usul
barang, dan waktu pengiriman.
b. Surat Dukungan Penutup Atap sesuai spesikasi teknis yang ditawarkan
disertai brosur, dimana didalamnya terdapat surat perjanjian antara
penyedia dengan distributor yang telah ditunjuk oleh pihak pabrikan serta
sekurang-kurangnya menjelaskan mengenai spesifikasi, Surat
keabsahan/garansi keaslian, jaminan ketersediaan barang, surat asal usul
barang, dan waktu pengiriman.
c. Surat Dukungan Rangka Atap sesuai spesikasi teknis yang ditawarkan
disertai brosur, dimana didalamnya terdapat surat perjanjian antara
penyedia dengan distributor yang telah ditunjuk oleh pihak pabrikan serta
sekurang-kurangnya menjelaskan mengenai spesifikasi, Surat
keabsahan/garansi keaslian, jaminan ketersediaan barang, surat asal usul
barang, dan waktu pengiriman.
d. Surat Dukungan Kabel, Stop kontak dan MCB sesuai spesikasi teknis yang
ditawarkan disertai brosur, dimana didalamnya terdapat surat perjanjian
antara penyedia dengan distributor yang telah ditunjuk oleh pihak pabrikan
serta sekurang-kurangnya menjelaskan mengenai spesifikasi, Surat
keabsahan/garansi keaslian, jaminan ketersediaan barang, surat asal usul
barang, dan waktu pengiriman.
e. Surat Dukungan Bata Ringan sesuai spesikasi teknis yang ditawarkan
disertai brosur, dimana didalamnya terdapat surat perjanjian antara
penyedia dengan distributor yang telah ditunjuk oleh pihak pabrikan serta
sekurang-kurangnya menjelaskan mengenai spesifikasi, Surat
keabsahan/garansi keaslian, jaminan ketersediaan barang, surat asal usul
barang, dan waktu pengiriman.
f. Surat Dukungan Keramik sesuai spesikasi teknis yang ditawarkan disertai
brosur, dimana didalamnya terdapat surat perjanjian antara penyedia
dengan distributor yang telah ditunjuk oleh pihak pabrikan serta sekurang-
kurangnya menjelaskan mengenai spesifikasi, Surat keabsahan/garansi
keaslian, jaminan ketersediaan barang, surat asal usul barang, dan waktu
pengiriman.
g. Surat Dukungan Keramik sesuai spesikasi teknis yang ditawarkan disertai
disertai brosur, dimana didalamnya terdapat surat perjanjian antara
penyedia dengan distributor yang telah ditunjuk oleh pihak pabrikan serta
sekurang-kurangnya menjelaskan mengenai spesifikasi, Surat
keabsahan/garansi keaslian, jaminan ketersediaan barang, surat asal usul
barang, dan waktu pengiriman.
Pada saat pelaksanaan seluruh surat dukungan disampaikan kembali kepada
pemberi tugas dengan disertakan mock up dari masing-masing material untuk
dilakukan persetujuan material.

18. Lingkup 1. Penyedia Jasa Pelaksanaan Konstruksi dapat dan perlu mengambil
Kewenangan langkah-langkah untuk melindungi lingkungan (baik di atau di luar Lapangan)
Penyedia Jasa dan membatasi kerusakan dan gangguan terhadap orang-orang dan tanah
milik yang diakibatkan oleh polusi, suara dan akibat lain dari pekerjaan yang
dilakukan.
2. Penyedia Jasa Pelaksanaan Konstruksi harus menjamin bahwa emisi,
buangan di permukaan dan limpahan dari aktivitas pembangunan gedung,
tidak melebihi nilai yang ditetapkan dalam Spesifikasi atau ditentukan
sebelumnya oleh Perundangan yang berlaku.
3. Penyedia Jasa Pelaksanaan Konstruksi harus bertanggung jawab
menjauhkan orang-orang yang tidak berwenang dari Lapangan, dan;
4. Orang-orang yang diberi wewenang harus dibatasi pada Personil Penyedia
Jasa Pelaksanaan Konstruksi dan Personil Pengguna Jasa; dan orang-
orang lain yang diberitahukan kepada Penyedia Jasa Pelaksanaan
Konstruksi, oleh Pengguna Jasa, sebagai personil Penyedia Jasa
Pelaksanaan Konstruksi lain yang dipekerjakan Pengguna Jasa di
Lapangan, kecuali apabila ditentukan lain dalam Persyaratan Khusus.

19. Jangka Waktu Jangka waktu pelaksanaan kegiatan Konstruksi ini akan lakukan dalam waktu
Penyelesaian 180 (Seratus Delapan Puluh) hari kalender terhitung sejak terbitnya SPMK.
Pekerjaan

20. Kebutuhan Jumlah Jumlah Profesi / Keahlian


Personel No. Jabatan/ Personil Tingkat Pengal (SKA/SKT)
Pendidikan aman
Minimal Posisi (orang)
(tahun)
Tenaga Utama
1. Pelaksana 1 S1 Teknik Sipil 2 SKT Pelaksana
Lapangan Pekerjaan
Gedung

2. Petugas 1 - - Sertifikat bimtek K3


Keselamatan Konstruksi
Konstruksi

21. Jadwal Tahapan NO JENIS PEKERJAAN


I
WAKTU PELAKSANAAN 180 HARI KALENDER
II III IV V VI
Pelaksanaan
Pekerjaan I PEKERJAAN PERSIAPAN

II PEKERJAAN REKONSTRUKSI BANGUNAN

III PEKERJAAN REHABILITASI/RENOVASI BANGUNAN

Laporan
22. Pelaporan 1. Sesuai Permen PUPR Nomor 10/PRT/M/2021, tentang pedoman system
Kegiatan manajemen keselamatan konstruksi, maka Penyedia Jasa diwajibkan
membuat laporan:
a. Laporan Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK)
Komponen RMPK berisi:
- Struktur Organisasi Penyedia Jasa;
- Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
- Gambar Desain dan Spesifikasi Teknis;
- Tahapan pekerjaan;
- Rencana Kerja Pelaksanaan (Method Statement)
- Rencana Pemeriksaan dan Pengujian/ RPP (Inspection dan test
Plan/ ITP)
- Pengendalian Sub-Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dan
Pemasok;
Laporan RMPK dibuat 5 rangkap (lima) dan diserahkan paling lambat 2
(dua) minggu setelah diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja dari
Pengguna Jasa.
b. Laporan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Komponen RKK berisi:
- Cover Dokumen;
- Halaman Pengesahan;
- Halaman daftar isi;
- Halaman RKK
Penyedia menyampaikan pakta komitmen dan penjelasan manajemen
risiko serta penjelasan rencana tindakan sesuai table jenis pekerjaan
dan identifikasi bahayanya di bawah ini:

Jenis/Tipe Identifikasi Bahaya Resiko Bahaya


Pekerjaan
1. Pekerjaan Tabrakan pada saat Kecil
Pendahuluan mobilisasi
2. Pekerjaan Terjatuh ke lubang Kecil
Tanah galian
3. Pekerjaan Kecelakaan kerja Kecil
Pondasi akibat peralatan kerja
4. Pekerjaan Beton Kecelakaan kerja Kecil
akibat peralatan kerja
5. Pekerjaan Kecelakaan kerja Kecil
Bekisting akibat peralatan kerja
6. Pekerjaan Besi/ Kecelakaan kerja Kecil
Pembesian akibat peralatan kerja
7. Pekerjaan Tertimpa Dinding Kecil
Dinding
8. Pekerjaan Kecelakaan kerja Kecil
Penutup Lantai akibat peralatan kerja
9. Pekerjaan Terjatuh dari Kecil
Plafond ketinggian

10 Pekerjaan Terjatuh dari Kecil


Rangka Atap ketinggian
dan Penutup
Atap
11 Pekerjaan Kecelakaan kerja Kecil
Kusen akibat peralatan kerja

12 Pekerjaan Tersengat aliran listrik Kecil


Elektrikal
13 Pekejaan Kecelakaan kerja Kecil
Sanitair akibat peralatan kerja
14 Pekerjaan Cat Terjatuh dari Kecil
ketinggian

Berdasarkan identifikasi bahaya pada tabel diatas yang telah oleh PPK,
didapatkan pekerjaan yang paling beresiko adalah Pekerjaan Rangka Atap
dan Penutup Atap. Maka Resiko Keselamatan Konstruksi Pekerjaan ini
dikategorikan resiko kecil.
Laporan RKK dibuat 5 rangkap (lima) dan diserahkan paling lambat 2 (dua)
minggu setelah diterbitkannya Surat Perintah MulaiKerja dari Pengguna
Jasa.

2. Laporan Bulanan
Laporan bulanan diserahkan paling lambat tanggal 5 (lima) setiap bulannya
sebanyak 5 (lima) eksemplar (1 asli, 4 fotocopy) dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Hasil kemajuan kerja yang telah dicapai selama 1 (satu) bulan diplotkan
juga pada Kurva-S.
b. Isi laporan ini merupakan gabungan dari kemajuan pekerjaan mingguan
yang sudah dicapai dalam bulan yang bersangkutan
c. Laporan ini memuat hal-hal sebagai berikut:
- Uraian Pekerjaan
- Lingkup Pekerjaan
- Program Kerja
- Personil Penyedia Jasa
- Kemajuan pekerjaan yang sudah dicapai sampai dengan bulan yang
bersangkutan
- Rencana kerja bulan berikutnya dan rencana penyerapan dananya
- Kendala-kendala yang mungkin terjadi dilapangan yang dihadapi
dalam pelaksanaan pekerjaan dan solusi penyelesaiannya
- Keterangan-keterangan lainnya yang dianggap perlu untuk dilaporkan
- Foto-foto hasil pelaksanaan pekerjaan.
3. Laporan harian
laporan Harian, berisi keterangan tentang :
• Tenaga Kerja
• Bahan-bahan yang datang, diterima dan ditolak
• Alat-alat
• Pekerjaan yang diselenggarakan
• waktu pekerjaan dan cuaca

Hal-hal Lain
23. ProduksiDalam Semua kegiatan jasa konstruksi berdasarkan data teknis ini harus dilakukan di
Negeri dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain dalam angka
4 data teknis dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.
24. Pedoman Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut dan harus
Pengumpulan selalu berkoordinasi dengan Quality engineer dan Supervision engineer.
Data Lapangan Tugas dan kewajibannya adalah mencangkup, tapi tidak terbatas hal-hal
sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab kepada Supervision Engineer dan Quality Engineer
untuk mengawasi kuantitas dari pada konstruksi dan memastikan bahwa
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan dokumen kontrak, spesifikasi,
gambar-gambar kerja yang disahkan oleh Supervision Engineer.
b. Membuat catatan harian tentang aktifitas kontraktor atau engineernya dan
atau pelaksana lapangan dengan format laporan standard dan
memberitahukan kepada kontraktor secara tertulis apabila terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan dalam pelaksanaan
konstruksi.
c. Membantu Quality Engineer untuk melakukan pengawasan dan
pemantauan ketat atas pengaturan personil dan peralatan laboratorium
kontraktor serta tertulis apabila kualitas mutu dari pekerjaan lapangan tidak
tercapai.
d. Mengawasi hasil mutu pekerjaan lapangan agar sesuai dengan Job Mix
yang diisyaratkan.
e. Menginspeksi dan menguji cara terhadap metode pengujian yang dilakukan
oleh kontraktor untuk memastikan kesesuaian dengan kontrak.
f. Membuat laporan harian untuk semua kegiatan pemeriksaan mutu dan
bahan serta pekerjaan dan memberikan laporan setiap permasalahan yang
timbul sehubungan dengan pengendalian mutu.
g. Mencatat semua data hasil tes laboratorium dan lapangan secara jelas dan
terperinci.
25. Penutup a. Penyedia Jasa harus Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang masih
berlaku dengan subklasifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi Bangunan
Pendidikan
b. Laporan Keuangan Tahun Terakhir
c. Penyedia Jasa sudah melunasi kewajiban Pajak TahunTerakhir
Setelah mempelajari dan mendapat penjelasan tentang Pengarahan Penugasan
ini dari Panitia Pengadaan, Penyedian Jasa agar segera membuat Dokumen
Penawaran sesuai dengan arahan dari data teknis ini dan mempelajari Gambar
Kerja, BOQ dan SpesifikasiTeknis, dan disampaikan kepada Panitia Pengadaan
dengan ketentuan sebagaimana terlampir dalam data teknis ini.

Banjarbaru , Desember 2022

Anda mungkin juga menyukai