Anda di halaman 1dari 47

Prinsip prinsip kepemimpinan :

1. Mampu menjadi teladan yang baik


2. Memiliki rasa tanggung jawab
3. Berani mengambil desisi an bersedia menerima resiko
4. Ciptakan sense of belonging dari para bawahan dan ciptakan sense of participation.
5. Ciptakan kerjasama yang baik di kalangan anggota.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kepemimpinan dan manajemen tealah
menjadi topik pembicaraan dan pembahasan sejak lebih dari 200 tahun yang lalu. Al Quran
berbicara tnetang kepemimpinan. Allah berfirman hai orang-oran gyan gberiman, taatilah Allah
dan taatilah Rasulnya, dan ulul amri ()pemimpin, diantara kamu, kemudain jika kamu berlainan
pendapattentang sesuatu, maka kembalikanlah ia lepada Allah (Al- Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman pada Allah dan hari kemudian. yang demikina itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Bahkan ketika Allah menciptakan Adam, Allah
memakai istilah khalifah yang sangat erat hubungannya degan kepemimpinan. Dengan demikian,
persoalan kepemimpinan telah ada sejak ada penciptaan manusia masih dalam rencana Allah swt.
Nabi Muhammad secara jelas menyebutkan soal kepemimpinan dalam salah satu sabdanya
setiap orang diantara kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. 1.2 RUMUSAN MASALAH Makalah yang berjudul Prinsip, Sifat, Syarat,
dan Tipe Kepemimpinan berisi beberapa rumusan masalah yang akan dijelaskan dalam
pembahasan bab berikutnya. Rumusan masalah tersebut adalah : 1. Apakah pengertian dari
Kepemimpinan? 2. Apakah prinsip, sifat, syarat dan tipe pemimpin itu? 3. Bagaimanakah konsep
kepemimpinan dalam perspektif islam? 1.3 TUJUAN Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk menjelaskan, apakah arti dari kepemimpinan itu sebenarnya. Selain itu, dalam makalah ini
juga akan menjelaskan tipe, syarat, sifat dan prinsip dari seorang pemimpin, baik dalam
perspektif secara global maupun perspektif dalam islam. BAB II PEMBAHASAN 2.1
DEFINISI KEPEMIMPINAN Definisi kepemimpinan, tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang
saja. Karena banyak literature dan sudut pandang dalam mencari definisi kepemimpinan itu
sendiri. Oleh karena itu, banyak para ahli yang mempunyai pandangan mengenai definisi
kepemimpinan, diantaranya adalah: 1. Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) adalah
kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada
kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan kelompok. Kepemimpinan menurut Young (dalam Kartono, 2003) lebih terarah dan
terperinci dari definisi sebelumnya. Menurutnya kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang
didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk
berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus
yang tepat bagi situasi yang khusus. 2. Menurut Moejiono (2002) memandang bahwa
kepemimpinan tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin
mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para
ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai
pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk
membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002). 2.2 TIPE-TIPE
KEPEMIMPINAN Berdasarkan Sikap Pemimpin Terhadap Kekuasaan atau Organisasi
Climbers Tipe pemimpin yang selalu haus akan kekuasaan, prastige dan kemajuan diri, berusaha

maju terus menerus dengan kekuasaan sendiri, oportunistis, agresif, suka dan mendorong
perubahan dan perkembangan dan berusaha berombak terus menerus. Conservers Tipe
pemimpin yang mementingkan jaminan dan keenakan, mempertahankan status quo memperkuat
posisi yang telah dicapai, menolak perubahan, defensifda statis. Tipe ini biasanya terdapat pada
middle management atau dimiliki oleh parapejabat yang sudah lanjut usia. Zealots Tipe
pemimpin yang bersemangat untuk memperbaiki organisasi, mengutamakan tercapainya tujuan,
mempunyai visi, menyendiri aktif, agresif, bersedia menghadapi segala permusuhan dan
pertentangan, tegas, mempunyai dorongan yang keras untuk maju, tidak sabaran untuk
mengadakan perbaikan dan menentukan sesuatu yang baru, mementingkan kepekaan daripada
human relations. Advocates Tipe pemimpin yang ingin mengadakanerbaikan organisasi,
terutama bagiannya sendiri, mementingkan kepentingan keseluruhan organisasi daripada
kepentingan diri sendiri, pejuang yang gigih dan bersemangat untuk kepentingan orang-orang
dan programnya, bersedia menghadapi pertentangan apabila mendapat dukungan dari kolegakoleganya, sangat responsif terhadap ide-ide dan pengaruh orang lain, keluar bersedia
mempertahankan kelompok dengan tindakan partisan, ke dalam bersikap jujur dan tidak
menyebelah. Statesmen Tipe pemimpin yang mementingkan tujuan organisasi secara
keseluruhan dan misi organisasi, berusaha berdiri di atas kepentingan-kepentingan, tidak
menyukai pertentangan yang merugikan pihak-pihak yang bersangkutan, berusaha
mempertemukan pertentangan. Berdasarkan Kekuasaan Autoraic leader Tipe pemimpin yang
menggantungkan terutama pada kekuasaan formalnya, organisasi dipandang sebagai milik
pribadi, mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, hak dan wewenang adalah
milik pribadi. Leadership adalah hak pribadi, bawahan adalah alat, ia harus mengikuti saja, tidak
memberi kesempatan kepada bawahan untuk ikut mengambil bagian dalam pengambilan
keputusan, tidak mau menerima kritik, saran atau pendapat, tidak mau berunding dengan
bawahan, keputusan diambil sendiri, memusatkan kekuasaan untuk mengambil keputusan,
mempergunakan intimidasi, paksaan atau kekuatan dan mengagungkan diri. Partcipative leader
(pemimpin yang demokratis) Tipe pemimpin yang memandang manusia adalah manusia yang
termulia, memimpin dengan persuasi dan memberikan contoh, memperhatikan perasaan
pengikut, mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan
pribadi pengikut, mengutamakan kepentingan organisasi dan kepentingan pengikut, senang
menerima saran, pendapat atau kritik, menerima partisipasi informil dari kelompok,
memanfatkan pendapat-pendapat kelompok, menunggu persetujuan kelompok, menunggu
persetujuan kelompok, berunding dengan pengikut, mengutamakan kerja sama,
mendesentralisasikan wewenang, memberikan kebebasan untuk bawahan untuk bertindak,
menstimulir inisiatif, mendorong partisipasi pengikut dalam pengambilan keputusan,
memberikan informasi yang luas kepada pengikut, membuat pengikut lebih sukses. Free rein
leader (pemimpin yang liberal) Tipe pemimpin yang menghindari kekuasaan, tergantung pada
kelompok anggota, kelompok memotivasikan diri sendiri, hanya bertindak sebagai perantara
dengan dunia luar untuk menyajikan informasi kepada kelompok, tidak berhasil memahami
sumbangan management, tidak dapat memahami peranan motivasi yang diberikan dan
melakukan pengendalian yang minimal. Berdasarkan Kepribadiannya : Tipe ekonomis Tipe
yang perhatiannya dicurahkan kepada segala sesuatu yang bermanfaat dan praktis. Tipe
aesthetis Tipe yang berpendapat bahwa nilai yang tertinggi terletak pada harmoni dan
individualitas. Tipe teoritis Tipe yang perhatian utamanya ialah menemukan kebenaran hanya
untuk mencapai kebenaran, perbedaan dan rasionalitas. Tipe social Tipe pecinta orang lain,
tujuan akhirnya adalah orang lain. Berhubungan dengan sifatnya yang ramah tamah, simpatik,

dan tidak mementingkan diri sendiri. Tipe politis Tipe yang perhatian utamanya diarahkan
kepada kekuasaan, menginginkan kekuasaan perseorangan, pengaruh dan reputasi. Tipe
religious Tipe yang berpendapat bahwa bahwa nilai yang tertinggi ialah pengalaman yang
memberikan kepuasan tertinggi dalam kehidupan spritual dan bersifat mutlak 2.3 SYARATSYARAT KEPEMIMPINAN Problem Solver Seorang pemimpin dituntut mampu membuat
keputusan penting dan mencari jalan keluar dari permasalahan. Seorang pemimpin ibarat
nakhoda yang berkewajiban mengemudikan kapal ke arah yang benar sehingga ia harus tegas
dan bertanggung jawab. Bersikap Positif Setiap orang tidak luput dari kesalahan, oleh karena
itu pemimpin tidak seharusnya mencerca pengikutmya tapi justru membangkitkan semangatnya
dan memberikan kalimat positif sehingga ia dapat memperbaiki kesalahannya. Komunikasi
Seorang pemimpin perlu menerangkan sejelas mungkin tentang tujuan bersama yang hendak
diraih dan strategi mencapainya. Menjadi Inspirasi Seorang pemimpin harus bisa menerapkan
standar dan jadi contoh bagi pengikutnya.. Tumbuhkan Motivasi Berikan penghargaan terhadap
prestasi sekecil apa pun yang dilakukan bawahan. Bahkan karyawan yang paling telat sekalipun
akan berusaha memperbaiki diri apabila anda memujinya ketika ia datang tepat waktu.
Hubungan Baik Seorang pemimpin harus bisa menjalin hubungan baik dengan siapa saja. Baik
relasi yang sudah ia kenal, maupun relasi yang baru saja dibangun. Hal itu ditujukan agar,
hubungan relasi dapat tetap terjaga dengan baik. Turun Gunung Anda tidak boleh merasa bebas
dari kewajiban dan melakukan dirty job atau pekerjaan anak buah. Seorang pemimpin akan
dihargai anak buahnya apabila ia bersedia turun ke lapangan tak asal main perintah. 2.4 SYARAT
KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM Beriman dan beramal shaleh Kita harus memilih
pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan rasulnya.
Karena ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai, tentram,
dan bahagia dunia maupun akherat. Disamping itu juga harus yang mengamalkan keimanannya
itu yaitu dalam bentuk amal soleh. Berilmu Karena dengan ilmu ini maka akan membawa
perubahan ke arah yang lebih baik dalam bentuk pembangunan fisik maupun spiritual, baik
pemabanugnan infrastruktur maupun pembangunan manusianya itu sendiri. Jujur Apa yang
disampaikan kepada masyarakat tentunya harus dilaksanakan, dan apa yang dikatakannya harus
sesuai hendakyan dengan perbuatannya. Tegas Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas
maksudnya adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah serta melaksanakan
aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya. Amanah Melaksanakan aturanturan yang ada dengan sebaik-baiknya dan bertanggungjawab terhadap peraturan yang telah
dibuat Imam al-Mawardi menetapkan tujuh syarat bagi seorang khalifah atau pemimpin yaitu : 1.
Adil; 2. Berilmu sampai taraf mujthaid 3. Sehat jasmani 4. Cerdas 5. Memiliki kemampuan
untuk memimpin 6. Berani berkorban untuk mempertahankan kehormatan dan berjihad dengan
musuh 7. Keturunan Quraisy Ibnu Khaldun Menetapkan syarat Khalifah hanya empat yaitu : 1.
Berilmu sampai tahap mujtahid 2. Adil 3. Kifayah atau memilki kesanggupan bersiasah. 4. sehat
jasmani dan rohani. Abdul qodir Audah menetapkan syarat Khalifah delapan Syarat: 1. Islam.
Diharamkan mengangkat pemimpin seorang kafir (Surah ali Imran ayat 28) karena tidak
mungkin kepala Negara yang kafir bisa melaksanakan hukum syari'at yang hal tersebut
merupakan tugas khalifah. Dengan begitu diharamkan juga mengangkat orang kafir menjadi
hakim, karena ditangan hakim kekuasaan hukum ditegakkan (An-Nisa' ayat 141). 2. Pria. Wanita
menurut tabiatnya tidak cakap untuk memimpin Negara, karena jabatan itu memerlukan kerja
keras seperti meminpin tentara dan mengurus berbagai persoalan. 3. Taklif Sudah dewasa,
dimana jabatan khalifah adalah penguasaan atas orang lain. 4. Ilmu Pengetahuan Ahli dalam
hukum Islam sampai bila mungkin mencapai taraf mujtahid. Bahkan dituntut mengetahui Hukum

internasional , Traktat dan perdagangan internasional Dll. 5. Adil Menghiasi diri dengan sifat
kemuliaan dan akhlakul karimah terhindar dari sifat fasik , Maksiat , keji dan munkar 6.
Kemampuan dan Kecakapan Mampu membimbing umat ke jalan yang benar yang dikehendaki
syari'at. 7. Sehat Jasmani dan rohani Khalifah tidak boleh buta, tuli, bisu dan cacat. 8. Keturunan
Quraisy Dikalangan ulama terjadi perbedaan pendapat tentang hal ini. 2.5 SIFAT-SIFAT
KEPEMIMPINAN Integritas Melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikatakan sehingga
menimbulkan kepercayaan dari orang lain . Optimisme Melihat selalu ada harapan untuk masa
depan yang lebih baik. Menyukai perubahan Pemimpin adalah mereka yang melihat adanya
kebutuhan akan perubahan, bahkan mereka bersedia untuk memicu perubahan itu. Sedangkan
pengikut lebih suka untuk tinggal di tempat mereka sendiri. Berani menghadapi resiko
Keberanian untuk mengambil resiko adalah bagian dari pertumbuhan yang teramat
penting.Kebanyak orang menghindari resiko. Karena itu, mereka bukan pemimpin. Ulet Para
pemimpin itu tahu apa yang ada di balik tembok batu, dan mereka akan selalu berusaha
menggapainya. Lalu mereka mengajak orang lain untuk terus berusaha. Katalistis Seorang
pemimpin adalah seseorang yang secara luar biasa mampu menggerakkan orang lain untuk
melangkah. Mereka bisa mengajak orang lain keluar dari zone kenyamanan dan bergerak menuju
tujuan mereka. Berdedikasi Pengikut akan mengikuti pemimpin yang senantiasa bekerja dan
berdedikasi karena mereka melihat betapa pentingnya pencapaian tugas-tugas dan tujuan.
Berkepribadian kuat Rasulullah Saw menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus kuat, tidak
lemah. Orang lemah tidak pantas menjadi pemimpin. Bertakwa Karena kekuatan kepribadian
seorang pemimpin sangat berpengaruh pada kepemimpinannya, maka seorang pemimpin harus
memiliki kualitas yang mampu menjauhkannya dari pengaruh-pengaruh buruk. Oleh karena itu,
seorang pemimpin harus memiliki sifat takwa pada dirinya, baik secara pribadi, maupun dalam
hubungannya dengan tugas dan tanggung jawabnya memelihara urusan rakyat. Belas kasih Ini
diwujudkan secara konkrit dengan sikap lembut dan kebijaksanaannya yang tidak menyulitkan
rakyatnya. Jujur dan penuh perhatian Pemimpin haruslah jujur dan penuh perhatian dalam
mengurus urusan rakyat sehingga rakyat bisa terpenuhi kebutuhan mereka dan menikmati
layanan pemimpinnya. Istiqomah memerintah dengan syariah Seorang pemimpin yang jujur
memimpin kaum muslimin akan melaksanakan pemerintahannya berdasarkan Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah. Adapun sifat-sifat dasar dari kepemompinan dari Warren Bennis, yaitu: a.
Visioner. Mempunyai ide yang jelas tentang apa yang didinginkan secara profesionala tau pribadi
dan punya kekuatan untuk bertahan ketika mengalami kemunduran atau kegagalam b.
Berkemauan kuat. Mencintai apa yang dikaerjakan, mempunyai kesungguhan yang luar biasa
dalam menjalani hidup, dikombinasikan dengan kesungguhan dalam bekerja, menjalani profesi
dan bertindak. c. Legalitas. Integritas diperoleh dari pengetehuan sendiri dan kedewasaan,
mengetahui kekuatan dan kelemahan, teguh memegang prinsip dna belajar dari pengalaman. d.
Amanah. Memeperoleh kepercayaan dari orang lain. Rasa ingin tahu segala hal dan ingin belajar
sebanyak muingkin e. Berani. Berani mengambil resiko dan bereksperimen, mencoba hal-hal
yang baru.
2.6 PRINSIP-PRINSIP KEPEMIMPINAN
Memiliki orientasi hidup pada masa depan, namun selalu belajar dari masa lalu Ia
menggunakan perpaduan antara pikiran dan hati dalam menghadapi problem Ia memiliki
motivasi kuat untuk meningkatkan kualitas diri, namun ia selalu bersyukur atas segalanya Ia
bekerja keras namun dengan cara yang cerdas Ia mengambil keputusan dan bertindak cepat,
namun juga tepat Ia berada di depan memberi teladan, namun juga ada di belakang memberi
spirit Ia tidak hanya mampu terlihat lihai memimpin orang lain, namun ia memampukan diri

untuk memimpin dirinya. 2.7 PRINSIP-PRINSIP PEMIMPIN DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Menomorsatukan fungsi sebagai landasan dalam memilih orang atau sesuatu, bukan penampilan
atau faktor-faktor luar lainnya. Mengutamakan segi kemanfaatan daripada kesia-siaan
Mendahulukan yang lebih mendesak daripada yang bisa ditunda Lebih mementingkan orang
lain daripada dirinya sendiri Memilih jalan yang tersukar untuk dirinya dan termudah untuk
umatnya Lebih mendahulukan tujuan akhirat daripada maksud duniawi. 2.8 PEMIMPIN YANG
IDEAL Pemimpin yang memberi petunjuk berdasarkan perintah Allah, artinya pemimpin yang
menegakkan amar marf nah munkar. Pemimpin yang bersikap sabar Pemimpin yang
meyakini kebenaran ayat-ayat Allah (ayat-ayat mikro dan makro, ayat-ayat quraniyah maupun
kawniyyah). Memiliki semangat reformasi (Ishlah) dan selalu berupaya untuk berbuat baik
(fila al-khayrt), punya visi dan misi dalam membungan rakyat. Memiliki kesadaran vertikaltransendental dengan selalu bertaqarrub kepada Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh para
Khulafa al-rsyidn.
Copyright @ http://riabudiati.blogspot.co.id/2013/04/syarat-sifat-dan-prinsipkepemimpinan.html
Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen Kepemimpinan (Leadership) dan Manajemen
(Management) pada dasarnya merupakan dua konsep yang berbeda, namun kedua istilah tersebut
sering digunakan seolah-olah mereka memiliki arti yang sama. Untuk membahas lebih lanjut
mengenai perbedaan keduanya, mari kita cermati definisi mengenai Kepemimpinan dan
Manajemen.
Menurut Gareth Jones and Jennifer George (2003:440), yang dimaksud dengan Kepemimpinan
adalah proses dimana seorang individu mempunyai pengaruh terhadap orang lain dan
mengilhami, memberi semangat, memotivasi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan mereka guna
membantu tercapai tujuan kelompok atau organisasai. Sedangkan Definisi Manajemen menurut
R.W. Griffin (1997:5-6) adalah serangkaian kegiatan (termasuk perencanaan dan pembuatan
keputusan, pengorganisasian, pimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber daya
organisasi (tenaga kerja, keuangan, fisik dan informasi) yang bertujuan untuk mencapai sasaran
organisasi dengan cara yang efisien dan efektif.
Dari kedua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa inti perbedaan antara
Kepemimpinan dan Manajemen adalah bagaimana mereka memotivasi orang lain ataupun tim
dalam mencapai sasarannya.
Seorang Pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinan ini menetapkan Tujuan dan arah
baru, kemudian memotivasi dan mempengaruhi anggota timnya untuk mencapai Tujuan yang
ditetapkan tersebut. Seorang Pemimpin juga harus meninjau perkembangan timnya dan
memastikan bahwa semua anggota Tim berada di jalur yang diinginkannya hingga mencapai
tujuan yang ditetapkan. Presiden merupakan salah satu contoh yang baik dalam memerankan
kepemimpinan.
Sedangkan seorang Manajer yang menjalankan fungsi Manajemen ini bertugas untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengatur bagaimana timnya mencapai

tujuan yang ditetapkan. Mereka akan bertugas untuk mengatasi setiap permasalahan yang timbul
dalam tim dan memutuskan solusi terbaik untuknya. Contohnya seperti seorang Manajer
Sepakbola yang mengatur bagaimana timnya dapat mencapai tujuan yaitu meraih kemenangan
pada setiap permainan sepakbola. Seorang Manajer Sepakbola bukanlah pemimpin karena
mereka tidak menetapkan tujuan. Yang menetapkan Tujuan adalah Pemilik atau Direksi Klub
sepakbola yang bersangkutan.

Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen berdasarkan


Karakteristiknya
Berikut ini adalah kunci perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen berdasarkan
Karakteristiknya.
Karakteristik Kepemimpinan
Strategik dan berorientasi pada Orang

Karakteristik Manajemen
Taktikal dan berorientasi pada Organisasi
Merencanakan dan Mengkordinasikan
Menetapkan arah dan tujuan
Kegiatan
Administratif dan Menjaga kelangsungan
Memotivasi dan Menginspirasi Orang
system
Membentuk Prinsip
Merumuskan Prinsip
Membangun Tim dan Mengembangkan Talenta Mengalokasikan dan Mendukung Sumber daya
mereka
Manusia
Mengembangkan Peluang Baru
Pemecahan Masalah
Mempromosikan Inovasi dan penemuan baru Memastikan Kesesuaian Standar dan prosedur
Memberdayakan dan Membina Orang
Memerintah dan mengarahkan orang
Perspektif Jangka Panjang
Merinci Jangka Pendek

Pemahaman tentang perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen ini sangat penting dalam
mengoperasikan sebuah organisasi. Kepemimpinan dan Manajemen seharusnya berjalan secara
beriringan. Untuk menjadi Manajer yang baik diperlukan keterampilan dalam kepemimpinan.
Sedangkan untuk menjadi Pemimpin yang efektif, dibutuhkan keterampilan Manajemen untuk
mencapai Visinya.

Esensi Kepemimpinan
Berikut ini beberapa esensi daripada Kepemimpinan :
Penetapan Arah Menetapkan Visi dan Strategi-strateginya untuk merealisasikan Visi tersebut.
Penjajaran orang Mengkomunikasikan Visi dan Strategi tersebut kepada pihak-pihak yang
bersangkutan dan mempengaruhinya sehingga terbentuk Tim yang bertujuan untuk
merealisasikan Visi dan Strategi yang ditetapkan.

Memotivasi Mempengaruhi dan memberi semangat kepada timnya untuk dapat bekerjasama
dan mendorong mereka untuk mengatasi segala permasalahan yang muncul sehingga Visi yang
ditetapkannya dapat tercapai.

Tentang Hubungan Kepemimpinan Dengan Manajemen

I. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN MANAJEMEN


A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Sebagaimana manajemen, kepemimpinan atau leadership juga mempunyai difinisi
yang bermacam-macam.
Beberapa difinisi kepemimpinan / leadership adalah :

a.

Robert Dubin :
Kepemimpinan adalah pelaksanaan otoritas dan perbuatan keputusan.

b.

J. K. Henphill :
Kepemimpinan adalah suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola
yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan
bersama.

c.

George R. Terry
Kepemimpinan adalah aktifitas untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan
mencapai tujuan organisasi.

d.

Stoner
Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada
kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.

Kesimpulan :

1.

Dari beberapa difinisi tersebut yang paling mendekati dengan realitas di lapangan
adalah difinisi dari G. R. Terry dan Stoner.

2.

Pengertian / difinisi kepemimpinan yang kita gunakan adalah :


Kepemimpinan adalah suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi orang lain
atau kelompok untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan.

3.

Dari pengertian / definisi tersebut ada 3(tiga) implikasi penting yang tampak, yaitu
:

a.

Kepemimpinan selalu menyangkut orang lain (bawahan/pengikut). Tanpa


bawahan/ pengikut tentu tidak akan ada pemimpin. Kesediaan bawahan / pengikut
menerima pengarahan dan melaksanakannya membuat proses kepemimpinan
dapat berjalan.

b.

Kepemimpinan menyangkut pembagian kekuasaan antara pemimpin dan


bawahan/ anggota, dimana kekuasaan pemimpin jauh lebih besar daripada
bawahannya. Pemimpin dapat memerintah bawahan sedang bawahan tidak dapat
memerintah atasan.

c.

Pemimpin tidak hanya mengarahkan/memerintah bawahan tetapi juga harus dapat


mempengaruhi bawahan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

B. HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DENGAN MANAJEMEN

1. Kepemimpinan adalah salah satu bagian penting dari manajemen, khususnya dalam
fungsi pengarahan.
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat
mengarahkan dan mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan
atau sasaran yang telah ditetapkan.

2. Kepemimpinan dan manajemen seringkali disamakan pengertiannya oleh banyak


orang, padahal jelas bahwa kepemimpinan adalah tidak sama dengan manajemen.
Dalam manajemen, kepemimpinan adalah merupakan salah satu bagian dari
manajemen untuk mengarahkan dan mempengaruhi anggota-anggotanya dalam
usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi manajemen selalu berkaitan
dengan organisasi apapun bentuknya apakah organisasi pemerintah, usaha, sosial,
dan kemasyarakatan.
Kepemimpinan atau leadership tidak hanya ada dalam lingkungan organisasi tetapi
dapat muncul dan ada dimana saja dan kapan saja, sepanjang ada seseorang yang
berusaha mengarahkan dan mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai
tujuan tertentu. Contoh : seorang ulama yang berpengaruh besar merubah perilaku
orang lain dapat juga disebut pemimpin.

3. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah bagian penting
dari manajemen tetapi tidak sama dengan manajemen, seorang manajer harus
berperilaku atau melaksanakan fungsi kepemimpinan / leadership namun seorang
pemimpin belum tentu seorang manajer.

B. PROSES KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah suatu proses interaksi yang meliputi 3 faktor, yaitu :
1.

Pemimpin, meliputi :

Perilaku / gaya kepemimpinan

Ketrampilan

Pengetahuan

Nilai-nilai yang dianut

2.

Pengikut / bawahan, meliputi :

Norma dan nilai

Kepaduan

Keterikatan pada tujuan

Harapan kelompok

Kebutuhan kelompok

3.

Situasi, meliputi :

Nilai-nilai organisasi

Teknologi yang digunakan

Tuntutan tugas

Variasi tugas

Proses interaksi dari 3(tiga) faktor diatas output / hasilnya adalah prestasi dan
kepuasan kerja karyawan.

II. PENDEKATAN DAN TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN

A. PENDEKATAN-PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN


Dalam studi kepemimpinan ada beberapa pendekatan, yaitu :
1.

Pendekatan kesifatan

Pendekatan ini memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi dari sifat-sifat


yang tampak dari seorang pemimpin.
Ada sejumlah sifat / karakteristik tertentu yang berkaitan dengan keberhasilan dan
kegagalan dari pemimpin.

2.

Pendekatan perilaku

Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada perilaku pemimpin tentang apa


yang diperbuat dan bagaimana melakukannya. Pendekatan ini bermaksud
mengidentifikasikan
perilaku-perilaku
pribadi
yang
berhubungan
dengan
kepemimpinan efektif. Menurut pendekatan ini, keberhasilan dari seorang pemimpin
tergantung pada perilaku-perilaku yang diterapkannya.

3.

Pendekatan situasional

Pendekatan ini beranggapan bahwa efektivitas dari pemimpin tidak hanya


ditentukan oleh gaya pimpinan tetapi juga ditentukan oleh situasi yang ada dari
kepemimpinan tersebut, yang meliputi tugas-tugas yang dilakukan, ketrampilan,
dan harapan bawahan, lingkungan organisasi dan sebagainya.

B. TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
1. TEORI SIFAT / PENDEKATAN KESIFATAN
a.

b.

Sesuai dengan pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan kesifatan, maka teori
sifat memusatkan perhatiannya pada sifat-sifat dari pemimpin. Para ahli teori ini
mencoba menemukan karakteristik sifat-sifat individual dari pemimpin yang
berhasil dan pemimpin yang gagal.

Beberapa sifat tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap kepemimpinan


1.

Menurut EDWIN GHISELLI

a.

Kemampuan sebagai pengarah dan pengawas

b.

Kebutuhan akan prestasi dalam pok/orgn

c.

Kecerdasan mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir

d.
e.
f.

Ketegasan atau kemampuan untuk mengambil keputusan dan memecahkan


masalah-masalah dengan cakap dan tepat
Kepercayaan diri
Berinisiatif atau mampu bertindak tanpa ketergantungan

2.

c.

a.

Kecerdasan

b.

Kedewasaan

c.

Motivasi diri yang tinggi

d.

Sikap hubungan manusiawi

Keterbatasan teori sifat


1.

2.

Menurut KEITH DAVIS

Tidak ada sifat-sifat yang seragam, yang dapat dipakai untuk semua situasi

Banyak pemimpin-pemimpin dunia yang berhasil namun ternyata sifat mereka


berbeda-beda

2. TEORI PERILAKU / PENDEKATAN PERILAKU


a.

Teori / pendekaan perilaku muncul karena ketidakpuasan terhadap pendekatan /


teori sifat yang tidak dapat menemukan sifat-sifat pemimpin yang efektif. Teori /
pendekatan perilaku memusatkan perhatiannya pada perilaku pemimpin tentang
apa yang diperbuat dan bagaimana dia melakukannya, yaitu bagaimana pemimpin
menjalankan tugas, mendelegasikan tugas, berkomunikasi dan memotivasi
bawahan, dan sebagainya.
Teori perilaku memusatkan pada 2(dua) aspek perilaku kepemimpinan, yaitu ;

Fungsi-fungsi kepemimpinan

Gaya-gaya kepemimpinan

Ada beberapa teori dan penelitian yang terkenal dari pendekatan perilaku ini, yaitu
adalah :

Teori X dan Y dari DOUGLAS MC. GREGOR

Studi Hichigan oleh R. LIKERT

Kisi-kisi manajerial dari BLAKE dan MOUTON

b.

Fungsi-fungsi kepemimpinan

Agar pok/orgn dapat berjalan efektif, seorang pemimpin harus melaksanakan 2(dua)
fungsi utama kepemimpinan, yaitu :
1.

Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas atau pemecahan penyelesaian,


informasi dan pendapat.

2.

Fungsi-fungsi pemeliharaan pok atau sosial, yaitu mencakup segala sesuatu yang
dapat membantu pok berjalan lancar, penengahan perbedaan pendapat, dan
sebagainya.

c.

Gaya-gaya kepemimpinan
Pada dasarnya ada 2(dua) gaya kepemimpinan, yaitu :

1.

Gaya dengan orientasi tugas


Yaitu gaya atau perilaku pimpinan yang menekankan bahwa tugas-tugas dapat
dilaksanakan dengan baik, dengan cara mengarahkan dan mengendalikan
bawahan/karyawan secara ketat. Pimpinan dengan gaya kepemimpinan seperti ini
lebih memperhatikan keberhasilan pelaksanaan tugas/pekerjaan daripada
pengembangan dan pertumbuhan karyawan.

2.

Gaya dengan orientasi karyawan


Yaitu gaya atau perilaku pimpinan yang menekankan pada pemberian motivasi
kepada bawahan dalam melaksanakan tugasnya dengan melibatkan bawahan
dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tugasnya serta
mengembangkan hubungan yang bersahabat, saling percaya dan hormat
menghormati antar anggota politik.

d.

Teori X dan Y dari Mc. GREGOR


Menurut Mc. Gregor, strategi kepemimpinan dipengaruhi oleh anggapan-anggapan
seorang pemimpin tentang sifat dasar manusia, yang terdiri dari dua kumpulan
anggapan yang saling berlawanan, yaitu :
1.

Anggapan-anggapan teori X :

a. Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai pekerjaan, kalau bisa
menghindar.

b. Sesuai dengan pembawaan manusia tersebut, maka orang harus dipaksa, diawasi,
diarahkan atau diancam dengan hukuman agar mereka menjalankan tugas guna
mencapai tujuan organisasi.
c. Rata-rata menusia ingin diarahkan, ingin menghindari tanggung jawab, ambisinya
relative kecil dan menginginkan keamanan/jaminan hidup di atas segalanya.
2.

Anggapan-anggapan teori Y

a. Penggunaan usaha fisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia seperti
bermain atau istirahat.
b. Pengawasan dan ancaman hukuman bukanlah satu-satunya cara untuk
mengarahkan usaha pencapaian tujuan organisasi. Orang akan melakukan
pengendalian diri dan pengarahan diri untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati.
c. Keterikatan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang berhubungan
dengan prestasi mereka.
d. Rata-rata manusia, dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya untuk menerima
tetapi juga mencari tanggung jawab.
e. Ada kemampuan besar untuk melakukan imajinasi, kreativitas dalam penyelesaian
masalah-masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh karyawan.
f.

Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagian saja dalam kondisi
kehidupan industri modern.

Dari kemampuan anggapan-angapan teori X dan Y tersebut maka akan muncul dua
gaya kepemimpinan yaitu :
a. Pemimpin yang menganut anggapan-anggapan teori X akan menyukai gaya
kepemimpinan otokratik.
b. Pemimpin yang menganut anggapan-anggapan teori Y akan lebih menyukai gaya
kepemimpinan partisipasif atau demokratis.
e.

Studi Michigan oleh RENCIS LIKERT


LIKERT dengan menggunakan dua gaya dasar kepemimpinan yaitu orientasi tugas
dan orientasi karyawan, menyusun 4(empat) tingkatan efektivitas manajemen
sebagai berikut :

1. Sistem 1

Manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan dan


memerintahkan bawahan untuk melaksanakannya.
Manajer menetapkan standar dan metode pelaksanaan secara kaku.
2. Sistem 2
Manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan
untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut.
Bawahan juga diberi berbagai fleksibelitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka
dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
3. Sistem 3
Manajer dalam menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah
mendiskusikannya terlebih dulu dengan bawahan.
Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka sendiri tentang cara
pelaksanaan tugas.
Untuk memotivasi bawahan lebih banyak menggunakan penghargaan daripada
ancaman hukuman.
4. Sistem 4
Tujuan-tujuan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila ada
keputusan yang harus dibuat oleh manajer, maka hal tersebut dilakukan setelah
mempertimbangkan saran-saran dan pendapat-pendapat dari para anggota pok.
Dalam memotivasi bawahan, manajer tidak hanya menggunakan penghargaanpenghargaan tetapi juga memberikan rasa dibutuhkan dan dianggap penting
kepada bawahan.
Menurut R. LIKERS sistim ke 4 inilah yang paling ideal untuk jalannya organisasi.

f.

Kisi-kisi manajerial dan BLAKE dan MOUTON


Kisi-kisi manajerial (manajerial guide) yang dikembangkan oleh Blake dan Mouton
juga
berhubungan
dengan
orientasi
pimpinan/manajer
pada
orientasi
tugas/produksi dan orientasi karyawan.
Blake dan Mouton membuat kisi-kisi jaringan dengan sumbu horisontal untuk
perhatian terhadap tugas/produksi dengan sumbu vertikal untuk perhatian terhadap
karyawan.

Dengan menggunaka kisi-kisi tersebut, diperoleh 5(lima) gaya dasar kepemimpinan,


yaitu sebagai berikut :
1. Perhatian terhadap produksi/tugas rendah dan perhatian terhadap karyawan juga
rendah (titik 1.1). Kondisi seperti ini sering juga disebut manajemen jatuh miskin.
Ini adalah bentuk ekstrim dan gaya manajemen LAISSEZ-FAIRE, yaitu kepemimpinan
yang masa bodoh atau semaunya.

2. Perhatian terhadap tugas/produksi rendah, tetapi perhatian terhadap karyawan


tinggi (titik 9.1). Manajemen/kepemimpinan ini sering juga disebut manajemen
santai, karena hanya memusatkan perhatian pada kebutuhan dan kepuasan
karyawan saja, sedangkan perhatian terhadap tugas/produksi sangat kurang.

3.

Perhatian terhadap tugas/produksi sedang dan perhatian terhadap karyawan juga


sedang (titik 5.5.). Manajemen jalan tengah sering juga disebut gaya middle of the
road management, yaitu gaya yang memperhatikan tugas/produksi dan karyawan
secara seimbang.

4.

Perhatian terhadap tugas/produksi tinggi tetapi perhatian terhadap karyawan


rendah (titik 9.1). Sering juga disebut manajemen tugas atau otoritas, karena
perhatiannya hanya tertuju pada efisiensi dan produksi tidak memikirkan karyawan.

5.

Perhatian terhadap tugas/produksi tinggi dan perhatian terhadap karyawan juga


tinggi (titik 9.9). Sering juga disebut manajemen tim atau demokratik. Manajemen
ini memberikan perhatina penuh/tinggi baik kepada tugas/produksi maupun kepada
semangat kerja dan kepuasan karyawan, melalui pendekatan partisipatif atau tim
dalam pelaksanaan pekerjaan.

Menurut Blake dan Mouton dari 5(lima) gaya kepemimpinan dasar tersebut, maka
gaya kepemimpinan manajemen tim atau demokratik-lah yang merupakan tipe
kepemimpinan yang paling efektif. Menurut mereka, pendekatan ini, hampir pada
semua situasi, menghasilkan peningkatan prestasi, tingkat absensi dan perputaran
karyawan yang rendah.

3.

PENDEKATAN/TEORI SITUASIONAL - KONTINGENSI

Pendekatan situasional muncul karena adanya pemahaman dan kesadaran bahwa


tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat untuk semua situasi/kondisi.
Pendekatan situasional contingency menggambarkan bahwa gaya kepemimpinan
yang tepat adalah sangat tergantung pada beberapa faktor situasional yang ada.
Ada beberapa teori situasional yang terkenal, adalah :
a.

Rangkaian kesatuan kepemimpinan dari


TANNEMBAUM dan SCHMIDT
Menurut Tannembaum dan Schmidt, ada 3 faktor/kekuatan yang harus
dipertimbangkan manajer sebelum melakukan pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu

1.

Kekuatan-kekuatan dalam diri manajer, meliputi :

Sistem nilai

Kepercayaan terhadap bawahan

Kecenderungan kepemimpinannya sendiri

Perasaan aman dan tidak aman

2.

3.

Kekuatan-kekuatan dalam diri bawahan, meliputi :

Kebutuhan akan kebebasan

Kebutuhan akan peningkatan tanggung jawab

Ketertarikan dan kemampuan dalam penanganan masalah

Harapan keterlibatan dan pembuatan keputusan

Kekuatan-kekuatan dari situasi, meliputi :

Tipe organisasi

Efektifitas pok

Desakan waktu

Sifat masalah

Pendekatan yang paling efektif menurut Tannembaum dan Schmidt adalah sedapat
mungkin fleksibel serta memilih gaya kepemimpinan yang dibutuhkan/sesuai
dengan waktu dan tempat tertentu.

b.

Teori contingency dari FRED FIEDLER


Pada dasarnya, teori ini menyatakan bahwa efektivitas suatu pok atau organisasi
tergantung pada interaksi antara kepribadian pemimpin dan situasi.
Menurut Fiedler ada 3(tiga) unsur dalam situasi kerja untuk menentukan gaya
kepemimpinan, yaitu :
1.

Hubungan pimpinan dengan anggota

2.

Struktur tugas

3.

Posisi kekuasaan pemimpin (formal)

Untuk menjadi pemimpin yang paling efektif, manajer harus menyesuaikan gayagaya kepemimpinannya dengan situasi yang ada.
Menurut Fiedler, situasi terbagi 2(dua), yaitu :
Situasi yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Pada kedua situasi
tersebut, yaitu menguntungkan dan tidak menguntungkan pada titik ekstrim maka
penggunaan gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas akan efektif, namun bila
situasi menguntungkan tersebut hanya pada titik moderat, maka gaya
kepemimpinan hubungan karyawan akan sangat efektif. Dalam gambar dibawah
terlihat bahwa situasi No. 1, 2, 7 dan 8, gaya kepemimpinan otokratik mungkin
paling efektif sedangkan pada situasi 3, 4, 5 dan 6 gaya kepemimpinan dengan
orientasi karyawan yang paling efektif. Apabila pemimpin mempunyai keterbatasan
kemampuan untuk merubah gaya kepemimpinannya maka situasinya harus diubah
atau pemimpin harus dipilih yang gayanya cocok dengan situasi yang ada.

c.

Teori Siklus kehidupan (HERSY dan BLANCHARD)


Teori ini berpendapat bahwa gaya kepemimpinan
tergantung/berdasarkan tingkat kematangan bawahan.

yang

efektif

bervariasi

Kematangan bawahan adalah kesediaan bawahan dalam menerima tanggung


jawab, kemampuan dan pengalaman dalam penyelesaian tugasnya serta motivasi
kuat akan prestasi. Hersy dan Blanchard mengemukakan bahwa hubungan antara
manajer dengan bawahan berjalan melalui 4(empat) tahap menurut perkembangan
dan kematangan bawahan sebagai berikut :
1.

Gaya penjelasan (Telling Style)

Pada saat bawahan pertama kali masuk dalam organisasi, maka harus lebih banyak
diberi perintah dan penjelasan serta dibiasakan dengan aturan-aturan dan prosedur
organisasi. Pada situasi ini orientasi tugas yang tinggi dan orientasi hubungan yang
rendah adalah yang paling tepat (tugas tinggi dan hubungan rendah).

2.

Gaya menjual (Selling Style)

Pada tahap kedua, bawahan sudah mempelajari tugas-tugasnya. Pada tahap ini
orientasi tugas yang tinggi masih diperlukan, karena bawahan belum siap
menerima tanggung jawab yang penuh, namun kepercayaan dan dukungan
pimpinan terhadap bawahan dapat meningkat, dengan demikian pemimpin dapat
mulai menggunakan perilaku yang berorientasi hubungan yang tinggi (tugas tinggi
dan hubungan tinggi).

3.

Gaya partisipasi (Participating Style)

Pada tahap ketiga, kemampuan dan motivasi akan prestasi dari bawahan
meningkat. Bawahan secara aktif mulai mencari tanggung jawab yang lebih besar.
Pada tahap ini perilaku pemimpin berubah menjadi orientasi tugas rendah dan
orientasi tugas rendah dan orientasi hubungan tinggi (tugas rendah dan hubungan
tinggi).

4.

Gaya pendelegasian (Delegating Style)


Pada tahap keempat, bawahan secara berangsur-angsur menjadi lebih percaya diri,
sudah dapat mengarahkan diri sendiri, cukup pengalaman dan tanggung jawabnya
sudah dapat diandalkan. Pada tahap ini perilaku pimpinan dapat di ubah menjadi
gaya pendelegasian yaitu orientasi tugas rendah dan orientasi hubungan juga
rendah (tugas rendah, hubungan rendah).

III.

TIPOLOGI (TIPE TIPE) KEPEMIMPINAN

Meskipun belum terdapat kesepakatan bulat tentang tipologi kepemimpinan,


namun ada 5(lima) tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya, yaitu :
a. Tipe kepemimpinan Otokratik
b. Tipe kepemimpinan Paternalistik
c. Tipe kepemimpinan Kharismatik
d. Tipe kepemimpinan Laissez Faire
e. Tipe kepemimpinan Demokratik
Masing-masing tipe tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu
sama lain.
Secara rinci karakteristik dari masing-masing tipe tersebut adalah sebagai
berikut :

A. TIPE KEPEMIMPINAN OTOKRATIK


1.

Karakteristik

Memiliki rasa egoisme yang besar, sehingga :


1.

Menganggap disiplin kerja yang tinggi dari karyawan merupakan perwujudan


kesetiaan karyawan terhadap dirinya, pada hal disiplin kerja itu timbul karena
ketakutan bukan karena kesetiaan.

2.

Menganggap tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadinya, karena itu


organisasi diperlakukan sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi.

3.

Menganggap dirinya adalah sentral dari kehidupan organisasi karena itu tidak
perlu membagi kekuasaan/delegasi wewenang.

b.

Menganut nilai organisasional yang membenarkan segala cara untuk pencapaian


tujuan dimana semua tindakan yang mempermudah pencapaian tujuan dianggap
benar dan yang menjadi penghalang akan disingkirkan.

c.

Kurang menghargai harkat dan martabat karyawan. Cenderung memperlakukan


karyawan sama dengan alat-alat lain dalam organisasi seperti mesin.

d.

Mengutamakan orientasi pada pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa


memperhatikan kebutuhan karyawan.

e.

f.

2.

Tidak melibatkan karyawan sama sekali dalam proses pengambilan keputusan.

Tidak mau menerima saran dan pendapat bawahan apalagi kritik.

Gaya kepemimpinan
Kepemimpinan otokratik memiliki gaya kepemimpinan sebagai berikut :

d.

3.

a.

Menuntut ketaatan penuh dari bawahan

b.

Dalam menegakkan disiplin bersifat kaku

c.

Bernada keras dalam memberikan perintah

Menggunakan pendekatan pumitaf


penyimpangan oleh bawahan.

(ancaman dan hukuman) dalam hal adanya

Kesimpulan
a.

Pemimpin yang otokratis memiliki serangkaian karakteristik yang negatif.

b.

Tipe kepemimpinan otokratis adalah bukan tipe kepemimpinan yang ideal


terutama bila dikaitkan dengan kehidupan organisasi yang munjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia.

c.

Tipe kepemimpinan otokratik hanya hanya dianggap baik apabila efektivitas


kepemimpinan hanya dilihat dari pencapaian tujuan dan sasaran saja.

B.

TIPE KEPEMIMPINAN PATERNALISTIK

Tipe pemimpin yang paternalistik banyak terdapat dilingkungan masyarakat yang


bersifat tradisional terutama masyarakat agaris.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan popularitas pemimpin yang paternalistik di
lingkungan tersebut, yaitu :
ikatan primordial

ed Family System

an masyarakat yang komunalistik


adat istiadat yang masih kuat dalam masyarakat

da hubungan pribadi yang kuat antar anggota masyarakat

rmat yang tinggi kepada orang tua atau yang dituakan

a.

Menganggap dirinya sebagai bapak yang bersifat melindungi dan memperhatikan


kepentingan karyawan.

b.

Menganggap legitimasi kepemimpinannya adalah wajar, karena itu dalam


memberikan perintah dan pengambilan keputusan tidak harus melibatkan
karyawan.

c.

Mengutamakan kebersamaan dan memperlakukan semua orang dan semua


kelompok seadil dan serata mungkin.

d.

Memberikan bimbingan dan perlindungan terus menerus kepada bawahan karena


menganggap bawahan belum dewasa.

e.

Dalam menjalankan organisasi bersifat sentralistik. Bawahan tidak dimanfaatkan


sebagai sumber informasi, ide dan saran. Keputusan diambil sendiri.

inan

Bercorak melindungi para bawahan sebagai bapak.

Banyak memberikan bimbingan dan tuntunan kepada bawahan seperti guru.

Dalam pengambilan keputusan bersifat sentralistik.

a.

Pimpinan paternalistik tumbuh dan berkembang di lingkungan tradisional yang


masih kuat ikatan primordialnya.

b.

Karyawan/bawahan kurang dapat mengembangkan bakat, potensi dan bawahan


tidak didukung untuk berpikir kreatif dan inovatif.

C.

TIPE KEPEMIMPINAN KHARISMATIK

arakteristik
Karakteristik yang khas dari kepemimpinan kharismatik hanya 1(satu) yaitu daya
tarik yang memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang banyak.
Pemimpin kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak orang
meskipun para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret
mengapa orang tersebut dikagumi.

aya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan kharismatik berbeda-beda tergantung dari pribadi pimpinan
tersebut. Ada yang menggunakan gaya otokratik, paternalistik, laisser faire maupun
demokratik.

esimpulan
a.

Kepemimpinan kharismatik hanya bertumpu pada daya tarik atau daya pikat dari
pimpinan tersebut.

b.

Jumlah pimpinan kharismatik sangat sedikit.

D. TIPE KEPEMIMPINAN LAISSEZ FAIRE


Karakteristik

a.

Menganggap organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena karyawan


sudah tau tujuan dan sasaran yang akan dicapai serta sudah tau tugas masingmasing.

b.

Cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan


sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan.

c.

Memberikan kepercayaan yang sangat besar kepada bawaha karena menganggap


bawahan sudah dewasa, dapat bertanggung jawah dan taat pada norma-norma
yang ada.

d.

Memberikan kebebasan kepada karyawan/bawahan untuk bertindak sesuai


keyakinan hati nurani asal saja kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan
organisasi dapat tercapai.

e.
f.

Prakarsa dalam menyusun struktur tugas bawahan sangat minim.


Memperlakukan bawahan sebagai rekan sekerja.

Gaya kepemimpinan
a.

Banyak memberikan delegasi wewenang.


b.
c.

Pengambilan keputusan lebih banyak diserahkan pada pimpinan yang lebih


rendah, kecuali hal-hal tertentu yang perlu keterlibatannya secara langsung.
Mempertahankan status quo.

d.

Memberikan kebebasan kepada bawahan untuk menumbuh kembangkan daya


pikir yang kreatif dan inovatif.

e.

Intervensi pimpinan dalam roda kehidupan organisasi sangat kecil, sepanjang


perilaku dan prestasi kerja karyawan memadai.

Kesimpulan
a.

Tipe kepemimpinan laissez faire lebih banyak berfungsi sebagai polisi lalu lintas
dan peranannya dalam menjalankan organisasi sangat pasif.

b.

Kepemimpinan tipe ini lebih banyak mempertahankan status quo dibanding


peningkatan prestasi organisasi secara dinamis,

E.

TIPE KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK

Karakteristik
a.

b.
c.

Menganggap bahwa fungsi pemimpin adalah sebagai koordinator dan integrator


dari beberapa unsur dan komponen organisasi, sehingga bergerak sebagai suatu
totalitas.
Pendekatannya selalu bersifat holistik dan integralistik.
Memperlakukan manusia secara manusiawi, mengakui dan menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia.

d.

Memperlakukan organisasi sebagai wahana untuk mencapai tujuan bersama.

e.

Melibatkan anggotan/bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

f.

Dalam menindak bawahan, pendekatannya bersifat korektif dan edukatif, bukan


pumitif (hukuman) kecuali terpaksa.

g.

Mendorong bawahan menumbuhkembangkan daya inovasi dan kreativitasnya.

h.

Mau menerima pendapat, saran dan kritik dari bawahan.

i.

Senang memberikan penghargaan kepada bawahan yang berprestasi tinggi, baik


berupa pujian, piagam sampai pada promosi.

Gaya kepemimpinan
a.

Memanfaatkan sumber daya dan dana yang tersedia untuk kepentingan manusia
dalam organisasi agar tujuan dan sasaran organisasi tercapai.

b.

Mendistribusikan delegasi wewenang yang praktis dan realistic tanpa kehilangan


kendali organisasi.

c.

Melibatkan peran serta bawahan secara aktif dalam proses pengambilan


keputusan.

d.

Memperlakukan bawahan secara manusiawi serta memahami kebutuhan bawahan


yang bersifat kompleks.

Kesimpulan
a.

Sesuai dengan karakteristik dan gaya kepemimpinannya, tipe pemimpin yang


paling ideal adalah kepemimpinan demokratik.
Meskipun kepemimpinan demokratik tidak selalu merupakan kepemimpinan yang
paling efektif dalam kehidupan organisasional, namun kepemimpinan demokratik

tetap dipandang sebagai pemimpin yang terbaik karena kelebihan-kelebihannya


mengalahkan kekurangan-kekurangannya.
b.

Pemimpin yang demokratik memperoleh pengakuan


yang tulus dari bawahan
atas kepemimpinannya sehingga pemimpin yang demokratik menjadi pemimpin
yang disegani dan dihormati, bukan pemimpin yang ditakuti.

Pada dasarnya manusia diciptakan mempunyai sifat pemimpin. Khususnya pemimpin bagi
dirinya sendiri. Jika seorang mampu memimpin dirinya sendiri maka besar kemungkinan dapat
juga menjadi pemimpin bagi orang lain atau organisasi.
Suatu organisasi akan berhasil atau gagal itu pada dasarnya ditentukan oleh seorang pemimpin.
Suatu ungkapan mulia yang mengatakan pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan ungkapan
yang mendudukan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang terpenting.
Kepemimpinan merupakan suatu seni, kesanggupan, atau teknik untuk membuat sekelompok
orang bawahan dalam organisasi formal atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi
informal mengikuti atau menaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka begitu
antusias atau bersemangat untuk mengikutinya, bahkan berkorban untuknya.
Oleh karena itu disini pemakalah akan memaparkan beberapa pendekatan kepemimpinan yang
sekiranya sangat penting dibahas, karena dengan mengetahui pendekatan dalam kepemimpinan,
maka seorang akan dapat mempelajari bagaimana menjadi pemimpin yang baik.
Perilaku pemimpin secara eliditas harus dapat mendorong kinerja staf dan para bawahannya
dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap semua pihak,
baik sebagai individu maupun kelompok. Perilaku instrumental merupakan tugas-tugas yang
diorientasikan dan secara langsung diklarifikasi dalam peranan dan tugas-tugas para staf.
Dengan demikian, keberadaan seorang pemimpin dalam setiap lembaga termasuk di dalamnya
lembaga pendidikan dalam tugas dan fungsinya dituntut untuk memiliki kebijaksanaan dan
wawasan yang luas, terampil dalam berbagai disiplin ilmu. Pola kepemimpinan pun juga akan
berpengaruh dan bahkan menentukan terhadap kemajuan sebuah lembaga. Menerut carrol dan
Tosi ada tiga pendekatan atau teori kepemimpinan yaitu pendekatan sifat, pendekatan
perilaku,dan pendekatan situasional.
A. Pendekatan Sifat
Pada mulanya timbul suatu pemikiran bahwa pemimpin itu dilahirkan, pemimpin bukan di buat.
Pemikiran ini disebut pemikiran hereditary atau turun menurun . Pendekatan sifat pada
kepemimpinan artinya rupa dari keadaan pada suatu benda, tanda lahiriyah, ciri khas yang ada
pada sesuatu untuk membedakan dari yang lain. Allah berfirman dalam QS AL-Nahl 67:78
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak menngetahui apapun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.

Selanjutnya, Rasulullah bersabda bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah,
potensi), kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majuzi.(HR.
Muslim).
Berdasarkan dalil diatas Islam memandang bahwa sifat kepemimpinan tidak dibawa sejak lahir,
tetapi seorang pemimpin mempunyai potensi untuk menjadi seorang pemimpin.teori awal
tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali mulai dari zaman Yunani Kuno dan zaman Roma.
Ketika itu semua orang yakin bahwa pemimpin itu dilahirkan , bukan dibuat. Teori Great Man
mengatakan bahwa seseorang dilahirkan sebagai pemimpin, ia akan menjadi pemimpin, apakah
ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin .
Teori the great men dapat memberi arti lebih realistik terhadap pendekatan sifat dari pemimpin.
Sifat sifat kepemimpinan itu tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi dapat juga diperoleh melalui
pendidikan dan pengalaman seseorang. Dengan demikian, maka perhatian terhadap
kepemimpinan dilahirkan kepada sifat-sifat umum yang dimiliki oleh pemimpin, tidak lagi
menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat.
Para peneliti melakukan penelitian di tahun 1930-1950, hasil penelitian diperoleh bahwa
kecerdasan selalu muncul dengan presentase yang tinggi, inisiatif rasa humor, antusiasme,
kejujuran simpati, dan percaya pada diri sendiri.
Menyadari bahwa tidak ada korelasi sebab akibat dari sifat-sifat yang diamati dalam penelitian
dengan keberhasilan seorang manajer, maka di simpulkan empat sifat umum yang mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi yaitu :
1. Kecerdasan
Pada umumnya pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan
yang dipimpin atau bawahannya.
2. Kedewasaan
Pemimpin cenderung menjadi sempurna dan mempunyai emosi yang stabil serta perhatian yang
luas terhadap aktivitas sosial.
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Pemimpin cenderung mempunyai motivasi yang kuat untuk berprestasi.
4. Sikap hubungan kemanusiaan
Pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan yang dipimpin atau
bawahannya.
Dalam menentukan pendekatan sifat ini ada dua jenis pendekatan yaitu
1. Membandingkan sifat orang yang tampil sebagai pemimpin dengan orang yang tidak menjadi
pemimpin.
Pemimpin lebih percaya diri dan terbuka, mau menerima saran dari orang lain. Tetapi kadang
banyak juga pemimpin yang tidak mempunyai sifat seperti itu, dan kadang ada juga orang yang
tidak mempunyai sifat tersebut tetapi menjadi seorang pemimpin.

2. Membandingkan sifat pemimpin efektif dengan pemimpin yang tidak efektif.


Inteligensi, inisiatif, dan kepercayaan diri berkaitan dengan tingkat manajerial dan prestasi kerja
yang tinggi. Kepemimpinan yang efektif tidak tergantung pada sifat-sifat tertentu, melainkan
lebih pada beberapa sifat-sifat pemimpin itu dengan kebutuhan dan situasi.
B. Pendekatan Tingkah Laku
Pendekatan perilaku adalah keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin itu dilakukan oleh
gaya bersikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan . Gaya bersikap dan bertindak akan
tampak dari cara memberi perintah, memberi tugas, cara berkomunikasi, cara membuat
keputusan,cara mendorong semangat kerja bawahan, cara menegakkan disiplin,carapengawasan
dan lain-lain. Bila dalam melakukan tindakan dengan cara lugas, keras, sepihak yang penting
tugas selesai dengan baik, dan yang bersalah langsung dihukum, gaya kepemimpinan itu
cenderung bergaya otoriter. Sebaliknya jika dalam melakukan kegiatan tersebut pemimpin
dengan cara halus, simpatik, interaksi timbal balik, menghargai pendapat dan lain-lalin. Maka
gaya kepemimpinan ini bergaya kepemimpinan demokratis.
Pandangan klasik menganggap sikap pegawai itu pasif dalam arti enggan bekerja, malas, takut
memikul tanggung jawab, bekerja berdasarkan perintah. Sebaliknya pandangan modern pegawai
itu manusia yang memiliki perasaan, emosi, kehendak aktif dan tanggung jawab. Pandangan
klasik menimbulkan gaya kepemimpinan otoriter sedangkan pandangan modern menimbulkan
gaya kepemimpinan demokratis.
Dari dua pandangan di atas menimbulkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Dalam pendekatan
perilaku kepemimpinan ada beberapa teori yang dapat dipakai sebagai acuan atau rumusan untuk
mengukur kepemimpinan yang efektif yaitu :
1. Teori X dan Teori Y dari Douglas McGregor
a. Anggapan anggapan teori X
1. Rata rata manusia malas bekerja dan menghindari pekerjaan
2. Perlu paksaan dalam menjalankan tugas untuk mencapai tujuan.
3. Manusia lebih ingin diarahkan, menghindari tanggung jawab ambisi yang kecil, dan
jaminan hidup atas segalanya.
b. Anggapan anggapan teori Y
1. Penggunaan usaha fisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia seperti beriman
dan istirahat.
2. Potensi intelektual hanya digunakan sebagian saja.
3. Kapasitas besar untuk berimajinasi,kreatifitas kecerdasan dalam menyelesaikan masalah.

4. Rata- rata manusia dalam keadaan yang layak, belajar tidak hanya untuk menerima, tetapi
mencari tanggung jawab.
2. Teori Robert
Teori ini menguraikan mengenai berbagai faktor yang memengaruhi pilihan manajer akan gaya
kepemimpinanya bahwa seorang manajer kekuasaan.
C. Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi disebut juga pendekatan situasional, sebagai teknik manajemen yang
paling baik dalam memberikan kontribusi untuk pencapaian sasaran organisasi dan mungkin
bervariasi dalam situasi atauu lingkungan yang berbeda. Ada tiga pandangan tentang
kepemimpinan situasional, yaitu:
1. Teori yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard
2. Teori yang dikembangkan oleh Fiedler
3. Teori yang dikembangkan oleh Martin G.Evans dan RJ House
Teori kepemimpinan situasional, yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard menguraikan
bagaimana pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sebagai respons pada
keinginan untuk berhasil dalam pekerjaanya, pengalaman, kemampuan dan kemauan dari
bawahan mereka yang terus berubah.
Selanjutnya dikatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif bervariasi dengan
kesiapan karyawan. Kesiapan adalah keinginan untuk berprestasi, kemauan untuk menerima
tanggung jawab dan kemampuan yang berhubungan dengan tugas, ketrampilan dan pengalaman.
Sasaran dan pengetahuan dari pengikut merupakan variabel penting dalam menentukan gaya
yang efektif.
Faktor faktor dalam situasi yang mempengaruhi gaya kepemimpinan difokuskan pada :
1. Tuntutan tugas
2. Harapan dan tingkah laku rekan setingkat
3. Karakteristik, harapan dan tingkah laku karyawan
4. Budaya organisasi dan kebijakan
Konsep kepemimpinan menurut Thierauf ada tiga kekuatan utama yang meliputi
1. Pimpinan
2. Bawahan
3. Situasi
Daya setiap kekuatan itu akan berubah dari situasi kepada situasi lainya, akan tetapi manajer
yang peka terhadap kekuatan-kekuatan itu akan lebih baik pada saat ia menilai masalah yang
dihadapinya dan menentukan jenis perilaku kepemimpinan apakah yang paling cocok.

Sedangkan Fiedler, mengemukakan bahwa cukup sulit bagi seorang manajer untuk mengubah
gaya manajemenya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan budaya organisasinya,
seorang manajer cenderung tidak fleksibel dan mengubah gaya manajerial tidak efisiensi dan
tidak ada gunanya. Karena tidak ada satupun gaya yang paling cocok untuk segala situasi, maka
akan lebih baik kalau memilihkan posisi yang cocok untuk seorang manajer yang mempunyai
sifat tertentu. Sebagai contoh seorang manajer yang demokratis diberikan posisi pada organisasi
yang memerlukan manajer yang cenderung demokratis.
Kemungkinan yang lain menurut Fiedler mengubah lingkungan organisasi tersebut agar cocok
dengan manajer. Fiedler mengukur gaya kepemimpinan dengan skala yang menunjukan tingkat
seseorang menguraikan secara menguntungkan atau merugikan rekan sekerjanya yang paling
tidak disukai.
Fiedler mengidentifikasi tiga macam variabel yang membentuk gaya kepemimpinan yang efektif,
yaitu :
1. Hubungan pemimpin dengan anggotanya
Yakni bila hubungan antara pemimpin dan anggota baik, anggota telah menganggap pemimpinya
mampu, berkepribadian dan berkarakter, maka pemimpin tidak perlu mengandalkan pangkat.
Sebaliknya jika anggota tidak mempercayai dan tidak menyukai serta menilai manajer tidak
mampu, maka manajer akan menggunakan powernya.
2. Struktur tugas
Tugas yang terstruktur adalah tugas yang prosedurnya jelas dengan petunjuk-petunjuk
pelaksanaan.
3. Posisi kekuatan pemimpin
Yakni pemimpin perusahaan membawa kekuasaan dan wewenang yang sangat kuat.
Pendekatan jalur sasaran pada kepemimpinan didasarkan pada motivasi harapan. Martin G.Evan
dan Robert J. House menyatakan bahwa motivasiseseorang tergantung pada imbalan dan valensi
atau daya tarik imbalan itu. Evan mengatakan bahwa gaya kepemimpinan manajer
mempengaruhi imbalan yang tersedia bagi karyawan, juga persepsi karyawan mengenai jalur
untuk mempengaruhinya.
Seorang manajer yang berorientasi pada karyawan dia akan menawarkan tidak hanya gaji yang
tinggi dan promosi, tetapi juga dukungan, dorongan rasa aman dan rasa hormat. Evan
mengatakan bahwa gaya kepemimpinan yang efektif dalam memotivasi karyawan ialah
tergantung pada tipe imbalan yang paling mereka inginkan dan memberi motivasi juga dapat
diartikan sebagai suatu tindakan untuk memberikan fasilitas dan kondisi yang memungkinkan
bagi pekerja untuk melaksanakan tugasnya dengan menyenangkan dan bermaksud baik.
Berikut ulasan mengenai Pendekatan Pendekatan Dalam Kepemimpinan.
Silahkan disimak!
Menurut Yulk dalam Samba Salim (2009) terdapat empat macam pendekatan yang

dapat digunakan untuk mempelajari kepemimpinan yaitu:


1) Pendekatan Ciri (Trait Approach)
Pendekatan ini menekankan pada atribut-atribut pribadi dari para pemimpin. Dasar
dari pendekatan ini adalah asumsi adalah bahwa beberapa orang merupakan
pemimpin alamiah yang dianugerahi dengan beberapa ciri yang tidak dipunyai
orang lain. Dengan demikian, penelitian yang menggunakan pendekatan ini
difokuskan untuk menemukan beberapa ciri atau sifat dari pemimpin yang dianggap
sukses serta mencari keterkaitan antara sifat atau ciri tersebut dan keefektifan
kelompok atau organisasi.
2) Pendekatan Perilaku (Behavior Approach)
Pendekatan perilaku berlandaskan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan
pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak dari pemimpin yang
bersangkutan. Penelitian mengenai perilaku dibagi ke dalam dua kategori umum.
Kategori pertama adalah penelitian mengenai sifat dari pekerjaan manajerial yang
menguji bagaimana para manajer memanfaatkan waktu mereka, dan mencoba
untuk menjelaskan isi dari kegiatan-kegiatan manajerial dengan menggunakan
kategori isi yang disebut sebagai peran, fungsi, serta tanggung jawab manajerial.
Penelitian kategori yang kedua adalah membandingkan perilaku dari para pemimpin
yang efektif dan tidak efektif. Para peneliti mencoba untuk mempelajari cara para
pemimpin mendelegasikan tugas, berkomunikasi, memotivasi bawahan dan
sebagainya. Penelitian mengenai perilaku memperlihatkan bahwa perilaku
kepemimpinan yang sesuai untuk situasi tertentu, belum tentu sesuai untuk situasi
yang lain.
3) Pendekatan KekuasaanPengaruh (Power Influence Approach)
Pendekatan ini menganggap bahwa kekuasaan sangat penting bukan hanya untuk
mempengaruhi bawahan, tetap juga untuk mempengaruhi rekan sekerja, atasan
dan orang-orang di luar organisasi. Banyak penelitian menggunakan pendekatan
kuasa-pengaruh yang mencoba menjelaskan efektivitas kepemimpinan dalam
konteks dan jumlah kekuasaan yang dimiliki pemimpin, jenis kekuasaan dan
bagaimana kekuasaan itu digunakan.
4) Pendekatan Situasional
Pendekatan situasional menekankan pada pentingnya faktor-faktor kontekstual
seperti sifat pekerjaan yang dilaksanakan oleh unit pemimpin, sifat lingkungan
eksternal dan karakteristik para pengikut. Penelitian dengan pendekatan situasional
dibagi dalam dua kategori. Kategori yang pertama adalah memperlakukan perilaku
manajerial sebagai sebuah variabel independen dan para peneliti mencoba
menemukan bagaimana perilaku tersebut dipengaruhi oleh aspek-aspek situasional
seperti jenis organisasi atau posisi manajerial. Kategori yang kedua adalah
mengidentifikasi aspek-aspek yang melunakkan hubungan dari perilaku atau ciri
pemimpin terhadap efektivitas kepemimpinan. Asumsinya adalah bahwa pola

perilaku yang berbeda atau pola ciri akan menjadi efektif di dalam situasi yang
berbeda-beda dan bahwa pola perilaku atau pola ciri tidaklah optimal dalam semua
situasi.

PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM KEPEMIMPINAN


Menurut stoner kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan
mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Ada tiga implikasi
penting, pertama, kepemimpinan melibatkan orang lain ( bawahan atau pengikut ),
kualitas seorang pemimpin ditentukan oleh bawahan dalam menerima pengarahan
dari pemimpin. Kedua, kepemimpinan merupakan pembagian yang tidak seimbang
diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang
untuk mengarahkan beberapa dari kegiatan anggota kelompok dan sebaliknya
anggota kelompok atau bawahan secara tidak langsung mengarahkan kegiatan
pimpinan. Ketiga kepemimpinan disamping dapat mempengaruhi bawahan juga
mempunyai pengaruh. Dengan kata lain seorang pimpinan tidak dapat mengatakan
kepada bawahan apa yang harus dikerjakan tapi juga mempengaruhi bagaimana
bawahan melaksanakan perintah pemimpin.
A. Pendekatan Sifat (trait approach)
Keberhasilan atau kegagalan seseorang

pemimpin

banyak

ditentukan

atau

dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi seorang pemimpin. Sifat-sifat
itu ada pada seseorang karena pembawaan dan keturunan. Jadi, seseorang menjadi
pemimpin karena sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau
B.

dilatih.
Pendekatan Kekuasaan (power aprroach)
Dalam pengertiannya, kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi
antara dua atau lebih individu (a quality inherent in an interaction between two or
more individuals). Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi
tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah
pertukaran kekuasaan.
Orang-orang yang berada pada puncak pimpinan suatu organisasi seperti manajer,
direktur, kepala dan sebagainya, memiliki kekuasaan power) dalam konteks
mempengaruhi perilaku orang-orang yang secara struktural organisator berada di
bawahnya. Sebagian pimpinan menggunakan kekuasaan dengan efektif, sehingga
mampu menumbuhkan motivasi bawahan untuk bekerja dan melaksanakan tugas
dengan lebih baik.

C.

Pendekatan Perilaku (behaviour approach)


Pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa
keberhasilan

atau

kegagalan

pemimpin

ditentukan

oleh

sikap

dan

gaya

kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin. Sikap dan gaya kepemimpinan itu
tampak dalam kegiatan sehari-hari, dalam hal bagaimana cara pemimpin itu
memberi perintah, membagi tugas dan wewenangnya, cara berkomunikasi, cara
mendorong semangat kerja bawahan, cara memberi bimbingan dan pengawasan,
cara membina disiplin kerja bawahan, cara menyelenggarakan dan memimpin rapat
anggota, cara mengambil keputusan dan sebagainya.
D. Pendekatan Situasi (situational approach)
Pendekatan situasional biasa disebut dengan pendekatan kontingensi. Pendekatan
ini didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi atau
lembaga tidak hanya bergantung atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat
pemimpin saja. Tiap organisasi atau lembaga memiliki ciri-ciri khusus dan unik.
Bahkan organisasi atau lembaga yang sejenispun akan menghadapi masalah yang
berbeda karena lingkungan yang berbeda, semangat, watak dan situasi yang
berbeda-beda ini harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda pula.

Berikut ulasan mengenai Kepemimpinan Pendidikan Persekolahan Yang


Efektif. Silahkan disimak!
Sejalan dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap akuntabilitas
sekolah, maka meningkat pula tuntutan terhadap para kepala sekolah. Mereka
diharapkan mampu melaksanakan fungsinya baik sebagai manajer dan leader.
Untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dan tenaga kependidikan yang
lain, pemerintah Indonesia telah menunjukkan good will, dengan memperhatikan
kesejahteraan melalui beberapa langkah antara lain: pemberian gaji, kewenangan,
dan otonomi yang cukup untuk memperkuat peran manajerial mereka di sekolah.
Dengan diterbitkannya instrumen kebijakan baru, maka para kepala sekolah akan
segera mendapat kompensasi meningkat, dukungan profesional, dan otonomi.

Melihat dinamika kepemimpinan dalam dunia dewasa ini telah banyak mencerminkan dan
membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat sulilt untuk mencari kader-kader
pemimpin pada berbagai tingkatan. Orang pada zaman sekarang cenderung mementingkan diri
sendiri dan tidak atau kurang perduli pada kepentingan public(masyarakat, bangsa dan negara.

Krisis kepemimpinan ini disebabkan karena makin langkanya kepedulian pada kepentingan
orang banyak,. Sekurang-kurangnya terlihat ada tiga masalah mendasar yang menandai
kekurangan ini. Pertama adanya krisis komitmen. Kebanyakan orang tidak merasa mempunyai
tugas dan tanggung jawab untuk memikirkan dan mencari pemecahan masalah bersama, masalah
harmoni dalam kehidupan dan masalah kemajuan dalam kebersamaan. Kedua, adanya krisis
kredibilitas. Sangat sulit mencari pemimpin atau kader Pemimpin yang mampu menegakkan
kredibilitas tanggung jawab. Kredibilitas itu dapat diukur misalnya dengan kemampuan
untukmenegakkan ketika memikul amanah, setia pada kesepakatan dan janji, bersikap teguh
dalam pendirian, jujur dalam memikul tugas dan tanggung jawab yang dibebankan padanya, kuat
iman dalam menolak godaan dan peluang untuk menyimpang. Ketiga, masalah kebangsaan dan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Saat ini tantangannya semakin kompleks dan rumit.
Kepemimpinan sekarang tidak cukup lagi hanya mengandalkan pada bakat atau keturunan (John
Adair, 2005 : 5).
Berbagai hal dapat dilihat dari pemimpin yang mengakibatkan ketidakstabilan yang terjadi
secara radikal, yang mengurangi kepercayaan masyarakat, misalnya korupsi, dan tindakan
amoral lainnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikutip oleh (Sugiono, 2005 : 12), yang
mengatakan bahwa seorang pemimpin yang mempunyai keegoisme yang tinggi, sehingga
menyebabkan ketidakharmonisan yang terjadi antara masyarakat dan pemimpin itu sendiri.
Dengan menaggapi masalah-masalah yang terjadi diatas maka sangat dibutuhkan figure seorang
pemimpin yang mampu untuk menjadi sumber pengharapan dalam melakukan pembaharuan
kepemimpinan yang efektif.
A. PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN
a. Pemimpin
1. Defenisi Pemimpin
Pemimpin dapat didefinisikan sebagai individu dalam suatu kelompok atau organisasi yang
bertujuan membimbing dan mengkoordinir aktivitas kelompok atau organisasi tersebut.
2. Teori-Teori Tentang Timbulnya Pemimpin
Yang dimaksud dengan teori munculnya pemimpin ialah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi seseorang sehingga menjadikan dia bisa menjadi seseorang pemimpin. Factorfaktor dimaksud bila dikaitkan dengan teori yang ada maka terdapat empat teori, sebagai berikut:
1. Teori Genetik
Menurut teori genetic orang bisa jadi pemimpin karena ia memang sejak lahir telah mempunyai
bakat untuk memimpin (factor internal).leadership are born and not madartinya pemimpin itu
dilahirkan bukan dibentuk
1. Teori Sosial

Menurut teori ini bisa tidaknya orangjadi pemimpin tergantung pada factor-faktor persiapan,
pendidikan , latihan dan pengalaman seseorang (factor eksternal). Jadi prinsipnya leaders are
made and not born (Pemimpin itu dibentuk bukan dilahirkan )
1. Teori Ekologik
Teori ini merupakan paduan atau konvergensi antara teori genetik dan sosial.
Menurut teori ini orang bisa dan mampu jadi pemimpin yang baik, bila ia mempunyai bakat
sebagai pemimpin, kemudian bakat tersebut mendapat tempat penyaluran yang memadai atau
dengan kata lain bakat yang dimiliki itu disalurkan dan dikembangkan lewat pendidikan, latihan
dan pengalaman akan memunculkan orang menjadi pemimpin yang baik.
1. Teori Kontingensi atau tiga dimensi
Menurut teori tiga dimensi terdapat tiga factor yang ikut berperan dalam menentukan bisa
tidaknya seseorang jadi pemimpin. Ketiga faktor itu adalah :
1. Bakat kepemimpinan yang dimiliki
2. Pengalaman, pendidikan dan latihan kepemimpinan yang diperolehnya.
3. Kegiatan seseorang untuk mengembangkan bakat kepemimpinan.
3. Ciri Atau Karakteristik Pemimpin Yang Baik
Pada dasarnya kemampuan memimpin itu bukan hanya monopoli orang-orang tertentu saja tetapi
siapa saja bisa menjadi pemimpin menurut bakat dan jenjang masing-masing. Dan untuk menjadi
pemimpin yang baik ada beberapa ciri atau karakteristik yang harus dihayati dan diamalkan.
Antara lain :
1. Bertenggang rasa.
2. Menyadari sifat- sifat kelompok.
3. Mampu mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
4. Bersikap jujur terbuka dan objektif.
5. Mampu mengenal diri sendiri dan orang lain.
6. Mampu menjaga kestabilan emosi.
b. Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, Dengan mengacu pada pengertian pemimpin diatas
maka dapat didefenisikan Kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi orang lain, mengarahkan
keinginan, kemampuan dan kegiatan mereka untuk menjadi tujuan bersama.
Adapun pengertian Kepemimpinan Menurut Parah Ahli sebagai berikut :

Boring, Langeveld dan Weld memberikan arti kepemimpinan sebagai hubungan yang
dilakukan seseorang dengan suatu kelompok, guna mencapai beberapa tujuan yang
diinginkan.

Mayjen Soedarsono Mertoprawiryo (1990) menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah


adalah suatu seni pergaulan dan suatu profesi seseorang .

M. Ngalim Purwanto dan Sutaadji Djojopranoto mengartikan kepemimpinan sebagai


tindakan atau perbutan diantara perseorangan dan kelompok, yang menyebabkan baik
orang-orang maupun kelompok menuju kearah tujuan-tujuan tertentu. Sebagai tujuan
bersama.

Tipe Atau Gaya Kepemimpinan


Menurut Ralph white dan Ronald lippet; ada tiga dasar gaya kepemimpinan antara lain :
1. Kepemimpinan otoriter
v Penentuan kebijaksanaan oleh pimpinan sendiri
v Cara dan kegiatan yang dilakukan berada ditangan pemimpin
v Stategi, penentuan posisi, pembagian tugas ditentukan pimpinan
1. Kepemimpinan Demokratik
v Kebijaksanaan ditentukan bersama secarah musyawarah, pimpinan sebagai fasilitator
v Pemimpin hanya melakukan sumbang saran mengenai cara kerja dan kegitan yang dilakukan
dalam rangka mencapai tujuan
v Cara kerja, penentuan posisi dan pembagian tugas diserahkan kepada kelompok
1. Kepemimpinan Liberal
v Kebebasan penuh pada pengambilan keputusan, pimpinan memiliki peran yang sangat minim
v Pimpinan hanya memberi informasi bila diminta dan tidak terlibat dalam penentuan cara kerja
dan kegiatan yang dilakukan.

Dari ketiga gaya kepemimpinan diatas, tepat atau tidaknya gaya tersebut akan disesuaikan
dengan situas dan kondisi dari organisasi yang dijalankan.
B. KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
a. Pengertian Kepemimpinan Yang Efektif
Dari berbagai penjelasan diatas, maka seorang pemimpin yang efektif adalah yang tidak hanya
bekerja sendiri tanpa melibatkan siapapun. Melainkan mampu memanfaatkan berbagai potensi
yang mengelilinginya. Kepemimpinan efektif bukan sekedar pusat kedudukan atau kekuatan
akan tetapi merupakan interaksi aktif antar komponen yang efektif.
Dari ketiga gaya kepemimpinan diatas, tepat atau tidaknya gaya tersebut akan disesuaikan
dengan situas dan kondisi dari organisasi yang dijalankan.
b. Sifat Kepemimpinan Yang Efektif
Sifat kepemimpinan yang efektif menurut Keith Davis adalah:
1. Intelegensi yang tinggi (Intellegence)
2. Kematangan jiwa social (social Maturity)
3. Motivasi terhadap diri dan hasil (Inner motivation and achievement drives)
4. Menjalin hubungan kerja manusiawi (Human relation attitudes)
Menurut Ki Hajar Dewantara, sifat kepemimpinan meliputi 3 hal yaitu:
1. Ing Ngarso Sung Tulodho (pemimpin dimuka harus memberi teladan)
2. Ing Madyo Mangun Karso (pemimpin ditengah harus membangun prakarsa)
3. Tut Wuri Handayani (pemimpin mengikuti mendorong dari belakang)
c. Fungsi Kepemimpinan Yang Efektif
Fungsi seorang pemimpin yang efektif adalah:
v Membantu mencapai sasaran organisasi
v Menggerakan anggota menuju sasaran tersebut
v Mewujudkan interaksi dan keterikatan antar individu
v Memelihara kekuatan dan kohesi anggota.

d. Cara menumbuhkan pemimpin yang efektif


Panduan Kilat Untuk Pemilik Kebun
Delapan prinsip pengembangan yang efektif antara lain:
1. Pilihlah benih yang bagus. pilihlah orang dengan potensi alamiah untuk bisa memainkan
peran pemimpin
2. Siapkan tanahnya. periksa kultur perusahaan anda apakah kultur ini menumbuhkan atau
memandulkan tumbuhnya kepemimpinan kejujuran, keadilan, dan ketidakcurangan.
3. Perkaya tanahnya dengan pupuk dan air.pastikan matahari yang membawa nilainilaibaik:integritas,
4. Rotasikan tanaman. berikan kepada pemimpin beragam tantangan dan kesempatan
5. Biarkan ladang tanpa tanaman: tidak semua pohon berbuah setiap tahun. berikan waktu
kepada para pemimpin untuk berpikir, merenung dan menyelesaikan masalah mereka
6. Lihat baik-baik dimana pohon akan tumbuh subur. seorang pemimpin yang sanggup
berjuang dalam satu bidang atau sektor mungkin juga dapat sukses dalam bidang atau
sektor lain
7. Buanglah bagian-bagian pohon yang mati. Sederhanakan pohon hingga tersisa batang
saja. buanglah praktek-praktek dan ide-ide yang tidak memberikan hasil
8. Biarkan akarnya tumbuh jauh kedalam tanah.air inspirasi terletak jauh dibawah tanah
prinsip paling penting dalam pengembangan kepemimpinan adalah jangan pernah
mengangkat seseorang yang tidak mempunyai pelatihan atau persiapan yang sesuai.
C. FONDASI BAGI KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
Langkah pertama untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif adalah dengan bercermin.
Kuasailah ketrampilan diri sendiri dengan demikian anda akan meletakan dasar untuk
membantu orang lain agar melakukan hal yang sama.
Charles C, Manz dalam bukunya yang berjudul Leadership Wisdom of Jessus, Charles C.
Manz menjelaskan bagaimana membangun fondasi kepemimpinan yang kokoh, melalui ajaran
Yesus dibawah ini:
mengapa engkau melihat selumbar di wajah saudaramu, sedangkan balok di matamu tidak
engkau ketahui? Bagaimana engkau berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan
selumbar itu dari matamu, padahal adabalok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkan
dahulu balok di matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar
dari mata saudaramu.(Mat 7:3-5)

Ayat diatas mengemukakan bahwa pandangan yang berbeda dari Yesus tentang bagaimana
seharusnya pendekatan seorang pemimpin terhadap obyek kepemimpinan. Yaitu terlebih dahulu
pemimpin ditantang untuk mencermati dan memperbaiki diri mereka sendiri. Inilah yang sering
tidak disadari oleh para pemimpin. Banyak orang yang ingin menjadi pemimpin, tetapi tidak
banyak yang menyadari bahwa untuk memimpin orang lain, seseorang terlebih dahulu harus
trampil dalam memimpin diri sendiri. Kepemimpinan terhadap orang lain harus datang dari suatu
ekspresi yang jujur terhadap kelemahan diri sendiri.
Dari uraian diatas kita bisa menyimpulkan bahwa landasan yang kuat bagi seorang pemimpin
adalah ketika pemimpin tersebut bisa membentuk sebuah model keteladanan. Keteladanan akan
menjadi kekuatan yang mampu mempengaruhi tanpa harus menggurui dan memaksa.
Keteladanan akan memunculkan sikap hormat dan penghargaan yang tulus yang akan
menggerakkan orang lain dengan sukarela. Dengan menjadi model keteladanan, seorang
pemimpin dimampuksn untuk bisa memberikan dampak bagi lingkungannya, sekaligus
menunjukkan kepada obyek yang dipimpinnya bagaimana cara melakukan pelayanan
mengembangkan orang lain menjadi pribadi yang efektif, berkualitas dan berkarakter kristus.
Jadi jika anda ingin menjadi seorang pemimpin yang efektif, mulailah dengan menguasai
ketrampilan dalam memimpin diri sendiri. Biarkan orang lain melihat karakter dan kualitas hidup
anda. Dengan demikian anda akan akan meletakan dasar kokoh bagi kepemimpinan anda.
PENUTUP
Berbicara menyangkut kepemimpinan yang efektif tentunya bukan sebagai hal yang muda bagi
seorang pemimpin dalam praktek atau aplikasi nyata dalam kehidupan, baik dalam organisasi
formal, nonformal maupun masyarakat(public), akan tetapi menjadi pemimpin yang efektif,
dimana penulis mencoba mengutip seorang ahli Charles C, Manz yang mengatakan bahwa :
Langkah pertama untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif adalah dengan bercermin.
Kuasailah ketrampilan diri sendiri dengan demikian anda akan meletakan dasar untuk
membantu orang lain agar melakukan hal yang sama.
Dengan mengacu pada kutipan dari Charles C, Manz, ada hal penting juga yang perlu diterapkan
dalam konteks kepemimpinan yang efektif dengan mengacu pada teori yakni fungsi, prinsipprinsip kepemimpinan dan lain-lain yang menjadi sumber pengetahuan yang rasional dalam
bertindak yang sehat, jujur dan adil, yang selalu menjadi bagian dari motivasi bagi semua
komponen dalam masyarakat.
Bagi umat Kristiani, kepemimpinan yang efektif tercermin dalam diri Yesus Kristus yang
merupakan sumber pemimpin sejati yang terwujud melalui Karya Penyelamatan bagi
manusia di dunia.
Secara sederhana pemimpin menurut Rasyid (1997:75) bisa didefinisikan sebagai seseorang
yang terus menerus membuktikan bahwa seseorang tersebut mampu mempengaruhi sikap dan
tingkah laku orang lain, lebih dari kemampuan mereka (orang lain itu) mempengaruhi dirinya.
Lebih lanjut Kepemimpinan menurut Rasyid (1997:75) adalah sebuah konsep yang

merangkum berbagai segi interaksi pengaruh antara pemimpin dengan pengikut dalam mengejar
tujuan bersama.
Teori dan Pendekatan Kepemimpinan
Pada dasarnya untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai literatur
yang menyatakan pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Ada yang mengatakan bahwa
pemimpin itu terjadi karena adanya kelompok-kelompok orang. Teori lain mengemukakan
bahwa pemimpin timbul karena situasi yang memungkinkan ia ada. Teori yang paling mutakhir
melihat kepemimpinan lewat perilaku organisasi.
Orientasi prilaku mencoba mengetengahkan pendekatan yang bersifat Social Learning pada
kepemimpinan. Teori ini menekankan bahwa terdapat faktor penentu yang timbal balik dalam
kepemimpinan ini. Selanjutnya Thoha (1996:250-264) mengemukakan teori dan pendekatan
kepemimpinan sebagai berikut :
1. Teori Sifat
Dalam teori sifat (Trait Theory), menurut Malayu Hasibuan (2007:203) analisis ilmiah tentang
kepemimpinan dimulai dengan memusatkan perhatiannya pada pemimpin itu sendiri. Seorang
pemimpin menurut teori sifat ditandai dengan dipunyainya tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan bawahannya. Namun demikian tingkat kecerdasan yang jauh lebih tinggi dari
bawahannya juga tidak efektif, sebab para bawahan menjadi tidak dapat memahami apa yang
diinginkan pemimpin atau tidak memahami gagasan dan kebijakan yang telah digariskan. Oleh
karena itu, idealnya seorang pemimpin sebaiknya memiliki kecerdasan yang tidak terlalu tinggi
dari bawahannya.
2. Teori Kelompok
Dalam teori kelompok beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya,
maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif di antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya,
terutama dimensi pemberian perhatian kepada para pengikut, dapat dikatakan pemberian
perhatian kepada para pengikut dikatakan memberikan dukungan yang positif terhadap
perspektif teori kelompok ini (Thoha, 1996:252).
3. Teori Situasional dan Model Kontijensi
Kepemimpinan model Fiedler (Fiedlers Centigency Model), menyatakan ada dua hal yang
dijadikan sasaran yaitu mengadakan identifikasi faktor-faktor yang sangat penting di dalam
situasi, dan kedua memperkirakan gaya atau prilaku kepemimpinan yang paling efektif di dalam
situasi tersebut.
4. Teori Jalan Kecil Tujuan (Path Goal Theory)

Dalam pendekatan teori path-goal mempergunakan kerangka teori motivasi. Hal ini merupakan
pengembangan yang sehat karena kepemimpinan di satu pihak sangat dekat, berhubungan
dengan motivasi kerja dan pihak lain berhubungan dengan kekuasaan. (Thoha,1996:252)
5. Pendekatan Social Learning dalam Kepemimpinan
Pendekatan Social Learning merupakan suatu teori yang dapat memberikan suatu model yang
menjamin kelangsungan, interaksi timbal balik antar pemimpin, lingkungan dan perilakunya
sendiri. Pendekatan Social Learning ini antara pemimpin dan bawahan mempunyai kesempatan
untuk bisa memusyawarahkan semua perkara yang timbul. Keduanya, pimpinan dan bawahan
mempunyai hubungan interaksi yang hidup dan mempunyai kesadaran untuk menemukan
bagaiman caranya menyempurnakan prilaku masing-masing dengan memberikan penghargaanpenghargaan yang diinginkan.
Pengertian Kepemimpinan Transformasional - Definisi kepemimpinan, menurut
Terry (Kartono 1998 : 38) Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orangorang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok. Menurut
Ordway Teod dalam bukunya The Art Of Leadership (Kartono 1998 : 38).
Kepemimpinan merupakan kegiatan mempengaruhi orang-orang bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Kepemimpinan dapat terjadi dimana
saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku
orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu.
Young dalam Kartono (1998) mendefinisikan bahwa kepemimpinan adalah bentuk
dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau
mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu, berdasarkan akseptasi atau
penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi
khusus.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan mempengaruhi bawahan atau kelompok untuk bekerja sama mencapai
tujuan organisasi atau kelompok.
Menurut Bass (1998) dalam Swandari (2003) mendefinisikan bahwa
kepemimpinan transformasional sebagai pemimpin yang mempunyai kekuatan
untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu. Dengan penerapan
kepemimpinan transformasional bawahan akan merasa dipercaya, dihargai, loyal
dan respek kepada pimpinannya. Pada akhirnya bawahan akan termotivasi untuk
melakukan lebih dari yang diharapkan.
Menurut OLeary (2001) kepemimpinan transformasional adalah gaya
kepemimpinan yang digunakan oleh seseorang manajer bila ia ingin suatu
kelompok melebarkan batas dan memiliki kinerja melampaui status quo atau
mencapai serangkaian sasaran organisasi yang sepenuhnya baru. Kepemimpinan

transformasional pada prinsipnya memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik


dari apa yang bisa dilakukan, dengan kata lain dapat meningkatkan kepercayaan
atau keyakinan diri bawahan yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan


transformasional mencakup upaya perubahan terhadap bawahan untuk berbuat
lebih positif atau lebih baik dari apa yang biasa dikerjakan yang berpengaruh
terhadap peningkatan kinerja

A. KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL
1. Pengertian Kepemimpinan transaksional
Burns mendefinisikan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang memotivasi
bawahan atau pengikut dengan minat-minat pribadinya. Kepemimpinan transaksional juga
melibatkan nilai-nilai akan tetapi nilai-nilai itu relevan sebatas proses pertukaran (exchange
process), tidak langsung menyentuh substansi perubahan yang dikehendaki. Kudisch,
mengemukakan kepemimpinan transaksional dapat digambarkan sebagai :
a. Mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin dan bawahannya.
b. Intervensi yang dilakukan sebagai proses organisasional untuk mengendalikan dan memperbaiki
kesalahan.
c. Reaksi atas tidak tercapainya standar yang telah ditentukan.
Kepemimpinan transaksional menurut Metcalfe (2000) pemimpin transaksional harus
memiliki informasi yang jelas tentang apa yang dibutuhkan dan diinginkan bawahannya dan
harus memberikan balikan yang konstruktif untuk mempertahankan bawahan pada tugasnya.
Pada hubungan transaksional, pemimpin menjanjikan dan memberikan penghargaan kepada
bawahannya yang berkinerja baik, serta mengancam dan mendisiplinkan bawahannya yang
berkinerja buruk.
Bernard M. Bass mengemukakan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan di mana
pemimpin menentukan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan agar mereka dapat mencapai

tujuan mereka sendiri atau organisasi dan membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan
dalam mengerjakan tugas tersebut.
Jadi kepemimpinan transaksional merupakan sebuah kepemimpinan dimana seorang
pemimpin mendorong bawahannya untuk bekerja dengan menyediakan sumberdaya dan
penghargaan sebagai imbalan untuk motivasi, produktivitas dan pencapaian tugas yang efektif.
2. Ciri-ciri Kepemimpinan transaksional
Kepemimpinan transaksional sangat memperhatikan nilai moral seperti kejujuran, keadilan,
kesetiaan dan dan tanggung. Kepemimpinan ini membantu orang ke dalam kesepakatan yang
jelas, tulus hati, dan memperhitungkan hak-hak serta kebutuhan orang lain. Inilah kepemimpinan
kepala sekolah dengan mendengarkan keluhan dan perhatian berbagai partisipan, memutuskan
perdebatan dengan adil, membuat orang bertanggungjawab atas target kerja mereka,
menyediakan sumberdaya yang diperlukan demi pencapaian tujuan.
Kepemimpinan transaksional kepala sekolah mengandaikan adanya tawar menawar antara
berbagai kepentingan individual dari guru dan staf sebagai imbalan atas kerjasama mereka dalam
agenda kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan akan terus mengupayakan perbaikanperbaikan evaluasi program, jalinan komunikasi, koordinasi, strategi mengatur target khusus dan
kegiatan tugas-tugas untuk pemecahan masalah.
Kepala sekolah transaksional belajar tentang cara belajar (learning how to learn). Kepala
sekolah belajar dari aneka pengalaman dan mempertahankan keyakinan atas nilai-nilai mereka.
Kepala sekolah transaksional juga memiliki kemampuan motivasi dan memberdayakan guru dan
stafnya. Dampaknya adalah terwujudnya perilaku organisasi sekolah (school organization
behavior).1[2]
Kepemimpinan transaksional menurut Bass memiliki karakteristik sebagai berikut :2[3]
a.

Contingent reward
Kontrak pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang dijanjikan untuk kinerja yang
baik, mengakui pencapaian.

b.

Active management by exception


1
2

Melihat dan mencari penyimpangan dari aturan atau standar, mengambil tindakan perbaikan.
c.

Pasive management by exception


Intervensi hanya jika standar tidak tercapai.

d. Laissez-faire
Melepaskan tanggung jawab, menghindari pengambilan keputusan.

B. KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
1. Pengertian Kepemimpinan Transformasional
Istilah kepemimpinan transformasional terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan (leadership)
dan transformasional (transformational). Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang yang
dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada
individu atau kelompok lain lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.3[4]
McFarlan (1978) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses dimana pimpinan
dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi
pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut
Pfiffner (1980) kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu
atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasikan
atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Misalnya, mengubah energi potensial
menjadi energi aktual atau motif berprestasi menjadi prestasi riil. Jadi, seorang kepala sekolah
bisa disebut menerapkan kaidah kepemimpinan transformasional, jika dia mampu mengubah
sumber daya baik manusia, instrumen, maupun situasi untuk mencapai tujuan-tujuan reformasi
sekolah.
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja
dengan dan atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya
organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah
3

ditetapkan.4[5] Sumber daya yang dimaksud yaitu sumber daya manusia seperti pimpinan, staf,
bawahan, tenaga ahli, guru, dosen, peneliti, dan lain-lain.
Berkaitan

dengan

kepemimpinan

transformasional

ini,

Leithwood,

dkk

(1999)

mengemukakan :5[6]
Transformational leadership is seen to be sensitive to organization building, developing shared
vision, distributing leadership and building school culture necessary to current restructuring
efforts in schools.
Kepemimpinan transformasional menggiring SDM yang dipimpin ke arah tumbuhnya
sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi, pengembangam visi secara bersama,
pendistribusian kewenangan kepemimpinan, dan membangun kultur organisasi sekolah yang
menjadi keharusan dalam skema restrukturisasi sekolah.
2. Ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional diprediksikan mampu mendorong terciptanya efektifitas
institusi pendidikan. Jenis kepemimpinan ini

menggambarkan adanya tingkat kemampuan

pemimpin untuk mengubah mentalitas dan perilaku pengikut menjadi lebih baik.
Kepemimpinan transformasional memiliki makna dan orientasi masa depan (future oriented)
institusi pendidikan diantaranya kebutuhan menanamkan budaya inovasi dan kreatifitas dalam
meningkatkan kreativitas dalam meningkatkan mutu dan eksistensi institusi pendidikan. Hal ini
penting karena warga institusi pendidikan terutama peserta didik berharap banyak untuk
terciptanya institusi pendidikan yang berkualitas, produktif serta profesional dalam menapaki
masa depan dan segala tantangan yang ada.
Ciri pemimpin transformasional diantaranya:6[7]
a. Mampu mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan.
b. Mendorong pengikut untuk lebih mendahulukan kepentingan organisasi
c. Mendorong untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi.
4
5
6

Kepemimpinan transformasional menurut Bernard M. Bass memiliki karakteristik yang


membedakan dengan gaya kepemimpinan yang lainnya diantaranya:7[8]
a.

Charisma
Memberikan visi dan misi yang masuk akal, menimbulkan kebanggaan, menimbulkan rasa
hormat dan percaya.

b. Inspiration
Mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan simbol untuk memfokuskan upaya,
mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang sederhana.
c.

Intellectual stimulation
Meningkatkan intelegensi, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara teliti.

d. Individualized consideration
Memberikan perhatian pribadi, melakukan pelatihan dan konsultasi kepada setiap bawahan
secara individual.

C. PERBEDAAN

KEPEMIMPINAN

TRANSAKSIONAL

DENGAN

TRANSFORMASIONAL
Kepemimpinan transaksional dan transformasional memiliki perbedaan esensial dalam
konstruksi perilaku kepemimpinan tetapi sifatnya saling melengkapi dan tidak saling
meniadakan. Seberapa besar kombinasinya tergantung dari situasi masing-masing.
Menurut pemikiran Bass (2007), kepala sekolah transaksional bekerja di dalam budaya
organisasi sekolah seperti yang ada, sedangkan kepala sekolah transformasional mengubah
budaya

organisasi

sekolah.

Perbedaan

esensial

antara

transformasional berikut ini :8[9]


1.
a.

Kepemimpinan Transaksional

Pemimpin menyadari hubungan antara usaha dan imbalan

7
8

pemimpin

transaksional

dan

b.

Kepemimpinan adalah responsif dan orientasi dasarnya adalah berurusan dengan masalah
sekarang.

c.

Pemimpin mengandalkan bentuk-bentuk standar bujukan, hadiah, hukuman dan sanksi untuk
mengontrol pengikut.

d.

Pemimpin memotivasi pengikutnya dengan menetapkan tujuan dan menjanjikan imbalan bagi
kinerja yang dikehendaki.

e.

Kepemimpinan tergantung pada kekuatan pemimpin memperkuat bawahan untuk berhasil tawarmenawar.
2.

a.

Kepemimpinan Transformasional

Pemimpin membangkitkan emosi pengikut dan memotivasi mereka bertindak di luar kerangka
dari apa yang digambarkan sebagai hubungan pertukaran.

b. Kepemimpinan adalah bentuk proaktif dan harapan-harapan baru pengikut.


c.

Pemimpin dapat dibedakan oleh kapasitas mereka mengilhami dan memberikan pertimbangan
individual (bentuk perhatian, dukungan, dan pengembangan bagi pengikut), stimulasi intelektual
(upaya pemimpin untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan organisasional dengan
sudut pandang yang baru) dan pengaruh ideal (membangkitkan emosi dan identifikasi yang kuat
terhadap visi organisasi) untuk pengikut.

d. Pemimpin menciptakan kesempatan belajar bagi pengikut mereka dan merangsang pengikutnya
untuk memecahkan masalah.
e.

Pemimpin memiliki visi yang baik, retoris dan keterampilan manajemen untuk mengembangkan
ikatan emosional yang kuat dengan pengikutnya.

f.

Pemimpin memotivasi pengikutnya bekerja untuk tujuan yang melampaui kepentingan pribadi.

Anda mungkin juga menyukai