Anda di halaman 1dari 17

Kata ambulan berasal dari bahasa latin

ambulare
yang berartiuntuk membawa atau memindahkan dimana pada zaman dahulu
pasiendipindahkan dengan diangkat. Kata ambulan pada zaman dahulu
diartikansebagai rumah sakit yang berjalan yang selalu mengikuti ke mana
suatupasukan perang pergi. Kata ambulan secara umum dihubungkan
dengankendaraan motor emergency dengan peralatan emergency untuk
pasiendengan penyakit akut ataupun trauma, yang sekarang disebut
sebagaiambulan emergency. Ambulan adalah alat transportasi untuk membawa
orang yang sakitataupun terluka menuju rumah sakit. Kata ambulan digunakan
untukmendiskripsikan alat trasnportasi yang memiliki peralatan medis
untukpasien yang ada di luar rumah sakit atau untuk membawa pasien kerumah
sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut(www.essay.se, 2008). Jadi
ambulan adalah alat transportasi yang digunakan untukmemindahkan orang
sakit trauma ataupun non trauma ke rumah sakit baikdalam keadaan emergency
ataupun non emergency yang di lengkapidengan peralatan medis yang
memadai. Ambulan yang lain yaitu ambulan yang dikhususkan untuk
hanyamembawa pasien ke rumah sakit. Jenis ambulan ini tidak
dilengkapidengan peralatan bantuan dasar hidup dan biasanya staf paramedic
padaambulan jenis ini mempunyai kualifikasi lebih rendah jika
dibandingkandengan staf paramedic pada ambulan emergency.Emergency
Ambulance (Ambulan Gawat Darurat) adalah unittransportasi medis yang
didesain khusus dan berbeda dengan modeltransportasi lainnya. Ambulan gawat
darurat didesain agar dapatmenangani pasien gawat darurat, memberikan
pertolongan pertama danmelakukan perawatan intensif selama dalam perjalanan
menuju rumahsakit rujukan. Untuk pembahasan selanjutnya akan di kupas
tuntas di babselanjutnya.
1

1.2 Sejarah Ambulan


Kata ambulan berasal dari bahasa latin
ambulare
yang berartiuntuk membawa atau memindahkan dimana pada zaman dahulu
pasiendipindahkan dengan diangkat. Kata ambulan pada zaman dahulu
diartikansebagai rumah sakit yangberjalan yang selalumengikuti ke
manapunselama terjadi perang sipildi Amerika. Rumah sakitsementara yang
berada dimedan perang selamaterjadi franco-Prussian war di tahun 1870 dan
jugapada perang serbo-Turkish tahun 1876 masih disebut ambulan sebelumpada
akhirnya istilah ambulan digunakan pada kendaraan yang
digunakanmengangkut prajurit perang yang terluka pada Crimean war tahun
1854.Pada zaman anglo-Saxon telah digunakan kendaraan untuk
trasportasipenderita dengan kejiwaan dan lepra.(www.wikipedia.com,2012).
Ambulan pertama kali digunakan untuk tujuan emergency dalamsejarah tercatat
pada zaman ratu Isabella dari spanyo pada tahun 1487untuk merawat prajurit
dalam perang, meskipun prajurit yang terluka tidakdijemput ambulan sampai
perang usai sehingga terdapat prajurit terlukayang meninggal di medan perang.
Perubahan yang besar terhadap fungsiambulan terjadi pada Dominique Jean
Larrey (1766-1842). Sebagaikepala dokter bagi Napoleon Bonaparte di mana
saat itu ada pada perangdi Spires. Larrey memakai kereta kuda yang ditarki dua
sampai empatkuda untuk menjemput prajurit yang luka di medan perang
setelahsebelumnya diberikan perawatan medis di medan perang.
Kereta Kuda Merupakan Model Ambulan Pertama Kali

Dokter Wahyu Solo


Senin, 02 April 2012
STANDARD OPERATING PROCEDURES PENGOPERASIAN AMBULANS DI
LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA

DAFTAR ISI
PERSIAPAN AMBULANS
PEMERIKSAAN AMBULANS
MESIN MATI
MESIN HIDUP
PEMERIKSAAN PERSEDIAAN DAN PERLENGKAPAN KOMPARTEMEN PASIEN
MENGOPERASIKAN AMBULANS
SYARAT PENGEMUDI AMBULANS
ATURAN DI JALAN
PENGGUNAAN ALAT PERINGATAN (WARNING DEVICE)
SIRENE
LAMPU DAN ROTATOR
KECEPATAN DAN KESELAMATAN
KENDARAAN PENGIRING DAN FORWARDER
JALUR ALTERNATIF
POSISI PARKIR DI LOKASI KEJADIAN
MEMINDAHKAN PASIEN KE AMBULANS
STABILISASI
TRANSPORTASI
PENENTUAN TUJUAN

SEBELUM BERANGKAT
SELAMA PERJALANAN
SAMPAI DI TEMPAT RUJUKAN
MENGAKHIRI PANGGILAN
SAAT DI RUMAH SAKIT
DALAM PERJALANAN KEMBALI
TIBA DI TEMPAT
KONDISI KHUSUS
PENOLAKAN PERAWATAN

PERSIAPAN AMBULANS
PEMERIKSAAN AMBULANS
MESIN MATI
1.
2.

Periksa seluruh badan ambulans.


Periksa roda dan ban. Gunakan alat pengukur tekanan untuk memastikan
tekanan ban yang tepat.
3. Periksa spion dan jendela. Pastikan spion bersih dan berada di posisi yang
tepat.
4. Periksa fungsi setiap pintu dan kunci.
5. Periksa bagian-bagian sistem pendingin.
6. Periksa jumlah cairan kendaraan. Termasuk minyak mesin, pelumas rem, air aki
dan pelumas setir.
7. Periksa portal indikator aki dan tanda-tanda korosi.
8. Periksa kebersihan kabin, termasuk dashboard.
9. Periksa fungsi jendela.
10. Tes fungsi klakson.
11. Tes fungsi sirene.
12. Periksa sabuk pengaman. Tarik setiap sabuk dari gulungannya untuk
memastikan mekanisme retraktor bekerja.
13. Posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin.
14. Periksa jumlah bahan bakar. Isi bahan bakar setelah setiap kali tugas
dimanapun lokasinya.
MESIN HIDUP
Nyalakan mesin dan keluarkan ambulans dari ruang penyimpanan, dan lakukan
pemeriksaan berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tes fungsi indikator di dashboard.


Periksa meteran yang terletak di dashboard.
Tes fungsi rem.
Tes fungsi rem tangan.
Tes fungsi setir.
Periksa fungsi wiper.
Tes fungsi lampu.
Periksa fungsi pemanas dan pendingin baik di kompartemen kemudi maupun
kompartemen pasien.
9. Periksa perlengkapan komunikasi.
PEMERIKSAAN PERSEDIAAN DAN PERLENGKAPAN KOMPARTEMEN PASIEN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Periksa tekanan tabung oksigen.


Pompa bidai udara dan periksa tanda-tanda kebocoran.
Periksa semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan baik.
Bersihkan debu dan cari tanda-tanda karat pada alat rescue.
Nyalakan semua peralatan bertenaga aki untuk memastikan kinerjanya.
Lakukan pemeriksaan tambahan pada alat khusus seperti AED (Automatted
external defibrillation).
7. Lengkapi laporan pemeriksaan. Perbaiki kerusakan. Ganti barang-barang yang
hilang.

8.

Bersihkan kompartemen untuk menghindari risiko infeksi.

MENGOPERASIKAN AMBULANS
SYARAT PENGEMUDI AMBULANS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sehat secara fisik.


Sehat secara mental.
Bisa mengemudi di bawah tekanan.
Memiliki keyakinan positif atas kemampuan dirinya.
Bersikap toleran. Selalu ingat bahwa pengemudi lain akan bereaksi berbeda
ketika mengetahui kendaraan gawat darurat.
Tidak dalam pengaruh obat-obat berbahaya, terlarang dan obat penenang.
Mempunyai SIM yang masih berlaku.
Jika dibutuhkan, kacamata dan lensa kontak harus selalu dipakai.
Evaluasi keadaan diri sendiri berdasarkan respon terhadap tekanan, kelelahan
dan rasa kantuk.
ATURAN DI JALAN

1.

Ambulans memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan jika digunakan


untuk respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika tidak dalam
respon gawat darurat. Menurut UU No 22 Tahun 2009 Pasal 134, Pengguna Jalan
yang memperoleh hak utama untuk didahulukan sesuai dengan urutan berikut:
1.1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas;
1.2. ambulans yang mengangkut orang sakit;
1.3. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada Kecelakaan Lalu Lintas;
1.4. Kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia;
1.5. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional
yang menjadi tamu negara;
1.6. iring-iringan pengantar jenazah; dan
1.7. konvoi dan/atau Kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan
petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2.

3.

Respon gawat darurat ini harus ditunjukkan dengan menghidupkan alat


peringatan (warning device) berupa sirene dan lampu rotator. Sebagaimana
bunyi UU No 22 Tahun 2009 Pasal 135: Kendaraan yang mendapat hak utama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 harus dikawal oleh petugas Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan/atau menggunakan isyarat lampu merah atau
biru dan bunyi sirene.

Risiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harus memiliki


kewaspadaan tinggi, mempedulikan keselamatan pengemudi lain dan tidak
ceroboh.
4. Hak-hak khusus ini meliputi:
4.1. Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan orang lain dan
tidak merusak hak milik orang lain.
4.2. Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain.
4.3. Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama tidak
membahayakan nyawa orang lain.
4.4. Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi
sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan menghindari hal-hal yang dapat
membahayakan nyawa dan harta benda.
4.5. Mengabaikan arah jalur dan aturan belok, setelah memberi sinyal yang tepat.

PENGGUNAAN ALAT PERINGATAN (WARNING DEVICE)


Alat peringatan bukanlah segalanya. Penelitian membuktikan bahwa pengemudi
lain tidak melihat rotator atau mendengar sirene sampai jarak antara 15-30
meter.
SIRENE
1.
2.

3.
4.
5.
6.

Sirene adalah alat peringatan audio.


Gunakan sirene dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirene hanya digunakan
saat respon gawat darurat. Suara sirene dapat menambah rasa takut dan cemas
pasien. Jika terlalu sering digunakan, pengemudi lain cenderung tidak
memberikan jalan karena dianggap sebagai penyalahgunaan.
Selalu waspada meski sudah membunyikan sirene. Adanya bangunan,
pepohonan, semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi sirene.
Selalu waspada terhadap manuver aneh pengemudi lain yang menjadi panik
karena suara sirene.
Jangan mengemudikan sirene secara tiba-tiba di dekat kendaraan lain.
Gunakan klakson.
Jangan gunakan sirene untuk menakut-nakuti orang.
LAMPU DAN ROTATOR

1.

Berdasarkan UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


Pasal 59 Ayat 5, lampu isyarat isyarat yang digunakan oleh ambulans adalah
berwarna merah.
2. Lampu depan harus selalu dinyalakan dimanapun dan kapanpun berada.
3. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada respon
gawat darurat.
KECEPATAN DAN KESELAMATAN
1.

Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya


tabrakan.
2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk berhenti.
3. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk pengaman
saat ambulans berjalan.
KENDARAAN PENGIRING DAN FORWARDER
1.

Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan risiko kecelakaan karena jarak


yang terlalu dekat, berhenti mendadak dan respon pengemudi lain.
2. Sistem EMS tidak merekomendasikan iring-iringan ambulans dengan kendaraan
lain kecuali lokasi tujuan tidak diketahui.
JALUR ALTERNATIF
1.

Perkiraan waktu sampai tujuan / estimated time of arrival (ETA) harus diketahui
dengan baik, sehingga pertimbangan untuk mencari jalur alternatif dapat segera
dibuat.

2.

Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk dapat segera mencari jalur
alternatif.
POSISI PARKIR DI LOKASI KEJADIAN

1.
2.

3.
4.

5.
6.

Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat, termasuk menentukan area


bahaya dan jalur evakuasi.
Ambulans diparkir sekurangnya 30 m dari lokasi kejadian jika ada tanda bahaya
seperti nyala api atau kebocoran cairan dan asap. Jika tidak ada tanda bahaya,
ambulans diparkir sekurangnya 15 meter.
Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya ditambah pengganjal roda.
Jika Anda adalah kendaraan penolong yang pertama datang, parkir di belakang
lokasi kejadian (dari arah datang), sehingga lampu peringatan kita dapat
memperingatkan kendaraan lain yang mendekat sebelum tanda lain diletakkan.
Jika lokasi kejadian telah diamankan, parkirlah di depan lokasi kejadian untuk
mencegah ambulans Anda tertabrak arus lalu lintas dari belakang.
Ambulans sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa, harus ada
orang lain yang memandu, karena pengemudi ambulans memiliki keterbatasan
pandangan ke arah belakang.

MEMINDAHKAN PASIEN KE AMBULANS


1.

Pasien harus sudah diperiksa kondisinya, dilakukan prosedur penanganan


gawat darurat jika dibutuhkan, distabilisasi dan kemudian baru dipindahkan ke
ambulans.
2. Pada kasus tertentu yang tidak memungkinkan intervensi di tempat, seperti
lokasi yang berbahaya atau pasien memerlukan prioritas tinggi, maka
pemindahan dapat dilakukan terlebih dahulu.
3. Jika curiga cidera spinal, stabilisasi harus segera dilakukan. Cervical collar
harus terpasang dan pasien diimobilisasi dengan spinal board.
STABILISASI
1.
2.
a.
b.
c.
d.
e.

3.

Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk mempersiapkan pasien sebelum


dipindahkan.
Stabilisasi meliputi:
Perawatan luka dan cidera lain.
Fiksasi benda yang menusuk.
Pemasangan balut dan bidai.
Pemakaian selimut untuk menjaga suhu tubuh.
Alat pengangkut harus terfiksir kepada pasien dengan baik. Tali pengikat
diletakkan minimal di tiga tempat:
i. Setinggi dada.
ii. Setinggi pinggang atau panggul.
iii. Setinggi tungkai.
iv. Jika ada tali tambahan, diikatkan secara menyilang di
dada.
Pada prinsipnya pemindahan harus dilakukan secepat mungkin mengingat
kondisi pasien, sehingga perhitungkan waktu yang dibutuhkan.

TRANSPORTASI
PENENTUAN TUJUAN
1.

Pasien kritis atau tidak stabil harus dipindahkan ke RS dengan fasilitas gawat
darurat terdekat

2.

Termasuk dalam kategori di atas adalah:

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Henti nafas atau henti jantung


Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi
Kejang berulang atau sedang terjadi
Trauma mayor
Amputasi
Pasien luka bakar
Persalinan iminen
Suspek infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan nyeri dada hebat

3.

Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya atau


berdasarkan keputusan chief ambulans
SEBELUM BERANGKAT

1.
a.

b.
2.
3.
4.
5.

6.

7.

Sebelum transportasi, pastikan hal-hal berikut:


Kondisi vital meliputi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Pastikan ikatan pada
alat pengangkut tidak menyebabkan pasien kesulitan bernafas. Jika pasien tidak
sadar, pastikan pasien mendapatkan pertukaran udara yang cukup.
Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulans.
Persiapkan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan sirkulasi dengan
meletakkan spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras.
Longgarkan pakaian yang ketat.
Periksa perban, balut dan bidai.
Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Mereka
harus ditempatkan di kabin pengemudi dan memakai sabuk pengaman dengan
baik agar tidak mempengaruhi proses perawatan pasien.
Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper dan tas serta pastikan barang
tersebut aman di ambulans. Jika memungkinkan, beritahu petugas keamanan
tentang hal ini.
Tenangkan pasien. Ucapkan kata-kata yang menenangkan. Berikan senyuman.
SELAMA PERJALANAN

1.
2.
3.
4.
5.
a.

Beritahu EMD bahwa Anda meninggalkan lokasi.


Lanjutkan perawatan kegawat-daruratan yang dibutuhkan.
Gabungkan informasi tambahan pasien.
Monitoring terus vital sign dan catat.
Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda.
Kriteria kasus di bawah ini memerlukan pemberitahuan
i. Henti jantung
ii. Henti nafas
iii. Trauma mayor

iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
x.
b.

6.
a.
b.
c.
7.
8.

9.

Suspek CVA/stroke
Amputasi
Suspek MI pada pasien lebih dari 40 tahun
Kejang yang sedang berlangsung atau berulang
Persalinan iminen
Luka bakar berat
Kriteria lain sebagaimana diputuskan oleh kru

ambulans
Informasi yang harus diberikan meliputi
i. Identitas pasien
ii. Hasil pemeriksaan
iii. Tindakan yang telah dilakukan
iv. Perkiraan waktu kedatangan (ETA)
Persiapkan peralatan tambahan
Baskom atau kantung muntah jika pasien muntah.
Suction jika terjadi aspirasi
Papan RJP jika terjadi gagal nafas atau gagal jantung
Tenangkan emosi anda dan emosi pasien
Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara
mengemudinya. Pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan cara
mengemudinya sesuai kebutuhan pasien.
Jika terjadi henti jantung, RJP harus dilakukan dalam kondisi ambulans berhenti.
Pastikan fasilitas rujukan mengetahui kejadian ini.
SAMPAI DI TEMPAT RUJUKAN

1.

2.
a.
b.
c.
3.
4.

Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, jangan terburu-buru menurunkan


pasien, lanjutkan penanganan pasien di atas ambulans sampai ada petugas yang
siap mengambil alih.
Dampingi petugas yang akan mengambil alih
Berikan laporan anda secara lisan
Serahkan barang pribadi pasien
Minta diri untuk meninggalkan tempat rujukan
Kembalikan peralatan ambulans ke tempat semula
Segera setelah tidak menangani pasien, buat laporan tertulis. Sebaiknya cari
tempat yang tenang untuk melakukan ini.
MENGAKHIRI PANGGILAN
SAAT DI RUMAH SAKIT

1.
a.
b.
c.
d.

Bersihkan dengan cepat kompartemen pasien menggunakan sarung tangan


industri

Bersihkan darah, muntahan dan cairan tubuh lain yang mengering di lantai
Seka perlengkapan yang terkena percikan
Masukkan kain yang digunakan untuk membersihkan tadi ke kantung merah
Buang sampah medis, termasuk perban dan pembalut yang sudah terbuka tapi
belum digunakan
e. Bersihkan kotoran non medis lain, seperti remah-remah roti, air, lumpur atau
debu.
f.
Gunakan pengharum ruangan untuk menetralkan bau yang ada

2.

Siapkan perlengkapan pernafasan

a.
b.
c.

Bersihkan dan lakukan prosedur disinfeksi pada barang non disposable


Ganti barang-barang sekali pakai (disposable) dengan cadangan
Tutup aliran tabung oksigen

3.

Tukar barang-barang yang melekat pada pasien dengan milik Rumah Sakit jika
memungkinkan.

a.
b.

Prinsipnya adalah satu untuk satu.


Termasuk dalam hal ini: balut steril, perban, handuk, masker oksigen, sarung
tangan, air steril, dan alat bantu nafas oral
c. Jika ada program pertukaran yang baik dengan Rumah Sakit, bidai, spinal board
juga dapat langsung ditukar dengan logistik Rumah Sakit.
d. Keuntungannya,
i. tidak ada risiko perburukan cidera pasien akibat
proses tukar-menukar ini.
ii. Kru ambulans tidak perlu berlama-lama di RS
e. Segera periksa kelengkapan dan fungsi barang yang ditukar, dan laporkan jika
ada kerusakan
4.

Memperbaiki usungan ambulans


DALAM PERJALANAN KEMBALI

1.
2.

Kabarkan lewat radio bahwa ambulans dalam perjalanan kembali dan bahwa
Anda siap (atau tidak siap) untuk pengiriman selanjutnya
Selalu isi ulang bahan bakar hingga penuh
TIBA DI TEMPAT
Lakukan prosedur pemeriksaan ambulans seperti di atas.
KONDISI KHUSUS
PENOLAKAN PERAWATAN

1.

Pasien dapat melakukan penolakan dengan kriteria:

a.
b.

Sadar
Berusia lebih dari 17 tahun dan atau sudah menikah

2.

Selain kriteria di atas, penolakan hanya dapat dilakukan oleh keluarga terdekat

3.
4.

Pasien/keluarga harus sudah dijelaskan tentang kondisi penyakitnya, tindakan


yang harus dilakukan dan risikonya serta risiko tidak dilakukan tindakan
Inform consent harus didokumentasikan dengan benar
PERAWATAN ATAU TRANSPORTASI MINOR

1.

Minor adalah orang yang berusia kurang dari 18 tahun dan atau belum menikah

2.

Inform consent harus dilakukan oleh orang tua atau wali

3.

Jika orang tua atau wali menolak sedangkan kondisi cidera bersifat mengancam
jiwa, maka perawatan dan transportasi dapat dilakukan tanpa persetujuan
mereka. Tujuan transportasi harus diberitahu. Situasi ini harus dicatat dengan
baik

4.

Jika orang tua atau wali menolak tindakan dan kondisinya tidak mengancam
jiwa, mereka harus dijelaskan dan diyakinkan tentang kemungkinan yang akan
terjadi. Jika tetap menolak, bantuan perawatan dan transportasi harus
dihentikan. Kejadian ini harus didokumentasikan

5.

Jika orang tua arau wali tidak ada di tempat kejadian, perawatan dan
transportasi dapat dilakukan dengan pemberitahuan kepada pihak keamanan
(Polisi).
PASIEN DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL

1.

Chief ambulans bertanggung jawab untuk menentukan keamanan tindakan

2.

Chief dapat memutuskan untuk menunda tindakan sampai ada jaminan


keamanan dari Polisi atau petugas lain.

3.

Jika pasien dengan gangguan jiwa itu cukup sadar dan memutuskan untuk
meminta pertolongan serta chief melihat bahwa tindakan cukup aman dilakukan,
transportasi dapat dilakukan ke RSJ tanpa jaminan keamanan

4.

Jika pasien menolak tindakan, perlu dilakukan MHA (mental hygiene arrest).
Yang berhak melakukan MHA adalah pihak keamanan

5.

Jika pasien menunjukkan tendensi tindak kekerasan terhadap kru ambulans,


tindakan harus dihentikan jika memungkinkan, hingga keadaan dinilai aman
KEMATIAN YANG BELUM DIPASTIKAN

1.

Jika timbul kondisi DOA (death on arrival) atau kematian yang belum
ditetapkan, tindakan resusitasi harus terus dilakukan

2.

Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan baik, termasuk
waktu, tempat dan nama kru yang ada

3.

Petugas DVI, medis dan atau polisi harus diberitahu secepatnya

4.

Penanganan selanjutnya diserahkan kepada pihak yang berwenang


PASIEN ATAU LOKASI TIDAK DITEMUKAN/TIDAK DAPAT DICAPAI

1.

Kondisi ini harus segera dilaporkan kepada pihak keamanan untuk dilakukan
pencarian atau dicarikan jalur lain yang dapat diaksses
TINDAK KEJAHATAN/KRIMINAL

1.

Petugas keamanan harus diberitahu jika belum ada di tempat kejadian

2.

Kru ambulans harus melakukan tindakan dengan bantuan dan jaminan


keamanan
BENCANA MASSAL

1.

Kejadian bencana massal ditetapkan jika sumber daya yang ada tidak mampu
mengatasi kebutuhan

2.

Jika belum ditetapkan, kru ambulans yang pertama kali tiba melakukan RHA,
melaporkannya dan mendirikan lokasi triase awal

3.

Sistem komando sementara dipegang hingga ada pihak yang lebih berwenang

TIM SIAGA BENCANA KOTA SURAKARTA


Wahyu, Sigit, Bayu, Anjang tukang nambani, Agyl tukang jagal, Hentoo obras,
Hendras, Pitoyo, Heru, Bagiyo, Soyod tukang perahu, Yunan tukang gizi dll.
Diposkan oleh drwahyu di 22.07
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
Label: ambulans, Dinas Kesehatan Surakarta, SOP
Lokasi: Surakarta, Indonesia
1 komentar:

1.
Desi Novita24 Juli 2013 02.28

Jika boleh bertanya....adakah aturan yang mengatur tentang ambulance di Indonesia


Salam
Tasya collection
btmtas.blogspot.com
Balas
Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog

2012 (4)
o

April (4)

Waduk Cengklik

Logo dan Komitmen Puskesmas Sibela

Managemen Bencana

STANDARD OPERATING PROCEDURES PENGOPERASIAN


AMBULA...

Mengenai Saya

drwahyu
Lihat profil lengkapku

Template Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai