Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN SOPIR AMBULANCE DAN

PENGOPERASIAN
AMBULANCE

Jl. Raya Bojonegoro-Cepu No. 1688 Ds. Panjunan


Kec.KalitiduKab. Bojonegoro
Telp. (0353)512260, Fax. (0353) 512220
KLINIK PRATAMA ANUGRAH NORMA SEJAHTERA (ANS)
Jl. Raya Bojonegoro-Cepu No. 1688 Ds. Panjunan
Kec.KalitiduKab. Bojonegoro
Telp. (0353)512260, Fax. (0353) 512220

PROSEDUR PENGOPERASIAN AMBULANCE


A. PERSIAPAN AMBULANS
1. PEMERIKSAAN AMBULANS
PADA SAAT MESIN MATI
1. Periksa seluruh badan ambulans.
2. Periksa roda dan ban. Gunakan alat pengukur tekanan untuk memastikan
tekanan ban yang tepat.
3. Periksa spion dan jendela. Pastikan spion bersih dan berada di posisi yang
tepat.
4. Periksa fungsi setiap pintu dan kunci.
5. Periksa bagian-bagian sistem pendingin.
6. Periksa jumlah cairan kendaraan. Termasuk minyak mesin, pelumas rem,
air aki dan pelumas setir.
7. Periksa portal indikator aki dan tanda-tanda korosi.
8. Periksa kebersihan kabin, termasuk dashboard.
9. Periksa fungsi jendela.
10. Tes fungsi klakson.
11. Tes fungsi sirene.
12. Periksa sabuk pengaman. Tarik setiap sabuk dari gulungannya untuk
memastikan mekanisme retraktor bekerja.
13. Posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin.
14. Periksa jumlah bahan bakar. Isi bahan bakar setelah setiap kali tugas
dimanapun lokasinya.

PADA SAAT MESIN HIDUP


Nyalakan mesin dan keluarkan ambulans dari ruang penyimpanan, dan lakukan
pemeriksaan berikut:
1. Tes fungsi indikator di dashboard.
2. Periksa meteran yang terletak di dashboard
3. Tes fungsi rem.
4. Tes fungsi rem tangan.
5. Tes fungsi setir.
6. Periksa fungsi wiper.
7. Tes fungsi lampu.
8. Periksa fungsi pemanas dan pendingin baik di kompartemen kemudi
maupun kompartemen pasien.
9. Periksa perlengkapan komunikasi.
2. PEMERIKSAAN PERSEDIAAN DAN PERLENGKAPAN
KOMPARTEMEN PASIEN
1. Periksa tekanan tabung oksigen.
2. Pompa bidai udara dan periksa tanda-tanda kebocoran.
3. Periksa semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan baik.
4. Bersihkan debu dan cari tanda-tanda karat pada alat rescue.
5. Nyalakan semua peralatan bertenaga aki untuk memastikan kinerjanya.
6. Lakukan pemeriksaan tambahan pada alat khusus seperti AED (Automatted
external defibrillation).
7. Lengkapi laporan pemeriksaan. Perbaiki kerusakan. Ganti barang-barang yang
hilang.
8. Bersihkan kompartemen untuk menghindari risiko infeksi.

3. MENGOPERASIKAN AMBULANS
A. SYARAT PENGEMUDI AMBULANS
1. Sehat secara fisik
2. Sehat secara mental.
3. Bisa mengemudi di bawah tekanan.
4. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan dirinya.
5. Bersikap toleran. Selalu ingat bahwa pengemudi lain akan bereaksi
berbeda ketika mengetahui kendaraan gawat darurat.
6. Tidak dalam pengaruh obat-obat berbahaya, terlarang dan obat penenang.
7. Mempunyai SIM yang masih berlaku.
8. Jika dibutuhkan, kacamata dan lensa kontak harus selalu dipakai.
9. Evaluasi keadaan diri sendiri berdasarkan respon terhadap tekanan,
kelelahan dan rasa kantuk.

B. ATURAN DI JALAN
1. Ambulans memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan jika
digunakan untuk respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika
tidak dalam respon gawat darurat. Menurut UU No 22 Tahun 2009 Pasal
134, Pengguna Jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan
sesuai dengan urutan berikut:
a. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas.
b. ambulans yang mengangkut orang sakit.
c. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada Kecelakaan Lalu
Lintas.
d. Kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia.
e. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga
internasional yang menjadi tamu negara.
f. iring-iringan pengantar jenazah dan
g. konvoi dan/atau Kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut
pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. Respon gawat darurat ini harus ditunjukkan dengan menghidupkan alat
peringatan (warning device) berupa sirene dan lampu rotator. Sebagaimana
bunyi UU No 22 Tahun 2009 Pasal 135: Kendaraan yang mendapat hak
utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 harus dikawal oleh petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau menggunakan isyarat
lampu merah atau biru dan bunyi sirene.
3. Risiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harus memiliki
kewaspadaan tinggi, mempedulikan keselamatan pengemudi lain dan tidak
ceroboh.
4. Hak-hak khusus ini meliputi:
 Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan
orang lain dan tidak merusak hak milik orang lain.
 Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain.
 Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama
tidak membahayakan nyawa orang lain.
 Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah
memberi sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan
menghindari hal-hal yang dapat membahayakan nyawa dan harta
benda.
 Mengabaikan arah jalur dan aturan belok, setelah memberi sinyal
yang tepat.

C. PENGGUNAAN ALAT PERINGATAN (WARNING DEVICE)


Alat peringatan bukanlah segalanya. Penelitian membuktikan bahwa
pengemudi lain tidak melihat rotator atau mendengar sirene sampai jarak
antara 15-30 meter.
1. SIRENE
 Sirene adalah alat peringatan audio.
 Gunakan sirene dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirene hanya
digunakan saat respon gawat darurat. Suara sirene dapat menambah
rasa takut dan cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan,
pengemudi lain cenderung tidak memberikan jalan karena dianggap
sebagai penyalahgunaan.
 Selalu waspada meski sudah membunyikan sirene. Adanya
bangunan, pepohonan, semak belukar dan radio tape dapat
menghalangi bunyi sirene.
 Selalu waspada terhadap manuver aneh pengemudi lain yang
menjadi panik karena suara sirene.
 Jangan mengemudikan sirene secara tiba-tiba di dekat kendaraan
lain. Gunakan klakson.
 Jangan gunakan sirene untuk menakut-nakuti orang.
2. LAMPU DAN ROTATOR
 Berdasarkan UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Pasal 59 Ayat 5, lampu isyarat isyarat yang
digunakan oleh ambulans adalah berwarna merah.
 Lampu depan harus selalu dinyalakan dimanapun dan kapanpun
berada.
 Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan
pada respon gawat darurat.

D. KECEPATAN DAN KESELAMATAN


1. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
tabrakan.
2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk
berhenti.
3. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk pengaman
saat ambulans berjalan.

E. KENDARAAN PENGIRING DAN FORWARDER


1. Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan risiko kecelakaan karena
jarak yang terlalu dekat, berhenti mendadak dan respon pengemudi lain.
2. Sistem EMS tidak merekomendasikan iring-iringan ambulans dengan
kendaraan lain kecuali lokasi tujuan tidak diketahui.

F. JALUR ALTERNATIF
1. Perkiraan waktu sampai tujuan / estimated time of arrival (ETA) harus
diketahui dengan baik, sehingga pertimbangan untuk mencari jalur
alternatif dapat segera dibuat.
2. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk dapat segera mencari jalur
alternatif.
G. POSISI PARKIR DI LOKASI KEJADIAN
1. Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat, termasuk menentukan
area bahaya dan jalur evakuasi.
2. Ambulans diparkir sekurangnya 30 m dari lokasi kejadian jika ada tanda
bahaya seperti nyala api atau kebocoran cairan dan asap. Jika tidak ada
tanda bahaya, ambulans diparkir sekurangnya 15 meter.
3. Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya ditambah pengganjal roda.
4. Jika Anda adalah kendaraan penolong yang pertama datang, parkir di
belakang lokasi kejadian (dari arah datang), sehingga lampu peringatan kita
dapat memperingatkan kendaraan lain yang mendekat sebelum tanda lain
diletakkan.
5. Jika lokasi kejadian telah diamankan, parkirlah di depan lokasi kejadian
untuk mencegah ambulans Anda tertabrak arus lalu lintas dari belakang.
6. Ambulans sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa, harus ada
orang lain yang memandu, karena pengemudi ambulans memiliki
keterbatasan pandangan ke arah belakang.

H. MEMINDAHKAN PASIEN KE AMBULANS


1. Pasien harus sudah diperiksa kondisinya, dilakukan prosedur penanganan
gawat darurat jika dibutuhkan, distabilisasi dan kemudian baru dipindahkan
ke ambulans.
2. Pada kasus tertentu yang tidak memungkinkan intervensi di tempat, seperti
lokasi yang berbahaya atau pasien memerlukan prioritas tinggi, maka
pemindahan dapat dilakukan terlebih dahulu.
3. Jika curiga cidera spinal, stabilisasi harus segera dilakukan. Cervical collar
harus terpasang dan pasien diimobilisasi dengan spinal board.

I. STABILISASI
Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk mempersiapkan pasien sebelum
dipindahkan, Stabilisasi meliputi:
a. Perawatan luka dan cidera lain.
b. Fiksasi benda yang menusuk.
c. Pemasangan balut dan bidai.
d. Pemakaian selimut untuk menjaga suhu tubuh.
e. Alat pengangkut harus terfiksir kepada pasien dengan baik. Tali
pengikat diletakkan minimal di tiga tempat:
 Setinggi dada.
 Setinggi pinggang atau panggul.
 Setinggi tungkai.
 Jika ada tali tambahan, diikatkan secara menyilang di dada.
Pada prinsipnya pemindahan harus dilakukan secepat mungkin mengingat
kondisi pasien, sehingga perhitungkan waktu yang dibutuhkan.

J. TRANSPORTASI
 PENENTUAN TUJUAN
1. Pasien kritis atau tidak stabil harus dipindahkan ke RS dengan fasilitas
gawat darurat terdekat
2. Termasuk dalam kategori di atas adalah:
a. Henti nafas atau henti jantung
b. Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi
c. Kejang berulang atau sedang terjadi
d. Trauma mayor
e. Amputasi
f. Pasien luka bakar
g. Persalinan iminen
h. Suspek infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan nyeri
dada hebat
3. Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya atau
berdasarkan keputusan chief ambulans

 SEBELUM BERANGKAT
1. Sebelum transportasi, pastikan hal-hal berikut:
a. Kondisi vital meliputi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Pastikan
ikatan pada alat pengangkut tidak menyebabkan pasien kesulitan
bernafas. Jika pasien tidak sadar, pastikan pasien mendapatkan
pertukaran udara yang cukup.
b. Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulans.
2. Persiapkan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan sirkulasi dengan
meletakkan spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras.
3. Longgarkan pakaian yang ketat.
4. Periksa perban, balut dan bidai.
5. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Mereka
harus ditempatkan di kabin pengemudi dan memakai sabuk pengaman
dengan baik agar tidak mempengaruhi proses perawatan pasien.
6. Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper dan tas serta pastikan barang
tersebut aman di ambulans. Jika memungkinkan, beritahu petugas
keamanan tentang hal ini.
7. Tenangkan pasien. Ucapkan kata-kata yang menenangkan. Berikan
senyuman.

 SELAMA PERJALANAN
1. Beritahu EMD bahwa Anda meninggalkan lokasi.
2. Lanjutkan perawatan kegawat-daruratan yang dibutuhkan.
3. Gabungkan informasi tambahan pasien.
4. Monitoring terus vital sign dan catat.
5. Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda.

Kriteria kasus di bawah ini memerlukan pemberitahuan


1. Henti jantung
2. Henti nafas
3. Trauma mayor
4. Suspek CVA/stroke
5. Amputasi
6. Suspek MI pada pasien lebih dari 40 tahun
7. Kejang yang sedang berlangsung atau berulang
8. Persalinan iminen
9. Luka bakar berat
10. Kriteria lain sebagaimana diputuskan oleh kru ambulans.

Informasi yang harus diberikan meliputi


a. Identitas pasien
b. Hasil pemeriksaan
c. Tindakan yang telah dilakukan
d. Perkiraan waktu kedatangan (ETA)

6. Persiapkan peralatan tambahan


 Baskom atau kantung muntah jika pasien muntah.
 Suction jika terjadi aspirasi
 Papan RJP jika terjadi gagal nafas atau gagal jantung’
7. Tenangkan emosi anda dan emosi pasien
8. Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara
mengemudinya. Pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan cara
mengemudinya sesuai kebutuhan pasien.
9. Jika terjadi henti jantung, RJP harus dilakukan dalam kondisi ambulans
berhenti. Pastikan fasilitas rujukan mengetahui kejadian ini.

 SAMPAI DI TEMPAT RUJUKAN


1. Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, jangan terburu-buru
menurunkan pasien, lanjutkan penanganan pasien di atas ambulans
sampai ada petugas yang siap mengambil alih.
2. Dampingi petugas yang akan mengambil alih
a. Berikan laporan anda secara lisan
b. Serahkan barang pribadi pasien
c. Minta diri untuk meninggalkan tempat rujukan
3. Kembalikan peralatan ambulans ke tempat semula
4. Segera setelah tidak menangani pasien, buat laporan tertulis. Sebaiknya
cari tempat yang tenang untuk melakukan ini.

K. MENGAKHIRI PANGGILAN
SAAT DI RUMAH SAKIT
1. Bersihkan dengan cepat kompartemen pasien menggunakan sarung
tangan industry
a. Bersihkan darah, muntahan dan cairan tubuh lain yang mengering
di lantai
b. Seka perlengkapan yang terkena percikan
c. Masukkan kain yang digunakan untuk membersihkan tadi ke
kantung merah
d. Buang sampah medis, termasuk perban dan pembalut yang sudah
terbuka tapi belum digunakan
e. Bersihkan kotoran non medis lain, seperti remah-remah roti, air,
lumpur atau debu.
f. Gunakan pengharum ruangan untuk menetralkan bau yang ada

2. Siapkan perlengkapan pernafasan


a. Bersihkan dan lakukan prosedur disinfeksi pada barang non
disposable
b. Ganti barang-barang sekali pakai (disposable) dengan cadangan
c. Tutup aliran tabung oksigen
3. Tukar barang-barang yang melekat pada pasien dengan milik Rumah
Sakit jika memungkinkan.
a. Prinsipnya adalah “satu untuk satu”.
b. Termasuk dalam hal ini: balut steril, perban, handuk, masker
oksigen, sarung tangan, air steril, dan alat bantu nafas oral
c. Jika ada program pertukaran yang baik dengan Rumah Sakit, bidai,
spinal board juga dapat langsung ditukar dengan logistik Rumah
Sakit.
d. Keuntungannya,
 tidak ada risiko perburukan cidera pasien akibat proses tukar-
menukar ini.
 Kru ambulans tidak perlu berlama-lama di RS
e. Segera periksa kelengkapan dan fungsi barang yang ditukar, dan
laporkan jika ada kerusakan

4. Memperbaiki usungan ambulans

DALAM PERJALANAN KEMBALI


1. Kabarkan lewat radio bahwa ambulans dalam perjalanan kembali dan
bahwaAnda siap (atau tidak siap) untuk pengiriman selanjutnya
2. Selalu isi ulang bahan bakar hingga penuh

TIBA DI TEMPAT
Lakukan prosedur pemeriksaan ambulans seperti di atas.

L. KONDISI KHUSUS
PENOLAKAN PERAWATAN
1. Pasien dapat melakukan penolakan dengan kriteria:
a. Sadar
b. Berusia lebih dari 17 tahun dan atau sudah menikah
2. Selain kriteria di atas, penolakan hanya dapat dilakukan oleh keluarga
terdeka
3. Pasien/keluarga harus sudah dijelaskan tentang kondisi penyakitnya,
tindakan yang harus dilakukan dan risikonya serta risiko tidak dilakukan
tindakan
4. Inform consent harus didokumentasikan dengan benar

M. PERAWATAN ATAU TRANSPORTASI MINOR


1. Minor adalah orang yang berusia kurang dari 18 tahun dan atau belum
menikah
2. Inform consent harus dilakukan oleh orang tua atau wali
3. Jika orang tua atau wali menolak sedangkan kondisi cidera bersifat
mengancam jiwa, maka perawatan dan transportasi dapat dilakukan tanpa
persetujuan mereka. Tujuan transportasi harus diberitahu. Situasi ini harus
dicatat dengan baik
4. Jika orang tua atau wali menolak tindakan dan kondisinya tidak
mengancam jiwa, mereka harus dijelaskan dan diyakinkan tentang
kemungkinan yang akan terjadi. Jika tetap menolak, bantuan perawatan dan
transportasi harus dihentikan. Kejadian ini harus didokumentasikan
5. Jika orang tua arau wali tidak ada di tempat kejadian, perawatan dan
transportasi dapat dilakukan dengan pemberitahuan kepada pihak
keamanan (Polisi).
N. PASIEN DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL
1. Chief ambulans bertanggung jawab untuk menentukan keamanan tindaka
2. Chief dapat memutuskan untuk menunda tindakan sampai ada jaminan
keamanan dari Polisi atau petugas lain.
3. Jika pasien dengan gangguan jiwa itu cukup sadar dan memutuskan untuk
meminta pertolongan serta chief melihat bahwa tindakan cukup aman
dilakukan, transportasi dapat dilakukan ke RSJ tanpa jaminan keamanan
4. Jika pasien menolak tindakan, perlu dilakukan MHA (mental hygiene
arrest). Yang berhak melakukan MHA adalah pihak keamanan
5. Jika pasien menunjukkan tendensi tindak kekerasan terhadap kru ambulans,
tindakan harus dihentikan jika memungkinkan, hingga keadaan dinilai
aman

O. KEMATIAN YANG BELUM DIPASTIKAN


1. Jika timbul kondisi DOA (death on arrival) atau kematian yang belum
ditetapkan, tindakan resusitasi harus terus dilakukaN.
2. Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan baik,
termasuk waktu, tempat dan nama kru yang ada
3. Petugas DVI, medis dan atau polisi harus diberitahu secepatnya
4. Penanganan selanjutnya diserahkan kepada pihak yang berwenang

P. PASIEN ATAU LOKASI TIDAK DITEMUKAN/TIDAK DAPAT DICAPAI


1. Kondisi ini harus segera dilaporkan kepada pihak keamanan untuk
dilakukan pencarian atau dicarikan jalur lain yang dapat diaksses

Q. TINDAK KEJAHATAN/KRIMINAL
1. Petugas keamanan harus diberitahu jika belum ada di tempat kejadian
2. Kru ambulans harus melakukan tindakan dengan bantuan dan jaminan
keamanan

R. BENCANA MASSAL
1. Kejadian bencana massal ditetapkan jika sumber daya yang ada tidak
mampu mengatasi kebutuhan
2. Jika belum ditetapkan, kru ambulans yang pertama kali tiba melakukan
RHA, melaporkannya dan mendirikan lokasi triase awal
3. Sistem komando sementara dipegang hingga ada pihak yang lebih
berwenang
DRIVER
Tugas tugas serta pekerjaan Driver:
1. Supir wajib menjalankan tugas yang diberikan oleh user atau klient
2. Supir wajib merawat dan menjaga serta bertanggung jawab atas mobil yang
dikendarainya setiap hari :
a. Pemeriksaan rutin kendaraan bermotor/mobil sebelum bertugas.
b. Periksa perlengkapan pendukung operasioanal kendaraan.
c. Kebersihan serta kenyamanan kendaraan.
d. Keamanan kendaraan dalam berkendara dijalan.
e. Melaporkan kepada pihak yang berkompeten mengenai kondisi kendaraan.

3. Tidak diperkenankan merokok didalam kendaraan maupun dilingkungan kerja.


4. Supir wajib memakai pakaian seragam serta tanda pengenal secara bersih dan rapih.
5. Menjaga kerahasiaan pihak pertama atau klient dimana ditempatkan meskipun sudah
tidak bertugas lagi.
6. Melakukan tugas tugas lain yang ditentukan kemudian sepanjang tidak bertentangan
dengan tujuan pokok

Anda mungkin juga menyukai