Ambulance RSU Bali Royal mengacu pada standar kendaraan pelayanan medis
dari departemen kesehatan yang terdiri dari :
a. Ambulance Transportasi
b. Ambulance gawat darurat (Basic dan Advanced)
Matrik persyaratan teknis ambulance transportasi dan gawat darurat berdasarkan standarisasi
Depkes
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN AMBULANCE
1) Ambulance transport
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus / tindakan
daruratn untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul
kegawatan selama dalam perjalanan.
2) Ambulance gawat darurat
Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah di stabilkan ke tempat
pelayanan devinitive. Pasien memerlukan pengawasan medic khusus dan
memungkinkan tindakan resusitasi dalam perjalanan rujukan
3) Penggunaan ambulance untuk transportasi diluar ketentuan tsb seperti
antar jemput dokter, atau perawat dan lain-lain harus mendapat persetujuan
Direktur utama.
4) Tariff pelayanan mengacu pada tariff pelayanan ambulance yang dikelauarkan oleh
rumah sakit
4. Mengoperasikan Ambulance
a.Syarat pengemudi ambulance
1) Sehat secara fisik
2) Sehat secara mental
3) Bisa mengemudi di bawah tekanan
4) Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri
5) Bersikap toleran selalu ingat bahwa pengemudi lain akan bereaksi
berbeda ketika mengetahui kendaraan gawat darurat.
6) Tidak dalam pengaruh obat-obatan berbahaya, terlarang dan obat penenang
7) Mempunyai SIM yang masih berlaku
8) Jika dibutuhkan, kacamata dan lensa kontak harus selalu di pakai
9) Evaluasi keadaan diri sendiri berdasarkan respon terhadap tekanan,
kelelahan dan rasa kantuk
10) Mempunyai sertifikat paramedic level 1 (basic) atau BHD
b. Operasional Ambulance
1) Setiap hari ambulance yang disiapkan untuk operasional berjumlah 4 buah
2) Penentuan layak tidaknya ambulance untuk operasional ditentukan oleh coordinator
sopir ambulance dan penanggung jawab medis ambulance dengan memperhatikan
ceklist yang di buat oleh perawat dan sopir.
c. Aturan di jalan
Ambulance memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan, jika
digunakan untuk respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika
tidak dalam respon gawat darurat. Menurut UU No. 22 Tahun 2009 pasal 134,
pengguna jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan sesuai
dengan urutan berikut :
1) Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas
2) Ambulance yang mengangkut orang sakit
3) Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalulintas
4) Kendaraan pimpinan lembaga Negara Republik Indonesia
5) Kendaraan pimpinan dan pejabat Negara Asing serta lembaga internasional
yang menjadi tamu Negara.
6) Iring-iringan pengantar jenasah, konvoi dan kendaraan untuk kepentingan
tertentu menurut pertimbangan petugas kepolisian Negara Republik Indonesia.
7) Respon gawat darurat ini harus di tunjukkan dengan menghidupkan alat peringatan
(warning device) berupa sirene dan lampu rotator.
8) Sebagaimana bunyi UU No.22 tahun 2009
9) Resiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harus memiliki
kewaspadaan tinggi, mempedulikan keselamatan pengemudi lain dan tidak
ceroboh.
10) Hak-hak khusus ini meliputi :
a) Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan orang lain dan
tidak merusak hak milik orang lain.
b) Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain
c) Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama tidak
membahayakan nyawa orang lain
d) Mendahului kendaraan lain di daerah larangan, mendahului setelah
member sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan menghindari hal-hal
yang dapat membahayakan nyawa dan harta benda
e) Mengabaikan arah jalur dan aturan belokm setelah member sinyal yang
tepat.
e. Sirine
1) Sirine adalah alat peringatan audio
2) Gunakan sirine dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirine hanya
digunakan saat respon gawat darurat.
3) Suara sirine dapat menambah rasa takut dan cemas pasien. Jika terlalu sering
digunakan, pengemudi lain cendrung tidak member jalan karena dianggap sebagai
penyalahgunaan
4) Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Adanya bangunan, pepohonan,
semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi sirine
5) Selalu waspada terhadap maneuver aneh pengemudi lain yang menjadi panic karena
suara sirine.
6) Jangan membunyikan sirine secara tiba-tiba di dekat kendaraan lain, gunakan
klakson.
7) Jangan gunakan sirine untuk menakut-nakuti orang.
f. Lampu rotator
1) Berdasarkan UU No 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkatan jalan pasal 59
ayat 5
2) Lampu isyarat-isyarat yang digunakan oleh ambulance adalah berwarna merah
3) Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada respon
gawat darurat.
i. Jalur Alternatif
1) Perkiraan waktu sampai tujuan / estimated time of arrival (ETA) harus diketahui
dengan baik, sehingga pertimbangan untuk mencari jalur alternative dapat
segera di buat.
2) Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk segera mencari jalur alternative
l. Stabilisasi
Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk mempersiapkan pasien sebelum di pindah.
Stabilisasi meliputi :
1) Kondisi ABCD
2) Perawatan luka dan cidera lain
3) Pemasangan balut dan bidai
4) Pemakaian selimut untuk menjaga suhu tubuh
5) Alat pengangkut harus terfiksir kepada pasien dengan baik, tali
6) pengikat minimal diletakkan di tiga tempat.
a) Setinggi dada
b) Setinggi pinggang atau panggul
c) Setinggi tungkai
d) Pada prinsipnya pemindahan harus dilakukan secepat mungkin mengingat
kondisi pasien
2) Breathing
a) Periksa pernafasan : lihat, dengar, dan rasakan
b) Jika bernafas perhatikan frekuensi dan dalamnya pernafasan
c) Jika tidak bernafas segera lakukan pernafasan buatan
d) Berikan oksigen
3) Circulation
a) Periksa arteri karotis
b) Periksa perdarahan
c) Hentikan perdarahan
d) Lakukan RJP
4) Disability
a) GCS
b) Pupil
5) Exsposure
a) Periksa bagian belakang dengan teknik log roll
b) Cegah hipetermi
6) Five Intervention
a) Perencanaan Laboratorium
b) Perencanaan rontgen
c) Pasang catheher
d) Pasang NGT
e) Pasang heart monitor
7) Give Comport
a) Intervensi nyeri
b) Intervensi mual, muntah
d. Secondary survey
1) History / anamnesa dengan SAMPLE
2) Head to toe / pemeriksaan fisik
3) Vital signDownload
6. TRANSPRORTASI
Penentuan Tujuan
a. Pasien kritis dapat dapat dipindahkan ke rumah sakit lain dengan fasilitas gawat
darurat terdekat
b. Termasuk dalam kategori diatas adalah :
1) Henti nafas atau henti jantung
2) Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi
3) Kejang berulang atau sedang terjadi
4) Trauma mayor
5) Amputasi
6) Pasien luka bakar
7) Persalinan iminen
8) Sempat infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan nyeri dada hebat.
c. Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya atau berdasarkan
keputusan DPJP