Anda di halaman 1dari 13

BAB III

TATA LAKSANA PELAYANAN AMBULANCE

A. Tata Tertib Ambulan


1. Pada saat menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan lampu rotator
2. Pada saat mengangkut pasien hanya boleh menggunakan lampu rotator
3. Semua peratiran lalu lintas harus ditaati
4. Kecepatan maksimum 40 km / jam dijalan biasa dan 80 km / jam dijalan bebas
hambatan
5. Petugas membuat laporan keadaan penderita selama transportasi, yang disebut
dengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas pasien waktu dan
keadaan penderita
6. Petugas memakai seragam dengan identitas yang jelas
7. Setelah selesai melakukan transportasi harus langsung kembali menuju Rumah
Sakit
8. Penggunaan ambulan harus sesuai dengan fungsi masing-masing ambulan
a. Ambulan transportasi
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus /
tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan
timbul kegawatan selama dalam perjalanan
b. Ambulan gawat darurat
Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah distabilkan ke tempat
pelayanan definitive. Pasien memerlukan pengawasan medic khusus dan
memungkinkan tindakan resusitasi dalam perjalanan rujukan.
9. Penggunaan ambulan untuk transportasi diluar ketentuan tersebut seperti antar
jemput dokter, atau perawat dan lain-lain harus mendapat persetujuan dari
pejabat rumah sakit yang berwenang
10. Tarif pelayanan mengacu pada tarif pelayanan ambulan yang dikeluarkan
oleh direktur rumah sakit
B. Persiapan Pemeriksaan Ambulan
1. Mesin mati
- Periksa seluruh body ambulans.
- Periksa roda / ban dan tekanannya
- Periksa spion dan jendela pastikan spion bersih dan berada di posisi
yang tepat
- Periksa fungsi setiap pintu dan kunci
- Periksa bagian system pendingin
- Periksa jumlah cairan kendaraan. Termasuk minyak mesin, air radiator,
pelumas rem, air aki dan pelumas setir
- Periksa portal indicator aki dan tanda-tanda korosi
- Periksa kebersihan kabin, termasuk dashboard
- Periksa fungsi jendela
- Tes fungsi klakson
- Tes fungsi sirene
- Periksa sabuk pengaman tarik setiap sabuk dari gulungannya untuk
memastikan mekanismer tetraktor bekerja
- Periksa kursi pengemudi senyaman mungkin
- Periksa jumlah bahan bakar dan kalau perlu isi bahan bakar setelah
setiap kali tugas
2. Mesin hidup
Nyalakan mesin dan keluarkan ambulans dari ruang penyimpanan, dan
lakukan pemeriksaan sebagai berikut :
- Tes fungsi indikator di dashboard
- Periksa meteran yang terletak di dashboard
- Tes fungsi rem
- Tes fungsi rem tangan
- Tes fungsi setir
- Periksa fungsi wiper
- Tes fungsi lampu
- Periksa fungsi pendingin baik di kompartemen kemudi maupun
kompartemen pasien
- Periksa perlengkapan komunikasi
Untuk memudahkan pemeriksaan dapat juga menggunakan akronim
(EWAGON)

a. Enggine : Periksa mesin baik / tidak

b. Water : Periksa air radiator, wiper, air cadangan


radiator, air accu sesuai dengan petunjuk
pemakaian atau tidak

c. Air : Periksa tekanan udara ban cukup atau


tidak, AC dan blower berfungsi atau tidak

d. Gas : Periksa bahan bakar minyak


(Solar/premium) sesuai petunjuk
pemakaian atau tidak

e. Oli : Periksa indikator oli mesin dan minyak rem


sesuai petunjuk pemakaian atau tidak

f. Noise : Dengarkan suara mesin normal atau tidak

g. Elektrical System : Periksa dan lihat lampu dekat, lampu jauh,


sign, hazard, rotator, sirine, lampu kabin
depan dan belakang, dan lampu-lampu
indikator menyala atau tidak dan pecah
atau tidak

h. Body : Periksa seluruh body mobil bersih dan


mulus da kerusakan atau tidak

i. Alat penunjang : Periksa tool kit, dongkrak, ban serep,


triangle hazard, dan APAR tersedia pada
tempatnya atau tidak

j. Kondisi ban : Periksa kondisi ban mobil kembang ban


baik atau sudah gundul, apakah retak atau
sobek

k. Sabuk pengaman : Periksa dan coba sabuk pengaman masih


dalam kondisi baik atau tidak, kain sabuk
pengaman sobek atau tidak
C. Pemeriksaan Persediaan dan Perlengkapan Kompartemen Pasien
1. Periksan tekanan tabung oksigen
2. Periksa semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan baik
3. Bersihkan debu dan cari tanda-tanda karat pada alat rescue
4. Nyalakan semua peralatan bertebaga aki untuk memastikan kinerjanya
5. Lakukan pemeriksaan tambahan pada alat khusus seperti monitor pasien,
suctin electric dan AED (Auotomated External Defibrillation)
6. Lengkapi laporan pemeriksaan perbaiki kerusakan barang-barang yang
hilang
7. Bersihkan kompartemen untuk menghindari resiko infeksi

D. Standar Kelengkapan Alat Ambulans Gawat Darurat (Advanced)


Alat non medis
1. Kunci inggris : Ada / Tidak
2. Alat Kebersihan : Lengkap / Tidak
3. Alat tenun : Bersih / kotor
4. Administrasi dan dokumentasi : Ada / tidak
5. Alat komunikasi : Baik / rusak
6. Alat teknik untuk ambulan : Lengkap/ tidak
7. Alat APD : Lengkap / tidak
Alat Medis
1. Airway : Lengkap / tidak
2. Breathing : Lengkap / tidak
3. Circulation : Lengkap / tidak
4. Alat proteksi diri (APD) : Lengkap / tidak
Penunjang evakuasi dan transportasi :
1. Stretcher : Baik / rusak
2. Scope strecther : Baik / rusak
3. Safety belt : Baik / rusak
4. Long spine board : Baik / rusak
5. Neck collar, bidai : Lengkap / tidak
6. CPR board : Baik / rusak

E. Mengoprasikan Ambulans
Syarat Pengemudi Ambulan
1. Sehat secara fisik
2. Sehat secara mental
3. Bisa mengemudi dibawah tekanan
4. Memiliki keyakinan positif akan kemampuan dirinya
5. Bersikap toleran selalu ingat bahwa pengemudi lain akan bereaksi berbeda
ketika mengetahui kendaraan gawat darurat
6. Tidak dalam pengaruh obat-obatan berbahaya, terlarang dan obat penenang
7. Mempunyai SIM yang masih berlaku
8. Jika dibutuhkan, kaca mata dan lensa kontak harus selalu dipakai
9. Evaluasi keadaan diri sendiri berdasarkan respon terhadap tekanan,
kelelahan dan rasa kantuk
10. Mempunyai sertifikat paramedic level 1 (Basic) atau BHD

Operational Ambulan
1. Setiap hari ambulan yang disiapkan untuk operasional berjumlah 4 buah
2. Penentuan layak tidaknya ambulans untuk operasional ditentukan oleh
coordinator sopir ambulan dan penanggung jawab medis ambulan dengan
memperhatikan cek list yang dibuat oleh perawat dan supir

Aturan di Jalan
Ambulans memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan jika digunakan
untuk respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika tidak dalam
respon darurat.
Menurut UU No. 22 Tahun 2009 pasal 134, pengguna jalan yang memperoleh
hak utama untuk didahulukan sesuai dengan urutan berikut :
1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas
2. Ambulans yang mengangkut orang sakit
3. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas
4. Kendaraan pimpinan lembaga Negara Republik Indonesia
5. Kendaraan pimpinan dan pejabat Negara asing serta Lembaga internasional
yang mnjadi tamu Negara
6. Iring-iring pengantar jenazah
7. Konvoi dan / atau kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut petugas
kepolisian Negara Republik Indonesia
8. Respon gawat darurat ini harus ditunjukkan dengan menghidupkan alat
peringatan (warning device) berupa sirine dan lampu rotator. Sebagaimana
bunyi UU No. 22 tahun 2009
9. Resiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi harus tetap memiliki
kewaspadaan tinggi, memperdulikan keselamatan pengemudi lain dan tidak
ceroboh
10. Hak – hak khusus ini meliputi :
- Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan orang lain
dan tidak merusak hak milik orang lain
- Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain
- Melewati batas maksimum yang diperbolehkan selama tidak
membahayakan nyawa orang lain
- Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah
memberi sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan menghindari hal-
hal yang dapat membahayakan nyawa dan harta benda
- Mengabaikan arah jalur dan aturan belok, setelah memberi sinyal yang
tepat

Penggunaan Alat Peringatan (Warning Device)


Alat peralatan bukanlah segalanya. Penelitian membuktikan bahwa pengemudi
lain tidak melihat rotoator atau mendengar sirene sampai jarak antara 15-30
meter.

Sirene
1. Sirene adalah alat peringatan audio
2. Gunakan sirene dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirene hanya
digunakan saat respon gawat darurat. Suara sirene dapat menambah rasa
takut dan cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan, pengemudi lain
cenderung tidak memberikan jalan karena di anggap sebagai penyalah
gunaan
3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirene. Adanya bangunan,
pepohonan, semak belukar, dan radio tapedapat menghalangi bunyi sirene
4. Selaluwaspada terhadapmanuver aneh mengemudi lain yang menjadi panik
karena suara sirene.
5. Jangan mengemudikan sirene tiba-tiba didekat kendaraan lain. Gunakan
klakson.
6. Jangan gunakan sirene untuk menakut-nakuti orang

Lampu dan Ratator


1. Berdasarkan UU No. 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkatan
Jalan pasal 59 ayat 5
2. Lampu isyarat-isyarat yang digunakan oleh ambulans adalah berwarna
merah
3. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada
respon gawat darurat
Kecepatan dan Keselamatan
1. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
tabrakan
2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk
berhenti
3. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk
pengaman ambulans berjalan
Kendaraan Pengiring dan Forwarder
1. Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan resiko kecelakan karena
jarak yang terlalu dekat, berhenti mendadak dan respin pengemudi lain.
2. System Ems tidak merekomendasi iring-iringan ambulans dengan
kendaraan lain kecuali lokasi lokasi tujuan tidak diketahui.
Jalur Alternatif
1. Perkiraan waktu sampai tujuan /estimated time of arrivel (ETA) harus
diketahui dengan baik, sehingga pertimbangan untuk mencari jalur
alternative dapat segera dibuat.
2. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk dapat segera mencari jalur
alternative.
Posisi Parkir di Lokasi Kejadian/Bencana
1. Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat, termasuk menentukan
area bahaya dan jalur evakuasi
2. Ambulans di parkir sekurangnya 30 meter dari lokasi kejadian jika ada
tanda bahaya seperti nyala api atau kebocoran cairan dan asap jika tidak
ada tanda bahaya, ambulans diparkir sekurangnya 15 meter.
3. Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya ditambah pengganjal roda.
4. Jika anda adalah kendaraan penolong yang pertama datang, parkir
dibelakang lokasi kejadian (dari arah datang), sehingga lampu peringatan
kita dapat memperingatkan kendaraan lain yang mendekat sebelum tanda
lain diletakkan.
5. Jika lokasi kejadian telah diamankan, parkirlah didepan lokasi kejadian
untuk mencegah ambulans anda tertabrak lalu lintas dari belakang.
6. Ambulans sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa, harus ada
orang lain yang memandu, karena pengemudi ambulans memiliki
keterbatasan pandangan kearah belakang.
F. Memindahkan Pasien ke Ambulans
1. Pasien harus sudah diperiksa kondisinya, dilakukan prosedur penanganan
gawat darurat jika dibutuhkan, distabilisasi dan kemudian baru dipindahkan
ke ambulans.
2. Pada kasus tertentu yang tidak memungkinkan intervensi ditempat, seperti
lokasi yang berbahaya atau pasien memerlukan prioritas tinggi, maka
pemindahahan dapat dilakukan terlebih dahulu.
3. Jika curiga cidera spinal, stabilisasi harus segera dilakuakn. Cervical collar
harus terpasang dan pasien dimobilisasi dengan spinal board.
Stabilisasi
1. Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk mempersiapkan paien sebelum
dipindahkan
2. Stabilisasi meliputi :
a. Kondisi ABCD
b. Perawatan luka dan cidera lain
c. Pemasangan balut dan bidai
d. Pemakaian selimut untuk menjaga suhu tubuh
e. Alat pengangkut harus terfiksir kepada pasien dengan bai, tali pengikat
diletakkan minimal di tiga tepat.
 Setinggi dada
 Setinggi pinggang atau panggul
 Setinggi tungkai
 Pada prinsipnya pemindahan gharus dilakukan secepat mungkin
mengingat kondisi pasien

Langkah-langkah sebelum transpotasi pasien


Penilaian Awal
1. Pastikan keselamatan diri sendiri dan lingkungan. Gunakan sarung tangan,
pakaian pelindung, kaca mata.
2. Jumlah pasien, minta bantuan jika diperlukan
3. Mekanisme cedera, Curigai cidera/penyakit yang spesifik
4. Dapatkan kesan umum tentang umur, jens kelamin, BB, posisi, cidera minor
dan mayor yang kelihatan
5. Dapatkan informasi mengenai data-data korban, riwayat penyakit

Tingkat Kesadaran
 A =Alert
 V = Verbal
 P = Pain
 U = Unresponsive

Primary Survey
Airway
 Pastikan dan amankan saluran nafas
 Jika tidak ada respon bebaskan jalan nafas
 Immobilisasi tulang leher jika trauma
Breathing
 Periksa pernafasan lihat, dengar dan rasakan
 Jika bernafas perhatikan frekuensi dan dalamnya pernafasan
 Jika bernafas segera lakukan pernafasan buatan
 Berikan oksigen
Circulation
 Periksa arteri karotis/Radialis
 Periksa perdarahan
 Hentikan perdarahan
 Hentikan perdarahan
 Lakukan RJP
Disability
 GSC
 Pupil
Exposure
 Periksa bagian belakang dengan tehnik log roll
 Cegah Hipotermi
Five Intervention
 Perencanaan laboratorium
 Perencanaan rontgen
 Pasang cateter
 Pasang NGT
 Pasang heart monitor
Give Comport
 Intervensi nyeri
 Intervensi mual, muntah
SECONDARY SURVEY
1. History/Anamnese dengan SAMPLE
2. Head to Too/ pemeriksaan fisik
3. Vital Sign

G. TRANSPORTASI
Penentuan Tujuan
1. Pasien kritis dapat dipindahkan ke RS lain dengan fasilitas gawat darurat
terdekat
2. Termasuk dalam kategori diatas adalah :
a. Henti nafas atau henti jantung
b. Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi
c. Kejang berulang atau sedang terjadi
d. Trauma Mayor
e. Amputasi
f. Pasien luka bakar
g. Persalinan Iminens
h. Suspek infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan nyeri
dada hebat
3. Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya atau
berdasarkan keputusam DPJP
4. Gunakan rute dan kecepatan yang sesuai menuju RS tujuan. Pilih rute
alternative yang sesuai jika rute normal tidak memungkinkan. Pasang sabuk
pengaman. Gunakan sirine dan lampu sesuai kondisi
5. Jika pasien memburuk selama perjalnan dan kemungkinan hidup menuju
RS yang dituju meragukan maka pasien dapat ditransport ke IGD rumah
sakit yang mampu melakukan pertolongan sesuai kondisi pasien.

Sebelum berangkat
1. Sebelum transportasi, pastikan hal-hal berikut :
a. Kondisi Vital meliputi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Pastikan
ikatan pad alat pengangkut/strecher tidak menyebabkan pasien
kesulitan bernafas. Jika pasien tidak sadar, pastikan pasien
mendapatkan pertukaran udara yang cukup.
b. Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulans
2. Persiapan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan sirkulasi dengan
meletakan spinal board pendek atau papan RJP dibawah matras
3. Longgarkan pakaian yang ketat
4. Periksa perban, balut dan bidai
5. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Mereka
harus ditempatkan dikabin pengemudi dan memakai sabuk pengaman
dengan baik agar tidak mempengaruhi proses perawatan pasien
6. Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper, dan tas serta pastikan
barang tersebut aman di ambulans. Jika memungkinkan, beritahu petugas
keamanan tentang hal ini

Selama perjalanan
1. Lengkapi riwayat penyakit dan secondary survey
2. Lanjutkan perawatan kegawat-daruratan yang dibutuhkan
3. Monitoring terus vital sign dan catat
4. Lakukan monitoring dan observasi berkelanjutkan yang berfokus pada
airway, breathing, circulation dan tingkat kesadaran
5. Jika terjadi kondisi perburukan pada salah satu atau lebih komponen ABCD
lakukan ulang primary survey dan lakukan resusitasi
6. Yakinkan alat yang anda perlukan terjangkau dan siapkan alat yang
mungkin anda perlukan sesuai kondisi pasien
7. Pertahankan komunikasi dengan pasien untuk memeriksa respon pasien
8. Jika pasien gelisah
a. Perbaiki ABCD
b. Lakukan restrain jika pasien membahayakan diri sendiri dan orang lain
9. Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara
mengemudi. Pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan cara
mengemudinya sesuai kebutuhan pasien
10. Jika terjadi henti jantung, RJP harus dilakukan dalam kondisi ambulans
berhenti. Pastikan DPJP dan fasilitas rujukan mengetahui kejadian ini.
Sampai ditempatt rujukan
1. Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, jangan terburu-buru menurunkan
pasien, lanjutkan penanganan pasien di atas ambulans sampai ada petugas
yang siap mengambil alih
2. Dampingi petugas yang akan mengambil alih
a. Lakukan operan/komunikasikan dengan petugas penerma dengan
tehnik SBAR
b. Serahkan barang pribadi pasien
c. Minta diri untuk meninggalkan tempat rujukan
3. Kembalikan peralatan ambulans ke tempat semula
4. Tukar barang-barang yang melekat pada pasien dengan milik Rumah Sakit
jika memungkinkan
a. Prinsipnya adalah “ Satu Untuk Satu “
b. Termasuk dalam hal ini: balut steril, verban, masker oksigen, sarung
tangan dan alat bantu nafas
c. Jika ada program pertukaran yang baik dengan Rumah Sakit, bidai,
spinal board juga dapat langsung ditukar dengan logistic Rumah Sakit
d. Keuntungannya,
 Tidak resiko perburukan cidera pasien akibat proses tukar-
menukar ini
 Kru ambulans tidak perlu berlama-lama di RS
e. Segera periksa kelengkapan dan fungsi barang yang ditukar, dan
laporkan jika ada kerusakan
5. Segera setelah tidak menangani pasien, buat laporan tertulis. Sebaiknya
cari tempat yang tenang untuk melakukan ini

Kembali dari Tempat Rujukan


1. Dalam perjalanan kembali selalu isi ulang bahan bakar hingga penuh
2. Bersihkan dengan cepat kompartemen pasien menggunakan sarung tangan
a. Bersihkan darah, muntahan dan cairan tubuh lain yang mengering di
permukaan mobil termasuk stretcher
b. Buang sampah medis, termasuk perban dan pembalut yang sudah
terbuka tapi belum digunakan
c. Bersihkan sampah/kotoran non medis
d. Gunakan pengharum ruangan untuk menetralkan bau yang ada
3. Bersihkan dan desinfeksi peralatan medis
a. Bersihkan dan lakukan prosedur desinfeksi pada barang non disposible
b. Ganti barang-barang sekali pakai (disposible) dengan cadangan
4. Mengecek fungsi stretcher ambulans

Penolakan Perawatan
1. Pasien/keluarga harus sudah dijelaskan tentang kodisi penyakitnya,
tindakan/transfer yang harus dilakukan dan resikonya serta resiko tidak
dilakukan tindakan/transfer
2. Inform consent harus didokumentasikan dengan benar
3. Jika orang tua atau walimenolak sedangkan kondisi cidera/penyakit bersifat
mengancam jiwa, maka perawatan dan transportasi dapat dilakukan tanpa
persetujuan mereka. Tujuan transportasi harus diberitahu. Situasi ini harus
dicatat dengan baik
4. Jika orangtua atau wali menolak tindakan dan kondisinya tidak mengancam
jiwa, tetap menolak, bantuan perawatan dan transportasi harus dihentikan.
Kejadian ini harus didokumentasikan

Pasien dengan Gangguan Emosional


1. DPJP bertanggung jawab untuk menentukan keamanan petugas ambulans
dalam transfer pasien
2. Petugas ambulans dapat memutuskan untuk menunda tindakan sampai
ada jaminan keamanan
3. Jika pasien dengan gangguan jiwa itu cukup sadar dan memutuskan untuk
meminta pertolongan serta DPJP melihat bahwa tindakan cukup aman
dilakukan, transportasi dapat dilakukan tanpa jaminan keamanan
4. Jika pasien menunjukan tendensi tindakan kekerasan terhadap petugas
ambulans, tindakan harus dihentikan jika memungkinkan, hingga keadaan
dinilai aman
Kematian yang Belum Dipastikan
1. Jika timbul kondsi yang belum ditetapkan, tindakan resusitasi harus terus
dilakukan
2. Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan baik,
termasuk waktu, tempat dan nama petugas yang ada
3. DPJP dan Rumah Sakit rujukan harus diberitahu secepatnya
Bencana Massal
1. Jarak aman ambulans dari tempat kejadian 30-50 meter
2. Berlawanan dengan arah angin
3. Command dan Control bersama-sama dengan security dan rescue
4. APO – Ambulans Parking Officer bertugas mengatur lokasi ambulans dan
kendaraan lain yang datang ke lokasi
5. ALO – Ambulans Loading Officer bertugas menentukan korban yang akan
dievakuasi (dirujuk)
6. ADO – Ambulans Dispatch Officer bertugas mencatat identitas, data korban
dan rumah sakit rujukan sesuai dengan warna kartu triage

Ambulans Gawat Darurat RSUD Mokopido Tolitoli akan merespon setiap


kejadian bencana ataupun korban massal apabila kondisi bencana/korban
massal tersebut memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Terjadi Structure Collaps/Kerusakan Infrastruktur
2. Terjadi Functional Collaps/ Tidak ada personil/ petugas di Rumah Sakit atau
di tempat bencana/ korban massal
3. Terjadi penurunan kualitas pelayanan medis ditempat bencana/korbn
massal

Anda mungkin juga menyukai