Anda di halaman 1dari 4

Rijsttafel : Tradisi Makan Kolonial

Buku yang akan dibahas ini adalah hasil penelitian skripsi mahasiswa Sejarah Universitas
Pajajaran mengenai tradisi kuliner masa kolonial Belanda di Indonesia. Rijsttafel sebuah tradisi
makan yang unik hasil campuran dari dua kebudayaan yang berbeda, percampuran antara Timur
dan Barat. Fenomena percampuran kebudayaan ini menghasilkan sebuah masyarakat baru
bernama Indies. Tidak hanya soal makanan, kebudayaan Indies hampir masuk kedalam relung
kehidupan masyarakat pada umumnya seperti gaya hidup, cara makan, berpakaian hingga
perabotan rumah tangga (hal 19).
Rijsttafel sebenarnya adalah bagian dari sebuah konsep hidup masyarakat campuran yang
kemudian disebut Indies. Kemunculan masyarakat Indies tidak serta merta terjadi begitu saja.
Ada proses panjang yang akhirnya terbentuk. Pegawai-pegawai rendahan Belanda yang bekerja
di tanah jajahan adalah kunci membahas masyarakat Indies. Merekalah yang secara evolutif
membentuk masyarakat Indies dengan melakukan perkawinan dengan masyarakat pribumi.
Kebiasaan-kebiasaan pribumi mulai diadaptasi oleh orang-orang Eropa dan sebaliknya. Selama
kurang lebih dua ratus tahun timbulah gejala perpaduan budaya yang puncaknya mulai
menggejala pada akhir abad ke 18.
Kedatangan Gubernur Jendral Raffles sebagai perwakilan Inggris sangat menunjukan rasa tidak
suka melihat orang-orang Eropa bercampur baur dengan pribumi. Dengan semangat superior
Raffles memandang rendah bangsa pribumi dan meyakini bahwa orang-orang Eropa adalah
bangsa maju yang tidak sejajar dengan orang-orang pribumi. Kemajuan industri (revolusi
industri) yang terjadi di Inggris adalah salah satu faktor psikologis kenapa orang Eropa harus
lebaih di atas dari orang pribumi. Dengan cepat Jendral Raffles membuat sebuah surat kabar
bernama Java Gouvernement Gazette (1812-1816) untuk menunjukan super-powernya Inggris
(Eropa) kepada publik kolonial termaksud orang-orang Belanda.
Inggris datang dan berkuasa di Hindia Belanda tidak lama. Dengan begitu kehidupan Indies
dapat terus berevolutif. Kebudayaan Barat dengan logikanya yang ekspansif sangat
mempengaruhi kebudayaan pribumi. Hal hal seperti ini baru bisa dan benar benar berkembang
sejak parlemen Belanda di Eropa menerapkan sistem yang cenderung Liberal terhadap
pemerintahan kolonial di Hindia Belanda. Inilah titik tolak berkembang pesatnya budaya Indies
yang mempengaruhi kehidupan sosial dan budaya masyarakat kolonial (hal 24).
Fokus pembahasan buku ini ada pada Rijsttafel. Sebuah gaya makan hasil dari prodak
kebudayaan Indies. Risjt secara harfiah berarti nasi, sedangkan Tafel adalah meja. Dari kedua
kosa kata itu dapat diartikan sebagai hidangan makan. Orang-orang Belanda mengunakan
penyebutan ini untuk menyebut hidangan khas Indonesia yang ditata komplit di atas meja makan.
Di atas meja makan itu kita akan mendapatkan sebuah varian-varian dari jenis makanan yang
beragam dan banyak.

Pengunaan istilah Rijstaffel sebenarnya massif pada dekade akhir abad ke Sembilan belas.
Berbagai data yang dikutip dari penulis (red-Fadly) mulanya hanya muncul di lingkungan rumah
tangga orang-orang Belanda. Hingga dibukanya Terusan Zues yang mendatangkan lebih banyak
lagi orang-orang Eropa ke Hindia Belanda hingga menyebabkan popularitas istilah Rijsttafel
makin meluas. Konsep-konsep kebudayaan Eropa lainya juga pada akhirnya menghiasi
kemewahan konsep makanan Rijstaffel ini. Menurut penulis roman Belanda Hans van de Wall
yang dikutip oleh penulis buku ini istilah itu juga masih asing bagi mereka yang mendengarnya
(hal 38), de Wall mencoba mengartikan dan memaknai hidangan makanan itu dengan sajian
makanan yang di sajikan secara spasial.
Pokok utama hidangan Rijsttafel ini adalah nasi yang justru bukan bahan pokok bagi bangsa
Eropa termaksud Belanda. Kebiasaan makan nasi dari generasi ke generasi pada akhirnya
memaksa kehidupan budaya makan orang Belanda ditanah jajahanya sedikit berubah atau
mendapat tempat tersendiri (khusus). Bertahun-tahun tinggal ditanah jajahan akhirnya membuat
perubahan besar bagi kehidupan orang-orang Belanda. Kebutuhan orang-orang Belanda terhadap
juru masak pribumi ini lah yang pada akhirnya mempengaruhi pola makan serta hidangan yang
mereka konsumsi sehari-hari.
Rijstaffel sebagai sebuah konsep makan telah menajdi barang istimewa bagi orang-orang Eropa
atau para pelancong lainya. Pariwisata di Hindia Belanda meningkat dengan sendirinya. Mooi
Indie sebuah konsep pengembaraan alam dan masyarakat Hindia Belanda yang damai, tenang
dan harmonis menjadi paket wisata yang ditawarkan oleh agen-agen wisata di Eropa untuk
mengunjungi Hindia Belanda.
Infrastruktur untuk menunjang pariwisata dibangun, khususnya perhotelan. Di Bandung, Batavia,
Buitenzorg, Garut, Jogjakarta, Tosari dan Lawang Jatim sudah dibangun hotel-hotel mewah yang
dipersiapkan untuk para wisatawan Mooi Indie. Rijsttafel sebagai sebuah hidangan makan tidak
dimiliki oleh setiap hotel. Hanya hotel-hotel mewah kelas satu saja yang siap menyediakan
makanan Eropa, pribumi dan hidangan Rijsttafel. Bisnis perhotelan ini menjadi penting dalam
mempromosikan makanan tradisional yang dikemas mengunakan konsep Rijsttafel (hal 59)
kepada para turis.
Rijstaffel yang berisikan nasi, sayur dan lauk pauk pada dasarnya tetap menjadi hidangan
pembuka, hidangan pembangkit selera makan. Hidangan Rijsttafel ini biasanya di sajikan pada
siang hari dengan dilanjutkan makanan pokok orang-orang Eropa berupa biefstuk dan hutspot
dan ditutup dengan penyajian buah buahan seperti nanas, pisang dll. Ada satu lagi tradisi
makanan kolonial yang tidak bisa dilepaskan begitu saja yakni Bir dingin yang mereka anggap
sebagai pelarut makanan nasi.
Dengan berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia, maka dengan sendirinya kemewahan
makanan Rijsttafel juga ikut memudar. Jepang sebagai pengganti kekuasaan Belanda di

Indonesia sangat tidak menaruh empati terhadap apa-apa yang berbau dengan Belanda termaksud
Rijsttafel ini.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------COVER BUKU

JUDUL
: RIJSTTAFEL BUDAYA KULINER DI INDONESIA MASA
KOLONIAL 1870-1942
PENULIS

: FADLY RAHMAN

PENERBIT

: PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA

TAHUN TERBIT

: NOVEMBER 2016

TEBAL

: XI-150 (DIMENSI BUKU BESAR)

BIODATA :
NAMA

: KENANG KELANA S.Pd

TEMPAT/TGL LAHIR : JAKARTA / 19 MARET 1990


NO TELEFON

: 0812 9444 59 11

ALAMAT

: JL. SELAMET RIYADI IV NO.50 KEBON MANGGIS MATRAMAN JAK-TIM

PENDIDIKAN

: SARJANA PENDIDIKAN SEJARAH UNIVERITAS NEGERI JAKARTA

PEKERJAAN

: GURU SEJARAH

NO. REKENING

: BRI KK. KOMISI YUDISIAL 1493-01-001451-50-9 an KENANG KELANA

FOTO KTP

FOTO DIRI

Anda mungkin juga menyukai